Anda di halaman 1dari 40

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

(PE) 1 – 2 – 5
Oleh :
DR.Lukman Hakim
Anggota Tim Penilai Eliminasi Malaria
Kementerian Kesehatan RI
SKEMA PENTAHAPAN ELIMINASI MALARIA
MASUK TAHAP PRA ELIMINASI MASUK TAHAP PEMELIHARAAN

MASUK TAHAP ELIMINASI

Kasus
SPR < 5% < 1 kasus/1000
Indigenous 0
dari malaria penduduk berisiko
kllinis 3 Tahun

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi Pemeliharaan

Kepmenkes RI, Nomor:


293/MENKES/SK/IV/2009, Reorientasi Reorientasi program
Tanggal: 28 April 2009, Tentang: program menuju menuju pemeliharaan
Eliminasi Malaria di Indonesia. eliminasi
SKEMA PENTAHAPAN ELIMINASI MALARIA
MASUK TAHAP INTENSIFIKASI
MASUK TAHAP PEMELIHARAAN
(dh.PRA ELIMINASI)
MASUK TAHAP
PEMBEBASAN (dh.ELIMINASI)
Kasus
1) < 1 kasus per 1000 Indigenous 0
API : 1 – 5 per penduduk berisiko
1000 penduduk 2) SPR < 5% 3 Tahun

AKSELERASI INTENSIFIKASI PEMBEBASAN


(dh.Pemberantasan) (dh.Pra Eliminasi) (dh.Eliminasi)
API > 5 per 1000
PEMELIHARAAN
API: 1-5 per 1000 API < 1 per 1000
pddk pddk pddk

Reorientasi program Reorientasi program


menuju eliminasi menuju pemeliharaan
RANCANGAN PERMENKES
DILAKSANAKAN ?
• Setiap kasus positif malaria wajib
EPIDEMIOLOGI
PENYELIDIKAN
(PE) MALARIA
dilakukan PE di wilayah yang
KAPAN
telah memasuki
Tahap Pembebasan
(d/h.Eliminasi) dan
Tahap Pemeliharaan

• Pada saat terjadi


Kejadian Luar Biasa
(KLB) malaria.
PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI 1-2-5

Laporan
Kewaspadaan Pelaksanaan Penyelidikan Epidemiologi Penanggulangan
(Notifikasi)

Penyelidikan Kasus KLASIFIKASI

Penanggulangan

•Penyelidikan Fokus
Kontak Survei dan Penyelidikan Faktor Risiko
•Pemetaan Fokus

• Penanggulangan Fokus
Klasifikasi Fokus
NOTIFIKASI


KASUS ) • Penyelidikan Fokus FOKUS BEBAS,
(1 X 24 JAM • Pemetaan fokus NON FOKUS
ALUR NOTIFIKASI

Notifikasi memuat informasi seperti nama penderita, jenis kelamin, hasil


diagnostik dll yang ada dalam formulir notifikasi kasus malaria
IMPORT :
KLASIFIKASI KASUS MALARIA
• Kaitan Eliminasi Prov/Kab/Kota  Import dari Luar Prov/Kab/Kota
KASUS LUAR WILAYAH : hanya datang berobat  TIDAK DIKENAL OLEH TETANGGA

• Import

• Indigenous
HOST PARASITE

EARLY
DIAGNOSIS
AND
PENGOBATAN VEKTOR PROMPT
TIDAK ADEKUAT • Relaps ? TREATMENT
7
KLASIFIKASI KASUS
8 – 28 hari yang lalu pergi sampai malam di daerah endemis malaria
IMPORT
Tidak pergi sampai malam ke daerah endemis malaria minimal sebulan
terakhir, dan
INDIGENOUS Ditemukan positif malaria minimal 3 minggu sampai 6 minggu sebelumnya,
dan atau
Ditemukan jentik Anpheles disekitar rumah atau lingkungan pemukiman ybs.
Tidak pergi sampai malam ke daerah endemis malaria selama minimal
RELAPS  sebulan terakhir, dan
Rekurensi &
Rekrudesensi Tidak ditemukan positif malaria minimal tiga minggu sampai 6 minggu
sebelumnya, dan
Tidak minum Primakuin 14 hari saat menderita Pv pada 6 bulan sampai
setahun yang lalu  Rekurensi (long term relaps) Extra Eritrositer, atau
1)Tidak minum DHP selama 3 hari, dan atau 2)Tidak minum DHP sesuai
Dosis, dan atau 3)Tidak sekali minum DHP setiap harinya, saat menderita
Pv pada 6 bulan yang lalu  Rekurensi Eritrositer, atau
1)Tidak minum DHP selama 3 hari, dan atau 2)Tidak minum DHP sesuai
Dosis, dan atau 3)Tidak sekali minum DHP setiap harinya, saat menderita Pf
pada 2 bulan yang lalu  Rekrudesensi (short term relaps)
Masa inkubasi intrinsik ( waktu mulai masuknya sporosoit ke
dalam darah sampai timbulnya gejala klinis/demam yaitu
sampai pecahnya sison sel darah merah yang matang dan
masuknya merosoit darah ke aliran darah, waktu ini meliputi
waktu yang dibutuhkan oleh fase eksoeritrositer ditambah
dengan siklus sisogoni )
- P. falciparum = 8 – 25 hari (12 hari)
- P. vivax = 8 – 27 hari (15 hari)
- P. malariae = 15 – 40 hari (28 hari

- P. ovale = 15 – 18 hari (17 hari)


- P.knowlesi = 9 – 12 hari (11 hari)

(Kepmenkes No.HK.01.07/MENKES/556/2019)
Ookinet
Masa inkubasi ekstrinsik ( waktu mulai saat masuknya
gametosit ke dalam tubuh nyamuk sampai terjadinya stadium
sporogoni dalam tubuh nyamuk, yaitu dengan terbentuknya
sporosoit yang kemudian masuk ke dalam kelenjar liur
nyamuk )
Suhu optimal 26,7 º c : - P. falciparum = 10 – 12 hari
- P. vivax = 8 – 11 hari
- P. malariae = 14 hari
- P. ovale = 15 hari
Pada suhu 16º c P. vivax 55 hari dan 7 hari pada suhu 28º c,
pada 32º c parasit dalam tubuh nyamuk mati
Depkes RI,1993. Epidemiologi. Ditjen PPM dan PLP, Jakarta, hal.10.
Ookinet
RELAPS  KAITAN DENGAN PERTANYAAN 8 MINGGU
(2 BULAN) LALU PERNAH SAKIT YANG SAMA ?

• Relaps yang timbul yang disertai parasitemia (adanya


parasit di darah tepi yang sudah bisa ditemukan pada
pemeriksaan mikroskopis) dalam waktu 8 minggu
setelah serangan pertama disebut short term relaps
atau rekrudesensi, biasanya terjadi pada Plasmodium
falciparum atau Plasmodium malariae  Relaps
pada P.falciparum paling lama 1 tahun (P.N. Harijanto,
2000; Malaria: Epidemiologi 1, Depkes, 1993).
RELAPS  KAITAN DENGAN PERTANYAAN 6
BULAN ATAU 1 TAHUN YANG LALU PERNAH
SAKIT YANG SAMA ?

• Relaps yang timbul yang disertai parasitemia dalam


waktu 24 minggu atau lebih setelah serangan pertama
disebut long term relaps atau rekurensi  Relaps
P.vivax paling lama 2 – 5 tahun, dapat terjadi pada
erythrocytair atau extra erytrhocytair (P.N. Harijanto,
2000; Malaria: Epidemiologi 1, Depkes, 1993).
CONTOH KLASIFIKASI KASUS
NADI

Sumakuyu
Onang
Sedana
Majene
Sulawesi Barat
19 Februari
2017

24 Maret 2017
Pulau Mardapan
Pulau Sembilan
Kota Baru
Kalimantan Selatan
Pulau Mardapan
Kota Baru
Kalimantan Selatan
SURVAI KONTAK

Kontak survai dan penyelidikan faktor risiko dilakukan pada kasus:

1. Kasus penularan lokal (indigenous)

2. Kasus import di daerah reseptif


3. Kasus impor yang datang secara berkelompok.
SURVEI KONTAK
Survai kontak pada Kasus Indigenous dan Kasus Import pada
daerah Reseptif dilakukan di sekitar kasus yang dicurigai dapat
menjadi tempat penularan

Tetangga yang tinggal Teman yang


Seluruh anggota
dalam radius + 200 m bekerja/
keluarga/orang
atau 5 rumah (5 beraktivitas
yang tinggal
rumah x 5 org = 25 dilingkungan
bersama
org) sekitar penderita yang sama
penderita
(indeks kasus). dengan penderita
Anopheles sp kepada
penderita malaria

Gigitan nyamuk

Survei Kontak
Masa Inkubasi Extrinsik Masa Inkubasi Extrinsik
(2 minggu) pada nyamuk (2 minggu) pada nyamuk

Masa Inkubasi Masa Inkubasi Masa Inkubasi


Intrinsik (2 minggu) di Intrinsik (2 minggu) di Intrinsik (2 minggu) di
manusia manusia manusia
Anopheles sp Infektif
Gigitan nyamuk

Pengamatan SETIAP HARI kepada penduduk munculnya


Demam/Gejala Klinis/Suspek Pasca Survei Kontak selama 4
minggu (2 masa inkubasi)  Yang Suspek diperiksa Sediaan
Darahnya  Yang positif diobati
Masa inkubasi ekstrinsik ( waktu mulai saat masuknya gametosit ke dalam tubuh
nyamuk sampai terjadinya stadium sporogoni dalam tubuh nyamuk, yaitu dengan
terbentuknya sporosoit yang kemudian masuk ke dalam kelenjar liur nyamuk )
Suhu optimal 26,7 º c : - P. falciparum = 10 – 12 hari
- P. vivax = 8 – 11 hari
- P. malariae = 14 hari
- P. ovale = 15 hari
Pada suhu 16º c P. vivax 55 hari dan 7 hari pada suhu 28º c, pada 32º c parasit
dalam tubuh nyamuk mati

Masa inkubasi intrinsik ( waktu mulai masuknya sporosoit ke dalam darah sampai
timbulnya gejala klinis/demam yaitu sampai pecahnya sison sel darah merah yang
matang dan masuknya merosoit darah ke aliran darah, waktu ini meliputi waktu yang
dibutuhkan oleh fase eksoeritrositer ditambah dengan siklus sisogoni )
- P. falciparum = 8 – 25 hari (12 hari)
- P. vivax = 8 – 27 hari (15 hari)
- P. malariae = 15 – 40 hari (28 hari)
- P. ovale = 15 – 18 hari (17 hari)
BARU
- P.knowlesi = 9 – 12 hari (11 hari) 25
PENYELIDIKAN FAKTOR RISIKO

Pengamatan lingkungan disekitar tempat yang dicurigai sebagai tempat


penularan meliputi:
> Melakukan pemeriksaan jentik di tempat perindukan nyamuk seperti
lagoon, rawa, mata air, sungai, sawah, dan genangan air lainnya yang
ada di alam serta pemetaannya. Pengumpulan data entomologis.
> Bila reseptif (ditemukan tempat perindukan yang positif larva
Anopheles dan atau nyamuk Anopheles) dilakukan pengendalian vektor
yang sesuai.
>Pengamatan lingkungan disertai juga dengan pengumpulan informasi
mengenai upaya program pengendalian malaria setempat (IRS,
pembagian kelambu, larvaciding, dll)
Anopheles Aedes Culex
3 2 1
PENCIDUKAN JENTIK

C B A

ANOPHELES CULEX AEDES


PETA RESEPTIVITAS DESA
KABUPATEN SINJAI TAHUN 2020

L.Rila
u

Desa Reseptif 26

Non Reseptif 54
KLASIFIKASI FOKUS
Daerah Reseptif Daerah Non-
Reseptif

FOKUS
FOKUS FOKUS NON-
NON-
AKTIF BEBAS FOKUS
AKTIF
Daerah reseptif Daerah reseptif Daerah reseptif
yang masih malaria yang tidak yang tidak ada
terdapat terdapat penularan penularan
penularan setempat setempat
setempat (indigenous) (indigenous)
(indigenous) setahun berjalan dalam waktu 3
dalam tahun hingga 2 tahun tahun berturut-
berjalan sebelumnya turut
PETA DESA FOKUS MALARIA
KABUPATEN SINJAI
TAHUN 2017

Fokus Aktif 1 Ds

Fokus Non ktif 1 Ds

Fokus Bebas 10 Ds

NonFokus 68 Ds
PETA DESA VULNERABEL
KABUPATEN SINJAI TAHUN 2019

Legend
DESA/KELURAHAN (80)
Vulnerable
Non Vulnerable
MALARIOGENIC POTENTIAL
Kemungkinan masuknya penderita
malaria di suatu daerah yang
dijumpai adanya vektor malaria
disebut Malariogenic Potential, yang
ditentukan :
 Receptivity, adalah adanya
vektor malaria dalam jumlah
besar dan terdapatnya faktor-
faktor ekologis dan iklim yang
memudahkan penularan.
 Vulnerability, dekatnya dengan
daerah malaria atau
kemungkinan masuknya
penderita malaria dan atau
vektor yang telah terinfeksi
PETA KELURAHAN FOKUS JAKARTA UTARA
Fokus  Reseptif + Indigenous

PETA KELURAHAN VULNERABEL JAKARTA UTARA

PETA KELURAHAN MALARIOGENIC POTENTIAL


JAKARTA UTARA
Malariogenic Potential  Reseptif + Vulnerabel
PENANGGULANGAN
 Setiap kasus yang ditemukan dilakukan pemantauan minum obat
FOLLOW UP
dan follow up pengobatan pada hari ke 3 – 14 – 28
( dihitung pengobatan hari pertama adalah H 0 )  CEK BLISTER

Fokus  Jika ditemukan kasus kedua yang berhubungan dengan kasus

Aktif CONTACT SURVEY


pertama dilakukan kunjungan rumah setiap hari selama 1 bulan
(2 kali masa inkubasi) untuk menemukan suspek malaria dan
PADA KASUS KEDUA
melaksanakan pemeriksaan darah jari. Kegiatan ini dilakukan
pada wilayah dusun fokus aktif tersebut

 Pengendalian vektor dilakukan sesuai dengan faktor risiko yang


VECTOR CONTROL
ditemukan, diantaranya pendistribusian LLINs atau IRS dan atau
Larvaciding serta manajemen lingkungan.
 Promosi kesehatan untuk berperan aktif dalam upaya
pembebasan malaria (melaporkan bila demam, bersedia diambil
PARTISIPASI MASYARAKAT
sediaan darahnya, taat minum obat, menggunakan dan merawat
kelambu, bersedia rumahnya disemprot dan menghilangkan
sarang nyamuk).
PENANGGULANGAN
 Setiap kasus yang ditemukan dilakukan pemantauan minum obat dan
FOLLOW
follow up pengobatan pada hari ke 3 –UP
14 – 28 ( dihitung pengobatan
hari pertama adalah H 0 )  CEK BLISTER

Jika ditemukan kasus kedua yang berhubungan dengan kasus


Fokus CONTACT SURVEY
pertama dilakukan kunjungan rumah setiap hari selama 1 bulan (2 kali
Non Aktif masa inkubasi) untuk menemukan suspek malaria dan melaksanakan
PADA KASUS KEDUA
pemeriksaan darah jari. Kegiatan ini dilakukan pada wilayah dusun
fokus non aktif tersebut
 Pengendalian vektor dilakukan sesuai dengan faktor risiko yang
VECTOR CONTROL
ditemukan, diantaranya pendistribusian LLINs atau IRS dan
Larvaciding serta manajemen lingkungan.

Promosi kesehatan untuk berperan aktif dalam upaya pembebasan


PARTISIPASI MASYARAKAT
malaria (melaporkan bila demam, bersedia diambil sediaan darahnya,
taat minum obat, menggunakan dan merawat kelambu, bersedia
rumahnya disemprot dan menghilangkan sarang nyamuk).

SURVEILANS MIGRASI
 Penguatan surveilans migrasi : memantau penduduk dengan riwayat
perjalanan dan penemuan kasus secara pasif atau aktif.
PENANGGULANGAN
 Penguatan Diagnostic dan Penjaminan Mutu Laboratorium dan
QUALITY ASSURANCE
jejaringnya (ada petugas uji silang di kabupaten/kota dan provinsi)

Penguatan Tatalaksana Malaria dan jejaringnya, untuk wilayah yang


Fokus PENGUATAN CASE MANAGEMENT
reseptif dan atau vulnerable dilakukan penemuan dini kasus secara
Bebas PCD dan secara aktif pada situasi khusus.
 Surveilans dan Pengendalian Vektor di Daerah Reseptif :
• Pemantauan secara berkala Nyamuk Anopheles (larva atau
VECTOR CONTROL
nyamuk dewasa) minimal 6 bulan sekali
• Untuk daerah reseptif dan atau vurnerabel dilakukan Pengendalian
Vektor yang sesuai.

Promosi kesehatan untuk berperan aktif dalam upaya pembebasan


PARTISIPASI MASYARAKAT
malaria (melaporkan bila demam, bersedia diambil sediaan darahnya,
taat minum obat, menggunakan dan merawat kelambu, bersedia
rumahnya disemprot dan menghilangkan sarang nyamuk).

 Penguatan surveilans migrasi : memantau penduduk dengan riwayat


SURVEILANS MIGRASI
perjalanan dan penemuan kasus secara pasif atau aktif.
PENANGGULANGAN

 Promosi kesehatan untuk


berperan aktif dalam upaya
pembebasan malaria (melaporkan
Non
bila demam, bersedia diambil
Fokus PARTISIPASI
sediaan darahnya, taat minum
obat, MASYARAKAT
menggunakan dan merawat
kelambu, bersedia rumahnya
disemprot dan menghilangkan
sarang nyamuk).
Terima Kasih..….
LUKMAN HAKIM, NO. 0811181673, EMAIL : hakim0325@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai