Anda di halaman 1dari 53

1

ASUHAN KEBIDANAN KOMPRE


BAYI BARU LAHIR ATERM
SESUAI MASA KEHAMILAN (SMK)

Dosen pembimbing :
Ati’ul Impartina, SST.,M.Kes

Disusun oleh :
Eka Shella SP.
18.02.02.1766

PRODI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
2021
2

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Aterm Sesuai Masa Kehamilan
Telah Dibuat Oleh :
Nama : Eka Shella S. P.
Nim : 18.02.02.1766

Lamongan, 07 Juni 2021


Mahasiswa

(Eka Shella S. P.)

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) (
)
3

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas segala


rahmat dan hidayah-Nya dan tak lupa penulis ucapkan sholawat serta salam pada
junjungan besar Nabi Muhammad SAW, sehingga laporan yang berjudul “Asuhan
Kebidanan BBL Aterm SMK”.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Asuhan Kebidanan ini masih jauh
dari kesempurnaan maka dari itu penulis mohon saran dan kritik yang
membangun sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa umumnya dan
bermanfaat bagi penulis khususnya.

Lamongan, 7 Juni 2021

Penulis
4

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500 - 4000 gram, cukup

bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan)

yang berat. (Kukuh Rahardjo, 2014). Sedangkan, asuhan pada bayi baru lahir

normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir tersebut selama satu

jam pertama setelah kelahiran, sebagian besar bayi yang baru lahir akan

menunjukkan usaha nafas spontan dengan sedikit bantuan (Prawirohardjo, 2014).

Adapun permasalahan yang terjadi pada bayi baru lahir adalah asfiksia

neonatorum, ikterus, perdarahan tali pusat, kejang, BBLR, hipotermi, dll

(Muslihatun, 2010).

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2018), upaya kesehatan masyarakat di

Indonesia khususnya kesehatan bayi dapat dilihat dari data nasional pada tahun

2018 bahwa. Cakupan kunjungan neonatal (KN) pada tahun 2018 mengalami

peningkatan dari 80% pada tahun 2013 menjadi 95,5% pada tahun 2018. Menurut

Dinas Kesehatan (2018), di Provinsi Jawa Timur cakupan (K1) pada cakupan

kunjungan neonatus (KN) mengalami penurunan dari 96,1% pada tahun 2016

menjadi 95,5% pada tahun 2017. Menurut data Profil Kesehatan Kabupaten

Lamongan (2018),Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) pada tahun 2018

mencapai 98,96%.Capaian KN lengkap pada tahun 2018 mencapai 98,3%.

Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani pada tahun 2018 mencapai

84,62%. Cakupan komplikasi neonatal yang ditangani pada tahun 2018 mencapai
5

100%.Dari data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa pencapaian indikator

kesehatan di Kabupaten Lamongan rata-rata sudah mencapai target pencapaian

bahkan melebihi dari target, hanya saja tetap perlu ditingkatkan lagi dalam

pelayanan kesehatan agar tidak terjadi penurunan dari semua indikator demi

mengurangi AKB di Kabupaten Lamongan.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan ruang lingkup asuhan yang diberikan pada neonatus maka

penulis sesuai dengan asuhan yang didapatkan yaitu bayi baru lahir fisiologis

sesuai dengan perawatan yang dibutuhkan.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Diharapkan penulis mampu menerapkan asuhan kebidanan komprehensif

bayi baru lahir sesuai dengan standar asuhan dengan menggunakan pendekatan

managemen kebidanan secara holistic dan berkelanjutan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Melakukan pengkajian pada bayi baru lahir.

2) Menginterpretasikan data dasar, merumuskan diagnose dan masalah pada

bayi baru lahir.

3) Mangantisipasi masalah potensial pada bayi baru lahir.

4) Mengidentifikasi kebutuhan segera pada bayi baru lahir.

5) Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada bayi baru lahir.

6) Melaksanakan asuhan kebidanan secara berkelanjutan pada bayi baru lahir


6

7) Mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan pada bayi baru lahir.

1.4 Ruang Lingkup

1.4.1 Sasaran

Sasaran asuhan kebidanan ditunjukan kepada By Ny ”K” dengan

memperhatikan asuhan yang diberikan sehingga masalah dapat teratasi dengan

baik.

1.4.2 Tempat

Lokasi yang dipilih untuk memberikan asuhan kebidanan pada bayi di

PMB.

1.4.3 Waktu

Pada tanggal 27-4-2021

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian terhadap materi asuhan pelayanan kebidanan serta

refrensi dalam pelaksanaan asuhan kebidanan secara komprehensif pada bayi baru

lahir.

1.5.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Penulis

Dapat mempraktekkan teori yang didapat secara langsung di lapangan

memberikan asuhan pada bayi baru lahir.

2) Bagi Lahan Praktek

Sebagai masukan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan


7

terutama asuhan pada bayi baru lahir

3) Bagi Klien Asuhan

Motivasi bagi klien, bahwa perhatian pemeriksaan dan pemantauan

kesehatan sangat penting khususnya asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.
8

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

2.1.1 Definisi Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (BBL) disebut juga dengan neonatus merupakan individu

yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus

dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan

ekstrauterin. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan

37-42 minggu dan berat badannya 2.500-4.000 gram (Dewi, 2013).

Neonatus dapat didefinisikan sebagai bayi (infant) dalam empat minggu

pertama kehidupan (Amanda, 2013).

Neonatus (0-28 hari) adalah awal dari pertumbuhan dan perkembangan

setelah lahir, masa ini merupakan masa terjadi kehidupan yang baru dalam ektra

uteri dengan terjadi proses adaptasi semua sistem organ tubuh. Proses adaptasi

dari organ tubuh dimulai dari aktivitas pernapasan yang disertai pertukaran gas

dengan frekuensi pernapasan anatara 30-60x/menit, penyesuaian denyut jantung

antara 120-160x/menit dengan ukuran jantung lebih besar dari ukuran dada, yng

diikuti perkembangan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Sembiring, 2019).

2.1.2 Karakteristik Bayi Baru Lahir Fisiologis

Menurut Jenny J. S. Sondakh (2013), bayi baru lahir dikatakan normal jika

termasuk dalam kriteria sebagai berikut : 1) Berat badan lahir bayi antara 2500-

4000 gram, 2) Panjang badan bayi 48-50 cm, 3) Lingkar dada bayi 32-34 cm, 4)
9

Lingkar kepala 33-35 cm, 5) Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180

kali/menit, kemudian turun sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30

menit, 6) Pernapasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit

disertai pernapasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta

rintihan hanya berlangsung 10-15 menit, 7) Kulit kemerah-merahan dan licin

karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa, 8) Rambut

lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik, 9) Kuku telah agak panjang dan

lemas, 10) Genetalia : testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora

telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan), 11) Refleks isap, menelan

dan moro telah terbentuk, 12) Eliminasi, urin dan mekonium normalnya keluar

pada 24 jam pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan

lengket.

2.1.3 Transisi Fisiologis Bayi Baru Lahir Terhadap Kehidupan

Ekstrauterin

2.1.3.1 Sistem Pernafasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadai dalam waktu 30 detik

sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal sistem

saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Semua ini

menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang melanjutkan

rangsangan tersebut untuk menggerakkan diafragma, serta otot-otot pernapasan

lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervaginam

mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3 dari cairan yang terdapat di dalamnya,

sehingga tersisa 80-100 mL. Setelah bayi lahir, cairan yang hilang tersebut diganti
10

dengan udara. Perubahan pernafasan menurut Jenny J.S Sondakh (2013), adalah

sebagai berikut : 1) Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan kimia,

2) Frekuensi pernapasan bayi baru lahir berkisar 30-60 x/ menit, 3) Sekresi lendir

mulut dapat menyebabkan bayi batuk dan muntah, terutama selama 12-18 jam

pertama, 4) Bayi baru lahir lazimnya bernapas melalui hidung. Respon refleks

terhadap obstruksi nasal dan membuka mulut untuk mempertahankan jalan napas

tidak ada pada sebagian besar bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran.

Tabel 2.1 Respon Pernapasan Bayi yang Normal dan Abnormal

Normal Abnormal
Frekuensi rata-rata : 40 x/ menit -
Rentang : 30-60 x/ menit -
Pernapasan diafragma dan abdomen Retraksi interkosta, retraksi xifoid
Bernapas melalui hidung Napas cuping hidung
- Bunyi dengkuran saat ekspirasi
Sumber : Kriebs, Jan M, 2010

2.1.3.2 Kardiovaskuler atau Sistem Peredaran Darah

Menurut Jenny J.S Sondakh (2013), perubahan sistem kardiovaskuler bayi

baru lahir adalah sebagai berikut: 1) Berbagai perubahan anatomi berlangsung

setelah lahir. Beberapa perubahan terjadi dengan cepat dan sebagian terjadi

seiring dengan waktu, 2) Sirkulasi perifer lambat yang menyebabkan akrosianosis

(pada tangan, kaki, dan sekitar mulut), 3) Denyut nadi berkisar 120-160 x/mnt

saat bangun dan 100 x/mnt saat tidur, 4) Rata-rata tekanan darah adalah 80/46

mmHg dan bervariasi sesuai dengan ukuran dan tingkat aktifitas bayi, 5) Nilai

hematologi normal pada bayi dapat dilihat pada table.

Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta melalui vena

umbilikalis lalu sebagian ke hati dan sebagian lainnya lansung ke serambi kiri
11

jantung. Kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui

aora ke seluruh tubuh, sedangkan yang dari balik kanan darah dipompa sebagian

ke paru dan sebagian melalui melalui duktus arteriosus ke aorta.

Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan mengakibatkan

tekanan arteriol dalam paru menurun yang diikuti dengan menurunya tekanan

pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar

dibandingkan dengan tekanan jantung kanna, dan hal tersebutlah yang membuat

foramen ovale secara fungsional menutup. Hal ini terjadi pada jam-jam pertama

kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta

desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia (PaO2 yang buruk). Serta

duktus arteriosus yang berobliterasi yang terjadi pada hari pertama.

Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4 – 5 liter/m².Aliran

darah sistolik pada hari peratam rendah yaitu 1,96 liter/menit/m² dan bertambah

pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m²) karean penutupan duktus arteriosus.

Tekanan darah pad waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui

tranfusi plasenta yang pada jam-jam pertama menurun, untuk kemudian naik lagi

dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg (Dewi, 2013).

Tabel 2.2 Perubahan Sirkulasi Janin Ketika Lahir

2.1.3.3 Suhu Tubuh

Suhu ruang persalinan jauh lebih rendah dibandingkan suhu di dalam

plasenta, sedangkan bayi tidak mampu menggunakan metode termoregulasi

individu dewasa. Efek stres suhu dingin pada neonatus dapat membuat bayi

mengalami hipotermi yang kemudian dapat mengurangi jumlah surfaktan yang di


12

produksi (menimbulkan gangguan pernafasan) dan hipoglikemia (kadar gula

darah rendah) (Amanda, 2013).

Menurut Nanny Lia Dewi, Vivian 2012 hal.13-14 hilangnya panas tubuh

dari bayi baru lahir ke lingkungannya dapat terjadi dalam beberapa mekanisme,

yaitu sebagai berikut :

1) Konduksi

Kehilangan panas melalui konduksi adalah kehilangan panas tubuh

melalui kontak langsung antara tubuh bayi dan objek lain yang lebih dingin,

misalnya meja, tempat tidur, atau timbangan yang suhunya lebih rendah dari

tubuh bayi. Benda-benda tersebut akan menyerap panas tubuh bayi melalui

mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atasnya.

2) Konveksi

Kehilangan panas melalui konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang

terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan

atau ditempatkan didalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan

panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada konveksi aliran udara melalui

ventilasi atau pendingin ruangan. Kehilangan panas dapat terjadi misalnya karena

menempatkan bayi baru lahir didekat pintu yang sering terbuka dan tertutup atau

membiarkan bayi baru lahir terpapar dalam ruangan dengan kipas angin menyala.

3) Radiasi

Kehilangan panas melalui radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi

karena bayi ditempatkan didekat benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah

dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda

tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara
13

langsung). Contohnya adalah jika bayi baru lahir ditidurkan berdekatan dengan

tembok yang berbatasan dengan udara terbuka.

4) Evaporasi

Kehilangan panas melalui evaporasi merupakan jalan utama bayi

kehilangan panas. Kehilangan panas dengan cara ini dapat terjadi karena

penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri,

karena setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga

terjadi pada bayi baru lahir yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak

segera dikeringkan dan diselimuti.

Kehilangan panas pada bayi baru lahir menurut Nanny Lia Dewi, Vivian

(2013) dapat dicegah antara lain dengan cara : keringkan bayi secara seksama,

selimuti bayi dengan selimut atau kain yang bersih dan hangat, tutupi bagian

kepala bayi, anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusi bayinya, jangan segera

menimbang atau memandikan bayi baru lahir, dan tempatkan bayi dilingkungan

yang hangat.

2.1.3.4 Saluran Gastrointestinal

Semua nutrient bayi terdapat dalam bentuk yang telah dicerna via plasenta.

Setelah lahir, bayi harus mengisap, menelan, mencerna, mengabsorbsi,

mengekskresikan secara mandiri agar dapat bertahan hidup. Ginjal bayi relatif

belum matang dan kemampuan untuk memekatkan urine belum memadai. Pada

awalnya bayi hanya akan mengeluarkan antara 15-60 ml urine/hari. Jumlah

tersebut akan meningkat hingga sekitar 200 ml per hari untuk bayi yang diberi

ASI pada hari kesepuluh (Amanda, 2013).


14

2.1.3.5 Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal

Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium juga relatif

lebih besar dibandingkan dengan kalium karena ruangan ekstraseluler yang luas.

Fungsi ginjal belum sempurna karena : 1) Jumlah nefron masih belum sebanyak

orang dewasa, 2) Ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume

tubulus proksimal, 3) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan

orang dewasa (Dewi, 2012).

2.1.3.6 Imunoglobulin

BBL tidak memiliki sel plasma pada sumsum tulang dan tidak memiliki

lamina propia ilium dan apendiks. Plasenta merupakan sawar, sehingga fetus

bebas dari antigen dan stres imunologis. Pada BBL hanya terdapat gamaglobulin

G, sehingga imunologi dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat

molekulnya kecil. Bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (toksoplasma,

herpes simpleks, dll) reaksi imunologis sapat terjadi dengan pembentukan sel

plasma serta antibodi gama A, G, dan M (Dewi, 2012).

2.1.3.7 Hati

Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis

yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen.

Sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun dalam waktu yang agak lama.

Enzim hati belum aktif pada BBL, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga

belum sempurna (Dewi, 2013).Selama kehidupan janin sampai setelah lahir hati

terus membantu peredaran darah, selama periode neonatus hati memproduksi

yang esensial untuk pembentukan darah. Penyimpanan zat besi oleh ibu cukup
15

memadai bagi bayi sampai lima bulan kehidupan ekstrauterin. Hati juga

mengontrol jumlah bilirubin tak terkonjugasi yang bersikulasi, bilirubin tak

terkonjugasi dapat meningkatkan sistem vaskular dan menembus jaringan

ekstravaskular lainnya (misalnya kulit, sklera, dan membran mukosa oral)

mengakibatkan warna kuning yang disebut dengan ikterus atau jaundice.

Pada keadaan stres dingin yang lama, glikolisis anaerob dapat terjadi yang

mengakibatkan peningkatan produksi asam. Asidosis metabolik terjadi dan jika

terdapat defek fungsi pernapasan, asidosis respiratorik dapat terjadi. asam lemak

yang berlebihan menggeser bilirubin dari tempat-tempat peningkatan albumin.

Bayi baru lahir menggunakan sumber energi dari glikogen yang berasal

dari otak, jantung, dan hati, tetapi setelah beberapa jam persediaan glikogen akan

habis, maka, proses glikogenesis akan aktifasi. Apabila proses glikogenesis

terhambat maka akan mengakibatkan gangguan saraf, apneu dan sianosis. Protein

dan lemak tidak melewati plasenta sehingga neonatus harus memproduksi protein

dan lemak sendiri dengan cara mengaktifkan metabolisme asam lemak dan asam

amino. Hati pada neonatus belum dapat melaksanakan fungsi eksresi bilirubin dan

detokfikasi dengan baik sehingga dapat terjadi jaundice dalam 3-7 hari. Jaundice

pada neonatus adalah hal yang fisiologis. Jaundice pada neonatus juga bisa

menjadi pataoligis yang diakibatkan penghancuran sel darah merah yang

disebbakan oleh :1) Ketidakcocokan golongan darah atau faktor rhesus, 2)

Adanya defek atau bentuk sel darah merah yang tidak sempurna, 3) Darah yang

terkumpul, misalnya karewna bayi terpaksa harus divakum saat lahir, 4) Infeksi

(Elmeida, 2015).
16

2.1.4 Pemeriksaan BBL

2.1.4.1 Penilaian Selintas BBL

Penilaian Awal menurut JNPK-KR, 2017, untuk semua bayi baru lahir

(BBL), lakukan penilaian awal dengan menjawab 3 pertanyaan :Sebelum bayi

lahir : 1) apakah kehamilannya cukup bulan? Segera setelah bayi lahir, sambil

meletakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang telah disiapkan pada perut

bawah ibu, segera lakukan penilaian : 2) apakah bayi menangis atau bernapas/

tidak megap-megap? 3) apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

2.1.4.2 APGAR Score

Penilaian APGAR menurut Jenny J.S Sondakh, 2013, hal.158 ; Penilaian

keadaan umum bayi dimulai satu menit setelah lahir dengan menggunakan nilai

APGAR. Penilaian berikutnya dilakukan pada menit kelima dan kesepuluh.

Penilaian ini perlu untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.

Penilaian keadaan umum bayi berdasarkan nilai APGAR, yaitu :

Tabel 2.4 Kriteria APGAR Score pada BBL

Kriteria 0 1 2
Appoearance Pucat Badan merah Seluruh tubuh
(warna kulit) ekstremitas biru kemerahan
Pulse rate Tidak ada Kurang dari 100 Lebih dari 100
(frekuensi nadi)
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Batuk /bersin
(reaksi rangsangan) mimik (grimace)
Activity (tonus Tidak ada Ekstremitas dalam Gerakan aktif
otot) sedikit fleksi
Respiraton Tidak ada Lemah/tidak teratur Baik/menangis
(pernafasan)
Sumber : Jenny J.S Sondakh, 2013

Setiap variabel diberi nilai 0, 1, atau, 2 sehinnga nilai tertinggi adalah 10.

Nilai 7-10 pada menit pertama menunjukkan bahwa bayi berada dalam kondisi
17

baik. Nilai 4-6 menunjukkan bahwa adanya depresi sedang dan membutuhkan

beberapa jenis tindakan resusitasi. Bayi dengan nilai 0-3 menunjukkan depresi

serius dan membutuhkan resusitasi segera dan mungkin memerlukan ventilasi.

(Sondakh, 2013, hal.158).

2.1.4.3 Pemeriksaan Fisik

Tabel 2.5 Pemeriksaan fisik BBL (JNPK-KR 2017, Hidayat 2010 dan Sondakh
2013)

Pemeriksaan fisik yang


No Keadaan normal
Dilakukan
1. Lihat postur, tonus dan Posisi tungkai dan lengan fleksi
Aktivitas Bayi sehat akan bergerak aktif
2. Lihat kulit Wajah, bibir dan selaput lendir, dada
berwarna merah muda, tidak ada
kemerahan atau bisul, kaji adakah verniks
kaseosa dan lanugo
3. Hitung pernapasan dan lihat Frekuensi napas normal 40-60 kali per
retraksi dinding dada saat menit
bayi tidak menangis Tidak ada retraksi dinding dada
4. Hitung denyut jantung Frekuensi denyut jantung normal 120-160
(stetoskop) di dada kiri kali per menit
setinggi apeks kordis)
5. Lakukan pengukuran suhu Suhu normal adalah 36,5-37,50C
Aksila
6. Lihat dan raba bagian Bentuk kepala terkadang asimetris karena
kepala penyesuaian pada saat proses persalinan,
umumnya hilang dalam 48 jam
Ubun-ubun besar rata atau tidak menonjol,
dapat sedikit membonjol saat bayi
menangis, adakah caput succedaneum dan
chephal hematoma
7. Lihat mata Simetris, konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak ikterus dan tidak ada kotoran/secret
Kaji adanya starbismus, kebutaan pada
bayi, tanda down sindrom, katarak
kongenital dan trauma mata seperti odema
palpebra, perdarahan konjungtiva dan
retina.
8. Lihat bagian dalam mulut Bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada
Masukkan satu jari yang bagian yang terbelah, bibir lembab.
menggunakan sarung Nilai kekuatan isap bayi
18

tangan ke dalam mulut, Bayi akan mengisap kuat jari pemeriksa


raba langit- langit
9. Lihat telinga Kaji adanya gangguan pendengaran
dengan bunyin bel apakah ada reflek
terkejut, puncak telinga sejajar dengan
epicantus luar mata, auricula terbentuk
sempurna, lubang telinga terletak ditengah,
membran timpani utuh dan tidak ada
serumen
10. Lihat dan raba perut Lihat Perut bayi datar, tidak ada massa.
tali pusat Tidak ada perdarahan, pembengkakan,
nanah, tali pusat berbau/kemerahan sekitar
tali pusat dan tali pusat terbungkus kasa.
11. Lihat punggung dan raba Kulit terlihat utuh, tidak terdapat
tulang belakang celah/lubang dan benjolan pada tulang
belakang
12. Lihat lubang anus Terlihat lubang anus dan periksa apakah
Hindari memasukkan alat mekonium sudah keluar
atau jari dalam memeriksa Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam
anus setelah lahir

Tanyakan apakah bayi


sudah BAB
13. Lihat dan raba alat kelamin Bayi perempuan : kadang terlihat cairan
luar vagina berwarna putih atau kemerahan,
Tanyakan pada ibu apakah labia mayora tampak menutupi labia
bayi sudah buang air kecil minora.
Bayi laki-laki : terdapat lubang uretra pada
ujung penis. Teraba testis di skrotum
14. Ekstremitas Kaji adanya kelemahan atau kelumpuhan
dengan cara melihat posisi kedua kaki.
Periksa Adakah polidaktil dan sindaktil.
15. Timbang bayi Berat lahir 2,5-4 kg
Timbang bayi (diselimuti) Dalam minggu pertama, berat bayi
hasilnya dikurangi berat mungkin turun dahulu baru kemudian naik
selimut kembali

16. Mengukur panjang dan Panjang lahir normal 48-52 cm.


lingkar kepala bayi Lingkar kepala 33-37 cm.
17. Menilai cara menyusui, Kepala dan badan dalam garis lurus; muka
minta ibu untuk menyusui bayi menghadap payudara; ibu
bayinya mendekatkan bayi ke tubuhnya
Bibir bawah melengkung keluar, sebagian
besar areola berada di dalam mulut bayi
Menghisap dalam dan pelan kadang
terhenti sesaat.
19

2.1.4.4 Pemeriksaan Reflek

Tabel 2.6 Pemeriksaan Refleks Bayi Baru Lahir (Aziz Alimul Hidayat, 2010)

Pemeriksaan Cara
Kondisi Normal Kondisi Patologis
Refleks Pengukuran
Berkedip Sorotkan cahaya Dijumpai pada tahun Jika tidak ada,
ke mata bayi pertama menunjukkan
kebutaan
Tanda Gorek telapak Jari kaki mengembang Jika jari kaki
Babinski kaki sepanjang dan ibu jari kaki mengembang
tepi luar, mulai dorsofleksi, dijumpai dorsofleksi
dari tumit sampai usia 2 tahun setelah usia 2
tahun, merupakan
tanda lesi
ekstrapiramidal
Merangkak Letakkan bayi Bayi membuat gerakan Jika gerakan
tengkurap di atas merangkak dengan tidak simetris,
permukaan datar lengan dan kaki bila adanya tanda
ditelungkupkan neurologi
Menari/ Pegang bayi Kaki akan bergerak ke Refleks menetap
melangkah sehingga kakinya atas dan ke bawah jika lebih dari 4-8
sedikit menyentuh sedikit disentuh minggu merupakan
permukaan yang kepermukaan keras, keadaan abnormal
keras dijumpai pada 4-5
minggu pertama
Ekstrusi Sentuh lidah Lidah menjulur ke arah Lidah menjulur
Dengan ujung luar jika disentuh, yang persisten
spatel lidah dijumpai pada usia 4 merupakan tanda
bulan sindrom down
Galant Gores punggung Punggung bergerak ke Tidak adanya
bayi sepanjang arah samping jika refleks
Sisi tulang distimulasi, dijumpai menunjukkan lesi
belakang dari pada 4-8 minggu medula spinalis
Bahu sampai pertama transversa
bokong
Moro Ubah posisi dengan Lengan ekstensi, jari- jari Refleks yang
tiba-tiba atau pukul mengembang, kepala Menetap lebih
meja/ tempat tidur mendongak ke belakang, dari 4 bulan
tungkai menunjukkan
Sedikit ekstensi. kerusakan otak,
Lengan kembali ke respon tidak
tengah dengan tangan simetris adanya
menggenggam tulang hemiparesis,
belakang dan fraktur klavikula
20

ekstremitas bawah atau cedera pleksus


ekstensi. Lebih kuat brakialis, tidak ada
selama 2 bulan dan respons ekstremitas
meghilang pada usia 3-4 bawah adanya
bulan. dislokasi pinggul
atau cedera medula
spinalis.
Neck righting Letakkan bayi Jika bayi terlentang, Tidak ada refleks
dalam posisi bahu dan badan atau refleks
terlentang, coba kemudian pelvis menerimalebih
menarik perhatian berotasi ke arah bayi dari 10 bulan
bayi dari satu sisi diputar dan dijumpai menunjukkan
selama 10 bulan adanya gangguan
pertama sistem saraf pusat
Menggenggam Letakkan jari di Jari-jari bayi Fleksi yang tidak
telapak tangan melengkung melingkari simetris
bayi dari sisi ulnar, jari yang diletakkan di menunjukkan
jika refleks lemah telapak tangan bayi dari paralisis, refleks
atau tidak ada beri sisi ulnar, refleks ini menggenggam
bayi botol atau dot menghilang pada usia 3- yang menetap
karena menghisap 4 bulan menunjukkan
akan menstimulasi gangguan serebral
reflex
Rooting Gores sudut mulut Bayi memutas ke arah Tidak adanya
bayi melewati pipi yang diusap, refleks refleks
garis tengah bibir ini menghilang pada usia menunjukkan
3-4 bulan tetapi bisa adanya gangguan
menetap sampai usia 12 neurologi berat
bulan,
terutama selama tidur
Kaget (startle) Bertepuk tangan Bayi mengekstensi dan Tidak adanya
dengan keras memfleksis lengan dalam refleks
berspons terhadap suara menunjukkan
keras, tangan tetap rapat, adanya gangguan
refleks ini akan pendengaran
menghilang setelah usia
4 bulan
Mengisap Beri bayi botol Bayi mengisap dengan Refleks yang
dan dot kuat dalam berespons lemah atau tidak
terhadap stimulasi, ada menunjukkan
refleksi ini menetap keterlambatan
selama masa bayi dan perkembangan
mungkin terjadi ataukeadaan
selama tidur tanpa neurologi yang
stimulasi abnormal
Tonic neck Menolehkan Bayi melakukan Tidak normal jika
21

kepala bayi ke perubahan posisi jika respons terjadi


satu sisi kepala ditolehkan ke setiap kali kepala
satu sisi, lengan dan ditolehkan, jika
tungkai ekstensi ke arah menetap,
sisi putaran kepala dan menunjukkan ada
fleksi pada sisi yang kerusakan serebral
berlawanan, normalnya mayor
refleks ini terjadi setiap
kali kepala ditolehkan.
Tampak kira-kira pada
usia 2 bulan dan
menghilang pada usia
6 bulan

2.1.5 Perawatan Segera Setelah Lahir (0-6 Jam Setelah Persalinan)

Komponen asuhan bayi baru lahir menurut JNPK-KR, 2017 :

2.1.5.1 Pencegahan Infeksi

BBL sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau

kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun

beberapa saat setelah lahir sebelum menangani BBL, pastikan penolong

persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi berikut : 1) Persiapan Diri,

Cuci tangan dengan seksama kemudian keringkan,sebelum dan setelah

bersentuhan dengan bayi, serta memakai sarung tangan bersih pada saat

menangani bayi yang belum dimandikan, 2) Persiapan Alat, Pastikan semua dan

bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, alat-alat resusitasi dan benang tali

pusat telah di desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi. Gunakan bola karet

penghisap yang baru dan bersih jika akan melakukan penghisapan lender dengan

alat tersebut. Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan

untuk bayi sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula halnya timbangan, pita

pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lain yang akan bersentuhan


22

dengan bayi, juga bersih. Dekontaminasi dan cuci semua alat setiap kali setelah

digunakan, 3) Persiapan Tempat, Gunakan ruangan yang hangat dan terang,

siapkan tempat resusitasi yang datar, rata, cukup keras, bersih, kering dan hangat

misalnya meja, dipan atau lantai beralas tikar, sebaiknya dekat pemancar panas

dan terjaga dari tiupan angin (tutup jendela atau pintu).

2.1.5.2 Pencegahan Kehilangan Panas

Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada bayi baru lahir belum

berfungsi sempurna. Oleh karena itu jika tidak segera dilakukan upaya

pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat mengalami

hipotermia. Bayi hipotermia sangat beresiko tinggi untuk mengalami sakit berat

atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam

keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di

dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat badan rendah sangat

rentan untuk mengalami hipotermia (temperature tubuh lebih dari 37,5oC). Cegah

terjadi kehilangan panas melalui upaya berikut : (1) keringkan tubuh bayi tanpa

membersihkan verniks, (2) letakkan bayi didada ibu agar ada kontak kulit ibu ke

kulit bayi, (3) selimuti ibu dan bayi dan pasang topi dikepala bayi, (4) jangan

segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.

2.1.5.3 Asuhan Tali Pusat

Memotong dan mengikat tali pusat sebagai berikut : 1)Klem dan

potongntali pusat setelah duamenit setelah bayi lahir. Lakukan terlebih dahulu

penyuntikan oksitosin sebelum tali pusat dipotong, 2) Tali pusat dijepit dengan
23

klem DTT pada sekitar 3 cm dari dinding perut(pangkal pusat) bayi. Dari titik

jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong tali pusat ke arah ibu

(agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Kemudian

jepit (dengan klem ke dua) tali pusat pada bagian yang isinya sudah dikosongkan

(sisi ibu), berjarak 2 cm dari tempat jepitan pertama, 3) Pegang tali pusat diantara

kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasantali pusat sambil melindungi

bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan

menggunakan gunting DTT atau steril, 4) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau

steril pada satu sisi kemudianmelingkar kembali benang tersebut dan mengikatnya

dengan simpul kunci pada sisi lainnya, 5) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat

dan masukkan ke dalam larutanklorin 0,5%, 6) Kemudian letakkan bayi dengan

posisi tengkurap di dada ibu untuk inisiasi menyusu dini dan melakukan kontak

kulit ke kulit di dada ibu selama 1 jam pertama setelah lahir.

Nasehat untuk merawat tali pusat : 1) Jangan membungkus puntung tali

pusat atau mengoleskan cairan atau bahanapapun ke putung tali pusat, 2)

Mengoleskan alkohol atau povidin iodine masih diperkenankan, tapi tidak

dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab, 3) Beri nasehat

pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi: lipat popok dibawah putung

tali pusat, jika putung tali pusat kotor maka bersihkan dengan air DTT dan sabun

dan segera keringlan secara seksama dengan menggunakan kain bersih, jelaskan

pada ibu bahwa ia harus mencari bantuan petugas atau fasilitas kesehatan jika

pusat menjadi merah, bernanah dan atau berbau, jika pangkal tali pusat menjadi

berdarah, merah meluas atau mengeluarkan nanah dan atau berbau segera rujuk
24

bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan untuk bayi baru lahir.

2.1.5.4 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Cara melakukan inisiasi menyusu dini antara lain : 1) Letakkan bayi

tengkurap didada ibu untuk kontak kulit antara ibu dan bayi , 2) Luruskan bahu

bayi sehingga dada bayi menempel pada dada ibunya, 3) usahakan kepala bayi

berada diantara payuadara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting susu atau

areola mamae ibu, 4) Selimuti ibu dan bayi dengan menggunakan kain kering dan

hangat pasang topi dikepala bayi, 5) Biarkan bayi melakukan kontak kulit di dada

ibu paling sedikit 1 jam, 6) Sebagian besar bayi akan berhasil menyusu untuk

pertama kali akan berlangsung 10-15 menit bayi cukup menyusu di satu payudara,

7) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil

menyusu (JNPK-KR, 2017).

Tahapan inisiasi menyusu dini antara lain : 1) Pada tahap pertama ini

disebut istirahat siaga (rest/quite alert stage) dalam waktu 30 menit bayi hanya

terdiam, 2) Tahap kedua bayi ,ulai mengeluarkan suara kecapan dan gerakan

menghisap pada mulutnya. Pada menit ke 30-40 bayi memasukkan tangan ke

mulut, 3) Tahap ketiga bayi mulai mengeluarkan air liur yang dapat membantu

bayi untuk menemukan puting susu ibunya, 4) Tahap keempat bayi sudah mulai

menggerakkan kakinya guna membantu tubuhnya bermanuver mencari puting

susu, 5) Tahap kelima bayi mulai menjilati kulit ibunya bakteri yang masuk

melalui mulutakan akan menjadi bakteri baik di pencernaan bayi, 6) Tahap

keenam ini merupakan tahapan terakhir pada saat bayi menemukan puting susu,

bayi akan menyusu untuk pertama kalinya proses menyusu bervariasi minimal 1
25

jam (Jayanti, 2019).

2.1.5.5 Pemberian Vitamin K1

BBL harus diberi vitamin K1 (Phytomenadione) injeksi 1 mg

intramuskuler setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu untuk mencegah

perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian

BBL. Cara Penyuntikan Vitamin K1 : 1)Gunakan spuit sekali pakai steril 1 mL

(semprit tuberculin), 2) Jika menggunakan sediaan 10 mg/mL maka masukkan

vitamin K1 ke dalam spuit sebanyak 0,15 mL. Suntikan secara intramuscular di

paha kiri bayi bagian anterolateral sepertiga tengah sebanyak 0,1 mL (1 mg dosis

tunggal), 3) Jika menggunakan sediaan 2 mg/mL maka masukkan vitamin K1 ke

dalam semprit sebanyak 0,75 mL. Suntikkan secara intramuscular di paha kiri

bayi bagian anterolateral sepertiga tengah sebanyak 0,5 mL (1 mg dosis tunggal).

2.1.5.6 Pemberian Salep Mata

Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah

proses IMD dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi mata tersebut

mengandung tetrasiklin 1% atau antibiotika lain. Upaya pencegahan infeksi mata

kurang efektif jika diberikan >1 jam setelah kelahiran. Cara pemberian salep atau

tetes mata antibiotik: 1) Cuci tangan, menggunakan sabun dan air bersih mengalir

kemudian keringkan, 2) Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan

tujuan pemberian obat tersebut, 3) Berikan salep mata dalam satu garis lurus

mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian

luar mata atau tetes mata, 4) Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh

menyentuh bayi, 5) Jangan menghapus salep atau tetes mata dari mata bayi dan
26

anjurkan keluarga untuk tidak menghapus obat-obat tersebut.


BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian Data

Tgl Pengkajian : 06 Juni 2021 Jam : 05.45 WIB

Oleh : Eka Shella SP

3.1.1 Biodata

1) Bayi

Nama : Bayi Ny. ” K”

Anak ke :2

Jenis kelamin : Perempuan

Tgl/jam lahir : 06-06 – 2021 Jam 05.30 WIB

Status Anak : Kandung

2) Orang Tua
Nama istri : Ny. K Nama Suami : Tn. Y

Umur : 30 Tahun Umur : 34 Tahun

Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Status pernikahan : Sah

Nikah ke :1

Usia menikah : 20 Tahun


28

Lama menikah : 10 Tahun

Penghasilan keluarga/bln : -

Alamat : Plosowahyu- Lamongan

No.Telp/ HP : 082194381821

3.1.2 Anamnesa Khusus

1) Keluhan utama

2) Riwayat Antenatal

TM 1 : Priksa hamil 2 kali, usia kehamilan 8, 12 minggu. Tidak ada

keluhan

TM 2 : Priksa hamil 3 kali, usia kehamilan 16, 20, 24 minggu. Tidak ada

keluhan.

TM 3 : Priksa hamil 3 kali, usia kehamilan 30, 32, 38 minggu. Tidak ada

keluhan.

3) Riwayat natal

Umur kehamilan : 39 minggu

Kehamilan tunggal/ganda : Tunggal

Lama persalinan :

Air ketuban : warna : Jernih

Bau : Khas

Letak bayi : Letak kepala

Tipe Persalinan : Normal

Penolong Persalinan : Bidan

Obat – obatan yang diberikan selama persalinan: -


29

Keadaan plasenta :

Fetal : tidak ada pembuluh darah terputus, insersi tali pusat

sentralis, selaput amnion utuh ,tidak ada klasifikasi

Maternal : warna merah tua, tidak ada defek, kotiledon 20

Tanggal Persalinan : 06-06-2021 Jam :05.30 WIB

Tempat dan penolong : Bidan RSM Lamongan

Jenis kelamin : Perempuan

BB/PB : 2900 gr/50 cm

Hidup/mati : Hidup

Apgar score : 6-7

Ada kelainan/tidak : Tidak

Obat-obatan yang diberikan : Vit K 1 mg

4) Riwayat neonatal

AS : 6-7

Penilaian Menit I Menit V


Warna kulit Seluruh tubuh kemerahan Seluruh tubuh kemerahan
(1) (2)
Denyut nadi < 100 x/menit (1) ≥ 100 x/menit (2)
Refleks Tonus otot Gerakan sedikit (1) Gerakan sedikit (1)
Ektremitas fleksi sedikit Ektremitas fleksi sedikit (1)
(1)
Pernapasan Menangis lemah (1) Menangis lemah (1)
Jumlah 6 7

BB lahir: 2.900 Gram PB : 50 cm Ukuran kepala

(1) Ukuran muka belakang : tidak dikaji


30

(2) Ukuran melintang : tidak dikaji

(3) Ukuran lingkaran

SOB : 33 cm

MO : 34 cm

FO : 34cm

Lingkar lengan atas : 12 cm

Lingkar dada : 32 cm

Menetek pertama kali : Segera setelah lahir

Resusitasi : Tidak dikaji

Menghisap lendir : Tidak dikaji

Obat-obatan : Injeksi vit K, salep mata

Imunisasi : Hb Unijek

ASI/ PASI

Jenis : ASI

Eliminasi

BAB : 1x warna hijau kehitaman

BAK : 1x warna kuning jernih

5) Latar belakang sosial budaya : Tidak dikaji

3.1.3 Pemeriksaan Umum

KU : Baik, Tangisan kuat, Gerakan Aktif, Warna kulit kemerahan.

TTV :

Suhu : 36,9°C Nadi : 150x/menit RR : 40x/menit

BB : 2.900 gram
31

PB : 50 cm

3.1.4 Pemeriksaan Fisik

Kepala : Simetris, Tidak ada caput susedaneum,tidak ada cephal

hematom, UUB datar dan belum menutup, bentuk kepala

bulat menonjol, suturanya belum menutup, rambut halus.

Muka : kemerahan, simetris, tidak ada kelainan pada wajah

Mata : Simetris, tidak juling, sklera putih terdapat gambaran tipis

pembuluh darah.

Hidung : Tidak ada mucus/secret,tidak ada cyanosis, tidak ada

pernafasan cuping hidung.

Mulut : Bibir lembab, warna merah muda, bibir dan palatum

terbentuk sempurna, tidak ada stomatitis, tidak ada

labioskizis, tidak ada labiopalatoskizis

Telinga : Simetris, aurikula dan anal auditorium terbentuk sempurna,

membrane timpani utuh warna putih mengkilat

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, tidak ada

bendungan vena jugularis

Dada : Simetris, dada bulat, tidak ada suara nafas tambahan,suara

nafas vesikuler, tidak ada tarikan pada inter coste.

Punggung : Tidak ada massa, tidak ada spina bivida

Abdomen : Tidak kembung, tidak ada pembesaran hepar, kondisi tali

pusat segar, tidak berbau, tidak ada massa abdomen.


32

Genetalia : perempuan, genetali eksterna terbentuk sempurna, genetalia

eksterna menutupi genetalia interna, kelainan tidak ada

Anus : Terdapat lubang anus, reflek berkedut (+)

Ekstremitas

Atas : Simetris, pergerakan bebas, tidak odema, turgor kulit

normal, tidak syndaktil/polidaktil, akral hangat.

Bawah : Simetris, pergerakan bebas, tidak odema, turgor kulit

normal, tidak syndaktil/polidaktil, akral hangat

Tonus otot Gerak : Aktif

Reflek :

Refleks sucking : Bayi dapat menghisap saat IMD.

Refleks Rooting : Bayi dengan cepat akan membuka mulut saat

disentuh dibagian pipi dan bibir.

Refleks genggam :Bayi dapat menggenggam jari petugas saat

diletakkan di telapak tangan bayi.

Refleks Morro : Bayi terkejut saat permukaan meja digebrak, ibu jari

dan jari telunjuk akan membentuk huruf C dan

lengan akan ekstensi.

Refleks tonick neck : Lengan dan kakinya akan berekstensi keearah sisi

kepala yang dimiringkan.

Refleks babynsky : Semua jari akan hiperekstensi dengan ibu jari dorsi

fleksi saat telapak kaki bayi digores mulai dari sisi

lateral ke arah atas hingga sepanjang telapak kaki

3.1.5 Pemeriksaan Penunjang : -


33

3.2 Interpretasi Data Dasar

Diagnosa : BBL Aterm Sesuai Masa Kehamilan

DS :-

DO :

Tgl/jam lahir : 06 – 06 – 2021 Jam 05.30 WIB

KU : Baik, Tangisan kuat, Gerakan Aktif, Warna kulit

kemerahan.

TTV :
Suhu : 36,9°C Nadi: 150x/menit RR: 40x/menit

BB : 2.900 gram PB : 50 cm
Pemeriksaan Fisik

Kepala : Simetris, Tidak ada caput susedaneum,tidak ada cephal

hematom, UUB datar dan belum menutup, bentuk

kepala bulat menonjol, suturanya belum menutup,

rambut halus.

Muka : kemerahan, simetris, tidak ada kelainan pada wajah

Mata : Simetris, tidak juling, sklera putih terdapat gambaran

tipis pembuluh darah.

Hidung : Tidak ada mucus/secret,tidak ada cyanosis, tidak ada

pernafasan cuping hidung.

Mulut : Bibir lembab, warna merah muda, bibir dan palatum

terbentuk sempurna, tidak ada stomatitis, tidak ada

labioskizis, tidak ada labiopalatoskisis


74

Telinga : Simetris, aurikula dan anal auditorium terbentuk

sempurna, membrane timpani utuh warna putih

mengkilat

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan limfe, tidak

ada bendungan vena jugularis

Dada : Simetris, dada bulat, tidak ada suara nafas tambahan,

suara nafas vesikuler, tidak ada tarikan pada inter coste.

Punggung : Tidak ada massa, tidak ada spina bivida

Abdomen : Tidak kembung, tidak ada pembesaran hepar, kondisi

tali pusat segar, tidak berbau serta tertutup kasa, tidak

ada massa abdomen.

Genetalia : perempuan, genetali eksterna terbentuk sempurna,

genetalia eksterna menutupi genetalia interna, kelainan

tidak ada

Anus : Terdapat lubang anus, reflek berkedut (+) Ekstremitas

Atas : Simetris, pergerakan bebas, tidak odema, turgor kulit

normal, tidak syndaktil/polidaktil, akral hangat.

Bawah : Simetris, pergerakan bebas, tidak odema, turgor kulit

normal, tidak syndaktil/polidaktil, akral hangat

Tonus otot : baik

Gerak : Aktif
75

Reflek :

Refleks sucking : Positif

Refleks Rooting : Positif

Refleks genggam : Positif

Refleks Morro : Positif

Refleks tonick neck : Positif

Refleks babynsky : Positif

3.3 Antisipasi Masalah Potensial

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera

3.5 Intervensi

3.5.1 Tujuan jangka pendek

Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama ±6-8 jam diharapkan masa

transisi bayi dalam keadaan normal dengan kriteria hasil:

1) Bayi dapat melewati masa transisi

2) TTV dalam batas normal : Suhu 36,5-37,5 C, Nadi 120-160x/menit, RR

30-60x/meni

3) Kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi dapat dilihat dari BB bayi tidak turn

sampai 10% dari berat lahir


76

3.5.2 Intervensi:

1) Kolaborasi dengan Bidan untuk tindakan pencegahan hipotermi

2) Lakukan observasi TTV setiap 2 jam

R/ Deteksi dini adanya kelainan jika suhu, nadi, dan RR tidak pada

batas normal

3) Ajarkan pada keluarga untuk cuci tangan sebelum kontak dengan bayi

R/ Berikan HE tentang personal hygine pada bayi

4) Anjurkan keluarga untuk memberi tahu ibu pentingnya ASI Ekslusif

pada bayi

R/ ASI Ekslusif merupakan makanan terbaik bagi bayi

5) Berikan HE tentang tanda bahaya pada bayi

R/ Dengan pengetahuan yang adekuat dapat mencegah komplikasi dini

pada bayi

6) Kolaborasi dengan Dokter Anak untuk terapi lanjutan

7) Pantau BAB dan BAK bayi


77

3.6 Implementasi

Tgl : 06– 06 – 2021 Jam: 06.00

Waktu Implementasi Paraf


06.00WIB Memberikan HE yaitu mengajarkan dan
menganjurkan untuk cuci tangan sebelum kontak
dengan bayi

06.05 WIB Memberitahu pada keluarga untuk memberi ASI


Eklsusif pada bayi dan melatih ibu untuk
menyusui

06.10WIB Memberikan HE tentang tanda bahaya pada bayi


Yaitu Suhu >37,5 oC , Perdarahan pada tali pusat,
Bayi kuning, Bayi tidak mau menyusu/
dimuntahkan, Bayi lemah, Bayi kejang, Sesak
nafas / nafas >60x/menit , Bayi merintih , BAB
berwarna pucat , Diare

06.15 WIB Mengajarkan pada ibu untuk cuci tangan sebelum


kontak dengan bayi

06.20 WIB Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk


tindakan pemantauan TTV
TTV:
S: 36,7 C
N: 140X/menit RR: 42x/menit

06.30 WIB Memantau BAB dan BAK bayi : bayi sudah BAB
dan BAK
78

EVALUASI / CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 06-06-2021 Jam : 12..00

S : ibu mengatakan bayinya sudah mau menyusu.


O : Keadaan umum bayi baik, tanda-tanda vital:
Nadi : 148x/Menit
RR : 45x/Menit
S : 36,80C
A : Masa transisi awal terlewati
P : Ibu mampu melaksanakan dengan benar dari asuhan yang telah diberikan
oleh petugas kesehatan

Evaluasi / Catatan Perkembangan


Tanggal : 07-06-2021 Jam : 08.30

S : ibu mengatakan bayinya sudah mau menyusu kuat


O : Keadaan umum bayi baik, tanda-tanda vital:
Nadi : 148x/Menit
RR : 45x/Menit
S : 36,80C
A : Masa transisi awal terlewati
P : -Rencana KRS
- Kontrol 1 minggu lagi atau apabila ada keluhan.
BAB 4

PEMBAHASAN

4.1 Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

4.1.1 Pengkajian

4.1.1.1 Data Subyektif

1) Keluhan Utama

Selama kunjungan masa neonatal, keluaga Ny K mengatakan anaknya tidak

ada keluhan. Menurut Donna L. Wong (2010) masalah lazim yang terjadi pada

neonatus muntah dan gumoh. Bayi Ny K tidak mengalami muntah dan gumoh

karena sudah diajarkan cara meneteki dan menyendawakan dengan benar kepada

ibu.

2) Pola Kebutuhan Sehari – hari

(1) Pola Nutrisi

Selama kunjungan, bayi Ny K minum ASI, dan ibu meneteki sesering

mungkin dan semau bayi. ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI tanpa

diberi tambahan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu. Hal

ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.

(2) Pola Eliminasi

Bayi sudah BAB pada usia 2 jam, dan BAK pada usia 2 jam. Menurut

Sarwono Prawirohardjo (2014) mengatakan bahwa proses pengeluaran, defekasi

dan urin terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir adalah 200-300 cc/24 jam atau

1-2 cc/Kg BB/jam. Hal ini tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.
80

4.1.1.2 Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Selama pemeriksaan neonatus suhu bayi Ny K berkisar antara 36,5-36,7 0C.

Menurut Sembiring (2019), Suhu BBL normal adalah antara 36,5 0C -37,50C. Hal

ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.

(2) Pernapasan : Selama kunjungan neonatus, pernafasan bayi Ny K berkisar

antara 40-50x/menit. Menurut Latief (2013) mengatakan bahwa laju napas

normal neonatus berkisar antara 40-60 kali permenit. Hal ini tidak ada

kesenjangan antara fakta dan teori.

(3) Denyut jantung : Selama kunjungan neonatus denyut jantung 120-

150x/menit.

Menurut Latief (2013) mengatakan bahwa laju jantung normal adalah 120-

160 kali permenit dan dipengaruhi oleh aktivitas bayi. Hal ini tidak ada

kesenjangan antara fakta dan teori.

2) Pemeriksaan Antropometri

(1) Berat Badan: Berat badan lahir bayi Ny. K 2.900 gram. Menurut Sholeh

(2007) umur 1 hingga tiga bulan berat badan bertambah 400 gram per empat

minggu atau bertambah sebanyak 170 - 200 gram per minggunya. Hal ini ada

kesenjangan antara kasus dan teori.

(2) Panjang badan: Panjang badan lahir bayi Ny. K 52 cm. Menurut JNPK-KR

(2017), normal panjang lahir 48 cm-52 cm.Hal ini tidak ada kesenjangan

antara fakta dan teori.


(3) Lingkar dada: Lingkar dada pada saat bayi Ny.K lahir adalah 33 cm. menurut

Mitayani (2010) 30,5 – 33 cm. Hal ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan

teori

(4) Lingkar kepala: Lingkar kepala bayi Ny. K 34 cm. Menurut JNPK-KR

(2017), normal lingkar kepala 33-37 cm. Hal ini ada kesenjangan antara fakta

dan teori kurang 1 cm.

3) Pemeriksaan Fisik

(1) Warna kulit. Warna kulit bayi Ny K kemerahan dan tidak ikterus. Menurut

Noordiati (2017) mengatakan bahwa neonatus / bayi baru lahir warna kulit

kemerahan/ merah muda. Hal ini ada kesenjangan antara kasus dan teori,

karena bayi lahir pada usia 34 minggu sehingga pada kulit dan jaringan

subkutisnya masih tipis.

(2) Kepala. Pada kepala bayi Ny K tidak ada caput succedaneum, tidak ada

cephal hematoma, tidak ada ancepaly, tidak ada mikrocepal, tidak ada

makrocepal, tidak ada hydrocepalus, UUB belum menutup, UUK belum

menutup. Menurut Aziz Alimul Hidayat (2010) mengatakan bahwa

perhatikan adanya kelainan yang disebabkan trauma lahir, seperti caput

suksedaneum, cepal hematoma, moulage, perdarahan akibat pecahnya

pembuluh vena, atau fraktur tulang tengkorak. Perhatikan juga kelainan

kongenital, seperti anensefali, mikrosefali, kraniotabes, atau hidrosefalus. Hal

ini tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.

(3) Mata. Pada mata bayi Ny K konjungtiva merah muda, sklera putih. Menurut

Aziz Alimul Hidayat (2010) mengatakan bahwa perhatikan adanya kelainan


82

pada mata seperti strabismus, kebutaan, tanda sindrom down, katarak

kongenital dan trauma pada mata seperti edema palpebra, perdarahan

konjungtiva, atau retina. Perhatikan adanya sekret mata. Hal ini tidak ada

kesenjangan antara kasus dan teori.

(4) Hidung. Pada hidung bayi Ny K tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak

ada sekret. Menurut Aziz Alimul Hidayat (2010) mengatakan bahwa

pernapasan cuping hidung menunjukkan adanya gangguan paru, mengkaji

cara bernafas pada bayi apabila bernapas melalui mulut kemungkinan

mengalami obstruksi jalan napas karena adannya atresia koana bilateral atau

fraktur tulang hidung . Hal ini tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.

(5) Mulut. Pada mulut Bayi Ny K mukosa bibir lembab, tidak ada

labiopalatoscizis, tidak aroglosus, tidak miroglosus. Menurut Abdul Latief

dkk (2013) mengatakan bahwa dengan inspeksi, dapat terlihat adanya labio

dan gnatoskisis, adanya gigi atau ranula, yaitu kista lunak berasal dari dasar

mulut. Lidah yang membesar, seperti pada sindrom Beckmith, atau selalu

bergerak, seperti pada sindrom Down. Hal ini tidak ada kesenjangan antara

fakta dan teori.

(6) Telinga. Pada telinga bayi Ny K simetris, tidak ada serumen. Menurut Abdul

Latief dkk (2013) mengatakan bahwa pada neonatus cukup bulan telah

terbentuk tulang rawan, sehingga bentuk telinga dapat dipertahankan. Hal ini

tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.


83

(7) Leher. Pada leher bayi Ny K Tidak ada webbed neck dan kaku kuduk.

Menurut Abdul Latief dkk (2013) mengatakan bahwa leher neonatus tampak

pendek, tetapi pergerakan baik. Hal ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan

teori.

(8) Dada. Pada dada bayi Ny K simetris, tidak ada retraksi dinding dada,

silindris.

Menurut Abdul Latief dkk (2013) mengatakan bahwa bentuk dada neonatus

seperti tong. Hal ini tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.

Punggung. Pada punggung bayi Ny K tidak ada spina bifida. Menurut

Abdul Latief dkk (2013) mengatakan bahwa perhatikan adanya skoliosis,

meningokel, spina bifida, spina bifida okulta, atau sinus pilonidalis. Hal ini tidak

ada kesenjangan antara fakta dan teori.

(9) Abdomen. Pada abdomen bayi Ny K tidak ada perdarahan tali pusat, turgor

kembali < 1 detik, tidak ada pembesaran hepar. Menurut Depkes (2010)

mengatakan bahwa tidak ada tonjolan, tidak ada perdarahan tali pusat, tidak

ada tanda-tanda infeksi tali pusat (kalor, dolor, rubor, tumor, pungtiolaisa).

Hal ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.

(10) Genetalia. Pada genitalia bayi Ny K jenis kelamin laki-laki, dua testis sudah

turun ke skrotum, terdapat rugae pada skrotum, terdapat lubang uretra..

Menurut Marmi, (2012) mengatakan bahwa pada bayi laki-laki testis sudah

turun, penis berlubang dan berada di ujung penis. Hal ini tidak ada

kesenjangan antara fakta dan teori.


84

(11) Anus bayi Ny K ada lubang dan reflek kedut positif. Menurut Abdul Latief

dkk (2013) mengatakan bahwa anus untuk mengetahui ada tidaknya atresia

ani. Hal ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.

(12) Ekstremitas. Pada ekstremitas atas dan bawah bayi Ny K pergerakan

bebas,tidak ada sindactil, tidak ada polidactil, akral hangat. Menurut Abdul

Latief (2013) mengatakan bahwa perhatikan pergerakan ekstremitas. Bila ada

asimetri, kemungkinan adanya patah tulang atau kelumpuhan saraf. Hal ini

tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.

4) Pemeriksaan Reflek

(1) Refleks rooting

Bayi Ny K tidak dapat melakukannya. Diperiksa dengan menyentuhkan

ujung jari atau puting di sudut mulut bayi, maka bayi akan menengok ke arah

rangsangan dan berusaha memasukkan ujung jari tersebut ke mulutnya (Latief

dkk, 2013). Refleks hilang setelah 3 atau 4 bulan, tetapi dapat menetap sampai

usia 12 bulan terutama pada saat tidur (Wagiyo, 2016). Hal ini ada kesenjangan

antara fakta dan teori, karena pada saat diperiksa bayi belum dapat mencari puting

susu ibu.

(2) Refleks sucking

Bayi Ny K tidak dapat melakukannya. Refleks sucking atau refleks isap

terjadi apabila terdapat benda menyentuh bibir, yang disertai refleks menelan

(Saifuddin, 2010). Refleks ini terus berlangsung selama bayi menyusu dan

mungkin terjadi selama tidur tanpa stimulasi (Wagiyo, 2016). Hal ini ada

kesenjangan antara fakta dan teori, karena pada saat diterima bayi belum dapat

menghisap puting susu ibu.


85

(3) Refleks Swallowing

Bayi Ny K tidak dapat menelan asi dengan baik saat menyusu dan tidak

tersedak. Menurut Siti Saleha (2010) mengatakan bahwa bayi akan menelan saat

dimasukkan puting kemulutnya. Hal ini ada kesenjangan antara fakta dan teori.

(4) Refleks Morro

Bayi Ny K langsung terkejut saat diberi rangsangan dengan mengangkat

kedua tangannya. Gendong bayi dalam posisi setengah duduk, biarkan kepala dan

badan bayi jatuh ke belakang dengan sudut 30o atau tempatkan bayi pada

permukaan yang rata lalu hentakkan permukaan untuk mengejutkan bayi.

Reaksinya bayi akan kaget, lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi

simetris dan tangan terbuka disusul dengan gerakan lengan adduksi dan fleksi.

Dalam keadaan normal respons akan lebih kuat selama 2 bulan dan menghilang

selama 3-4 bulan. Apabila menetap lebih dari 4 bulan kemungkinan kerusakan

otak (Hidayat, 2010). Hal ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.

(5) Refleks tonic neck atau fencing

Bayi Ny K dapat menoleh kekanan dan kekir. Bayi diletakkan dalam posisi

telentang, kepala di garis tengah dan ekstremitas dalam posisi fleksi, kemudian

kepala ditengokkan ke kanan, maka akan terjadi ekstensi pada ekstremitas kanan,

dan fleksi pada ekstremitas kiri. Respons lengkap akan hilang pada usia 6 bulan

(Hidayat, 2010). Hal ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.

(6) Refleks Babinski

Bayi Ny K dapat melakukannya dengan jari kaki membuka dan ibu jari

dorsofleksi. Pada telapak kaki, dimulai pada tumit, gores sisi lateral telapak kaki
86

ke arah atas kemudian gerakkan jari sepanjang telapak kaki. Reaksinya semua jari

kaki hiperekstensi dengan ibu jari dorsofleksi, refleks ini akan hilang setelah usia

2 tahun (Hidayat, 2010). Hal ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.

(7) Refleks palmar grasp

Bayi Ny K langsung mengenggam saat jari tangan kita dilitakkan pada

telapak tangannya. Cara melakukan dengan menempatkan jari pada telapak

tangan, maka jari-jari bayi akan menggenggam jari pemeriksa. Respons telapak

tangan menurun pada usia 3-4 bulan (Hidayat, 2010). Hal ini tidak ada

kesenjangan antara fakta dan teori.

(8) Refleks Glabellar (Myerson’s)

Bayi Ny K dapat melakukannya. Ketuk dahi, batang hidung, atau maksila

bayi yang matanya sedang terbuka. Bayi akan mengejapkan mata pada 4-5

ketukan pertama. Kedipan yang terus-menerus pada ketukan berulang

menunjukkan adanya gangguan ekstrapiramidal (Hidayat, 2010). Hal ini tidak ada

kesenjangan antara fakta dan teori.

4.2 Interpretasi Data Dasar

(1) Diagnosa : Bayi baru lahir normal fisiologis

4.3 Antisipasi Masalah Potensial

Berpotensi terjadi hipotermi. Menurut Sinclair, Constance (2010),

mengatakan bahwa penurunan panas terjadi karena evaporasi, konveksi, konduksi

dan radiasi. Bayi baru lahir, khususnya mereka yang berusia ≤ 12 jam, memiliki

kemapuan terbatas untuk menghasilkan panas di dalam lingkungan yang dingin.

Hal ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.


87

4.4 Identifikasi Kebutuhan Segera

Jaga selalu kehangatan bayi. Menurut Sinclair, Constance (2010),

mengatakan bahwa penurunan panas terjadi karena evaporasi, konveksi, konduksi

dan radiasi. Bayi baru lahir, khususnya mereka yang berusia ≤ 12 jam, memiliki

kemapuan terbatas untuk menghasilkan panas di dalam lingkungan yang dingin.

Hal ini tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.

4.5 Intervensi

Semua rencana saat pengkajian disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi

klien saat itu. Untuk menyusun rencana asuhan kebidanan harus melihat diagnosa

kebidanan, sehingga dalam melakukan tindakan tidak terjadi kesalahan. Rencana

asuhan kebidanan dapat dibuat bersama klien dan keluarga (Jannah, 2012). Hal ini

tidak ada kesenjangan antara fakta dan teori.

4.6 Penatalaksanaan

Penulis melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi Ny K

sebagaimana bayi baru lahir fisiologis. Menurut Nursalam (2010), yaitu observasi

TTV, BAB dan BAK, memberikan nutrisi yaitu pemberian ASI tiap 2 jam atau

tiap anak menangis. memandikan bayi setelah 6 jam persalinan, merawat tali

pusat dengan menggunakan kasa kering, menjaga kehangatan dengan membedong

bayi, merawat gabung bayi dengan ibu, menjadwalkan kunjungan neonatal

pertama yaitu umur 6 jam-3hari.


88

4.7 Evaluasi

Hasil evaluasi, selama kunjungan neonatus tidak ada kesenjangan antara

fakta dan teori karena Ny K memahami dan dapat melakukan saran yang

dianjurkan oleh petugas kesehatan.


BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pengkajian pada bayi Ny K dalam masa neonatus dinyatakan fisiologis

karena tidak ditemukan kesenjangan antara kasus dan teori. Diagnosa, masalah

dan kebutuhan bayi baru lahir dinyatakan fisiologis karena tidak ditemukan

kesenjangan antara kasus dan teori. Identifikasi potensial dan masalah potensial

yang terjadi pada bayi baru lahir dinyatakan fisiologis karena tidak ditemukan

kesenjangan antara teori dan kasus. Identifikasi tindakan segera pada masa

neonatus dinyatakan fisiologis karena tidak ditemukan kesenjangan antara kasus

dan teori. Masa bayi baru lahir dinyatakan fisiologis karena tidak ditemukan

kesenjangan antara kasus dan teori.

Rencana asuhan kebidanan yang akan diberikan pada masa bayi baru lahir

dinyatakan fisiologis karena tidak ditemukan kesenjangan antara kasus dan

teori.Implementasi yang dilakukan sesuai dengan masalah kebutuhan bayi baru

lahir dinyatakan fisiologis karena tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan

teori.Evaluasi hasil asuhan pada bayi baru lahir dinyatakan fisiologis karena tidak

terdapat kesenjangan antara kasus dan teori.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi PMB

Diharapkan pihak Bidan dapat mempertahankan dan melanjutkan program

pendampingan dan pengawasan pada ibu risiko tinggi, sehingga ibu dengan
90

keadaan yang patologis dapat terdeteksi secara dini dan dapat menurunkan angka

kematian ibu dan bayi.

5.1.2 Bagi Institusi

Hasil asuhan kebidanan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi

atau sebagai bahan rujukan dalam penerapan continuity of care selanjutnya.


91

DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat A. A. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.


Jakarta: Health Books

Ambarwati Eny Retna, Wulandari Diah.(2012).Asuhan Kebidanan Masa


Nifas.Yogyakarta:Mitra Cendekia

Amirudin, R. Hasmi. 2014. Determinan Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta:Trans


Info Media

Anik Maryunani. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal & Neonatal.


Jakarta:Trans Info Medika

Asih Yusari & Risneni. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Jakarta: CV Trans Info Media

Damayanti, Ika Putri. (2014). Buku Ajar: Asuhan Kebidanan Komprehensif pada
ibu bersalin dan bayi baru lahir. Edisi kesatu.Yogyakarta : Deepublish..

Departemen Kesehatan Rebuplik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta: Depkes RI

Deslidel. 2011. Buku Ajar Asuhan Neonatus , Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC
Dinkes Prov. Jatim. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur :
DepartemenKesehatan Jawa Timurhttp://dinkes.jatimprov.go.id/ Diakses
tanggal 19 Juni 2017

. (2011). Profil Kesehatan Indonesia 2010. http://www.depkes.go.id.


Diakses tanggal 02 Januari 2018

Deslidel. 2011. Buku Ajar Asuhan Neonatus , Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC

Dwienda, Octa. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan
Anak Prasekolah. Yogyakarta: Deepublish

Elmeida, Ika Fitria. 2015. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, Balita, Anak
Prasekolah. Jakarta: CV. Trans Info Media

InfoDatin Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI 2015

Irfan, Rahmatullah. 2016. 9 Bulan Dibuat Penuh Cinta Dibuahi Penuh Harap
Menjalani Kehamilan & Persalinan Yang Sehat. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
92

Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan.. Yogyakarta: CV


Andi Offset

Jurnal Cakrawala Maritim Asri, Purwidi, dkk. 2018 Menejemen ASI Perah untuk
Kesehatan Balita: PPNS Surabaya

Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar 2018

Kemenkes RI. 2018.Profil Kesehatan Indonesia2018

Kriebs Jan M, Gegor, Carolym L. 2010. Asuhan kebidanan Varney. Jakarta : EGC

Muslihatun, Wafi Nur 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya

Nanny Lia Dewi, Vivian. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika

Noordiati. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Malang: Wineka Media

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo

Sembiring, Julinna. 2019. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Deepublish

Sondakh, Jenny . 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta: Erlangga

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017

Wahyuni, S. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi & Balita. Jakarta: EGC

Williamson, Amanda . 2013. Buku Ajar Asuhan Neonatus. Jakarta: EGC


93

Anda mungkin juga menyukai