Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA BRONKHIAL

DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT AL ISLAM BANDUNG

Disusun oleh

Asri Sartika PS

(032016046)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH BANDUNG

2018/2019
1. Pengertian
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan napas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah, baik secara spontan maupun sebagai hasil
pengobatan (Muttaqin,2008).
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu.
(Smelzer Suzanne : 2001)
Asma bronchial adalah penyakit pernafasan objektif yang ditandai oleh spasme
akut otot polos bronkus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus. (Elizabeth, 2000: 430)
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan (The American Thoracic Society).
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa asma bronchial adalah
suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif yang bersifat reversible, ditandai dengan
terjadinya penyempitan bronkus, reaksi obstruksi akibat spasme otot polos bronkus,
obstruksi aliran udara, dan penurunan ventilasi alveoulus dengan suatu keadaan
hiperaktivitas bronkus yang khas.
2. Etiologi
Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah
fenomenahiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka
terhadaprangsangan imunologi maupun non imunologi. Adapun rangsangan ataufaktor
pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah:
1. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan olehalergen atau alergen
yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
2. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen,seperti common
cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, danpolutan lingkungan dapat
mencetuskan serangan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristikdari bentuk
alergik dan non-alergik (Smeltzer & Bare, 2002).
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi danpresipitasi timbulnya serangan
Asma Bronkhial yaitu :
a. Faktor predisposisi
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belumdiketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderitadengan penyakit alergi biasanya mempunyai
keluarga dekat jugamenderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini,penderita
sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jikaterpapar dengan faktor pencetus.
Selain itu hipersensitivitas saluranpernapasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan : yang masuk melalui saluran pernapasan
Contoh : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,bakteri dan polusi.
b) Ingestan : yang masuk melalui mulut
Contoh : makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit
Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin seringmempengaruhi Asma.
Atmosfir yang mendadak dinginmerupakan faktor pemicu terjadinya serangan
Asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti
musimhujan, musim kemarau.
3) Stres
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetusserangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbulharus segera diobati penderita asma yang mengalami stres ataugangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikanmasalah pribadinya. Karena jika
stresnya belum diatasi makagejala belum bisa diobati.
4) Olah raga atau aktifitas jasmani
Kegiatan jasmani berat, misalnya berlari atau naik sepeda dapat memicu serangan
asma. Bahkan tertawa dan menangis yang berlebihan dapat merupakan pencetus.
Pasien dengan faal paru di bawah optimal amat rentan terhadap kegiatan jasmani.

3. Manifestasi Klinis
a. Wheezing
b. Dyspneu dengan lama ekspirasi
c. Batuk kering karena sekret kental dan lumen jalan napas sempit
d. Tachypnea, orthopnea
e. Gelisah
f. Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan
g. Fatigue
h. Intoleransi aktivitas
i. Perubahan tingkat kesadaran, cemas
j. Serangan tiba-tiba/ berangsur-angsur
Tanda serangan asma :
1. Tanda awal serangan asma
- Tidak ada perbaikan dengan obat biasa
- Pemakaian obat lebih sering
- Mengi menetap
- Terlihat pucat dan agak gelisah
- Ingus encer makin banyak
2. Tanda lanjutan serangan asma
- Mengi menetap dan makin keras
- Anak mudah lelah dan gelisah
- Pemakaian obat makin sering
- Perut turun naik saat bernapas
- Anak lebih suka dalam posisi duduk
- Obat pereda serangan tidak mempan lagi
3. Tanda bahaya serangan asma
- Mengi melemah tapi sesak napas makin berat
- Anak terlihat kelelahan
- Kebiruan didaerah mulut dan sekitarnya
- Anak sangat gelisah

4. Klasifikasi
Pembagian asma pada anak :
a. Asma episodic yang jarang
Biasanya terdapat pada anak umur 3-8 tahun. Serangan umumnya dicetuskan oleh
infeksi virus saluran nafas bagian atas. Banyaknya serangan 3-4 kali dalam satu
tahun. Lamanya serangan paling lama beberapa hari saja dan jarang merupakan
serangan yang berat. Gejala yang timbul lebih menonjol pada malam hari. Mengi
dapat berlangsung 3-4 hari. Sedangkan batuk dapat berlangsung 10-14 hari.
Manifestasi alergi lainnya misalnya eksim jarang didapatkan pada golongan ini.
b. Asma episodic sering
Biasanya serangan pertama terjadi pada usia sebelum 3 tahun, berhubungan
dengan infeksi saluran nafas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa
infeksi yang jelas. Nbanyaknya serangan 3-4 kali dalam satu tahun dan tiap kali
serangan beberapa hari sampai beberap minggu. Frekuensi serangan paling sering
pada umur 8-13 tahun.
c. Asma kronik atau persisten
Lima puluh persen anak terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan 50
% sisanya serangan episodic. Pada umur 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya
obstruksi saluran nafas yang persisten. Pada malam hari sering terganggu oleh batuk
dan mengi. Obstruksi jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun. Di
samping tiga golongan besar di atas terdapat bentuk asma lain:
1. Asma episodic berat dan berulang
Dapat terjadi pada semua umur, biasanya berhubungan dengan infeksi virus saluran
nafas. Tidak terdapat obstruksi saluran nafas yang persisten.
2. Asma persisten pada bayi
- Mengi yang persisten dengan takipneu
- Dapat terjadi pada umur 3-12 bulan
- Mengi biasanya terdengar jelas kalau anak sedang aktif dan tidak terdengar
kalau sedang tidur.
- Beberapa anak bahkan menjadi gemuk “fat happy whezzer”
- Gambaran rontgen paru biasanya normal.
- Gejala obstruksi saluran nafas lebih banyak disebabkan oleh edema mukosa
dan hipersekresi daripada spasme ototnya.
3. Asma hipersekresi
- biasanya terdapat pada anak kecil dan permulaan anak sekolah.
- Gambaran utama serangan: batuk, suara nafas berderak (krek-krek, krok-
krok), dan mengi
- Didapatkan ronki basah dan kering
4. Asma karena beban fisik (exercise induced astma)
5. Asma dengan alergen atau sensitivitas spesifik
6. Batuk malam
- terdapat pada semua golongan asma
- banyak terjadi karena inflamasi mukosa, edema dan produksi mucus banyak.
- Pada umur 2-6 tahun, gejala utama batuk malam keras dan kering, biasanya
terjadi jam 1-4 pagi.
7. Asma yang memburuk pada pagi hari (early morning dipping)

5. Patofisiologi
Perubahan jaringan pada asma tanpa komplikasi terbatas pada bronkus dan terdiri
dari spasme otot polos, edema mukosa, dan infiltrasi sel-sel Radang yang menetap dan
hipersekresi mucus yang kental. Keadaan ini pada orang-orang yang rentan terkena
asma mudah ditimbulkan oleh berbagai rangsangan, yang menandakan suatu keadaan
hiveraktivitas bronkus yang khas.
Orang yang menderita asma memilki ketidakmampuan mendasar dalam mencapai angka
aliran uadara normal selama pernapasan (terutama pada ekspirasi). Ketidakmampuan ini
tercermin dengan rendahnya usaha ekspirasi paksa pada detik pertama, dan berdasrkan
parameter yang berhubungan aliran.
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar
dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel
ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang
bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Histamine yang dihasilkan menyebabkan kontraksi otot polos bronkiolus.
Apabila respon histaminnya berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena
histamine juga merangsang pembentukan mucus dan meningkatkan permeabilitas
kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang intestinum paru,
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Selain itu
olahraga juga dapat berlaku sebagai suatu iritan, karena terjadi aliran udara keluar
masuk paru dalam jumlah beasr dan cepat. Udara ini belum mendapat perlembaban
(humidifikasi), penghangatan, atau pembersihan dari partikel-partikel debu secara
adekuat sehingga dapat mencetuskan asma.
Pada asma, diameter bronkhiolus menjadi semakin berkurang selama ekspirasi dari pada
selama inspirasi. Hal ini dikarenakan bahwa peningkatan tekanan dalam intrapulmoner
selama usaha ekspirasi tak hanya menekan udara dalam alveolus tetapi juga menekan
sisi luar bronkiolus. Oleh karena itu pendeita asma biasanya dapat menarik nafas cukup
memadai tetapi mengalami kesulitan besar dalam ekspirasi. Ini menyebabkan dispnea,
atau ”kelaparan udara”. Kapsitas sisa fungsional paru dan volume paru menjadi sangat
meningkat selama serangan asma karena kesulitan mengeluarkan udara dari paru-paru.
Setelah suatu jangka waktu yang panjang, sangkar dada menjadi membesar secara
permanent, sehingga menyebabkan suatu ”barrel chest” (dada seperti tong).

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat
dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian
bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer).
2. Uji Provokasi bronkus
Menurut Heru Sundaru dalam bukunya H.Slamet Sogiono, dkk (2001: 24-
25)Dilakukan jika spirometri normal, maka dilakukan uji provokasi bronkus dengan
allergen, dan hanya dilakukan pada pasien yang alergi terhadap allergen yang di uji.
3. Foto dada ( scanning paru)
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
4. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E spesifik dalam sputum
Pemeriksaan Ig E dalam serum juga dapat membantu menegakkan diagnosis asma,
tetapi ketetapan diagnosisnya kurang karena lebih dari 30 % menderita alergi.
5. ABGs
Menunjukan proses penyakit kronik, sering kali PO2 menurun dan PCO2 normal
atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema). Sering kali menurun pada asma
dengan pH normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap
hiperventilasi (emfisema sedang atau asma).
6. Darah komplit
Dapat menggambarkan adanya peningkatan eosinofil pada asma.
7. Uji kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
8. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, yaitu :

a. Perubahan aksis jantung,.


b. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right
bundle branch block).
c. Tanda-tanda hopoksemia,
9. Analisis gas darah

7. Penatalaksanaan
Penderita asma dengan serangan ringan tidak perlu dirawat inap. Rawat inap
diperlukan bila serangan berat, dengan tindakan awal tidak teratasi dan ada tanda-tanda
komplikasi. Penanggulangan asma pada anak meliputi:
a. Mencegah serangan dengan menghindari faktor pencetus
b. Mencegah serta mengatasi proses inflamasi dengan obat antiinflamasi
c. Penanggulangan edema mukosa saluran napas dengan obat antiinflamasi inhalasi
secara oral/parenteral
d. Penanggulangan sumbatan lendir dengan banyak minum, mukolitik serta lendir encer
dan mudah dikeluarkan.
e. Menciptakan kondisi jasmani yang baik meliputi kebugaran dan ketahanan fisik
dengan latihan jasmani atau senam pernapasan.

Tindakan penanggulangan :
a. Serangan akut dengan oksigen nasal/ masker
b. Terapi cairan parenteral
c. Terapi pengobatan :
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 yaitu :
1) Pengobatan non farmakologik
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairand. Fisioterapie. Beri O₂bila perlu
2) Pengobatan farmakologik
- Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.
Terbagi dalam 2 golongan:
a) Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)Nama obat:
Orsiprenalin (Alupent), fenoterol (berotec), terbutalin (bricasma).
b) Santin (teofilin)Nama obat: Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin
(Euphilin Retard), Teofilin(Amilex)Penderita dengan penyakit
lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
- Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan tetapi merupakan obat
pencegahserangan asma. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat
anti asma yanglain dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian 1 bulan.
- Ketolifen, mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin.
Biasanya diberikandosis 2 kali 1 mg/hari. Keuntungan obat ini adalah
dapat diberikan secara oral.
8. Komplikasi
Berbagai komplikasi menurut Arief Mansjoer (2000: 477) yang mungkin timbul adalah :
1. Pneumo thoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang
dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat menyebabkan
kolaps paru yang lebih lanjut lagi dapat menyebabkan kegagalan nafas.Kerja
pernapasan meningkat, kebutuhan O2 meningkat. Orang asma tidak sanggup
memenuhi kebutuhan O2 yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk bernapas
melawan spasme bronkhiolus, pembengkakan bronkhiolus, dan m ukus yang kental.
2. Status Asmatikus
Status asmatikus adalah suatu serangan asma yang sangat berat, berlangsung
dalam beberapa jam smapai beberapa hari yang tidak memberikan perbaikan pada
pengobatan yang lazim dan dapat mengakibatkan kematian.
Factor penyebab :
- Infeksi saluran nafas
- Pencetus serangan ( allergen, obat- obatan, infeksi)
- Kontraksi otot polos
- Edema mukosa
- Hipersekresi
3. Emfisema kronik
Adanya pengisian udara berlebih dengan obstruksi terjadi akibat dari obstruksi
sebagian yang mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara
dari dalam alveolus menjadi lebih sukar dari pada pemasukannya.
4. Ateleltaksis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara ( bronkus maupun bronkiolus ) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal.
5. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernafasan yang disebabkan oleh jamur dan
tersifat oleh adanya gangguan pernafasan yang berat. Penyakit ini juga dapat
menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata. Istilah
Aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi Aspergillus sp.Aspergilosis
Bronkopulmoner Alergika (ABPA) adalah suatu reaksi alergi terhadap jamur yang
disebut aspergillus, yang menyebabkan peradangan pada saluran pernafasan dan
kantong udara.
6. Gagal nafas
7. Bronchitis
Bronkhitis adalah kondisi di mana lapisan bagian dalam di paru-paru yang kecil
mengalami bengkak dan terjadi peningkatan produksi dahak. Akibatnya penderita
merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang
berlebihan.

9. Pencegahan
Secara skematis mekanisme terjadinya asma digambarkan sebagai berikut:
Sehubungan dengan asal-usul tersebut, upaya pencegahan asma dapat dibedakan
menjadi 3 yaitu :
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah sensitisasi pada bayi dengan risiko asma
(orangtua asma), dengan cara :
a. Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa
perkembangan bayi/anak
b. Diet hipoalergenik ibu hamil, asalkan / dengan syarat diet tersebut tidak mengganggu
asupan janin
c. Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan
d. Diet hipoalergenik ibu menyusui
2. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada anak yang telah
tersentisisasi dengan cara menghindari pajanan asap rokok, serta allergen dalam ruangan
terutama tungau debu rumah.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan untuk mencegah manifestasi asma pada anak yang telah
menunjukkan manifestasi penyakit alergi. Sebuah penelitian multi senter yang dikenal
dengan nama ETAC Study (early treatment of atopic children) mendapatkan bahwa
pemberian Setirizin selama 18 bulan pada anak atopi dengan dermatitis atopi dan IgE
spesifik terhadap serbuk rumput (Pollen) dan tungau debu rumah menurunkan kejadian
asma sebanyak 50%. Perlu ditekankan bahwa pemberian setirizin pada penelitian ini
bukan sebagai pengendali asma (controller).
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan bronkospasme
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnyapertahanan utama atau imunitas
5. Cemas berhubungan dengan kurangnyatingkat pengetahuan
6. Gangguan polatidurberhubungan dengan batuk yangberlebih
7. Intoleransiaktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

B. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sekret
Tujuan : jalan napas menjadi efektif
Kriteriahasil :
- Jalan napas bersih
- Sesak berkurang
- Batuk efektif
- Mengeluarkan sekret
Intervensi:
1) Kaji tanda-tandavital dan auskultasibunyi napas
2) Berikan pasien untuk posisiyangnyaman
3) Pertahankan lingkunganyangnyaman
4) Tingkatkan masukan cairan, denganmemberi airhangat.
5) Dorongatau bantu latihan napas dalam dan batukefektif
6) Dorongatau berikan perawatan mulut
7) Kolaborasi : pemberian obat dan humidifikasi, seperti nebulizer
Dx 2 : Ketidakefektifan polanapas berhubungan dengan bronkospasme
Tujuan : polanapas kembali efektif
Kriteriahasil :
- Polanapas efektif
- Bunyi napas normal kembali
- Batuk berkurang
Intervensi :
1) Kaji frekuensikedalaman pernapasan danekspansidada
2) Auskultasibunyi napas
3) Tinggikan kepaladan bentuk mengubah posisi
4) Kolaborasipemberian oksigen
Dx 3 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen
Tujuan :dapat mempertahankan pertukarangas
Kriteriahasil :
- Tidak adadispnea
- Pernapasan normal Intervensi

Intervensi :
1) Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan
2) Tinggikankepalatempattidur,bantupasienuntukmemilih posisiyangnyaman
untuk bernapas
3) Kaji atau awasisecar rutin kulit dan warnamembran mukosa
4) Dorongpengeluaran sputum: penghisapan biladiindikasikan
5) Auskultasibunyi napas
6) Kolaborasi: Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

Dx 4 : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak


adekuatnyapertahanan utama atau imunitas
Tujuan :tidak mengalami infeksinoskomial
Kriteriahasil :
- Tidak adatanda-tandainfeksi
- Mukosamulut lembab
- Batuk berkurang
Intervensi :
1) Monitortanda-tandavital
2) Observasiwarna, karakter, jumlah sputum
3) Berikan nutrisiyangadekuat
4) Berikan antibiotik sesuai indikasi

Dx 5 : Cemas berhubungan dengan kurangnyatingkat pengetahuan


Tujuan : kecemasan pasien berkurang
Kriteriahasil :
- Pasien terlihat tenang
- Cemas berkurang
- Ekspresiwajah tenang
Intervensi :
1) Kaji tingkat kecemasan
2) Berikan pengetahuan tentangpenyakityangdiderita
3) Berikan dukungan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya
4) Ajarkan teknik napas dalam padapasien
Dx 6 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk yang berlebih
Tujuan : polatidurterpenuhi
Kriteriahasil :
- Polatidur6-7 jam perhari
- Tidurtidak terganggu karenabatuk
Intervensi :
1) Kaji polatidursetiap hari
2) Beri posisiyangnyaman
3) Berikan lingkunganyang nyaman
4) Anjurkan kepadakeluargadan pengunjunguntuk tidak ramai
5) Menjelaskan pada pasien pentingnya keseimbangan istirahat dan tiduruntuk
penyembuhan
Dx 7 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : aktivitas normal
Kriteriahasil :
- Pasien dapat berpartisipasidalam aktivitas
- Pasien dapat memenuhikebutuhan pasien secaramandiri
Intervensi:
1) Kaji tingkat kemampuanaktivitas
2) Anjurkan keluarga untuk membantu memenuhi kebutuhaan pasien
3) Tingkatkanaktivitas secarabertahap sesuai toleransi
4) Jelaskan pentingnya istirahat dan aktivitas dalaam proses penyembuhan

Anda mungkin juga menyukai