Anda di halaman 1dari 17

SURVEILANS

MERS-CoV

Agus Priyana
Pengertian
• Proses pengamatan, pengumpulan, pengolahan, analisis, dan
interpretasi data, serta penyajian informasi kepada pemegang
kebijakan, penyelenggara program kesehatan dan
stakeholders terkait, secara sistematis dan terus menerus
tentang situasi penyakit MERS dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan
penyakit tersebut (determinan) agar dapat dilakukan tindakan
pengendalian secara efektif dan efisien.
Tujuan
• Tersedianya data dan informasi epidemiologi penyakit MERS
sebagai dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan
keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,
evaluasi program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan
serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat.
Tentang Penyakit Virus MERS

• Penyakit virus MERS adalah penyakit infeksi saluran


pernapasan akut yang pertama kali dilaporkan
terjadi di Saudi Arabia pada bulan September 2012
• Gejalanya adalah demam, batuk dan sesak nafas,
bersifat akut, biasanya pasien memiliki penyakit ko-
morbid/penyerta
• Masa inkubasi 2-14 hari
• Virus penyebab merupakan virus jenis baru dari
kelompok Corona virus (Novel Corona Virus) namun
berbeda dg virus Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS) pada tahun 2003
Situasi Global
• Jumlah kasus sejak Nopember 2012
sampai dengan 27 Januari 2016: 1.638
kasus, 587 kematian (CFR 35,8%).
• Negara yang melaporkan kasus konfirmasi
(26 negara) : Jordania, Kuwait, Oman,
Qatar, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab,
Mesir, Prancis, Jerman, Belanda, Itali,
Inggris (UK), Yunani, Austria, Turki,
Amerika Serikat, Tunisia, Filipina, Malaysia,
Libanon, Iran, Yaman, Aljazair, China,
Korea Selatan, dan Thailand.
• Sampai dengan pertemuan Emergency
Committe IHR on MERS ke-10 pada 25
November 2015, MERS tidak ditetapkan
sebagai KKMMD /PHEIC.
Penetapan Penyakit Virus MERS sebagai
Penyakit Menular Berpotensi Wabah

• Penyakit virus MERS telah ditetapkan sebagai penyakit


menular berpotensi wabah berdasarkan Kepmenkes
Nomor 161/MENKES/SK/V/2014 tentang Penyakit MERS
CoV sebagai Penyakit berpotensi Wabah dan Upaya
Penanggulangannya
• Pedoman Penanggulangan Penyakit Virus MERS telah
tersedia dan menjadi lampiran yang tidak terpisahkan
dari Kepmenkes Nomor 161/MENKES/SK/V/2014
Kasus dalam Penyelidikan
• a. Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
dengan tiga keadaan di bawah ini:
• Demam (≥38°C) atau ada riwayat demam,
• Batuk,
• Pneumonia berdasarkan gejala klinis atau gambaran radiologis
yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
• Perlu waspada pada pasien dengan gangguan sistem kekebalan
tubuh (immuno-compromised) karena gejala dan tanda yang
tidak jelas, serta:
• Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah (negara terjangkit)
dalam waktu 14 hari sebelum sakit kecuali ditemukan etiologi/ penyebab
penyakit lain.
• Adanya petugas kesehatan yang sakit dengan gejala sama setelah merawat
pasien ISPA berat (SARI/ Severe Acute Respiratory Infection), terutama pasien
yang memerlukan perawatan intensif, tanpa memperha kan tempat nggal atau
riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain.
• Adanya klaster pneumonia (gejala penyakit yang sama) dalam periode 14 hari,
tanpa memperha kan tempat nggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan
etiologi/penyebab penyakit lain.
• Adanya perburukan perjalanan klinis yang mendadak meskipun dengan
pengobatan yang tepat, tanpa memperha kan tempat nggal atau riwayat
bepergian, kecuali ditemukan etiologi/ penyebab penyakit lain.
• Seseorang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ringan sampai berat
yang memiliki riwayat kontak erat dengan kasus kon rmasi atau kasus probable
infeksi MERS-CoV dalam waktu 14 hari sebelum sakit
Kasus probabel
• Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan buk
klinis, radiologis atau histopatologis DAN tidak tersedia
pemeriksaan untuk MERS-CoV atau hasil laboratoriumnya
negatif pada satu kali pemeriksaan spesimen yang tidak
adekuat DAN adanya hubungan epidemiologis langsung
dengan kasus konfirmasi MERS-CoV.
• Seseorang dengan pneumonia atau ARDS dengan bukti
klinis, radiologis atau histopatologis DAN hasil
pemeriksaan laboratorium inkonklusif (pemeriksaan
skrining hasilnya positif tanpa konfirmasi biomolekular)
DAN adanya hubungan epidemiologis langsung dengan
kasus konfirmasi MERS-CoV.
Kasus konfirmasi
• Seseorang yang terinfeksi MERS-CoV dengan hasil
pemeriksaan laboratorium positif.
Sistem Surveilans Kasus Penyakit Virus MERS
ALUR DATA SURVEILANS

