Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL DENGAN PIH

BAB I

PENDAHULUAN

1. I. LATAR BELAKANG

“ Tekanan darah yang naik tiba-tiba pada usia kehamilan 20 minggu bisa jadi petunjuk awal
adanya preeklamsia-eklamsia. Kalau tidak cepat ditangani bisa membayangkan jiwa sang ibu
dan bayi”

Pre eklamsia dan eklamsia merupakan faktor penyulit dalam proses persalinan. Pre eklamsia dan
eklamsia sendiri merupakan satu kesatuan yang disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum
jelas apayang menjadi penyebab sebenarnya. Tingginya angka pre eklamsia merupakan faktor
utama penyebab timbulnya eklamsia yang dapat mengancam hidup ibu bersalin. Tingginya
angka kematian ibu bersalin sebagai akibat perkembangan dari pree eklamsia yang tidak
terkontrol dan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap tingginya angka kematian.

Dari kasus persalinan yang dirawat di rumah sakit 3-5 % merupakan kasus preeklamsia dan
eklamsia (Manuaba, 1998). Dari kasus tersebut 6% terjadi pada semua proses persalinan, 12 5
terjadi pada primigravida. Masih tingginya angka kejadian ini masih dapat dijadikan sebagai
gambaran umum tingkat kesehatan ibu bersalin dan tingkat kesehatan masyarakat secara umum.

Dengan pengaruh eklamsia yang keras terhadap tingginya angka kematian bulin, maka sudah
selayaknya dilakukan untuk mencegah dan menangani kasus-kasus pre eklamsia. Perawatan pada
bulin dengan pre eklamsia merupakan salah satu usaha nyata yang dapat dilakukan untuk
mencegah timbulnya komplikasi-komplikasi sebagai akibat lanjut dari eklamsia tersebut.

II. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti seminar ini mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan
pada ibu bersalin dengan pre eklamsia/ eklamsia.

1. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti seminar ini mahasiswa diharapkan :

2.1. Dapat melakukan pengkajian pada ibu bersalin dengan pre eklamsia/ eklamsia

2.2. Dapat menentukan masalah keperawtan pada ibu bersalin dengan pre eklamsia/ eklamsia

2.3. Dapat menentukan perencanaan pada ibu bersalin dengan pre eklamsia/ eklamsia
2.4. Dapat menerapkan rencana keperawatn pada ibu bersalin dengan pre eklamsia/ eklamsia

2.5. Dapat melakukan evaluasi pada ibu bersalin dengan pre eklamsia/ eklamsia

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1. A. Definisi

Pregnancy-induced hypertension (PIH), ini adalah sebutan dalam istilah kesehatan (medis) bagi
wanita hamil yang menderita hipertensi. Kondisi Hipertensi pada ibu hamil bisa sedang ataupun
tergolong parah/berbahaya. Seorang ibu hamil dengan tekanan darah tinggi bisa mengalami
Preeclampsia/ eklamsia dimasa kehamilannya itu.

1. Pree-Eklamsia

Preeclampsia adalah kondisi seorang wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga
merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang
membengkak, kurang nafsu makan, mual bahkan muntah. Apabila terjadi kekejangan sebagai
dampak hipertensi maka disebut Eclamsia. (www.nurses-recruitment.blogspot.com)

Pre eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan. (Sarwono, 2005)

Pre eklamsia adalh timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah
usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Mansyur, 2000)

1. Eklamsia

 Eklamsia adalah suatu penyakit yang pada umumnya terjadi pada wanita hamil atau nifas
dengan tanda-tanda pre eklamsia. (sarwono, 2005)
 Eklamsia adalah terjadinya kejang pada seorang wanita dengan pre eklamsia yang tidak
dapt disebabkan oleh hal lain. (Cunningham, 2005)
 Eklamsia adalah pre eklamsia tang disertai kejang-kejang, kelainan akut pada ibu hamil.
(Maimunah, 2005)

1. B. Etiologi dan Faktor Resiko

Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon,
termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat
meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab
terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman
yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya
tekanan darah tinggi. Stop menjadi alcoholic!
Apa yang menjadi penyebab preeclampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui.
Telah terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut, akan
tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus
dapat menerangkan hal-hal berikut:

1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan


mola hidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma. Penyebab PIH tidak
diketahui; namun demikian, penelitian terakhir menemukan suatu organisme yang disebut
hydatoxi lualba.

1. C. Patofisiologis

Pre eklamsia/ eklamsia menyebabkan adanya kerusakan berbagai macam sistem organ seperti
susunan saraf pusat, hematologi, hati, ginjal, otak dan sistem kardiovaskuler. Kerusakan sistem
organ yang terjadi dapat berupa berikut ini :

 Kardiovaskuler
 Hematologi
 SSP
 Otak
 Ginjal
 URI
 Paru
 Hepar

Meningkat (TD ≥ 140/190 )


Tekanan darah

PATHWAY
1. D. Manifestasi Klinis
Pre eklamsia ditandai dengan gejala trias hipertemsi, edema, dan proteinuria. Pada pre eklamsia
ringan tidak dijumpai gejala-gejala obyektif. Sedangkan pada pre eklamsia berat disertai dengan
gejala-gejala yang subyektif, seperti sakit kepala pada daerah frontal, skotoma, diplopia
pengelihatan kabur, nyeri didaerah epigastrium, mual dan muntah, kegelisahan atau hiperfleksi.
Tanda dan gejala pre eklamsia yang disusun dengan serangan kejang menandakan adanya
eklamsia.

Kejang dalam eklamsia ada 4 tingkat, meliputi :

1. Tingkat awal atau aura (invasi)

Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan kosong) kelopak
mata dang tangan bergetar, kepala diputar kekanan dan kekiri.

1. Stadium kejang tonik

Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku atngan menggenggam dan kaki membengkok
kedalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit, berlangsung
kira-kira 20-30 detik.

1. Stadium kejang klonik

Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat, mulut terbuka dan
menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot,muka kelihatan kongesti
dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak
sadar, menarik nafas seperti mendengkur.

1. Stadium koma

Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara kesadaran
timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan koma. (Muchtar Rustam, 1998
: 275)

1. E. Komplikasi

 Ablatio retinae
 DIC
 Gagal ginjal
 Perdarahan otak
 Gagal jantung
 Edema paru

1. F. Pemeriksaan Diagnostik

 Tes celup strip


 Tes toleransi glukosa oral
1. G. Penatalaksanaan Medis

PRINSIP PENATALAKSANAAN PRE-EKLAMPSIA

1. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah


2. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3. Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin terhambat,
hipoksia sampai kematian janin)
4. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelah
matur, atau imatur jika diketahui bahwa risiko janin atau ibu akan lebih berat jika
persalinan ditunda lebih lama.

Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan

1. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin


2. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat
kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg).
3. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8
jam pada malam hari)
4. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
5. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
6. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau
nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
7. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
8. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
9. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat
jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien
menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.

10. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. Jika
perbaikan, lanjutkan rawat jalan

11. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan
janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya.
Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.

12. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan
ekstraksi untuk mempercepat kala ii.

Penatalaksanaan pre-eklampsia berat

Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi
bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama
dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG,
kardiotokografi !!!
1. Penanganan aktif.

Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar bersalin.
Tidak harus ruangan gelap. Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini.

– Ada tanda-tanda impending eklampsia

– Ada hellp syndrome

– Ada kegagalan penanganan konservatif

– Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr

– Usia kehamilan 35 minggu atau lebih

Pengobatan medisinal : diberikan obat anti kejang MgSO4 dalam infus dextrose 5% sebanyak
500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian MgSO4 : dosis awal 2 gram intravena diberikan dalam 10
menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram per jam drip infus (80 ml/jam
atau 15-20 tetes/menit). Syarat pemberian MgSO4 : – frekuensi napas lebih dari 16 kali permenit
– tidak ada tanda-tanda gawat napas – diuresis lebih dari 100 ml dalam 4 jam sebelumnya –
refleks patella positif. MgSO4 dihentikan bila : – ada tanda-tanda intoksikasi – atau setelah 24
jam pasca persalinan – atau bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang
nyata. Siapkan antidotum MgSO4 yaitu Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NaCl 0.9%,
diberikan intravena dalam 3 menit). Obat anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik
lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110 mmHg. Obat yang dipakai
umumnya nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun dapat diberi
tambahan 10 mg lagi. Terminasi kehamilan : bila penderita belum in partu, dilakukan induksi
persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter Folley, atau prostaglandin E2. Sectio
cesarea dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi partus pervaginam.
Pada persalinan pervaginam kala 2, bila perlu dibantu ekstraksi vakum atau cunam.

1. Penanganan konservatif

Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia dengan
keadaan janin baik, dilakukan penanganan konservatif. Medisinal : sama dengan pada
penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda pre-eklampsia ringan,
selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan maka keadaan ini
dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera dilakukan terminasi. JANGAN LUPA
: OKSIGEN DENGAN NASAL KANUL, 4-6 L / MENIT !! Obstetrik : pemantauan ketat
keadaan ibu dan janin. Bila ada indikasi, langsung terminasi.

PENATALAKSANAAN EKLAMPSIA

Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas, yang ditandai
dengan timbulnya kejang dan / atau koma.
Sebelumnya wanita hamil itu menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-kejang
dipastikan BUKAN timbul akibat kelainan neurologik lain). Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala-gejala pre-eklampsia disertai kejang dan atau koma.

Tujuan pengobatan : menghentikan / mencegah kejang, mempertahankan fungsi organ vital,


koreksi hipoksia / asidosis, kendalikan tekanan darah sampai batas aman, pengakhiran
kehamilan, serta mencegah / mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi, sebagai penunjang
untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin.

Sikap obstetrik : mengakhiri kehamilan dengan trauma seminimal mungkin untuk ibu.
Pengobatan medisinal : sama seperti pada pre-eklampsia berat. Dosis MgSO4 dapat ditambah 2 g
intravena bila timbul kejang lagi, diberikan sekurang-kurangnya 20 menit setelah pemberian
terakhir. Dosis tambahan ini hanya diberikan satu kali saja. Jika masih kejang, diberikan
amobarbital 3-5 mg/kgBB intravena perlahan-lahan. JANGAN LUPA : OKSIGEN DENGAN
NASAL KANUL, 4-6 L / MENIT !! Perawatan pada serangan kejang : dirawat di kamar isolasi
dengan penerangan cukup, masukkan sudip lidah ke dalam mulut penderita, daerah orofaring
dihisap. Fiksasi badan pada tempat tidur secukupnya.

(www.cklobpt2.com)

1. H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian

1.1. Data subyektif

 Data demografi
 Umur biasanya sering terjadi pada primy gravid, < 20 tahun > 35 tahun
 Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedem, pusing, nyeri
epigastrum, mual muntah, penglihatan kabur
 Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi
kronik, DM.
 Riwayat keluarga : apakah ada sebelumnya keluarga yang menderita hipertensi.
 Pola nutria : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.
 Psikososial spiritual : emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.

1.2. Data obyektif

 Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam


 Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
 Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
 Perkusi : intuk mengetahui reflex patella sebagai syarat pemberian SM (jika reflex + )
 Pemeriksaan penunjang :

– Tanda vital yang diukur dalam posisi berbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6
jam
– Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream (biasanya meningkat hingga 0,3
gr/lt +1 hingga +2 pada skala kualitatif), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum
kreatinin menigkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml.

– Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/mgg

– Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan otak.

– USG : untuk mengetahui keadaan janin

– NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

 Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan Diagnostik Hasil :


1. Pemeriksaan TD tiap 4 jam kecuali  TD sistol 140 mmHg atau lebih atau
pada malam hari pada saat pasien kenaikan 30 mmHg di atas tekanan
tidur. biasa
 TD diastole 90 mmHg atau lebih atau
1. Pemeriksaan proteinuria tiap hari kenaikan 15 mmHg di atas tekanan
secara kuantitatif biasa.

1. Pemeriksaan cairan keluar masuk  > 0,3 gr/L dalam urine 24 jam atau
setiap hari lebih dari 1 gr/L pada urine
sembarang
1. Sakit kepala, gangguan penglihatan,
oedem jaringan dan kelopak mata  CM tidak seimbang dengan CK

1. BB tiap 2 hari  Oedem yang tetap pada jari tangan


dan kelopak mata
1. Pemeriksaan retina
 Peningkatan BB
 Penurunan reflex retina

1. Diagnosa Keperawatan

 Gangguan perfusi jaringan otak b/d penurunan kardiak out put sekunder terhadap
vasopasme pembuluh darah.
 Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi
kejaringan plasenta sekunderterhadap penurunan cardiac out put.
 Kelebihan volum cairan b/d kerusakan fungsi glumerolus sekunder terhadap penurunan
cardiac out put
 Gangguan pemenuhan ADL b/d immobilisasi; kelemahan
 Kurang pengetahuan mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan b/d misinterpretasi
informasi
 Pola nafas tidak efektif b/d penurunann ekspansi paru.

DiagnosaKeperawatan Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi R


1. Gangguan perfusi Perfusi jaringan otak adekuat  Monitor perubahan tiba-tiba atau
jaringan otak b/d danTercapai secara optimal. gangguan mental kontinu (
penurunan cardiac cemas bingung, letargi, pingsan )
output sekunder Kriteria hasil :
terhadap vasopasme  Obsevasi adanya pucat, sianosis,
pembuluh darah  Keluhan nyeri pada kepala belang, kulit dingin/ lembab,
tidak cacat kekuatan nadi perifer.
 Kaji tanda Homan ( nyeri pada
ada, bebas nyeri / ketidak- betis dengan posisi dorsofleksi )
eritema, edema
nyamanan.  Dorong latihan kaki aktif / pasif

 GCS : E4V5M6, pasien sadar /  Pantau pernafasan

terorientasi baik.  Kaji fungsi GI, catat anoreksia,


penurunan bising usus, muntah/
 TD sistolik ≤ 140 mmHg, mual, distaensi abdomen,
kontipasi
TD sistolik ≤ 90 mmHg.
 Pantau masukan dan perubahan
 Vital sign dalam batas yang keluaran

dapat diterima, nadi perifer

kuat.

 Intake output seimbang, tidak


ada oedem.
 Akral terasa hangat.
 Sianosis (-)

1. Resiko terjadi gawat Gawat janin tidak terjadi, bayi Dapat  Anjurkan penderita untuk tidur
Janin intrauteri dipertahankan sampai Umur 37 miring ke kiri
(hipoksia) b/d minggu dan atau BBL ≥ 2500
penurunan suplay O2 gr.Kriteria hasil :  Anjurkan pasien untuk
dan nutrisi ke melakukan ANC secara teratur
jaringan plasenta  Gerakan janin aktif sesuai dengan masa kehamilan:
sekunder terhadap  DJJ 120-140 x/mnt
penurunan cardiac  Kontraksi uterus/ his tidak ada – 1 x/bln pada trisemester I
output
kehamilan dapat dipertahankan – 2 x/bln pada trisemester II

Sampai umur 37 minggu dan atau


BBL ≥ 2500 gr – 1 x/minggu pada trisemester III

 Pantau DJJ, kontraksi uterus/his


gerakan janin setiap hari

 Motivasi pasien untuk


meningkatkan fase istirahat
 Jelaskan pada pasien untuk
segera memeriksakan
kehamilannya bila terdapat :

– Gerakan janin berkurang atau

Menurun

– Kontraksi/ his terus-menerus

– Pendarahan

– Nyeri abdomen

– Perut mengeras dan sangat

nyeri

 Bila perlu beri O2 2 liter/mnt

1. Kelebihan volume Kelebihan volume cairan teratasi.  Auskultasi bunyi nafas akan
cairan fungsi kriteria hasil : adanya krekels.
glomerulus skunder  Catat adanya DVJ, adanya edema
terhadap penurunan  Balance cairan masuk dan dependen
cardic output. keluar  Ukur masukan atau keluaran,
 Vital sign dalam batas catat penurunan pengeluaran,
yang diterima sifat konsentrasi, hitung
 Tanda-tanda edema tidak ada keseimbangan cairan.
 Suara nafass bersih
 Pertahankan pemasukan total
cairan 2000 cc/24 jam dalam
toleransi kardiovaskuler.
 Berikan diet rendah natrium atau
garam.
 Delegatif pemberian diuretik.

1. gangguan ADL dan kebutuhan beraktifitas  Kaji toleransi pasien terhadap


pemenuhan ADL pasien terpenuhi secara adekuat. aktifitas menggunakn termometer
berdasarkan Kriteria hasil : berikut : nadi 20/m diatas
immobilisasi frekuensi nadi istirahat, catat
kelemahan  Menunjukkan peningkatan peningkatan tekanan darah,
dalam beraktifitas. Dispenia, nyeri dada, kelelahan
 Kelemahan dan kelelahan berat, kelemahan, berkeringat,
berkuarang. pusing atau pingsang.
 Kebutuhan ADL terpenuhi  Tingakat istirahat, batasi aktifitas
secara mandiri atau bantuan. pada dasar nyeri atau respon
 Frekuensi jantung atau irama hemodinamik, berikan aktifitas
dan tekanan darah dalam batas senggang yang taidak berat.
normal.  Kaji kesiapan untuk
 Kulit hangat, merah muda dan meningkatkan aktifitas contao ;
kering. penurunan kelemahan dan
kelelahan, tekanan darah stabil,
peningkatan perhatian pada
aktifitas dan perawatan diri.
 Dorong memjukan aktifitas atau
toleransi perawatan diri.

 Anjurkan keluarga untuk


membantu pemenuhan kebutuhan
ADL pasienn.

 Anjurakan pasiien menghindari


peningkatan tekanan abdomen,
mengejan saat defekasi.

 Jelasakn pola peningkatan


bertahap dari aktifitas, contoh :
posisi duduk diatas tempat tidur
bila tidak ada pusing dan nyeri,
bangun dari tempat tidur, belajar
berdiri dst.

1. Defisit knowledge Kebutuhan pengetahuan terpenuhi  Identifikasi dan ketahui persepsi


mengenai secara adekuat. pasien terhadap ancaman atau
penatalaksanaan Kriteria hasil : situasi. Dorong mengekspresikan
terapi dan perawatn dan jangan menolak perasaan
berdasarkan  Pasien memahami regimen marah, takut dll.
misinterpretasi teraupeutik dan perawatan  Mempertahankan kepercayaan
informasi. yang diberikan. pasien ( tanpa adanya keyakinan
 Pasien kooperatif terhadap yang salah )
tindakan pengobatan dan  Terima tapi jangan beri
perwatan yang diberikan. penguatan terhadap penolakan
 Pasien taat terhadap program
pengobatan yang diberikan.  Orientasikan klien atau keluarga
terhadap prosedur rutin dan
aktifitas, tingkatkan partisipasi
bila mungkin.
 Jawab pertanyaan dengan nyata
dan jujur, berikan informasi yang
konsisten, ulangi bila perlu.
 Dorong kemandirian, perawatan
diri, libatkan keluarga secara
aktif dalam perawatan.

1. Pola nafas tak efektif Pola nafas yang efektif.  Pantau tingkat pernafasan dan
berdasarkan Kriteria hasil : suara nafas.
penurunan ekspansi
paru.  Hilangnya sianosis  Atur posisi fowler atau semi
fowler.
 Sediakan perlengkapan
Kapiler refil detik dan suhu tubuh penghisapan atau penambahan
normal. aliran udara.

 Berikan obat sesuai petunjuk.

 Sediakan oksigen tambahan

1. Implementasi

Penatalaksanaandisesuaikan dengan intervensi yang telah ditentukan

1. Evaluasi

Evaluasi disesuaikan dengan criteria hasil yang telah ditentukan.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Preeklamsia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kehamilan yang ditandai dengan gejala
hipertensi, edema serta proteinuria. Gejala yang timbul oleh pre eklamsia sangat mendadak
sehingga perlu kewaspadaan yang sangat tinggi saat kehamilan. Memang sampai saat ini belum
diketahui apa penyebabnya. Namun para pakar telah mencoba mengungkapnya dengan teori-
teori. Tanda-tanda yang pertama kali muncul pada pre eklamsia adalah hipertensi, edema dan
kemudian disertai proteinuria. Edema merupakan penimbunan cairan secara umum dan
berlebihan dalam jaringan tubuh. Proteinuria merupakan konsentrasi protein dalam air kencing
yang melebihi 0,3 gr/L air kencing 24 jam.

Eklamsia adalah pre eklamsia yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat
kelainan nurologi. Pre eklamsia merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKA

(http ://www.Trinia’s.blogspot.com/).2008. Asuhan Keperawatan Pre-eklamsia, Eklamsia.

Cunningham Gary. Obstetri Williams. Ed 18. Jakarta. EGC.

Doengoes, Marlynn E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan/bayi. Jakarta. ECG.

Mansjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.3, cet. 1. Jakarta : Media Aesculapius.

Manuaba Gde 1. B., Prof. dr. Penuntun Diskusi Obstetric dan Ginekologi untuk Mahasiswa
Kedokteran. Jakartan. EGC.

(www.cklobpt2.com). Hipertensi dalam kehamilan. Di akses 1 maret 2009

(www.nurses-recruitment.blogspot.com). Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi). Di akses 1 maret


2009

https://dcolz.wordpress.com/2010/12/28/164/

Anda mungkin juga menyukai