Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 6B

SKENARIO 1 : BERCAK DARAH

Tutor : Henny Fitria, S.SiT., M.Keb

Kelompok :5

Ketua : Fatia Shofwah (1810333001)


Sekretaris Papan : Maulida Khairunnisa (1810332003)
Sekretaris Meja : Husnul Fadillah (1810332004)
Anggota : Cinta Nabila (1810331007)
Oktria Asnur (1810331003)
Raissya Rahma (1810331012)
Afifah Thoharoh (1810333013)
Aqila Salsabela (1810333005)
Resty Sri Handayani (1810332014)

PRODI S1 KEBIDANAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

2020/2021
MODUL I

SKENARIO 1 : BERCAK DARAH

Ny Sarah berusia 23 tahun, kehamilan 12 minggu, datang ke Klinik Bersalin dengan


keluhan keluar bercak darah dari jalan lahir, ibu mengatakan bahwa ini adalah kehamilan
pertamanya dan belum pernah keguguran. Hasil anamnesis oleh bidan, ibu mengatakan nyeri
perut bagian bawah sejak 4 jam yang lalu, ibu sangat menginginkan kehamilan ini dan suami
perokok aktif. Bidan melakukan pemeriksaan fisik dan didapatkan TD 100/70 mmHg, N 90
x/menit, P 20 x/menit, S 36,5°C, terdapat bercak darah berwarna merah segar dari jalan lahir,
hasil pemeriksaan spekulum terdapat pembukaan serviks.

Bidan menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa kemungkinan ibu mengalami abortus,
dan harus segera dirujuk. Bidan meminta klien mengisi inform consent, serta mempersiapkan
form rujukan. Bidan menenangkan ibu selama proses rujukan dan meyakinkan keluarga bahwa
di rumah sakit ibu akan dapat dilakukan pemeriksaan lebih lengkap oleh dokter kandungan
dengan menggunakan USG. Semua hasil pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan bidan segera
dicatatnya untuk dokumentasi.

Bagaimanakah anda menjelaskan skenario diatas?


STEP I

TERMINOLOGI

1. Keguguran : kematian janin dalam kandungan sehingga jain tidak bisa hidup diluar rahim
ibu, berhentinya kehamilan secara spontan sebelum UK mencapai 20 mgg
2. Perokok aktif : orang yang merokok secara rutin walaupun itu hanya satu batang satu
hari
3. Spekulum : suatu alat yang terbuat dari logam sejak abad 19 yang digunakan untuk
pemeriksaan vagina dan leher rahim
4. Pembukaan serviks : proses membuka lehernya rahim per cm sebagai jalan nya janin saat
persalinan
5. Abortus : keluarnya produk konsepsi
6. Informed concent : penyampaian informasi kepada klien sebelum dilakukannya tindakan
medis
STEP II

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Mengapa ibu hamil dapat mengalami keluhan dari jalan lahir ?


2. Apa yang dilakukan bidan ketika ibu datang dengan bercak darah ?
3. Mengapa usia kehamilan muda dapat meningkatkan resiko keguguran pada ibu ?
4. Apakah riwayat keguguran rentan mengalami keguguran kembali ?
5. Apakah ada hubungannya suami yang perokok aktif dengan keluhan yang dialami ibu?
6. Apa penyebab nyeri bagian bawah pada ibu hamil ?
7. Apa kemungkinan diagnosa bidan terhdapa keluhan tersebut?
8. Apa saja tanda-tanda abortus dan apa penyebabnya?
9. Mengapa ibu pada skenario diatas perlu dirujuk ?
10. Apa persiapan yang harus dilakukan sebelum merujuk pasien ?
11. Mengapa dokter melakukan USG pada kasus abortus ?
12. Mengapa bidan perlu melakukan dokumentasi dan pencatatan pada kasus ini ?
13. Selain abortus, apa saja kegawatdaruratan yang terjadi pada kehamilan TM 1 ?
14. abortus apa saja yang mungkin terjadi pada kasus ini?
STEP III

HIPOTESA

1. Kejadian abortus, perdarahan, kehamilan, ektopik, kehamilan mola, dll.


2. Suruh ibu tirah baring, minimalkan waktu berdiri dan berjalan, hindari hub sex, memakai
pembalut agar lebih mudah menghitung seberapa banyak perdarahn yang terjadi,
waspadai perdarahan semakin deras.
3. Resiko keguguran pada ibu:
1.Kelainan kromosom pada bayi
2. Keracunan makanan
3. Penyakit bawaan
4. Kebiasaan merokok pada ibu
5. stress
6. kurang gizi
4. Rentan iya, tapi tidak selalu selama ibu hamil tersebut menjaga nutrisi, rajin olga serta
rajin memeriksakan kehamilannya
5. Akan meningkat pada ibu yang terpapar asap rokok
6. Karna hormon prostaglandin, perdarahan
7. Ibu mengalami abortus insipiens
8. Tanda : perdarahan (darah berwarna merah terang atau kecoklatan), nyeri pada panggul,
perut dan punggung belakang, keluar cairan dan jaringan dari vagina
Penyebab : kelainan kromosom, penyakit autoimun, diabetes, infeksi dan lainnya
9. Untuk menghindari komplikasi yang membayakan ibu dan janinnya dan diperlukan
tindak lanjut segera
10. Anamnesa, menentukan tujuan rumah sakit rujukan,Persiapan tenkes, persiapan keluarga,
persiapan surat, persiapan alat, bat kendaraan , finansial dll.
11. Untuk menegakkan diagnosa dari kasus abortus
12. Untuk menjadi rekam medis riwayat pasien untuk penangan kegiatan rujukan nantinya
13. Anemia gravidarum,KET, kehamilan mola
14. Abortus imminens, insipiens, abortus inkompletus, abortus kompletus, missed abortion
I. SKEMA
Kegawatdaruratan
TM 1

kehamilan
abortus ektopik,
molahidatidosa

keluar bercak darah


perokok aktif dari jalan lahir, nyeri
perut bagian bawah

tatalaksana
abortus USG

dokumentasi informed concent rujukan


STEP V

LEARNING OBJECTIVE

M3:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis kegawatdaruratan pada kehamilan


muda
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dan faktor risiko kegawatdaruratan pada
kehamilan muda
3. Mahasiswa mampu menjelaskan penilaian awal kegawatdaruratan pada kehamilan
muda
4. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinik kegawatdaruratan pada
kehamilan muda
5. Mahasiswa mampu menjelaskan askeb pada kegawatdaruratan pada kehamilan
muda
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana pada kasus kegawatdaruratan pada
kehamilan muda
7. Mahasiswa mampu menjelaskan rujukan kegawatdaruratan pada kehamilan muda
8. Mahasiswa mampu menjelaskan pendokumentasian kegawatdaruratan pada
kehamilan muda
STEP VI
SHARING INFORMATION
1. Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis kegawatdaruratan pada kehamilan muda
Kehamilan adalah suatu proses yang normal dan alamiah dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin ( Saifuddin, 2008). Kehamilan adalah masa ketika seseorang wanita membawa
embrio atau fetus di dalam tubuhnya (Astuti, 2011). Jadi kehamilan adalah penyatuan sperma
dari laki-laki dan ovum dari perempuan yang berkembang didalam rahim. Menurut Saifuddin
tahun 2008 lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) hal ini
dapat di hitung dari hari pertama haid terakhir. Menurut saifuddin tahun 2008 Kehamilan
dibagi menjadi 3 triwulan antara lain:

a. Triwulan pertama yang dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan.

b. Ttriwulan kedua dari bulan keempat sampai bulan keenam.

c. Triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan.

Jenis jenis kegawatdarutan pada kehamilan muda ada 3 yaitu :

A. Abortus

Definisi Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di


dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar
bila berat badannya telah mencapai > 500 gram atau umur kehamilan > 20 minggu.
Abortus dapat pula diartikan sebagai berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum
janin mampu bertahan hidup. Selain itu abortus dapat diartikan sebagai pengeluaran hasil
pembuahan (konsepsi) dengan berat badan janin < 500 gram atau kehamilan kurang dari
20 minggu.

Macam-Macam Abortus

Di dunia medis, abortus atau keguguran dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain:

1. Abortus komplet
Pada jenis keguguran ini, mulut rahim terbuka lebar dan seluruh jaringan janin keluar dari
rahim. Ibu hamil yang mengalami ini akan mengalami perdarahan vagina serta nyeri
perut seperti sedang melahirkan. Biasanya, abortus komplet terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 12 minggu.

2. Abortus inkomplet
Pada keadaan ini, jaringan janin sudah keluar sebagian. Umumnya, perdarahan serta nyeri
perut akan berlangsung lama dan baru bisa berhenti setelah seluruh jaringan telah keluar
atau dilakukan kuretase.

3. Abortus insipiens
Pada abortus insipiens terjadi perdarahan disertai nyeri perut, tetapi jaringan janin masih
utuh berada di dalam rahim. Meski begitu, keguguran tetap tidak dapat dihindari karena
mulut rahim sudah terbuka.

4. Ancaman abortus
Ancaman abortus sebenarnya bukan keguguran. Pada kondisi ini, mulut rahim masih
tertutup dan janin masih hidup di dalam rahim. Perdarahan dari vagina dan nyeri perut
yang dialami pun masih tergolong ringan. Risiko terjadinya keguguran memang lebih
besar. Namun, biasanya kehamilan masih mungkin dilanjutkan.

5. Abortus tak terduga


Pada abortus tak terduga, janin telah meninggal namun ibu tidak menyadarinya karena
tidak ada keluhan. Kemungkinan lain, bakal janin memang tidak berkembang sejak awal
(blighted ovum). Kondisi ini biasanya baru disadari ketika ibu kontrol dan denyut jantung
janin tidak terlihat pada pemeriksaan ultrasonography.

6. Abortus berulang
Abortus berulang merupakan diagnosis untuk keguguran yang terjadi sebanyak 3 kali
atau lebih secara berturut-turut. Kemungkinan terjadinya abortus berulang sangat kecil.
Oleh karena itu, konsultasikan kejadian ini kepada dokter kandungan untuk mencari tahu
penyebabnya.

B. Pengertian Mola Hidatidosa


Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh
berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga
menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata
ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas yang jinak (benigna). (Mochtar, 2005)

Sedangkan menurut prawirohardjo, 2007 yang dimaksud dengan mola hidatidosa


ialah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin dan
hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik. Dalam hal demikian disebut
mola hidatidosa atau complete mole, sedangkan bila disertai janin atau bagian dari janin
disebut mola parsialis atau partial mole.Mola hidatidosa terdiri dari dua jenis menurut
Myles, 2009 yaitu :

a. Mola hidatidosa komplet

Pada mola jenis ini, tidak terdapat adanya tanda-tanda embrio, tali pusat, atau membran.
Kematian terjadi sebelum berkembangnya sirkulasi plasenta. Villi korionik berubah
menjadi vesikel hidropik yang jernih yang menggantung bergerombol pada pedikulus
kecil, dan memberi tampilan seperti seikat anggur. Ukuran vesikel bervariasi, dari yang
sulit dilihat sampai yang berdiameter beberapa sentimeter.

b. Mola hidatidosa partial

Tanda-tanda adanya suatu embrio, kantong janin, atau kantong amnion dapat ditemukan
karena kematian terjadi sekitar minggu ke-8 atau ke-9. Hiperplasia trofoblas hanya terjadi
pada lapisan sinsitotrofoblas tunggal dan tidak menyebar luas dibandingkan dengan mola
komplet.

C. Pengertian Kehamilan Ektopik

Kehamilan Ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi


dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri
(Wiknjosastro, 2007). Kehamilan Ektopik adalah kehamilan dimana setelah fertilisasi,
implantasi terjadi di luar endometrium kavum uteri (Saifuddin, 2008). Kehamilan ektopik
adalah kehamilan yang terjadi di suatu lokasi selain uterus (Dutton dkk, 2010).
Kehamilan ektopik adalah impantasi ovum yang telah dibuahi di luar kavum uteri
(Gondo, Suwardewa, 2012). Kehamilan ektopik adalah implantasi ovum yang sudah
dibuahi diluar kavum uteri ( Benson, Martin, 2009). Jadi Kehamilan ektopik adalah
kehamilan yang berimplantasi terjadi di luar kavum uteri.

Beberapa Jenis Kehamilan Ektopik Lainnya (Wiknjosastro, 2007)

a. Kehamilan servikal Kehamilan ini jarang dijumpai dan biasanya terjadi abortus
spontan dan didahului oleh perdarahan yang makin lama semakin banyak. Kehamilan ini
jarang sekali berlangsung lewat 20 minggu. Perdarahan yang banyak merupakan indikasi
untuk ,mengambil tindakan terdiri atas kerokan kavum uteri dan kanalis servikalis.
Diagnosis biasanya baru dibuat pada waktu itu. Dengan USG dapat ditegakkan lebih dini.

b. Kehamilan dalam divertikulum uterus Kehamilan ini jarang sekali terjadi dan
sangat sulit sekali untuk membuat diagnosisnya. USG dan MRI (Magnetic Resonance
Imaging) kiranya dapat menegakkan diagnosis. Akibat kehamilan ini rupture ke luar dari
uterus atau abortus. Kadang-kadang kehamilan dapat berlangsung terus dan memerlukan
laparatomi untuk melahirkan janin diikuti oleh histerektomi.

c. Kehamilan ovarial Kehamilan ini yang jarang terdapat, terjadi apabila


spermatozoon memasuki folikel de Graaf yang baru saja pecah, dan menyatukan diri
dengan ovum yang masih tinggal dengan folikel. Nasib kehamilan ini adalah ovum yang
dibuahi mati, atau terjadi ruptura.

d. Kehamilan intra dan ekstra uterin Kombinasi kehamilan intrauteri dan kehamilan
tuba terjadi kurang lebih satu kali diantara 6000 kehamilan. Kombinasi ini biasanya
terjadi pada kehamilan kembar dengan satu ovum yang dibuahi berimpalanatsi di kavum
uteri dan ovum yang lain berimplantasi di tuba. Dalam hal ini biasanya terjadi gangguan
kehamilan tuba yang memerlukan tindakan operasi, dan kemudian ternyata bahwa uterus
tumbuh terus berhubung dengan masih adanya kehamilan dalam uterus.

e. Kehamilan abdominal Kehamilan ini sangat jarang ditemukan, kehamilan abdominal


bisa primer atau sekunder, kehamilan abdominal primer terjadi apabila ovum dan
spermatozoon bertemu dan bersatu didalam satu tempat peritoneum dalam rongga perut,
dan kemudian juga berimplantasi ditempat tersebut. Berhubung syarat-syarat untuk
impantasi kurang baik maka kehamilan berhenti dengan kematian mudigah di sertai
dengan perdarahan.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi dan faktor risiko kegawatdaruratan pada


kehamilan muda

Penyebab abortus (early pregnancy loss) bervariasi dan sering


diperdebatkan.Umumnya lebih dari satu penyebab. Penyebab terbanyak diantaranya
adalah sebagaiberikut :

1. Faktor genetik. Translokasi parental keseimbangan genetik.

2. Kelainan kongenital uterus


a. Anomali duktus mulleri

b. Septum uterus

c. Uterus bikornis

d. Inkompetensi serviks uterus

e. Mioma uteri

f. Sindroma Asherman
3. Autoimun
a. Aloimun

b. Mediasi imunitas humoral

c. Mediasi imunitas seluler


4. Defek fase luteal
a. Faktor endokrin eksternal

b. Antibodi antitiroid hormon

c. Sintesis LH yang tinggi


5. Infeksi
6. Hematologik

7. Lingkungan

Kehamilan Ektopik Terganggu


Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, namun sebagian besar
penyebabnya masih tidak diketahui. Pada tiap kehamilan akan dimulai dengan
pembuahan didalam ampulla tuba, dan dalam perjalanan kedalam uterus telur mengalami
hambatan sehingga pada saat nidasi masih berada di tuba.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kehamilan ektopik:
1. Faktor Tuba

- Faktor dalam lumen tuba.

Adanya infeksi atau peradangan pada tuba menyebabkan penyempitan pada


lumen tuba.Lumen tuba yang sempit juga dapat disebabkan oleh hipoplasia uteri atau
karena bekas operasi pada tuba yang bersangkutan.

- Faktor pada dinding tuba.


Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi ovum di dinding tuba.Selain
itu, divertikulum kongenital juga dapat menghambat jalannya ovum ke dalam uterus.
- Faktor di luar dinding tuba.
Tumor abdomen dapat mengakibatkan penyempitan lumen tuba.
2. Faktor abnormalitas dari zigot.
Zigot yang bertumbuh terlalu cepat tersendat pada saatdi tuba sehingga terhenti dan
bertumbuh di tuba.
3. Faktor hormonal.
Pada akseptor, hormon progesteron dapat memperlambat gerakan tuba sehingga
meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
4. Faktor lain.
Pemasangan IUD menyebabkan peradangan endometrium dan endosalping sehingga
menyebabkan kehamilan ektopik. Faktor usia dan merokok juga disangkakan sebagai
penyebab kehamilan ektopik.
Mola Hidatidosa
Penyebab mola hidatidosa masih tidak jelas. Beberapa ahli memperkirakan hal ini
disebabkan oleh kelainan kromosom ovum atau sperma atau kedua-duanya.Beberapa
faktor risiko mola hidatidosa yaitu :
1. Pada usia reproduksi yang ekstrim, yaitu pada usia dibawah 15 tahun memiliki faktor
risiko sekitar 20 kali lebih tinggi daripada wanita berusia 20-40 tahun. Wanita berusia
lebih dari 45 tahun juga beberapa ratus kali lebih berisiko daripada yang berusia 20-
40 tahun.27 Hal ini disebabkan bagi wanita yang lebih tua sulit untuk membuat
konsepsi dan kehamilan yang sehat dikarenakan pada perimenopause ovulasi menjadi
tidak teratur sehingga membuat konsepsi sulit. Pada wanita yang teah berumur, ovum
juga semakin berumur sehingga meningkatkan kesempatan terjadinya kelainan
kromosom.

2. Pasien yang telah memiliki riwayat kehamilan mola sebelumnya. Pasien dengan
riwayat kehamilan mola komplit maka risiko untuk menderita kehamilan mola
selanjutnya sebesar 1,5%, sedangkan pasien dengan riwayat kehamilan mola parsial
maka risiko untuk menderita kehamilan mola selanjutnya sebesar 2,7%. Setelah dua
kali kehamilan mola, maka risiko mengalami kehamilan mola pada kehamilan yang
ketiga sebesar 23%.

3. Nutrisi yang buruk. Ketidakcukupan dalam mengkonsumsi protein dan lemak hewani
dapat menjelaskan prevalensi di negara oriental lebih banyak dijumpai.Konsumsi
karoten yang rendah merupakan salah satu faktor risiko yang meningkatkan kejadian
kehamilan mola.

4. Terganggunya mekanisme imun maternal. (a) meningkatnya level gamma globulin


pada penyakit hepar dan (b) meningkatnya hubungan dengan golongan darah AB
yang tidak memiliki antibody ABO.
5. Tingginya rasio kromosom paternal:maternal, maka semakin tinggi kejadian mola.
Mola komplit menunjukkan rasio kromosom paternal:maternal sebesar 2:0. Pada
mola parsial, rasio kromosom paternal:maternal sebesar 2:1.

6. Riwayat merokok.

7. Riwayat infertilitas, nuliparitas

3. Mahasiswa mampu menjelaskan penilaian awal kegawatdaruratan pada kehamilan


muda

A. Abortus
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat
3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat kontraksi
uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
⮚ Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva
⮚ Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium
⮚ Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri
saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri
6. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif

B. Molahidatidosa
Diperluan melakukan pemeriksaan darah dan USG untuk memastikan diagnosis mola
hidatidosa. Pada pemeriksaan darah, akan dilakukan pemeriksaan kadar hormon kehamilan
yang disebut dengan human chorionic gonadotropin (HCG). Selain itu, pemeriksaan kadar
hormon tiroid serta kadar hemoglobin dalam darah juga diperlukan untuk melihat ada
tidaknya kondisi kelainan medis yang lain. Pemeriksaan USG pada trimester pertama
kehamilan, tepatnya minggu ke-8 atau 9. Hasil USG dari mola hidatidosa lengkap
kemungkinan akan menunjukkan :
a) Kista plasenta tebal yang mengisi rongga Rahim
b) Tidak adanya embrio/janin.
c) Tidak adanya cairan amnion/ketuban
d) Kista ovarium.
Sedangkan hasil USG pada mola hidatidosa parsial, kemungkinan akan menunjukkan :
a. Pertumbuhan janin yang sangat terbatas.
b. Jumlah cairan amnion sangat sedikit.
c. Kista plasenta tebal yang mengisi rongga rahim.

C. Kehamilan Ektopik Terganggu


1. Anamnesis
Anamnesis pasien mengenai faktor risiko serta tanda dan gejala yang dialami pasien
terlambat menstruasi, mual, nyeri, ataupun perdarahan.
2. Pemeriksaan fisik
Kondisi umum terlihat lemah dan pucat
Tanda vital menunjukkan keadaan hipotensi dan takikardia
Pada pemeriksaan fisik dan ginekologi ditemukan adanya distensi abdomen, pelvis,
pergerakan servikal dan adnexal serta terdapat perdarahan pervaginam
3. Pemeriksaan Laboratorium
Didapatkan hasil positif pemeriksaan ß-HCG. Diagnosis kehamilan ektopik dapat
ditentukan jika kadar pada pemeriksaan 1500ml/mL atau lebih tetapi pada pemeriksaan
transabdominal USG tidak ditemukan adanya kantung gestasi.
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah metode USG, diantaranya yaitu
dengan menggunakan transvaginal USG atau Colour Doppler Sonografi yang memiliki
sensitivitas tinggi dibandingkan transvaginal USG.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinik kegawatdaruratan pada kehamilan


muda

a. Abortus
1) Abortus Imminens
a) Perdarahan pervaginam sedikit
b) Hasil konsepsi masih di dalam uterus
c) Tidak ada pembukaan ostium uteri internum (OUI)
d) Nyeri memilin
e) Uterus sesuai dengan usia kehamilan
f) Tes hamil (+)
2) Abortus Incipient
a) Perdarahan >> kadang bergumpal
b) Hasil konsepsi masih di dalam uterus
c) Terdapat pembukaan servik
d) Uterus sesuai dengan usia kehamilan
e) Mules/nyeri sering dan kuat
3) Abortus Inkomplit
a) Pengeluaran sebagian hasil konsepsi
b) Masih ada sisa di dalam uterus
c) Terdapat pembukaan ostium uteri internum (OUI) dan teraba sisa
d) Perdarahan >>> / tidak berhenti jika hasil konsepsi belum keluar semua
e) Bisa sampai syok bila perdarahan sangat banyak
4) Abortus Komplit
a) Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan
b) Ostium sudah menutup
c) Perdarahan sedikit
d) Uerus lebih kecil
b. Kehamilan Ektopik
1) Kehamilan ektopik yang belum terganggu
a) Ditemukan gejala gejala kehamilan muda atau abortus iminesens (terlambat
haid, mual muntah, pembesaran payudara, hiperpigmentasi areola dan garis
tengah perut, peningkatan rasa ingin berkemih, porsio livide, pelunakan serviks,
dan pendarahan bercak berulang)
b) Adanya massa lunak di adneksa (hati-hati saat melakukan pemeriksaan karena
dapat terjadi ruptur atau salah duga dengan ovarium atau kista kecil)
c) Nyeri goyang porsio
2) Kehamilan ektopik terganggu
a) Ditemukan gejala gejala kehamilan muda atau abortus imminens
b) Pucat/ anemis
c) Kesadaran menurun dan lemah
d) Syok (hipovolemik) sehingga isi dan tekanan denyut nadi berkurang serta
meningkatkan frekuensi nadi (diatas 112 x/menit)
e) Perut kembung (adanya cairan bebas intraabdomen) dan nyeri tekan
f) Nyeri perut bawah yang makin hebat apabila tubuh digerakkan
g) Nyeri goyang porsio
c. Mola Hidatidosa
1) Hampir sebagian besar kehamilan mola akan disertai dengan pembesaran uterus dan
peningkatan kadar hCG
2) Gejala klinik mirip dengan kehamilan muda dan abortus imminens, tetapi gejala
mual dan muntah lebih hebat, sering disertai gejala preeklamsia.
3) Pemeriksaan dengan ultrasonografi akan menunjukan gambaran seperti sarang
tawon tanpa disertai adanya janin
4) Diagnosis pasti dengan melihat jaringan mola, baik melalui ekspulsi spontan
maupun biopsi pasca prasat hanifa wiknjosastro atau acosta sisson

5. Mahasiswa mampu menjelaskan askeb pada kegawatdaruratan pada kehamilan muda

1. ABORTUS
Dalam memberikan asuhan pasca abortus hal yang pertama kali harus dilakukan adalah
mengatasi situasi segera, yaitu perdarahan dan syok. Setelah kondisi ibu stabil, hal
selanjutnya yang sama pentingnya adalah memberikan asuhan tindak lanjut yang penting,
meliputi peredaan nyeri, dukungan psikologis, kongseling pasca abortus dan pemeriksaan
lebih lanjut yang mungkin diperlukan (WHO, 2012: 95).

1. Untuk data subjektif didapatkan data :


-ada tanda kehamilan

-adanya perdarahan pervaginam

-adanya nyeri ringan sampai berat

-keluar jaringan,darah stolsel

-perdaarahan pada waktu waktu tertentu

-ada riwayat IMS,PID dan pemakaian IUD

2. Untuk data objectif dilakukan pemeriksaan yang menghasilkan data:


-KU normal atau tergantung jumlah perdarahan

-tensi menurun

-nadi cepat

-adanya nyeri pada saat palpasi

-pada pemeriksaan speculum: diperiksa pembukaan serviks dan apakah


terdapat infeksi

3. Pada Kasus abortus imminens terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
bidan dalam memberikan asuhan:
a. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total
b. Menganjurkan untuk tidak melakukan aktivitas fisik berlebihan
c. Jika perdarahan berhenti,lakukan asuhan antenatal seperti biasa.lakukan
penilaian jika perdarahan terjadi lagi
d. Jika perdarahan terus berlangsung :nilai kondisi janin
e. Tidak diperlukan terapi hormonal atau hokolitik karena obat obat jenis ini
tidak dapat mencegah abortus
4. Pada Kasus abortus insipiens terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan bidan
dalam memberikan asuhan:
a. Lakukan konseling terhadap kehamilan yang tidak dapat dipertahankan
b. Lakukan rujukan ibu ke tempat layanan sekunder
c. Jelaskan kemungkinan resiko dan rasa tidak nyaman selama tindakan evakuasi
d. Lakukan pemantauan setiap 30 menit selama 2 jam
e. Lakukan evaluasi tanda vital,perdarahan,tanda akut abdomen dan produksi
urin setiap 6 jam selama 24 jam
f. Periksa kadar HB setelah 24 jam,bila HB >8 g/dl,ibu dapat diperbolehkan
pulang
5. Pada kasus Inkomplit terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan:
a. Lakukan konseling kemungkinan adanya sisa kehamilan
b. Jika perdarahan ringan dan UK <16 mgg,gunakan jari atau forsep cincin
untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari serviks
c. Jika perdarahan berat dan UK <16 mgg,dilakukan evakuasi isi uterus .jika
evakuasi tidak dapat dilakukan berikan ergometrin 0,2 mg IM
d. Jika UK>16 mgg,berikan infus 20 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl 0,9,%
atau ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi
e. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi
f. Lakukan evaluasi tanda vital,perdarahan pervaginam,tanda akut abdomen dan
produksi urin tiap jam selama 24 jam.Periksa kadar hB,jika sudah lebih dari
8 g/dl ibu dapat diperbolehkan pulang namun kita tetap memantau kondisi
ibu
6. Pada Kasus abortus komplit terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan bidan
dalam memberikan asuhan:
a. Tidak diperlukan evakuasi lagi
b. Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan
kontrasepsi pasca keguguran
c. Observasi keadaan ibu
d. Jika ibu anemia sedang berikan tablet sulfas ferosus 600mg/hari selama 2
minggu , jika ibu anemia berat berikan tranfusi darah
e. Evaluasi kedaan ibu setelah 2 minggu

B.KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU

B.MOLA HIDATIDOSA
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana pada kasus kegawatdaruratan pada
kehamilan muda
A. Aborsi
Dalam Buku Kemenkes (2016) :
1. Abortus Imminens
a. Tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring total
b. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
c. Perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan
penilaian jika perdarahan terjadi lagi.
d. Perdarahan terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG).
e. Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain. Perdarahan
berlanjut, khususnya jika ditemui uterus yang lebih besar dari yang
diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola
f. Tidak perlu terapi hormonal (estrogen atau progestin) atau tokolitik (seperti
salbutamol atau indometasis ) karena obat-obat ini tidak dapat mencegah
abortus
2. Abortus Insipiens
a. Lakukan konseling terhadap kehamilan yang tidak dapat dipertahankan
b. Lakukan rujukan ibu ketempat layanan sekunder
c. Informasi mengenai kontrasepsi pasca keguguran
d. Jelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman selama tindakan
evakuasi.
e. Lakukan pemantauan pascatindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
f. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
g. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen,
dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin
setelah 24 jam.
h. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.
3. Abortus Inkomplit
a. Lakukan konseling kemungkinan adanya sisa kehamilan
b. Jika perdarahan ringan atau sedang dan usia kehamilan < 16 mg, gunakan jari
atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang mencuat dari
serviks.
c. Jika perdarahan berat dan usia kehamilan < 16 mg, dilakukan evakuasi isi
uterus.
d. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM
(dapat diulang 15 menit kemudian bila perlu).
e. Jika usia kehamilan > 16 mg, berikan infus 20 IU oksitosin dalam 500 ml
NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk
membantu pengeluaran hasil konsepsi.
f. Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)\
g. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen,
dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam. Periksa kadar hemoglobin
setelah 24 jam.
h. Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang serta pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
4. Abortus Komplit
a. Tidak diperlukan evakuasi lagi
b. Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan menawarkan
kontrasepsi pasca keguguran
c. Observasi keadaan ibu
d. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari
selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah
e. Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu
B. Molahidatidosa
Dalam buku Kemenkes (2016) :
a. Tatalaksana Umum
1. Diagnosis dini tanda mola
2. Beri infus NS/RL preventif terhadap perdarahan hebat
3. Observasi kadar HCg
4. Observasi kadar Hb dan T/N/S serta perdarahan pervaginam
5. Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap untuk dilakukan evakuasi jaringan
mola
b. Tatalaksana Khusus
1. Pasang infus oksitosin 10 unit dalam 500 ml NaCl 0.9% atau RL dengan
kecepatan 40-60 tetes/menit untuk mencegah perdarahan.
2. Pengosongan isi uterus dengan menggunakan Aspirasi Vakum Manual
(AVM)
3. Ibu dianjurkan menggunakan kontrasepsi hormonal bila masih ingin
memiliki anak, atau tubektomi bila ingin menghentikan kesuburan
4. Selanjutnya ibu dipantau: Pemeriksaan HCG serum setiap 2 minggu.
5. Bila hasil HCG serum terus menetap atau naik dalam 2 kali pemeriksaan
berturut-turut, ibu dirujuk ke rumah sakit rujukan tersier yang
mempunyai fasilitas kemoterapi.
C. Kehamilan Ektopik Terganggu
Penatalaksanaan umum kehamilan ektopik terganggu, (Kemenkes, 2016) :
1. Observasi keadaam umum dan kesadaran penderita
2. Stabilisasi keadaan umum penderita, Restorasi cairan tubuh dengan cairan
kristaloid NaCl 0,9% atau Ringer Laktat (500 mL dalam 15 menit pertama) atau
2L dalam 2 jam pertama
3. Setelah diagnosis ditegakkan (sesuai kewenangan bidan) lakukan rujukan ke
pelayanan yang punya fasilitas penangan KET
7. Mahasiswa mampu menjelaskan rujukan kegawatdaruratan pada kehamilan muda

Kasus kegawatdaruratan ialah kasus yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat
kesakitan yang berat, bahkan kematian. Kasus kegawatdaruratan merupakan penyebab utama
dari kematian. Dalam memberikan penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan, tidak seluruhnya
dapat dilakukan secara manndiri oleh bidan. Hal tersebut bergantung dari kewenangan bidan,
tempat pelayanan serta fasilitas kesehatan yang ada. Karena adanya keterbatasan dalam suatu
sistem, namun tenaga kesehatan tetap harus dapat memberikan pertolongan secara maksimal
terhadap suatu kasus maka rujukan perlu dilakukan untuk mendapatkan pertolongan dan
pelayanan secara optimal dalam upaya penyelamatan jiwa.

1. Definisi Sistem Rujukan


Adapun yang dimaksud dengan sistem rujukan di Indonesia, seperti yang telah
dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 001 tahun 2012 ialah suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab
timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam
arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara
horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.

2. Tata Laksana Rujukan


Menurut Syafrudin (2009), tatalaksana rujukan diantaranya adalah internal antar petugas
di satu rumah; antara puskesmas pembantu dan puskesmas; antara masyarakat dan
puskesmas; antara satu puskesmas dan puskesmas lainnya; antara puskesmas dan rumah
sakit, laboratorium atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya; internal antar-bagian/unit
pelayanan di dalam satu rumah sakit, antar rumah sakit, laboratoruim atau fasilitas
pelayanan lain dari rumah sakit.

3.Kriteria Pembagian Wilayah Pelayanan Sistem rujukan


Karena terbatasanya sumber daya tenaga dan dana kesehatan yang disediakan, maka
perlu diupayakan penggunaan fasilitas pelayanan medis yang tersedia secara efektif dan
efisien. Pemerintah telah menetapkan konsep pembagian wilayah dalam sistem pelayanan
kesehatan masyarakat. Dalam sistem rujukan ini setiap unit kesehatan mulai dari
Polindes, Puskesmas pembantu, Puskesmas dan Rumah Sakit akan memberikan jasa
pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan wilayah dan tingkat kemampuan
petugas atau sama.

Ketentuan ini dikecualikan bagi rujukan kasus gawat darurat, sehingga pembagian
wilayah pelayanan dalam sistem rujukan tidak hanya didasarkan pada batas-batas wilayah
administrasi pemerintahan saja tetapi juga dengan kriteria antara lain:

a. Tingkat kemampuan atau kelengkapan fasilitas sarana kesehatan, misalnya


fasilitasRumah Sakit sesuai dengan tingkat klasifikasinya.
b. Kerjasama Rumah Sakit dengan Fakultas Kedokteran
c. Keberadaan jaringan transportasi atau fasilitas pengangkutan yang
digunakan ke Sarana Kesehatan atau Rumah Sakit rujukan.
d. Kondisi geografis wilayah sarana kesehatan.

Dalam melaksanakan pemetaan wilayah rujukan, faktor keinginan pasien/keluarga


pasien dalam memilih tujuan rujukan perlu menjadi bahan pertimbangan.

8. Mahasiswa mampu menjelaskan pendokumentasian kegawatdaruratan pada kehamilan


muda
Manajemen Kebidanan ( Varney,1997) Adalah proses pemecahan masalah yg
digunakan sebagai metoda untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian / tahapan yg logis untuk
pengambilan suatu keputusan yg berfokus pd klien Kerangka berfikir seorang Bidan dalam
mengambil keputusan.
Teknis penulisan :
1. Mengumpulkan data
2. Melakukan intepretasi data dasar
3. Melakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera atau masalah potensial
5. Menyususun rencana asuhan yang menyeluruh
6. Melakukan perencanaan
7. Evaluasi

Prosedur pelaksanaan:

1. Catat Identitas klien dan suami : nama, usia, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan,
alamat

2. Catat Keluhan utama/ alasan kunjungan

3. Catat Riwayat perkawinan : umur kawin pertama, lama perkawinan

4. Catat Riwayat menstrulasi: menarche, siklus, lama, banyaknya, teratur tidaknya, sifat
darah, disminorea tidak, HPMT, flour albus.

5. Catat Riwayat KB: jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, lama pemakaian,
keluhan, alasan pasang, alasan lepas

6. Catat Riwayat kesehatan klien : penyakit menurun, menular, kelahiran kembar

1) Masalah kardiovaskuler

2) Hipertensi

3) Diabetes

4) Malaria

5) Penyakit kelamin/ HIV AIDS

6) Hepatitis

7) TBC

7. Catat Riwayat kesehatan keluarga: penyakit menurun, menular, kelahiran kembar

8. Catat Riwayat obstetri (G,P,A, Ah)

1) Jumlah kehamilan

2) Jumlah anak yang hidup


3) Jumlah kelahran prematur

4) Jumlah keguguran

5) Persalinan dengan tindakan (SC, Vakum)

6) Riwayat perdarahan pada persalinan dan paska persalinan

7) Berat bayi <2,5 kg atau >4 kg

8) Penolong persalinan

9) Masalah lain

9. Catat Riwayat kehamilan sekarang : frekuensi ANC, tempat ANC, periksa sejak umur
kehamilan berapa minggu, imunisasi TT, kebiasaan minum jamu/ obat-obatan, minum
minuman keras, merokok, pergerakan janin.

10. Catat Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari : nutrisi, eliminasi, personal hygiene,
aktivitas, istirahat tidur, seksualitas.

11. Catat Data psiko sosial spiritual : pengetahuan ibu tentang kehamilan, penerimaan/
dukungan keluarga, ketaatan beribadah/ kegiatan sosial spiritual, biaya bersalin, binatang
piaraan.

12. Catat semua hasil pemeriksaan umum: keadaan umum, vital sign

13. Catat semua hasil pemeriksaan fisik : TB, BB, LILA, ukuran panggul, keadaan
kepala/ rambut, wajah, mata, hidung, telinga, leher, daerah dada, abdomen, punggung,
ekstremitas atas, kemaluan, ekstremitas bawah)

14. Catat hasil pemeriksaan penunjang : HB, protein urin, glukosa urin

15. Catat intrepetasi data/ diagnosa kebidanan

16. Catat diagnosa masalah potensial

17. Catat kebutuhan yang memerlukan penanganan segera

18. Catat rencana asuhan kebidanan


19. Catat tindakan kebidanan yang sudah dilakukan

20. Catat evaluasi tindakan yang sudah dilakukan

21. Gunakan tulisan yang mudah dibaca, rapih, gunakan tinta

22. Gunakan singkatan yang lazim digunakan

23. Jika ada tulisan yang salah, coret tulisan yang salah satu kali, serta beri paraf dan
tidak menghapus dengan tipex

24. Cantumkan waktu, nama terang dan tanda tangan pembuatan dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

Lumbanraja,Dr. dr. Sarma N. 2017. Kegawatdaruratan Obstetri. USU Press : Medan

Setyarini, Didien Ika. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.


Kemenkes RI: Jakarta Selatan

Didien ika setyarini. 2016. Asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal neonatal. Jakarta
Selatan : Kemenkes RI.

Nur Djanah, SSIT, M. Kes. 2018. Praktik kebidanan kegawatdaruratan maternal neonatal.
Yogyakarta : polkesyo.

Anda mungkin juga menyukai