Anda di halaman 1dari 35

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN KEPATUHAN DIET

DIABETES MELITUS (DM) TERHADAP PENGONTROLAN

KADAR GULA DARAH DI RSUD

CIKALONGWETAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Disusun oleh

Hanifa Nur Afifah

(022016045)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH

BANDUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perubahan pola kehidupan dapat menimbulkan penyakit-penyakit

degeneratif seperti penyakit Serebrovaskuler, Geriatri, Diabetes Mellitus,

Rematik dan Katarak. Diabetes Mellitus menjadi masalah nasional di urutan

ke 4 dari prioritas penelitian nasional untuk penyakit degeneratif

(Tjokroprawiro, 2012 dalam Dewi, 2018).

Sekarang ini di Indonesia Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi

penyakit yang tinggi prevalensinya. Dilihat dari angka kejadian penyakit

menular yang menurun dan penyakit tidak menular semakin meningkat di

dunia serta berada di sepuluh besar penyebab kematian tertinggi seperti

diabetes melitus (DM) dan penyakit metabolik (PM). (Depkes, 2008 dalam

Toharin, dkk / Unnes Journal of Public Health 4 (2) (2015))

Menurut data International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2015,

Indonesia berada pada peringkat ke-7 di dunia dan 10 besar negara dengan

kejadian diabetes melitus tertinggi. Di indonesia penderita DM pada tahun

2015 mencapai 5,8% atau setara dengan 8,5 juta orang. (Lestari, 2018)

Prevalensi kasus diabetes mellitus di Indonesia juga meningkat setiap

tahun. Pada tahun 2013 angka prevalensi diabetes mellitus sebanyak 8,5 juta

orang. Pada tahun 2014 prevalensi diabetes mellitus mencapai 9,1 juta dan

pada tahun 2015 meningkat sebanyak 10,0 juta orang. WHO juga memprediksi

Indonesia, bahwa akan ada kenaikan prevalensi DM di Indonesia dari 8,4 juta
diabetisi pada tahun 2000, 14 juta diabetisi pada tahun 2006, dan akan

meningkat menjadi sekitar 21,3 juta diabetisi pada tahun 2030. Artinya akan

terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun. Hal ini akan menjadikan

Indonesia menempati urutan ke empat dunia setelah Amerika Serikat, China,

dan India dalam masalah diabetes (Aprianti, dkk, 2009 dalam Syamsi Nur

Rahman Toharin / Unnes Journal of Public Health 4 (2) (2015))

Diabetes melitus lebih dikenal sebagai penyakit yang membunuh manusia

secara diam-diam atau “Silent killer”. Diabetes juga dikenal sebagai “Mother

of Disease” karena merupakan induk dari penyakit - penyakit lainnya seperti

hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah, stroke, gagal ginjal, dan

kebutaan. Penyakit DM dapat menyerang semua lapisan umur dan sosial

ekonomi. (Anani, 2012; Depkes, 2008 dalam jurnal Syamsi Nur, dkk / Unnes

Journal of Public Health 4 (2) (2015))

Diabetes mellitus menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di

masyarakat karena komplikasinya bersifat jangka pendek dan jangka panjang.

Hiperglikemia jangka panjang memengaruhi sistem pembuluh darah kecil

pada mata, ginjal dan saraf serta arteri yang lebih mengarah pada percepatan

terjadinya arteriosklerosis. Angka kematian akibat penyakit jantung iskemik

dan stroke dua sampai empat kali lebih tinggi dibandingkan populasi yang

tidak mengalami diabetes berdasarkan usia dan jenis kelamin. (Bilous dan

Donelly, 2014 dalam jurnal Bertalina, 2016)

Diet merupakan bagian yang dianggap penting dalam penatalaksanaan DM

tipe 2, selain olahraga, obat-obatan anti diabetik serta pendidikan. Memilih


pangan (karbohidrat) yang tidak menaikkan kadar gula darah secara drastik

merupakan salah satu upaya untuk menjaga kadar gula darah pada taraf

normal. (Maulana, 2008 dalam Bertalina, 2016)

Kepatuhan diet pasien DM sangat berperan penting untuk menstabilkan

kadar glukosa darah, sedangkan kepatuhan itu sendiri merupakan suatu hal

yang penting untuk dapat mengembangkan rutinitas (kebiasaan) yang dapat

membantu penderita dalam mengikuti jadwal diet. Pasien yang tidak patuh

dalam menjalankan terapi diet menyebabkan kadar gula yang tidak terkendali.

Menurut Lopulalan (2008). Faktor pendukung yang dapat mempengaruhi

kepatuhan adalah dukungan keluarga, pengetahuan, dan motivasi agar menjadi

bias dengan perubahan yang dilakukan dengan cara mengatur untuk

meluangkan waktu dan kesempatan yang dibutuhkan untuk menyesuaikan

diri. (Thresia, dkk. 2018)

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.Penginderaan terjadi

melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba.Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2011 dalam Ningsih, 2018)

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting dalam tindakan

penderita diabetes melitus, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

mudah dilaksanakan dari pada yang tidak didasari oleh pengetahuan. (Dewi,

dkk. 2018). Pengetahuan pasien DM mengenai terapi diet dapat diperoleh

melalui konsultasi maupun edukasi di pelayanan kesehatan (Delamater, 2008).


Perawat berperan besar dalam upaya meningkatkan pengetahuan penderita

DM. Perawat memiliki peran sebagai edukator yang bertugas untuk

meningkatkan pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien dalam mengatasi

kesehatannya, memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok keluarga

yang beresiko tinggi, kader kesehatan, dan lain sebagainya, dan meningkatkan

perubahan perilaku yang sehat (Bastable, 2008 dalam Ningsih. 2018).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kurnayanti et al. Dilihat dari

aspek pengetahuan tentang Diabetes Mellitus menunjukan bahwa sebagian

besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah tentang

Diabetes Mellitus yaitu sebanyak 44 pasien (68,8%) dan minoritas responden

mempunyai pengetahuan tinggi tentang Diabetes Mellitus sebanyak 20 pasien

(31,3%), sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan

tentang Diabetes Mellitus pada pasien Diabetes Mellitus rawat jalan di RSUD

Dr. Moewardi Surakarta masih rendah. perilaku mengontrol gula darah

menunjukkan bahwa dari 64 responden mayoritas memiliki perilaku yang

buruk dalam mengontrol gula darah yaitu sebanyak 42 pasien (65,6%) dan

minoritas dengan perilaku yang baik yaitu sebanyak 22 pasien (34,4). Hasil

penelitian menujukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

tingkat pengetahuan tentang Diabetes Mellitus dengan perilaku mengontrol

gula darah. (Kurnayanti, 2018)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ningsih et al. Diketahui

tingkat pengetahuan tentang diet DM pada pasien DM tipe 2 kategori tinggi 44

orang (56,4%), sedang 23 orang (29.1%), dan rendah 11 orang (14,1%).


Diketahui tingkat kepatuhan pasien diabetes mellitus tipe 2 tentang diet

diabetes mellitus, kategori sedang sebanyak 38 orang (48,7%), kategori rendah

sebanyak 28 (35,9%) dan pada kategori tinggi sebanyak 12 orang (15,4%).

Disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan tingkat kepatuhan

terapi diet pada pasien DM tipe 2. (Ningsih, 2018)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang “Hubungan tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet DM terhadap

pengontrolan kadar gula darah di Rumah Sakit Umum Daerah

Cikalongwetan”. Peneliti melakukan penelitian ini karena pada latar belakang

diatas

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diambil

dalam penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan dan

kepatuhan diet diabetes melitus terhadap kadar gula darah pasien diabetes

melitus di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalongwetan”.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet terhadap

pengontrolan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit

Umum Daerah Cikalongwetan.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, dan

pendidikan.
b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pasien diabetes melitus.

c. Mengidentifikasi kepatuhan diet pasien diabetes melitus.

d. Mengetahui kadar gula darah berdasarkan kepatuhan diet DM

e. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet DM

terhadap pengontrolan kadar gula darah di Rumah Sakit Umum Daerah

Cikalongwetan.

D. MANFAAT PENELITIAN

a. Teoritis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi dan

pengetahuan yang baru mengenai tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet

terhadap pengontrolan kadar gula bagi pasien diabetes melitus.

b. Praktis

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu informasi bagi pasien

agar dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kepatuhan diet dan

bagaimana cara mengontrol kadar gula dalam darahnya.

2. Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi mahasiswa sehingga

dapat mengetahui

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu informasi yang dapat

diaplikasikan dan menjadi informasi tambahan di penelitian yang lain serta

dapat dikembangkan lagi dipenelitian selanjutnya.


E. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam pembahasan penelitian ini yang berjudul “hubungan tingkat

pengetahuan dan kepatuhan diet diabetes melitus terhadap pengontrolan kadar

gula darah pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Daerah Cikalong

Wetan” peneliti membagi dalam V Bab, yaitu:

Bab I Pendahuluan

Bab ini membahas tentang latar belakang penelitian mengenai hubungan

tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet diabetes melitus terhadap

pengontrolan kadar gula darah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan bahasan masalah.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini membahas teori-teori mengenai pengetahuan, kepatuhan diet,

kadar gula darah, DM, hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang

dilakukan dan kerangka pemikiran.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini mambahas jenis dan metode penelitian untuk mencari jawaban

terhadap tujuan penelitian yaitu hubungan tingkat pengetahuan dan kepatuhan

diet diabetes melitus terhadap pengontrolan kadar gula darah.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan.

Pada bab ini akan menguraikan gambaran hasil penelitian dan pembahasan

mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu mengenai hubungan


tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet diabetes melitus terhadap

pengontrolan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan dari keseluruhan penelitian

mengenai hubungan tingkat pengetahuan dan kepatuhan diet diabetes melitus

terhadap pengontrolan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus. Pada

bab ini juga akan menguraikan saran peneliti bagi responden, bagi institusi,

dan bagi peneliti selanjutnya.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Menurut teori bloom tahun 1908 dalam Notoatmodjo (2012) pengetahuan

merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjad melalui indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau

ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behaviour).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris

khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. (Sunaryo. 2004)

Menurut KBBI, 2005 dalam Budiman dan Riyanto (2013) pengetahuan

adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran. Proses

belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam, seperti motivasi dan faktor

luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta keadaan sosial budaya.

b. Tingkat Pengetahuan

1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat

pengetahuan yang rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu

tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan

tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan,

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan

mengapa harus makan-makanan yang bergizi.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitingan-perhitungan

hasil penelitian, dapat mengguankan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah


(problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus

yang diberikan.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama

lain. Kemampuan analisia ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti

dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (synthesis)

Sintetis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada. Musalnya, dapat menyusun, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan

yang telah ada.

6) Evalusi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang misalnya perilaku hygiene perorangan

(personal hygiene) dapat diukur dari kebersihan kulit, kuku, rambut, dan

sebagainya. (Notoatmodjo, Soekidjo. 2010)


1) Tahu (know)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat peristilahan,

definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi, prinsip dasar, dan

sebagianya.

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

tersebut secara benar.

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evauasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

(Budiman dan Riyanto. 2013)

c. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan


1) Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan.

Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan diman diharapkan

seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan

rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

2) Informasi/media masa

Informasi didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan

menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu (UU Teknologi Informasi

dalam Budiman dan Riyanto 2013)

3) Sosial, budaya, dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orng-orang tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian, seseorang akan

bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan

untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi

pengetahuan seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap


proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam

lingkungan tersebut.

5) Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi

masalalu.

6) Usia

Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir eseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola

pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

(Budiman dan Riyanto. 2013)

1) Pendidikan

Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin

mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak

pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat

pendidikan nya rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

2) Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak

langsung.

3) Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang taraf berpikir seseorang semakin

matang dan dewasa.

4) Minat

Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan

pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya.

6) Kebudayaan lingkungan sekitar

7) Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

(Mubaraq, dkk. 2012)

d. Pengukuran tingkat pengetahuan

Menurut skinner, bila seseorang mampu menjawab mengenai materi

tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang tersebut

mengetahui bidang tersebut. Pengukuran bobot pengetahuan seseorang

ditetapkan menurut hal-hal sebagai berikut.

1) Bobot I : tahap tahu dan pemahaman


2) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, dan analisis

3) Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi.

Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek penelitian atau

responden. Dalam mengukur pengetahuan harus diperhatikan rumusan kalimat

pertanyaan menurut tahapan pengetahuan.

Arikunto 2006 dalam Budiman dan Riyanto 2013 membuat kategori

tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada

nilai persentase yaitu sebagai berikut.

1) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≥ 75%

2) Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56 – 74%

3) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya < 55%

Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa juga dikelompokan

menjadi dua kelompok jika diteliti masyarakat umum, yaitu sebagai berikut.

1) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 50%

2) Tingkat pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya ≤ 50%

Namun, jika yang diteliti respondennya petugas kesehatan, maka

persentasenya akan berbeda.

1) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 75%

2) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya ≤ 75%

(Budiman dan Riyanto. 2013)

2. Kepatuhan
a. Pengertian

Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau

pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Dengan definisi yang seperti itu,

kepatuhan memiliki nada yang cenderung manipulatif atau otoriter dimana

penyelenggara perawatan kesehatan atau pendidik dianggap sebagai tokoh

yang berwenang. (Bastable. 2002)

Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan

yang diberikan oleh tenaga kesehatan. (Niven, 2002 dalam Fauzia dkk, 2018)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

Menurut Niven (2002) dalam Limah, dkk (2015) ketidakpatuhan pasien

dipengaruhi oleh empat faktor yaitu

1) Keyakinan, sikap dan kepribadian,

2) Pemahaman terhadap instruksi,

3) Isolasi sosial dan keluarga,

4) kualitas terhadap instruksi.

Menurut Fauzia et al (2015) dalam Sugandi et al 2018 adapun faktor-

faktor yang mempengaruhi kepatuhan yaitu faktor internal dan faktor ekternal.

Faktor internal meliputi pengetahuan dan sikap sedangkan pada faktor ekternal

meliputi dukungan keluarga dan dukungan tenaga kesehatan.

Menurut Lawrence Green faktor-faktor yang menentukan perilaku

sehingga menimbulkan perilaku yang positif adalah sebagai berikut.

1) Faktor predisposisi (predisposing factors)

a) Pengetahuan
b) Kepercayaan

c) Nilai

d) Sikap

e) Demografi

2) Faktor pemungkin atau pendukung (enabling factors)

a) Keterampilan

b) Fasilitas

c) Sarana atau prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya

perilaku seseorang

3) Faktor penguat (reinforcing factors)

a) Keluarga

b) Teman

c) Petugas kesehatan

(Agustini, Aat. 2014)

c. Pengukuran Kepatuhan

Skala Guttman yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti

jawaban benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak pernah, positif-negatif, tinggi-

rendah, baik-buruk, dan seterusnya. Pada skala Guttman hanya ada dua interval

yaitu setuju dan tidak setuju.

Pengukuran menggunakan skala Guttman bila orang melakukan

pengukuran menginginkan jawaban tegas atas pertanyaan yang diajukan.

Selain dapat dibuat dalam bentuk daftar checklist. Untuk jawaban positif

seperti setuju, benar, ya, pernah dan semacamnya diberi skor 1; sedangkan
untuk jawaban negatif seperti tidak setuju, salah, atau tidak, tidak pernah, dan

semacamnya diberi skor 0.

3. Diabetes Melitus

a. Pengertian

Diabetes melitus merupakan gangguan metabolik yang ditandai oleh

hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa serum) akibat kurangnya hormon

insulin, menurunnya efek hormon insulin atau keduanya (Kowalak, dkk. 2011)

Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh

peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan

dalam kemampuan tubuh untuk berespons terhadap insulin dan/atau penurunan

atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pankreas (Baughman dan

Hackley. 2000)

Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan metabolisme glukosa di

mana tubuh gagal atau kurang baik dalam mengontrol glukosa yang masuk dari

makanan sehingga kadar gula darah tinggi. Diabetes dapat terjadi karena

gangguan produksi insulin, resisten insulin (gkukosa tidak bisa masuk ke

dalam sel), atau kombinasi dari keduanya (Prihaningtyas, 2013 dalam

Bertalina. 2016).

b. Etiologi
1) Hereditas

2) Lingkungan (infeksi, makanan, toksin, stres)

3) Perubahan gaya hidup pada orang yang secara genetik rentan

4) Kehamilan

(Kowalak, 2011)

c. Tanda dan Gejala

1) Poliuria dan polidipsia

2) Anoreksia

3) Penurunan BB

4) Sakit kepala, mudah lelah, cepat ngantuk

5) Gangguan penglihatan

6) Kesemutan

(kowalak, 2011)

d. Faktor yang mempengaruhi diabetes melitus

1) Kelainan genetik

2) Usia

3) Gaya hidup dan stres

4) Pola makan yang salah

5) Infeksi

(Kowalak, 2011)

Faktor risiko penyakit DM dan penyakit metabolik sangat erat kaitannya

dengan perilaku tidak sehat, serta adanya perubahan gaya hidup seperti
1) Diit tidak sehat dan tidak seimbang,

2) Kurang aktivitas fisik,

3) Mempunyai berat badan lebih (obesitas),

4) Hipertensi,

5) Konsumsi alkohol serta kebiasaan merokok,

6) Usia,

7) Jenis kelamin, dan

8) Keturunan

(Depkes, 2008; Desai, et al, 2000 dalam Toharin et al 2015)

e. Diet Diabetes Melitus Untuk Memperthankan Kadar Gula Darah

Dalam proses penyediaan energi, gula merupakan bahan utama yang

diperlukan dalam proses kimiawi untuk menghasilkan bahan energi tinggi ATP

(Adenosin Tripbosphai). Gula di dalam darah terutama diperoleh dari fraksi

karbohidrat yang terdapat dalam makanan. (Irianto, Koes. 2014. Epidemiologi

Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan Klinis. Bandung: Alfabeta)

Kadar gula didalam darah selalu dijaga keseimbangannya oleh hormon

insulin, yang diproduksi oleh sel beta kelenjar pankreas didalam perut.

Mekanisme kerja hormon insulin dalam mengatur keseimbangan kadar gula

dalam darah, yaitu dengan mengubah gugusan gula tunggal menjadi gugusan

gula yang majemuk, yang sebagian besar disimpan di dalam hati, serta

sebagian kecil disimpan di otak sebagai cadangan pertama. (Irianto, Koes.

2014)
Dalam keadaan normal, kadar gula dalam darah berpuasa, berkisar antara

80 – 120 mg%, sedangkan satu jam setelah makan dapat mencapai 170 mg%,

dan dua jam setelah makan akan turun sampai 140 mg%. Pengaturan kadar

gula darah tersebut merupakan fungsi utama hormon insulin. Jika kadar gula di

dalam darah lebih tinggi dari normal, disebut hiperglikemia, tetapi jika lebih

rendah dari nilai normal disebut hipoglikemia. (Irianto, Koes. 2014)

Penderita DM dapat diperbaiki atau dipertahankan pada kondisi yang baik

dan mengurangi kemungkinan timbulnya komplikasi, dengan pola diet DM

yang sesuai. Pada prinsipnya, penderita DM harus menghindari makanan yang

cepat diserap menjadi gula darah yang disebut karbohidrat sederhana, seperti

yang terdapat pada gula pasir, gula jawa, sirup, dodol, selai, es krim, cokelat,

dan sebagainya. Namun sebaliknya, justru dianjurkan untuk mengkonsumsi

karbohidrat kompleks, contoh zat-zat tepung, dan roti gandum. Makanan yang

mengandung karbohidrat alamiah juga dianjurkan, contoh roti yang terbuat dari

biji gandum, sayuran, kacang-kacangan, serta buah segar. (Irianto, Koes. 2014)

Tujuan umum penatalaksanaan diet pada diabetes melitus adalah:

1) Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati kadar

normal.

2) Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang optimal.

3) Mencegah komplikasi akut dan kronik

4) Meningkatkan kualitas hidup

Kepatuhan dalam diit merupakan salah satu faktor untuk menstabilkan

kadar gula dalam darah menjadi normal dan mencegah komplikasi. Adapun
faktor yang mempengaruhi seseorang tidak patuh terhadap diit diabetes melitus

adalah kurangnyapengetahuan terhadap penyakit diabetes mellitus, keyakinan,

dan kepercayaan terhadap penyakit diabetes mellitus (Purwanto, 2011 dalam

Wulandari dkk, 2018).

Perencanaan diet yang baik di pengaruhi oleh faktor pengetahuan.

Pengetahuan yang cukup tentang diet DM dapat mengendalikan kondisi

penyakitnya dengan mengontrol pola makan. Pengetahuan dalam menajemen

DM memiliki peran penting karena tingkat pengetahuan yang rendah dapat

mempengaruhi perubahan gaya hidup seseorang dan mempengaruhi tingkat

kesehatannya (Nakamireto, 2015 dalam Sugandi et al 2018).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian yaitu diit, aktifitas fisik,

kepatuhan minum obat dan pengetahuan. Apabila tidak menjalankan

pengendalian dengan baik maka akan terjadi penurunan dan peningkatan kadar

gula darah yang tidak stabil. Ketidak patuhan Diabetes Mellitus terhadap

pengendalian dapat berdampak negatif terhadap kesehatannya. Jika kadar gula

darah tidak terkontrol, komplikasi-komplikasi diabetes mellitus yang timbul

misalnya pada mata, jantung, saraf dan dapat terjadi komplikasi yang akut

seperti hipoglikemi dan ketoasidosis diabetikum ( KAD ) dimana jika tidak

segera ditangani komplikasi tersebut dapat membahayakan klien. (Untari D,

Erika. 2018)

Standar Gula Darah

Waktu Periksa Target Ideal Sedang Buruk


>126 mg/dl 2 jam
Puasa 80 – 100 mg/dl 100 – 125 mg/dl
setelah puasa
Makan 80 – 144 mg/dl 145 – 179 mg/dl >180 mg/dl
(Triyanto, Budi. 2011)

Kriteria Diagnostik Gula darah (mg/dL)

Bukan Diabetes Pradiabetes Diabetes


Puasa < 110 110 – 125 >126
Sewaktu < 110 110 – 199 >200
(Triyanto, Budi. 2011)

B. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi Faktor Predisposisi


pengetahuan (Predissposing Faktor)

1. Pendidikan
1. Pengetahuan.
2. Informasi/media masa
3. Sosial, budaya, dan 2. Budaya / tradisi.
ekonomi 3. Keyakinan
4. Pengalaman 4. Nilai- nilai kepercayaan
5. Lingkungan
6. Usia
Faktor Pemungkin (
Enabeling Faktor )
Kepatuhan 1. keterampilan
Tingkat pengetahuan
2. Posyandu
1. Baik 3. Diet
2. Cukup 4. Fasilitas
3. Kurang
Faktor penguat (reinforcing
factors)
Pengukuran kepatuhan
1. Keluarga
2. Teman
1. Negatif 3. Petugas kesehatan
2. Positif

Tingkat pengetahuan dan


kepatuhan diet DM terhadap
kadar gula darah
C. Penelitian Relevan

No Judul dan Peneliti Hasil


1 Hubungan Tingkat Hasil penelitian bahwa dari 64

Pengetahuan Tentang responden pasien Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus Dengan rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi

Perilaku Mengontrol Gula Surakarta, mayoritas memiliki

Darah Pada Pasien Diabetes pengetahuan yang rendah yaitu

Mellitus Rawat Jalan Di sebanyak 44 pasien (68,7%).

RSUD Dr. Moewardi Hasil penelitian dari 64 responden

Surakarta pasien Diabetes Mellitus rawat jalan

di RSUD Dr. Moewardi Surakarta,

Peneliti : mayoritas pasien dengan perilaku

1. Kunaryanti, yang buruk sebanyak 42 pasien

2. Annisa Andriyani, (65,6%).

3. Riyani Wulandari Hasil penelitian ini dari perhitungan

uji Chi Square dapat dinyatakan

Tahun : 2018 bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan

tentang Diabetes Mellitus dengan

perilaku mengontrol gula darah pada


pasien Diabetes Mellitus rawat jalan

di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

2 Analisis Hubungan Activity Hasil penelitian menunjukan dari 29

Of Daily Living (ADL), responden yang tidak patuh dalam

Aktivitas Fisik dan melakukan diet terdapat 44.8% yang

Kepatuhan Diet Terhadap memiliki kadar gula darah tidak

Kadar Gula Darah Pasien terkontrol dan 55.2% memiliki kadar

Diabetes Melitus Di gula darah terkontrol. Sementara itu

Wilayah Kerja Puskesmas dari 34 responden yang patuh dalam

Poasia Tahun 2017 melakukan diet terdapat 11.8% yang

memiliki kadar gula darah tidak

Peneliti : terkontrol dan 88.2% memiliki kadar

1. Nur sam gula darah terkontrol. Hasil uji

2. Hariati Lestari statistik Chi-Square pada taraf

3. Jusniar Rusli Afa kepercayaan 95% (0,05)

menunjukkan bahwa p Value = 0.008

Tahun : dan nilai X2hitung = 7.086, jadi p Value

2017 ≤ α, sehingga H0 di tolak dan H1

diterima, menunjukan bahwa ada

hubungan antara kepatuhan diet

dengan terkontrolnya kadar gula

darah penderita diabetes melitus di

wilayah kerja Puskesmas Poasia


tahun 2017.

D. Hipotesis

Ho: tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pengontrolan kadar

gula darah

H1: Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pengontrolan kadar gula

darah

Ho : tidak ada hungungan antara kepatuhan diet DM dengan pengontrolan

kadar gula darah

H1 : ada hubungan antara kepatuhan diet DM dengan pengontrolan kadar gula

darah

Ho : tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan, kepatuhan diet DM

dengan pengontrolan kadar gula darah

H1 : ada hubungan antara tingkat pengetahuan, kepatuhan diet DM dengan

pengontrolan kadar gula darah


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian jenis kuantitatif. Penelitian kuantitatif

ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan tingkat pengetahuan dan

kepatuhan diet diabetes melitus terhadap pengontrolan kadar gula darah di

RSUD Cikalongwetan.

B. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu pengetahuan tingkat

pengetahuan, kepatuhan diet DM dan pengontrolan kadar gula darah di RSUD

Cikalongwetan.

C. Populasi dan Sampel

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan kuesioner.

Pengumpulan data dengan penyebaran angket kepada responden.

Alat pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan lembar

pertanyaan yang berisikan tentang pengetahuan mengenai kepatuhan diet DM

dan Pengontrolan kadar gula pasien DM.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang

dibuat oleh peneliti mengenai pengetahuan DM. Kuesioner terdiri dari


pernyataan pengetahuan pengontrolan kadar gula darah dan pernyataan

kepatuhan diet DM terhadap pengontrolan kadar gula darah. Kuesioner terdiri

dari

F. Lokasi dan Waktu Penelitian

G. Etika Penelitian

Beberapa etika penelitian yang perlu diperhatikan oleh peneliti,

diantaranya:

1. Informed Consent

Pada tahap ini peneliti menjelaskan manfaat penelitian, tujuan dari

penelitian, manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini, peneliti juga

memberikan lembar persetujuan responden bersedia menjadi responden di

lembar informed consent, jika responden setuju maka responden melanjutkan

pengisian kuesioner jika tidak setuju responden tidak perlu melanjutkan dalam

pengisian kuesioner, dan peneliti juga memberikan jaminan anonimitas dan

kerahasiaan data.

2. Anonymity

Pada tahap ini peneliti tidak mencantumkan nama responden, peneliti

dapat menggantinya dengan koding atau inisial sebagai identitas responden.

3. Kerahasiaan

Peneliti tidak menampilkan informasi responden mengenai identitas baik

nama maupun alamat atau informasi yang bersifat pribadi.

4. Beneficient
Dalam penelitian ini responden dapat menambah pengetahuan mengenai

kepatuhan diet DM dalam pengontrolan kadar gula darah, dengan pengetahuan

yang bertambah maka responden dapat mengontrol kadar gula darah dengan

cara diet DM.

5. Non-maleficient

6. Justice

Dalam penelitian ini peneliti memberikan informasi yang merata dan adil

kepada semua responden. Peneliti juga mempertimbangkan dalam tahap ini

mengenai perlakuan yang adil tidak membedakan gender dan hak responden

untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum, selama, maupun

setelah dilakukannya penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Agustini, A. (2014). Promosi Kesehtan. Yogyakarta: Deepublish.

Bastable. (2002). Perawat Sebagai Pendidik Prinsip-prinsip Pengajaran &

Pembelajaran. Jakarta: EGC.

Baughman, & Hackley. (2000). Keperawatan Medikal Bedah: buku saku dari

Brunner &amp; Suddarth. Jakarta: EGC.

Bertalina, B., & Aindyati, A. (2018). Hubungan Pengetahuan Terapi Diet dengan

Indeks Glikemik Bahan Makanan yang Dikonsumsi Pasien Diabetes

Mellitus. Jurnal Kesehatan .

Budiman, & Riyanto. (2013). Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap

dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Choirul, W., Sutikno, A., Nugraheni, R., Ilmu, I., Bhakti, K., & Kediri, W.

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus Dan

Gaya Hidup Dengan Tipe Diabetes Mellitus Di Puskesmas Wonodadi

Kabupaten Blitar.

Dwi Lestari, D., Megasari Winahyu, K., Anwar, S., Studi Sarjana Keperawatan,

P., Ilmu Kesehatan, F., Muhammadiyah Tangerang, U., et al. (2018).


Kepatuhan Diet pada Klien dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Ditinjau dari

Dukungan Keluarga di Puskesmas Cipondoh Tangerang. Jurnal Ilmiah

Keperawatan Indonesia , 2 (1), 83-94.

Eti Sri Lestari, D., Nur Aini, D., Wulandari, P., & Sri Lestari, E. (2018).

Hubungan Kepatuhan Diit Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada

Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Diruang Anggrek Rsud Tugurejo

Semarang.

Ilmah, F., & Rochmah, T. (2018). Kepatuhan Pasien Rawat Inap Diet Diabetes

Mellitus Berdasarkan Teori Kepatuhan Niven. Jurnal Administrasi

Kesehatan Indonesia .

Iqbal Mubaraq, W., Chayatin, N., Rozikin, K., & Supradi. (2007). Promosi

Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Irianto, K. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan

Klinis. Bandung: Alfabeta.

Kartini, T., Amir, A., & Sabir, M. (2018). Kepatuhan Diet Pasien DM

Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Dan Dukungan Keluarga Di Wilayah

Puskesmas Sudiang Raya. Media Gizi Pangan .

Kholid, A. (2012). Promosi Kesehatan: Dengan Pendekatan Teori Perilaku,

Media, dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.

Kowalak, J. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.


Kunaryanti, Andriyani, A., & Wulandari, R. (2018). Hubungan Tingkat

Pengetahuan Tentang Diabetes Mellitus Dengan Perilaku Mengontrol Gula

Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan Di RSUD Dr. Moewardi

Surakarta. Vol. 11 No. 1.

Ningsih, R., & Deni, R. (2018). Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Diet

Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe Ii Di Poliklinik Penyakit Dalam Rsud

Dr. Achmad Mochtar Kota Bukittinggi. Nursing Journal of STIKES Insan

Cendekia Medika Jombang , Vol. 15 No. 1.

Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku. Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi (Revisi 2010 ed.).

(Soekidjo Notoatmodjo, Ed.) Jakarta: Rineka Cipta.

Nur, S., Toharin, R., Cahyati, W., Zainafree, I., Ilmu, J., Masyarakat, K., et al.

(2015). Hubungan Modifikasi Gaya Hidup Dan Kepatuhan Konsumsi Obat

Antidiabetik Dengan Kadar Gula Darah Pada Penderita Diabetes Melitus

Tipe 2 Di RS Qim Batang Tahun 2013.

Sam, N., Lestari, H., & Afa, J. (2017). The Related Of Activity Of Daily Living

(Adl), Physical Activity, And Diet Compliance With Blood Sugar Levels In

Diabetic Patients At Working Area Of Poasia Health Centers In 2017.


Sugandi, A., Hasneli, Y., & Studi Ilmu Keperawatan, P. (2018). Faktor-Faktor

Yang Mepengaruhi Kepatuhan Diet Diabetes Pada Pasien Diabetes

Mellitus Tipe 2.

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Triyanto, B. (2011). Diabetes di Usia Muda. (Anjelita Noverina, Ed.) Jakarta:

Gramedia Widiasarana Indonesia.

Untari, E., Akper, D., Booth, W., Cimanuk, J., & 20 Surabaya, N. (2018).

Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terkendalinya Kadar Gula

Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Puskesmas Pakis Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai