Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY. A G1 P0000 AB000 UK 37-38 MINGGU,


T/H/I, LETKEP DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI RSIA MELATI HUSADA MALANG
12 OKTOBER 2015

Disusun Oleh :
MAULIDIA I. N. A
NIM. 1502420024

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2015

LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. A G1 P0000 AB000 UK 37-38 MINGGU,
T/H/I, LETKEP DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI RSIA MELATI HUSADA MALANG
12 OKTOBER 2015
Disahkan pada
Hari

Tanggal

Mahasiswa,
MAULIDIA I. N. A
NIM. 1502420024

Mengetahui,

Pembimbing Institusi

Sri Rahayu, S.Kep,Ns .,M.Kes


NIP.

Pembimbing Klinik

Ariesta Kiki Y, S.ST

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Dalam kehamilan air ketuban merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi
kehidupan janin dalam kandungan. Kekurangan ataupun kelebihan air ketuban sangat
mempengaruhi keadaan janin. Oleh karena itu penting untuk mengetahui keadaan air
ketuban selama kehamilan demi keselamatan janin.
Namun dalam kehamilan kadang kala terjadi kejadian ketuban pecah sebelum
waktunya atau disebut dengan ketuban pecah dini. Ketuban pecah dini merupakan salah
satu masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan
terjadinya infeksi sampai dengan sepsis yang dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas.
Sejak 10 tahun terakhir ini, angka kematian ibu dan bayi di Indonesia berada pada
tingkat yang tertinggi diantara negara-negara berkembang di dunia dan belum
menunjukkan kecenderungan untuk menurun walaupun sudah cukup banyak intervensi
dalam bentuk program yang sudah dilakukan (Depkes RI, 2005). Menurut SDKI di Jawa
Timur tahun 2006 angka kematian ibu mencapai 253/100000 kelahiran hidup,
harapannya dapat turun menjadi 226/100000 kelahiran hidup pada tahun 2009 (Dinkes
Jatim,2006). Pada tahun 2006 angka kejadian Ketuban Pecah Dini di Indonesia sebanyak
9368 dengan angka kematian ibu 23/100000 kelahiran idup.
Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan mengalami ketuban
pecah dini (Sarwono,2008)Kejadian Ketuban pecah dini berkisar 5-10% dari semua
kelahiran dan ketuban pecah dini preterm terjadi 1% dari semua kehamilan. 70% kasus
keptuban pecah dini terjadi pada kehamilan cukup bulan dan 30% penyebab kelahiran
prematur.
1.2 TUJUAN
A. UMUM
Setelah melaksanakan praktek klinik, mahasiswa mampu menerapkan asuhan
kebidanan pada ibu yang mengalami ketuban pecah dini, sehingga dapat memperluas,
memperbanyak pengetahuan dan keterampilan mengenai asuhan kebidanan pada
pasien dengan kegawat daruratan obstetric.
B. KHUSUS
Dengan disusunnya laporan ini mahasiswa diharapkan :
1. Mahasiswa dapat mengumpulkan sampai dengan menganalisa data

2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah


3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kebutuhan segera
5. Mahasiswa dapat merencanakan asuhan kebidanan
6. Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah direncanakan
7. Mahasiswa dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan
1.3 METODE PENGUMPULAN
Metode yang digunakan dalam asuhan kebidanan pada Ny. A G1 P000 Abooo
UK 37-38 Minggu, T/I/H, Letkep, dengan Ketuban Pecah Dini menggunakan metode
studi kasus dengan pendekatan deskriptif dengan melakukan tinjauan kasus melalui :
1. Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung pada klien guna mengetahui keluhan yang
dirasakan oleh klien, sehingga dapat memberikan asuhan yang tepat dan benar sesuai
dengan masalah yang ada
2. Observasi
Mengadakan pengamatan langsung melalui pendekatan manajemen kebidanan.
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik yang meliputi : pemeriksaan
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi
4. Studi Pustaka
Membaca, sumber buku yang ada dapat mendukung terlaksananya asuhan dan dapat
membandingkan antara teori dan praktek.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
BAB 1

: PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan penulisan
1.3 Metode penulisan
1.4 Sistematika penulisan

BAB 2

: TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep dasar Ketuban Pecah Dini
2.2 Konsep managemen asuhan kebidanan

BAB 3

: TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian data
3.2 Identifikasi diagnosa dan masalah
3.3 Antisipasi Kebutuhan Segera
3.4 Identifikasi kebutuhan segera
3.5 Intervensi
3.6 Implementasi
3.7 Evaluasi

BAB 4

: PEMBAHASAN

BAB 5

: PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN TEORI
KETUBAN PECAH DINI
A. DEFINISI
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda
persalinan. (Arif Mansjoer, 2005 : 310)

Ketuban pecah dini di definikasikan sebagai pecahnya ketuban sebelum awitan


persalinan, tanpa memperhatikan usia gestasi. (Varney, Helen. 2008 : 788)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban yang setelah 1 jam kemudian tidak di
ikuti tanda-tanda persalinan.
Ketuban pecah dini adalah pecahnya air ketuban sebelum kehamilan cukup bulan.
(Chapman, Vicky. 2006 : 6)
Ketuban pecah dini adalah insiden pecahnya ketuban secara spontan sebelum usia
gestasi 37 minggu. (Liu, David T.Y. 2008 : 162)
Ketuban pecah dini ialah suatu keadaan dimana selaput ketuban pecah pada
kehamilan yang telah viable dan 6 jam setelah itu setelah itu tidak di ikuti dengan
terjadinya persalinan. (Achadiat, Crisdiono M. 2005 : 81)
B. EPIDEMOLOGI
Kejadian KPD berkisar 5-10% dari semua kelahiran, dan KPD preterm terjadi 1% dari
semua kehamilan. 70% kasus KPD terjadi pada kehamilan cukup bulan. KPD merupakan
penyebab kelahiran prematur sebanyak 30%. . http://www.klikdokter.com/illness/detail/134

6-19 mengalami ketuban pecah secara spontan sebelum persalinan.

Awitan persalinan : 86 wanita mengalami persalinan spontan dalam 24 jam KPD


dan kemiudian angkanya sekitar 5% per hari.

Karena kebocoran depan atau belakang bagian presentasi janin tidak dapat
dibedakan, Grant dan Keirse.

(Chapman, Vicky. 2006 : 7)


C. ETIOLOGI
Etiologi ketuban pecah dini belum di ketahui. Faktor penyebab ketuban pecah dini
ialah :
1. Infeksi genitalia (mis : vaginosis bakterial, trikomonas, klamidia, gonore, streptokokus
grup B)
2. Serviks inkompeten (leher rahim) yaitu kelenturan leher rahim hilang sehingga sulit
menahan kehamilan.
3. Gemelli

4. Hidramnion
5. Kehamilan preterm
6. Disproporsi sefalopelvik (Arif Mansjoer, 2005 : 310)
7. Malpresentasi janin
8. Keletihan karena bekerja (Varney, Helen. 2008 : 788)
9. Polihidramnion atau defek kolagen (cairan ketuban berlebih). (Liu, David T.Y. 2008 :
162).
10. Trauma yang menyebabkan tekanan intra uterin (intra amniotik) mendadak meningkat.
Misalnya setelah terjatuh atau perut terbentur sesuatu.
11. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23 minggu
12. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic
disproporsi).
13. Riwayat KPD sebelumnya. http://www.klikdokter.com/illness/detail/134
D. KLASIFIKASI

KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.

KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan.

http://www.klikdokter.com/illness/detail/134

E. TANDA DAN GEJALA

Keluar air ketuban berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan
sedikit-sedikit atau sekaligus banyak.

Dapat di sertai demam apabila sudah ada infeksi.

Janin mudah di raba.

Pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah kering.

Inspekulo : tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering. (Arif Mansjoer, 2005 : 310)

Usia kehamilan viable (>20 minggu)

Bunyi jantung janin biasanya tetap normal. (Achadiat, Crisdiono M.


2005 : 81)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan leukosit bila >15.000/ml kemungkinan telah terjadi infeksi.
Ultrasonogafi (USG) : sangat membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak atau
presentasi janin, berat janin, letak dan gradasi plasenta serta jumlah air ketuban.
Monitor bunyi jantung janin dengan fetoskop Laennec atau Doppler atau dengan
melakukan pemeriksaan kardiotokografi (bila usia kehamilan >32 minggu).
(Achadiat, Crisdiono M. 2005 : 82)
Tes lakmus merah berubah menjadi biru karena cairan bersifat basa.
-

Bila menjadi biru (basa) adalah air ketuban

Bila mejadi merah (asam) adalah air kemih.

Periksa adnya cairan yang berisi mekonium, verniks kaseosa, lanugo atau bila telah
terinfeksi akan berbau. (Arif Mansjoer, 2005 : 310)
G. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
a. Rawat di rumah sakit dengan tirah baring.
b. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
c. Umur kehamilan kurang 37 minggu.
d. Antibiotik profilaksis dengan amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
e. Memberikan tokolitik bila ada kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid
untuk mematangkan fungsi paru janin.
f. Jangan melakukan periksa dalam vagina kecuali ada tanda-tanda persalinan.
g. Melakukan terminasi kehamilan bila ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin.
h. Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus
maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus,
lakukan terminasi kehamilan. http://i-comers.com/showthread.php?t=5624
2. Aktif
Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi. Bila ditemukan
tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan terminasi kehamilan.

Pada usia kehamilan >36 minggu

dilakukan induksi persalinan. Bila induksi

persalinan gagal maka dilakukan Sectio Caesaria.


Keadaan CPD atau letak lintang maka dilakukan SC
Bila terdapat tanda-tanda infeksi, diberikan antibiotika dosis tinggi kombinasi
(penisilin, metronidazol dan gentamisin) dan persalinan segera di akhiri.
-

Pelvic Score <5 dilakukan SC


-

Pelvic Score >5 dilakukan induksi persalinan, usahakan persalinan pervaginam

Infeksi berat (apalagi jika disertai gawat janin) maka dilakukan induksi dan akselerasi
persalinan per vaginam. (Achadiat, Crisdiono M. 2005 : 82)
Ketuban Pecah
< 37 minggu
> 37 minggu
Infeksi
Tidak ada infeksi
Infeksi
Tidak ada infeksi
Berikan penisilin, Amoksisilin
+ Berikan penisilin, Lahirkan bayi
gentamisin

dan eritromisin untuk gentamisin

metronidazol

7 hari

dan

metronidazol
Berikan

Lahirkan bayi

Steroid

untuk Lahirkan bayi

penisilin

atau ampisilin

pematangan paru

Profilaksis
Stop antibiotik

Antibiotika setelah persalinan


Infeksi
Tidak ada infeksi
Lanjutkan untuk 24-48 Tidak perlu antibiotik
jam

setelah

bebas

bernafas
(Sarwono. 2006 : 220)

H. KOMPLIKASI
Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah
sindrom distress pernapasan, yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi
meningkat pada kejadian KPD. Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi
untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan amnion). Selain itu
kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada KPD.

Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm. Hipoplasia paru
merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD preterm. Kejadiannya mencapai hampir
100% apabila KPD preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
http://www.klikdokter.com/illness/detail/134
1. Infeksi intra uterin, kematian perinatal meningkat dari 17% menjadi 68% apabila
ketuban sudah pecah 48 jam anak belum lahir.
2. Tali pusat menumbung.
3. Kelainan prematur.
4. Amniotic Band Syndrome yaitu kelainan bawaan akibat ketuban pecah sejak
hamil muda.
5. Distosia atau partus kering.
http://i-comers.com/showthread.php?t=5624
Komplikasi ketuban pecah dini :
1. Ibu : infeksi, sepsis dan kematian. (3,7,9)
2. Janin : kelahiran prematur, infeksi janin, deformitas janin dan kematian janin.
http://i-comers.com/showthread.php?t=5624

ASUHAN KEBIDANAN
PADA KETUBAN PECAH DINI
1. PENGKAJIAN
A. Data Subyektif
Anamnesa
-

Kapan keluar cairan

Warna

Bau

Adakah partikel-partikel di dalam cairan (lanugo verniks)

B.Data Obyektif
Inspeksi
-

Keluar cairan pervaginam

Warna dan bau

Palpasi
-

Bila fundus ditekan atau begian terendah di goyangkan, keluar cairan dari ostium
uteri dan terkumpul pada forniks posterior.

Periksa dalam
-

Adanya cairan dalam vagina

Selaput ketuban sudah tidak ada lagi.

Pemeriksaan lab
-

Dengan kertas lakmus menunjukkan reaksi basa (lakmus merah berubah menjadi
biru)

Mikroskopik
Tampak adanya lanugo, verniks kaseosa

II. DIAGNOSA, MASALAH, KEBUTUHAN


A. Diagnosa

: Ketuban pecah dini

B. Masalah

: Ketidaknyaman pada perut, perih ketika bayi bergerak


(Dini Kasdu.2005 : 57)

C. Kebutuhan

: Persalinan segera
- kehamilan < 37 minggu tidak ada infeksi dipertahankan
- kehamilan > 37 minggu lakukan persalunan segera.

(Sarwono.2006 : 219)
III. DIAGNOSA POTENSIAL DAN MASALAH POTENSIAL
A. Diagnosa Potensial

: terjadi infeksi pada ibu dan bayi.

B. Masalah Potensial

: - infeksi
- sepsis
- kematian
http://i-comers.com/showthread.php?t=5624

VI. INTERVENSI

V. RASIONAL

1. Berikan obat-obatan pada dan 1. Mematangkan organ-organ vital


bayi

pada bayi seperti paru-paru

2. Berikan obat-obatan antibiotik 2. Mencegah adanya infeksi


pada Ibu
3. Anjurkan Ibu untuk istirahat total

3. Mencegah keluarnya air ketuban


dalam jumlah yang banyak.

4.Lakukan persalinan segera

4. Mencegah terjadinya infeksi pada


Ibu dan bayi

5. Rujuk segera ke dokter SpOG

5. Melakukan persalinan dengan


tindakan yaitu SC

(Dini Kasdu, 2005 : 57-58)


VI. IMPLEMENTASI
1. Menberikan obat-obatan pada bayi
2. Memberikan obat-obatan antibiotik pada Ibu
3. Menganjurkan Ibu istirahat total
4. Melakukan persalinan segera
5. Melakukan rujukan segera ke dokter SpOG

DAFTAR PUSTAKA
Achadiat, Chrisdiono M. 2005. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Kasdu, Dini. 2005. Solusi Problem Persalinan. Jakarta : Puspa Swara
Arif Mansjoer. 2005. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Chapman, Vicky. 2006. Asuhan Kebidanan : Persalinan dan Kelahiran. Jakarta : EGC
Liu, David T.Y. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC
Sarwono Prawirohardjo. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :
YBPSP

http://www.klikdokter.com/illness/detail/134
http://i-comers.com/showthread.php?t=5624

Anda mungkin juga menyukai