Dosen pembimbing :
Ati’ul Impartina, SST.,M.Kes
Disusun oleh :
Eka Shella SP.
18.02.02.1766
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Aterm Sesuai Masa Kehamilan
Telah Dibuat Oleh :
Nama : Eka Shella S. P.
Nim : 18.02.02.1766
Mengetahui,
( ) (
)
3
KATA PENGANTAR
Penulis
4
BAB 1
PENDAHULUAN
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram, cukup
bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan)
yang berat. (Kukuh Rahardjo, 2014). Sedangkan, asuhan pada bayi baru lahir
normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir tersebut selama satu
jam pertama setelah kelahiran, sebagian besar bayi yang baru lahir akan
Adapun permasalahan yang terjadi pada bayi baru lahir adalah asfiksia
(Muslihatun, 2010).
Indonesia khususnya kesehatan bayi dapat dilihat dari data nasional pada tahun
2018 bahwa. Cakupan kunjungan neonatal (KN) pada tahun 2018 mengalami
peningkatan dari 80% pada tahun 2013 menjadi 95,5% pada tahun 2018. Menurut
Dinas Kesehatan (2018), di Provinsi Jawa Timur cakupan (K1) pada cakupan
kunjungan neonatus (KN) mengalami penurunan dari 96,1% pada tahun 2016
menjadi 95,5% pada tahun 2017. Menurut data Profil Kesehatan Kabupaten
84,62%. Cakupan komplikasi neonatal yang ditangani pada tahun 2018 mencapai
5
bahkan melebihi dari target, hanya saja tetap perlu ditingkatkan lagi dalam
pelayanan kesehatan agar tidak terjadi penurunan dari semua indikator demi
penulis sesuai dengan asuhan yang didapatkan yaitu bayi baru lahir fisiologis
1.3 Tujuan
bayi baru lahir sesuai dengan standar asuhan dengan menggunakan pendekatan
1.4.1 Sasaran
baik.
1.4.2 Tempat
PMB.
1.4.3 Waktu
1.5 Manfaat
refrensi dalam pelaksanaan asuhan kebidanan secara komprehensif pada bayi baru
lahir.
1) Bagi Penulis
kesehatan sangat penting khususnya asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
8
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Bayi baru lahir (BBL) disebut juga dengan neonatus merupakan individu
yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus
ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan
setelah lahir, masa ini merupakan masa terjadi kehidupan yang baru dalam ektra
uteri dengan terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh. Proses adaptasi
dari organ tubuh dimulai dari aktivitas pernapasan yang disertai pertukaran gas
antara 120-160x/menit dengan ukuran jantung lebih besar dari ukuran dada, yng
Menurut Jenny J. S. Sondakh (2013), bayi baru lahir dikatakan normal jika
termasuk dalam kriteria sebagai berikut : 1) Berat badan lahir bayi antara 2500-
4000 gram, 2) Panjang badan bayi 48-50 cm, 3) Lingkar dada bayi 32-34 cm, 4)
9
Lingkar kepala 33-35 cm, 5) Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180
kali/menit, kemudian turun sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30
karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa, 8) Rambut
lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik, 9) Kuku telah agak panjang dan
lemas, 10) Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora
telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan), 11) Refleks isap, menelan
dan moro telah terbentuk, 12) Eliminasi, urin dan mekonium normalnya keluar
lengket.
Ekstrauterin
sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal sistem
saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Semua ini
lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervaginam
sehingga tersisa 80-100 mL. Setelah bayi lahir, cairan yang hilang tersebut diganti
10
dengan udara. Perubahan pernafasan menurut Jenny J.S Sondakh (2013), adalah
sebagai berikut : 1) Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan kimia,
2) Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30-60 x/ menit, 3) Sekresi lendir
mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah, terutama selama 12-18 jam
pertama, 4) Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung. Respon refleks
terhadap obstruksi nasal dan membuka mulut untuk mempertahankan jalan napas
tidak ada pada sebagian besar bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran.
Normal Abnormal
Frekuensi rata-rata : 40 x/ menit -
Rentang : 30-60 x/ menit -
Pernapasan diafragma dan abdomen Retraksi interkosta, retraksi xifoid
Bernapas melalui hidung Napas cuping hidung
- Bunyi dengkuran saat ekspirasi
Sumber : Kriebs, Jan M, 2010
setelah lahir. Beberapa perubahan terjadi dengan cepat dan sebagian terjadi
(pada tangan, kaki, dan sekitar mulut), 3) Denyut nadi berkisar 120-160 x/mnt
saat bangun dan 100 x/mnt saat tidur, 4) Rata-rata tekanan darah adalah 80/46
mmHg dan bervariasi sesuai dengan ukuran dan tingkat aktifitas bayi, 5) Nilai
Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta melalui vena
umbilikalis lalu sebagian ke hati dan sebagian lainnya lansung ke serambi kiri
11
jantung. Kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui
aora ke seluruh tubuh, sedangkan yang dari balik kanan darah dipompa sebagian
tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti dengan menurunya tekanan
pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar
dibandingkan dengan tekanan jantung kanna, dan hal tersebutlah yang membuat
foramen ovale secara fungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama
kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta
desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia (PaO2 yang buruk). Serta
darah sistolik pada hari peratam rendah yaitu 1,96 liter/menit/m² dan bertambah
pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m²) karean penutupan duktus arteriosus.
Tekanan darah pad waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui
tranfusi plasenta yang pada jam-jam pertama menurun, untuk kemudian naik lagi
individu dewasa. Efek stres suhu dingin pada neonatus dapat membuat bayi
Menurut Nanny Lia Dewi, Vivian 2012 hal.13-14 hilangnya panas tubuh
dari bayi baru lahir ke lingkungannya dapat terjadi dalam beberapa mekanisme,
1) Konduksi
melalui kontak langsung antara tubuh bayi dan objek lain yang lebih dingin,
misalnya meja, tempat tidur, atau timbangan yang suhunya lebih rendah dari
tubuh bayi. Benda-benda tersebut akan menyerap panas tubuh bayi melalui
2) Konveksi
terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan
atau ditempatkan didalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan
panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada konveksi aliran udara melalui
ventilasi atau pendingin ruangan. Kehilangan panas dapat terjadi misalnya karena
menempatkan bayi baru lahir didekat pintu yang sering terbuka dan tertutup atau
membiarkan bayi baru lahir terpapar dalam ruangan dengan kipas angin menyala.
3) Radiasi
karena bayi ditempatkan didekat benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah
dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda
tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
13
langsung). Contohnya adalah jika bayi baru lahir ditidurkan berdekatan dengan
4) Evaporasi
kehilangan panas. Kehilangan panas dengan cara ini dapat terjadi karena
penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri,
karena setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga
terjadi pada bayi baru lahir yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak
Kehilangan panas pada bayi baru lahir menurut Nanny Lia Dewi, Vivian
(2013) dapat dicegah antara lain dengan cara : keringkan bayi secara seksama,
selimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan hangat, tutupi bagian
kepala bayi, anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusi bayinya, jangan segera
menimbang atau memandikan bayi baru lahir, dan tempatkan bayi dilingkungan
yang hangat.
Semua nutrient bayi terdapat dalam bentuk yang telah dicerna via plasenta.
mengekskresikan secara mandiri agar dapat bertahan hidup. Ginjal bayi relatif
belum matang dan kemampuan untuk memekatkan urine belum memadai. Pada
tersebut akan meningkat hingga sekitar 200 ml per hari untuk bayi yang diberi
Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium juga relatif
lebih besar dibandingkan dengan kalium karena ruangan ekstraseluler yang luas.
Fungsi ginjal belum sempurna karena : 1) Jumlah nefron masih belum sebanyak
tubulus proksimal, 3) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan
2.1.3.6 Imunoglobulin
BBL tidak memiliki sel plasma pada sumsum tulang dan tidak memiliki
lamina propia ilium dan apendiks. Plasenta merupakan sawar, sehingga fetus
bebas dari antigen dan stres imunologis. Pada BBL hanya terdapat gamaglobulin
G, sehingga imunologi dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat
molekulnya kecil. Bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (toksoplasma,
herpes simpleks, dll) reaksi imunologis sapat terjadi dengan pembentukan sel
2.1.3.7 Hati
yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen.
Sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun dalam waktu yang agak lama.
Enzim hati belum aktif pada BBL, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga
belum sempurna (Dewi, 2013).Selama kehidupan janin sampai setelah lahir hati
yang esensial untuk pembentukan darah. Penyimpanan zat besi oleh ibu cukup
15
memadai bagi bayi sampai lima bulan kehidupan ekstrauterin. Hati juga
Pada keadaan stres dingin yang lama, glikolisis anaerob dapat terjadi yang
terdapat defek fungsi pernapasan, asidosis respiratorik dapat terjadi. asam lemak
Bayi baru lahir menggunakan sumber energi dari glikogen yang berasal
dari otak, jantung, dan hati, tetapi setelah beberapa jam persediaan glikogen akan
terhambat maka akan mengakibatkan gangguan saraf, apneu dan sianosis. Protein
dan lemak tidak melewati plasenta sehingga neonatus harus memproduksi protein
dan lemak sendiri dengan cara mengaktifkan metabolisme asam lemak dan asam
amino. Hati pada neonatus belum dapat melaksanakan fungsi eksresi bilirubin dan
detokfikasi dengan baik sehingga dapat terjadi jaundice dalam 3-7 hari. Jaundice
pada neonatus adalah hal yang fisiologis. Jaundice pada neonatus juga bisa
Adanya defek atau bentuk sel darah merah yang tidak sempurna, 3) Darah yang
terkumpul, misalnya karewna bayi terpaksa harus divakum saat lahir, 4) Infeksi
(Elmeida, 2015).
16
Penilaian Awal menurut JNPK-KR, 2017, untuk semua bayi baru lahir
lahir : 1) apakah kehamilannya cukup bulan? Segera setelah bayi lahir, sambil
meletakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang telah disiapkan pada perut
bawah ibu, segera lakukan penilaian : 2) apakah bayi menangis atau bernapas/
keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah lahir dengan menggunakan nilai
Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.
Kriteria 0 1 2
Appoearance Pucat Badan merah Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstremitas biru kemerahan
Pulse rate Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
(frekuensi nadi)
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk /bersin
(reaksi rangsangan) mimik (grimace)
Activity (tonus Tidak ada Ekstremitas dalam Gerakan aktif
otot) sedikit fleksi
Respiraton Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis
(pernafasan)
Sumber : Jenny J.S Sondakh, 2013
Setiap variabel diberi nilai 0, 1, atau, 2 sehinnga nilai tertinggi adalah 10.
Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan bahwa bayi berada dalam kondisi
17
baik. Nilai 4-6 menunjukkan bahwa adanya depresi sedang dan membutuhkan
beberapa jenis tindakan resusitasi. Bayi dengan nilai 0-3 menunjukkan depresi
Tabel 2.5 Pemeriksaan fisik BBL (JNPK-KR 2017, Hidayat 2010 dan Sondakh
2013)
Tabel 2.6 Pemeriksaan Refleks Bayi Baru Lahir (Aziz Alimul Hidayat, 2010)
Pemeriksaan Cara
Kondisi Normal Kondisi Patologis
Refleks Pengukuran
Berkedip Sorotkan cahaya Dijumpai pada tahun Jika tidak ada,
ke mata bayi pertama menunjukkan
kebutaan
Tanda Gorek telapak Jari kaki mengembang Jika jari kaki
Babinski kaki sepanjang dan ibu jari kaki mengembang
tepi luar, mulai dorsofleksi, dijumpai dorsofleksi
dari tumit sampai usia 2 tahun setelah usia 2
tahun, merupakan
tanda lesi
ekstrapiramidal
Merangkak Letakkan bayi Bayi membuat gerakan Jika gerakan
tengkurap di atas merangkak dengan tidak simetris,
permukaan datar lengan dan kaki bila adanya tanda
ditelungkupkan neurologi
Menari/ Pegang bayi Kaki akan bergerak ke Refleks menetap
melangkah sehingga kakinya atas dan ke bawah jika lebih dari 4-8
sedikit menyentuh sedikit disentuh minggu merupakan
permukaan yang kepermukaan keras, keadaan abnormal
keras dijumpai pada 4-5
minggu pertama
Ekstrusi Sentuh lidah Lidah menjulur ke arah Lidah menjulur
Dengan ujung luar jika disentuh, yang persisten
spatel lidah dijumpai pada usia 4 merupakan tanda
bulan sindrom down
Galant Gores punggung Punggung bergerak ke Tidak adanya
bayi sepanjang arah samping jika refleks
Sisi tulang distimulasi, dijumpai menunjukkan lesi
belakang dari pada 4-8 minggu medula spinalis
Bahu sampai pertama transversa
bokong
Moro Ubah posisi dengan Lengan ekstensi, jari- jari Refleks yang
tiba-tiba atau pukul mengembang, kepala Menetap lebih
meja/ tempat tidur mendongak ke belakang, dari 4 bulan
tungkai menunjukkan
Sedikit ekstensi. kerusakan otak,
Lengan kembali ke respon tidak
tengah dengan tangan simetris adanya
menggenggam tulang hemiparesis,
belakang dan fraktur klavikula
20
BBL sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau
bersentuhan dengan bayi, serta memakai sarung tangan bersih pada saat
menangani bayi yang belum dimandikan, 2) Persiapan Alat, Pastikan semua dan
bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, alat-alat resusitasi dan benang tali
pusat telah di desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi. Gunakan bola karet
penghisap yang baru dan bersih jika akan melakukan penghisapan lender dengan
alat tersebut. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan
untuk bayi sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita
dengan bayi, juga bersih. Dekontaminasi dan cuci semua alat setiap kali setelah
siapkan tempat resusitasi yang datar, rata, cukup keras, bersih, kering dan hangat
misalnya meja, dipan atau lantai beralas tikar, sebaiknya dekat pemancar panas
berfungsi sempurna. Oleh karena itu jika tidak segera dilakukan upaya
pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami
hipotermia. Bayi hipotermia sangat beresiko tinggi untuk mengalami sakit berat
atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam
keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di
dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat badan rendah sangat
rentan untuk mengalami hipotermia (temperature tubuh lebih dari 37,5oC). Cegah
terjadi kehilangan panas melalui upaya berikut : (1) keringkan tubuh bayi tanpa
membersihkan verniks, (2) letakkan bayi didada ibu agar ada kontak kulit ibu ke
kulit bayi, (3) selimuti ibu dan bayi dan pasang topi dikepala bayi, (4) jangan
potongntali pusat setelah duamenit setelah bayi lahir. Lakukan terlebih dahulu
penyuntikan oksitosin sebelum tali pusat dipotong, 2) Tali pusat dijepit dengan
23
klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut(pangkal pusat) bayi. Dari titik
jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong tali pusat ke arah ibu
(agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Kemudian
jepit (dengan klem ke dua) tali pusat pada bagian yang isinya sudah dikosongkan
(sisi ibu), berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama, 3) Pegang tali pusat diantara
kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasantali pusat sambil melindungi
bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT atau steril, 4) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau
steril pada satu sisi kemudianmelingkar kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya, 5) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat
posisi tengkurap di dada ibu untuk inisiasi menyusu dini dan melakukan kontak
dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab, 3) Beri nasehat
pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi: lipat popok dibawah putung
tali pusat, jika putung tali pusat kotor maka bersihkan dengan air DTT dan sabun
dan segera keringlan secara seksama dengan menggunakan kain bersih, jelaskan
pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan petugas atau fasilitas kesehatan jika
pusat menjadi merah, bernanah dan atau berbau, jika pangkal tali pusat menjadi
berdarah, merah meluas atau mengeluarkan nanah dan atau berbau segera rujuk
24
tengkurap didada ibu untuk kontak kulit antara ibu dan bayi , 2) Luruskan bahu
bayi sehingga dada bayi menempel pada dada ibunya, 3) usahakan kepala bayi
berada diantara payuadara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu atau
areola mamae ibu, 4) Selimuti ibu dan bayi dengan menggunakan kain kering dan
hangat pasang topi dikepala bayi, 5) Biarkan bayi melakukan kontak kulit di dada
ibu paling sedikit 1 jam, 6) Sebagian besar bayi akan berhasil menyusu untuk
pertama kali akan berlangsung 10-15 menit bayi cukup menyusu di satu payudara,
7) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil
Tahapan inisiasi menyusu dini antara lain : 1) Pada tahap pertama ini
disebut istirahat siaga (rest/quite alert stage) dalam waktu 30 menit bayi hanya
terdiam, 2) Tahap kedua bayi ,ulai mengeluarkan suara kecapan dan gerakan
mulut, 3) Tahap ketiga bayi mulai mengeluarkan air liur yang dapat membantu
bayi untuk menemukan puting susu ibunya, 4) Tahap keempat bayi sudah mulai
susu, 5) Tahap kelima bayi mulai menjilati kulit ibunya bakteri yang masuk
keenam ini merupakan tahapan terakhir pada saat bayi menemukan puting susu,
bayi akan menyusu untuk pertama kalinya proses menyusu bervariasi minimal 1
25
intramuskuler setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu untuk mencegah
perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian
paha kiri bayi bagian anterolateral sepertiga tengah sebanyak 0,1 mL (1 mg dosis
dalam semprit sebanyak 0,75 mL. Suntikkan secara intramuscular di paha kiri
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah
proses IMD dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi mata tersebut
kurang efektif jika diberikan >1 jam setelah kelahiran. Cara pemberian salep atau
tetes mata antibiotik: 1) Cuci tangan, menggunakan sabun dan air bersih mengalir
kemudian keringkan, 2) Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan
tujuan pemberian obat tersebut, 3) Berikan salep mata dalam satu garis lurus
mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian
luar mata atau tetes mata, 4) Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh
menyentuh bayi, 5) Jangan menghapus salep atau tetes mata dari mata bayi dan
26
TINJAUAN KASUS
3.1.1 Biodata
1) Bayi
Anak ke :2
2) Orang Tua
Nama istri : Ny. K Nama Suami : Tn. Y
Nikah ke :1
Penghasilan keluarga/bln : -
No.Telp/ HP : 082194381821
1) Keluhan utama
2) Riwayat Antenatal
keluhan
TM 2 : Priksa hamil 3 kali, usia kehamilan 16, 20, 24 minggu. Tidak ada
keluhan.
TM 3 : Priksa hamil 3 kali, usia kehamilan 30, 32, 38 minggu. Tidak ada
keluhan.
3) Riwayat natal
Lama persalinan :
Bau : Khas
Keadaan plasenta :
Hidup/mati : Hidup
4) Riwayat neonatal
AS : 6-7
SOB : 33 cm
MO : 34 cm
FO : 34cm
Lingkar dada : 32 cm
Imunisasi : Hb Unijek
ASI/ PASI
Jenis : ASI
Eliminasi
TTV :
BB : 2.900 gram
31
PB : 50 cm
pembuluh darah.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, tidak ada
Ekstremitas
Reflek :
Refleks Morro : Bayi terkejut saat permukaan meja digebrak, ibu jari
Refleks tonick neck : Lengan dan kakinya akan berekstensi keearah sisi
Refleks babynsky : Semua jari akan hiperekstensi dengan ibu jari dorsi
DS :-
DO :
kemerahan.
TTV :
Suhu : 36,9°C Nadi: 150x/menit RR: 40x/menit
BB : 2.900 gram PB : 50 cm
Pemeriksaan Fisik
rambut halus.
mengkilat
tidak ada
Gerak : Aktif
75
Reflek :
3.5 Intervensi
30-60x/meni
3) Kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi dapat dilihat dari BB bayi tidak turn
3.5.2 Intervensi:
R/ Deteksi dini adanya kelainan jika suhu, nadi, dan RR tidak pada
batas normal
3) Ajarkan pada keluarga untuk cuci tangan sebelum kontak dengan bayi
pada bayi
pada bayi
3.6 Implementasi
06.30 WIB Memantau BAB dan BAK bayi : bayi sudah BAB
dan BAK
78
PEMBAHASAN
4.1.1 Pengkajian
1) Keluhan Utama
ada keluhan. Menurut Donna L. Wong (2010) masalah lazim yang terjadi pada
neonatus muntah dan gumoh. Bayi Ny K tidak mengalami muntah dan gumoh
karena sudah diajarkan cara meneteki dan menyendawakan dengan benar kepada
ibu.
mungkin dan semau bayi. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa
diberi tambahan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu. Hal
Bayi sudah BAB pada usia 2 jam, dan BAK pada usia 2 jam. Menurut
dan urin terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir adalah 200-300 cc/24 jam atau
1-2 cc/Kg BB/jam. Hal ini tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.
80
1) Pemeriksaan Umum
Menurut Sembiring (2019), Suhu BBL normal adalah antara 36,5 0C -37,50C. Hal
normal neonatus berkisar antara 40-60 kali permenit. Hal ini tidak ada
150x/menit.
Menurut Latief (2013) mengatakan bahwa laju jantung normal adalah 120-
160 kali permenit dan dipengaruhi oleh aktivitas bayi. Hal ini tidak ada
2) Pemeriksaan Antropometri
(1) Berat Badan: Berat badan lahir bayi Ny. K 2.900 gram. Menurut Sholeh
(2007) umur 1 hingga tiga bulan berat badan bertambah 400 gram per empat
minggu atau bertambah sebanyak 170 - 200 gram per minggunya. Hal ini ada
(2) Panjang badan: Panjang badan lahir bayi Ny. K 52 cm. Menurut JNPK-KR
(2017), normal panjang lahir 48 cm-52 cm.Hal ini tidak ada kesenjangan
Mitayani (2010) 30,5 – 33 cm. Hal ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan
teori
(4) Lingkar kepala: Lingkar kepala bayi Ny. K 34 cm. Menurut JNPK-KR
(2017), normal lingkar kepala 33-37 cm. Hal ini ada kesenjangan antara fakta
3) Pemeriksaan Fisik
(1) Warna kulit. Warna kulit bayi Ny K kemerahan dan tidak ikterus. Menurut
Noordiati (2017) mengatakan bahwa neonatus / bayi baru lahir warna kulit
kemerahan/ merah muda. Hal ini ada kesenjangan antara kasus dan teori,
karena bayi lahir pada usia 34 minggu sehingga pada kulit dan jaringan
(2) Kepala. Pada kepala bayi Ny K tidak ada caput succedaneum, tidak ada
cephal hematoma, tidak ada ancepaly, tidak ada mikrocepal, tidak ada
(3) Mata. Pada mata bayi Ny K konjungtiva merah muda, sklera putih. Menurut
konjungtiva, atau retina. Perhatikan adanya sekret mata. Hal ini tidak ada
(4) Hidung. Pada hidung bayi Ny K tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak
mengalami obstruksi jalan napas karena adannya atresia koana bilateral atau
fraktur tulang hidung . Hal ini tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.
(5) Mulut. Pada mulut Bayi Ny K mukosa bibir lembab, tidak ada
dkk (2013) mengatakan bahwa dengan inspeksi, dapat terlihat adanya labio
dan gnatoskisis, adanya gigi atau ranula, yaitu kista lunak berasal dari dasar
mulut. Lidah yang membesar, seperti pada sindrom Beckmith, atau selalu
bergerak, seperti pada sindrom Down. Hal ini tidak ada kesenjangan antara
(6) Telinga. Pada telinga bayi Ny K simetris, tidak ada serumen. Menurut Abdul
Latief dkk (2013) mengatakan bahwa pada neonatus cukup bulan telah
terbentuk tulang rawan, sehingga bentuk telinga dapat dipertahankan. Hal ini
(7) Leher. Pada leher bayi Ny K Tidak ada webbed neck dan kaku kuduk.
Menurut Abdul Latief dkk (2013) mengatakan bahwa leher neonatus tampak
pendek, tetapi pergerakan baik. Hal ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan
teori.
(8) Dada. Pada dada bayi Ny K simetris, tidak ada retraksi dinding dada,
silindris.
Menurut Abdul Latief dkk (2013) mengatakan bahwa bentuk dada neonatus
seperti tong. Hal ini tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.
meningokel, spina bifida, spina bifida okulta, atau sinus pilonidalis. Hal ini tidak
(9) Abdomen. Pada abdomen bayi Ny K tidak ada perdarahan tali pusat, turgor
kembali < 1 detik, tidak ada pembesaran hepar. Menurut Depkes (2010)
mengatakan bahwa tidak ada tonjolan, tidak ada perdarahan tali pusat, tidak
ada tanda-tanda infeksi tali pusat (kalor, dolor, rubor, tumor, pungtiolaisa).
(10) Genetalia. Pada genitalia bayi Ny K jenis kelamin laki-laki, dua testis sudah
Menurut Marmi, (2012) mengatakan bahwa pada bayi laki-laki testis sudah
turun, penis berlubang dan berada di ujung penis. Hal ini tidak ada
(11) Anus bayi Ny K ada lubang dan reflek kedut positif. Menurut Abdul Latief
dkk (2013) mengatakan bahwa anus untuk mengetahui ada tidaknya atresia
ani. Hal ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.
bebas,tidak ada sindactil, tidak ada polidactil, akral hangat. Menurut Abdul
asimetri, kemungkinan adanya patah tulang atau kelumpuhan saraf. Hal ini
4) Pemeriksaan Reflek
ujung jari atau puting di sudut mulut bayi, maka bayi akan menengok ke arah
dkk, 2013). Refleks hilang setelah 3 atau 4 bulan, tetapi dapat menetap sampai
usia 12 bulan terutama pada saat tidur (Wagiyo, 2016). Hal ini ada kesenjangan
antara fakta dan teori, karena pada saat diperiksa bayi belum dapat mencari puting
susu ibu.
terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang disertai refleks menelan
(Saifuddin, 2010). Refleks ini terus berlangsung selama bayi menyusu dan
mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi (Wagiyo, 2016). Hal ini ada
kesenjangan antara fakta dan teori, karena pada saat diterima bayi belum dapat
Bayi Ny K tidak dapat menelan asi dengan baik saat menyusu dan tidak
tersedak. Menurut Siti Saleha (2010) mengatakan bahwa bayi akan menelan saat
dimasukkan puting kemulutnya. Hal ini ada kesenjangan antara fakta dan teori.
kedua tangannya. Gendong bayi dalam posisi setengah duduk, biarkan kepala dan
badan bayi jatuh ke belakang dengan sudut 30o atau tempatkan bayi pada
Reaksinya bayi akan kaget, lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi
simetris dan tangan terbuka disusul dengan gerakan lengan adduksi dan fleksi.
Dalam keadaan normal respons akan lebih kuat selama 2 bulan dan menghilang
selama 3-4 bulan. Apabila menetap lebih dari 4 bulan kemungkinan kerusakan
otak (Hidayat, 2010). Hal ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.
Bayi Ny K dapat menoleh kekanan dan kekir. Bayi diletakkan dalam posisi
telentang, kepala di garis tengah dan ekstremitas dalam posisi fleksi, kemudian
kepala ditengokkan ke kanan, maka akan terjadi ekstensi pada ekstremitas kanan,
dan fleksi pada ekstremitas kiri. Respons lengkap akan hilang pada usia 6 bulan
(Hidayat, 2010). Hal ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.
Bayi Ny K dapat melakukannya dengan jari kaki membuka dan ibu jari
dorsofleksi. Pada telapak kaki, dimulai pada tumit, gores sisi lateral telapak kaki
86
ke arah atas kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kaki. Reaksinya semua jari
kaki hiperekstensi dengan ibu jari dorsofleksi, refleks ini akan hilang setelah usia
2 tahun (Hidayat, 2010). Hal ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.
tangan, maka jari-jari bayi akan menggenggam jari pemeriksa. Respons telapak
tangan menurun pada usia 3-4 bulan (Hidayat, 2010). Hal ini tidak ada
bayi yang matanya sedang terbuka. Bayi akan mengejapkan mata pada 4-5
menunjukkan adanya gangguan ekstrapiramidal (Hidayat, 2010). Hal ini tidak ada
dan radiasi. Bayi baru lahir, khususnya mereka yang berusia ≤ 12 jam, memiliki
dan radiasi. Bayi baru lahir, khususnya mereka yang berusia ≤ 12 jam, memiliki
4.5 Intervensi
klien saat itu. Untuk menyusun rencana asuhan kebidanan harus melihat diagnosa
asuhan kebidanan dapat dibuat bersama klien dan keluarga (Jannah, 2012). Hal ini
4.6 Penatalaksanaan
sebagaimana bayi baru lahir fisiologis. Menurut Nursalam (2010), yaitu observasi
TTV, BAB dan BAK, memberikan nutrisi yaitu pemberian ASI tiap 2 jam atau
tiap anak menangis. memandikan bayi setelah 6 jam persalinan, merawat tali
4.7 Evaluasi
fakta dan teori karena Ny K memahami dan dapat melakukan saran yang
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
karena tidak ditemukan kesenjangan antara kasus dan teori. Diagnosa, masalah
dan kebutuhan bayi baru lahir dinyatakan fisiologis karena tidak ditemukan
kesenjangan antara kasus dan teori. Identifikasi potensial dan masalah potensial
yang terjadi pada bayi baru lahir dinyatakan fisiologis karena tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan kasus. Identifikasi tindakan segera pada masa
dan teori. Masa bayi baru lahir dinyatakan fisiologis karena tidak ditemukan
Rencana asuhan kebidanan yang akan diberikan pada masa bayi baru lahir
lahir dinyatakan fisiologis karena tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan
teori.Evaluasi hasil asuhan pada bayi baru lahir dinyatakan fisiologis karena tidak
5.2 Saran
pendampingan dan pengawasan pada ibu risiko tinggi, sehingga ibu dengan
90
keadaan yang patologis dapat terdeteksi secara dini dan dapat menurunkan angka
DAFTAR PUSTAKA
Asih Yusari & Risneni. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Jakarta: CV Trans Info Media
Damayanti, Ika Putri. (2014). Buku Ajar: Asuhan Kebidanan Komprehensif pada
ibu bersalin dan bayi baru lahir. Edisi kesatu.Yogyakarta : Deepublish..
Deslidel. 2011. Buku Ajar Asuhan Neonatus , Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC
Dinkes Prov. Jatim. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur :
DepartemenKesehatan Jawa Timurhttp://dinkes.jatimprov.go.id/ Diakses
tanggal 19 Juni 2017
Deslidel. 2011. Buku Ajar Asuhan Neonatus , Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC
Dwienda, Octa. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan
Anak Prasekolah. Yogyakarta: Deepublish
Elmeida, Ika Fitria. 2015. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, Balita, Anak
Prasekolah. Jakarta: CV. Trans Info Media
Irfan, Rahmatullah. 2016. 9 Bulan Dibuat Penuh Cinta Dibuahi Penuh Harap
Menjalani Kehamilan & Persalinan Yang Sehat. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
92
Jurnal Cakrawala Maritim Asri, Purwidi, dkk. 2018 Menejemen ASI Perah untuk
Kesehatan Balita: PPNS Surabaya
Kriebs Jan M, Gegor, Carolym L. 2010. Asuhan kebidanan Varney. Jakarta : EGC
Muslihatun, Wafi Nur 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya
Nanny Lia Dewi, Vivian. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Noordiati. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Malang: Wineka Media
Sembiring, Julinna. 2019. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Deepublish
Sondakh, Jenny . 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga