PENGENDALIAN VEKTOR
TERPADU
drs. Budi Pramono,MKes
Direktorat Pencegahan & Pengendalian Penyakit
Tular Vektor dan Zoonotik
Ditjen PP dan P, Kemenkes RI
Disampaikan pada Pertemuan Workshop penemuan kasus aktif 1-2-5 di Serang 2018
TEROBOSAN PROGRAM P2P UNTUK PERCEPATAN CAPAIAN
INDIKATOR PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR
Menurunkan
Penyehatan Menurunkan AKI Morbiditas, Mortalitas Upaya
dan AKB dan Disabilitas
Lingkungan Penyakit Menular Penunjang
(6 upaya) (5 Upaya)
Menurunkan Menurunkan
1. Penyehatan air Morbiditas, Mortalitas 1. Imunisasi
minum Stunting dan Disabilitas PTM
2. Penyehatan 2. Surveilans
sanitasi dasar 3. Karantina
3. Pengamanan Kesehatan
limbah Remaja Putri, Wanita Usia
4. Higene sanitasi Subur, Ibu Hamil, Ibu Semua Golongan Umur 4. Pengendalian
Menyusui, Bayi Baru Lahir
dasar vektor
5. Kawasan sehat Pencegahan Primer, Sekunder dan Tersier 5. Upaya
6. Penyehatan Kesehatan
TTU Pengendalian
Pengendalian
Matra
Penyakit Tidak
Penyakit Menular
Menular
(30 Penyakit)
(15 Penyakit)
STRUKTUR ORGANISASI
Kepala Sub
Bagian Tata
Usaha
Subdit
13 Subdit Subdit Subdit Subdit Pengendalian
Pengendalian Pengendalian Pengendalian Pengendalian Penyakit
Penyakit Vektor dan Penyakit Penyakit Filaria&
Malaria BPP Arbovirosis Zoonosis Kecacingan
PROGRAM UNGGULAN, INTERVENSI DAN TEROBOSAN
DIREKTORAT P2PTVZ
Program Unggulan Terobosan Intervensi
1. Eliminasi 1.Akselerasi, 1. Kampanye kelambu massal,
intensifikasi pengendalian di
Malaria 2030 Intensifikasi dan daerah fokus, surveilans migrasi
2. Eliminasi Eliminasi & assesment utk sertifikasi
eliminasi.
Filariasis 2020 2.Pelaksanaan Bulan
2. Pemberian Obat Massal
Eliminasi Kaki Gajah Pencegahan (POPM) Filariasis
3. Penurunan (BELKAGA) serentak pada total penduduk di
Insidens DBD daerah endemis filariasis setiap
3.Gerakan “ 1 rumah bulan Oktober
4. Eliminasi 1 Jumantik ” untuk 3. Pembentukan petugas
Rabies 2020 mencegah demam pemantau jentik pada setiap
5. Pengendalian berdarah Rumah Tangga, Instansi
Pemerintah / Swasta, Sekolah &
Vektor Terpadu 4.Pendekatan “One Tempat-tempat Umum
(IVM) Health” 4. Kegiatan pengendalian rabies
secara multi sektor mulai dari
5.Intensifikasi perencanaan, pelaksanaan
surveilans vektor sampai evaluasi
5. Peningkatan kapasitas SDM dan
kwalitas surveilans vektor serta
teknik pengendalian vektor yg
komprehensif
DISTRIBUSI LOKAL/FOKUS:
PES
JAPANESE ENCEPHALITIS (JE)
LEPTOSPIROSIS
HANTA VIRUS
Shistosomiasis eliminasi kapan??
