Anda di halaman 1dari 47

PENENTUAN DAERAH

RESEPTIF MALARIA

Oleh:
Safrina, SKM, M.Kes

Seksi Pencegahan & Pengendalian Penyakit Menular


Dinas Kesehatan Aceh
TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

- Peserta Mampu Menentukan


Wil/Daerah Reseptifitas
malaria
HASIL PEMBELAJARAN KHUSUS

- Peserta Dapat Menjelaskan


Daerah Reseptif
- Peserta Mampu Menentukan
Daerah Reseptif
WILAYAH RESEPTIF ADALAH WILAYAH YG MEMILIKI VECTOR
MALARIA DG KEPADATAN TINGGI DAN TERDAPAT FAKTOR LINGKUN-
GAN SERTA
IKLIM YG MENUNJANG TJDNYA PENULARAN MALARIA

FOKUS MALARIA ADALAH DAERAH RESEPTIF


MALARIA
VEKTOR
Permenkes 374/2010 , Vektor adalah Artropoda yang
dapat menularkan, memindahkan dan/atau menjadi sumber
penular penyakit terhadap manusia
IHR 2005, Vektor adalah serangga atau hewan lain yang
biasanya membawa bibit penyakit yang merupakan suatu
risiko bagi kesehatan masyarakat
STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN (SBMKL)
UNTUK VEKTOR MALARAIA
(PERMENKES NO. 2 TAHUN 2023)

Nilai
No Vektor Parameter Satuan Ukur Baku
Mutu
1 Nyamuk MBR Angka gigitan nyamuk per orang <0,025
Anopheles sp. (Man biting rate) per malam
Nyamuk Anopheles Nyamuk Anopheles yang 0
Infektif mengandung patogen virus/ bakteri/
parasite

2 Larva Anopheles Indeks habitat Persentase habitat <1


sp. perkembangbiakan yang positif larva
CATATAN
Apabila hasil pengamatan vektor tidak ditemukan jentik maupun
nyamuk dewasa  tidak berarti bahwa daerah tsb tidak reseptif,
kemungkinan keberadaan vektor di derah tsb musiman (tidak
ada sepanjang tahun).

Reseptifitas suatu daerah dapat juga dilihat/ditijau dari:

• Riwayat endemisitas suatu daerah seperti


masih ditemukan kasus indigenous
dalam 3- 5 tahun terakhir
• Informasi tentang hasil pengamatan vektor
sebelumnya
• kondisi tempat perindukan seperti:
ketersediaan/sumber air, perubahan salinitas,
keasaman, perubahan iklim, dll.
KLASIFIKASI KASUS MALARIA

Indigenous/
Introduce Transfusi
Relaps (Induse)/
Kongenital
Impor
Klasifikasi Kasus Malaria
Kasus malaria indigenous
adalah kasus malaria Kasus malaria impor adalah
positif yang penularannya
terjadi di wilayah kasus malaria positif yang
setempat.
penularannya terjadi di luar
Kasus introduce adalah kasus indigenous
yang tertular langsung dari kasus impor.
wilayah (kabupaten/kota,
Kasus induce adalah kasus kecamatan/ puskesmas, desa,
malaria yang berasal dari
transfusi darah (tidak disengaja) anak desa atau wilayah dalam
Kasus malaria kongenital adalah kasus
positif malaria pada bayi yang ditularkan
satuan epidemiologis)
dari ibunya pada saat kehamilannya
Kontak survai dilakukan pada kasus: Pengamatan faktor risiko dilakukan pada kasus:

1. penularan lokal (indigenous) 1. penularan lokal (indigenous)

2. kasus import di daerah reseptif 2. kasus import di daerah reseptif .

3. kasus impor yang datang secara berkelompok.


MALARIOGENIC POTENTIAL
Kemungkinan masuknya penderita
malaria di suatu daerah yang
dijumpai adanya vektor malaria
disebut Malariogenic Potential, yang
ditentukan :
 Receptivity, adalah adanya vektor
malaria dalam jumlah besar dan
terdapatnya faktor-faktor ekologis dan
iklim yang memudahkan penularan.
 Vulnerability, dekatnya dengan daerah
malaria atau kemungkinan masuknya
penderita malaria dan atau vektor yang
telah terinfeksi
Daerah Non-Reseptif
Daerah Reseptif

FOKUS
FOKUS FOKUS NON-
NON- FOKUS
AKTIF BEBAS
AKTIF

Daerah reseptif malaria


Daerah reseptif yang
yang tidak terdapat Daerah reseptif yang tidak
masih terdapat penularan
penularan dalam tahun ada penularan dalam waktu
setempat dalam waktu
berjalan hingga 2 tahun 3 tahun berturut-turut
satu tahun berjalan
sebelumnya
Klasifikasi Fokus
OUTPUT

 Semua kabupaten/kota Tahap Pemeliharaan mempunyai peta


wilayah reseptif malaria
 kabupaten/kota yang mempunyai wilayah reseptif
dilakukan pengendalian vektor malaria

Place Your Picture Here


Strategi & Upaya Intervensi Spesifik Eliminasi Malaria Update (2)
Tahapan
Tujuan Sasaran Kegiatan utama
Strategi
Eliminasi Menghentikan Kab/kota - Surveilans migrasi + kerjasama LP/LS meningkatkan akses
/Pembebasan penularan endemis - SKD KLB ; PE 1-2-5 pada setiap kasus positif
setempat/kasus rendah - Penemuan aktif kasus yg masif : ABER > 8% di Desa Fokus Aktif
indigenus API < 1‰ dan di Non Aktif dan ABER > 3% di desa fokus bebas
- Penemuan dini dan pengobatan tepat serta jejaringnya (+PPM)
- Pemetaan & pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vektor
sesuai bukti lokal
- Pemberdayaan masyarakat, KIE, peningkatan partisipasi LP/LS

Pemeliharaan Mencegah Kab/kota - Surveilans migrasi + kerjasama LP/LS meningkatkan akses


munculnya endemis - SKD KLB; PE 1-2-5 pada setiap kasus positif
penularan yang - Menjaga agar capaian ABER di Desa Fokus Bebas sebesar 1%
malaria kembali sudah - Penguatan jejaring diagnosis & tatalaksana kasus (+PPM)
eliminasi - Pemetaan & pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vektor
sesuai bukti lokal
- Pemberdayaan masyarakat, KIE, peningkatan partisipasi LP/LS
Penentuan Wilayah Reseptif Malaria

Survei Nyamuk Anopheles >>

Survei larva/jentik >>>>


Analisis Survei Vektor

1.MBR (man biting rate) outdoor, indoor


dan rerata.
2.MHD (man hour density) outdoor, indoor
dan rerata.
MAN BITING RATE
1. Menghitung kepadatan nyamuk
 Man Biting Rate (MBR)
 Man Biting Rate (MBR) adalah angka gigitan nyamuk per orang per malam, dihitung dengan
cara jumlah nyamuk (spesies tertentu) yang tertangkap dalam satu malam (12 jam) dibagi
dengan jumlah penangkap (kolektor) dikali dengan waktu (jam) penangkapan.:

Jumlah nyamuk tertangkap per spesies


MBR =
Jumlah jam penangkapan X jumlah penangkap
ANALISIS DATA SURVEI
• Contoh
• Penangkapan nyamuk malam hari dilakukan oleh lima orang kolektor, dengan
metode nyamuk hinggap di badan (human landing collection) selama 12 jam (jam
18.00-06.00), yang mana setiap jam menangkap 40 menit, mendapatkan 10
Anopheles sundaicus, dua Anopheles subpictus dan satu Anopheles indefinitus.
Maka MBR Anopheles sundaicus dihitung sebagai berikut.

Diketahui:
• Jumlah nyamuk Anopheles sundaicus yang didapatkan sebanyak 10
• Jumlah penangkap sebanyak 5 orang
• Waktu penangkapan dalam satu jam selama 40 menit, sehingga dalam satu malam (12 jam)
sebanyak 8 jam (8/12).

MBR An. sundaicus = = 2,985


MAN HOUR DENSITY
1. Menghitung kepadatan nyamuk
 Man Hour Density (MHD)
 Man Hour Density (MHD) adalah angka nyamuk yang hinggap per orang per jam, dihitung
dengan cara jumlah nyamuk (spesies tertentu) yang tertangkap dalam enam jam dibagi
dengan jumlah penangkap (kolektor) dikali dengan lama penangkapan (jam) dikali dengan
waktu penangkapan (menit).

Jumlah nyamuk tertangkap per spesies


MHD =
Jumlah jam penangkapan X lama penangkapan (jam) x waktu penamngkapan (menit)
ANALISIS DATA SURVEI
Contoh

penangkapan nyamuk malam hari dilakukan oleh lima orang kolektor, dengan metode nyamuk hinggap di
badan (human landing collection) selama 6 jam (jam 18.00-12.00), yang mana setiap jam menangkap 40
menit, mendapatkan 10 Culex spp. dan 8 Mansonia spp. Maka MHD Culex spp. dihitung sebagai berikut.
Diketahui:
• Jumlah nyamuk Culex spp. yang didapatkan sebanyak 10
• Jumlah penangkap sebanyak 5 orang
• Lama penangkapan 6 jam
• Waktu penangkapan dalam satu jam selama 40 menit (40/60).

MHD Culex sp = = 0,496


Penangkapan dengan metode UOL

40 Menit
Penangkapan di kandang

10 Menit
Penangkapan dengan metode UOD

40 Menit
Penangkapan metode Resting Dalam

10 Menit
INDEKS HABITAT (IH)
Merupakan persentase habitat perkembangbiakan yang ditemukan positif larva
Anopheles

Jumlah habitat yang positif larva Anopheles x 100%


Indek Habitat = –––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––––
Jumlah seluruh habitat yang diperiksa

Berdasarkan angka indeks habitat, maka :


• Indeks habitat <1% sesuai dengan angka baku mutu, kondisi relatif aman
• Indeks habitat ≥ 1% mempunyai potensi penularan penyakit
Jenis-jenis Habitat Perkembangbiakan Anopheles

Tambak terbengkalai Bak benur terbengkalai Kolam Lagun Rawa-rawa

Parit Sungai Sawah Saluran irigasi Sumur

Tambak dan bak benur terbengkalai


merupakan habitat utama
A.sundaicus.

Kubangan Kobakan Bak air


Survei Habitat perkembangbiakan larva Anopheles
Pengamatan dan Pengukuran Karakteristik Habitat
Jenis habitat, luasan, kedalaman, ketinggian, dasar habitat, suhu air, pH air, salinitas air, arus air,
dan keberadaan gulma air.
Menghitung kepadatan jentik
Menggunkan rumus :

Jumlah larva nyamuk tertangkap per spesies


KJ =
Jumlah cidukan

Contoh :
Ditemukan larva Anopheles sebanyak 10 dari areal persawahan dengan
jumlah 100 cidukan. Maka ;
10
KJ = = 0,10
100
SURVEY JENTIK
• Kepadatan jentik dihitung berdasarkan jumlah jentik percidukan

Kepadatan Jentik = Jumlah larva tertangkap per species


Jumlah cidukan
• Pencidukan dilakukan sebanyak 10 kali, mendapatkan 100 jentik,
berapa kepadatan jentiknya?
Survei larva
Identifikasi larva
Larva
Anopheles
spp.
ILLEGAL MINING IN SOUTH BREEDING PLACES RISK FOR TRANSMISSION
KALIMANTAN

21
Tambang timah DAMPAK tambang timah DAMPAK masa datang
22
Breeding places of An. peditaeniatus in Sebatik Island, North Kalimantan
(unproductive fisheries)

23
PEMUTAKHIRAN DATA DI WILAYAH RESEPTIF

Pemutakhiran data di wilayah reseptif minimal


dilakukan setiap 6 bulan (dua kali setahun), sesuai
dengan perubahan musim (musim hujan dan
musim kemarau)
Diskusi
Kelompok
01
Langkah – Langkah

1. Fasilitator membagi peserta dalam 3 kelompok.

2. Setiap kelompok berdiskusi selama 45 menit, mengenai:


a. menghitung indeks habitat per desa indeks habitat per desa
dan menentukan reseptifitas per desa (tabel 1)
b. Hitung MBR tiap desa dan menentukan desa reseptif (tabel 2, 3, 4)
c. Buatlah klasifikasi fokus diwilayah kerja puskesmas (untk 3 PKM)

3. Setiap kelompok paparan hasil diskusi @10 menit (30 menit)


Tabel 1. Indeks Habitat

No Nama Desa Jumlah T P P Jumlah TPP ya n g Tipe tempat perindukan


ditemukan la rv a
(tempat p erin d u k an A n o p h ele s
p o ten sial)

1 Desa 1 20 10 Sawah

2 Desa 2 10 1 Genangan sepanjang badan


sungai

3 Desa 3 5 0 Kolam terbengkalai

4 Desa 4 20 0 Tepak Kaki Hewan, Sawah

5 Desa 5 101 1 Genangan sepanjang badan


sungai

6 Desa 6 5 5 Rawa-rawa

7 Desa 7 10 3 Sawah, kolam terbengkalai


Tabel 2. Hasil survei penangkapan nyamuk di desa 1
Tabel 3. Hasil Survei Penangkapan nyamuk desa 2
Tabel 4. Hasil Penangkapan nyamuk desa 3
Terima
Kasih

Visit ou
rw
informa ebsite for mo
tion: m r
alaria.i e
d

CREDIT
S: T
created b his presentation
t
Flaticon y Slidesgo, inclu emplate was
, infogra ding icon
phics &
images b s by
y Freepi
k

Anda mungkin juga menyukai