BLOK 6B
Kelompok :5
PRODI S1 KEBIDANAN
2020/2021
MODUL I
Bidan menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa kemungkinan ibu mengalami abortus,
dan harus segera dirujuk. Bidan meminta klien mengisi inform consent, serta mempersiapkan
form rujukan. Bidan menenangkan ibu selama proses rujukan dan meyakinkan keluarga bahwa
di rumah sakit ibu akan dapat dilakukan pemeriksaan lebih lengkap oleh dokter kandungan
dengan menggunakan USG. Semua hasil pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan bidan segera
dicatatnya untuk dokumentasi.
TERMINOLOGI
1. Keguguran : kematian janin dalam kandungan sehingga jain tidak bisa hidup diluar rahim
ibu, berhentinya kehamilan secara spontan sebelum UK mencapai 20 mgg
2. Perokok aktif : orang yang merokok secara rutin walaupun itu hanya satu batang satu
hari
3. Spekulum : suatu alat yang terbuat dari logam sejak abad 19 yang digunakan untuk
pemeriksaan vagina dan leher rahim
4. Pembukaan serviks : proses membuka lehernya rahim per cm sebagai jalan nya janin saat
persalinan
5. Abortus : keluarnya produk konsepsi
6. Informed concent : penyampaian informasi kepada klien sebelum dilakukannya tindakan
medis
STEP II
IDENTIFIKASI MASALAH
HIPOTESA
kehamilan
abortus ektopik,
molahidatidosa
tatalaksana
abortus USG
LEARNING OBJECTIVE
M3:
A. Abortus
Macam-Macam Abortus
Di dunia medis, abortus atau keguguran dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:
1. Abortus komplet
Pada jenis keguguran ini, mulut rahim terbuka lebar dan seluruh jaringan janin keluar dari
rahim. Ibu hamil yang mengalami ini akan mengalami perdarahan vagina serta nyeri
perut seperti sedang melahirkan. Biasanya, abortus komplet terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 12 minggu.
2. Abortus inkomplet
Pada keadaan ini, jaringan janin sudah keluar sebagian. Umumnya, perdarahan serta nyeri
perut akan berlangsung lama dan baru bisa berhenti setelah seluruh jaringan telah keluar
atau dilakukan kuretase.
3. Abortus insipiens
Pada abortus insipiens terjadi perdarahan disertai nyeri perut, tetapi jaringan janin masih
utuh berada di dalam rahim. Meski begitu, keguguran tetap tidak dapat dihindari karena
mulut rahim sudah terbuka.
4. Ancaman abortus
Ancaman abortus sebenarnya bukan keguguran. Pada kondisi ini, mulut rahim masih
tertutup dan janin masih hidup di dalam rahim. Perdarahan dari vagina dan nyeri perut
yang dialami pun masih tergolong ringan. Risiko terjadinya keguguran memang lebih
besar. Namun, biasanya kehamilan masih mungkin dilanjutkan.
6. Abortus berulang
Abortus berulang merupakan diagnosis untuk keguguran yang terjadi sebanyak 3 kali
atau lebih secara berturut-turut. Kemungkinan terjadinya abortus berulang sangat kecil.
Oleh karena itu, konsultasikan kejadian ini kepada dokter kandungan untuk mencari tahu
penyebabnya.
Pada mola jenis ini, tidak terdapat adanya tanda-tanda embrio, tali pusat, atau membran.
Kematian terjadi sebelum berkembangnya sirkulasi plasenta. Villi korionik berubah
menjadi vesikel hidropik yang jernih yang menggantung bergerombol pada pedikulus
kecil, dan memberi tampilan seperti seikat anggur. Ukuran vesikel bervariasi, dari yang
sulit dilihat sampai yang berdiameter beberapa sentimeter.
Tanda-tanda adanya suatu embrio, kantong janin, atau kantong amnion dapat ditemukan
karena kematian terjadi sekitar minggu ke-8 atau ke-9. Hiperplasia trofoblas hanya terjadi
pada lapisan sinsitotrofoblas tunggal dan tidak menyebar luas dibandingkan dengan mola
komplet.
a. Kehamilan servikal Kehamilan ini jarang dijumpai dan biasanya terjadi abortus
spontan dan didahului oleh perdarahan yang makin lama semakin banyak. Kehamilan ini
jarang sekali berlangsung lewat 20 minggu. Perdarahan yang banyak merupakan indikasi
untuk ,mengambil tindakan terdiri atas kerokan kavum uteri dan kanalis servikalis.
Diagnosis biasanya baru dibuat pada waktu itu. Dengan USG dapat ditegakkan lebih dini.
b. Kehamilan dalam divertikulum uterus Kehamilan ini jarang sekali terjadi dan
sangat sulit sekali untuk membuat diagnosisnya. USG dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) kiranya dapat menegakkan diagnosis. Akibat kehamilan ini rupture ke luar dari
uterus atau abortus. Kadang-kadang kehamilan dapat berlangsung terus dan memerlukan
laparatomi untuk melahirkan janin diikuti oleh histerektomi.
d. Kehamilan intra dan ekstra uterin Kombinasi kehamilan intrauteri dan kehamilan
tuba terjadi kurang lebih satu kali diantara 6000 kehamilan. Kombinasi ini biasanya
terjadi pada kehamilan kembar dengan satu ovum yang dibuahi berimpalanatsi di kavum
uteri dan ovum yang lain berimplantasi di tuba. Dalam hal ini biasanya terjadi gangguan
kehamilan tuba yang memerlukan tindakan operasi, dan kemudian ternyata bahwa uterus
tumbuh terus berhubung dengan masih adanya kehamilan dalam uterus.
b. Septum uterus
c. Uterus bikornis
e. Mioma uteri
f. Sindroma Asherman
3. Autoimun
a. Aloimun
7. Lingkungan
2. Pasien yang telah memiliki riwayat kehamilan mola sebelumnya. Pasien dengan
riwayat kehamilan mola komplit maka risiko untuk menderita kehamilan mola
selanjutnya sebesar 1,5%, sedangkan pasien dengan riwayat kehamilan mola parsial
maka risiko untuk menderita kehamilan mola selanjutnya sebesar 2,7%. Setelah dua
kali kehamilan mola, maka risiko mengalami kehamilan mola pada kehamilan yang
ketiga sebesar 23%.
3. Nutrisi yang buruk. Ketidakcukupan dalam mengkonsumsi protein dan lemak hewani
dapat menjelaskan prevalensi di negara oriental lebih banyak dijumpai.Konsumsi
karoten yang rendah merupakan salah satu faktor risiko yang meningkatkan kejadian
kehamilan mola.
6. Riwayat merokok.
A. Abortus
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat
3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi
uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
⮚ Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva
⮚ Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium
⮚ Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri
saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri
6. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif
B. Molahidatidosa
Diperluan melakukan pemeriksaan darah dan USG untuk memastikan diagnosis mola
hidatidosa. Pada pemeriksaan darah, akan dilakukan pemeriksaan kadar hormon kehamilan
yang disebut dengan human chorionic gonadotropin (HCG). Selain itu, pemeriksaan kadar
hormon tiroid serta kadar hemoglobin dalam darah juga diperlukan untuk melihat ada
tidaknya kondisi kelainan medis yang lain. Pemeriksaan USG pada trimester pertama
kehamilan, tepatnya minggu ke-8 atau 9. Hasil USG dari mola hidatidosa lengkap
kemungkinan akan menunjukkan :
a) Kista plasenta tebal yang mengisi rongga Rahim
b) Tidak adanya embrio/janin.
c) Tidak adanya cairan amnion/ketuban
d) Kista ovarium.
Sedangkan hasil USG pada mola hidatidosa parsial, kemungkinan akan menunjukkan :
a. Pertumbuhan janin yang sangat terbatas.
b. Jumlah cairan amnion sangat sedikit.
c. Kista plasenta tebal yang mengisi rongga rahim.
a. Abortus
1) Abortus Imminens
a) Perdarahan pervaginam sedikit
b) Hasil konsepsi masih di dalam uterus
c) Tidak ada pembukaan ostium uteri internum (OUI)
d) Nyeri memilin
e) Uterus sesuai dengan usia kehamilan
f) Tes hamil (+)
2) Abortus Incipient
a) Perdarahan >> kadang bergumpal
b) Hasil konsepsi masih di dalam uterus
c) Terdapat pembukaan servik
d) Uterus sesuai dengan usia kehamilan
e) Mules/nyeri sering dan kuat
3) Abortus Inkomplit
a) Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
b) Masih ada sisa di dalam uterus
c) Terdapat pembukaan ostium uteri internum (OUI) dan teraba sisa
d) Perdarahan >>> / tidak berhenti jika hasil konsepsi belum keluar semua
e) Bisa sampai syok bila perdarahan sangat banyak
4) Abortus Komplit
a) Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan
b) Ostium sudah menutup
c) Perdarahan sedikit
d) Uerus lebih kecil
b. Kehamilan Ektopik
1) Kehamilan ektopik yang belum terganggu
a) Ditemukan gejala gejala kehamilan muda atau abortus iminesens (terlambat
haid, mual muntah, pembesaran payudara, hiperpigmentasi areola dan garis
tengah perut, peningkatan rasa ingin berkemih, porsio livide, pelunakan serviks,
dan pendarahan bercak berulang)
b) Adanya massa lunak di adneksa (hati-hati saat melakukan pemeriksaan karena
dapat terjadi ruptur atau salah duga dengan ovarium atau kista kecil)
c) Nyeri goyang porsio
2) Kehamilan ektopik terganggu
a) Ditemukan gejala gejala kehamilan muda atau abortus imminens
b) Pucat/ anemis
c) Kesadaran menurun dan lemah
d) Syok (hipovolemik) sehingga isi dan tekanan denyut nadi berkurang serta
meningkatkan frekuensi nadi (diatas 112 x/menit)
e) Perut kembung (adanya cairan bebas intraabdomen) dan nyeri tekan
f) Nyeri perut bawah yang makin hebat apabila tubuh digerakkan
g) Nyeri goyang porsio
c. Mola Hidatidosa
1) Hampir sebagian besar kehamilan mola akan disertai dengan pembesaran uterus dan
peningkatan kadar hCG
2) Gejala klinik mirip dengan kehamilan muda dan abortus imminens, tetapi gejala
mual dan muntah lebih hebat, sering disertai gejala preeklamsia.
3) Pemeriksaan dengan ultrasonografi akan menunjukan gambaran seperti sarang
tawon tanpa disertai adanya janin
4) Diagnosis pasti dengan melihat jaringan mola, baik melalui ekspulsi spontan
maupun biopsi pasca prasat hanifa wiknjosastro atau acosta sisson
1. ABORTUS
Dalam memberikan asuhan pasca abortus hal yang pertama kali harus dilakukan adalah
mengatasi situasi segera, yaitu perdarahan dan syok. Setelah kondisi ibu stabil, hal
selanjutnya yang sama pentingnya adalah memberikan asuhan tindak lanjut yang penting,
meliputi peredaan nyeri, dukungan psikologis, kongseling pasca abortus dan pemeriksaan
lebih lanjut yang mungkin diperlukan (WHO, 2012: 95).
-tensi menurun
-nadi cepat
3. Pada Kasus abortus imminens terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
bidan dalam memberikan asuhan:
a. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total
b. Menganjurkan untuk tidak melakukan aktivitas fisik berlebihan
c. Jika perdarahan berhenti,lakukan asuhan antenatal seperti biasa.lakukan
penilaian jika perdarahan terjadi lagi
d. Jika perdarahan terus berlangsung :nilai kondisi janin
e. Tidak diperlukan terapi hormonal atau hokolitik karena obat obat jenis ini
tidak dapat mencegah abortus
4. Pada Kasus abortus insipiens terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan bidan
dalam memberikan asuhan:
a. Lakukan konseling terhadap kehamilan yang tidak dapat dipertahankan
b. Lakukan rujukan ibu ke tempat layanan sekunder
c. Jelaskan kemungkinan resiko dan rasa tidak nyaman selama tindakan evakuasi
d. Lakukan pemantauan setiap 30 menit selama 2 jam
e. Lakukan evaluasi tanda vital,perdarahan,tanda akut abdomen dan produksi
urin setiap 6 jam selama 24 jam
f. Periksa kadar HB setelah 24 jam,bila HB >8 g/dl,ibu dapat diperbolehkan
pulang
5. Pada kasus Inkomplit terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan:
a. Lakukan konseling kemungkinan adanya sisa kehamilan
b. Jika perdarahan ringan dan UK <16 mgg,gunakan jari atau forsep cincin
untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks
c. Jika perdarahan berat dan UK <16 mgg,dilakukan evakuasi isi uterus .jika
evakuasi tidak dapat dilakukan berikan ergometrin 0,2 mg IM
d. Jika UK>16 mgg,berikan infus 20 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl 0,9,%
atau ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi
e. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi
f. Lakukan evaluasi tanda vital,perdarahan pervaginam,tanda akut abdomen dan
produksi urin tiap jam selama 24 jam.Periksa kadar hB,jika sudah lebih dari
8 g/dl ibu dapat diperbolehkan pulang namun kita tetap memantau kondisi
ibu
6. Pada Kasus abortus komplit terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan bidan
dalam memberikan asuhan:
a. Tidak diperlukan evakuasi lagi
b. Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan
kontrasepsi pasca keguguran
c. Observasi keadaan ibu
d. Jika ibu anemia sedang berikan tablet sulfas ferosus 600mg/hari selama 2
minggu , jika ibu anemia berat berikan tranfusi darah
e. Evaluasi kedaan ibu setelah 2 minggu
B.MOLA HIDATIDOSA
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana pada kasus kegawatdaruratan pada
kehamilan muda
A. Aborsi
Dalam Buku Kemenkes (2016) :
1. Abortus Imminens
a. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total
b. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
c. Perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan
penilaian jika perdarahan terjadi lagi.
d. Perdarahan terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG).
e. Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan
berlanjut, khususnya jika ditemui uterus yang lebih besar dari yang
diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola
f. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (seperti
salbutamol atau indometasis ) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah
abortus
2. Abortus Insipiens
a. Lakukan konseling terhadap kehamilan yang tidak dapat dipertahankan
b. Lakukan rujukan ibu ketempat layanan sekunder
c. Informasi mengenai kontrasepsi pasca keguguran
d. Jelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman selama tindakan
evakuasi.
e. Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
f. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
g. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen,
dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin
setelah 24 jam.
h. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.
3. Abortus Inkomplit
a. Lakukan konseling kemungkinan adanya sisa kehamilan
b. Jika perdarahan ringan atau sedang dan usia kehamilan < 16 mg, gunakan jari
atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari
serviks.
c. Jika perdarahan berat dan usia kehamilan < 16 mg, dilakukan evakuasi isi
uterus.
d. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM
(dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
e. Jika usia kehamilan > 16 mg, berikan infus 20 IU oksitosin dalam 500 ml
NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi.
f. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)\
g. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen,
dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin
setelah 24 jam.
h. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang serta pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
4. Abortus Komplit
a. Tidak diperlukan evakuasi lagi
b. Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan
kontrasepsi pasca keguguran
c. Observasi keadaan ibu
d. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari
selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah
e. Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu
B. Molahidatidosa
Dalam buku Kemenkes (2016) :
a. Tatalaksana Umum
1. Diagnosis dini tanda mola
2. Beri infus NS/RL preventif terhadap perdarahan hebat
3. Observasi kadar HCg
4. Observasi kadar Hb dan T/N/S serta perdarahan pervaginam
5. Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap untuk dilakukan evakuasi jaringan
mola
b. Tatalaksana Khusus
1. Pasang infus oksitosin 10 unit dalam 500 ml NaCl 0.9% atau RL dengan
kecepatan 40-60 tetes/menit untuk mencegah perdarahan.
2. Pengosongan isi uterus dengan menggunakan Aspirasi Vakum Manual
(AVM)
3. Ibu dianjurkan menggunakan kontrasepsi hormonal bila masih ingin
memiliki anak, atau tubektomi bila ingin menghentikan kesuburan
4. Selanjutnya ibu dipantau: Pemeriksaan HCG serum setiap 2 minggu.
5. Bila hasil HCG serum terus menetap atau naik dalam 2 kali pemeriksaan
berturut-turut, ibu dirujuk ke rumah sakit rujukan tersier yang
mempunyai fasilitas kemoterapi.
C. Kehamilan Ektopik Terganggu
Penatalaksanaan umum kehamilan ektopik terganggu, (Kemenkes, 2016) :
1. Observasi keadaam umum dan kesadaran penderita
2. Stabilisasi keadaan umum penderita, Restorasi cairan tubuh dengan cairan
kristaloid NaCl 0,9% atau Ringer Laktat (500 mL dalam 15 menit pertama) atau
2L dalam 2 jam pertama
3. Setelah diagnosis ditegakkan (sesuai kewenangan bidan) lakukan rujukan ke
pelayanan yang punya fasilitas penangan KET
7. Mahasiswa mampu menjelaskan rujukan kegawatdaruratan pada kehamilan muda
Kasus kegawatdaruratan ialah kasus yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat
kesakitan yang berat, bahkan kematian. Kasus kegawatdaruratan merupakan penyebab utama
dari kematian. Dalam memberikan penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan, tidak seluruhnya
dapat dilakukan secara manndiri oleh bidan. Hal tersebut bergantung dari kewenangan bidan,
tempat pelayanan serta fasilitas kesehatan yang ada. Karena adanya keterbatasan dalam suatu
sistem, namun tenaga kesehatan tetap harus dapat memberikan pertolongan secara maksimal
terhadap suatu kasus maka rujukan perlu dilakukan untuk mendapatkan pertolongan dan
pelayanan secara optimal dalam upaya penyelamatan jiwa.
Ketentuan ini dikecualikan bagi rujukan kasus gawat darurat, sehingga pembagian
wilayah pelayanan dalam sistem rujukan tidak hanya didasarkan pada batas-batas wilayah
administrasi pemerintahan saja tetapi juga dengan kriteria antara lain:
Prosedur pelaksanaan:
1. Catat Identitas klien dan suami : nama, usia, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan,
alamat
4. Catat Riwayat menstrulasi: menarche, siklus, lama, banyaknya, teratur tidaknya, sifat
darah, disminorea tidak, HPMT, flour albus.
5. Catat Riwayat KB: jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, lama pemakaian,
keluhan, alasan pasang, alasan lepas
1) Masalah kardiovaskuler
2) Hipertensi
3) Diabetes
4) Malaria
6) Hepatitis
7) TBC
1) Jumlah kehamilan
4) Jumlah keguguran
8) Penolong persalinan
9) Masalah lain
9. Catat Riwayat kehamilan sekarang : frekuensi ANC, tempat ANC, periksa sejak umur
kehamilan berapa minggu, imunisasi TT, kebiasaan minum jamu/ obat-obatan, minum
minuman keras, merokok, pergerakan janin.
10. Catat Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari : nutrisi, eliminasi, personal hygiene,
aktivitas, istirahat tidur, seksualitas.
11. Catat Data psiko sosial spiritual : pengetahuan ibu tentang kehamilan, penerimaan/
dukungan keluarga, ketaatan beribadah/ kegiatan sosial spiritual, biaya bersalin, binatang
piaraan.
12. Catat semua hasil pemeriksaan umum: keadaan umum, vital sign
13. Catat semua hasil pemeriksaan fisik : TB, BB, LILA, ukuran panggul, keadaan
kepala/ rambut, wajah, mata, hidung, telinga, leher, daerah dada, abdomen, punggung,
ekstremitas atas, kemaluan, ekstremitas bawah)
14. Catat hasil pemeriksaan penunjang : HB, protein urin, glukosa urin
23. Jika ada tulisan yang salah, coret tulisan yang salah satu kali, serta beri paraf dan
tidak menghapus dengan tipex
24. Cantumkan waktu, nama terang dan tanda tangan pembuatan dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Didien ika setyarini. 2016. Asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal neonatal. Jakarta
Selatan : Kemenkes RI.
Nur Djanah, SSIT, M. Kes. 2018. Praktik kebidanan kegawatdaruratan maternal neonatal.
Yogyakarta : polkesyo.