Anda di halaman 1dari 31

SITUASI, KONDISI DAN KEBIJAKAN NASIONAL

SURVEILANS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN


IMUNISASI (PD3I) DI INDONESIA DAN SKDR DI RS
DISAMPAIKAN PADA SEMINAR ILMIAH PENINGKATAN KAPASITAS TENAGA KESEHATAN DALAM DETEKSI
PENYAKIT YANG BERPOTENSI KLB TERMASUK PD3I
17 JANUARI 2023

Direktorat Pengelolaan Imunisasi


Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

1
1. Pendahuluan
2. Kebijakan dan Strategi Surveilans PD3I
3. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon di RS
Outline
4. Masalah dan Tantangan
5. Upaya Yang Dilakukan
6. Kesimpulan

2
1. Pendahuluan
Outline

3
PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN
IMUNISASI (PD3I) MASIH MENGANCAM DUNIA

▪ Imunisasi mencegah 2-3 juta kematian setiap tahun


akibat penyakit seperti difteri, tetanus, pertusis,
influenza, dan campak (WHO, 2021)
▪ Terdapat berbagai vaksin untuk mencegah >20
penyakit yang mengancam jiwa, membantu orang-
orang dari segala usia hidup lebih lama, hidup lebih
sehat

▪ PD3I masih mengancam dan diperlukan cakupan


imunisasi yang tinggi dan merata supaya:
1. Mencegah individu dari penyakit yang berbahaya
2. Mencegah penularan di masyarakat
4
TARGET GLOBAL DAN NASIONAL
Eradikasi Polio Eliminasi Campak- Eliminasi Pengendalian Pengendalian
Rubela/CRS Tetanus Neonatorum Difteri Pertusis

• 2014 SEARO • 2023 Indonesia • 2015 Tetanus


bebas polio eliminasi Campak Neonatorum eliminasi
(Indonesia) dan Rubela / CRS di seluruh region Target Nasional Target Nasional
Indonesia Indonesia
• 2026 Eradikasi • 2023 SEARO • Indonesia
Polio eliminasi Campak mempertahankan
dan Rubela / CRS status Eliminasi TN

• Capaian imunisasi • Capaian imunisasi • Capaian imunisasi • Capaian imunisasi • Capaian imunisasi
tinggi dan merata tinggi dan merata tinggi dan merata tinggi dan merata tinggi dan merata
• Surveilans AFP dg • Surveilans MR dg • Jumlah kasus TN • Rerata CFR 5-10% • Surveilans kasus
target Non-Polio target Discarded <1 per 1000 untuk kasus Difteri pertusis
AFP rate: ≥ 2 / (Bukan Campak- kelahiran hidup di
100.000 Anak < 15 Bukan Rubela) tingkat kako
tahun rate: ≥ 2/100.000
penduduk
5
Indikator Renstra Kemenkes 2020-2024
Program Imunisasi
(sbg Pendukung Pencapaian Indikator RPJMN)
2020 2021 2022 2023 2024
No Indikator Targe Capaian* Targe
Target Capaian Target Capaian (sd Target
t Oktober) t
IKP
Persentase Kab/Ko yang mencapai target N/A (Indikator ini baru dimulai tahun 2022)
1 75 47,9% 85 95
imunisasi rutin
IKK

Persentase bayi usia 0-11 bulan yang


1 92,9 84,2 93,6 84,5 90 87,2 100 100
mendapat imunisasi dasar lengkap

Persentase bayi usia 0-11 bulan yang


2 N/A (Indikator ini baru dimulai tahun 2022) 90 78,8 100 100
mendapat antigen baru*

Persentase anak usia 12-23 bulan yang


3 76,4 65,5 81 58,9 90 81,4 100 100
mendapat imunisasi lanjutan baduta

Persentase anak yang mendapatkan


imunisasi lanjutan lengkap di usia sekolah
4 N/A (Indikator ini baru dimulai tahun 2022) 70 34,3 80 90
dasar ***

Persentase wanita usia subur yang memiliki


5 status imunisasi T2+ N/A (Indikator ini baru dimulai tahun 2022) 60 62,9 80 100

Data sampai dengan 5 Januari 2023


2. Kebijakan dan Strategi Surveilans PD3I
Outline

7
KEBIJAKAN SURVEILANS AFP DAN SURVEILANS CAMPAK-RUBELA/CRS
AFP CAMPAK-RUBELA/CRS

Penemuan kasus lumpuh layuh akut (AFP) di Penemuan suspek campak di semua fasyankes dan
semua fasyankes setiap suspek campak dilakukan penyelidikan
epidemiologi dalam 1 x 24 jam
Setiap suspek campak diambil spesimen serum dan
Setiap kasus AFP dilakukan penyelidikan diperiksa di lab rujukan

Setiap suspek campak yg ditemukan dalam periode


Setiap kasus AFP diambil spesimen tinja dan 5 hari sejak onset ruam, dilakukan swab nasofaring
diperiksa di lab rujukan atau diambil urine, diperiksa di lab rujukan. Minimal
1 kasus per kab/kota/tahun
Pelaporan dengan formulir sesuai pedoman. Berlaku
laporan nihil (zero report) jika tidak ditemukan suspek Jejaring lab. campak-rubela melalui surveilans
yang memenuhi kriteria di fasilitas pelayanan labkesmas
kesehatan
Pelaporan dengan formulir sesuai pedoman. Berlaku
laporan nihil (zero report) jika tidak ditemukan suspek
Surveilans polio lingkungan
yang memenuhi kriteria di fasilitas pelayanan
kesehatan
8
MEMPERTAHANKAN ELIMINASI TETANUS MATERNAL & NEONATAL
(TMN)

UPAYA MENCAPAI VALIDASI UPAYA MENJAGA


ELIMINASI TMN ELIMINASI TMN ELIMINASI TMN
TAHUN 2015
Surveilans adekuat Surveilans adekuat

Persalinan & perawatan tali Persalinan & perawatan tali


pusat yg bersih dan aman pusat yg bersih dan aman

Imunisasi Tetanus rutin


Imunisasi Tetanus rutin (bayi,
TT /Td tambahan/WUS pd
baduta, anak sekolah & WUS)
daerah berisiko tinggi

9
KEBIJAKAN SURVEILANS DIFTERI DAN PERTUSIS
DIFTERI PERTUSIS

Setiap suspek yang memenuhi kriteria dan kasus


Setiap suspek difteri dilakukan penyelidikan dilaporkan ke dinkes kab./kota dalam waktu 24 jam,
epidemiologi dan penanggulangan dilakukan penyelidikan epidemiologi dan
penanggulangan

Ketersediaan logistik, ADS, dan Profilaksis oleh


pemerintah pusat maupun daerah Setiap suspek diswab nasofaring/aspirat nasofaring
dan darah (Serum), diperiksa di laboratorium

Penelusuran kontak erat, pemberian Profilaksis dan Penelusuran kontak erat dan pemb erian Profilaksis
imunisasi
Berlaku laporan nihil (zero report) jika tidak
Pelaporan sesuai standar ditemukan suspek yang memenuhi kriteria dan kasus
di unit pelayanan kesehatan

Pemeriksaan spesimen di laboratorium provinsi / RS Jejaring lab. pertusis melalui surveilans labkesmas
/ B-BTKLPP / Nasional

10
3. Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon di RS
Outline

11
Konsep Dasar Kewaspadaan Dini

Jika SKDR berjalan dengan baik maka KLB


dapat diminimalisir jumlah kasus dan luasnya 12
Penyakit Potensial KLB (PMK 1501/2010)