Direktur SKK
 Laporan harian Posko KLB
 Laporan Mingguan Posko KLB
 Umpan Balik SKDR Mingguan
 Buletin SKDR Bulanan
 Majalah Jendela Epidemiologi
PJ Program, KKP, BB/BTKL
Dinkes Prov
Analisis dan Verifikasi Data

SURVEILANS
SURVEILANS Penyelidikan
BERBASIS
KEJADIAN
RUTIN Epidemiologi
(Indicator Based)
(Event-based) dan
penanggulangani

Dr praktek mandiri Media SMS


/klinik swasta PUSKESMAS
Lintas sektor
Masyarakat PUSKESMAS
PUSKESMAS
Kasus Terduga MERS Indonesia 2013-2016
Menurut
Provinsi

Menurut Jenis
Menurut Umur
Kelamin
Penanganan Kasus Penanganan Kontak
• Pembentukan Tim Gerak Cepat Penanggulangan KLB
KKP Kelas II Balikpapan (Januari 2016)
• Koordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Timur
• Koordinasi dengan Kepala Dinas Kesehatan Kota
Balikpapan
• Koordinasi dengan Pimpinan RSUD. Kanudjoso
Djatiwibowo Balikpapan
Penguatan • Koodinasi dengan Kepala Otoritas Bandara Wilayah VII
Balikpapan
Deteksi dan • Koordinasi dengan Pihak Maskapai Penerbangan
• Mengadakan Pertemuan Rapat Koordinasi
Peningkatan Kewaspadaan Importasi Penyakit MERS di
Respon Lingkungan Bandar Udara Internasional SAMS dengan
mendapatkan kesepakatan dari pihak lintas sektor
terkait di lingkungan Bandara
• Menyampaikan informasi tentang MERS pada
Pertemuan Sosialisasi Vaksinasi Internasional Bagi Biro
Perjalanan Haji dan Umrah
• Mengadakan advokasi pada Rapat Koordinasi
Antisipasi MERS Di Pintu Masuk Negara (POE) yang
diadakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Timur
Kendala/Hambatan
• Masih ada kendala dengan pihak maskapai penerbangan, pihak
maskapai belum memberikan informasi jika ada penumpang yang
sakit selama di pesawat kepada petugas kesehatan di bandara
khususnya Petugas Kesehatan Pelabuhan.
• Jamaah Umrah yang sakit lebih sering melalui penerbangan
domestik sehingga berpotensi meningkatkan risiko penularan.
• Penyediaan ruang isolasi kedatangan internasional yang
memenuhi syarat kesehatan
• Belum ada kejelasan pembiayaan pasien terduga MERS dengan
hasil laboratorium NEGATIF
• Belum dikelolanya/terkoordinirnya biro perjalanan haji dan umrah
di Indonesia dengan baik.
• Belum ada keseragaman tentang pemberian HAC yang lebih
efektif di seluruh KKP di Indonesia.
• Pemeliharaan Thermal Scanner secara berkala memerlukan
bantuan teknis dan alokasi dana dari Pusat.
KESIMPULAN
• Telah ada Sistem Kesiapsiagaan, Pencegahan dan
Pengendalian untuk menghadapi Penyakit Virus MERS, baik
sistem surveilans maupun sistem pelayanan kesehatan
dasar, rujukan, dan penunjang.
• Telah dilakukan langkah-langkah dalam pencegahan dan
pengendalian Penyakit Virus MERS, baik upaya promotif-
preventif maupun upaya kuratif- rehabilitatif
• Telah dialokasikan dana melalui APBN (dan APBD) untuk
pencegahan dan pengendalian Penyakit Virus MERS
• Perlu peningkatan kualitas implementasi pencegahan secara
terus menerus dalam pencegahan dan pengendalian
Penyakit Virus MERS

Anda mungkin juga menyukai