RIWAYAT PENDIDIKAN :
SURVEILANS AFP
SURVEILANS CAMPAK-RUBELLA
SURVEILANS DIFTERI
SURVEILANS TN
ERADIKASI POLIO
01 2014 : SEARO bebas polio ELIMINASI CAMPAK &
(Indonesia) RUBELA/CRS
2023 : DUNIA bebas polio 02 2023 : INDONESIA Eliminasi Campak &
Rubela/CRS
2023 : SEARO Eliminasi Campak &
Rubela/CRS
ELIMINASI
TETANUS NEONATORUM
03 2015 : Tetanus Neonatorum Eliminasi di PENGENDALIAN DIFTERI
Seluruh Region 04
TARGET NASIONAL INDONESIA SAAT INI
SAAT INI INDONESIA MEMPERTAHANKAN
STATUS ELIMINASI TN
Indikator
surveilans
Dibuktikan campak-rubela/CR
dengan S yang adekuat:
Tidak ada surveilans • Discarded rate
campak- bukan campak-
transmisi
rubela/CRS bukan rubela
virus campak & yang adekuat ≥2/100.000
rubela MINIMAL penduduk
SELAMA 3 THN • Reporting rate
berturut-turut suspek CRS
≥1/10.000 KLH
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PENGENDALIAN DIFTERI
TT tambahan/WUS
Persalinan bersih Imunisasi Tetanus
Surveilans
rutin Imunisasi anak
sekolah
Pelaksanaan surveilans PD3I yaitu surveilans AFP (Lumpuh Layuh Akut) dan
surveilans Polio-Lingkungan, surveilans Campak-Rubela, surveilans Difteri,
surveilans CRS (Congenital Rubella Syndrome), surveilans Pertussis dan
surveilans Tetanus Neonatorum HARUS TETAP DILAKSANAKAN SECARA
RUTIN
INDONESIA mendapat
sertifikat bebas dari virus
polio liar tahun 2014
namun Tahun 2019 ditemukan
KASUS POLIO di kab
Yahukimo
SURVEILANS
AFP/LUMPUH LAYUH
AKUT
Poliomyelitis
(POLIO c
300
1988, GPEI 800
650
Jumlah kasus (ribuan)
600
369 359
400
230
200 74 37 22 30
200
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
17 Oktober
2019, eradikasi
0 virus polio liar
tipe 3
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2012
2013
2011
*as of 7 Aug. 2018; case count will be updated regularly (current numbers:
http://www.polioeradication.org/Dataandmonitoring/Poliothisweek.aspx 2014, Sertifikasi Bebas Polio
2015, Eradikasi Polio Liar 2
STRATEGI ERADIKASI POLIO
• Moping –Up :
– Memutus transmisi, dilakukan sesegera mungkin setelah ditemukan
virus polio, sebagai Out Break response.
• PIN :
– Memutus transmisi virus polio, dilakukan serentak, pada saat transmisi
rendah.
POLIO
POLIO (VACCINE
(WILD POLIO
KASUS AFP
VIRUS)
DERIVED
POLIOVIRUS)
Tungka Kelemaha
i lemas n
AFP
Tidak bisa
Tidak
menggerakka
n kaki/tangan
bisa
bangun
Tidak
DIREKTORAT SURVEILANS bisa DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL jalan
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PENEMUAN KASUS AFP
RUMAH SURVEILANS
RUMAH
BERBASIS
MASYARAKAT
SAKIT RUMAH SAKIT
SURVEILANS PUSKESMAS
Tugas Puskesmas untuk PRAKTEK
SWASTA
BERBASIS meyakinkan
SIAPAbahwa
SAJA YANG semua kasus
MENEMUKAN
MASYARAKAT AFP yang datang
KASUS ke unit ini
sudah dilaporkan.
FASYANKES
PKK LAIN
KEPALA
DESA
BIDAN
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
APAKAH KASUS AFP ITU ADALAH POLIO ?
Kasus AFP BELUM TENTU POLIO
Untuk menentukan bukan polio TINJA kasus harus diambil:
Diambil 2 kali dengan jarak tinja pertama
dan tinja kedua minimal 24 jam AGAR SPESIMEN
Diambil dalam 14 hari sejak anak ADEKUAT
mulai lumpuh
DinKes DinKes
Cek! Cek!
Propinsi Kabupaten
Terlambat lapor
Kurir
Kurang dingin
Kurang volume
Bocor
Kering/busuk
Lab/BBLK
PENANGANAN SURVEILANS KASUS AFP OLEH PUSKESMAS
Kelumpuhan
Kelumpuhan Kelumpuhan
14 hari-2
≤ 14 hari > 2 bulan
bulan
Isi FP1 Isi FP1
Isi FP1 Ambil spesimen
TINJA Lakukan KU
Lakukan KU 60 60 hari
Ambil hari
spesimen Buat Form. KU 60 hr &
Buat Form. KU 60
TINJA Resume Medis
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
hr & Resume Medis
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
37
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Tujuan Surveilans AFP
1. DOKTER MENDIAGNOSA
Atau B SUSPEK POLIOMYELITIS
LAMA BARU
✘
BATUK, BATUK,
PILEK PILEK
DAN ATAU DAN ATAU
CONJUNG CONJUNG
TIVITIS TIVITIS
✘ ✘
MACULAR ATAU Petechiae atau
Papulovesicular
MACULOPAPULAR Purpura
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
07/12/2022 dr.Cornelia Hesadarma 49
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIAGNOSIS
✘
DENGUE CAMPAK
HAEMOR
RUBELA
RHAGIC-
BANDING
FEVER
DEMAM
DAN RUAM
✘VARICELLA
Epstein-
Barr virus
✘
DEMAM
Roseola
HFMD DAN Infantum
RUAM
Other
Viral Scarlet
Exanthem Fever
a
Meningoc
Kawasaki Early occal
disease Rocky infection
Mountain (early)
spotted
fever
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
07/12/2022 dr.Cornelia Hesadarma 50
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
SUSPEK CAMPAK-RUBELA
CAMPAK RUBELLA
SUSPEK CAMPAK-RUBELLA
61
Surveilans Campak di Puskesmas
Petugas lab
Kss Campak Klinis Ambil spesimen serum 1cc, kirim ke kabupaten
Puskesmas
Petugas Surveilans
Dokter poliklinik
Catat di form MR01
Case manajemen & Vit A
Tim surveilans RS sebaiknya terdiri dari koordinator surveilans RS dan kontak person surveilans di setiap unit
yang yang berpotensi menemukan kasus suspek campak-rubella atau PD3I lainnya.
PENEMUAN KASUS 1. Kontak person menemukan setiap kasus campak-rubela di semua unit yang
berpotensi seperti Instalasi Rawat Inap dan Instalasi Rawat Jalan; Instalasi Rawat
Darurat; NICU/PICU/ICU; dan Instalansi Rekam Medis
2. Kontak person di bangsal, poliklinik dan rekam medis menelusuri setiap kasus
atau kematian yang disebabkan oleh bronchopneumonia, diare, ensefalitis, dan
lainnya apakah merupakan komplikasi dari penyakit campak. Jika merupakan
komplikasi dari penyakit campak maka, kasus tersebut harus dicatat dan
dilaporkan sebagai kasus campak.
PENGAMBILAN SPESIMEN 1. Petugas RS mengambil spesimen serum dan memasukkan kedalam tabung yang
telah diberi label: nama, umur dan tanggal ambil.
2. Simpan spesimen serum ke dalam refrigerator, Laporkan ke Dinkes kab/kota dan
diambil oleh petugas kabupaten/kota dan selanjutnya dikirim langsung ke
Laboratorium Campak Rubela
DIREKTORAT SURVEILANS NasionalKESEHATAN
DAN KARANTINA atau melalui provinsi dengan disertai form
MR-04.
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
12/07/2022 59
3. Mencatat data kasus KEMENTERIAN KESEHATAN
ke dalam RI
buku khusus sebagai dokumen di lab RS yang
Click icon to add picture
KLB CAMPAK
KLB Suspek Campak : Adanya 5 atau lebih kasus suspek
campak dalam waktu 4 minggu berturut-turut dan ada
hubungan epidemiologi.
KLB Campak Pasti : Apabila minimum 2 spesimen positif IgM DEFINISI
campak dari hasil pemeriksaan kasus pada KLB suspek
campak ATAU atau hasil pemeriksaan kasus pada CBMS
ditemukan minimum dua (2) spesimen positif IgM campak
dan ada hubungan epidemiologi.
KLB Rubela Pasti : Apabila minimum 2 spesimen positif IgM
rubela dari hasil pemeriksaan kasus pada KLB campak ATAU
atau hasil pemeriksaan kasus pada CBMS ditemukan
minimum dua (2) spesimen positif IgM rubela dan ada
hubungan epidemiologi.
Sumatera Selatan
RS Moh. Hoesin
Jawa Tengah
RSUP dr. KARIADI Jawa Timur
• RSUD dr. SOETOMO
• RSU Dr. Saiful Anwar
Yogyakarta
RSUP DR. SARDJITO
Bali CRS Surveillance provinces
RSUP SANGLAH
Sentinel Hospital
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
Reference Lab
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Congenital Rubella Syndrome
(CRS)
• Congenital Rubella Syndrome (CRS) • Infeksi pada awal
adalah suatu kumpulan gejala yang kehamilan paling
merupakan akibat infeksi virus rubela berbahaya (<12 mg)
selama kehamilan. • Weeks 1- 10 – 90% CRS*
• Bila infeksi rubela terjadi pada masa • Weeks 11-12– 33%
awal kehamilan akan menyebabkan • Weeks 13-14– 11%
abortus atau lahir mati • Weeks 15-16– 24%
• Apabila bayi tetap hidup akan terjadi • Weeks > 17– 0%
cacat berat (birth defect).
• Manifestasi klinis/organ yg
• Risiko infeksi dan cacat congenital terserang tergantung usia
paling besar terjadi selama trimester kehamilan saat infeksi.
pertama kehamilan
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DEFINISI KASUS CRS
1. Suspek CRS : Bayi usia <12 bln dengan
minimal satu gejala klinis pada kelompok A
2. CRS klinis: Bayi usia < 12 bln dengan: Manifestasi klinis CRS
• Dua manifestasi klinis kelompok A; ATAU Kelompok A
• Satu manifestasi klinis kelompok A DAN satu manifestasi
• Gangguan pendengaran
klinis kelompok B
• Penyakit jantung kongenital
Yang TIDAK dilakukan pemeriksaan LAB • Katarak kongenital ATAU Glaukoma kongenital
3. CRS Pasti : • Pigmentary retinopathy
Kasus suspek CRS dengan hasil pemeriksaan LAB salah satu
diantara berikut:
• jika usia bayi <6 bulan: IgM rubela (+) Kelompok B
• jika usia bayi 6 - <12 bulan: • Purpura
IgM dan IgG rubela (+); atau • Splenomegali
IgG dua kali pemeriksaan dengan selang waktu 1 bulan (+) • Microcephaly
• Retardasi mental
• Meningoensefalitis
4. Bukan CRS (Discarded CRS) : • Penyakit “Radiolucent bone”
Suspek CRS yang tidak memenuhi kriteria CRS klinis dan tidak • Ikterik yang muncul dalam waktu 24 jam setelah lahir
memenuhi kriteria CRS pasti
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
SURVEILANS CRS
• Pengamatan terus menerus secara sistematis
terhadap kasus CRS bukan sebuah
penelitian JIKA MEMUNGKINAN
RUJUK KE:
• Sasaran anak usia <12 bulan yang menderita
salah satu kelainan grup A (kelainan bawaan: • RSUD SOETOMO,
jantung, tuli, katarak, glaukoma, pigmentari SURABAYA
retinopati) • RSUD SYAIFUL ANWAR,
• Dilakukan penyelidikan/pemeriksaan lebih MALANG
lanjut adanya kelainan tambahan (grup A dan
atau grup B) Konsul ke Unit Anak, THT dan
Mata
• Dilakukan pengambilan serum dan pemeriksaan
spesimen di BBLK SURABAYA
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
JAWA TIMUR ELIMINASI
CAMPAK-RUBELLA !!
Caranya:
1. TEMUKAN dan LAPORKAN sebanyak-banyaknya kasus demam dan
ruam maculopapular melalui surveilans campak-rubela minimal
1 suspek campak / puskesmas/ bulan
2. PERIKSA SERUM SEMUA kasus suspek campak di BBLK Surabaya
untuk membuktikan CAMPAK PASTI atau RUBELA PASTI atau
BUKAN campak BUKAN rubela (DISCARDED)
3. LIBATKAN MASYARAKAT & SELURUH FASYANKES
PUSKESMAS, RS & FASYANKES SWASTA untuk menemukan &
melaporkan SETIAP KASUS DEMAM & RUAM MAKULOPAPULAR
Suspek Difteri
seseorang dengan gejala:
faringitis, tonsilitis, laringitis, trakeitis, atau kombinasinya;
demam atau tanpa demam;
adanya pseudomembran putih keabu-abuan yang sulit lepas,
mudah berdarah apabila dilepas atau dilakukan manipulasi.
Seksi Surveilans dan Imunisasi-Bidang
DIREKTORAT SURVEILANS Pencegahan
DAN KARANTINA dan Pengendalian Penyakit
KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
12/07/2022
12/07/2022 dr.
dr.Cornelia
Cornelia Hesadarma
Hesadarma 72
Dinas Kesehatan Provinsi
KEMENTERIAN Jawa
KESEHATAN RI Timur
SURVEILANS DIFTERI
Setiap satu kasus suspek difteri harus segera dilaporkan dalam 1 x 24 jam
Setiap suspek difteri dilakukan penyelidikan epidemiologi dalam 2 x 24 jam:
Deteksi dini kasus secara klinis dan laboratorium serta tatalaksana kasus untuk mencegah kematian
(ADS) dan penularan (Antibiotika) sesuai dengan protokol pengobatan difteri;
Mencari kasus tambahan dalam radius 50 m (Ro/reproductive nomor 6-7);
Menelusuri kontak erat;
Tatalaksana kontak erat (contact tracing) Memutus penularan melalui pemberian obat profilaksis kpd
kontak erat;
Melakukan kajian faktor resiko untuk penanggulangan dan menghentikan penularan.
Setiap suspek difteri diambil spesimen dan dilakukan pemeriksaan laboratorium kultur
Suspek difteri dengan hasil kultur positif dilanjutkan dengan pemeriksaan toksigenisitas
menggunakan ELEK test.
Setiap KLB difteri dilakukan Outbreak Response Immunization (ORI) dengan cakupan minimal
90% luas ORI 1 kab/kota (ATAU minimal 1 kecamatan); interval ORI 0-1-6 bulan; tanpa
mempertimbangkan cakupan imunisasi di wilayah KLB
Seksi Surveilans dan Imunisasi-Bidang
DIREKTORAT SURVEILANS Pencegahan
DAN KARANTINA dan Pengendalian Penyakit
KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
12/07/2022
12/07/2022 dr.
dr.Cornelia
Cornelia Hesadarma
Hesadarma 74
Dinas Kesehatan Provinsi
KEMENTERIAN Jawa
KESEHATAN RI Timur
KONTAK ERAT
Semua orang yang pernah kontak (secara fisik: berbicara atau terkena
percikan ludah saat batuk/bersin) dengan kasus suspek difteri
Sejak 10 hari sebelum timbul gejala sakit menelan sampai 2 hari setelah
pengobatan (masa penularan).
Yang termasuk dalam kategori kontak erat adalah:
Kontak erat satu rumah: tidur satu atap
Kontak erat satu kamar di asrama
Kontak erat teman satu kelas, guru, teman bermain
Kontak erat satu ruang kerja
Kontak erat tetangga, kerabat, pengasuh yang secara teratur mengunjungi rumah
Petugas kesehatan di lapangan dan di RS
Pendamping kasus selama dirawat
DIREKTORAT SURVEILANS DAN KARANTINA KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
12/07/2022 dr. Cornelia Hesadarma 75
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
KLB DIFTERI
BATASAN
1. Ditemukan satu Suspek Difteri dengan konfirmasi laboratorium kultur positif
ATAU
2. Ditemukan satu Suspek Difteri yang mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus
kultur positif
Satu suspek difteri dilakukan penanganan lebih dini untuk mencegah penyebaran difteri yang lebih
luas.
Semua kasus suspek difteri tetap ditatalaksana sesuai dengan penanganan KLB (dilakukan PE dan
penanggulangan sesuai SOP)
PENETAPAN
Kepala Dinas Kab/Kota, Provinsi, atau Menteri Kesehatan
PENCABUTAN
Tidak ditemukan kasus suspek difteri baru selama 4 minggu sejak timbulnya gejala kasus terakhir.
Seksi Surveilans dan Imunisasi-Bidang
DIREKTORAT SURVEILANS Pencegahan
DAN KARANTINA dan Pengendalian Penyakit
KESEHATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
12/07/2022
12/07/2022 dr.
dr.Cornelia
Cornelia Hesadarma
Hesadarma 76
Dinas Kesehatan Provinsi
KEMENTERIAN Jawa
KESEHATAN RI Timur
BAGAN PENANGGULANGAN DIFTERI
Manajemen Kasus
(Rujuk ke RS)
Deteksi Dini Kasus dilaporkan
(dg Format W1)
Ambil spesimen, Pengobatan Pengawasan minum obat
Kasus (AB & ADS), dan imunisasi (PMO) thdp ESO dan pencegahan
setelah 1 bln ADS DO
Membunuh
Penyelidikan Kontak Erat Kasus kuman
Epidemiologi Profilaksis dan menghentikan
Penelusuran Imunisasi
(Form PE) penularan !!
Kegiatan surveilans rutin PD3I yang ada tetap dilaksanakan untuk mencegah timbulnya KLB PD3I di
tengah pandemi COVID-19
Meningkatkan deteksi dini melalui sistim SKDR dan segera laporkan dalam 24 jam jika ada suspek
PD3I atau indikasi KLB
Melelakukan sosialisasi dan pelatihan bagi petugas surveilans Kab/kota di seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan (termasuk swasta), agar meningkatkan penemuan kasus dan melaporkan