Keterangan
Rabies
Flu Burung Malaria endemis rendah
Schistosomiasi IR DBD ≥ 65/ 100.000 pddk
Leptospirosi
sAntraks Malaria endemis sedang sEndemis Filariasis IR DBD 49 - 65/ 100.000 pddk
1. Eliminasi Rubela
2. Eliminasi Filariasis
Penyakit Tular
3. Eradikasi Schistomiasis
1.PIN Vektor dan
4. Eliminasi Rabies
2.Switch Zoonotik
5. Reduksi DBD
tOVP-
6. Eradikasi Frambusia
bOVOP Indonesia
3.Intro IVP 7. Eliminasi campak
8. E- MTCT Bebas TB
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2024 2025 2030 2050
Eliminasi 2017-
2018 Eliminasi 1. Eliminasi Malaria
Maternal
MR Kusta 2. Getting To Three
Neonatal Zero HIV-AIDS
Campai
Tetanus gn 3. Eliminasi Hep- C
MASALAH DAN TANTANGAN VBPP
MASALAH DAN TANTANGAN
PENGENDALIAN VEKTOR DAN BPP
• Masih menjadi masalah kesehatan masyarakat
(malaria,DBD dan Filaria) KLB,Kematian, Kecacatan
• Penanggulangan Vektor yang tidak Optimal ( Fogging
salah sasaran,tempat dan waktu, distribusi LLIN dll)
dan kurangnya keterlibatan masyarakat
• Penggunaan insektisida yang tidak rasional dan masih
menjadi prioritas utama
• Terjadinya resistensi vektor terhadap insektisida
• Data vektor belum digunakan dalam pengambilan
keputusan/evaluasi
MASALAH DAN TANTANGAN
PENGENDALIAN VEKTOR DAN BPP (2)
• Masih minimnya data vektor ( resistensi vektor,
pemetaan dan bionomik vektor, sibling spesies dan
mekanisme terjadinya resistensi pada vektor,
transovarial,kapasitas vektor)
• Perbedaan Endemisitas antar wilayah di Indonesia
yang beragam
• Belum terlaksananya kegiatan surveilans vektor
sehingga masih terjadi KLB untuk beberapa penyakit
TVZ antara lain DBD, Malaria, Cikungunya
• Tidak terkontrolnya penggunaan Insektisida termasuk
penggunaan dalam Rumah tangga
MASALAH DAN TANTANGAN
PENGENDALIAN VEKTOR DAN BPP (3)
• Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah
• Mobilitas penduduk dari/ke daerah endemis ke / dari
daerah non endemis
• Perubahan lingkungan sebagai pemicu munculnya berbagai
penyakit
• Diketahuinya reservoar baru yi kera ekor panjang untuk
Plasmodium knowlesi
• Kesepakatan global untuk melakukan monitoring resistensi
vektor dan mekanisme resistensi
• Kegiatan pengamatan dan pengendalian vektor merupakan
upaya paling hulu untuk keberhasilan mencegah penularan
penyakit tular vektor belum optimal
NYAMUK
Merupakan vektor (perantara) potensial penular
penyakit
• Di Dunia Di Indonesia sudah diketahui:
- Genus : 41 a. 25 jenis nyamuk sbg penular
- Spesies : 3500 malaria
• Di Indonesia b. 22 jenis nyamuk sbg penular
- Genus : 5 filariasis
(Anopheles, Aedes, Culex, c. 2 jenis nyamuk sbg penular
Mansonia, Armigeres) DBD dan Chikungunya
d. 11 jenis nyamuk sbg penular
- Spesies : 321, diantaranya 41 Japanese Encephalitis
sbg vektor penular penyakit
Nyamuk yang Berperan sebagai Vektor, a.l:
Palembang 1998
8%
8%
20%
19% 41%
42%
Jayapura 1994
Jakarta 2004 32%
30%
Yogyakarta 1996
Makassar 2007-2010 Merauke 2001
Bandung 2002 Sasmono et.al (2010)
4 1
3 2
Corwin 2001; Suwandono 2006; Porter 2005; Graham 1999; Richards 1997; Sukri 2003 Serotype Legend
Keterlambatan terstruktur (10-14
hari)
Infected Transmiss
ible
10-14 hari
INKUBASI INTRINSIK (5-7 hari)
Onset Infected
Fever
Transmiss
ible
PROSES ADMINISTRATIF (5-7 hari)
Fogging / Kill
Self Visit Report to Health
Mosquito
medicati Clinics/ Office
Virus had been
on Diagnosis Confirmation (PE)
SATUAN EPIDEMIOLOGI ( Rumah, TTU,TTS dll)
Rumah Sakit / Puskesmas
ABJ dalam denah (seluruh area tersebut yang terdiri dari Rumah
penduduk,Perkantoran, tempat-tempat umum ) harus > 95%
SEBARAN VEKTOR dan RESEPTIVITAS
PENYEBARAN VEKTOR MALARIA DI INDONESIA Capaian Persentase Kabupaten/Kota yang Melakukan
Mapping Vektor dari Tahun 2010 – Mei 2014
16 2
Indikator TARGET (RENSTRA KEMENKES TH 2010-2014)
12 12 8 2 26 16 24 11 4 22
14 8
2010 2011 2012 2013 2014
16
10
9 7 13
Persentase kab/ kota yang 30 40 50 60 70
6 melakukan mapping vektor
16 s/d Mei :
16
3 5 7 13 64,78 %
26.09 % 40 % 51.61 % 61,52 %
16 15
18
16 17
10 2 6
Kab/Kota yang melakukan mapping vektor
12
15
23
25
20
21 350 303
16 16 1 300 256
250
10 16 177
13 19 200
150 115
6 24 16 4 24 16
100
SPECIES YANG TELAH DIKONFIRMASI 50
1. An. aconitus 11. An. minimus 21. An. leucosphyrus
2. An. balabacensis 12. An. nigerrimus 22. An. parangensis 0
3. An. bancrofti 13. An. punctulatus 23. An. umbrosus
4. An. barbirostris 14. An. sinensis 24. An. vagus 2010 2011 2012 2013
5. An. farauti 15. An. subpictus 25. An. tesselatus
6. An. flavirostris 16. An. sundaicus 26. An. peditaeniatus
7. An. koliensis 17. An. annularis
8. An. letifer 18. An. barbumbrosus
9. An. ludlowae 19. An. karwari
10. An. maculatus 20. An. kochi
15-30 menit
Stadium P.
Ookista
9-12 vivax
Ookinet hari dormant
5.4 Sel hati
12-36 hari terinfeksi
Sigot
Diploi jam Sison O
IRS
d 1 jam A
LLIN Eksflagelas
Larvasida i
15 DARAH M
Makro- menit
gametosit
9 hari Merozoit
Siklus
TRANSMISI KE menyebabka
NYAMUK n gejala klinis
Gametosit 43 – 48
jam
cinci
Sison
n
Trophozo
it
FAKTOR EPIDEMIOLOGI DLM PENULARAN PPTVZ
SOSIO-EKONOMI BIOLOGI
LINGKUNGAN
FISIK
Virus Parasit
PENYEBAB
dll Plasmodium
SURVEILANS DALAM PENDEKTESIAN
PENYAKIT TULAR VEKTOR dan
ZOONOTIK
Surveilans
Vektor
140
Surveilans Penularan
120
meningkat
Faktor Resiko Surveilans
100
Kasus
80
60
40
20
0
J P M A M J J A S O N D
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
FAKTOR RESIKO
Di wilayah dengan tingkat reseptivitas
vektor yang sesuai di lokasi tersebut seperti
larvasida atau manajemen lingkungan
tinggi,untuk menurunkan reseptivitas bila
perlu dilakukan pengendalian
DKK,Puskesmas,Ru
TOTAL 994 27 (2,7%) 1089 136 (12,5%) 1146 86 (7,5%) 86 77 (89,5%) 4. PAPUA 3,5 16,3 - 1,7 100 - DKK,Pusk,RS
mah Sakit
APA ITU VEKTOR ??
VEKTOR
Permenkes 374/2010 , Vektor adalah Artropoda
yang dapat menularkan, memindahkan dan/atau
menjadi sumber penular penyakit terhadap
manusia
IHR 2005, Vektor adalah serangga atau hewan lain
yang biasanya membawa bibit penyakit yang
merupakan suatu risiko bagi kesehatan masyarakat
VEKTOR
Binatang yg dpt menularkan/memindah- kan
dan atau menjadi sumber penular penyakit thd
manusia seperti :
-serangga,
-tikus
-anjing
-kucing
-binatang lainnya
SIKLUS HIDUP NYAMUK
TELUR NYAMUK
PERBEDAAN JENTIK BEBERAPA GENUS
1 CULEX 2 3
AEDES MANSONIA
4
ANOPHELES
SPESIES NYAMUK
MORFOLOGI NYAMUK
Thorax Antene
Palpi
Sayap (costa)
Femur Proboscis
Tarsus
PERKIRAAN UMUR NYAMUK
1-2 hr
6-8 hr 8-12 hr
1-2 hr
Pengumpulan Data.. ??
Penyelidikan dan
penanggulangan KLB.. ??
Surveilans Vektor...?? 37
Berdasarkan sasaran penyelenggaraan,
Surveilans Kesehatan terdiri atas:
Mapping/efikasi/
IDENTIFIKASI TINGKAT TINGKAT Uji kerentanan
INDIKATOR
Breeding, KEPADATAN KERENTANAN
PREVALENSI
Feeding, Resting VEKTOR VEKTOR
P2B2
Places
PERENCANAAN PROGRAM
MONITORING PROGRAM
Bio assay,
uji presipitin
EVALUASI PENCAPAIAN INDIKATOR
8.00
6.00
MHD
4.00
2.00
0.00
18-19 19-20 20-21 21-22 22-23 23-24 24-01 01-02 02-03 03-04 04-05 05-06
MHD di luar rumah 4.09 3.22 2.91 3.44 4.56 5.43 6.64 6.71 6.97 6.21 4.43 3.08
MHD di dalam rumah 3.66 2.71 2.31 2.76 3.78 4.48 5.21 5.49 5.69 4.99 3.33 2.12
MHD Rata-rata 3.88 2.97 2.61 3.10 4.17 4.96 5.93 6.10 6.33 5.60 3.88 2.60
Jam pengamatan
Tempat Anopheles spp. Beristirahat Pagi Hari
di Padangcermin
Lokasi Anopheles Beristirahat Persen
1. Luar Rumah
- Rumput 44,34
- Dinding luar rumah 55,66
Jumlah 100
2. Dalam rumah
- Kelambu 30,5
- Pakaian menggantung 15,25
- Dinding dalam rumah 32,55
- Sapu lidi 9,38
- Tumpukan kayu 12,32
Jumlah 100
Bedah Nyamuk Untuk
Melihat Paritas
• UMUR NYAMUK
• KONTAK DENGAN MANUSIA
• FREKUENSI MENGGIGIT
• KERENTANAN
• KEPADATAN
DASAR PENGENDALIAN VEKTOR
P
S
N
54
Hasil Survei di Bandarlampung, Februari 2012
STRATEGI PENGENDALIAN VEKTOR
Peningkatan dukungan peraturan dan perundangan
Peningkatan profesionalisme
pengendalian vektor dilaksanakan secara
terintegrasi-terpadu : (integrasi kegiatan, sdm,
lokasi, metode, waktu, dll).
tindakan pengendalian vektor harus berdasarkan
fakta (evidance based) , pengendalian faktor resiko
dan Ramah Lingkungan/go green,
pengendalian vektor melibatkan peran serta
masyarakat ( psn dbd, pengelolaan lingkungan,
penggunaan kelambu, dll) dan Menggalang
Kemitraan
Pengaturan penggunaan insektisida mengacu pd
standar who dan komisi pestisida.
Pengendalian Vektor Organochlorin
Metode
Organofosfat
Fogging
Karbamat IRS
Pyrethroid ULV
Kimia
Repelen
ORGANOKHLORIN
DDT, BHC, DIELDRIN
ORGANOFOSFAT
MALATHION, FENITROTHION, TEMEPHOS
KARBAMAT
BENDIOCARB
PYRETHOID
DELTAMETHRIN, BIFENTHRIN, PERMETHRIN,
ALPHAMETHRIN
NN
Metode Pengendalian Vektor
(PP 66/2014 tentang Kesling)
• Fisik
• Bilogi
• Kimia
• Pengelolaan lingkungan
• Terpadu
ALAT UNTUK PENGENDALIAN VEKTOR
SECARA KIMIAWI
1. Space spraying.
Space spraying bersifat knock down effect.
• Terdapat 2 macam cara space spraying:
1) Sistim panas (Thermal fogging)
2) Sistim dingin (Cold spraying) - ULV.
Mist Blower
Kelambu
2. RESIDUAL SPRAYING
Mist Blower
ALAT PENDUKUNG
Membantu pencahayaan : senter kepala, dll
Pemantauan Status
Resistensi/Kerentanan Nyamuk
(Pedoman Penggunaan Insektisida, 2012)
Chemical control
Biological control
DAUR HIDUP NYAMUK
Pengertian Pengendalian Vektor
Terpadu (PVT)
• Pengendalian Vektor Terpadu (PVT)
merupakan pendekatan yang menggunakan
kombinasi beberapa metode pengendalian
vektor yang dilakukan berdasarkan azas
keamanan, rasionalitas dan efektifitas
pelaksanaannya serta dengan
mempertimbangkan kelestarian
keberhasilannya (Permenkes 374/2010 tentang
Pengendalian Vektor)
Kriteria IVM - PVT
IVM/PVT
Evidense
* Ekonomis &
Partisipasi Penggunaan Dukungan
base masyarakat Pestisida peraturan berkelanjutan
rasional
Pengendalian Vektor Terpadu
Fisik (PSN
3M, kelambu,
dll)
Kimia
(larvasida,
fogging)
Konsep IVM
• Konsep IVM : target penggunaan metode vektor control
secara tunggal atau kombinasi untuk mencegah/menurunkan
kontak vektor-manusia dan transmisi , secara cost efektif, dan
secara berkesinambungan (WHO, Adler,1998)
• Karakteristik IVM :
– Environtmently sound
– Intersectoral
– Selektif
– Targeted
– Cost efektif
– Sustainable
• IVM menggunakan rentang intervensi, termasuk manajemen
lingkungan, penggunaan insektisida yang bijaksana dan aman.
Guidelines : Integrated Vector Management (IVM)
2009-2012
PENTINGNYA KEMITRAAN
• Kerjasama meningkatkan efisiensi dan
menambah sumber tenaga atau keahlian yang
ada
• Memperluas networking
• Memudahkan advokasi ke segala arah
• Mempermudah dan mempercepat
komunikasi/diseminasi informasi
• Mendapat dukungan dari banyak arah
TEKNOLOGI TEPAT GUNA
Opsi TTG Pengendalian Vektor DBD
Bahan dan Spesifikasi :
1. Botol bekas 1,5LPlastik hitam
Pemberdayaan Masyarakat 2. Steples
3. Solasi hitan
4. Kassa Ø 2mm 15 x 15 cm
Panduan operasional
1. Isi Larvatrap dengan air maximal 1
(satu) cm diatas barier tengah.
2. Letakkan Larvatrap di tempat yang
dimungkinkan nyamuk akan bertelur
3. Amati Larvatrap kurang labih 2 minggu
sekali untuk melihat adanya telur
nyamuk.
4. Apabila membuang air dari larvatrap
dengan cara buang air Larvatrap di
Larvatrap (BBTKLPP Jakarta) tanah yang kering (agar air tidak
tergenang)
Opsi TTG Pengendalian Vektor DBD
Bahan dan Spesifikasi :
1. Ban bekas
2. Besi Ø 5mm 1m
3. Kran
Pemberdayaan Masyarakat
Panduan Operasional
1. Satu ban tergantung ukurannya dibuat menjadi ovilanta menjadi
beberapa bagian. Dibuat lubang yang berfungsi sebagai saluran
buang di tengah cekungan, diisi air, lalu pada ujung kanan dan kiri
taruh kertas untuk tempat nyamuk betina bertelur nantinya.
2. Gantungkan alat di tempat teduh yang tak terganggu air hujan
dalam 1 minggu air yang ada harus dikuras minimal 2 kali.
3. Siapkan wadah yang diatasnya dilengkapi saringan seperti kaos
putih, lalu membuka saluran yang ada di tengah cekungan ban
sehingga air mengalir keluar
4. Cek kertas untuk telur nyamuk dan bila ada hancurkan dengan
cara membakar/ merendamnya dalam cairan klorin.
5. Tempatkan di tempat terbuka agar bisa ditempati oleh nyamuk
untuk bertelur
6. Amati ovilanta kurang labih 1 minggu sekali untuk melihat adanya
telur nyamuk
7. Apabila ada telur nyamuk segera buang airnya dengan cara
membuka kran di bagian bawah ovilanta
8. Buang air dari ovitrap pada tanah yang kering ( agar tidak
Ovilanta Ulibari (Laurentian University) tergenang)
dan (BBTKLPP Surabaya)
Opsi TTG Pengendalian Vektor DBD
Bahan dan Spesifikasi :
1. Timba 3L
PENDEKATAN PROGRAM 2. Corong plastik Ø 20 cm
3. Lembaran mika Ø 18 cm
Panduan operasional
1. Isi Larvatrap dengan air maximal 1
(satu) cm diatas barier tengah.
2. Letakkan Larvatrap di tempat yang
dimungkinkan nyamuk akan bertelur
3. Amati Larvatrap kurang lebih 2 minggu
sekali untuk melihat adanya telur
nyamuk.
4. Apabila membuang air dari larvatrap
dengan cara buang air Larvatrap di
tanah yang kering (agar air tidak
tergenang)
Penjebak Nyamuk (BBTKLPP Surabaya)
Opsi TTG Pengendalian Vektor DBD
Bahan dan Spesifikasi :
1. Gelas 50 cc
Lilin Pengusir Nyamuk Ramah Lingkungan 2. Lilin parafin
(BBTKLPP Surabaya) 3. Minyak sereh (Andropogon sp)
Panduan Operasional
1. Nyalakan lilin pengusir nyamuk dengan
korek api
2. Tempatkan lilin pengusir nyamuk pada
ruangan yang diinginkan
Catt.
1 lilin pengusir nyamuk dapat bekerja efektif
untuk ruangan dengan ukuran 4 x 4 m
Opsi TTG Pengendalian Vektor DBD
Bahan dan Spesifikasi :
1. Pot plastik warna hitam Ø 15cm
PENDEKATAN PROGRAM 2. Fan Ø 4”
3. Kabel
4. Knop no/off
5. Lampu penarik serangga (warna ungu)
6. Kayu 15 x 15 x 2 cm (sebagai dasar)
Panduan Operasional
1. Nyalakan Mosquito trap dengan
menyambungkan kabel dengan power listrik
220Volt.
2. Kemudian tekan saklar untuk menghidupkan
alat (posisi ON)
Perangkap Nyamuk
(BBTKLPP Yogyakarta)
Opsi TTG Pengendalian Vektor DBD
Bahan dan Spesifikasi :
1. Paralon Ø 4”
2. Dop Tutup Ø 4”
3. Fan Ø 4”
PENDEKATAN PROGRAM 4. Aerator DC 10 cm
5. Lem
6. Kabel
7. Knop no/off
8. Lampu indicator
9. Asesories paralon
Panduan Operasional
1. Buka penutup bagian atas pipa, lalu isi air bersih sebanyak 2L
2. Masukkan minyak sereh sebanyak 2 sendok makan kedalam
pipa utama yang berisi air bersih, kemudian pipa ditutup
rapat memakai penutup yang tersedia
3. Bawa dan tempatkan alat pengusir nyamuk pada ruangan
yang diinginkan
4. Sambungkan kabel dengan power listrik 220Volt.
5. Perhatikan lampu indikator yang menyala dengan warna
merah (indikator alat bekerja baik)
Pengusir Nyamuk Insect Contro Air 6. Kemudian tekan saklar untuk menghidupkan alat
System (ICASS) (BTKLPP Batam)
Opsi TTG Pengendalian Vektor DBD
Bahan dan spesifikasi :
1. Plat aluminiun 2mm” 1m2
2. Fan Ø 4”
PENDEKATAN PROGRAM 3. Kabel
4. Knop no/off
5. Lampu indicator
6. Lampu penarik serangga
7. Minyak sreh (Andropogon sp)
Panduan Operasional
1. Buka penutup bagian atas alat dengan cara
menarik pengait, lalu isikan 1 (satu) sendok
minyak sereh pada tempat yang disediakan
2. Tutup kembali penutupnya
3. Nyalakan Mosquito trap dengan
menyambungkan kabel dengan power listrik
220Volt.
4. Perhatikan lampu indikator yang menyala
dengan warna merah (indikator alat bekerja
baik)
Mosquito Trap (BBTKLPP Surabaya) 5. Kemudian tekan saklar untuk menghidupkan
alat (posisi ON)
WHO recommendation
89
Sumber : Insecticide Resistance Action Committee (IRAC), 2006
CARA MENCEGAH TERJADINYA
RESISTENSI VEKTOR
1. Menggunakan satu golongan dan jenis insektisida yang
sama di satu kawasan epidemiologi/penularan.