Anda di halaman 1dari 50

KEBIJAKAN SURVEILANS PD3I DAN SKDR

Aries Gunarta, S.KM, M.Kes


Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang
Outlin
e
1. Kebijakan Surveilans
2. Situasi Cakupan Imunisasi Rutin
3. Situasi Perkembangan Penyakit yang Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi (PD3I)
4. Target Program Surveilans PD3I 2022 – 2024
5. SKDR
GLOBAL TARGET
ERADIKASI POLIO ELIMINASI CAMPAK &
RUBELA/CRS
01 2014 : SEARO bebas polio 02 2023 : INDONESIA Eliminasi Campak &
(Indonesia) Rubela/CRS
2026 : ERADIKASI POLIO 2023 : SEARO Eliminasi Campak &
Rubela/CRS

ELIMINASI
TETANUS NEONATORUM PENGENDALIAN DIFTERI
03 2015 : Tetanus Neonatorum Eliminasi di 04
TARGET NASIONAL INDONESIA SAAT INI
Seluruh Region
SAAT INI INDONESIA MEMPERTAHANKAN
STATUS ELIMINASI TN

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TARGET ERADIKASI POLIO

Tidak ada lagi Indikator surveilans


AFP yang adekuat:
kasus polio Dibuktikan • Penemuan kasus
dengan AFP yang
surveilans dibuktikan bukan
karena Polio (Non
Tidak ada transmisi Acute Flaccid
Polio AFP rate) ≥ 2
virus polio liar Paralysis per 100.000
yang penduduk usia <15
tahun
adekuat • Persentase
Tidak ada transmisi setiap tahun Spesimen Adekuat
virus polio vaksin minimal 80%
(VDPV)

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
TARGET ELIMINASI CAMPAK & RUBELA/CRS

Indikator surveilans
Dibuktikan
dengan campak-rubela/CRS
surveilans yang adekuat:
Tidak ada campak- • Penemuan kasus
rubela/CRS yang Demam-Ruam yang
transmisi adekuat dibuktikan secara
virus campak MINIMAL laboratorium bukan
& rubela SELAMA 3 THN karena campak-rubella
berturut-turut (Discarded rate)
dan ≥2/100.000 penduduk
dipertahankan • Reporting rate suspek
CRS ≥1/10.000 KLH

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PENGENDALIAN DIFTERI
SETIAP SUSPEK DIFTERI DILAKUKAN PENYELIDIKAN

KETERSEDIAAN LOGISTIK, ADS


DAN
PROFILAKSIS OLEH PEMERINTAH
PENELUSURAN KONTAK ERAT DAN ( PUSAT DAN DAERAH)
PEMBERIAN PROFILAKSIS

PELAPORAN DENGAN
FORMULIR SESUAI
PEMERIKSAAN SPESIMEN DI LABORATORIUM PEDOMAN
PROVINSI / RUMAH SAKIT / B-BTKLPP / NASIONAL

DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
MEMPERTAHANKAN ELIMINASI
TETANUS MATERNAL & NEONATAL
Persalinan &
perawatan tali
pusat yg bersih Imunisasi Tetanus TT /Td
dan aman rutin tambahan/WUS pd
Surveilans daerah risti
adekuat

UPAYA MENCAPAI ELIMINASI TMN

VALIDASI ELIMINASI TMN TAHUN 2015

MENJAGA ELIMINASI TMN

Persalinan &
Surveilans perawatan tali Imunisasi Tetanus rutin
adekuat pusat yg bersih (bayi, baduta, anak
dan aman sekolah & WUS)
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Indikator SKDR
RPJMN 2020 - 2024
“Prosentase Kabupaten/Kota yang melakukan respons
alert sinyal kewaspadaan dini penyakit potensial KLB
minimal 80%”  level kabupaten/kota  Setiap tahun
(2020-2024) minimal 80%
Level Nasional dan Provinsi: 2020 (60% Koka), 2021 (65%
Koka), 2022 (70% Koka), 2023 (75% Koka), 2024 (80% Koka)
Kelengkapan : 90%
Ketepatan : 80%
Peran Laboratorium dalam
SKDR
Mengidentifikasi pola penyakit

Mengikuti kecenderungan penyakit, sesaat, jangka


menengah dan jangka panjang serta pola
penyakit

Mendeteksi perubahan mendadak kejadian


dan penyebaran penyakit

Mengidentifikasi perubahan-perubahan agen,


inang dan faktor lingkungan

Mendeteksi adanya perubahan-perubahan


pola penyakit pada praktek pelayanan
Peran Rumah Sakit dalam
SKDR
Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data kesakitan dan
kematian penyakit berpotensi KLB di Rumah Sakit.

Melakukan kajian epidemiologi terus menerus secara sistematis terhadap perkembangan


penyakit berpotensi KLB yang ada di Rumah Sakit, sehingga dapat mengidentifikasi
adanya ancaman KLB di daerah Kabupaten/Kota tertentu.

Melakukan kajian kemampuan rumah sakit dalam melaksanakan SKD-KLB


dan penanggulangan KLB

Memberikan peringatan kewaspadaan dini KLB kepada unit terkait di


lingkungan Rumah Sakit, dan melaporkannya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota yang mendapat ancaman KLB

Penyelidikan lebih luas terhadap dugaan adanya KLB di lingkungan


rumah sakit

Melaksanakan penyuluhan kepada petugas dan pengunjung

Penyiapan tim penyelidikan dan penanggulangan KLB di rumah sakit yang merupakan
bagian dan tim penyelidikan dan penanggulangan KLB Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Strategi Implementasi SKDR

Memperluas implementasi SKDR ke RS dan Lab

Implementasi EBS (Event Based

Surveillance) di provinsi dan

kabupaten Penguatan jejaring

surveilans dan melibatkan lintas

program dan sektor Membentuk

TGC sampai tingkat kabupaten/kota


Situasi
Cakupan
TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR IMUNISASI PADA RPJMN DAN RENSTRA 2020-
2024

2020 2021
Indikator 2022 2023 2024
Target Capaian Target Capaian

Persentase imunisasi dasar lengkap


64 N/A 68 61,09 71 75 90
pada anak usia 12-23 bulan
Sumber: BPS, Susenas 2021

Jumlah kabupaten/kota yang mencapai


401 289 431 245 452 471 488
80% imunisasi dasar lengkap anak usia 0-11 bulan

Persentase bayi usia 0-11 bulan


92,9 84,2 93,6 76,3 94,1 94,6 95
yang mendapat imunisasi dasar lengkap

Persentase anak usia 18-24 bulan yang


mendapat imunisasi lanjutan Campak Rubella 76,4 65,3 81 53,7 85,6 90,3 95

Hasil capaian didapat dari data rutin


Sumber: Laporan Rutin s.d 24 Januari 2022; Susenas BPS 2021
CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PER PROVINSI TAHUN 2021

No Provinsi 2019 2020 % Perubahan 2021 %


Perubahan
Cakupan IDL (%) Target 2021 1 Aceh 50,9 41,8 -9,0 40,2 -1,6
2 Sumatera Utara 86,2 75,8 -10,4 75,1 -0,7
3 Sumatera Barat 76,2 54,1 -22,1 58,4 4,3
100
93.6 4 Riau 73,3 59,0 -14,2 62,9 3,9
90 5 -9,5 -12,6
94.8
94.8
94.8
94.3
94.1

Jambi 102,8 93,3 80,7


89.9
89.0

80 6 -11,2 -2,7
86.4
84.3 Sumatera Selatan 102,9 91,7 89,0
83.7
83.3
80.7
7 -7,6 6,2

79.8
79.1
78.5
78.3
70 Bengkulu 95,5 87,9 94,1

76.4
76.3
75.1
73.5
73.5
73.4
8 Lampung 99,3 92,4 -6,8 89,9 -2,5
60

66.5
65.4
71.0
71.0
70.1
9 -5,0 -3,2

62.9
62.9
Bangka Belitung 91,5 86,5 83,3

60.8
60.0
58.4
50 10 -7,3 -9,8

54.2
Kepulauan Riau 96,9 89,6 79,8
40 11 -24,8 -10,3

46.9
Dki Jakarta 98,0 73,2 62,9
12 -10,3 -22,0

40.2
30 Jawa Barat 97,7 87,4 65,4
13 Jawa Tengah 102,6 98,8 -3,8 86,4 -12,4
20 14 -5,9 -2,0
Di Yogyakarta 102,7 96,8 94,8
10 15 Jawa Timur 103,3 97,3 -6,0 84,3 -13,0
0 16 Banten 99,0 91,3 -7,7 94,8 3,5
17 -4,8 -5,2
I BENGKU
L U L A MP U
NG

RIA

TA R A
N D I YO G YA K A
R TA

IAU

MA L U K

J AW A B A R A
T DKI JAKA
R TA

U MA L U K U U

S U L A W E S I U TA

ARAT PAPUA BA

PAPU

EH
B A N TE

BAL

R A S U MA TE R A B

RAT

A AC
S U L A W E S I S E L A TA N

S U MA TE R A S E L A
TA N
J AW A TE N G A
H J AW A TI
MU R
K A L I MA N TA N TI

L I TU N G
J A MB
I KEPULAUAN R

TE N G A H

O
N U S A TE N G G A R A B A R
AT SULAWESI B

INDONESI
A S U MA TE R A U
TA R A
N U S A TE N G G A R A TI

TE N G G A R A K A L I MA
N TA N U TA R A
K A L I MA N TA N S E L A TA
N

U K A L I MA N TA N B
MU R B A N G K A B E

G O R O N TA L

ARAT

ARAT
Bali 104,2 99,4 94,3

MU R K A L I MA N TA N
SULAWESI

TE N G A H S U L A W E S I
18 Nusa Tenggara Barat 103,8 99,1 -4,7 78,3 -20,8
19 Nusa Tenggara Timur 74,9 74,3 -0,6 73,5 -0,8
20 Kalimantan Barat 82,5 71,5 -11,0 66,5 -5,0
21 Kalimantan Tengah 88,1 77,2 -10,9 73,5 -3,7
22 Kalimantan Selatan 86,1 75,4 -10,8 71,0 -4,4
23 Kalimantan Timur 92,6 82,8 -9,8 83,7 0,9
24 Kalimantan Utara 71,2 63,4 -7,8 71,0 7,7
25 Sulawesi Utara 92,8 80,2 -12,5 60,0 -20,2
26 Sulawesi Tengah 93,2 87,0 -6,2 79,1 -7,9
27 Sulawesi Selatan 95,5 75,0 -20,5 94,8 19,9
28 Sulawesi Tenggara 88,4 83,0 -5,4 73,4 -9,5
29 -12,0 6,0
 Baru 5 provinsi yang dapat mencapai target IDL tahun 2021 30
Gorontalo 84,5 72,5
-9,6
78,5
6,6
Sulawesi Barat 79,5 69,8 76,4
 Ada 9 provinsi yang mengalami peningkatan cakupan IDL pada tahun 2021 dibandingkan tahun 2020 31 Maluku 77,0 72,6 -4,4 70,1 -2,5
 Sebagian besar provinsi dengan sasaran besar mengalami penurunan cakupan IDL pada tahun 2021 32 Maluku Utara 80,6 67,8 -12,8 60,8 -7,0
dibandingkan tahun 2020 33 Papua Barat 83,4 66,4 -16,9 54,2 -12,2
34 Papua 71,9 60,2 -11,7 46,9 -13,3
INDONESIA 93,7 84,2 -9,5 76,3 -7,9
Sumber: Laporan Rutin s.d 24 Januari 2022
-
20.0
40.0
60.0
80.0
100.0
120.0
119.5
112.2
105.7
102.5
102.3
100.2
100.1
96.3
95.6
95.1
94.7
94.5
94.0
92.3
91.5
91.2
90.3
88.2
87.9
87.3
86.7
85.9
82.4
81.4
80.1
80.0
79.7
78.7
77.9
73.7
73.6
Prov. Jateng Tahun 2021 (target 93,6 %)

73.4
CAKUPAN IDL (Imunisasi Dasar Lengkap)

71.0
71.0
67.3

88.2
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK RUBELA BADUTA PER BULAN (KUMULATIF)

CAMPAK RUBELA BADUTA TAHUN 2021 CAMPAK RUBELA BADUTA DESEMBER


TAHUN 2019-2021
Cakupan Campak Rubela Baduta (%) Target per 2019 2020 2021
100 Bulan (%) 100

90 90

81.0
80 81.0 80
74.3

65.4

65.3
70

62.3
70
67.5

54.6
54.1
60.8

53.7
60 60

48.0

47.4
54.0 53.7
50

42.4
50

41.6

40.9
47.3 47.4

38.8
42.4

35.4
34.6
40 40.5 38.8 40

30.6
29.4

32
27.3
33.8 32

24.8
24.1
30

22.1
30
27.3

20.4
27.0

19.3
18.3
24.1

16.1
15.4

14.7
20.3 20.4

13.5
20 20
14.7

9.3
13.5

8.6
7.0
10 9.3

4.4
4.2
10

3.1
6.8

1.3
4.4
0 1.3 0
JA N FE B MA R A PR ME I JUN JU L AGST SE PT OK T N OV DES JA N FEB MA R A PR MEI JUN JUL A GST SE PT OK T N OV DES

 Cakupan Imunisasi Campak Rubela Baduta Tahun 2021 tidak mencapai target yang ditentukan
 Cakupan Imunisasi Campak Rubela Baduta tahun 2021 lebih rendah dibandingkan cakupan tahun 2019 dan 2020

Sumber: Laporan Rutin s.d 24 Januari 2022


CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK RUBELA BADUTA PER PROVINSI TAHUN 2021

Provinsi 2019 2020 % Perubahan 2021 % Perubahan


Cakupan Campak Rubela Baduta Target 2021 Aceh 25,6 13,4 -12,1 12,0 -1,4
Sumatera Utara 64,9 57,6 -7,4 51,4 -6,2
Sumatera Barat 40,3 24,7 -15,6 25,3 0,6
Riau 42,4 35,4 -7,1 32,8 -2,6
-19,3 -6,2
81 Jambi 82,8 63,5 57,3
86.1

Sumatera Selatan 94,5 79,6 -14,8 80,7 1,0


80.7
80.2
77.4

-0,2 -2,9
75.6
74.7

Bengkulu 72,3 72,1 69,2


69.2

-4,2 1,3
68.2
67.8

Lampung 80,3 76,1 77,4


Bangka Belitung 52,2 48,8 -3,4 50,0 1,2
57.3
53.7

Kepulauan Riau 71,1 62,7 -8,3 68,2 5,4


51.4
50.2
50.0
49.7
49.1
47.9
47.5
-10,3 0,7

45.2
44.5
Dki Jakarta 95,7 85,4 86,1

44.1
43.4

42.9
42.9

41.7
41.0
39.7
39.4
-10,4 -16,5

38.1
Jawa Barat 74,8 64,4 47,9

34.1
32.8
32.2
-4,0 -38,0

30.6
Jawa Tengah 86,5 82,5 44,5

25.3
Di Yogyakarta 97,8 93,1 -4,6 80,2 -13,0

12.0
Jawa Timur 91,2 86,7 -4,5 75,6 -11,1
Banten 77,5 64,2 -13,3 67,8 3,6
3,7 -5,6
B E N GKU L U

RIAU
INDONESIA
SUMATE RA UTARA

PAPUA
SUMATE RA BARAT
S UL AWESI TE NGAH

ACEH
KE P UL AUAN RIAU

MALUKU
L A M P UN G

BA L I

TE N GGARA BARAT

S UL AWESI BARAT

MALUKU UTARA
BA N TE N
JAWA TIMUR

JAMBI

G O RON T A L O
DI YOGYAKARTA

SULAWESI TE NGGA RA

SUL AWE SI UTARA


TIMUR
DKI JA KARTA

Bali 76,5 80,2 74,7

KA LI MAN TAN UTARA


JAWA
NUSA
NUSA TE NGGA RA

PAPUA BARAT
JAWA BARAT

KA LI MA NTA N BARAT
TE NGAH

KA LI MA NTA N TENGAH
KALI M AN TAN SELATA N
SUMATE RA SE LATAN

BANGKA BE LITUNG
K ALIM AN TAN TIMUR

-5,9 -22,6
S ULAWESI S EL ATA N
Nusa Tenggara Barat 73,7 67,8 45,2
Nusa Tenggara Timur 40,6 51,4 10,8 50,2 -1,2
Kalimantan Barat 54,8 47,3 -7,4 39,7 -7,7
Kalimantan Tengah 53,5 47,7 -5,9 41,0 -6,6
Kalimantan Selatan 50,0 46,2 -3,8 43,4 -2,8
Kalimantan Timur 58,4 55,1 -3,3 49,7 -5,4
Kalimantan Utara 46,8 40,6 -6,2 32,2 -8,4
Sulawesi Utara 59,2 54,8 -4,4 39,4 -15,4
Sulawesi Tengah 79,1 59,1 -20,0 41,7 -17,4
Sulawesi Selatan 81,4 67,8 -13,6 49,1 -18,7
Sulawesi Tenggara 54,5 52,7 -1,7 47,5 -5,2
Gorontalo 49,5 46,2 -3,3 44,1 -2,1
 Hanya Provinsi DKI Jakarta yang dapat mencapai cakupan imuniasi campak rubella tahun 2021 Sulawesi Barat 47,8 42,9 -4,8 42,9 -0,1
-6,9 -17,4
 Sebagian besar provinsi dengan sasaran besar mengalami penurunan cakupan dibandingkan Maluku 67,2 60,3 42,9
Maluku Utara 48,2 46,3 -1,9 34,1 -12,2
tahun 2020 Papua Barat 58,0 54,2 -3,8 38,1 -16,1
Papua 37,9 43,6 5,8 30,6 -13,0
INDONESIA 72,7 65,3 -7,4 53,7 -11,6
Sumber: Laporan Rutin s.d 24 Januari 2022
Tantangan dan Permasalahan Program
Imunisasi 1. Tenaga nakes terbagi
373/514 Kab./Kota 367/514 Kab./Kota untuk penanganan pandemi
Risiko tinggi KLB Polio Risiko tinggi KLB Campak dan vaksinasi COVID-19
2. Penutupan
posyandu/berkurangnya jadwal
363/514 Kab./Kota belum < 90 % layanan imunisasi selama masa
mencapai target IDL 80% Kelengkapan & ketepatan laporan pandemi
imunisasi dan masih manual 3. Pembatasan mobilitas selama
masa pandemi
Penyebab Kematian Balita (% Kematian)
4. Stock out beberapa jenis vaksin
#1 Conditions originating in the perinatal 42.4 karena kendala administrasi
#2 Congenital malformations 11.6
5. Vaccine hesitancy (isu-isu negatif
Pneu monia
imunisasi, hoaks)
#3 Pneumonia 9.4

#4 Other symptoms, signs and… 7.5


6. Penjangkauan sasaran imunisasi di
Diarrhoea and gastroente
daerah sulit
Pencatatan pelaporan manual dan
7.2
#5 Diareritis of… 7.
belum real time
Pneumonia dan diare dapat dicegah dengan imunisasi PCV dan 8. Penambahan antigen baru
rotavirus (saat ini belum termasuk dalam IDL)

Sumber: Dit SKK, SRS 2018


Situasi Penyakit yang
Dapat Dicegah
Dengan Imunisasi
(PD3I)
Ringkasan
Eksekutif
Campak dan Rubella masih menjadi penyakit endemik di Indonesia, sesuai dengan hasil rekomendasi Regional
Verification Committee (RVC) untuk Eliminasi Campak dan Rubella yang diselenggarakan pada 27-29 September
2021. Kasus Campak dan Rubela dilaporkan meningkat terutama di kuartal 3-4 tahun 2021.

Penyakit Difteti juga masih dalam kategori endemik di Indonesia, dan termasuk penyumbang kasus
terbanyak di regional Asia Tenggara sesuai dengan laporan WHO SEARO 2020 (WHO/UNICEF JRF 2020).
Terjadi peningkatan Case Fatality Rate (CFR) di tahun 2021 dibandingkan tahun 2020.

Indonesia, sesuai dengan laporan International Health Regulation (IHR), masuk dalam kategori negara
yang rentan untuk terjadi reinfeksi terhadap virus polio. Indonesia mengalami KLB Polio cVDPV-1 di
Papua dan Papua Barat pada tahun 2019 yang mengharuskan pelaksanaan 2 putaran Sub-PIN Polio untuk
anak dibawah usia 15 tahun.

Indonesia telah mendapatkan status eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal pada tahun 2016 dan saat ini
dalam upaya untuk mempertahankan status tersebut.
Posisi Indonesia di SEARO terkait Capaian Surveilans
PD3I

Penemuan kasus Lumpuh Layuh Akut yang Penemuan kasus DEMAM-RUAM yang Rendah –
Rendah – Surveilans kurang sensitif Surveilans kurang sensitif

Bila surveilans kurang sensitif, maka kasus maupun KLB PD3I


tidak terdeteksi dengan cepat sehingga penyebarannya dapat
menjadi luas
POLIO
Penilaian Risiko POLIO
Jumlah Kab/Kota % Kab/Kota
Provinsi
High Risk High Risk
Provinsi
Aceh 22 95.7
1; 3%
Sumatera Utara 32 97.0
Sumatera Barat 19 100.0
Riau 12 100.0
Low Risk
5; 15% Jambi 4 36.4
Sumatera Selatan 7 41.2
Medium Bengkulu 10 100.0
Lampung 9 60.0
Risk
28; Bangka Belitung 4 57.1
High 82% Kepulauan Riau 2 28.6
Jakarta 5 83.3
Risk
Jawa Barat 17 63.0
Jawa Tengah 12 34.3
DI Yogyakarta 0 0.0
Jawa Timur 18 47.4
Banten 5 62.5
Kab/Kota Bali 2 22.2
20; 4% Nusa Tenggara Barat 4 40.0
Nusa Tenggara Timu 22 100.0
Kalimantan Barat 13 92.9
Low Risk Kalimantan Tengah 12 85.7
121; Kalimantan Selatan 13 100.0
23% Kalimantan Timur 4 40.0
Medium Kalimantan Utara 5 100.0
Risk Sulawesi Utara 10 66.7
373; Sulawesi Tengah 11 84.6
High 73% Sulawesi Selatan 19 79.2
Risk Sulawesi Tenggara 16 94.1
Gorontalo 6 100.0
Sulawesi Barat 6 100.0
Maluku 10 90.9
Maluku Utara 10 100.0

28 Provinsi, 373 Kab/Kota di Indonesia are Daerah Risiko Tinggi Papua Barat
Papua
INDONESIA
10
22
373
76.9
75.9
72.6

*Polio Risk Assessment with WHO Tools Year 2020 Data as of 21 Oct 2021
Penemuan Kasus AFP (Acute Flaccid Paralysis/Lumpuh Layuh Akut)
Indonesia, 2019 - 2021
Kinerja penemuan kasus AFP
Penemuan Kasus AFP per Bulan 2019 (N=1879)
pada tahun 2021 mulai 2019 - 2021 2020 (N=601) - 68%
250 triwulan kedua meningkat
2021 (N=1055) + 85%
dibandingkan tahun 2020
200 194 199 194
190
181 187
165 167 164
150 148
Cases

1540 138
127 119
107 109
100 5
90
69 69 60
50 45 42
56 54 53 54
35 41
31 26 32
17 19 22
0
Jan Mar Apr Jun 99
Jul Aug Sep Oct Nov Dec
May
Feb Penemuan Kasus AFP TW 3 Penemuan Kasus AFP TW 4
Penemuan Kasus AFP TW 2 (Jul – Sept) 2019 - 2021 (Oct - Dec) 2019 - 2021
2019
Penemuan Kasus AFP TW 1 (Apr – Jun) 2019 - 2021
500 (Jan – Mar) 2019 – 2021 400 600 600 2020
294%
450 2019 384 2019 583 2019
448 500 500 548 2021
400 33% 2020 2020 2020
300
350 464
2021 2021 400 2021 400
300
80%

Cases
85%
Cases

Cases

Cases
250 299 200 140% 300 100% 300
50%
200 185
200 200 70%
150
149 100 173
100 100 100 139
50 77
86
0 0 0 0
Jan - Mar Apr - Jun Jul - Sep Jul - Sep
Source:
• FP1 weekly report Published 29 Jan 2022 / : kenaikan/penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya
Performa Surveilans AFP
Indonesia, 2007 - 2021
5 100
89.5 89.6
87.7 86.4 87.5
4.5 83.7
85.6 84.3 90
83.3 82.8
79.5 80.4
78.4 77.1
4 80

3.5 67.4 70

Specimens Adequate
Non Polio AFP Rate

3 2.75 2.81 2.76 2.77 2.74 60


2.63 2.66 Capaian non polio
2.54
2.4 2.42 AFP rate
2.5 2.29
meningkat
2.02 202510
1.98 dibanding tahun
2 2020 40

1.5 1.23 30

1 0.82 20

0.5 10

0 0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
2021
Non Polio AFP Rate Non Polio AFP Rate Target (2/100000) Specimens Adequate Specimens
Adequate Target (80%)
• Non-Polio AFP minmal 2 per 100000 penduduk usia <15 tahun
•Indikator Surveilans
Persentase AFP: Adekuat minimal 80%
Spesimen Published 29 Jan 2022
Non-POLIO AFP Rate dan Persentase Spesimen Adekuat 2020 - 2021
Indonesia - 2021 2020 2021
NP-AFP Rate: 1.23 ; Spesimen Adequate= 67.4% % KaKo dgn % KaKo dgn
Provinsi #KaKo dgn #KaKo dgn
NPAFP rate NPAFP rate
5 100 100 100.0 NPAFP >=2 NPAFP >=2
97 >=2 >=2
89 90 90.0 ACEH 3 13% 5 22%
87 86
83 83 SUMATERA_UTARA 0 0% 1 3%
4 80 81 80.0
76 77
SUMATERA_BARAT 5 26% 9 47%
68
71
68 69 70.0 RIAU 0 0% 1 8%
67
62 63
3 62 60.0 JAMBI 4 36% 6 55%
NP-AFP Rate

59
SUMATERA_SELATAN 1 6% 5 29%

NUSA_TENGGARA_TIMUR
NUSA_TENGGARA_BARAT
50 50 50 50.0
BENGKULU 1 10% 3 30%

KALIMANTAN_SELATAN

KALIMANTAN_TENGAH
47

SULAWESI_TENGGARA
KALIMANTAN_TIMUR

KALIMANTAN_BARAT

44

KALIMANTAN_UTARA
SUMATERA_SELATAN
BANGKA_BELITUNG

2 SULAWESI_SELATAN 40.0 LAMPUNG 1 7% 2 13%

SULAWESI_TENGAH
40

SUMATERA_UTARA
SUMATERA_BARAT

SULAWESI_UTARA
KEPULAUAN_RIAU

SULAWESI_BARAT
37
MALUKU_UTARA

BANGKA_BELITUNG 3 43% 4 57%


JAWA_TENGAH

30.0

PAPUA_BARAT
30

JAWA_TIMUR

JAWA_BARAT
YOGYAKARTA

GORONTALO
27 KEPULAUAN_RIAU 0 0% 2 29%

INDONESIA

BENGKULU

LAMPUNG
1 20 20.0 JAKARTA 1 17% 6 100%

MALUKU
JAKARTA

BANTEN
PAPUA
JAMBI

13 JAWA_BARAT 4 15% 5 19%

ACEH

RIAU
10.0
BALI

JAWA_TENGAH 8 23% 17 49%


0 0 0 0.0
YOGYAKARTA 1 20% 0 0%
Provinsi
JAWA_TIMUR 8 21% 10 26%
NP-AFP Rate Target NP-AFP Rate Specimen Adequate Target Specimen Adequate BANTEN 0 0% 1 13%
BALI 5 56% 6 67%
Indonesia – 2020 NUSA_TENGGARA_BARAT 0 0% 1 10%
NPAFP Rate: 0.82 ; Spesimen Adequate = 80,4% NUSA_TENGGARA_TIMUR 0 0% 0 0%
3 100 100 100 100 100 100 100 100.0 KALIMANTAN_BARAT 0 0% 3 21%
96 96 100 100 93 KALIMANTAN_TENGAH 2 14% 2 14%
93 90.0
88 86 86 88 KALIMANTAN_SELATAN 2 15% 5 38%
83
80 80 80.0
75 KALIMANTAN_TIMUR 2 20% 7 70%
69 71 70.0
2 68 67 67 KALIMANTAN_UTARA 2 40% 2 40%
NP-AFP Rate

58 60.0 SULAWESI_UTARA 6 40% 2 13%

Nusa Tenggara Timur


50.0 SULAWESI_TENGAH 3 23% 1 8%

Nusa Tenggara Barat


50 50
Kalimantan Selatan

Kalimantan Tengah
Sulawesi Tenggara

44
Kalimantan Timur

Sumatera Selatan
Kalimantan Utara

SULAWESI_SELATAN 3 13% 9 38%

Kalimantan Barat
Sulawesi Selatan

40.0
Sulawesi Tengah

40
Bangka Belitung

Sumatera Utara
Kepulauan Riau
Sumatera Barat
Sulawesi Utara

Sulawesi Barat
Maluku Utara
DI Yogyakarta

1 33 33 SULAWESI_TENGGARA 3 18% 6 35%


Jawa Tengah

30.0
Papua Barat

Jawa Timur

INDONESIA

Jawa Barat

27 GORONTALO 0 0% 0 0%

Gorontalo
Bengkulu
Lampung
20.0
Maluku
Banten
Jakarta

SULAWESI_BARAT 1 17% 2 33%


Papua
Jambi

Aceh

Riau

10.0
Bali

MALUKU 2 18% 1 9%
0 0 0.0 MALUKU_UTARA 1 10% 4 40%
Provinsi
PAPUA_BARAT 4 31% 6 46%
NP-AFP Rate Target NP-AFP Rate Specimen Adequate Target Specimen Adequate PAPUA 10 34% 7 24%
No case/report NP AFP rate 1 - 1,99
Published 29 Jan 2022 INDONESIA 86 17% 141 27%

NP AFP rate < 1 NP AFP rate ≥ 2


CAMPAK - RUBELA
Penilaian Risiko Transmisi Campak
#Very High % Very High
Overal Risk Risk & High Risk & High
Provinsi Status_Prov Risk Districts Risk Districts
Provinsi
2; 6% Aceh VHR 23 100.0
Low Risk Sumatera Utara VHR 30 90 .9
(LR) Sumatera Barat VHR 19 100.0
13; Riau VHR 12 100.0
Medium 38% Jambi VHR 7 63.6
Risk (MR) 10; Sumatera Selatan VHR 8 47.1
29% Bengkulu MR 3 30.0
High Risk Lampung HR 5 33.3
(HR) Bangka Belitung VHR 6 85 .7
9; 27% Kepulauan Riau MR 6 85 .7
Very High DKI Jakarta LR 2 33.3
Risk (VHR) Jawa Barat MR 16 59.3
Jawa Tengah MR 14 40.0
DI Yogyakarta LR 2 40.0
Jawa Timur MR 13 34.2
Banten MR 5 62.5
Kab/Kota Bali LR 0 0.0
32; 6% Nusa Tenggara Barat LR 9 90 .0
Low Risk Nusa Tenggara Timu HR 18 81 .8
Kalimantan Barat HR 11 78 .6
(LR) Kalimantan Tengah HR 11 78 .6
236; 115;
Medium Kalimantan Selatan HR 13 100.0
46% 22% Kalimantan Timur VHR 8 80 .0
Risk (MR)
Kalimantan Utara VHR 5 100.0
High Risk Sulawesi Utara HR 10 66.7
(HR) 131; Sulawesi Tengah MR 12 92.3
26% Sulawesi Selatan VHR 23 95.8
Very High Sulawesi Tenggara HR 17 100.0
Risk (VHR) Gorontalo MR 6 100.0
Sulawesi Barat HR 6 100.0
Maluku HR 8 72.7
Maluku Utara VHR 9 90 .0
22 Provinsi, 367 KabKota memiliki Risiko Sangat Tinggi dan Risiko Tinggi Papua Barat
Papua
VHR
VHR
6
24
46.2
82 .8
INDONESIA VHR 367 71.4

*Measles Risk Assessment with WHO Tools Year 2020 Published 15 Dec 2021
Penemuan Kasus Suspek Campak Per Bulan
Kinerja penemuan suspek campak tahun
2021 masih jauh dibawah kinerja 2019, Indonesia, 2019 - 2021
namun sejak triwulan 2 2021 terdapat
peningkatan disbanding 2020 2019 (N=8828)
Penemuan Kasus Suspek Campak per Bulan 2020 (N=3434) 61%
1000 2019 - 2021 2021 (N=2859) 16%
992 914
893 858
800 088 1
762
810
722 744
651 631 626
600 589 603 573
Cases

451
400 406

200 11973 165


153 150
122 115 153 137
92 104 0 98 84 91
71 190 70
0
21
Jan Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Feb
Kasus Suspek Campak TW 2 Kasus Suspek Campak TW 3 Kasus Suspek Campak TW 4
Kasus Suspek Campak TW 1 (Apr – Jun) 2019 - 2021 (Jul - Sep) 2019 - 2021 (Oct - Dec) 2019 - 2021
3000 (Jan – Mar) 2019 - 2021 2000 2500 2019 2500 2019
8% 1800 2020 2020
2500 2019 2019 2297 460%
2677 1600 1799 2000 2000
2452 2055 2021 2021
2020 1400 2020
2000
1200 1500 1500 1680
2021 2021

Cases
Cases
Cases
Cases

1500 1000
78%
800 28% 1000 160% 1000
1000 600 87%
86% 776
86% 400 500 500
500 505
200 393 298
349 291
0 0 0 0
Jan - Mar Apr - Jun Jul - Sep Oct - Des
Source:
• Routine report (MR-02 report)
• Measles Lab Information System (MLIS) Data as received on Central on 20 Jan 2022 / : kenaikan/penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya
Non-Measles – Non-Rubella Discarded Rate by Province
Tahun 2021 sebanyak 4 Indonesia, 2020 - 2021
provinsi dapat mencapai
5 target discarded (bukan 2020 2021
Discarded Rate 2021 #KaKo dgn % KaKo dgn #KaKo dgn % KaKo dgn
campak – bukan rubella) Provinsi
discarded discarded discarded discarded rate
0.81
4 rate rate >=2 rate >=2 rate >=2 >=2
ACEH 6 26% 3 1
Discarded Rate

SUMATERA_UTARA 0 0% 0
3 SUMATERA_BARAT 3 16% 3 1

NUSA_TENGGARA_TIMUR
RIAU 0 0% 0

NUSA_TENGGARA_BARAT
KALIMANTAN_SELATAN

KALIMANTAN_TENGAH
SULAWESI_TENGGARA

JAMBI 1 9% 1

KALIMANTAN_TIMUR

KALIMANTAN_BARAT

KALIMANTAN_UTARA

SUMATERA_SELATAN
2
BANGKA_BELITUNG

SULAWESI_SELATAN
SULAWESI_TENGAH

SUMATERA_UTARA
SUMATERA_BARAT
SUMATERA_SELATAN 1 6% 1
SULAWESI_UTARA

KEPULAUAN_RIAU
SULAWESI_BARAT
MALUKU_UTARA

JAWA_TENGAH
BENGKULU 1 10% 2 2
PAPUA_BARAT

JAWA_BARAT
JAWA_TIMUR
YOGYAKARTA

GORONTALO
LAMPUNG 2 13% 1

INDONESIA
BENGKULU
LAMPUNG
1

MALUKU
JAKARTA

BANTEN
BANGKA_BELITUNG 3 43% 3 43%

PAPUA
JAMBI
ACEH

RIAU
BALI

KEPULAUAN_RIAU 1 14% 0
0 JAKARTA 5 83% 6 10
Provinsi JAWA_BARAT 3 11% 2
Discarded Rate Target Discarded Rate JAWA_TENGAH 8 23% 8 2
YOGYAKARTA 5 100% 4 80
JAWA_TIMUR 5 13% 4 1
BANTEN 1 13% 1 1
6 BALI 0 0% 3 33%
Discarded Rate 2020 NUSA_TENGGARA_BARAT 0 0% 0
NUSA_TENGGARA_TIMUR 0 0% 0
5 1.01 KALIMANTAN_BARAT 0 0% 1
KALIMANTAN_TENGAH 0 0% 0
Discarded Rate

4 KALIMANTAN_SELATAN 2 15% 1

NUSA_TENGGARA_TIMUR
NUSA_TENGGARA_BARAT
KALIMANTAN_TIMUR 0 0% 1 1
KALIMANTAN_SELATAN

KALIMANTAN_TENGAH
SULAWESI_TENGGARA

3 KALIMANTAN_UTARA 0 0% 0
SUMATERA_SELATAN
KALIMANTAN_TIMUR

KALIMANTAN_UTARA

KALIMANTAN_BARAT
SULAWESI_SELATAN
BANGKA_BELITUNG

SULAWESI_TENGAH

SUMATERA_UTARA
SUMATERA_BARAT

SULAWESI_UTARA 2 13% 3 2

KEPULAUAN_RIAU
SULAWESI_UTARA

SULAWESI_BARAT
MALUKU_UTARA
DI_YOGYAKARTA

SULAWESI_TENGAH 0 0% 2 1
JAWA_TENGAH

2 PAPUA_BARAT
JAWA_BARAT

JAWA_TIMUR
DKI_JAKARTA

GORONTALO
SULAWESI_SELATAN 3 13% 2
INDONESIA

BENGKULU
LAMPUNG

SULAWESI_TENGGARA 1 6% 5 29%

MALUKU
BANTEN

1
PAPUA
JAMBI

GORONTALO 0 0% 0
ACEH

RIAU
BALI

SULAWESI_BARAT 1 17% 3 50%


0 MALUKU 0 0% 0
Provinsi MALUKU_UTARA 0 0% 6 60%
Discarded Rate Target Discarded Rate PAPUA_BARAT 0 0% 3 2
PAPUA 3 10% 1
Data as received at central on 20 Jan 2022 INDONESIA 57 11% 70 1
Peta Sebaran Kasus Campak Konfirmasi Lab dan Rubela Konfirmasi Lab
Indonesia, 2021
Provinsi Aceh
Provinsi Kalimantan Utara Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Sulawesi Tengah
1. Kota Banda Aceh (R) Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Selatan
1. Kota Tarakan (R) 1. Kota Samarinda (C) 1. Kota Pontianak (C) 1. Kota Banjarmasin (C & R) 1. Kota Kotamobagu (R) 1. Kota Palu (C)
2. Aceh Besar (R)
3. Bireun (C & R) 2. Kutai Kartanegara (C) 2. Sanggau (C & R)
4. Pidie Jaya (R) 3. Kota Bontang (C) 3. Kota Singkawang (R)
Provinsi Riau 4. Penajem Paser Utara (C) Provinsi Sulawesi Barat
5. Aceh Tamiang (C) Provinsi Maluku Utara
1. Kota Pekanbaru (R) 1. Poliwari Mandar (R)
Indragiri Hilir (R) 2. Mamuju Tengah (C) 1. Kota Ternate (C)
Provinsi Sumatera Barat 2. 2. Halmahera Barat (C & R)
1. Kota Padang (C) 3. Halmahera Selatan (C & R)
2. Kota Payakumbuh (C & R) Provinsi Bengkulu 4. Halmahera Timur (C)
3. Pasaman (C) 1. Kota Bengkulu (C & R) 5. Pulau Morotai (R)
4. Kota Pariaman (R) 2. Bengkulu Selatan (R)
5. Padang Pariaman (C)
6. Tanah Datar (C)
Provinsi Jambi
Provinsi Sumatera Selatan 1. Kota Jambi (C & R)
1. Ogan Ilir (C) 2. Tanjung Jabung Timur (R)
2. Kota Palembang (C & R) 3. Tanjung Jabung Barat (C & R)
Provinsi Bangka Belitung Provinsi Banten
1. Kota Pangkal Pinang (R) 1. Pandeglang (R)
2. Bangka (R) 2. Kota Tangerang (R)
3. Bangka Selatan (C) 3. Kota Serang (C & R) Provinsi Jawa Tengah
4. Kota Tangerang Selatan (C & R) 1. Kota Salatiga (R)
2. Provinsi Jawa Timur Provinsi Sulawesi Selatan
Provinsi Lampung Kota Surakarta (C & R) Provinsi DI Yogyakarta 1. Tana Toraja (R)
3. Banyumas (R) 1. Kota Yogyakarta (R) 1. Gresik (R)
1. Kota Bandar Lampung (C & R) Provinsi Jawa Barat Provinsi Bali 2. Enrekang (R)
4. Cilacap (R) 2. Kulon Progo (C & R) 2. Sidoarjo (C & R)
1. Kota Bandung (R) 1. Jembrana (C) 3. Barru (C)
Provinsi DKI Jakarta 5. Wonosobo (C & R) 3. Gunungkidul (C) 3. Ponorogo (C) Provinsi Papua Barat
2. Kota Sukabumi (C) 2. Tabanan (C & R) 4. Sidrap (R)
1. Kota Jakarta Pusat (C & R) 6. Tegal (R) 4. Sleman (R) 4. Lumajang (C & R) 1. Raja Ampat (R)
3. Cianjur (R) 3. Badung (C & R) 5. Jeneponto (R)
2. Kota Jakarta Utara (C & R) Brebes
7. (R) 5. Bantul (C & R) 5. Situbondo (C & R) 2. Kaimana (C)
4. Cirebon (C & R) 4. Klungkung (C & R) 6. Luwu Timur (C & R)
3. Kota Jakarta Barat (C & R) 8. Jepara (R) 6. Kota Surabaya (C & R)
5. Garut (R) 5. Gianyar (R) Provinsi Sulawesi Tenggara Provinsi Papua
4. Kota Jakarta Selatan (C & R) 9. Blora (C & R) 7. Kota Blitar (C & R)
6. Kota Bekasi (R) 6. Kota Denpasar (R) 1. Kolaka (R) 1. Kota Jayapura (C)
5. Kota Jakarta Timur (C & R) 10. Sukoharjo (R) 8. Kota Kediri (C)
7. Kota Depok (C) 7. Karangasem (C) 2. Muna (R) 2. Yahukimo (R)
6. Kepulauan Seribu (C) 11. Karanganyar (C & R) 9. Kota Batu (C & R)
8. Bandung Barat (C & R) 12. Semarang (C) 10. Kota Mojokerto (R) 3. Kota Kendari (C & R) 3. Lanny Jaya (R)
9. Bandung (C & R) 13. Demak (C) 11. Kota Pasuruan (R)
121 Kasus campak konfirmasi laboratorium terdapat di 68 Kab/Kota di 24 Provinsi
: C ampak
(C ) 245 Kasus rubela konfirmasi laboratorium terdapat di 81 Kab/Kota di 25 Provinsi
Data 20 Jan 2022 Dots are randomly plac ed within
Kasus Positive Campak Per Usia Kasus Positive Rubela Per Usia
Tahun 2020 – 2021 di Tahun 2020 – 2021 di Indonesia
Indonesia
60
40

35 < 15 yr ≥ 15 yr
< 15 yr ≥ 15 yr 50 2021 : 84 % (N=207) 2021 : 16% (N=38)
2021 : 74% (N=89) 2021: 26% (N=32) 2020 : 80 % (N=121) 2020 : 19 % (N=29)
30 2020 : 80 % (N=251) 2020 : 15 % (N=48)
40
Kasus positif campak paling Kasus positif rubela paling
25
banyak pada Kelompok usia banyak pada Kelompok usia
< 15 tahun < 15 tahun

Kasus
Kasus

20 30
2020 2020

15 2021 2021
20

10 4%
1%
10 0%
5
0%

0 0

24

28

32
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22

26

30

34
36
38
40
Unknown
12

26

40
0
2
4
6
8
10

14
16
18
20
22
24

28
30
32
34
36
38

Unknown

Usia Usia
Source:
• Routine report (MR-02 report)
• Measles Lab Information System (MLIS) Data 20 Jan 2022
Riwayat Imunisasi Kasus Campak Positif dan Rubela Positif Berdasarkan Kelompok Usia
Indonesia, 2021
Status Imunisasi Kasus Campak Positif 0 dose Status Imunisasi Kasus Rubela Positif 0 dose
2021 2021
1 dose 1 dose
21% 20%
2 or more doses 2 or more doses
41% 42%
Unknown Unknown

22% Mayoritas Kasus positif campak dan 21%

rubela tidak pernah atau tidak lengkap


16% 17%
imunisasinya

Kasus Campak Konfirmasi Laboratorium Kasus Rubela Konfirmasi Laboratorium


100% 100% 5%
16% 3% 15% 20% 18%
90% 90%
24% 36% 31%
80% 39% 80% 30%
70% 47% 70%

Measles cases
Percentage

60% 22% 60%


50% 50% 35% 16%
40% 40% 37%
30% 30% 11%
19%
20% 6% 20%
10% 71% 10%
36% 6%
0% 0% 0% 22% 7% 0%
55%
< 1 year 1 -18%
4 year 5 - 9 year 10 -0%
14 15+ year Unknown < 63%
1 year 1 - 4 year 5 - 9 year 10 - 14 15+ year Unknown
year Age Group 44%year Age Group
21% 37%
56%
27%
0 doses21% 1 dose 2 or more doses Unknown 0 doses 1 dose 2 or more doses Unknown
26% 27%
Data as received at central on 20 Jan 2022
Sebaran KLB Campak Rubela per Provinsi
Tahun 2021 - 2022
KLB Campak-Rubela (2 campak, 3 rubela)
KLB Rubela (3 kasus) KLB Rubela (3 rubela)
Kota Kotamobagu
Kab. Halmahera Barat
Kab. Pulau Morotai 2021
Provinsi Maluku Utara
Provinsi Sulawesi Utara Provinsi Maluku Utara
Incidence rate per
KLB Rubela (3 rubela) No. Provinsi Kab/Kota 1 juta penduduk
Kab. Halmahera Selatan
Campak Rubela
Provinsi Maluku Utara

1 Maluku Utara Halmahera Barat 16.87 25.31


2 Maluku Utara Halmahera Selatan 8.46 21.16
3 Maluku Utara Pulau Morotai 0.00 58.32
4 Papua Yahukimo 0.00 71,38
5 Jawa Timur Situbondo 1.45 13.06
KLB Rubela (6 kasus) 6 Sulawesi Selatan Barru 17.14 0.00
Kab. Situbondo KLB Rubela (14 rubela)
Provinsi Jawa Timur KLB Campak (3 campak) 7 Sulawesi Utara Kota Kotamobagu 0.00 22.71
Kab. Yahukimo
Kab. Barru Provinsi Papua
Provinsi Sulawesi
Selatan

KLB Rubela (2 rubela)


2022 Kota Ambon
Prov Maluku

Incidence rate per


No. Provinsi Kab/Kota 1 juta penduduk
Campak Rubela

1 Maluku Kota Ambon 0 1.10


2 Jawa Timur Kota Batu 0 0.01

KLB Rubela (4 rubela)


Kota Batu
Prov Jawa Timur
Data 30 Jan 2022
DIFTERI
Suspek Difteri Per Bulan
Indonesia, 2019 - 2021
Pelaporan Kasus Suspek Difteri per Bulan
2019 - 2021 2019 (N=944)
120
2020 (N=259)
106
100 2021 (N=235)
91 89 90 88
84 82
80
75
69 69 67
65
Cases

60 60
52

40 38
30 32
25
28 28
20 19 16 15 14 14 14 13
11 10 8
12
8 7
6
3
0 0
Jan Feb Mar Apr May Jun Periode Jul Aug Sep Oct Nov Dec

Kasus Suspek Difteri TW 1 (Jan – Mar) Kasus Suspek Difteri TW 2 (Apr – Jun) Kasus Suspek Difteri TW 3 (Jul - Sep) Kasus Suspek Difteri TW 4 (Okt - Des)
300 2019 - 2021 250 2019 - 2021 300 300 2019 - 2021
2019 - 2021
250 2019 200 2019 250 2019 250 2019
265 37%
200 2020 194 2020 200 240 2020 200 245 2020
150
2021 2021 2021

Cases
Cases
Cases

2021

Cases
150 150 150
168 100 313%
100 73% 82% 14% 100 100
90%
50 50 86% 53% 50
98
50
46 34 39 34 52 23
0 0 0 0
Cumulative Cumulative Cumulative Cumulative

/ : kenaikan/penurunan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Data as of 30 Jan 2022
Suspek Difteri Per Minggu Tahun 2021-2022 di Indonesia

14
2021 = 235 suspek
2022 = 25 suspek
12

10
Jumlah kasus

0
10

12

17

19

21

30
31

38

40

42

47

49

51
52
2
3
4
5
6
7
8
9

11

13
14
15
16

18

20

22
23
24
25
26
27
28
29

32
33
34
35
36
37

39

41

43
44
45
46

48

50

2
3
4
Mg 1 - 2021

Mg 1 - 2022
Mingguan Epid
Source: DIF-3 Monthly Report, PHEOC
Data 30 Jan 2022
Kab/Kota Terdampak Difteri Tahun 2021; 96 Kab/Kota di 23 Provinsi
Provinsi Kalimantan Barat Provinsi Kalimantan Tengah Provinsi Kalimantan Timur
Provinsi Aceh Provinsi Sulawesi Tenggara
1. Kota Pontianak 1. Kapuas 1. Kota Balikpapan
1. Kota Banda Aceh 1. Kota Kendari Provinsi Gorontalo
2. Kota Singkawang 2. Penajam Paser Utara
2. Aceh Timur 2. Buton 1. Pohuwato
3. Sintang Provinsi Kalimantan Selatan
3. Bireun
4. Sambas 1. Kota Baru
4. Kota Lhokseumawe Provinsi Sulawesi Selatan
5. Mempawah 2. Kota Banjar Baru
5. Nagan Raya 1. Kota Makassar
6. Melawi
7. Bengkayang 2. Luwu Provinsi Maluku
Provinsi Sumatera Utara 8. Kubu Raya 3. Bulukumba 1. Maluku Tenggara Barat
1. Langkat
2. Mandailing Natal Provinsi Papua Barat
3. Kota Medan 1. Kota Sorong
2. Raja Amat
Provinsi Sumatera Barat
1. Kota Pariaman Provinsi Papua
2. Solok Provinsi Lampung 1. Kota Jayapura
3. Kota Padang 1. Lampung Selatan
2. Lampung Utara
Provinsi Riau 3. Lampung Tengah Provinsi Jawa Barat
1. Kota 4. Lampung Timur 1. Kota Bandung
Pekanbaru 5. Tulang Bawang 2. Kota Bogor
Provinsi Jambi 3. Bogor Provinsi Jawa Timur : Difteri konfirmasi lab
1. Kota Jambi 4. Cianjur Provinsi Jawa Tengah 1. Gresik 12. Kota Surabaya : Difteri klinis
2. Muaro Jambi 5. Majalengka 1. Sragen 2. Sidoarjo 13. Kota Madiun
Provinsi DKI Jakarta
6. Bekasi 2. Wonosobo 3. Jombang 14. Sampang
Provinsi Sumatera Selatan 1. Jakarta Utara Suspek difteri secara klinis sudah
7. Purwakarta 3. Temanggung 4. Tuban 15. Malang
1. Kota Palembang 2. Jakarta Barat termasuk kasus difteri namun sampel
8. Bandung 4. Kota Semarang 5. Ngawi 16. Nganjuk
2. Empat Lawang 3. Jakarta Selatan tidak diperiksa karena kasus meninggal,
9. Kota Bekasi 5. Kudus 6. Magetan 17. Kota Batu
3. Musi Banyuasin 4. Jakarta Timur atau pasien tidak mampu membuka
10. Kota Depok 7. Blitar 18. Kota Blitar
5. Jakarta Pusat mulut karena kesakitan, atau sampel
11. Bandung Barat 8. Pasuruan 19. Kota Mojokerto
Provinsi Bangka Belitung 12. Indramayu 9. Lumajang 20. Bangkalan diambil namun sudah tidak adekuat
1. Bangka Provinsi Banten 13. Kota Sukabumi 10. Situbondo 21. Bojonegoro untuk pemeriksaan laboratorium
2. Bangka Tengah 1. Kab Tangerang 14. Karawang 11. Sumenep 22. Lamongan
Source: DIF-3 Monthly Report, PHEOC
15. Sukabumi 23. Tulungagun Data as received at Central on 30 Jan 2022
Kasus Difteri Berdasarkan Kelompok Usia dan Status Imunisasi
Indonesia, 2021
Kasus Difteri Berdasarkan Kelompok Usia

<1 y
Status Imunisasi Kasus Difteri, 2021
Unknown 1%
0% 0 dosis
15%
2021 39% Belum lengkap
1-4 y 19% 235 cases
15+ y 24%
Lengkap
30%
27% Tidak tahu

10-14 y
6%
Sebagian besar penderita difteri memiliki status
5-9 y
imunisasi “tidak diketahui”, “0 dosis” dan
39%
“belum lengkap”
Kasus difteri paling banyak pada anak kelompok
usia < 15 tahun

Kelengkapan dihitung berdasarkan riwayat imunisasi DPT bayi, Data as received on Central at
baduta, dan BIAS (DT, Td) masing-masing kasus sesuai kelompok usia 30 Jan 2022
Kasus Kematian Difteri, Indonesia
Indonesia, 2021
2021 CFR= 11%, lebih tinggi dari COVID-19
Indonesia, Jumlah kasus kematian = 24
11%
7
6
Jumlah kasus meninggal

6
N suspek Hidup
5 235
Meninggal
4
3 3 3
3
2 2
2
1 1 1 1 1
1
Status Imunisasi Kasus Kematian Difteri
0
LAMPUNG

JAMBI
BANTEN

BANGKA_BELITUNG
JAKARTA

SULAWESI_TENGGARA

JAWA_TIMUR
SUMATERA_BARAT
KALIMANTAN_BARAT

SULAWESI_SELATAN
SUMATERA_SELATAN
13%
0 dosis
8%
Belum lengkap
Lengkap
Tidak jelas
79%

Sebagian besar kasus difteri yang meninggal tidak pernah


diimunisasi atau tidak lengkap imunisasinya
Kelengkapan dihitung berdasarkan riwayat imunisasi DPT bayi,
Data as received on central on 30 Jan 2022 baduta, dan BIAS (DT, Td) masing-masing kasus sesuai usia
TETANUS NEONATORUM
Kasus Tetanus pada Bayi Baru Lahir (Tetanus Neonatorum), 2020 - 2021

Tetanus Neonatorum merupakan tetanus yang terjadi pada bayi baru


lahir (usia ≤ 28 hari), dapat berakibat kematian

Bayi berisiko tinggi tetanus bila status imunisasi tetanus pada ibu
tidak lengkap
Indonesia telah mencapai eliminasi tetanus neonatorum pada tahun
2016, tugas kita adalah mempertahankannya

2020
4 cases 2021
11 cases
Meninggal Meninggal

50
2 %
9
82
%

Source:
Surveillance: Monthly TN Report as of 30 Jan 2022) : 1 NT case
Terdapat 11 kasus TN dengan 9 kematian *Dots are randomly placed within

(CFR 82%) tahun 2021 provinces


Status Imunisasi Ibu Kasus TN
Indonesia, 2021

Status Imunisasi Ibu Kasus TN Status Imunisasi Ibu Kasus Kematian TN

> 80% Ibu tidak


pernah mendapat
11%
18% imunisasi Tetanus

Kasus TN Kasus Kematian TN


11 Kasus 9 Kasus

82%
89%

TT2+ TT1 Tidak Imunisasi Tidak Jelas TT2+ TT1 Tidak Imunisasi Tidak Jelas
Data as received on Central at
30 Jan 2022
Ringkasan Kinerja Surveilans dan Situasi PD3I
• Capaian kinerja tahun 2021 secara nasional belum mencapai target yang diharapkan.
Namun Kinerja penemuan kasus AFP pada tahun 2021 mulai triwulan kedua meningkat
dibandingkan tahun 2020 (85%).
• Penurunan jumlah pelaporan kasus DEMAM-RUAM dengan spesimen yang adekuat,
dengan capaian Discarded campak-rubela menurun 16% dibandingkan capaian tahun
2020.
• Belum maksimalnya upaya pelacakan kontak erat untuk kasus Difteri yang dilanjutkan
dengan pemberian profilaksis dan imunisasi.
• Jumlah laboratorium pemeriksa sampel PD3I yang terakreditasi yang terbatas dan
terpusat di Pulau Jawa
• Kasus-kasus konfirmasi yang ditemukan memiliki riwayat vaksinasi yang tidak lengkap
 Kewaspadaan untuk daerah-daerah kantong yang berisiko tinggi.
• Peningkatan jumlah kabupaten berisiko sangat tinggi dan tinggi tahun 2021 sesuai dengan
hasil risk assessment WHO untuk Polio (21%) dan Campak-Rubella (69%) dibandingkan
tahun 2020.
• Meningkatnya KLB Campak –rubella, difteri dan pertussis
TERGET PROGRAM
SURVEILANS PD3I 2022 -
2024
TARGET PRORAM SURVEILANS PD3I 2022 -2026

• Pada tahun 2026 mencapai eradikasi polio global,


Eradikasi polio global mempertahankan status bebas polio

Tercapainya target eliminasi global • Pada tahun 2023 mencapai eliminasi campak dan
dan regional pengendalian rubela/CRS (verifikasi WHO tahun 2026)
• Mempertahankan status eliminasi tetanus pada ibu
dan bayi
Tercapainya target non Polio AFP
rate dan MR discarded rate di setiap • Seluruh kab/kota mencapai non polio AFP rate > 2 per
kab/kota
100.000 anak < 15 tahun
• 100.000
Seluruh kab/kota
pendudukmencapai
• MRjejaring
Pengembangan discarded
laboratorium rate
rujukan >untuk
2 per
pemeriksaan serologi
campak-rubela/CRS di 10 B/BTKL dan Labkesda/BLK yang telah memenuhi

• Pengendalian difte ri syarat:


a. Tahun 2021: BBLK Makassar, BBLK Jakarta, BBTKL-PP: Jakarta,
PD3I lainnya • Pengendalian pert usis Surabaya, Yogyakarta, Banjarbaru.
b. Tahun 2022: Labkesda Jakarta dan 6 BTKL-PP lainnya.
• Rencana pengembangan laboratorium kultur dan elek test difteri di 9 B/BTKL-PP
dan laboratorium kultur difteri di Labkesda/BLK yang telah memenuhi syarat.

• Menambah jejarin g
Pengembangan laboratorium Lab
pemeriksaan campak-rubella, difteri, AFP, Pertusis dan PD3I
rujukan PD3I lainnya yan
• Lab polio lingkungan
g
37
ma
RENCANA TINDAK LANJUT TAHUN 2022

1. Monitoring dan Evaluasi Berkala :


 Menggunakan media bulletin mingguan,
 umpan balik 3 bulanan,
 kunjungan lapangan dan pertemuan rutin (desk review) setiap 2 minggu pada
semua kab/kota.
 Pertemuan evaluasi berkala
2. Pelatihan bagi petugas surveilans :
 Saat ini sudah mempunyai modul pelatihan berstandard BPPSDMK
 Melaksanakan pelatihan bekerjasama dengan PPSDM-PAEI.
 Pelatihan kombinasi daring dan on the job training,
3. KIE Surveilans PD3I
 Penyediaan KIE PD3I bagi Nakes dan Masyarakat bekerja sama dengan Promkes,
Unicef, CDC dan WHO
RENCANA TINDAK LANJUT TAHUN 2022

4. Sosialisasi/worshop
 Pedoman surveilans pertusis dan TN
5. Menjamin ketersediaan Logistik PD3I
 Media amis difteri dan pertussis
 ADS
 Reagen
 Alat pengambilan spesimen polio dan campak-rubela
6. Pendampingan respon KLB ke provinsi /kab/kota kejadian KLB
7. Bekerja sama dengan Komli PD3I pada setiap kejadian peningkatan kasus dan KLB
strategi penanggulangan dan pengendalian
8. Memastikan setiap kasus PD3I yang ditemukan diambil spesimen yang adekuat
9. Koordinasi lintas sektor dan mitra pembangunan/donor.
Kesimpulan dan
Saran
• Kesimpulan
• Penurunan cakupan imunisasi rutin berakibat pada peningkatan dan bahkan
KLB kasus PD3I seperti Campak, Rubela dan Difteri.
• Menurunnya sensitivitas surveilans yang berpotensi kasus tidak bisa
ditindaklanjuti secara cepat dan berpotensi menimbulkan KLB.
• Saran
• Diperlukan upaya cepat untuk menutup immunity gap terutama di wilayah-
wilayah kantong.
• Penguatan surveilans untuk mendapatkan gambaran riil di lapangan, tindak
lanjut cepat untuk mencegah penularan lebih lanjut dan potensi KLB.
• Dukungan dan kolaborasi semua pihak baik pemerintah, swasta dan Lembaga
donor untuk meningkatkan cakupan imunisasi dan memperkuat surveilans.

Anda mungkin juga menyukai