Anda di halaman 1dari 40

1

TINJAUAN PEMENUHAN PRESTASI OLEH DEBITUR DI PT


PEGADAIAN SYARI'AH PROBOLINGGO
(STUDI KASUS NASABAH NELAYAN DI KECAMATAN MAYANGAN)

SKRIPSI

OLEH :

LAILATUL MANSURYAH
NPM/NIRM : 1620802029/2016.4.010.0229.1.000744

UNIVERSITAS NURUL JADID

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

PAITON PROBOLINGGO

2020
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di Indonesia terdapat lembaga yang relatif baru yaitu Pegadaian

Syariah. Dengan menggunakan nilai islam yang di selaraskan pada sistem

administrasi modern yaitu efektifitas, efisiensi, dan asas rasionalitas yang

menjadi konsep Pegadaian Syariah.1 Pada bulan Januari 2003 nama Unit

Layanan Gadai Syariah (ULGS) cabang Dewi Sartika berdiri di Jakarta

sebagai Pegadaian Syariah Pertama kali di bangun. Kemudian pada bulan

Desember 2003 di tahun yang sama berdirilah ULGS di Yogyakarta,

Surakarta, Semarang, Makassar dan Surabaya. Aceh menjadi konversi

Pegadaian Syariah dan mempunyai empat kantor cabang pegadaian di

tahun yang sama.2

Produk pembiayaan yang menjadi tren dari perkembangan rahn yang

berbasis syariah tidak begitu baik, karena hal ini juga di sebabkan oleh

beberapa faktor pendukung di produk Rahn yang sangat terbatas, yaitu

seperti gudang penyimpanan barang jaminan (marhun), alat untuk

penaksir dan juga sumberdaya penaksir.3

Debitur memberikan jaminan kepada kreditur atas utang yang di

pinjam sebagai jaminan. Utang yang tidak terlunasi atas benda yang telah

di jaminkan maka pihak kreditur dapat menuntut eksekusi barang tersebut,

1
Mardani, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia, (Jakarta :
Kencana, 2017), 189.
2
Andri Soemitra, Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah, (Jakarta : Kencana, 2018),
406.
3
Mardani, Aspek, 190.
3

jika pada saat jatuh tempo debitur tidak dapat melunasi utangnya. 4 Debitur

yang mempunyai utang karena disebabkan perjanjian atau dalam Undang-

Undang yang cara pelunasannya dapat di tagih di lembaga pengadilan

berdasarkan Undang-Undang Ketenagakerjaan (pasal 1 no 1) – Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU).5

Prestasi merupakan seluruh harta kekayaan debitur baik yang bergerak

maupun yang tidak bergerak baik yang sudah ada maupun yang akan ada

sebagai jaminan berdasarkan pasal 1131 dan pasal 1132 KUH Perdata.

Adapun jaminan tersebut merupakan jaminan umum.6

Pegadaian syariah probolinggo merupakan pegadaian syariah yang

masih baru berdiri. Waktu berdirinya pegadaian syariah probolinggo ini

ialah pada tahun 2017 dan sebelumnya pegadaian syariah ini masih

menjadi unit cabang pasuruan dan membawahi 2 unit yaitu UPS Lumajang

dan UPS Untung Suropati Pasuruan Probolinggo. Pimpinan cabang

Pegadaian Syariah Probolinggo ini ialah bapak Muhammad Imam Agus

S.E, beliau lah yang yang memimpin dan membina pegawai-pegawai di

pegadaian syariah probolinggo.

Pegadaian syariah probolinggo terletak di kecamatan Mayangan dekat

dengan laut. Meskipun dekat dengan laut dan mempunyai ciri khas bau

yang berbeda, pegadaian syariah ini tidak pernah sepi dari nasabah.

Karena letak pegadaian syariah ini berada di pinggir laut, maka mayoritas
4
Susanti Adi Nugroho, Hukum Kepailitan Di Indonesia, (Jakarta : Pranadamedia
Group. 2018), 208.
5
Sutan Remy Sjahdeini, Sejarah Asas dan Teori Hukum Kepailitan, (Jakarta :
Kencana, 2016 ), 204.
6
Tim Visi Yustisia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata & Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Perdata, (Jakarta : Visimedia, 2015), 301-302.
4

nasabah di pegadaian syariah mereka yang berprofesi nelayan.

Kebanyakan masyarakat kecamatan Mayangan menjaminkan emasnya di

pegadaian untuk memperoleh pinjaman. Emas yang digunakan oleh

mereka di gadaikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Prosedur peminjaman di pegadaian Syariah Probolinggo pengajuannya

sederhana, mudah dan cepat. Hanya dengan menyerahkan KTP atau

identitas resmi lainnya, menyerahkan barang jaminan (jaminan berupa

barang bergerak seperti emas, berlian, mobil, motor dan produk

elektronik) dan menandatangani Surat Bukti Kredit (SBK).

Jangka waktu pinjaman di Pegadaian Syariah Probolinggo maksimal 4

bulan/120 hari dan dapat di perpajang dengan cara memberikan Surat

Keterangan Kredit (SBK) dan membayar sewa modal atau mengangsur

sebagian uang pinjaman. Begitupun dalam melunasi pinjaman, nasabah

hanya menyerahkan Surat Keterangan Kredit (SBK), KTP dan sejumlah

uang.

Untuk mengatasi kesulitan kebutuhan dana dapat dipenuhi tanpa

kehilangan barang-barang berharga, maka masyarakat dapat menjaminkan

barang-barangnya ke lembaga tertentu, yakni lembaga pegadaian. Barang

yang di jaminkan tersebut pada waktu tertentu dapat di tebus kembali

setelah masyarakat melunasi pinjamannya.7

Di musim hujan seperti sekarang ini banyak nelayan yang tidak bisa

melaut dikarenakan ombak yang cukup besar, sehingga tidak ada yang

7
Veithza Rivai, Andria Permata, Ferry, Bank and Financial Institution Management
(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), 1323.
5

berani untuk melaut dan banyak kapal-kapal nelayan yang terpampang di

tepi laut, oleh sebab itu para nelayan terpaksa menggadaikan emasnya di

pegadaian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Jika musim

hujan berlangsung cukup lama, para nelayanpun tidak bisa menebus

barang yang mereka gadaikan sehingga terjadilah pelelangan.

Sebelum pelelangan terjadi, pihak pegadaian terlebih dahulu

menghubungi dan memberi tahu kepada pihak nasabah bahwa mereka

sudah jatuh tempo, jika selama sepuluh hari mereka tidak juga menebus

barang yang digadaikan, maka barang tersebut akan di lelang, harga

barang yang dilelang nantinya akan di hitung dengan jumlah pinjaman

nasabah kemudian jika ada kelebihan maka uang lebihannya akan di

kembalikan lagi kepeda pihak nasabah yang memiliki barang lelangan

tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui lebih dalam lagi

kenapa masyarakat di kecamatan mayangan banyak yang tidak bisa

menebus barang yang di gadaikan di Pegadaian Syariah Probolinggo.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagian nasabah kurang memperhatikan jangka waktu jatuh tempo.

2. Nasabah sering dihadapkan pada persoalan keuangan untuk melakukan

pelunasan.

3. Nasabah lebih untuk melakukan pelunasan terhadap pinjaman.


6

4. Ketidak mampuan nasabah untuk melunasi pinjaman ketika tidak ada

penghasilan atau pemasukan pada waktu musim barat atau penghujan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat di tarik

suatu rumusan permasalahan yakni sebagai berikut :

1. Bagaimana tindakan debitur terhadap pemenuhan prestasi di PT

Pegadaian Syariah Probolinggo ?

2. Bagaimana proses penyelesaian tanggungan debitur jika tidak

memenuhi prestasi di PT Pegadaian Syariah Probolinggo ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai di

dalam penelitian ini adalah :

1. Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan

yang ada di Pegadaian Syariah Probolinggo dan cara kreditur

menyelesaikan masalah tersebut.

2. Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui apa penyebab debitur tidak bisa melunasi

pinjamannya di PT Pegadaian Syariah Probolinggo.

2) Untuk mengetahui bagaimana proses penyelesaian terhadap debitur

yang wanprestasi di PT Pegadaian Syariah Probolinggo.

E. Manfaat Penelitian
7

1. Manfaat Teoritis

a. Diharapkan dapat memberikan ilmu tambahan sehigga dapat

menganalisis pemenuhan prestasi oleh debitur.

b. Diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai debitur yang

tidak memenuhi prestasi dalam perjanjian gadai.

2. Manfaat Praktisi

a. Bagi Mahasiswa

1) Memperoleh tambahan pengetahuan untuk meningkatkan

kecerdasan intelektual.

2) Memperoleh kesempatan untuk menerapkan pengetahuan

teoritis yang di peroleh di perkuliahan dalam berbagai kasus riil

di dunia kerja.

b. Bagi Institusi

1) Sebagai bahan tambahan pengetahuan tentang pemenuhan

prestasi oleh debitur.

2) Memberikan masukan tentang debitur yang tidak memenuhi

prestasi.

c. Bagi pihak lain

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan

dan bahan referensi untuk penelitian di masa yang akan datang.

F. Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan definisi berdasarkan sifat-sifat hal yang

didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi konsep itu
8

akan menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan untuk mengacu

kepada bagaimana mengukur suatu konsep.8 Maka dari itu untuk

mencegah kesalah fahaman dan untuk memperoleh pemahaman yang jelas

dari si pembaca dalam memahami judul skripsi ini, makan penulis perlu

menjelaskan variabel dalam judul ini, yaitu :

1. Pemenuhan prestasi dalam hukum perdata merupakan kewajiban

memenuhi prestasi selalu disertai jaminan harta kekayan debitur.

Untuk jaminannya, debitur memberikan jaminan berupa harta yang

dimiliki baik berupa benda bergerak maupun yang tidak bergerak, baik

yang sudah ada maupun yang akan ada dan memberikannya kepada

kreditur.9

2. Debitur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan (UUK) - Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) Pasal 1 angka 1 iyalah orang

yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang

pelunasannya dapat ditagih di lembaga pengadilan.10

3. Pegadaian syariah merupakan sistem menjamin utang dengan barang

yang dimiliki yang mana dapat di bayar dengan uang atau hasil

penjualannya. Dan pegadaian syariah probolinggo ini merupakan

pegadaian syariah yang masih baru berdiri yang terletak di kecamatan

mayangan dekat dengan laut. Prosedur peminjaman di pegadaian

8
Universitas Nurul Jadid, E-Book Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 27.
9
Tim Visi Yustisia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata & Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Perdata, (Jakarta : Visimedia, 2015), 301.
10
Sutan Remy Sjahdeini, Sejarah, asas dan teori hukum kepailitan, (Jakarta :
Kencana, 2016), 204.
9

Syariah Probolinggo pengajuannya sederhana, mudah dan cepat

dengan jangka waktu pinjaman maksimal 4 bulan/120 hari.

G. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini pada dasarnya adalah untuk mendapatkan

gambaran topik yang akan di teliti dengan penelitian sejenis yang pernah

di lakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga di harapkan tidak ada

pengulangan materi secara mutlak.

1. Ima Lasnita, 2019, Dalam skripsinya yang berjudul : Tinjauan Yuridis

Terhadap Debitur Wanprestasi Dalam Gadai Secara Elektronik Di PT

Pegadaian Tanjung Pura. Dimana dalam penelitian ini yaitu untuk

mengetahui tindakan kreditur terhadap debitur yang wanprestasi dalam

gadai secara elektronik di PT Pegadaian Tanjung Pura dan proses

penyelesaian terhadap debitur yang telah wanprestasi.11

2. Elvi Zahara Hidayani, 2016, Tinjauan Yuridis Terhadap Debitur Yang

Melakukan Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Bank Mestika.

(Studi Kasus Putusan No.447/Pdt.G/2013/PN.Mdn). Dimana dalam

penelitian ini adalah untuk mengetahui apa bentuk upaya

penyelamatan kredit macet menurut ketentuan bank Indonesia,

bagaimana mekanisme yang dilakukan bank dalam menyelesaikan

kredit macet dan bagaimana akibat hukum bagi debitur yang

11
Ima Lasnita. Tinjauan Yuridis Terhadap Debitur Wanprestasi Dalam Gadai Secara
Elektronik Di PT Pegadaian Tanjung Pura. Universitas HKBP Nommensen. 2019.
10

melakukan wanprestasi terhadap perjanjian kredit bank pada putusan

dengan no perkara 447/Pdt.Mdn.12

3. Dini Ajeng, 2017, Dalam Skripsinya Yang Berjudul: Wanprestasi

Debitur Akibat Force Majeure (Bencana Alam) Dalam Perjanjian

Kredit (Studi Putusan Nomor: 25/PDT.G/2010/PN.SMI.) Dimana

dalam penelitian ini pihak penggugat tidak mempunyai i’tikad baik

untuk membayar hutangnya kepada tergugat selaku kreditur, tetapi

penggugat mengajukan gugatan kepada pihak tergugat dengan salah

satu tuduhan melakukan pelelangan jaminan tanpa sepengetahuan

pihak penggugat selaku debitur. Penggugat menggunakan alasan

macetnya kredit dikarenakan Force Majeure (bencana alam) yang

melanda Jakarta pada tahun 2006 dan mengakibatkan penggugat

mengalami kerugian yang cukup besar sehingga tergugat

merestrukturisasi kredit penggugat tetapi penggugat wanprestasi.13

4. Lailatul Mansuryah, 2020, Dalam Skripsinya Yang Berjudul :

Tinjauan Pemenuhan Prestasi Oleh Debitur Di PT Pegadaian

Syari'ah Probolinggo ( Studi Kasus Masyarakat Nelayan Di

Kecamatan Mayangan ). Dimana perbedaan penelelitian ini dengan

penelitian yang pertama adalah mengetahui tindakan kreditur terhadap

nasabah yang wanprestasi melalui elektronik, penelitian yang kedua

adalah nasabah yang wanprestasi karena memang tidak ada niatan

12
Elvi Zahara Hidayani, Tinjauan Yuridis Terhadap Debitur Yang Melakukan
Wanprestasi Dalam Perjanjian Kredit Bank Mestika. (Studi Kasus Putusan
No.447/Pdt.G/2013/PN.Mdn). Universitas Medan Area. 2016.
13
Dini Ajeng, Wanprestasi Debitur Akibat Force Majeure (Bencana Alam) Dalam Perjanjian
Kredit (Studi Putusan Nomor: 25/PDT.G/2010/PN.SMI.). UNEJ. 2017.
11

untuk membayar hutang kepada kreditur dengan menggunakan alasan

bencana alam, penelitian yang ketiga adalah terjadinya wanprestasi

kreditur akibat bencana alam, sedangkan penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana penyelesaian kreditur dalam mengatasi debitur

yang tidak memenuhi prestasi (wanprestasi) di PT Pegadaian Syariah

Probolinggo (studi kasus nasabah nelayan di kecamatan Mayangan).14

14
Lailatul Mansuryah, Tinjauan Pemenuhan Prestasi Oleh Debitur Di PT Pegadaian
Syari'ah Probolinggo ( Studi Kasus Nasabah Nelayan Di Kecamatan Mayangan ).
Universitas Nurul Jadid (UNUJA). 2020.
12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Gadai

1. Pengertian Gadai

Gadai merupakan suatu hak yang di peroleh oleh kreditur atas

suatu barang bergerak yang di berikan kepada kreditur oleh debitur,

sebagai suatu jaminan atas utang debitur dan yang memberi hak

kepada kreditur untuk mengambil pelunasan piutangnya dari barang

tersebut, dengan pengecualian biaya penjualan sebagai pelaksanaan

putusan atas tuntutan mengenai pemilikan atas penguasaan barang, dan

biaya penyelamatan barang itu, yang dikeluarkan setelah barang itu

diserahkan sebagai gadai dan yang harus didahulukan.15

Dari definisi di atas terdapat beberapa unsur pokok yaitu :

1) Adanya gadai karena perjanjian penyerahan kekuasaan atas barang

gadai (marhun) terhadap kreditur.

2) Penyerahan tersebut bisa diwakilkan oleh orang lain atas nama

debitur.

3) Yang menjadi objek gadai hanya benda bergerak.

Selain dapat menjual atau menggadaikan barang yang dapat dilihat,

debitur juga dapat menjual hak-haknya. Terdapat beberapa macam

benda dalam Undang-Undang yang dapat di gadaikan :

15
Tim Visi Yustisia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata & Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Perdata, (Jakarta : Visimedia, 2015), 307.
13

1) Benda yang dapat di perdagangkan seperti lapangan umum dan

yang tak dapat di perdagangkan atau di luar perdagangan seperti

jalan-jalan.

2) Benda yang dapat di bagi seperti beras dan benda yang tidak dapat

dibagi seperti seekor binatang.

3) Benda yang bergerak seperti perabot rumah dan benda yang tak

bergerak seperti tanah.16

Dalam hukum adat ada dua hukum yang menimbulkan hak gadai

yaitu disebut dengan jual gadai atau jual akad. Jual gadai adalah

perbuatan hukum bersifat tunai dan terang berupa penyerahan barang

oleh pemiliknya kepada pihak lain yang memberikan uang kepadanya

saat itu dengan perjanjian bahwa barang itu akan kembali kepada

pemiliknya setelah di kembalikan uang sepenuhnya (uang tebusan).17

Hak gadai merupakan suatu hak yang memberikan sebuah

kekuasaan terhadap suatu benda yang tidak untuk di pakai, tetapi bisa

untuk dijadikan jaminan bagi utang seseorang. Hak gadai itu sendiri

menurut ketentuan pasal 1150 KUH Perdata18 berarti suatu yang

didapatkan oleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang di berikan

oleh debitur kepada kreditur sebagai jaminan atas utangnya.19

2. Dasar Hukum Gadai.


16
Nurlela, Hutang Dengan Jaminan Barang Tanpa Sertifikat Fidusia Cacat Hukum,
(Jakarta : Hukum Publishing, 2019), 4.
17
Sulaeman Jajuli, Kepastian Hukum Gadai Dalam Islam. (Yogyakarta : Deepublish,
2015), 187.
18
Tim Visi Yustisia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata & Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Perdata, (Jakarta : Visimedia, 2015), 307.
19
Ronald saija dan Roger F.X.V. letsoin, Buku Ajar Hukum Perdata. (Yogyakarta :
Deepublish, 2016), 55.
14

Dasar hukum gadai bisa dilihat pada peraturan perundang-

undangan, yaitu :

1) Dalam pasal 1150 - 1160 KUH Perdata.

2) Tentang perusahaan pegadaian dalam Undang-Undang No 178

tahun 1969.

3) Tentang perusahaan pegadaian dalam Undang-Undang No 10

Tahun 1970.

4) Undang-Undang No 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum

(Perum) Pegadaian.

Lembaga pegadaian merupakan lembaga yang di tunjuk untuk

menerima dan menyalurkan kredit berdasarkan hukum gadai yang ada

di Indonesia.20

3. Sifat-Sifat Gadai

Sifat-sifat gadai yaitu :

1) Gadai merupakan benda bergerak baik yang berwujud maupun

yang tidak berwujud.

2) Gadai bersifat accesoir, yaitu untuk menjaga jangan sampai

debitur/nasabah lalai untuk melunasi utangnya.

3) Bersifat kebendaan.

4) Syarat inbezitztelling, yaitu benda gadai harus keluar dari

kekuasaan pemberi gadai (debitur) kepada pemegang gadai

(kreditur).

20
H.Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers,
2016), 35.
15

5) Hak untuk menjual atas kekuasaan diri.

6) Dalam pasal 1130-1150 KUH Perdata yaitu hak preferensi (hak

untuk didahulukan).

7) Hak gadai tidak dapat terbagi, yaitu sebagian hak gadai tidak akan

terhapus dengan dibayarnya sebagian dari utang.21

4. Subjek dan Objek Gadai.

Subjek gadai terdiri atas dua pihak yaitu :

1) Pemberi gadai (debitur)

Seseorang yang memberikan jaminan dalam bentuk benda

bergerak kepada penerima gadai (kreditur).

2) Penerima gadai

Seseorang yang menerima barang gadai (marhun) sebagai sebuah

jaminan untuk jumlah pinjaman uang yang diberikan.22

Objek gadai (marhun) merupakan semua benda bergerak dan pada

dasarnya benda/marhun tersebut bisa digadaikan, baik itu benda

bergerak berwujud maupun benda bergerak yang tidak berwujud yang

berbentuk berbagai hak untuk mendapatkan pembayaran uang yang

berupa surat-surat piutang terhadap pemberi gadai (debitur), atas

tunjuk, dan atas nama serta hak tetap.23

Dalam Objek gadai senantiasa menyangkut barang bergerak.

Dalam pasal 509 KUH Perdata barang bergerak merupakan barang

21
Elsi Kartia Sari & Adfendi Simanunsong. Edisi Edua. Hukum Dalam Ekonomi.
(Jakarta : Grasindo, 2008), 16.
22
H.Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, (Jakarta : Rajawali
Pers, 2016), 36.
23
Ibid., 17.
16

yang sifatnya dapat berpindah sendiri atau dipindahkan.24 Barang

bergerak ini dapat berupa barang bergerak berwujud dan barang

bergerak tidak berwujud, juga dapat berupa barang bergerak yang

habis pakai dan tidak habis pakai. Barang bergerak berwujud yang

sekaligus tidak habis pakai berarti barang bergerak yang dapat diindera

dengan panca indera dan tidak habis atau tetap ada meskipun telah

digunakan berulangkali seperti meja, kursi, komputer, dan papan tulis.

Barang bergerak berwujud yang habis pakai misalnya bahan makanan

dan alat tulis. Adapun barang bergerak yang tidak berwujud adalah hak

yang bernilai uang seperti merk dan hak piutang yang melekat pada

surat berharga.25

5. Prosedur dan Syarat-Syarat Pemberian dan Pelunasan Pinjaman

Gadai.

Setiap debitur/nasabah yang ingin mendapatkan pinjaman uang

dari lembaga pegadaian harus menyampaikan keinginannya kepada

penerima gadai atau si kreditur dengan menyerahkan barang gadai

(marhun) kepada penaksir gadai untuk di taksir berapa jumlah

pinjamannya. Penaksir gadai merupakan orang yang di tunjuk oleh

lembaga pegadaian untuk menaksir objek gadai, yang meliputi kualitas

barang gadai, berat barang gadai, dan juga besarnya nilai taksiran serta

nilai pinjamannya.penaksir gadai ini melakukan aktivitas :

24
Tim Visi Yustisia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata & Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Perdata, (Jakarta : Visimedia, 2015), 179.
25
Ahmad Rizki Sridadi, Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Surabaya : Airlangga
University Press, 2009), 214.
17

1) Menerima barang jaminan dari nasabah dan menetapkan besarnya

nilaitaksiran dan uang pinjaman. Besarnya nilai pinjaman ini

bervariasi dan juga tergolong golongannya. Golongan A, maka

jumlah pinjaman uang yang akan diberikan yaitu sebesar 91% dari

nilai taksiran, sedangakan golongan B, C dan D yaitu sebesar 89%

dari nilai taksiran.

2) Mencatat nilai taksiran dan uang pinjaman pada Buku Taksiran

Kredit (BTK), dan menerbitkan Surat Bukti Kredit (SBK).

3) SBK dibuat rangkap dua.dan di distribusikan sebagai berikut :

1. Lembar pertama di serahkan kepada nasabah.

2. Kiter tengah dan juga diluar lembar kedua di tempelkan pada

barang jaminan (marhun).

3. Kiter dalam serta badan lembar kedua dikirimkan ke kasir.

Setelah barang jaminan selesai ditaksir oleh penaksir gadai,

langkah selanjutnya menyerahkannya kepada kasir. Kegiatan kasir

yaitu :

1. Menerima SBK, lembar 1 dari kreditur/nasabah dan SBK dwilipat

dari penaksir, selanjutnya memeriksa keabsahannya.

2. Menyiapkan pembayaran, menambahkan paraf dan tanda bayar

pada SBK asli dan lembar kedua. SBK lembar pertama (asli)

beserta uangnya diserahkan kepada nasabah.

3. SBK lembar kedua didistribusikan sebagai berikut :


18

1) Badan SBK diserahkan kebagian administrasi/pegawai pencatat

buku kredit dan pelunasan.

2) Bagian dalam SBK (kitir) sebagai dasar catatan Laporan Harian

Kas (LHK).26

6. Proses Terjadinya Gadai

Ada 2 proses terjadinya gadai, yaitu :

1) Perjanjian untuk memberikan hak gadai.

Membebankan jaminan gadai atas suatu benda bergerak harus

terlebih dahulu dengan membuat perjanjian gadai, yaitu perjanjian

uang (kredit) dengan janji sanggup memberikan benda bergerak

sebagai jaminan. Perjanjian gadai dilakukan oleh debitur sebagai

pihak menggadaikan bendanya.

2) Penyerahan benda yang digadaikan dari debitur kepada kreditur.

Perjanjian gadai terjadi pada saat penyerahan benda kedalam

kekuasaan penerima gadai. Penyerahan barang merupakan

perjanjian kebendaan, dengan penyerahan tersebut merupakan

unsur sahnya gadai. Dalam perjanjian gadai penyerahan secara

nyata benda yang di gadaikan kepada kreditur dari debitur

merupakan syarat mutlak (wajib).27

7. Hak Dan Kewajiban Antara Pemberi Gadai Dan Penerima Gadai.

Sejak saat terjadinya perjanjian gadai antara pemberi gadai

(debitur) dengan penerima gadai (kreditur), maka dari sejak saat itulah
26
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2016), 39-40.
27
Ibid., 68.
19

akan muncul hak dan kewajiban setiap pihak. Pasal 1155 KUH

Perdata28 menjelaskan tentang hak dan kewajiban kedua pihak, baik

pihak pemberi gadai dan penerima gadai.

Hak penerima gadai yaitu :

1) Kreditur menerima pembayaran angsuran pokok pinjaman dan

juga bunga sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

2) Menjual barang gadai, jika pemberi gadai tidak memenuhi

kewajibannya setelah lewat batas waktu atau setelah dilakukan

peingatan untuk pemenuhan janjinya.

Kewajiban penerima gadai (kreditur) sudah diatur dalam KUH

Perdata pasal 1154, pasal 1156 dan pasal 1157.29 Kewajiban penerima

gadai (kreditur) yaitu :

1) Menjaga dan menyimpan barang gadai (marhun) dengan baik.

2) Tidak mengalihkan barang barang gadai (marhun) menjadi

miliknya (kreditur), meskipun pemberi gadai (debitur)

wanprestasi atau tidak bisa menebus barangnya (pasal 1154 KUH

Perdata).

3) Memberikan informasi kepada pemberi gadai (debitur) tentang

pemindahan barang gadai/marhun (pasal 1156 KUH Perdata).

4) Bertanggung jawab atas kerugian atau hilangnya barang gadai,

hal tersebut terjadi akibat kelalaian kreditur (pasal 1157 KUH

Perdata).
28
Tim Visi Yustisia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata & Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Perdata, (Jakarta : Visimedia, 2015), 309.
29
Ibid., 309-310.
20

Hak-hak pemberi gadai yaitu :

1) Menerima uang gadai dari penerima gadai.

2) Berhak atas barang gadai, apabila hutang pokok, jasa, dan biaya

lainnya sudah dilunasi.

3) Debitur/nasabah berhak menuntut kepada pengadilan agar barang

gadai di jual untuk melunasi semua hutang-hutangnya (pasal 1156

KUH Perdata).

Kewajiban pemberi gadai iyalah :

1) Menyerahkan barang gadai (marhun) kepada penerima gadai

(kreditur).

2) Debitur wajib membayar pokok dan juga sewa modal kepada

penerima gadai (kreditur).

3) Wajib membayar biaya yang sudah dikeluarkan oleh penerima

gadai (kreditur) untuk menyelamatkan barang-barang

gadai/marhun (1157 KUH Perdata).30

8. Jangka Waktu Gadai

Penentuan jangka waktu gadai sudah diatur oleh perum pegadaian

dan telah dijabarkan lebih lanjut dengan Surat Edaran Perum

Pegadaian. Jangka waktu yang di berikan pihak pegadaian tidak akan

berubah yaitu minimal 15 hari dan maksimal 120 hari. Dan yang

mengalami perubahan itu iyalah besarnya uang pinjaman

debitur/nasabah, sewa modal, dan maksimal sewa modal. Semakin

besar jumlah uang pinjaman dari debitur/nasabah, maka semakin besar


30
Salim, Perkembangan, 47- 48.
21

pula sewa uang modalnya, tapi semakin kecil uang pinjaman

debitur/nasabah, maka semakin kecil pula sewa modalnya.

Pinjaman gadai ini hanya untuk bagi usaha kecil dan menegah,

yang usahanya tidak terlalu besar. Bagi pengusaha besar yang

memerlukan biaya besar, tidak cocok untuk meminjam uang pada

lembaga gadai, tetapi mereka dapat mengajukan permohonan pada

lembaga perbankan dengan jaminan hak tanggungan.31

9. Hapusnya Gadai.

Hapusnya gadai yaitu :

1) Hapusnya perjanjian pokok (perjanjian utang piutang sudah

dilunasi).

2) Musnahnya barang gadai (marhun).

3) Pelaksanaan eksekusi.

4) Pemegang gadai telah melepaskan hak gadai secara sukarela.

5) Kreditur atau pemegang gadai sudah kehilangan kekuasaan atas

barang gadai (marhun).

6) Barang gadai (marhun) yang di salahgunakan.32

10. Pelelangan Barang Gadai.

Sejak terjadinya sebuah perjanjian gadai antara pemberi

gadai/debitur dan penerima gadai/kreditur, maka sejak saat itulah

muncul hak dan kewajiban para pihak. Kewajiban pemberi

gadai/debitur adalah membayar pokok pinjaman dan juga jasa sesuai

31
Ibid., 49-50.
32
Ibid., 18.
22

dengan yang telah disepakati oleh penerima gadai/kreditur. Di dalam

Surat Bukti Rahn (SBR) telah di tentukan tanggal mulainya kredit dan

tanggal jatuh tempo atau tanggal pengembalian pinjaman kredit.

Tanggal jatuh tempo dengan tanggal pelelangan barang jaminan adalah

berbeda. Tenggang waktu antara tanggal jatuh tempodengan tanggal

pelelangan barang jaminan adalah 20 hari. Dimaksudkan untuk

memberikan kesempatan kepada pemberi gadai untuk melunasi

pinjaman pokok dan jasa kredit. Apabila pada saat tanggal pelelangan

itu tiba dan pemberi gadai tidak melaksanakan kewajibannya atau tidak

menebus barang jaminannya, maka barang jaminan tersebut akan

dilelang oleh kreditur/penerima gadai. Ketentuan tentang lelang ini

sudah diatur didalam pasal 1155 KUH Perdata. 33 Cara melakukan

penjualan barang gadai adalah dilakukan dihadapan umum menurut

kebiasaan tempat dan persyaratan yang lazim. Untuk barang dagangan

atau efek, maka penjualan dapat dilakukan ditempat itu juga, asalkan

dengan peraturan 2 makelaryang ahli dalam bidang itu. Tujuan

penjualan dimuka umum agar jumlah hutang, jasa dan biaya yang

dikeluarkan dapat dilunasi dengan hasil penjualan tersebut. Apabila

ada kelebihan dari penjualan barang dimuka umum tersebut, uang sisa

dikembalikan kepada pemberi gadai.34

B. Debitur

33
Tim Visi Yustisia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata & Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Perdata, (Jakarta : Visimedia, 2015), 309.

34
Ibid., 51-52.
23

Debitur merupakan orang yang mempunyai utang karena adanya

sebuah perjanjian atau tercantum di dalam undang-undang yang cara

pelunasannya dapat ditagih di lembaga pengadilan dan sudah terdapat di

Pasal 1 angka 1 UUK (Undang-Undang Ketenagakerjaan) PKPU

(Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang). Pasal 1239 KUH perdata 35

mengatakan si berutang (debitur) adalah pihak yang wajib memberikan,

berbuat atau tidak berbuat sesuatu berkenaan dengan perikatannya, baik

perikatan timbul karena perjanjian maupun karena undang-undang.36

Debitur yang paling menguntungkan bukanlah debitur yang

pinjamannya paling besar, biasanya yang menguntungkan adalah debitur

yang menengah. Debitur besar biasanya menuntut palayanan yang

istimewa dengan bunga kredit yang relatif rendah, sehingga mengurangi

profitabilitas (laba) pegadaian. Sedangkan debitur kecil harus membayar

pinjamannya dengan bunga relatif lebih tinggi dengan pelayanan minim.37

C. Prestasi Dan Wanprestasi

1. Prestasi

1) Konsep Prestasi

Prestasi merupakan sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur

atau nasabah dalam setiap perjanjian. Prestasi merupakan objek

dari suatu perjanjian. Dalam hukum perdata kewajiban memenuhi

35
Tim Visi Yustisia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata & Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Perdata, (Jakarta : Visimedia, 2015), 332.
36
Sutan Remy Sjahdeini, Sejarah, asas dan teori hukum kepailitan, (Jakarta :
Kencana, 2016), 204.
37
Noel Chabannel Tohir, Panduan Lengkap Menjadi Account Officer. (Jakarta :
Gramedia, 2012), 117.
24

prestasi selalu disertai dengan jaminan harta debitur. Dalam pasal

1131 dan 1132 KUH Perdata38 di sana telah dinyatakan bahwa

harta kekayaan nasabah atau debitur baik yang bergerak maupun

yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada

menjadi jaminan pemenuhan utangnya terhadap kreditur.39

Perikatan merupakan suatu hubungan milik hukum yang

bersifat harta kekayaan yang dimiliki antara dua orang atau lebih,

atas dasar dimana pihak yang satu berhak atas kekayaan tersebut

(kreditur) dan pihak yang lain berkewajiban atas memenuhi

tanggungannya (debitur) atas sebuah prestasi.40 Obyek perikatan

atau prestasi berupa memberikan sesuatu, berbuat dan tidak

berbuat sesuatu kepada sebuah perikatan untuk memberikan

sesuatu prestasinya berupa menyerahkan suatu barang atau

memberikan kenikmatan atas suatu barang. Berbuat sesuatu

merupakan setiap pemenuhan prestasi untuk melakukan sesuatu

yang bukan berupa memberikan sesuatu. Dan tidak berbuat sesuatu

iyalah jika debitur berjanji untuk tidak melakukan perbuatan

tertentu.

Pada setiap perikatan pasti ada dua pihak yaitu yang pertama

pihak kreditur sebagai pihak yang aktif dan yang kedua pihak

debitur sebagai pihak yang pasif. Terdapat dua unsur pada debitur,

38
Tim Visi Yustisia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata & Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Perdata, (Jakarta : Visimedia, 2015), 301.
39
Ibid., 301-302.
40
R.Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan. (Bandung : Bina Cipta, 1997), 2.
25

yaitu Schuld dan Haftung Schuld yaitu utang debitur kepada

kreditur sedangkan Haftung adalah harta kekayaan yang dimiliki

debitur yang di pertanggung jawabkan bagi pelunasan utang

debitur.

Pendapat yang menyatakan bahwa kekayaan debitur/nasabah

dipertanggungjawabkan bagi pelunasan utang-utangnya terdapat

dalam pasal 1131 KUH Perdata.41 Baik di dalam undang-undang

maupun bagi para pihak dapat menyimpang dari pernyataan

tersebut, yaitu dalam hal :

1) Schuld tanpa Haftung.

Dalam perikatan alampun debitur/nasabah mempunyai utang

(Schuld) kepada kreditur, tetapi jika debitur/nasabah tidak mau

memenuhi kewajibannya atau tidak bisa memenuhi

pinjamannya, maka kreditur tidak dapat menuntut

pemenuhannya.

1. Schuld dengan Haftung terbatas.

Dalam masalah ini debitur/nasabah tidak bertanggung

jawab dengan seluruh harta kekayaan, akan tetapi terbatas

sampai jumlah tertentu atau atas barang tertentu.

Contoh: Seorang ahli waris yang mendapatkan warisan

dengan suatu hak pendaftaran, wajib untuk

membayar Schuld daripada seorang pewaris

41
Tim Visi Yustisia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata & Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Perdata, (Jakarta : Visimedia, 2015), 301.
26

sampai dengan jumlah harta kekayaan pewaris

yang didapatkan oleh ahliwaris tersebut.

2. Haftung dengan Schuld terhadap orang lain.

Jika pihak ketiga menyerahkan barangya untuk

dipergunakan sebagai jaminan oleh debitur kepada kreditur,

maka walaupun dalam hal ini pihak ketiga tidak mempunyai

hutang kepada kreditur, akan tetapi ia bertanggungjawab

atas utang debitur dengan barang yang dipakai sebagai

jaminan.42

2) Sifat Prestasi

Prestasi merupakan objek perikatan. Supaya objek perikatan itu

dapat dipenuhi oleh debitur, maka perlu diketahui sifat-sifatnya,

yaitu :43

1. Prestasi harus sudah tertentu atau dapat di tentukan.

Jika prestasi tidak dapat ditentukan, maka mengakibatkan

perikatan itu batal.

2. Prestasi itu harus mungkin.

42
R.Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan. (Bandung : Bina Cipta, 1997), 7.
43
Ibid., 240.
27

Yaitu prestasi itu harus dapat dipenuhi oleh debitur/nasabah

secara wajar dengan segala usahanya, jika tidak seperti itu

maka perikatan dapat dibatalkan.

3. Prestasi itu harus dibolehkan (halal).

Yaitu prestasi/pelunasan utang tidak dilarang di dalam undang-

undang, tidak bertentangan dengan ketertiban umum, dan tidak

bertentangan dengan kesusilaan masyarakat. Jika prestasi tidak

halal, maka perikatan itu batal.

4. Prestasi itu harus ada manfaat bagi kreditur.

Yaitu kreditur harus bisa menggunakan dan juga mengambil

hasilnya. Jika tidak ada manfaatnya, maka perikatan itu bisa

dibatalkan.

5. Prestasi itu terdiri atas satu perbuatan atau serentetan

perbuatan.

Jika prestasi berupa satu kali perbuatan dan dilakukan lebih

dari satu kali, dapat menyebabkan batalanya suatu perikatan,

yang di maksud dengan satu kali perbuatan itu maksudnya

ialah pelunasan mengakhiri sebuah perikatan, sedangkan yang

lebih dari satu kali perbuatan maksudnya ialah pelunasan yang

terakhir mengakhiri sebuah perikatan.

2. Wanprestasi (Ingkar Janji)

1) Pengertian Wanprestasi
28

Wanprestasi merupakan kelalaian, ingkar janji, dan tidak

menepati kewajibannya dalam sebuah perjanjian.44 Adapun yang

dimaksud wanprestasi itu ialah suatu keadaan yang dikarenakan

kelalaian ataupun kesalahan yang dilakukan oleh dibitur/nasabah,

debitur tidak bisa memenuhi prestasi seperti yang telah ditentukan

didalam sebuah perjanjian dan juga bukan dalam kondisi memaksa,

adapun yang mengatakan bahwa wanprestasi/ingkar janji itu

merupakan tidak terpenuhinya atau lalai melaksanakan kewajiban

sebagaimana yang telah ditentukan didalam sebuah perjanjian yang

di buat dan juga sudah di sepakati antara kreditur dengan debitur.45

Pada debitur terletak kewajiban untuk melunasi

utangnya/memenuhi prestasi. Dan jika debitur tidak melakukan

kewajibannya tersebut dan bukan dalam keadaan memaksa maka

debitur dianggap melakukan wanprestasi/ingkar janji. Ada tiga

bentuk wanprestasi/ingkar janji, yaitu :

1) Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.

2) Debitur terlambat dalam memenuhi prestasi.

3) Debitur memenuhi prestasi dengan cara tidak baik.46

Inkar janji membawa akibat yang merugikan bagi debitur,

karena sejak saat tersebut debitur berkewajiban mengganti

kerugian yang timbul sebagai akibat daripada ingkar janji tersebut.

44
Sudarsono, Kamus hukum, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), 578.
45
Salim H.S, Hukum Kontrak: Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, (Jakarta :
Rajawali Pers, 2003), 96.
46
Ibid,. 17.
29

Ganti rugi ini dapat merupakan pengganti dari prestasi pokok ,

akan tetapi dapat juga sebagai tambahan disamping prestasi

pokoknya. Dalam hal pertama gantirugi terjadi, karena debitur

tidak memenuhi prestasi sama sekali. Sedangkan yang terakhir

karena debitur terlambat memenuhi prestasi.47

Untuk menentukan saat terjadinya ingkar janji, undang-undang

memberikan pemecahannya dengan lembaga “penetapan lalai”.

Penetapan lalai merupakan sebuah pesan dari kreditur kepada

nasabah/debitur, dengan cara kreditur memberitahukan kepada

nasabah pada saat kapankah nasabah bisa membayar

pinjamannya/memenuhi prestasi. Dengan cara seperti ini kreditur

menentukan dengan pasti kapan debitur dalam keadaan ingkar janji

(wanprestasi). Sejak saat itu pulalah debitur harus menanggung

akibat yang merugikan karena disebabkan oleh kelalaiannya

sehingga tidak bisa memenuhi prestasi. Jadi penetapan lalai adalah

syarat untuk menetapkan terjadinya ingkar janji. Untuk

menetapkan dalam hal-hal apa saja diperlukan atau tidaknya

penetapan lalai harus dihubungkan dengan tiga bentuk ingkar janji:

1) Tidak memenuhi prestasi sama sekali.

2) Debitur terlambat menebus pinjamannya/memenuhi prestasi.

3) Pemenuhan prestasi/penebusan dilakukan dengan tidak baik.48

2) Sebab dan Akibat Wanprestasi

47
Ibid,. 18.
48
Ibid., 19-20
30

Wanprestasi terjadi di sebabkan oleh sebab-sebab sebagai berikut :

1. Kesengajaan atau kelalaian debitur itu sendiri.

Unsur kesengajaan ini, timbul dari pihak itu sendiri.Jika

ditinjau dari wujud-wujud wanprestasi.

2. Adanya keadaan memaksa (overmacht).

Biasanya adanya keadaan memaksa ini (overmacht) terjadi

karena adanya unsur ketidaksengajaan yang sifatnya tidak bisa

di duga. Misalnya seperti kecelakaan dan juga gempa bumi.49

3) Tata Cara Menyatakan Debitur Wanprestasi

Setidaknya terdapat dua bentuk tahapan yang harus dilakukan,

yaitu :

1. Peringatan tertulis yang diberikan oleh kreditur kepada debitur

secara resmimelalui pengadilan. Somasi merupakan sebuah

bentuk teguran dari kreditur kepada debitur supaya bisa

melunasi pinjamannya/memenuhi prestasi sesuai dengan isi

perjanjian yang telah di sepakati antara keduanya.50

2. Peringatan kreditur kepada debitur secara tersendiri dan tidak

melalui pengadilan.51

Adapun substansi dari peringatan yang di berikan oleh kreditur

kepada debitur harus memenuhi hal-hal sebagai berikut :

1. Teguran kreditur supaya debitur segera melaksanakan prestasi.

49
Ibid,. 27
50
Tim Visi Yustisia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata & Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Perdata, (Jakarta : Visimedia, 2015), 331-332.
51
Amran Suadi, Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah, (Jakarta : Kencana, 2017),
131.
31

2. Dasar teguran.

3. Tanggal paling lambat untuk memenuhi prestasi (misalnya

tanggal 20 Februari 2020).52

4) Akibat Hukum bagi Debitur yang Wanprestasi

Terdapat berbagai akibat hukum bagi debitur yang telah

melakukan wanprestasi, akibat hukum ataupun sanksi tersebut

dapat berupa :

1. Membayar kerugian yang di derita oleh kreditur, yaitu berupa

pembayaran ganti rugi.

2. Pembatalan perjanjian.

3. Peralihan risiko, dimana benda yang dijanjikan berupa objek

perjanjian, sejak saat tidak dipenuhinya kewajiban menjadi

tanggung jawab dari debitur.

4. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan didepan

hakim melalui pengadilan.

Disamping debitur harus memegang akibat hukum dan sanksi

yang diberikan sebagaimana tersebut, maka berdasarkan Pasal

1276 KUH Perdata53 terdapat lima opsi yang dapat dilakukan oleh

kreditur dalam menghadapi debitur yang wanprestasi, sebagai

berikut :

1. Telah melunasi pinjamannya/memenuhi perjanjian

52
Ibid., 131.
53
Tim Visi Yustisia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata & Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Perdata, (Jakarta : Visimedia, 2015), 338.
32

2. Telah memenuhi perjanjian dan disertai dengan membayar

ganti rugi.

3. Debitur telah membayar ganti rugi.

4. Debitur telah membatalkan perjanjian.

5. Debitur membatalkan perjanjian dan disertai dengan

membayar ganti rugi.54

5) Faktor-Faktor Penyabab Terjadinya Wanprestasi

1. Faktor Intern Kreditur

a) Naluri bisnis dan kemapuan melakukan analisis kredit yang

belum memadai.

b) Para aanggota komite pemutus kredit tidak memadai.

c) Pengawasan terhadap penggunaan kredit tidak memadai.

d) Pemberian kredit tidak cukup atau berlebihan jumlahnya

dibandingkan dengan jumlah kebutuhan yang

sesungguhnya.

e) Kreditur tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai

watak dn track record debitur.

2. Faktor Intern Debitur

a) Penyalahgunaan kredit oleh debitur, dimana debitur

menggunakan kredit tersebut tidak sesuai dengan tujuan

pemberian kredit.

b) Terjadi sengketa antara para pemegang saham atau kellaian

pengurus dalam menjalankan perusahaan.


54
Amran, Penyelesaian, 132.
33

c) Tenaga ahli yang menjadi andalan perusahaan

meninggalkan perusahaan sehingga kinerja perusahaan

tidak efisien.

3. Faktor Ekstern

Yang mengakibatkan debitur tidak dapat memenuhi

kewajibannya terhadap kreditur, yaitu :

a) Kondisi perekonomian Indonesiasejak 1997 mengakibatkan

dampak negatif terhadap kinerja perusahaan, terutama bagi

perusahaan-perusahaan yang mengandalkan utang untuk

membiayai bisnisnya.

b) Turunnya daya beli masyarakat untk mengonsumsi produk

dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga

perusahaan tidak memiliki pendapatan yang cukup untuk

menutupi biaya produksi dan modal.

c) Tingkat pengembalian investasi rendah.55

6) Unsur-Unsur Terpenuhinya Wanprestasi

1. Adanya unsur kesalahan

Dalam pasal 1235 KUH Perdata56 menjelaskan bahwa

kewajiban itu dilakukan apabila adanya unsur “kesalahan”

debitur yang menyebabkan ia tidak mampu lagi menyerahkan

kebendaannya (prestasinya) kepada kreditur.

55
Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori Dan Analisis Kasus, (Jakarta : Kencana, 2004),
73-74
56
331 Tim Visi Yustisia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata & Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Perdata, (Jakarta : Visimedia, 2015)
34

2. Kesalahan karena disengaja

Dalam pasal 1453 KUH Perdata57 digunakan istilah “apabila

ada kesalahan untuk itu”, Pitlo berpendapat bahwa hal tersebut

diartikan kalau ada unsur kesengajaan dari pihak lawan

janjinya yang intinya membuat kerugian bagi kreditur. Unsur

kesengajaan disini adalah jika kerugian yang ditimbulkan

diniatkan dan memang dikehendaki oleh debitur, sedangkan

unsur kelalaian adalah peristiwa dimana seseorang atau debitur

seharusnya dalam kondisi objektif tau atau menduga bahwa

dengan perbuatan atau tingkah laku yang diambil debitur

sendiri akan mengakibatkan kerugian.

3. Kesalahan karena kelalaian

Dalam perjanjian yang berupa tidak berbuat sesuatu, akan

mudah ditentukan sejak kapan debitur melakukan wanprestasi,

yaitu sejak pada saat debitur melakukan wanprestasi, yaitu

sejak saat debitur atau nasabah melakukan sesuatu yang tidak

boleh di lakukan dalam sebuah perjanjian. Sedangkan bentuk

wanprestasi debitur atau nasabah yang berupa melakukan

sesuatu yaitu apabila telah lewat batas jatuh tempo yang telah

disepakati dalam sebuah perjanjian, maka menurut pasal 1238

57
Ibid., 372.
35

KUH Perdata debitur dianggap ingkar janji atau melakukan

wanprestasi.58

D. Pendapatan

1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan merupakan penghasilan yang muncul dari aktivitas

sebuah perusahaan yang biasa dikenal dengan berbagai macam sebutan

yang berbeda-beda misalnya seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga,

dan sewa. Pendapatan muncul dari sebuah transaksi dan juga sebuah

peristiwa ekonomi yaitu:

1) Penjualan barang

Meliputi barang yang di olah atau di produksi oleh sebuah

perusahaan untuk dijual dan juga barang yang dibeli untuk dijual

kembali.

2) Penjualan jasa

Biasanya penjualan jasa terkait dengan berbagai pelaksanaan tugas

yang secara kontrak telah disetujui untuk di kerjakan selama suatu

periode waktu yang telah disepakati oleh perusahaan dan jasa dan

digunakan selama satu periode atau lebih.

3) Penggunaan berbagai aset atau warisan perusahaan yang dikerjakan

oleh berbagai pihak yang menghasilkan bunga, royalti dan dividen.

1. Bunga, merupakan sebuah beban untuk penggunaan kas atau

setara kas ataupun jumlah terutang kepada perusahaan.

58
Amran, Penyelesaian, 109-110.
36

2. Royalti, merupakan sebuah beban untuk penggunaan aset atau

harta perusahaan dalam waktu jangka panjang misalnya : tetap,

merk dagang, hak cipta, dan perangkat lunak (software)

komputer.

3. Dividen, merupakan perputaran laba terhadap pemegang

penanaman modal ekuitas sesuai dengan ukuran atau porsi

mereka dan juga jenis modal tertentu.59

Pendapatan juga harus diukur dengan nilai wajar upah atau imbalan

yang diterima. Jumlah pendapatan yang muncul dari sebuah transaksi

biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dengan pembeli

yang pada umumnya berbentuk kas atau setara kas.60

Pendapatan juga bisa di artikan sebagai pengaruh perubahan harga

terhadap jumlah barang yang diminta, dapat di jelaskan melalui dua

efek yaitu efek substitusi dan juga efek pendapatan. Efek substitusi

merupakan sebuah efek terjadinya perubahan jumlah barang yang

diminta sebagai akibat dari perubahan harga, sedangkan efek

pendapatan terjadi karena adanya sebuah perubahan harga dari suatu

barang yang menimbulkan pendapatan konsumen berubah sehingga

jumlah barang yang diminta juga berubah, dimana harga barang lain

dan pendapatan konsumen tetap.61

2. Sumber Pendapatan

59
Erly Suandy, Perencanaan Pajak, (Jakarta : Salemba Empat, 2008), 75.
60
Ibid., 76.
61
Tri Kunawangsih Pracoyo, Aspek Dasar Ekonomi Mikro, (Jakarta : Grasindo,
2006), 130.
37

Tingkat pendapatan penduduk suatu negara merupakan faktor

penting untuk melihat kualitas penduduk dari aspek ekonomi. Tingkat

pendapatan penduduk disuatu negara diperoleh dari hasil usaha

berbagai sektor lapangan kerja. Oleh karena itu, tingkat pendapatan

berkaitan dengan jenis mata pencarian penduduk. Sebagian besar

penduduk Indonesia memiliki mata pencarian utama dibidang pertanian

sehingga Indonesia disebut sebagai negara agraris.62

Di Indonesia sekarang ini, sektor pertanian masih merupakan

penyumbang terbesar dari pendapatan masyarakat dan pemberi

lapangan kerja terluas untuk penduduk. Meskipun sumber-sumber alam

tersedia luas di Indonesia, namun karena terbatasnya prasarana serta

kurangnya tenaga-tenaga terdidik dan modal untuk produksi, maka

tingkat pendapatan masyarakat adalah rendah. Kaitan antar sektor

sedikit sekali, berhubung dengan terbatasnya prasarana tataniaga dalam

negeri ekspor hasil perikanan adalah meningkat pesat dan selalu terletak

diatas targetnya. Ekspor ikan meningkat dari 1,5 juta US$ tahun 1969

menjadi 9,2 juta US$ tahun 1971. Juga produksi dan ekspor hasil hutan

adalah meningkat diatas target yang sudah ditetapkan. Masalah penting

yang sering dikemukakan dalam pembangunan pertanian ialah sejauh

mana teknologi baru dan benih unggul yang telah berhasil menaikkan

volume produksi beras, benar-benar dapat meningkatkan pendapatan

62
Nana Supriatna, Ilmu Pengetahuan sosial (Geografi, Sejarah, Sosiologi, Ekonomi),
(Jakarta : Grafindo, 2006), 48.
38

petani dan memperluas lapangan kerja di sektor pertanian.63 Selain

pertanian, banyak berbagai macam profesi yang ada di Indonesia,

profesi yang bermacam itu salah satunya yaitu nelayan. Di Indonesia

profesi nelayan telah menyumbang pendapatan Negara.

3. Profesi Nelayan

1) Pengertian Profesi Nelayan

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia,

potensi sumberdaya alam yang terkandung di dalamnya sangat

besar. Akan tetapi dalam kenyataannya potensi laut yang ada belum

dapat di maksimalkan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya.

Nelayan sebagai salah satu roda penggerak perekonomian sektor

kelautan. Namun dengan keterbatasan dalam teknologi

penangkapan, sumber daya manusia dan modal menyebabkan

mereka berada dalam garis kemiskinan. Perkebangan sosial

ekonomi masyarakat nelayan itu ada dua faktor yaitu program

pembangunan perikanan tangkap dan teknologi perikanan laut.

Pembangunan sektor perikanan tangkap merupakan proses

perubahan yang terencana dalam rangka perbaikan tingkat

kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan penerapan

teknologi perikatan laut ini berpengaruh pada penghasilan atau

pendapatan sebagai nelayan. Modernisasi perikanan di kelurahan

Mayangan membawa perubahan yang positif terhadap kondisi

63
Hadi Soesastro, DKK, Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam
Setengah Abad Terakhir, (Yogyakarta : Penerbit Kaniasus, 2005), 320.
39

pengetahuan dan sosial ekonomi para nelayan. Dalam bidang

ekonomi mereka telah mampu meningkatkan produksi

melaluikesempatan lebih lama dan memberi peluang untuk

mendapatkan ikan lebih besar.64

2) Pendapatan dan Pengeluaran

Pendapatan merupakan seluruh penghasilan yang sifatnya rutin

misalnya seperti gaji yang di dapatkan setiap bulan dan juga bersifat

tidak rutin misalnya seperti bonus atau hadiah. Pengeluaran

merupakan belanja kebutuhan sehari-hari atau rutin misalnya seperti

transportasi, rekreasi, bayar cicilan, bayar utang dan lain

sebagainya. Yang tidak termasuk pengeluaran itu adalah sebuah

kegiatan investasi misalnya seperti menabung uang dan juga

membeli emas, reksa dana, dan instrumen investasi lainnya yang

dilakukan secara tunai.65

Pendapatan juga di katakan sebagai gelombang dana yang

masuk dalam tahun anggaran tertentu yang berpengaruh besar

terhadap modal. Diantara poin-poin pemasukan adalah hasil

penjualan, hasil penyewaan barang tak bergerak, penghasilan

investasi dan komisi. Semua ini bisa diatur menurut kaidah milik

dalam konsep akuntansi.66

64
Respository.unej.ac.id.(2014-01-20). Di ambil pada hari jum’at 21 Februari 2020
pada jam 06:11.
65
Rudiyanto, Reksa Dana, (Jakarta : Gramedia, 2019), 13.
66
Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta : Gramedia, 2010),
927.
40

Anda mungkin juga menyukai