(AFP – CBMRS)
DINAS KESEHATAN DIY
- andri sdn -
Verifikasi rumor
Deteksi dini
dari surveillans
penanganan
dini
ORI/Imunisasi
massal, pemberian
obat pencegahan
BIAN TARGET GLOBAL
KOMITMEN DIY (utk th 2021 dst..)
SURV AFP, CAMPAK-RUBELA :
• Target Penemuan AFP DIY : >3/100.000 usia <15 th (24 kasus)
• Target Penemuan Suspek Campak-Rubella DIY : 10/100.000
populasi
• STRATEGI :
setiap Puskesmas wajib menemukan minimal 1 kasus AFP dan
minimal 5 Suspek Campak-Rubela dalam setahun
setiap RS wajib menemukan minimal 1 kasus AFP dan 10 suspek
Campak-Rubella dalam setahun
PASTIKAN semua kasus AFP dan suspek Campak-Rubella sudah di
PE (3T) dan Campak/Rubela Positif tidak ada transmisi lokal
AKTIF
SURVEILANS
Surveilans AFP
Mendukung ERADIKASI POLIO
TARGET ERADIKASI POLIO
Tidak ada lagi Indikator
kasus polio surveilans AFP
yang adekuat:
Dibuktikan • Non Polio AFP
dengan minimal
Tidak ada
2/100.000
transmisi virus surveilans penduduk usia
polio liar AFP yang <15 tahun
adekuat • Persentase
Tidak ada Spesimen
transmisi virus Adekuat
polio vaksin minimal 80%
(VDPV)
Konsep Surveilans AFP
Sebelum & sesudah Program Imunisasi berhasil
1. Sindrom Guillain Barre (SGB) DIAGNOSIS BANTU
2. Myelitis transversa PENYAKIT YANG BIASANYA
3. Poliomyelitis DENGAN GEJALA AFP
4. Polyneuropathy
5. Myelopathy 13.Periodic Paralysis hipokalemi
6. Dermatomyositis 14.Spinal Muscular Atrophy
7. Hipokalemi 15.Efek samping sitostatika (mis:
8. Erb’s paralysis vincristin)
9. Food drop paralysis 16.Ensepalitis atau Ensefalopati
10.Stroke pada anak 17.Meningitis
11.Todd’s paralysis 18.Miastenia gravis umum
12.Duchene Muscular Dystrophy 19.Metabolic myopathies
LAKUKAN review register 20.Herediter Motor and Sensory Neoropathy
di faskes (HMSN)
INGAT:
Gejala AFP dapat ditemukan juga pada penyakit selain tersebut di atas.
Bila diagnosis pasti belum dapat ditegakkan dapat dituliskan suspek dan DD-nya
POLIO DENGAN SURVEILANS AFP/Acute
Flaccid Paralysis (LUMPUH LAYUH AKUT)
Petunjuk untuk mengidentifikasi AFP
(Flaccid Paralysis/Paresis)
Tiba-tiba lumpuh
Anggota gerak Sering jatuh
lemas tanpa sebab
AFP TEMUKAN
Tidak mampu Tidak mampu
Menggerakkan duduk
Tidak mampu
tangan/kaki berjalan
Mengapa AFP ?
• Gejala khas Polio adalah AFP (Acute Flaccid Paralysis) atau Lumpuh Layuh
Mendadak.
Demam Ruam
✘
Batuk Pilek
dan
Conjungtivitis
SUSPEK CAMPAK-RUBELA
INDIKATOR SURVEILANS CAMPAK-
RUTIN
RUBELLA KLB
• Discarded rate (kasus bukan campak dan bukan rubella) secara • Kelengkapan laporan
nasional > 2/100.000 penduduk Target DIY Penemuan Susp. KLB campak-rubella >
Campak >10/100.000 pddk
• Persentase kabupaten/kota melaporkan discarded rate (kasus 90%
bukan campak dan bukan rubella) > 2/100.000 populasi > 80% • KLB dilakukan
DIY 100% Investigasi menyeluruh
• Kasus suspek campak yang diinvestigasi adekuat (< 48 jam) > 80%
• Kasus suspek campak-rubella yang diperiksa IgM >80% DIY (fully investigated) 100%
100% • KLB dilakukan
• Kelengkapan Laporan (MR-01) > 90%
• Ketepatan Laporan (MR-01) > 80%
investigasi < 48 jam >
• Kelengkapan Laporan Surveilans Aktif Rumah Sakit >90% 80%
• Spesimen Adekuat untuk pemeriksaan IgM > 80% • KLB suspek campak
• Spesimen Adekuat untuk pemeriksaan virologi > 80%
yang diperiksa virologi >
80%
+
X
Batuk Pilek SUSPEK
dan atau CAMPAK/MEASLES/MORBILLI
Measles/
Morbili Conjungtivitis
Spesimen Serum
Rubella Mononucleosi
s
Ig M Campak
Other viral
Dengue exanthems
Negatif Positif
Demam + Ruam
Ig M Rubella CAMPAK
Scarlet fever Kawasaki PASTI
Positif Negatif
Roseola Meningococcemi
infantum a
Puskesmas : Dinkes
PASTIKAN PUSKES PRAKTEK Kab/Kota :
MAS SIAPA SAJA
bahwa semua YANG
SWASTA PASTIKAN
suspek Campak
MENEMUKAN bahwa semua
KASUS
yang datang ke suspek
unit-unit ini Campak yang
FASYANKES
PKK datang ke RS
sudah LAIN
dilaporkan. sudah
KEPALA
DOKTER, dilaporkan.
DESA
PERAWAT,
BIDAN
Strategi Penemuan Kasus PD3I (DIY)
• Surveilans Aktif di setiap level record review,
• Perkuat dan Perluas Jejaring Surveilans.
• identifikasi klinik, praktik mandiri yg ada di wilayah
• sosialisasikan ttg surveilans pd3i dan peran tiap level
• wajib laporan : pemakaian vaksin dan laporan kasus
penyakit
• Libatkan masyarakat dalam penemuan dan pelaporan
• Koord pelaporan kasus dengan RS
PERAN PUSKESMAS
DALAM SURVEILANS CAMPAK-RUBELLA
1. PENEMUAN KASUS ● Sumber pelaporan: puskesmas, RS pemerintah & minimal 50% fasyankes swasta
(RS, klinik, praktek mandiri dokter/bidan/perawat/mantri) yang potensial;
● Identifikasi dan melatih fasyankes swasta yang potensial
2. PENGAMBILAN Setiap suspek campak - rubella yang ditemukan di Puskesmas diambil spesimen
SPESIMEN serum (maksimum pada hari ke-28 dari tanggal ruam);
Spesimen urine diambil sebanyak maksimal 5 hanya untuk kasus KLB,
berkoordinasi dengan Laboratorium Campak-Rubela Nasional (Spesimen urine
diambil maksimum pada hari ke-5 dari tanggal ruam).
3. PENCATATAN & Setiap kasus suspek campak dan rubella baik rutin maupun KLB dicatat dalam form
PELAPORAN investigasi (form MR-01) dan dilaporkan ke Kabupaten/Kota seminggu sekali setiap
hari Senin.
Kasus suspek campak dan rubella yang sudah diinvestigasi dengan form MR-01
juga harus dilaporkan melalui mekanisme SKDR.
PERAN PUSKESMAS
DALAM SURVEILANS CAMPAK-RUBELLA (2)
4. Melakukan verifikasi jika ada rumor/issue di masyarakat, media massa dan atau
media sosial.
5. Melibatkan peran aktif kader atau petugas desa siaga Setiap adanya kasus
dengan gejala yang mengarah ke kasus supek campak rubella dilaporkan ke
petugas puskesmas.
6. Semua kasus suspek campak - rubella yang dilaporkan harus ditanyakan pada
keluarga penderita apakah ada kasus yang sama di keluarga dan tempat lain.