Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEBIDANAN PADA 

BAYI BARU LAHIR


DENGAN ASFIKSIA RINGAN
DI PUSKESMAS KARANGPILANG KEC. MODO KAB. LAMONGAN

OLEH:

LELA DEWI KARTIKASARI


2017.02.0064

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG


PROGRAM STUDI D-IV BIDAN PENDIDIK
2018
  HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN


PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK
STIKES HUSADA JOMBANG

Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Klinik Kebidanan


di Puskesmas Karangpilang Lamongan

Oleh :
Nama : Lela Dewi Kartikasari
NIM : 2017.02.0064

Disahkan pada tanggal : 29 Desember 2018

Pembimbing Lahan Pembimbing Institusi

Insulami, SST Semi Na’im, SST. MM.Kes.


NIP. 197503042007012011 NPP. 010303027

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan asuhan kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil
TM II pada Ny A G1P0A0 dengan kehamilan hipertensi di Puskesmas Karangpilang
Lamongan .
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak maka laporan
ini tidak dapat terwujud. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, perkenankan saya
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dra. Hj. Soelidjah Hadi, M. Kes. MM, selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Husada Jombang dan pembimbing intsitusi atas kesempatan serta fasilitas yang diberikan
kepada kami untuk menjadi Mahasiswa Program Studi D-IV Kebidanan.
2. Semi Na’im, SST, M.Kes, selaku Kaprodi D-IV Bidan Pendidik dan juga selaku
pembimbing I praktek Klinik Kebidanan STIKes Husada Jombang.
3. Siti Mudrikatin, SST, MM, M.Kes, selaku pembimbing I praktek Kependidikan (Clinical
Educator) STIKes Husada Jombang.
4. Kepala Puskesmas Karangpilang yang memberikan fasilitas lahan praktik untuk dibuat
praktik klinik kebidanan
5. Insulami, SST, selaku pembimbing lahan di Puskesmas Karangpilang Lamongan.
6. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan laporan praktik asuhan
kebidanan ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari sempurna,
sehingga dengan segala kerendahan hati penulis berharap saran dan kritik dari pembaca yang
bersifat konstruktif sehingga bisa menjadi sumbangan pengetahuan bagi pembaca umumnya
dan Mahasiswi prodi studi D-IV Kebidanan pada khususnya.

Jombang, Desember 2018

Penulis
  

 
 
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktek Klinik Kebidanan ini telah diperiksa dan disetujui oleh:

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Semi Na’im, SST. MM.Kes. Siti Mudrikatin, SST MM MKes


NPP. 010303027 NPP. 010205008. 011406112

Ketua STIKES Husada Jombang Kaprodi D-IV Kebidanan

Dra. Soelijah Hadi, M.Kes, MM. Semi Na’im, SST. MM.Kes.


NPP. 010201001 NPP. 010303027

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Resusitasi
Resusitasi (respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang
adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen
kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, 2002)
Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan
buatan.(Kamus Kedokteran, Edisi 2000).
Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan
kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi
jantung dan paru, yang berorientasi pada otak (Tjokronegoro, 1998).
Sedangkan menurut Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti harfiah
“menghidupkan kembali”, yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk
mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi
jantung paru terdiri atas dua komponen utama yakni: bantuan hidup dasar (BHD) dan
bantuan hidup lanjut (BHL). Selanjutnya adalah perawatan pasca resusitasi.

 
B. Tujuan Resusitasi
1. Memberikan ventilasi yang adekuat
2. Membatasi kerusakan serebi
3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada
otak, jantung dan alat – alat vital lainnya
4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteri

C. Tanda-Tanda Resusitasi Perlu Dilakukan


1. Pernafasan
Apabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa
pernafasan tidak adekuat.  Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya
pernafasan selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu
tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal
biasanya 30 – 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya.
2. Denyut jantung – frekuensi
Apabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi tidak
teratur.  Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan
cepat adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba
arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung
secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi
denyut jantung selama 1 menit)
Hasil penilaian :
a. Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan
menilai warna kulit.
b. Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi
untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
3. Warna Kulit
Apabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat  atau bisa
sampai sianosis. Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit
menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila
terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran
darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.

D. Kondisi Yang Memerlukan Resusitasi


1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh
ke posterior.
2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya
obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya
3. Kerusakan neurologis.
4. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan /
atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan /
sirkulasi.
5. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahan
Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika
terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.

E. Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Resusitasi


1. Tenaga yang terampil, tim kerja yang baik.
2. Pemahaman tentang fisiologi dasar pernapasan, kardiovaskular, serta proses asfiksia
yang progresif.
3. Kemampuan / alat pengaturan suhu, ventilasi, monitoring.
4. Obat-obatan dan cairan yang diperlukan.

F. Persiapan Resusitasi Bayi Baru Lahir


Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan
resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan
waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit
tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak yang berat atau
meninggal.
1. Persiapan Keluarga
Sebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta persiapan yang dilakukan
oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang
diperlukan.
2. Persiapan Tempat Resusitasi
Persiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan
ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan
kering, misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata
diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di dekat
sumber pemanas (misalnya; lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau
pintu yang terbuka). Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt
atau lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.
3. Persiapan Alat Resusitasi
Sebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat
resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:
a. 2 helai kain/handuk
b. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk
kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala
bayi.
c. Alat pengisap lendir DeLee atau bola karet
d. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatal
e. Kotak alat resusitasi.
f. Jam atau pencatat waktu

