Anda di halaman 1dari 37

TEKNIS PELAKSANAAN PENYELIDIKAN

EPIDEMIOLOGI KASUS MALARIA DAN


PEMETAAN WILAYAH FOKUS

Sri Budi Fajariyani, SKM


Subdit Malaria

Disampaikan dalam:
“Sosialisasi Kegiatan Penyelidikan Epidemiologi Kasus Malaria dan
Pemetaan Wilayah Fokus”
Jakarta, 12-15 Juli 2017
Setiap kasus wajib dilakukan
Penyalidikan Epidemiologi di
wilayah yang telah memasuki
fase eliminasi dan Pemeliharaan
Mengapa setiap kasus perlu dilakukan
penyalidikan Epidemiologi???.....
Tujuan pada tahap eliminasi..????
Tujuan pada Tahap Pemeliharaan…???

INDIGENOUS
Kriteria KLB Malaria

Daerah yang masuk tahap eliminasi Melakukan


penyelidikan epidemologi terhadap semua kasus positif
malaria untuk menentukan asal penularan penderita.
Metode 1-2-5
1. Notifikasi Kasus Positif Malarian
1. Notifikasi Kasus Positif Malarian (1)
 Tujuan
untuk melakukan penanggulangan kasus secara
cepat sehingga tidak menimbulkan penularan.

 Waktu Pelaksanaan
Notifikasi kasus malaria pada daerah yang telah
masuk fase eliminasi dan pemeliharaan dalam
waktu 1X24 jam !

 Metode
Notifikasi diberikan dari semua fasyankes yang dapat
melakukan diagnostik malaria ke Puskesmas atau
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Notifikasi kasus malaria pada daerah yang telah masuk fase eliminasi dan pemeliharaan
dalam waktu 1X24 jam !
1. Notifikasi Kasus Positif Malaria (2)
Alur Notifikasi

Notifikasi memuat informasi seperti nama penderita, jenis kelamin, hasil diagnostik dll
yang ada dalam formulir notifikasi kasus malaria
1. Notifikasi Kasus Positif Malaria (3)
2. Penyelidikan Epidemiologi
2. Penyelidikan Epidemiologi (1)
A. Penyelidikan Kasus

Tujuan

Tujuan penyelidikan kasus adalah untuk mengetahui klasifikasi kasus

Waktu
Waktu pelaksanaannya adalah selambat-lambatnya 1 hari setelah
kasus dinotifikasi.

Metode
Penyelidikan kasus malaria dilakukan dengan melakukan wawancara
kepada kasus menggunakan formulir wawancara kasus. kegiatan
wawancara dapat dilakukan di fasyankes saat pasien datang maupun
di tempat tinggal pasien.
2. Penyelidikan Epidemiologi (2)
Klasifikasi Kasus

Klasifikasi Kasus

Indigenous
Transfusi/
Relaps Kongenital

Impor
2. Penyelidikan Epidemiologi (3)
B. Survai Kontak
Tujuan
Survei kontak dilakukan untuk mengetahui luasnya penularan atau kejadian
malaria.

Waktu Pelaksanaan
Survei kontak dilakukan setelah kasus diklasifikasikan dan dalam rentang
waktu 2-4 hari.

Metode
Klasifikasi kasus menjadi dasar untuk menentukan langkah selanjutnya yang
harus dilaksanakan, setelah kasus diklasifikasikan langkah selanjutnya adalah
melakukan kontak survai, namun tidak semua kasus perlu dilakukan kontak
survai, hal tersebut dapat lebih jelas terlihat pada bagan dibawah ini:
Kontak survai dilakukan pada kasus: Pengamatan faktor risiko dilakukan pada kasus:

1. penularan lokal (indigenous) 1. penularan lokal (indigenous)

2. kasus import di daerah reseptif 2. kasus import di daerah reseptif .

3. kasus impor yang datang secara berkelompok.


Kontak Survai pada Kasus Indigenous
Survai kontak pada kasus indigenous dilakukan di sekitar tempat yang dicurigai
sebagai tempat penularan

Seluruh anggota Tetangga yang Teman yang


keluarga/orang yang tinggal dalam radius bekerja/Beraktivitas
tinggal bersama 200 m atau 5 rumah dilingkungan yang
penderita sekitar penderita sama dengan
(indeks kasus). penderita
Kontak Survai pada Kasus Impor
Kontak survai pada kasus impor dilakukan berdasarkan reseptifitas suatu daerah

Kontak survai di Daerah kontak survai pada


Reseptif dilakukan pada daerah non-reseptif
populasi berisiko dilakukan pada seluruh
(seperti pada kasus anggota kelompok atau
indigenous) rombongan yang pergi
bersama dengan kasus
2. Penyelidikan Epidemiologi (4)
C. Penyelidikan Faktor Risiko
 Tujuan
Mengetahui faktor risiko lingkungan dan perilaku yang berhubungan
dengan penularan malaria

 Waktu Pelaksanaan
Penyelidikan faktor risiko dilakukan dalam rentang waktu 2-5 hari

 Tempat
Dilaksanakan di sekitar tempat yang dicurigai menjadi tempat
penularan

 Metode
1. Pengamatan Lingkungan
2. Pengamatan Perilaku Masyarakat
C. Penyelidikan Faktor Risiko

Pengamatan lingkungan disekitar tempat yang


dicurigai sebagai tempat penularan meliputi: Pengamatan Perilaku
> Melakukan pemerikasaan jentik di tempat Masyarakat
perindukan nyamuk seperti lagoon, rawa, mata
air, sungai, sawah, dan genangan air lainnya Pengamatan perilaku masyarakat
yang ada di alam serta pemetaannya. dilakukan dengan:
Pengumpulan data entomologis.
> Bila reseptif tinggi (ditemukan tempat observasi perilaku penduduk
perindukan yang positif larva Anopheles ≥1% yang berpotensi terjadinya
dan atau MBR-Man Biting Rate > 0,025 gigitan
nyamuk/orang/malam) dilakukan pengendalian
penularan malaria
vektor yang sesuai
>Pengamatan lingkungan disertai juga dengan
pengumpulan informasi mengenai upaya
program pengendalian malaria setempat (IRS,
pembagian kelambu, larvaciding)
2. Penyelidikan Epidemiologi (5)
C. Klasifikasi dan Pemetaan Fokus
Fokus diklasifikasikan menjadi tiga daerah fokus antara lain:
oFokus Aktif
Fokus aktif merupakan daerah reseptif yang masih terdapat
penularan setempat dalam waktu satu tahun berjalan.

oFokus Non Akif


adalah daerah reseptif malaria yang tidak terdapat penularan dalam
tahun berjalan hingga 2 tahun sebelumnya.

oFokus Bebas
Fokus Bebas adalah daerah reseptif yang tidak ada penularan dalam
waktu 3 tahun berturut-turut.
Klasifikasi Fokus
3. Penanggulangan
a. Penyelidikan Fokus
 Pengamatan Daerah Fokus
• Identifikasi populasi berisiko
• Identifikasi vektor (tempat perindukan, spesies,
bionomik, kerentanan terhadap insektisida, intervensi
vektor yang pernah dilakukan)

 Penilaian Intervensi Program


• Penilaian kinerja diagnostik
• Penilaian kinerja tatalaksana
• Penilaian kinerja pengendalian vektor
• Penilaian Kinerja surveilans
B. Pemetaan Fokus
• Kasus Malaria (Indigenous/Impor)
• Klasifikasi Fokus
• Tempat Perindukan Nyamuk
C. Penanggulangan Fokus
1. Fokus Aktif
a. Pemantauan minum obat dan follow up pengobatan pada hari ke 4-7-14-21-28-
(+90 untuk vivax)
b. Jika ditemukan kasus kedua yang berhubungan dengan kasus pertama dilakukan
kunjungan rumah setiap hari selama 1 bulan (2 kali masa inkubasi)
c. Pengendalian vektor dilakukan dengan pembagian kelambu dan pengendalian
vektor lainnya yang sesuai dengan kondisi setempat seperti IRS dan Larvaciding
serta manajemen lingkungan
d. Promosi kesehatan
e. Melakukan analisis kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan oleh lintas
program/sektor terkait sesuai permasalahan penularan malaria di daerah tersebut.
2. Fokus Non-Aktif
a. Pemantauan minum obat dan follow up pengobatan pada hari ke 4-7-14-21-28-
(+90 untuk vivax)
b. Jika ditemukan kasus kedua yang berhubungan dengan kasus pertama dilakukan
kunjungan rumah setiap hari selama 1 bulan (2 kali masa inkubasi)
c. Pengendalian vektor dilakukan dengan pembagian kelambu dan pengendalian
vektor lainnya yang sesuai dengan kondisi setempat seperti IRS dan Larvaciding
serta manajemen lingkungan
d. Promosi kesehatan
e. Melakukan analisis kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan oleh lintas
program/sektor terkait sesuai permasalahan penularan malaria di daerah tersebut.
f. Penguatan Surveilans Migrasi
3. Penanggulangan Daerah
Fokus Bebas
a. Penguatan Diagnostik Malaria
• Pemeriksaan Lab Menggunakan Mikroskop
• Kemampuan Mikroskopis di fasyankes
minimal level 3.
• Menunjuk petugas uji silang melalui SK
kepala dinas di seluruh kab dan provinsi
• uji silang sediaan darah di laboratorium
rujukan kabupaten, bila hasil pemeriksaan
berbeda (discordence) uji silang dilanjutkan
di laboratorium rujukan provinsi
b. Penguatan Tatalaksana malaria
dan jejaringnya
• Di wilayah (puskesmas) yang reseptif dan atau
vulnerabel, penemuan penderita secara dini
dilakukan secara Pasive Case Detection (PCD),
Active Case Detection (ACD) dilaksanakan pada
saat situasi khusus

• Perlu adanya penetapan Fasyankes dan Focal


point untuk diagnosis, tatalaksana kasus dan
logistik malaria.

• Perlu adanya hotline penatalaksanaan kasus.

• Audit kematian Malaria


c. Surveilans Vektor di daerah reseptif
• Pemantauan nyamuk Anopheles (larva dan
ataunyamuk dewasa) secara berkala, minimal 6 bulan
sekali.

• Untuk daerah reseptif dan atau vulnerabel dilakukan


kegiatan pengendalian vektor yang sesuai
D. Penguatan Surveilans Migrasi
• Melakukan pengamatan terus menerus terhadap penduduk
dengan riwayat perjalanan atau sedang melakukan perjalanan
baik dari atau ke daerah endemis malaria

• Kegiatan yang dilakukan meliputi : penemuan kasus secara pasif


maupun aktif, dengan pengambilan dan pemeriksaan sediaan
darah pada pelaku perjalanan, penyuluhan, notifikasi silang,
monitoring dan evaluasi

• Berkoordinasi dengan KKP dalam kegiatan surveilans migrasi di


pintu masuk
 Logistik
 Laporan
 Notifikasi
 Pelatihan
 Surveilans Vektor
E. Penguatan kemandirian masyarakat dalam
mencegah munculnya kasus baru malaria.

• Melaksanakan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)


untuk kebersihan lingkungan.
• Mengaktifkan peran keluarga dalam mengenali gejala
malaria dan pencegahannya.
• Mengaktifkan peran Kader/Juru Malaria Desa (JMD)
dalam pengamatan kasus, jentik, tempat perindukan,
migrasi (penduduk yang datang dan pergi) diwilayahnya.
• Mengaktifkan masyarakat terlibat dalam perencanaan dan
pemanfaatan dana desa.
• Penguatan organisasi masyarakat yang terintegrasi untuk
pencegahan penyakit tular vektor (Posmaldes, kelompok
pengajian, poskesdes, pos bindu, dsb)
“Without high quality surveillance, the
billion dollar malaria effort is flying blind”

Anda mungkin juga menyukai