1. Kolera 10. Avian Influenza H5N1


2. Pes 11. Antraks
12. Leptospirosis
3. DBD
13. Hepatitis
4. Campak 14. Influenza A (H1N1)
5. Polio 15. Meningitis
6. Difteri 16. Yellow Fever
7. Pertusis 17. Chikungunya
8. Rabies
*Plus Penyakit lainnya yang
9. Malaria ditetapkan oleh Menteri

13
Dasar Hukum Pelaksanaan SKDR

Unit yang melakukan pelaporan SKDR

Klinik/Fasyankes
Puskesmas RS
lainnya

Laboratorium
KKP Dinkes pemeriksa
Manfaat SKDR
Mengetahui gambaran penyakit potensial KLB setiap
minggu di tingkat puskesmas, kecamatan, kabupaten,
provinsi dan nasional

Sebagai tools untuk mendeteksi adanya indikasi KLB di


setiap tingkat dan sebagai dasar untuk melakukan respon

Dapat digunakan untuk evaluasi keberhasilan program


pencegahan dan pengendalian penyakit
PENEMUAN KASUS
DI RUMAH SAKIT
Surveilans Aktif, Surveilans Pasif dan
Hospital Record Review (HRR)

16
Kegiatan Surveilans di Rumah Sakit

Surveilans Pasif Surveilans Aktif Hospital Record


Tenaga Kesehatan Petugas Surveilans Review (HRR)
Melaporkan Pasien datang ke
yang datang ke RS, unit/poli/bangsal yang Mereview catatan
yang memenuhi kriteria/ berpotensi merawat medis/ register di
definisi operasional kasus PD3I, dilakukan seluruh unit yang
kasus secara reguler merawat kasus PD3I

17
Penyampaian surat penguatan partisipasi
pelaksanaan surveilans PD3I dan
Implementasi SKDR di RS dan Laboratorium

18
Kelengkapan informasi antara lain :
1. Jumlah Kasus
2. Jumlah Kematian
3. Jumlah Kasus Yang Dirawat Di
- AFP Rumah Sakit
Daftar - Tersangka difteri
- Tersangka 4. Identifikasi Kasus Berdasarkan
Penyakit atau campak
Orang, Tempat, Dan Waktu
Kejadian Yang Kejadian
Wajib Tetanus 5. Kapan Waktu Awal Kejadian
Dilaporkan Neonatorum
6. Identifikasi Gejala Utama Yang Timbul
Segera 7. Langkah-Langkah Yang Telah
(< 24 Jam) Dilakukan
8. Spesimen Apa Yang Telah Diambil
Dan Dikirim Ke Laboratorium
9. Sumber Informasi
10. Mobilisasi Tim Gerak Cepat
4. Masalah dan Tantangan
Outline

20
MASALAH
Adanya potensi terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang mulai naik signifikan sejak awal 2022

154 kab/kota di 33 Provinsi terdampak difteri tahun 2022 Kejadian campak confirmed meningkat lebih dari 32 x lipat dan rubella 3
x lipat dibandingkan 2021

30 Provinsi, 415 kab/kota di Indonesia BERISIKO TINGGI transmisi polio

Risiko yang akan datang:


• Gagal pencapaian target eliminasi Campak-Rubela pada tahun 2023
• Gagal mempertahankan Indonesia Bebas Polio yang telah dicapai sejak
2014
• Peningkatan kasus dan KLB dapat menjadi beban ganda di tengah
pandemi yang belum selesai

21
UPDATE PENEMUAN KASUS POLIO DI KAB. PIDIE, ACEH
Dari Hasil Surveilans Kasus AFP yang dilakukan oleh Dinkes Kab. Pidie Aceh Terkonfirmasi Kasus Tersebut
Adalah Kasus Polio
Linimasa penemuan kasus Pengambilan
Dikirim ke Lab 31 spesimen
Biofarma sebagai Lab anak sehat
Anak mulai Masuk RSUD Sampel ke Sampel Rujukan Nas Polio utk dan 4 orang
sakit TCD Sigli Provinsi diterima BKPK sekuensing terkonfirmasi
6 Okt 18 Okt 25 Okt 28 Okt 8 Nov VDPV2

