Anda di halaman 1dari 43

SURVEILANS PD3I

(AFP – CBMRS)
DINAS KESEHATAN DIY
- andri sdn -

Pertemuan Bimtek PD3I


Sleman 26 Agustus 2022
PERLU CAKUPAN
PD3I masih
IMUNISASI YANG - MENCEGAH KESAKITAN
menjadi masalah
kesehatan
TINGGI DAN - MENCEGAH TRANSMISI
MERATA
NASIONAL :

Peningkatan Kasus CAMPAK


Konfirmasi Lab 23x lipat
SLEMAN :
Peningkatan Kasus RUBELLA
Konfirmasi Lab 18x lipat  Awal Tahun 2022
terdapat KLB
RUBELLA
 Kasus Difteri
 KLB Pertusis
(Agt)
Mengapa Bisa Muncul KLB dan Kenapa
Harus Imunisasi dengan Cakupan Tinggi
TIDAK ADA IMUNISASI ADA IMUNISASI

PENULAR RENTAN PENULAR RENTAN PENULAR/SAKIT IMUNISASI RENTAN


Bakteri atau virus sangat mudah menular dari PENULAR ke Kelompok rentan secara tidak langsung terlindungi oleh
populasi rentan (tidak ada imunisasi) anak/orang dengan imunisasi
PERAN SURVEILANS
Terlambat
dilaporkan atau
tidak dilaporkan

Verifikasi rumor
Deteksi dini
dari surveillans
 penanganan
dini

ORI/Imunisasi
massal, pemberian
obat pencegahan
BIAN TARGET GLOBAL
KOMITMEN DIY (utk th 2021 dst..)
SURV AFP, CAMPAK-RUBELA :
• Target Penemuan AFP DIY : >3/100.000 usia <15 th (24 kasus)
• Target Penemuan Suspek Campak-Rubella DIY : 10/100.000
populasi

• STRATEGI :
 setiap Puskesmas wajib menemukan minimal 1 kasus AFP dan
minimal 5 Suspek Campak-Rubela dalam setahun
 setiap RS wajib menemukan minimal 1 kasus AFP dan 10 suspek
Campak-Rubella dalam setahun
 PASTIKAN semua kasus AFP dan suspek Campak-Rubella sudah di
PE (3T) dan Campak/Rubela Positif tidak ada transmisi lokal
AKTIF
SURVEILANS
Surveilans AFP
Mendukung ERADIKASI POLIO
TARGET ERADIKASI POLIO
Tidak ada lagi Indikator
kasus polio surveilans AFP
yang adekuat:
Dibuktikan • Non Polio AFP
dengan minimal
Tidak ada
2/100.000
transmisi virus surveilans penduduk usia
polio liar AFP yang <15 tahun
adekuat • Persentase
Tidak ada Spesimen
transmisi virus Adekuat
polio vaksin minimal 80%
(VDPV)
Konsep Surveilans AFP
Sebelum & sesudah Program Imunisasi berhasil
1. Sindrom Guillain Barre (SGB) DIAGNOSIS BANTU
2. Myelitis transversa PENYAKIT YANG BIASANYA
3. Poliomyelitis DENGAN GEJALA AFP
4. Polyneuropathy
5. Myelopathy 13.Periodic Paralysis hipokalemi
6. Dermatomyositis 14.Spinal Muscular Atrophy
7. Hipokalemi 15.Efek samping sitostatika (mis:
8. Erb’s paralysis vincristin)
9. Food drop paralysis 16.Ensepalitis atau Ensefalopati
10.Stroke pada anak 17.Meningitis
11.Todd’s paralysis 18.Miastenia gravis umum
12.Duchene Muscular Dystrophy 19.Metabolic myopathies
LAKUKAN review register 20.Herediter Motor and Sensory Neoropathy
di faskes (HMSN)
INGAT:
Gejala AFP dapat ditemukan juga pada penyakit selain tersebut di atas.
Bila diagnosis pasti belum dapat ditegakkan dapat dituliskan suspek dan DD-nya
POLIO DENGAN SURVEILANS AFP/Acute
Flaccid Paralysis (LUMPUH LAYUH AKUT)
Petunjuk untuk mengidentifikasi AFP
(Flaccid Paralysis/Paresis)

Tiba-tiba lumpuh
Anggota gerak Sering jatuh
lemas tanpa sebab

AFP TEMUKAN
Tidak mampu Tidak mampu
Menggerakkan duduk
Tidak mampu
tangan/kaki berjalan
Mengapa AFP ?
• Gejala khas Polio adalah AFP (Acute Flaccid Paralysis) atau Lumpuh Layuh
Mendadak.

• Temukan semua AFP, apapun diagnosisnya  LAPORKAN  ambil


spesimen tinja  Buktikan bahwa Bukan Polio

• DIY  Temukan kasus AFP > 3/100.000 anak usia <15 th


Pengertian Kasus AFP (1)
Pengertian Kasus AFP (2)
AFP
TEMUKAN
LAPORKAN
AMBIL SPESIMEN TINJA
Pengumpulan Spesimen Kasus AFP
Spesimen Tinja yang Adekwat
• Target : minimal 80% dari seluruh kasus AFP yang dilaporkan.
• Dua spesimen tinja yang dikumpulkan, selang waktu ≥ 24 jam
• Dikumpulkan dalam waktu < 14 hari sejak kelumpuhan
• Diterima di laboratorium kurang dari 3 hari sejak dikirimkan.
• Kondisi spesimen baik, yaitu:
• Volume cukup (± 8 gram atau sebesar ibu jari orang dewasa).
• Dikirim dalam keadaan dingin ( 2 – 8oC) dalam vaccine carrier
• Tidak kering
• Tidak bocor
Surveilans CAMPAK-RUBELLA
CBMRS WORLD VISION
A world without measles, rubella and
congenital rubella syndrome (CRS)
BARU : TARGET ELIMINASI
CAMPAK & RUBELLA
TAHUN 2023
Indikator
surveilans
Dibuktikan
campak & rubella
dengan
Tidak ada yang adekuat:
surveilans
• Discarded rate
transmisi campak &
campak
virus campak & rubella yang
≥2/100.000
rubella adekuat
penduduk per
selama 3 thn
tahun
berturut-turut
• CBMS 100% per
tahun
Strategi :
STRATEGI SURVEILANS
CAMPAK-RUBELLA

1. Meningkatkan sensitifitas penemuan kasus dengan merubah definisi operasional


suspek campak menjadi “demam dan ruam maculopapular”
2. Melibatkan pelayanan kesehatan (pemerintah & swasta) seperti RS, klinik dan
praktek mandiri (dokter, bidan, perawat, dll) dalam penemuan dan pelaporan
kasus.
3. Melakukan pengambilan spesimen urin terhadap kasus
suspek campak dengan gejala tambahan batuk, pilek atau
conjuctivitis minimal 1 kasus per kab/kota/tahun.
SUSPEK CAMPAK-RUBELA (DO baru)

Demam Ruam


Batuk Pilek
dan
Conjungtivitis

SUSPEK CAMPAK-RUBELA
INDIKATOR SURVEILANS CAMPAK-
RUTIN
RUBELLA KLB

• Discarded rate (kasus bukan campak dan bukan rubella) secara • Kelengkapan laporan
nasional > 2/100.000 penduduk  Target DIY Penemuan Susp. KLB campak-rubella >
Campak >10/100.000 pddk
• Persentase kabupaten/kota melaporkan discarded rate (kasus 90%
bukan campak dan bukan rubella) > 2/100.000 populasi > 80%  • KLB dilakukan
DIY 100% Investigasi menyeluruh
• Kasus suspek campak yang diinvestigasi adekuat (< 48 jam) > 80%
• Kasus suspek campak-rubella yang diperiksa IgM >80%  DIY (fully investigated) 100%
100% • KLB dilakukan
• Kelengkapan Laporan (MR-01) > 90%
• Ketepatan Laporan (MR-01) > 80%
investigasi < 48 jam >
• Kelengkapan Laporan Surveilans Aktif Rumah Sakit >90% 80%
• Spesimen Adekuat untuk pemeriksaan IgM > 80% • KLB suspek campak
• Spesimen Adekuat untuk pemeriksaan virologi > 80%
yang diperiksa virologi >
80%
+
X
Batuk Pilek SUSPEK
dan atau CAMPAK/MEASLES/MORBILLI
Measles/
Morbili Conjungtivitis
Spesimen Serum
Rubella Mononucleosi
s
Ig M Campak
Other viral
Dengue exanthems
Negatif Positif
Demam + Ruam
Ig M Rubella CAMPAK
Scarlet fever Kawasaki PASTI

Positif Negatif
Roseola Meningococcemi
infantum a

Toxoplasmosi RUBELA DISCARDED


s PASTI
PENEMUAN KASUS SUSPEK CAMPAK

SURVEILANS RUMAH SURVEILANS


BERBASIS MASYA RUMAH BERBASIS
MASYARAKAT RAKAT SAKIT RUMAH SAKIT

Puskesmas : Dinkes
PASTIKAN PUSKES PRAKTEK Kab/Kota :
MAS SIAPA SAJA
bahwa semua YANG
SWASTA PASTIKAN
suspek Campak
MENEMUKAN bahwa semua
KASUS
yang datang ke suspek
unit-unit ini Campak yang
FASYANKES
PKK datang ke RS
sudah LAIN

dilaporkan. sudah
KEPALA
DOKTER, dilaporkan.
DESA
PERAWAT,
BIDAN
Strategi Penemuan Kasus PD3I (DIY)
• Surveilans Aktif di setiap level  record review,
• Perkuat dan Perluas Jejaring Surveilans.
•  identifikasi klinik, praktik mandiri yg ada di wilayah
•  sosialisasikan ttg surveilans pd3i dan peran tiap level
•  wajib laporan : pemakaian vaksin dan laporan kasus
penyakit
• Libatkan masyarakat dalam penemuan dan pelaporan
• Koord pelaporan kasus dengan RS
PERAN PUSKESMAS
DALAM SURVEILANS CAMPAK-RUBELLA
1. PENEMUAN KASUS ● Sumber pelaporan: puskesmas, RS pemerintah & minimal 50% fasyankes swasta
(RS, klinik, praktek mandiri dokter/bidan/perawat/mantri) yang potensial;
● Identifikasi dan melatih fasyankes swasta yang potensial

2. PENGAMBILAN  Setiap suspek campak - rubella yang ditemukan di Puskesmas diambil spesimen
SPESIMEN serum (maksimum pada hari ke-28 dari tanggal ruam);
 Spesimen urine diambil sebanyak maksimal 5 hanya untuk kasus KLB,
berkoordinasi dengan Laboratorium Campak-Rubela Nasional (Spesimen urine
diambil maksimum pada hari ke-5 dari tanggal ruam).

3. PENCATATAN &  Setiap kasus suspek campak dan rubella baik rutin maupun KLB dicatat dalam form
PELAPORAN investigasi (form MR-01) dan dilaporkan ke Kabupaten/Kota seminggu sekali setiap
hari Senin.
 Kasus suspek campak dan rubella yang sudah diinvestigasi dengan form MR-01
juga harus dilaporkan melalui mekanisme SKDR.
PERAN PUSKESMAS
DALAM SURVEILANS CAMPAK-RUBELLA (2)
4. Melakukan verifikasi jika ada rumor/issue di masyarakat, media massa dan atau
media sosial.
5. Melibatkan peran aktif kader atau petugas desa siaga  Setiap adanya kasus
dengan gejala yang mengarah ke kasus supek campak rubella dilaporkan ke
petugas puskesmas.
6. Semua kasus suspek campak - rubella yang dilaporkan harus ditanyakan pada
keluarga penderita apakah ada kasus yang sama di keluarga dan tempat lain.

7. WAJIB melakukan penyelidikan epidemiologi ke lapangan untuk mencari


kasus tambahan lainnya dalam waktu 48 jam  Jika jumlah kasus memenuhi
kriteria KLB, maka dilakukan penanggulangan KLB campak – rubella
8. Melakukan analisa data dan diseminasi informasi  hasil analisa data
disampaikan pada saat kegiatan minilokarya lintas program dan lintas sektor.
PERAN RUMAH SAKIT
DALAM SURVEILANS CAMPAK-RUBELLA
Perlu ditetapkan tim surveilans RS yang bertanggung jawab terhadap penemuan dan pelaporan
kasus melalui Surat Keputusan (SK) Direktur RS.
Tim surveilans RS sebaiknya terdiri dari koordinator surveilans RS dan kontak person surveilans di
setiap unit yang yang berpotensi menemukan kasus suspek campak-rubella atau PD3I lainnya.
PENEMUAN 1. Kontak person menemukan setiap kasus campak-rubela di semua unit yang
berpotensi seperti Instalasi Rawat Inap dan Instalasi Rawat Jalan; Instalasi Rawat
KASUS Darurat; NICU/PICU/ICU; dan Instalansi Rekam Medis
2. Kontak person di bangsal, poliklinik dan rekam medis menelusuri setiap kasus atau
kematian yang disebabkan oleh bronchopneumonia, diare, ensefalitis, dan lainnya
apakah merupakan komplikasi dari penyakit campak.
3. Jika merupakan komplikasi dari penyakit campak maka, kasus tersebut harus
dicatat dan dilaporkan sebagai kasus campak (form MR-03)
PENGAMBILAN 1. Petugas RS mengambil spesimen serum dan memasukkan kedalam tabung yang telah
diberi label: nama, umur dan tanggal ambil.
SPESIMEN 2. Simpan spesimen serum ke dalam refrigerator, setiap Senin dan Kamis diambil oleh
petugas kabupaten/kota dan selanjutnya dikirim langsung ke Laboratorium Campak
Rubela Nasional atau melalui provinsi dengan disertai form MR-04.
3. Mencatat data kasus ke dalam buku khusus sebagai dokumen di lab RS yang dapat
dimanfaatkan sebagai kontrol data.
PERAN RUMAH SAKIT
DALAM SURVEILANS CAMPAK-RUBELLA (2)
• Tentukan Koordinator dan PJ Surveilans di setiap unit  buat SK Tim
Surveilans RS
• SETIAP HARI: kontak person bangsal, poliklinik & rekam medis
melakukan review register (menggunakan form SARS PD3I) 
informasikan ke DinKes jika ditemukan kasus (menggunakan form MR-
03 atau KDRS)
• SETIAP MINGGU: rekapan kasus dalam form SARS PD3I dikirimkan ke
DinKes pada hari Senin
• Jika dalam satu minggu tidak ada kasus campak-rubella, maka pada hari
Senin mengirimkan laporan “NIHIL”
• Ambil spesimen serum penderita, simpan di kulkas 2 - 8°C  Informasikan
ke DinKes Kab/Kota
• Catat data pasien di Form MR-03
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai