Pengertian Perineum
Perineum adalah daerah yang terletak antara vulva dan anus yang juga berperan dalam
persalinan. Perineum yang lunak dan elastis serta cukup lebar umumnya tidak memberikan
kesukaran dalam kelahiran kepala janin. Perineum yang kaku dan tidak elastis akan menghambat
persalinan kala II dan dapat meningkatkan resiko terhadap janin, juga dapat menyebabkan
Perineum adalah lantai pelvis dan struktur sekitarnya yang menempati pintu bawah
panggul, di sebelah anterior dibatasi oleh simfisis pubis, di sebelah lateral oleh tuber iskiadikum
dan di sebalah posterior oleh oskoksigeus. Perienum pada pria dibatasi oleh skrotum dan anus,
Perineum adalah daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
Perineum merupakan ruang berbentuk jajaran genjang yang terletak di bawah dasar
a. Superior : dasar panggul yang terdiri dari m. Levator ani dan m. Coccygeus.
b. Lateral : tulang dan ligamenta yang membentuk pintu bawah panggul (exitus pelvis) yakni dari
ligasecrotuberosom, os coccygis.
Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah bervariasi banyaknya.
Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu di evaluasi yaitu sumber dan jumlah perdarahan
sehingga dapat diatasi, sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks dan
robekan uterus, perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan lahir dengan
perdarahan yang bersifat arteli atau pecahnya pembuluh darah vena. Untuk dapat menetapkan
sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam dan pemeriksaan speculum
setelah sumber perdarahan diketahui dengan pasti perdarahan dihentikan segera dengan
Banyak wanita mengalami robekan jalan lahir atau robekan perineum pada saat melahirkan
anak pertama. Pada sekitar separuh dari kasus-kasus tersebut, robekan ini amat luas. Dan laserasi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan.
Kejadian laserasi akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Jalin
kerjasama dengan ibu dan gunakan perasat manual yang tepat dapat mengatur kecepatan
kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama akan sangat bermanfaat saat kepala
bayi pada diameter 5-6 cm membuka vulva (Crowning) karena pengendalian kecepatan dan
pengaturan diameter kepala saat melewati introitus dan perineum mengurangi kemungkinan
terjadinya robekan, bimbing ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernapas dengan cepat pada
waktunya.
Wanita yang setelah melahirkan mengalami robekan pada vagina bagian dalam dengan
jahitan atau kerusakan perineum (daerah diantara vulva dan anus, yang terdiri dari kulit dan
otot).(10)
Ruptur Perineum
Ruptur Perineum dapat terjadi karena adanya ruptur spontan maupun episiotomi. Perineum
yang dilakukan dengan episiotomi itu sendiri harus dilakukan atas indikasi antara lain: bayi
besar, perineum kaku, persalinan yang kelainan letak, persalinan dengan menggunakan alat baik
forceps maupun vacum. Karena apabila episiotomi itu tidak dilakukan atas indikasi dalam
keadaan yang tidak perlu dilakukan dengan indikasi di atas, maka menyebabkan peningkatan
kejadian dan beratnya kerusakan pada daerah perineum yang lebih berat. Sedangkan luka
perineum itu sendiri akan mempunyai dampak tersendiri bagi ibu yaitu gangguan
ketidaknyamanan.(11)
Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun dapat juga bilateral. Perlukaan
pada diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani, yang terjadi pada waktu persalinan normal
ataupun persalinan dengan alat, dapat terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau pada vagina,
sehingga tidak kelihatan dari luar. Perlukaan demikian dapat melemahkan dasar panggul,
Perineum adalah daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot- otot
panggul. Daerah ini dibagi menjadi dua buah segi tiga, yaitu trigonum urogenitalie di sebelah
depan dan trigoum anale disebelah belakang. Keduanya dipisahkan oleh sekat melintang yang
Banyak wanita mengalami robekan perineum pada saat melahirkan anak pertama. Pada
sekitar separuh dari kasus- kasus tersebut, robekan ini amat luas, laserasi harus diperbaiki dengan
cermat.(13)
a. Indikasi
a) Faktor Ibu
1) Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong (sebab paling sering).
3) Partus diselesaikan secara tergesa- gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan.
6) Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga menekan kepala
7) Perluasan episiotomi.
b) Faktor Bayi
3) Kelahiran bokong.
Robekan perineum ini di bagi menjadi empat, yaitu robekan derajat 1,2,3, dan 4.
Penanganan ruptur perineum dan robekan vagina (dilakukan oleh yang sudah
Robekan derajat pertama ini kecil dan diperbaiki seseerhana mungkin. Tujuannya adalah
merapatkan kembali jaringan yang terpotong dan menghasilkan hemostatis. Pada rata- rata kasus,
beberapa jahitan terputus lewat mukosa vagina, fourchette dan kulit perineum sudah memadai.
Jika perdarahannya banyak dilakukan penjahitan angka 8. Jahitan ini kurang disimpul secara
longgar paling baik bagi kulit karena jahitan ini kurang menimbulkan tegangan dan lebih
placenta lahir, tetapi apabila ada kemungkinan placenta harus dikeluarkan secara manual, lebih
baik tindakan itu ditunda sampai menunggu plasenta lahir. Dengan penderita berbaring secara
lithotomi dilakukan pembersihan luka dengan cairan antiseptik dan luas robekan ditentukan
secara seksama.
Pada robekan perineum derajat 2 setelah diberi anestesi lokal, otot- otot diafragma
urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan
Menjahit robekan perineum derajat 3 harus dilakukan dengan teliti. Mula- mula dinding
depan rectum yang robek dijahit, kemudian fasia parektal ditutup, dan muskulus sfringter ani
aksternus yang robek dijahit. Selanjutnya dilakukan penutupan robekan seperti pada robekan
perineum derajat 2. Untuk mendapat hasil yang baik pada robekan perineum total perlu tindakan
Robekan derajat 3 yang total diperbaiki lapis demi lapis. Perbaikan pada robekan partial
derajat 3 serupa dengan perbaikan pada robekan total, kecuali dinding rectum masih utuh dan
perbaikan dimulai dengan mendapatkan kembali kedua ujung sfringter recti yang robek.(13)
Menurut buku acuan persalinan normal, kerja sama dengan ibu dan penggunaan perasat
manual yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu, seluruh tubuh bayi untuk mencegah
adalah:
a. Saat kepala membuka vulva (5-6 cm) penolong meletakkan kain bersih dan kering yang dilipat
sepertiga dibawah bokong ibu dan menyiapkan kain atau handuk bersih diatas perut ibu, untuk
b. Melindungi perineum dengan satu tangan dengan kain yang bersih dan kering, ibu jari pada
salah satu perineum dan empat jari tangan pada sisi yang lain dibelakang kepala bayi.
c. Menahan kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melalui
d. Melindungi perineum dan mengendalikan lahirnya kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi secara
bertahap dengan hati-hati dapat mengurangi regangan berlebihan (robekan) pada vagina dan
perineum.
Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi dengan hati-hati dapat
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis, psikologis, sosial
dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat. Perineum adalah daerah antara kedua
belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus. Jadi perawatan perineum adalah pemenuhan
kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang
dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada
Episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut vagina. Jenis episiotomi
Paling sering dilakukan. Episiotomi ini efektif, mudah diperbaiki, dan biasanya nyeri yang
timbul lebih ringan. Kadang-kadang dapat terjadi perluasan melalui sfingter rectum (laserasi
b) Episiotomi Mediolateral
Dilakukan pada persalinan dengan tindakan jika ada kemungkinan terjadi perluasan kearah
posterior. Meskipun dengan demikian robekan derajat empat dapat dihindari, tetapi robekan
derajat tiga dapat terjadi. Selain itu, Jika dibandingkan dengan episiotomi medial, kehilangan
darah akan lebih banyak dan perbaikan lebih sulit serta lebih nyeri.
2) Laserasi
Robekan pada perineum terjadi pada hampir semua persalinan dan tidak jarang juga pada
persalinan berikutnya, namun hal ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan jalan menjaga
jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat.
(1) Tingkat 1 : Robekan hanya terjadi pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit
perineum.
(2) Tingkat 2 : Robekan mengenai selaput lendir vagina dan otot perinel transversalis, tetapi tidak
(3) Tingkat 3 : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfringter ani.
(4) Tingkat 4 : Robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfringter ani dan mukosa rectum
b) Laserasi Vagina
1) Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum, maupun di dalam uterus
4) Untuk mencegah infeksi seperti diuraikan diatas bahwa saat persalinan vulva merupakan pintu
gerbang masuknya kuman-kuman. Bila daerah vulva dan perineum tidak bersih, mudah terjadi
1) Saat mandi.
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu
maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
Pada saat buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air
seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu
mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan
Perawatan perineum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi dengan cara menjaga
1) Persiapan :
2) Cara merawatnya :
b) Washlap dibasahi dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan washlap yang sudah ada busa
sabun tersebut ke seluruh lokasi luka jahitan. Jangan takut dengan rasa nyeri, bila tidak
dibersihkan dengan benar maka darah kotor akan menempel pada luka jahittan dan menjadi
c) Bilas dengan air hangat dan ulangi sekali lagi sampai yakin bahwa luka benar-benar bersih. Bila
khusus. Atau bila tidak bisa melakukan perendaman dengan air hangat cukup di siram dengan air
hangat.
e) Kenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman serta celana dalam yang bersih dari bahan
katun. Jangan mengenakan celana dalam yang bisa menimbulkan reaksi alergi.
f) Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh, semakin bersih luka jahitan maka akan
g) Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat sembuh. Makanan
berprotein ini bisa diperoleh dari telur, ikan, ayam dan daging, tahu, tempe. Jangan pantang
makanan, ibu boleh makan semua makanan kecuali bila ada riwayat alergi.
h) Luka tidak perlu dikompres obat antiseptik cair tanpa seizin dokter atau bidan.
Luka jahitan rata-rata akan kering dan baik dalam waktu kurang dari satu minggu. Bila keluar
darah kotor bau busuk dari jalan lahir, ibu panas, dan luka jahitan bengkak kemerahan terasa
Jangan cemas, rasa nyeri ini akibat terputusnya jaringan syaraf dan jaringan otot, namun semakin
sering di gerakkan maka nyeri akan berkurang. Bila ibu hanya berbaring terus menerus dan takut
bergerak karena nyeri akan menghambat proses penyembuhan. Sirkulasi darah pada luka
reaksi perlawanan terhadap kuman. Sehingga dalam proses penyembuhan luka kadang terjadi
sedikit pembengkakan dan kemerahan. Asalkan luka bersih ibu tak perlu cemas. Bengkak dan
Beberapa keluarga masih ada yang menganjurkan untuk mengurangi minum air putih agar
jahitan cepat kering. Hal ini sama sekali tidak dibenarkan. Justru ibu harus minum yang banyak,
minimal 8 gelas sehari untuk memperlancar buang air kecil, mengganti cairan tubuh yang hilang