9 Okt 21-22 Okt 27 Okt 7 Nov 10 Nov 11 Nov


Onset Lumpuh 2 spesimen Sampel kirim ke Hasil RT PCR keluar: Hasil Sekuensing
diambil Jakarta Tipe 2 Polio Virus keluar :
dan Tipe 3 Sabin VDPV Tipe 2 dan
VPV Tipe 3
Inisial: AK (L)
Lahir: 26 Agustus 2015
Usia: 7 tahun 1 bulan
Alamat: Desa Mane, Kecamatan Mane, Kab.Pidie, Aceh
Gejala: monoparese tungkai kiri, tidak ada gangguan raba
Dx awal: Ischialgia
Riwayat imunisasi: tidak pernah diimunisasi semua antigen
Riwayat bepergian: tidak ada

22
Peta KLB Polio Aceh, 2022
Kabupaten Pidie
Provinsi Aceh

⮚ 1 kasus VDPV Type 2


Usia 7 tahun (tidak pernah mendapatkan imunisasi)
Desa Mane, Kec. Mane
Tgl mulai lumpuh 09 October 2022, terkonfirmasi 10 Nov 2022

⮚ 4 anak sehat positif VDPV 🡪 Status menjadi cVDPV2


Tgl ambil spesimen: 11 November 2022
Lanjutan
Adanya potensi terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang mulai naik signifikan sejak awal 2022

13 kab/kota di 10 Provinsi terdampak TN tahun 2022 38 kab/kota di 16 Provinsi terdampak Pertusis tahun 2022

Keterangan:
= Kasus konfirmasi lab
= Kasus kompatibel klinis

Risiko yang akan datang:


• Gagal mempertahankan eliminasi yang telah dicapai sejak 2016
• Peningkatan kasus dan KLB dapat menjadi beban ganda di tengah pandemi yang belum selesai
24
SITUASI SISTEM KEWASPADAAN DINI PENYAKIT POTENSIAL KLB RUMAH SAKIT DI
INDONESIA TAHUN 2022

Masih ada beberapa Provinsi yang belum melakukan


pelaporan penyakit potensial KLB di RS ke dalam SKDR.
25
Tantangan
1. Rendahnya komitmen pemerintahan daerah dalam hal penyediaan
anggaran dan sumber daya
2. Tingginya rotasi petugas yang sudah terlatih dan beban ganda
pekerjaan
3. Ketersediaan logistik, ADS dan reagen yang tidak tepat waktu
4. Terbatasnya laboratorium pemeriksa PD3I
5. Keterlambatan penemuan kasus dan pelaporan kasus PD3I
6. Penemuan kasus di Rumah Sakit masih rendah, baik RS
pemerintah maupun swasta
7. Penyelidikan epidemiologi yang belum optimal
8. Respon dan penanggulangan yang belum menjadi perhatian
sehingga potensi penularan yang semakin meluas

26
5. Upaya Yang Dilakukan
Outline

27
Upaya Yang Sudah Dilakukan
Penguatan Surveilans PD3I Penguatan Imunisasi rutin

28
6. Kesimpulan
Outline

29
Kesimpulan

1. Rendahnya cakupan imunisasi dan


disparitas cakupan antar wilayah yang
menyebabkan peningkatan kasus PD3I
2. Penanggulangan yang tidak optimal
menyebabkan semakin meluasnya daerah
terdampak kasus PD3I dan KLB
3. Dibutuhkan komitmen yang kuat dari
pemerintah pusat dan daerah dalam
ketersediaan anggaran, sarana prasarana
dan sumber daya manusia
4. Perlu adanya Peningkatan pelaksanaan
SKDR di RS dan Puskesmas

30
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai