Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEHAMILAN DENGAN PENYAKIT JANTUNG


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Matrikulasi Patofisiologi
Dosen Pengampu : Dr. Melyana Nurul Widyawati, SSiT, M. Kes.

Disusun Oleh : 

1. ANAS DARMASTUTI P1337424821102


2. PURYANTI P1337424821109
3. TRI RETNO KORI’AH P1337424821087
4. TRI WIJIYATI P1337424821045
5. SRI ENDANG KISNAWATI P1337424821080
6. MARCHALATUN NISYA P1337424821088

PROGRAM STUDI PROFESI KEBIDANAN SEMARANG


JURUSAN KEBIDANAN POLTTEKES KEMENKES SEMARANG
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wanita normal yang mengalami kehamilan akan mengalami perubahan fisiologik
dan anatomik pada berbagai sistem organ yang berhubungan dengan kehamilan akibat
terjadi perubahan hormonal di dalam tubuhnya. Perubahan yang terjadi dapat mencakup
sistem gastrointestinal, respirasi, kardiovaskuler, urogenital, muskuloskeletal dan saraf.
Perubahan yang terjadi pada satu sistem dapat saling memberi pengaruh pada sistem
lainnya dan dalam menanggulangi kelainan yang terjadi harus mempertimbangkan
perubahan yang terjadi pada masing-masing sistem. Perubahan ini terjadi akibat
kebutuhan metabolik yang disebabkan kebutuhan janin, plasenta dan rahim.Penyakit
jantung masih merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian nonobstetrik yang
tinggi pada kehamilan/persalinan, dapat terjadi pada 0,4-4% dari kehamilan. Dilaporkan
angka rata-rata mortalitas wanita hamil dengan klasifikasi New York Heart Association
kelas I dan II sebesar 0,4 hingga 6,8 % dan lebih tinggi lagi pada penderita yang tingkat
keparahannya kelas III dan IV. Dilaporkan bahwa penyakit jantung merupakan penyebab
kematian sebesar 5,6 % dari 1459 kehamilan di Amerika Serikat sejak tahun 1987 hingga
1990. Hal itu disebabkan oleh peningkatan beban hemodinamik pada saat hamil, bersalin
dan melahirkan yang dapat meperburuk gejala dan mencetuskan berbagai macam
komplikasi pada wanita yang sebelumnya sudah menderita penyakit jantung. Deteksi dini
serta follow up yang teliti serta penatalaksanaan yang agresif sangat membantu untuk
menurunkan angka mortalitas bagi wanita yang hamil dengan penyakit jantung.
Dibutuhkan pengetahuan tentang perubahan fisiologis pada system kardiovaskuler selama
kehamilan dan puerpurium, gejala dan tanda yang menyerupai penyakit jantung pada
kehamilan yang normal, efek dari perubahan fisiologis pada kehamilan pada kelainan
kardiovaskuler, dan diagnosis serta penatalaksanaan pada penyakit kardiovaskuler yang
sudah ada
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dituliskan, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah bagaimanakah patofisiologi penyakit jantung pada ibu hamil?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah ntuk mengetahui gejala dan tanda klinis
penyakit jantung dalam kehamilan

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui fisiologis kehamilan dengan penyakit jantung
b. Untuk mengetahui macam-macam penyakit jantung dalam kehamilan
c. Untuk mengetahui gejala penyakit jantung dalam kehamilan
d. Untuk mengetahui pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. FISIOLOGIS KEHAMILAN
1. Definisi
Kehamilan dengan penyakit jantung selalu saling mempengaruhi karena kehamilan
dapat memberatkan penyakit jantung yang dideritanya. Dan penyakit jantung dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Penyakit jantung
dalam kehamilan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang tinggi pada
kehamilan atau persalinan. Pasien dengan penyakit jantung biasanya dibagi dalam 4
golongan. Klasifikasi fungsional yang diajukan oleh New York Heart Association
adalah:1,2,3,4
a) Klas I : aktivitas tidak terganggu (tidak perlu membatasi kegiatan fisik).
b) Klas II : aktivitas fisik terbatas, namun tak ada gejala saat istirahat (bila
melakukan aktifitas fisik maka terasa lelah, jantung berdebar-debar, sesak
nafas atau terjadi angina pektoris).
c) Klas III : aktivitas ringan sehari-hari terbatas (kalau bekerja sedikit saja merasa
lelah, sesak nafas, jantung berdebar).
d) Klas IV : waktu istirahat sudah menimbulkan keluhan (memperlihatkan gejala-
gejala dekompensasio walaupun dalam istirahat).
Penyakit jantung yang berat dapat menyebabkan partus prematurus atau kematian
intrauterin karena oksigenasi janin terganggu. Dengan kehamilan pekerjaan jantung
menjadi sangat berat sehingga klas I dan II dalam kehamilan dapat masuk ke dalam klas III
atau IV.
2.2 Epidemiologi
Di Indonesia, angka kematian ibu akibat penyakit jantung dalam kehamilan
berkisar antara 1 –2%. Penyakit jantung rematik merupakan jenis penyakit jantung
terbanyak, dan lebih dari 90% biasanya dengan kelainan katup mitral (stenosis katup
mitral), disusul penyakit jantung kongenital dan penyakit otot jantung.1 Meskipun
banyak kasus penyakit jantung dengan kehamilan dijumpai di klinik dan rumah sakit
di Indonesia, akan tetapi hanya sedikit yang pernah dilaporkan dalam tulisan ilmiah.
Dari laporan pendahuluan mengenai insiden kelainan jantung pada kehamilan
diperoleh angka 3,1 % dari sekitar 20 % penderita yang dirawat di Bagian Kebidanan
dan Kandungan RSCM/FKUI Jakarta dan dikonsulkan ke kardiologis (Aziz,
Hartanuh, Sugeng dan Samil). Menurut Samil angka kematian penyakit jantung di
Bagian Kebidanan dan Kandungan RSCM Jakarta merupakan urutan keempat setelah
eklamsia, perdarahan dan infeksi. Mortalitas terbanyak pada multipara sebesar 1,6 %,
dengan insiden 1,21 % dari seluruh kasus obstetric/ginekologis yang dirawar di
bagian tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Bambang DW, Suhatno Djoko
Sumantri terhadap 4741 kasus persalinan di RSU Dr. Soetomo Surabaya selama
empat tahun (1990-1993), didapatkan ibu hamil dengan penyakit jantung (tidak
termasuk hipertensi dalam kehamilan) adalah 31 kasus per tahun atau 0,65 % per
tahun dengan angka kematian sebesar 4,88 %. Dibandingkan dengan 0,3 % per tahun
91972-1973) dan 0,5% per tahun (1978-1982), angka kejadian ibu hamil dengan
penyakit jantung tersebut menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun.
2.3 Etiologi
Etiologi kelainan jantung dapat primer maupun sekunder. Kelainan primer akibat
kelainan kongenital, katup, iskemik dan kardiomiopati. Sedangkan sekunder akibat
penyakit lain seperti hipertensi, anemia berat, dan lain-lain
2.4 Kehamilan dan Fisiologi Kardiovaskuler
Adaptasi normal yang dialami seorang wanita yang mengalami kehamilan
termasuk system kardiovaskuler akan memberikan gejala dan tanda yang sukar
dibedakan dari gejala penyakit jantung. Keadaan ini yang menyebabkan beberapa
kelainan yang tidak dapat ditoleransi pada saat kehamilan.
a. Perubahan Hemodinamik
Pada wanita hamil akan terjadi perubahan hemodinamik karena
peningkatan volume darah sebesar 30-50% yang dimulai sejak trimester
pertama dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan 32-34 minggu dan
menetap sampai aterm. Sebagian besar peningkatan volume darah ini
menyebabkan meningkatnya kapasitas rahim, mammae, ginjal, otot polos dan
sistem vaskuler kulit dan tidak memberi beban sirkulasi pada wanita hamil
yang sehat.
Peningkatan volume plasma (30-50%) relatif lebih besar dibanding
peningkatan sel darah (20-30%) mengakibatkan terjadinya hemodilusi dan
menurunya konsentrasi hemoglobin. Peningkatan volume darah ini
mempunyai 2 tujuan yaitu pertama mempermudah pertukaran gas pernafasan,
nutrien dan metabolit ibu dan janin dan kedua mengurangi akibat kehilangan
darah yang banyak saat kelahiran. Peningkatan volume darah ini
mengakibatkan cadiac output saat istirahat akan meningkat sampai 40%.
Peningkatan cadiac output yang terjadi mencapai puncaknya pada usia
kehamilan 20 minggu.
Pada pertengahan sampai akhir kehamilan cadiac output dipengaruhi oleh
posisi tubuh. Sebagai akibat pembesaran uterus yang mengurangi venous
return dari ekstremitas bawah. Posisi tubuh wanita hamil turut mempengaruhi
cadiac output dimana bila dibandingkan dalam posisi lateral kiri, pada saat
posisi supinasi maka cadiac output akan menurun 0,6 l/menit dan pada posisi
tegak akan menurun sampai 1,2 l/menit. Umumnya perubahan ini hanya
sedikit atau tidak memberi gejala, dan pada beberapa wanita hamil lebih
menyukai posisi supinasi. Tetapi pada posisi supinasi yang dipertahankan
akan memberi gejala hipotensi yang disebut supine hypotensive syndrome of
pregnancy. Keadaan ini dapat diperbaiki dengan memperbaiki posisi wanita
hamil miring pada salah satu sisi, Perubahan hemodinamik juga berhubungan
dengan perubahan atau variasi dari cadiac output. Cadiac output adalah hasil
denyut jantung dikali stroke volume. Pada tahap awal terjadi kenaikan stroke
volume sampai kehamilan 20 minggu. Kemudian setelah kehamilan 20
minggu stroke volume mulai menurun secara perlahan karena obstruksi vena
cava yang disebabkan pembesaran uterus dan dilatasi venous bed. Denyut
jantung akan meningkat secara perlahan mulai dari awal kehamilan sampai
akhir kehamilan dan mencapai puncaknya kira-kira 25 persen diatas tanpa
kehamilan pada saat melahirkan.
Curah jantung (cadiac output) juga berhubungan langsung dengan tekanan
darah merata dan berhubungan terbalik dengan resistensi vascular sistemik.
Pada awal kehamilan terjadi penurunan tekanan darah dan kembali naik
secara perlahan mendekati tekanan darah tanpa kehamilan pada saat
kehamilan aterm. Resistensi vascular sistemik akan menurun secara drastic
mencapai 2/3 nilai tanpa kehamilan saat kehamilan sekitar 20 minggu. Dan
secara perlahan mendekati nilai normal pada akhir kehamilan. Cadiac output
sama dengan oxygen consumption dibagi perbedaan oksigen arteri-venous
sistemik Oxygen consumption ibu hamil meningkat 20 persen dalam 20
minggu pertama kehamilan dan terus meningkat sekitar 30 persen diatas nilai
tanpa kehamilan pada saat melahirkan. Peningkatan ini terjadi karena
kebutuhan metabolisme janin dan kebutuhan ibu hamil yang meningkat.
Cadiac output juga akan meningkat pada saat awal proses melahirkan.
Pada posisi supinasi meningkat sampai lebih dari 7 liter/menit. Setiap
kontraksi uterus cadiac output akan meningkat 34 persen akibat peningkatan
denyut jantung dan stroke volume, dan cadiac output dapat meningkat sebesar
9 liter/menit. Pada saat melahirkan pemakaian anestesi epidural mengurangi
cadiac output menjadi 8 liter/menit dan penggunaan anestesi umum juga
mengurangi cadiac output. Setelah melahirkan cadiac output akan meningkat
secara drastis mencapai 10 liter/menit (7-8 liter / menit dengan seksio sesaria)
dan mendekati nilai normal saat sebelum hamil, setelah beberapa hari atau
minggu setelah melahirkan.
Kenaikan cadiac output pada wanita hamil kembar dua atau tiga sedikit
lebih besar dibanding dengan wanita hamil tunggal. Adakalanya terjadi
sedikit peningkatan cadiac output sepanjang proses laktasi. Perubahan unsur
darah juga terjadi dalam kehamilan. Sel darah merah akan meningkat 20-30%
dan jumlah leukosit bervariasi selama kehamilan dan selalu berada dalam
batas atas nilai normal. Kadar fibronogen, factor VII, X dan XII meningkat,
juga jumlah trombosit meningkat tetapi tidak melebihi nilai batas atas nilai
normal.
Kehamilan juga menyebabkan perubahan ukuran jantung dan perobahan
posisi EKG. Ukuran jantung berubah karena dilatasi ruang jantung dan
hipertrofi. Pembesaran pada katup trikuspid akan menimbulkan regurgitasi
ringan dan menimbulkan bising bising sistolik normal grade 1 atau 2.
Pembesaran rahim keatas rongga abdomen akan mendorong posisi diafragma
naik keatas dan mengakibatkan posisi jantung berobah kekiri dan keanterior
dan apeks jantung bergeser keluar dan keatas. Perubahan ini menyebabkan
perubahan EKG sehingga didapati deviasi aksis kekiri, sagging ST segment
dan sering didapati gelombang T yang inversi atau mendatar pada lead III.
b. Distribusi Aliran Darah
Aliran darah pada wanita hamil tidak sepenuhnya diketahui. Distribusi
aliran darah dipengaruhi oleh resistensi vaskuler lokal. Renal blood flow
meningkat sekitar 30 persen pada trimester pertama dan menetap atau sedikit
menurun sampai melahirkan. Aliran darah ke kulit meningkat 40 - 50 persen
yang berfungsi untuk menghilangkan panas. Mammary blood flow pada
wanita tanpa kehamilan kurang dari 1 persen dari cadiac output. Dan dapat
mencapai 2 persen pada saat kehamilan aterm. Pada wanita yang tidak hamil
aliran darah ke rahim sekitar 100 ml/menit (2 persen dari cadiac output) dan
akan meningkat dua kali lipat pada kehamilan 28 minggu dan meningkat
mencapai 1200 ml/menit pada saat kehamilan aterm, mendekati jumlah nilai
darah yang mengalir ke ginjalnya sendiri. Nilai semasa kehamilan pembuluh
darah rahim berdilatasi maksimal, aliran darah meningkat akibat
meningkatnya tekanan darah maternal dan aliran darah. Pada dasarnya wanita
hamil selalu menjaga aliran darah ke rahimnya, apabila redistribusi aliran
darah total diperlukan oleh ibu atau jika terjadi penurunan tekanan darah
maternal dan cadiac output, maka aliran darah ke uterus menurun dan tetap
dipertahankan.
Vasokonstriksi yang disebabkan katekolamin endogen, obat
vasokonstriksi, ventilasi mekanik, dan beberapa obat anestetik yang
berhubungan dengan pre eklampsi dan eklampsi akan menurunkan aliran
darah ke rahim. Pada wanita normal aliran darah rahim mempunyai potensi
dapat dibatasi. Dan pada wanita berpenyakit jantung, pengalihan aliran darah
dari rahim menjadi masalah karena aliran darah sudah tidak teratur.
Mekanisme perubahan hemodinamik juga tidak sepenuhnya dimengerti,
yang diakibatkan oleh perobahan volume cairan tubuh. Total body water
semasa kehamilan meningkat 6 sampai 8 lifer yang sebagian besar berada
pada ekstraseluler. Segera setelah 6 minggu kehamilan volume plasma
meningkat dan pada trimester kedua mencapai nilai maksimal 1 1 / 2 dari
normal. Masa sel darah merah juga meningkat tetapi tidak untuk tingkatan
yang sama; hematokrit menurun semasa kehamilan meskipun jarang
mencapai nilai kurang dari 30 persen, Perubahan vaskuler berhubungan
penting dengan perobahan hemodinamik pada saat kehamilan. Arterial
compliance meningkat dan terjadi peningkatan kapasitas venous vascular.
Perubahan ini sangat penting dalam memelihara hemodinamik dari kehamilan
normal. Perubahan arterial yang berhubungan dengan peningkatan fragilitas
bila kecelakaan vaskuler terjadi yang sering terjadi pada kehamilan dapat
merugikan hemodinamik. Peningkatan level hormon steroid saat kehamilan
inilah yang menjadi alasan utama terjadinya perubahan pada vaskuler dan
miokard.
c. Perubahan hemodinamik dengan exercise
Kehamilan akan merubah respons hemodinamik terhadap exercise. Pada
wanita hamil derajat exercise yang diberikan pada posisi duduk menyebabkan
peningkatan cadiac output yang lebih besar dibanding dengan wanita tanpa
kehamilan dengan derajat exercise yang sama. Dan maksimum cadiac output
dicapai pada tingkatan exercise yang lebih rendah. Peningkatan cadiac output
relatif lebih besar dari peningkatan konsumsi oksigen, sehingga terdapat
perbedaan oksigen arterio-venous yang lebih lebar dari yang dihasilkan pada
wanita tanpa kehamilan dengan derajat exercise yang sama. Keadaan ini
menunjukkan pelepasan oksigen ke perifer sedikit kurang efisien selama
kehamilan.
Pada wanita tanpa kehamilan, latihan akan meningkatkan stroke volume
yang lebih besar dan sedikit peningkatan denyut jantung dari pada yang
didapati pada individu yang tidak terlatih. Pada saat kehamilan efek latihan
ini tidak terlihat dan kemungkinan karena peningkatan stroke volume dibatasi
akibat kompresi vena kava inferior atau meningkatnya distensibility vena.
Kelainan Katup Jantung pada Kehamilan Kelainan katup jantung adalah
salah satu penyakit jantung yang sering ditemukan pada saat kehamilan.
Gangguan ini dapat meningkatkan kejadian gagal jantung, morbiditas dan
mortalitas pada ibu dan janin yang dikandung. Jenis-jenis kelainan ini
meliputi mitral stenosis yang disebabkan penyakit jantung rematik, mitral dan
aorta regurgitasi, kelainan katup tricuspid serta katup jantung prostetik.
Sudah diketahui bahwa pada kehamilan terjadi peningkatan volume darah
mencapai 30 hingga 50 % yang diikuti dengan meningkatnya curah jantung
(cadiac output). Hal ini muncul pada trimester pertama dan mencapai
puncaknya pada 20-24 minggu usia kehamilan. Setelah itu akan bertahan dan
mulai menurun 3 hari setelah melahirkan. Suara murmur dapat terdengar
sebagai hal yang normal pada kehamilan. Biasanya lemah, middiastolik dan
terdengar sepanjang garis sternalis kiri. Intensitasnya meningkat seiring
dengan meningkatnya curah jantung, namun bila terdengar sangat keras serta
berupa murmur diastolik, murmur kontinus atau murmur sistolik yang kuat
maka pemeriksaan ekokardiografi sangat diperlukan.
Risiko terjadinya komplikasi jantung pada ibu hamil akan menigkat pada
kasus dengan stenosis katup yang berat serta menurunkan fungsi sistolik
ventrikel kiri (stenosis aorta dengan area katup < 2 cm2 ), seperti stenosis
mitral dengan hipertensi pulmonal, regurgitasi berat dengan gangguan fungsi
ventrikel kiri dan sindrom Marfan’s dengan aneurisma pada ascending aorta.
Risiko juga akan meningkat pada ibu yang memiliki riwayat penyakit jantung
seperti: aritmia, gagal jantung dengan kelas NYHA III-IV. Untuk itu peran
konseling sebelum konsepsi sangat diperlukan. Semua kejadian kelainan
katup diharapkan dapat ditemukan sebelum kehamilan terjadi. Untuk
mendapatkan adanya kelainan katup diperlukan pemeriksaan fisik jantung
yang tepat. Auskultasi jantung yang benar tentu sangat membantu untuk
menemukan kecurigaan terjadinya kelaina katup jantung. Pemeriksaan
penunjang utama adalah ekokardiografi untuk memastikan adanya kelainan
katup jantung tersebut. Pemeriksaan ekokardiografi meliputi jenis murmur,
gradiennya, anatomi katup mitral, ukuran anatomi aorta descending, dimensi
ventrikel kiri dan Fraksi Ejeksi (EF).
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah persiapan menjalani kehamilan
pada ibu yang menggunakan katup jantung prostetik.3,5 Untuk memprediksi
komplikasi pada nenonatal yang perlu diperhatikan adalah adanya gangguan
pada fungsi jantung (NYHA II ke atas) dan obstruksi jantung kiri. Komplikasi
yang dapat terjadi adalah lahir premature, intrauterine growth retardation,
respiratory distress syndrome, hemoragik intraventrikel dan kematian. Pada
beberapa kasus kehamilan dengan kelainan katup jantung, penggunaan
antibiotika diperlukan untuk menghindari terjadinya (profilaksis)
endokarditis.
a. Stenosis Mitral Penyakit jantung rematik adalah penyebab utama
kelainan katup ini. Pada stenosis mitral terjadi tahanan pada ventrikel kiri
yang menyebabkan tekanan pada atrium kiri dan vena pulmonal
meningkat. Hal ini dapat menimbulkan kongesti pulomal dan edema.
Selain itu, stenosis mitral dapat diikuti dengan aritmia atrial selama
kehamilan dan saat melahirkan. Karena selama kehamilan terjadi
peningkatan volume dan curah jantung maka dapat terjadi sesak nafas
dan menurunnya kemampuan aktivitas fisik. Bila frekuensi detak jantung
meningkat maka pengisian saat diastolik turun maka tekanan atrial yang
meningkat dapat menimbulkan kongesti paru dan edema. Risiko maternal
pada ibu dengan mitral stenosis yang lain adalah tromboemboli.
Terapi yang diberikan untuk mengatasi gejala antara lain adalah :
diuretik, mengurangi asupan garam dan mengurangi aktivitas fisik. Untuk
mengatasi peningkatan frekuensi detak jantung dan perbaikan pengisian
diastolik digunakan Beta Blocker. Bila terjadi fibrilasi atrial yang dapat
menambah risiko terjadinya tromboemboli maka dapat dilakukan
kardioversi. Pengguanan Beta Blocker dan digoxin dimaksudkan untuk
mengontrol frekuensi detak jantung. Jika diperlukan maka prokainamid
dan quinidine dapat dipakai sebagai antiaritmia. Guna mencegah
tromboemboli, antikoagulan digunakan jika diperlukan. Selain itu,
digunakan pula antibiotic sebagai profilaksis endokarditis selama masa
melahirkan.
Pada mitral stenosis dengan area katup mitral yang ketat ( area
katup < 1 cm2 ) dan disertai gejala yang signifikan ( NYHA III-IV),
maka dapat dilakukan valvuloplasti mitral dengan balon atau
pembedahan. Percutaneous ballon mitral valvulopasty biasa dikerjakan
pada trimester kedua dan selama pelaksanaan maka dibutuhkan pelindung
pelvis untuk pencegahan radiasi pada janin. Terkadang hal ini dapat
dikerjakan dengan bantuan transesofageal ekokardiografi (TEE). Bila
tidak ada yang ahli dalam melakukan valvuloplasti maka pembedahan
untuk dilakukan commisurotomy dapat diupayakan.3 Melahirkan
pervaginam dapat dilakukan dengan bantuan anestesi pada epidural.
Sectio caesarea dikerjakan jika memang ada indikasi dari gangguan jalan
lahir.
Saat melahirkan dapat terjadi peningkatan tekanan 8-10 mmHg
pada atrium kiri dan vena pulmonal. Unutk mengetahui gejala dan
gangguan hemodinamik selama proses melahirkan dianjurkan
menggunakan SwanGanz kateter.
2.5 Evaluasi Pasien dengan Penyakit Jantung
a. Anamnesa
Pada pasien dengan penyakit jantung yang telah terdiagnosis
sebelum kehamilannya, harus dicari data-data mengenai: usia saat pertama
kali diagnosis ditegakkan, gejala-gejala sebelumnya dan komplikasi yang
ada, prosedur diagnostik sebelumnya termasuk kateterisasi jantung,
excercise test (treadmill) atau ekokardiografi, riwayat pengobatan
sebelumnya, riwayat operasi, derajat kesembuhan, gejala sisa, obat-obat
yang dipakai, diet, pembatasan-pembatasan aktifitas, serta sedapat
mungkin didapatkan catatan medis mengenai perawatan rumah sakit,
prosedur diagnostik dan pengobatan sebelumnya. Pada pasien tanpa
riwayat penyakit jantung sebelumnya, harus ditanyakan mengenai riwayat
demam rematik atau penyakit-penyakit lainnya yang berhubungan dengan
penyakit jantung seperti demam scarlet, sistemik lupus eritematosus,
penyakit paru-paru, penyakit ginjal, difteri atau pneumonia, riwayat
perawatan di Rumah sakit dan riwayat operasi besar sebelumnya. Perlu
ditanyakan juga mengenai tanda-tanda dan gejala penyakit jantung seperti
sianosis pada waktu lahir atau waktu aktivitas, “squatting” pada masa
kanak-kanak, infeksi saluran napas berulang, gangguan irama jantung,
dispnu pada saat istirahat atau aktifitas, batuk-batuk lama, hemoptisis,
asma, nyeri dada, riwayat keluarga dengan penyakit jantung dan kelainan-
kelainan kongenital.
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu dievaluasi mengenai berat badan dan
tinggi badan, kelainan pada wajah, jari-jari dan tubuh yang menunjukkan
kelainan kongenital dan perubahan-perubahan pada kulit seperti sianosis,
pucat, angioma, xantelasma, dan xanthoma. Tekanan darah harus diukur
secara hati-hati dengan cuff yang sesuai, kalau perlu pada kedua lengan
dan pada beberapa posisi.
Denyut nadi radial harus dinilai dengan cermat, pada Aorta
Insufisiensi dapat dijumpai denyut yang kolaps (Collapsing pulse),
denyut yang lemah pada cadiac output yang rendah, pulsus alternans atau
pulsus paradoksus. Inspeksi pada kepala dan wajah untuk mencari adanya
tanda-tanda kelainan kongenital, pengukuran JVP dan penilaian denyut
karotid dan kelenjar thyroid. Inspeksi dan palpasi pada dada untuk
mencari adanya kelainan bentuk dinding toraks seperti pectus excavatum,
precordial bulging, denyut apeks kordis, thrill. Pada auskultasi perlu
dinilai bunyi jantung I, II, III, IV, murmur jantung, opening snap, gallop
dsb. Selanjutnya juga perlu dilakukan pemeriksaan pada paru-paru,
abdomen dan ekstremitas serta sistim-sistim organ tubuh lainnya.
c. Pemeriksaan Penunjang
a) Laboratorium rutin, seperti hematologis, kimia darah, gula
darah.
b) EKG, bila perlu dapat dilakukan monitor 24 jam.
c) Phonokardiogram, untuk menilai bunyi jantung dan
murmur.
d) Ekokardiografi. 5. Lain-lain, seperti kultur tenggorok
(throat culture), C-reactive protein, ASTO, kultur darah.6
d. Diagnosis
Diagnosis biasanya dapat ditegakkan bila ditemukan adanya satu diantara
gejala-gejala berikut :
1) Bising diastolik, presistolik, atau bising jantung terus-menerus;
2) Bising jantung yang nyaring, terutama bila disertai thrill;
3) Pembesaran jantung yang jelas pada gambaran foto toraks;
4) Aritmia yang berat. Kadang-kadang penyakit jantung dalam
kehamilan baru diketahui kalau sudah terjadi dekompensasio
seperti adanya sesak nafas, sianosis, edema atau ascites.

3.6 Penanganan
Pada penderita penyakit jantung diusahakan untuk membatasi
penambahan berat badan yang berlebihan, anemia secepat mungkin
diatasi, infeksi saluran pernafasan atas dan preeklampsia sedapat-
dapatnya dijauhkan karena sangat memberatkan pekerjaan jantung. Saat-
saat berbahaya adalah pada kehamilan 28 – 32 minggu karena merupakan
puncak hemodilusi, partus kala II karena venous return yang meningkat
saat mengedan, dan masa postpartum sebagai akibat kembalinya cairan
tubuh ke dalam sistim sirkulasi sehingga beban jantung bertambah berat.
Penanganan ibu hamil dengan penyakit jantung membutuhkan
kerja sama tim yang kompak dan terpadu dari berbagai disiplin ilmu
seperti obstetri ginekologi, kardiologi, ilmu penyakit dalam, dan anestesi.
a) Kelas I dan II
Umumnya penderita dapat meneruskan kehamilan sampai cukup
bulan dan melahirkan pervaginam. Namun tetap harus diwaspadai
terjadinya gagal jantung pada kehamilan, persalinan dan nifas. Faktor
pencetus utama terjadinya gagal jantung adalah endokarditis, oleh
karena itu semua wanita hamil dengan penyakit jantung harus sedapat
mungkin dicegah terjadinya infeksi terutama infeksi saluran napas
atas . Dalam penanganan penyakit jantung selama kehamilan terdapat
4 hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. cukup istirahat ( 10 jam istirahat malam, ½ jam setiap
kali setelah makan ) dan hanya pekerjaan ringan yang
diizinkan.
2. harus dilakukan pencegahan terhadap kontak dengan
orang-orang yang dapat menularkan infeksi saluran
nafas atas, merokok, penggunaan obat-obat yang
memberatkan pekerjaan jantung.
3. tanda-tanda dini dekompensasio harus cepat diketahui,
seperti adanya batuk, ronki basal, dispnoe dan
hemoptoe.
4. sebaiknya pasien masuk rumah sakit 2 minggu
sebelum persalinan untuk istirahat. Persalinan biasanya
pervaginam, kecuali ada indikasi obstetri untuk seksio
sesarea. Penggunaan teknik analgesia untuk
menghilangkan nyeri persalinan sangat dianjurkan,
yang umum dipakai adalah analgesia epidural. Apabila
akan dilakukan seksio sesarea, kebanyakan klinikus
menyukai analgesia epidural namun penggunaan harus
hati-hati pada hipertensi pulmonar. Anestesi umum
dengan tiopental, suksinil kolin, N2O dan 30 % O2
juga memberikan hasil yang memuaskan
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada persalinan
pervaginam adalah :
a. ibu harus dalam posisi setengah duduk (kepala dan
dada ditinggikan) dan miring ke kiri.
b. Penolong persalinan harus memberikan pendekatan
psikologis supaya ibu tetap tenang dan merasa
aman.
c. Untuk mencegah timbulnya dekompensasio kordis
sebaiknya dibuat daftar pengawasan khusus untuk
mencatat nadi dan pernapasan secara berkala
(tanda-tanda vital harus dimonitor diantara tiap his,
dalam kala I setiap 10-15 menit dan dalam kala II
setiap 10 menit. Apabila terdapat peningkatan
denyut nadi lebih dari 115 x/mt atau peningkatan
respirasi lebih dari 28 x/mt dan disertai dispnu
merupakan tanda-tanda dini kegagalan ventrikel,
dan pasien perlu diberikan morfin, digitalis, oksigen
dan diuretik).
d. Bila dibutuhkan oksitosin, berikan dalam
konsentrasi tinggi (20 U/ltr) dengan tetesan rendah
dan pengawasan keseimbangan cairan.
e. Nyeri persalinan dapat diatasi dengan pemberian
obat seperti Tramadol 100 mg supositoria, pethidin
50 mg IM, atau morphin 10-15 mg IM.
f. Persalinan kala II biasanya diakhiri dengan
ekstraksi forseps atau ekstraksi vakum dan sedapat
mungkin ibu dilarang mengedan.
B. PATOFISIOLOGI
Lapisan Endotel pembuluh darah coroner yang normal akan mengalami kerusakan oleh
adanya factor resiko antara lain: Faktor hemodinamik seperti hipertensi, zat-zat
vasokonstriktor, mediator ( Sitokin ) dari sel darah, asap rokot, diet aterogenik, dan
peningkatan kadar gula darah. Kerusakan ini menyebabkan sel endotel menghasilkan cell
adhesion molecule seperti sitokin, tumor nekrosis factor alfa ( TNF-Alpha ). Sel
Inflamasi seperti monosit dan T-Limfosit masuk kepermukaan endotel dan migrasi dari
endothelium ke sub endotel. Monosit kemudian berdiferiensi menjadi makrofag dan
mengambil LDL teroksidasi yang bersifat lebih atherogenik disbanding LDL. Makrofag
ini kemudian membentuk sel busa.
LDL teroksidasi menyebabkan kematian sel endotel dan menghasilkan respon inflamasi.
Sebagai tambahan, terjadi respons dari angiotensin II, yang menyebabkan gangguan
vasodilatasi, dan mencetuskan efek protrombik dengan melibatkan platelet dan factor
koagulasi.
Akibat kerusakan endotel terjadi respons protektif dan terbentuk lesi fibrofatty dan
fibrous, plak atherosklerosik, yang dipicu oleh inflamasi. Plak yang terjadi dapat manjadi
tidak stabil dan mengalami rupture sehingga terjadi Syndrome Koroner Akut ( SKA ).
DAFTAR PUSTAKA

Anwar TB. Wanita Kehamilan dan Penyakit Jantung. Bagian Kardiologi dan Kedokteran
Vaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2015.

Boestan IN. Penyakit Jantung & Kehamilan. Airlangga University Press; 2017.

Laksmi PW, Alwi I, Setiati S, Manajoer AM, Ranita R. Penyakit-Penyakit Pada


Kehamilan

Peran Seorang Internis. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2018

Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Jakarta;


2008.

Kusmarjadi D. Hamil Dengan Kelainan Jantung. 2008.

Anda mungkin juga menyukai