G. Langkah-Langkah Resusitasi BBL


Sebelum bayi lahir, harus mengetahui informasi :
 Bayi cukup bulan atau tidak?
 Air ketuban bercampur mekonium atau tidak?
Setelah bayi lahir, lakukan penilaian:
 Bernafas atau menangis?
 Tonus otot baik?
Bila hasil penilaian baik, yaitu bayi cukup bulan, air ketuban tidak bercampur mekonium,
bayi menangis, tnus otot baik. Maka lakukan PERAWATAN RUTIN: Beri kehangatan,
Bersihkan jalan nafas, Mengeringkan bayi
Bila hasil penilaian tidak baik, maka lakukan
1. Airway (langkah awal)
a. Jaga bayi tetap hangat.
Selimuti bayi dengan kain, pindahkan bayi ke tempat resusitasi.
b. Atur posisi bayi.
Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong. Ganjal bahu agar
kepala sedikit ekstensi. Posisi semi ekstensi yaitu hidung dan mulut dalam satu
garis lurus.
c. Isap lendir.
Gunakan alat pengisap lendir DeLee atau bola karet.
1) Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung.
2) Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat memasukkan).
3) Bila menggunakan pengisap lendir DeLee, jangan memasukkan ujung
pengisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke
dalam hidung) karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau
henti napas bayi.
d. Keringkan dan Rangsang taktil.
1) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan
sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi atau bernapas
lebih baik.
2) Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini :
a) Menepuk atau menyentil telapak kaki.
b) Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan
Rangsangan yang kasar, keras atau terus menerus, tidak akan banyak
menolong dan malahan dapat membahayakan bayi.
e. Reposisi.
1) Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru
(disiapkan).
2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada
agar pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan.
3) Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit ekstensi).
Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur
e. Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau tidak
bernapas.
Lakukan evaluasi meliputi:
1) Pernapasan
2) Frekuensi jantung
3) Warna kulit
Bila bayi bernafas, FJ > 100x/menit à PERAWATAN SUPORTIF
2. Breathing (vtp)
Bila FJ < 100x/menit /APNUE à VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah udara ke
dalam paru dengan tekanan positip yang memadai untuk membuka alveoli paru agar
bayi bisa bernapas spontan dan teratur.
a. Pasang sungkup, perhatikan lekatan.
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi.
b. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi.
Ventilasi percobaan (2 kali) Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air.
Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveloli paru agar bayi bisa mulai
bernapas dan sekaligus menguji apakah jalan napas terbuka atau bebas.
Lihat apakah dada bayi mengembang, Bila tidak mengembang
1) Periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar.
2) Periksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi kebocoran.
Bila dada mengembangàlakukan tahap berikutnya
1) Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 2 kali dengan tekanan 20 cm air
dalam 30 detik.
2) Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur?
Kecukupan ventilasi dinilai dengan memperhatikan gerakan dinding dada dan
auskultasi bunyi napas.
Bila bayi bernafas, FJ > 100x/menit, kemerahan Perawatan Lanjut
3. Circulation
Apabila setelah dilakukan VTP, FJ < 60x/menit àVTP dan kompresi dada
Kompresi Dada
a. Kompresi dinding dada dapat dilakukan dengan melingkari dinding dada dengan
kedua tangan dan menggunakan ibu jari untuk menekan sternum atau dengan
menahan punggung bayi dengan satu tangan dan menggunakan ujung dari jari
telunjuk dan jari tengah dari tangan yang lain untuk menekan sternum.
b. Tehnik penekanan dengan ibu jari lebih banyak dipilih karena kontrol kedalaman
penekanan lebih baik.
c. Tekanan diberikan di bagian bawah dari sternum dengan kedalaman ± 1,5 cm dan
dengan frekuensi 90x/menit.
d. Dalam 3x penekanan dinding dada dilakukan 1x ventilasi sehingga didapatkan 30x
ventilasi per menit. Perbandingan kompresi dinding dada dengan ventilasi yang
dianjurkan adalah 3 : 1.
e. Evaluasi denyut jantung dan warna kulit tiap 30 detik. Bayi yang tidak berespon,
kemungkinan yang terjadi adalah bantuan ventilasinya tidak adekuat, karena itu
adalah penting untuk menilai ventilasi dari bayi secara konstan.
4. Drug
Bila FJ < 60x/menit, berikan EPINEPRIN
AIR KETUBAN BERCAMPUR MEKONIUM?
Bila tidak terdapat mekoniumà LANGKAH AWAL
Bila air ketuban bercampur mekonium, lakukan penilaian bayi bugar atau tidak :
a. Usaha nafas baik
b. Tonus otot baik
c. FJ > 100x/menit
Bila bayi bugar LANGKAH AWAL
Bila bayi tidak bugar penghisapan mulut dan trachea LANGKAH AWAL

Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi.
Gambar Cara Pemasangan Sungkup

H. Asuhan Pasca Resusitasi


Asuhan pascaresusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima tindakan
resusitasi. Asuhan pascaresusitasi dilakukan pada keadaan:
1. Resusitasi berhasil
Resusitasi berhasil bila pernapasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal yang
kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif. Lanjutkan dengan
asuhan berikutnya.
Konseling:
a. Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan.
Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.
b. Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi. Bila
ditemukan kelainan, segera hubungi penolong.
c. Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayinya. Bayi dengan gangguan
pernapasan perlu banyak energi. Pemberian ASI segera, dapat memasok energi
yang dibutuhkan.
d. Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (asuhan dengan metode
Kangguru).
e. Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya bayi baru
lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda
tersebut pada bayi.
Lakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk:
a. Anjurkan ibu menyusukan sambil membelai bayinya
b. Berikan Vitamin K, antibiotik salep mata, imunisasi hepatitis B
Lakukan pemantuan seksama terhadap bayi pasca resusitasi selama 2 jam pertama:
Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi :
a. Tarikan interkostal, napas megap-megap, frekuensi napas <> 60 x per menit.
b. Bayi kebiruan atau pucat.
c. Bayi lemas.
d. Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernapas normal.
Jagalah agar bayi tetap hangat dan kering.
Tunda memandikan bayi hingga 6 – 24 jam setelah lahir (perhatikan temperatur tubuh
telah normal dan stabil).
2. Bayi perlu rujukan
Bila bayi pascaresusitasi kondisinya memburuk, segera rujuk ke fasilitas rujukan.
Tanda-tanda Bayi yang memerlukan rujukan sesudah resusitasi
a. Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per
menit
b. Adanya retraksi (tarikan) interkostal
c. Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau megap- megap (bising napas inspirasi)
d. Tubuh bayi pucat atau kebiruan
e. Bayi lemas
Konseling
a. Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk. Bayi dirujuk bersama
ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu atau
keluarganya.
b. Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya. Suami atau
salah seorang anggota keluarga juga diminta untuk menemani ibu dan bayi selama
perjalanan rujukan.
c. Beritahukan (bila mungkin) ke tempat rujukan yang dituju tentang kondisi bayi
dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga ibu baru melahirkan bayi yang sedang
dirujuk.
d. Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama perjalan
ke tempat rujukan
Asuhan bayi baru lahir yang dirujuk
a. Periksa keadaan bayi selama perjalanan (pernapasan, warna kulit, suhu tubuh) dan
catatan medik.
b. Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup kepala bayi dan bayi dalam posisi
“Metode Kangguru” dengan ibunya. Selimuti ibu bersama bayi dalam satu selimut.
c. Lindungi bayi dari sinar matahari.
d. Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI segera kepada bayinya,
kecuali pada keadaan gangguan napas, dan kontraindikasi lainnya
Asuhan lanjutan
Merencanakan asuhan lanjutan sesudah bayi pulang dari tempat rujukkan akan sangat
membantu pelaksanaan asuhan yang diperlukan oleh ibu dan bayinya sehingga apabila
kemudian timbul masalah maka hal tersebut dapat dikenali sejak dini dan kesehatan
bayi tetap terjaga.
3. Resusitasi tidak berhasil
Bila bayi gagal bernapas setelah 20 menit tindakan resusitasi dilakukan maka hentikan
upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang berat pada susunan
syaraf pusat dan kemudian meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral
yang adekuat Secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluarga untuk memahami
masalah dan musibah yang terjadi serta berikan dukungan moral sesuai adat dan
budaya setempat
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR


DENGAN ASFIKSIA RINGAN
DI PUSKESMAS KARANGPILANG KEC. MODO KAB. LAMONGAN

Biodata Ibu Ayah


Nama : Ny. N Tn. I
Umur : 33 Tahun 37 Tahun
Agama : Islam Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA SMK
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
Alamat : Kedungrejo Kedungrejo

I. DATA SUBJEKTIF
1. Riwayat Antenatal
GII P1001 Umur kehamilan 40 Minggu
Riwayat ANC                :  Teratur/Tidak teratur, 4 kali. Di Polindes
Imunisasi TT : Tidak Pernah
Kenaikan BB : 11 Kg
Keluhan saat hamil : Mual dan sesak.
Penyakit selama hamil : Tidak ada
Kebiasaan Makan : 3 kali dalam sehari..
Obat/Jam : Tidak ada
Merokok : Tidak ada
Komplikasi Ibu : Tidak ada
Infeksi, Janin : Tidak ada
2. Riwayat Intranatal
Lahir tanggal 12-12- 2018 jam 17.00 WIB
Jenis persalinan : Normal
Penolong : Bidan
Lama persalinan : Kala I 8 jam
Kala II 30 menit
Komplikasi
a.       Ibu : Tidak ada
b.      Janin : Tidak ada

II. DATA OBJEKTIF


1. Keadaan bayi baru lahir
BB/PB lahir                    :  3500 gram/49 cm
Nilai APGAR                :  1 menit/5 menit/10 menit : 7/8/9
No Kriteria 1 menit 5 menit 10 menit
1. Denyut Jantung 2 2 2
2. Usaha Nafas 2 2 2
3. Tonus Otot 1 2 2
4. Refleks 1 1 1
5. Warna Kulit 1 1 2
TOTAL 7 8 9

Caput succedaneum : Tidak ada


Cepal haematoma : Tidak ada
Cacat bawaan : Tidak ada
Resusitasi : Rangsangan : ya/tidak
Penghisapan lendir : ya/tidak liter/menit
2.      Pemeriksaan umum
a.       Pernafasan : 40 x/menit
b.      Warna kulit : Kebiruan
c.       Denyut jantung : 80 x/menit
d.      Suhu aksiler : 36 ○C
e.       Postur dan gerakan : Lemah
f.       Tonus otot : Lemah
g.      Kesadaran : Composmentis
h.      Ekstremitas : Pucat, akral dingin
i.        Kulit : Biru kemerahan
j.        Tali pusat : Tampak basah
k.      BB sekarang : 3500 gram
3.      Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Rambut hitam dan lurus, simetris kiri dan
kanan, ada caput
b. Muka : Pucat, simetris, tidak ada odema
c. Mata : Simetris kiri dan kanan, konjungtiva
merah muda, sklera tidak ikterus
d. Telinga : Simetris kanan dan kiri, daun telinga lunak,
tidak ada serumen
e. Hidung : Simetris kiri dan kanan, tidak ada polip,
terdapat cuping hidung
f. Mulut : bibir warna biru, tidak ada labioskiziz dan
Platoskiziz
g. Leher : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
h. Klavikula : Tidak ada fraktur
i. Lengan tangan : Tidak ada odema, akral dingin
j. Dada : Simetris kanan dan kiri, tidak ada retraksi,
tali pusat masih basah
k. Abdomen : Normal, tidak ada pembesaran
l. Genetalia : Testis ada, skrotum belum turun
m. Tungkai dan kaki : Jari-jari kaki lengkap agak pucat, tidak ada
kelainan, gerak kurang aktif
n. Anus : Lubang (+)
o. Punggung : Tidak ada benjolan tulang punggung
p. Flex : Moro : Kuat, jika bayi dikagetkan dengan cara
menyentuh tangan bayi maka tangan bayi
akan terkejut
q. Rooting : Lemah, jika bayi diberi rangsangan dengan
cara menyentuh sisi mulut bayi maka bayi
akan menoleh
4. Walking : Lemah
Graps : Lemah
Sucking : Lemah, bayi belum bisa menyusu dengan baik
Tonicneck : Kuat
5. Antropometri
PB : 49 cm
LK : 34 cm
LD : 31 cm
LILA : 10 cm
Eliminasi Miksi        : Sudah keluar
Mekonium                : Sudah keluar
6. Pemeriksaan penunjang  : 
Tidak dilakukan

III.       ASSESSMENT
1. Diagnosis Kebidanan
By. N baru lahir spontan dengan asfiksia ringan.
2. Masalah
Bayi menangis merintih
3. Kebutuhan
Memberikan jalan nafas, perawatan tali pusat, mempertahankan suhu tubuh bayi
4. Diagnosis Potensial
Asfiksia sedang, asfiksia berat
5. Masalah Potensial
Apnea
6.      Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien
a.       Mandiri
Memberikan jalan nafas pada bayi (resusitasi)
b.      Kolaborasi
Tidak ada
c.       Merujuk
Tidak ada

IV.       PENATALAKSANAAN (Termasuk Pendokumentasian Implentasi dan Evaluasi)


Tanggal  12 Desember 2018                                      Jam 17.10 WIB
1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya.
RR             : 40 x/menit     BB       : 3500 gram
Suhu          : 36 ゚ C              PB       : 49 cm
Nilai APGAR 1menit/5 m5nit/10 menit : 7/8/9
-   Ibu sudah mengetahui keadaan bayinya.
2.      Mengeringkan tubuh bayi
Keringkan tubuh bayi kmudian selimuti menggunakan kain bersih dan kering agar
bayi bersih, dan menjaga kehangatan bayi supaya bayi bayi terhindar dari
hipotermi.
-         Bayi sudah dikeringkn dan dihangatkan dengan memberinya selimut.
3.      Membersihkan jalan nafas bayi
Bersihkan jalan nafas bayi agar dapat bernafas dengan lancar. Membersihkan jalan
nafas dengan menggunakan alat penghisap lendir berupa slim seher. Alat slim seher
dimasukkan kedalam mulut terlebih dahulu kemudian hidung, jangan memasuukan
alat tersebut terlalu dalam karena dapat menyakiti bayi.
-         Jalan nafas bayi sudah dibersihkan.
4.      Melakukan rangsangan taktil dan menilai APGAR bayi kembali
Lakukan rangsangan taktil pada bayi sambil mengeringkan tubuh bayi dan
menggani kain yang sudah basah dengan menggunakan kain yang bersih dan
kering. Nilai APGAR ayi setelah 5 menit, lihat apakah bayi sudah bernafas dengan
normal.
-         Rangsangan taktil sudah dilakukan oleh bidan dan bayi sudah mulai bernafas
demham lancar.
5.      Melakukan perawatan tali pusat.
Perawatan tali pusat dilakukan dengan menggunakan kasssa steril dan pastikan baju
serta tali pusat dalam keadaan kering.
-          Sudah dilakukan perawatan tali pusat.
6.      Melakukan rawat gabung
Bayi dibiarkan dirawat dalam satu ruangan dengan ibunya agar bayi mendapatkan
ASI secepatnya.
-          Bayi sudah dirawat dalam satu ruangan bersama ibunya.

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal  12 Desember 2018                                       Jam 17.20 WIB
DATA SUBJEKTIF
Bayi Ny. N lahir dengan BB 3500 gr dan PB 49 cm saat ini keadaannya sudah dalam
keadaan normal setelah dilakukannya upaya resusitasi untuk melonggarkan jalan nafas
dan juga untuk memacu refleks aktif pada bayi.
DATA OBJEKTIF
K/U : Baik
Kesadaran : Composmentis
Pernafasan : 50x/I Suhu aksiler : 36, 60C                     
Warna kulit : Kemerahan postur dan gerakan : Aktif

ASSESSMENT
Bayi Ny. N dengan umur 0 hari, BB 3500 gram, PB 49 cm.

PENATALAKSANAAN
Tanggal  12 Desember 2018                                      Jam 17.30 WIB
1. Menjaga suhu tubuh bayi
Menjaga suhu tubuh bayi agar tetap hangat sebagai pencegahan bayi kehilangan panas.
Ibu mengerti dan telah menyelimuti bayi dengan kain kering agar bayi tetaphangat
2. Memantau tanda-tanda bahaya pada bayi dan melakukan perawatan intensif
Bayi dilakukan pemantauan oleh bidan secara intensif selama 2 jam pertama pasca bayi
lahir, nilai apakah ada tanda bahaya pada bayi seperti sesak nafas, gerakan lemah,
menangis merintih, demam dan kedinginan.
Bayi telah di pantau dan keadaannya sudah normal
3. Berikan bayi kepada ibu untuk diberikan ASI
Setelah pemantauan 2 jam pasca bayi lahir kemudian bayi di berikan kepada ibu untuk
diberikan ASI
Ibu telah memberikan ASI pada bayi
4. Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan imunisasi pada bayi,memberikan ASI
sesering mungkin sampai umur 6 bulan, serta memberitahukan kepada ibu tentang
tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
Memerikan imunisasi hepatitis 0 pada bayi, menginformasikan kepada ibu agar
memberikan ASI sampai umur ayi 6 bulan, serta menginformasikan tentang tanda-tanda
infeksi pada tali pusat diantaranya bayi rewel, suhu tubuh meningkat (demam :
>37,00C),  bagian pusat memerah, bau, dan mengeluarkan nanah. 
Ibu sudah memahami tanda-tanda infeksi pada bayi

Anda mungkin juga menyukai