Anda di halaman 1dari 101

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN

KECUKUPAN MODAL TERHADAP JUMLAH PENYALURAN


KREDIT DENGAN UKURAN BANK SEBAGAI PEMODERASI
(Studi Empiris Pada PT. BPR Artha Mitra Usaha Periode 2017-2019)

SKRIPSI

Oleh
REVAN MAIRJAL
NIM. 2016120460

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2019
PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN
KECUKUPAN MODAL TERHADAP JUMLAH PENYALURAN
KREDIT DENGAN UKURAN BANK SEBAGAI PEMODERASI
(Studi Empiris Pada PT. BPR Artha Mitra Usaha Periode 2017-2019)
SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Akuntansi dari
Universitas Pamulang

Oleh
REVAN MAIRJAL
NIM. 2016120460

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2019

i
MOTTO

“Maka sesungguhnya bersama dengan kesulitan ada kemudahan. Maka apabila


engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang
lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”

(QS. Al-Insyirah, 6-8)

“Hidup ini seperti sepeda. Agar tetap seimbang, kau harus terus bergerak”

(Albert Einstein)

“Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang kamu gunakan untuk merubah
dunia”

(Nelson Mandela)

”Akal budi dan pengetahuan adalah laksana raga dan jiwa tanpa raga, jiwa
menjadi kosong belaka kecuali hanya berupa angin hampa. Tanpa jiwa, raga
hanyalah kerangka tulang tanpa perasaan”

(Kahlil Gibran)

“Pendidikan adalah tiket ke masa depan. Hari esok dimiliki oleh orang-orang yang
mempersiapkan dirinya sejak hari ini”

(Malcolm X)

“Yang hebat di dunia ini bukanlah tempat di mana kita berada melainkan arah
yang kita tuju”

(Oliver Wendell Holmes)

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN


KECUKUPAN MODAL TERHADAP JUMLAH PENYALURAN
KREDIT DENGAN UKURAN BANK SEBAGAI PEMODERASI
(Studi Empiris Pada PT. BPR Artha Mitra Usaha Periode 2017-2019)

SKRIPSI

Oleh
REVAN MAIRJAL
NIM. 2016120460

Skripsi tersebut telah disetujui untuk diajukan kepada majelis penguji skripsi,
Program Studi Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang, Pada
tanggal 12 November 2019, oleh:

Pembimbing Skripsi Ketua Program Studi Akuntansi S1,

Wulandari Cahyani Putri, S.E., M.M. Effriyanti, SE., M.Sa., Akt, CA


NIDN. NIDN.

iii
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN


KECUKUPAN MODAL TERHADAP JUMLAH PENYALURAN
KREDIT DENGAN UKURAN BANK SEBAGAI PEMODERASI
(Studi Empiris Pada PT. BPR Artha Mitra Usaha Periode 2017-2019)

SKRIPSI

Oleh
REVAN MAIRJAL
NIM. 2016120460

Skripsi tersebut telah dipertahankan di majelis penguji skripsi, Program Studi


Akuntansi S1 Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang, pada tanggal 12
November 2019 dan dinyatakan LULUS

Pembimbing Skripsi Ketua Program Studi Akuntansi S1,

Wulandari Cahyani Putri, S.E., M.M. Effriyanti, SE., M.Sa., Akt, CA


NIDN. NIDN.
Penguji I, Penguji II,

NIDN. NIDN.

iv
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Revan Mairjal
NIM : 2016120460
Fakultas/Program Studi : Ekonomi/Akuntansi S1
Konsentrasi : Akuntansi Keuangan
Judul Skripsi : Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Dan
Kecukupan Modal Terhadap Jumlah Penyaluran
Kredit Dengan Ukuran Bank Sebagai Pemoderasi
(Studi Empiris Pada PT. BPR Artha Mitra Usaha
Periode 2017-2019)
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Skripsi saya sebagaimana yang tertera diatas, benar-benar hasil karya sendiri;
2. Skripsi saya bukan hasil plagiat atau menyalin dari skripsi orang lain;
3. Apabila dikemudian hari ternyata skripsi saya ini terbukti memplagiat atau
menyalin dari skripsi orang lain, saya bersedia menerima sanksi dan atau
bersedia dicabut atas segala hak dan wewenang yang berhubungan dengan
ijazah, serta bersedia melepaskan gelar kesarjanaan (S.AK) sesuai dengan
ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian lembar pernyataan ini saya buat dengan penuh sadar dan rasa tanggung
jawab tanpa adanya unsur paksaan, untuk dapat dipergunakan oleh pihak-pihak
yang berkepentingan.

Pamulang, 26 November 2019

REVAN MAIRJAL
NIM : 2016120460

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Revan Mairjal

Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 05 Mei 1998

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Terusan H. Nawi Malik RT/RW 004/005, Kel.

Serua, Kec. Boongsari, Kota Depok.

Telepon : 081214399833

Email : revanmairjal123@gmail.com

Riwayat Pendidikan : 1. SDN Serua 03, 2010

2. SMP PGRI 363, 2013

3. SMK Sasmita Jaya 1, 2016

4. Universitas Pamulang

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Pamulang, 26 November 2019

REVAN MAIRJAL
NIM : 2016120460

vi
DAFTAR PERSEMBAHAN

Teruntuk kedua orangtuaku,

Malaikat penuh kasih dan cinta dalam hidupku,

Mentari di pagiku bulan di malamku,

Sebagai tanda bukti dan wujud terimakasihku,

Panjatan doa yang tidak pernah berjuang,

Pengorbanan yang selama ini telah diberikan,

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Dan Kecukupan Modal Terhadap

Jumlah Penyaluran Kredit Dengan Ukuran Bank Sebagai Pemoderasi (Studi

Empiris pada PT BPR Artha Mitra Usaha Periode 2014-2019) ini dengan

baik. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas

Pamulang.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan tanpa

bantuan, motivasi dan doa dari berbagai pihak selama penyusunan proposal

skripsi ini berlangsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis ingin

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. (HC). Drs. H. Darsono, selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya yang

telah mewujudkan mimpi-mimpi anak bangsa dengan mempelopori

pendidikan dengan biaya terjangkau dan berkualitas.

2. Bapak Dr. H. Dayat Hidayat, M.M. selaku Rektor Universitas Pamulang yang

telah berupaya keras menjadikan Universitas Pamulang semakin berkualitas.

3. Bapak Dr. H. Rasmadi, M. Pd. selaku Wakil Rektor I Universitas Pamulang.

4. Bapak H. Endang Ruhiyat, S.E., M.M., CSRA, CMA selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pamulang.

viii
5. Ibu Effriyanti, SE., M.Sa., Akt, CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Pamulang.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi yang telah

memberikan ilmu yang bermanfaat.

7. Bapak dan Ibu jajaran staf Universitas Pamulang terkhusus staf akuntansi.

8. Kedua orang tau dan adik-adik tersayang yang selalu memberikan kasih

sayang dan dukungan sehingga menjadi motivasi penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu kelancaran skripsi ini yang tidak bisa

tersebutkan satu persatu. Terimakasih atas dorongan, motivasi, bantuan dan

doa yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari para pembaca demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis

berharap skripsi ini dapat berguna bagi para pembaca dan dunia ilmu

pengetahuan.

Pamulang, 26 November 2019

REVAN MAIRJAL
NIM : 2016120460

ix
ABSTRAK

Nama : Revan Mairjal


NIM : 2016120460
Program Studi : Akuntansi S1
Judul : “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Dan Kecukupan
Modal Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Dengan
Ukuran Bank Sebagai Pemoderasi (Studi Empiris Pada
PT. BPR Artha Mitra Usaha Periode 2017-2019)

x
ABSTRACT

Name : Revan Mairjal


NIM : 2016120460
Course : Bachelor Degree Accounting
Title : “The Influence of Third Party Funds (DPK) and Capital
Adequacy on the Amount of Credit Distribution with Bank
Size as Moderating (Case Study at PT. BPR Artha Mitra
Usaha Period 2017-2019)

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


MOTTO ................................................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LRMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
LEMBAR PERSEMBAHAN ............................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................. x
ABSTRACT ........................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ............................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 10
1.5 Sistematika Penulisan .................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 13
2.1 Landasan Teori .............................................................................. 13
2.2 Akuntansi Keuangan ..................................................................... 13
2.3 Bank .............................................................................................. 14
2.4 Penyaluran Kredit .......................................................................... 20
2.5 Dana Pihak Ketiga ......................................................................... 27
2.6 Kecukupan Modal ......................................................................... 28
2.7 Ukuran Bank .................................................................................. 30
2.8 Hasil Penelitian Terdahulu ............................................................ 32
2.9 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 40
2.10 Pengembangan Hipotesis .............................................................. 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 47
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 47

xii
3.2 Lokasi Penelitian ........................................................................... 47
3.3 Variabel dan Pengukuran .............................................................. 47
3.4 Populasi dan Sampel ..................................................................... 51
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 52
3.6 Teknik Analisis.............................................................................. 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian...................................................
4.2 Deskripsi Sampel ........................................................................... 54
4.3 Analisis Statistik Deskriptif...............................................................
4.4 Analisis Regresi Linear Berganda .....................................................
4.5 Uji Hipotesis ......................................................................................
4.6 Hasil dan Pembahasan .......................................................................
BAB V PENUTUP .................................................................................................
5.1 Kesimpulan ........................................................................................
5.2 Saran ..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
LAMPIRAN .............................................................................................................

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat 2014-2019. ........................ 4


Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 32
Tabel 3.1 Operasional Variabel......................................................................... 51

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat 2014-2019...................... 7


Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 40

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha konvensional dan

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam

lalu lintas pembayaran. Artinya kegiatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) jauh

lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. Kegiatan Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) hanya meliputi kegiatan penghimpunan dan penyaluran

dana saja. Bahkan dalam menghimpun dana Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitu pula dalam hal jangkauan wilayah

operasi, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) hanya dibatasi dalam wilayah-wilayah

tertentu saja. Selanjutnya pendirian Bank Perkreditan Rakyat (BPR) memerlukan

modal awal yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan modal awal bank

umum. Larangan lainnya bagi BPR adalah tidak diperkenankan ikut kliring

(Kamsir, 2014). Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2017) larangan lainnya bagi

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah menerima simpanan berupa giro,

melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai Pedagang Valuta

Asing (PVA) dengan izin OJK, melakukan penyertaan modal, melakukan usaha

perasuransian dan melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha.

Penyaluran kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) diatur oleh

Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/26/DKBU Tanggal

1
19 September 2012 tentang pedoman kebijakan dan prosedur perkreditan bagi

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang paling kurang mencakup: pertama pokok-

pokok kebijakan perkreditan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang mengacu pada

pedoman standar KPB yaitu prinsip kehati-hatian dalam perkreditan, organisasi

dan manajemen perkreditan, kebijakan persetujuan kredit, dokumentasi dan

administrasi kredit, pengawasan kredit dan penanganan kredit bermasalah. Kedua

transparansi, yang merupakan kebijakan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) untuk

memberikan informasi dengan lengkap dan jelas mengenai kredit yang ditawarkan

kepada debitur/calon debitur. Informasi tersebut paling kurang meliputi: pertama

informasi mengenai karakteristik kredit yang ditawarkan kepada debitur/calon

debitur yang mencakup nama kredit yang ditawarkan, manfaat dan risiko yang

melekat, persyaratan kredit, biaya-biaya yang melekat, perhitungan bunga dan

jangka waktu kredit yang ditawarkan, dan kejelasan mengenai bentuk dan isi

perjanjian kredit serta pengikatan agunan. Pengelolaan kredit harus dilakukan

dengan sebaik-baiknya mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku

bunga, prosedur pemberian kredit, analisa pemberian kredit sampai pada

pengendalian kredit macet. Kegiatan pengelolaan kredit kita kenal istilah

manajemen kredit (Kamsir, 2014). Untuk keberlangsungan usaha yang dilakukan

maka Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang baik akan senantiasa menjaga kualitas

kredit yang diberikan dan menerapkan prinsip kehati-hatian dan asas-asas

perkreditan dalam penyaluran kredit agar kredit yang disalurkan senantiasa

memiliki kualitas lancar.

2
Dalam Liputan6.com Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap kasus

tindak pidana perbankan yang dilakukan oleh Direktur Utama

PT BPR KS Bali Agung Sedana terkait pemberian kredit kepada 54 debitur

dengan nilai Rp24.225 miliar yang tidak sesuai prosedur. Pengungkapan kasus ini

disampaikan Kepala Departemen Penyidikan Sektor Jasa Keuangan OJK yang

menjelaskan bahwa pengungkapan kasus ini berawal dari temuan dalam proses

pengawasan yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap kegiatan

PT BPR KS Bali Agung Sedana, yang kemudian ditindak lanjuti oleh

Satuan Kerja Penyidikan Sektor Jasa Keuangan Otoritas Jasa Keuangan. Dalam

prosesnya diketahui jika pemberian kredit tidak sesuai dengan prosedur sehingga

menyebabkan pencatatan palsu dan tidak melaksanakan langkah-langkah yang

diperlukan untuk memastikan ketaatan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) terhadap

ketentuan perbankan. Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui

Keputusan Dewan Komisioner (KDK) Nomor KEP-202/D.03/2017 tentang

pencabutan izin usaha PT BPR Bali KS Agung Sedana yang beralamat di Jalan

Raya Kerobokan Nomor 15Z, Kuta, Badung Bali terhitung sejak tanggal

03 November 2017.

Dari fenomena diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi ketidaksesuaian

penyaluran kredit dilakukan dengan prosedur yang pedoman kebijakan dan

prosedur yang diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/26/DKBU

Tanggal 19 September 2012 karena ketidaksesuaian dokumentasi dan administrasi

debitur yang benar melakukan peminjaman uang atau melakukan kredit sehingga

terjadi debitur pada PT BPR KS Bali Agung Sedana sehingga kredit tersebut

3
dinyatakan kredit fiktif dan dari fenomena tersebut terindikasi bahwa tidak akan

terjadi penyaluran kredit jika PT BPR KS Bali Agung Sedana tidak memiliki dana

pihak ketiga, kecukupan modal dan ukuran bank yang besar.

Faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit adalah kemampuan Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) dalam menghimpun dana pihak ketiga, karena dana

pihak ketiga adalah salah satu dana yang digunakan oleh

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam melakukan penyaluran kredit selain dana

yang berasal dari modal Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sendiri, simpanan dari

bank lain dan juga dana pinjaman. Dana pihak ketiga yang dihimpun

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dari masyarakat terdiri dari tabungan, deposito

berjangka, dan bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Bagi bank yang

merupakan bisnis keuangan, kegiatan membeli dan menjual barang juga terjadi,

hanya bedanya dalam bisnis bank yang dijual dan dibeli adalah jasa keuangan.

Sebelum dilakukan penjualan jasa keuangan, bank haruslah terlebih dahulu

membeli jasa keuangan yang tersedia dimasyarakat dan membeli jasa keuangan

dapat diperoleh dari berbagai sumber dana yang ada, terutama sumber dana dari

masyarakat luas (Kamsir, 2014).

Dalam menjalankan usahanya Bank Perkreditan Rakyat (BPR) harus

memiliki permodalan yang baik atau dana yang bersumber dari bank itu sendiri.

Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya adalah

dana yang diperoleh dari dalam bank. Perolehan dana ini biasanya digunakan

apabila bank mengalami kesulitan untuk memperoleh dana dari luar. Kemudian

dana ini dapat pula dicari sesuai dengan tujuan bank (Kamsir, 2014). Permodalan

4
menunjukan kemampuan manajemen untuk mengawasi serta mengontrol risiko

yang terjadi, yang bisa mempengaruhi besarnya modal bank. Bank apabila

mempunyai modal yang memadai maka dapat melakukan kegiatan operasionalnya

dengan efisien dan efektif yang akan memberikan keuntungan pada bank tersebut.

Keuntungan dari sumber dana sendiri adalah tidak perlu membayar bunga yang

relatif lebih besar dari pada jika meminjam ke lembaga lain (Kamsir, 2014).

Kecukupan modal pada bank tercermin pada capital adequacy ratio (CAR).

Capital adequacy ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh

seluruk aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga,

tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping

memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat,

pinjaman (utang), dan lain-lain (Dendawijaya, 2009). Semakin tinggi capital

adequacy ratio (CAR) maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk

menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Banyaknya

kredit bermasalah mengakibatkan terkikisnya permodalan bank yang dapat

berakibat pada penurunan batas maksimum pemberian kredit (BMPK).

Faktor lain yang mempengaruhi jumlah penyaluran kredit adalah ukuran

bank. Menurut Basyaib, dalam Adnan (2016) Ukuran bank atau yang umumnya

disebut ukuran perusahaan adalah suatu skala yang mengelompokkan besar

kecilnya perusahaan berdasarkan berbagai cara yaitu dengan total aset, total

penjualan, atau total modal. Total aset merupakan faktor penting lainnya yang

dapat mempengaruhi jumlah penyaluran kredit diluar dana pihak ketiga dan

kecukupan modal, dana lain tersebut bisa berasal dari simpanan dari bank lain dan

5
juga pinjaman diterima. Sehingga semakin besar total aset suatu bank

kemungkinan dana yang dimilikinya juga besar sehingga dapat mempengaruhi

besarnya jumlah kredit yang akan disalurkan.

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh antara dana pihak ketiga (DPK)

dan kecukupan modal secara simultan terhadap jumlah penyaluran kredit yang

diteliti oleh Oktaviani (2012) Dana Pihak Ketiga (DPK), Return On Assets

(ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Jumlah

SBI berpengaruh secara simultan terhadap penyaluran kredit perbankan, dan pada

penelitian Susan Pratiwi & Lela Hindasah (2014) bahwa Dana Pihak Ketiga

(DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets (ROA), Net Interst

Margin (NIM) dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh secara simultan

terhadap penyaluran, pada penelitian Ni Made Anik Nasa Suryawati, Wayan

Cipta, Gede Putu Agus Jana Susila (2014) dana pihak ketiga, rasio kecukupan

modal, kredit bermasalah dan rasio likuiditas berpengaruh secara simultan

terhadap jumlah penyaluran kredit.

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh antara dana pihak ketiga (DPK)

secara parsial terhadap jumlah penyaluran kredit yang diteliti oleh Febry Amithya

Yuwono (2012) dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh terhadap jumlah

penyaluran kredit, pada penelitian Oktaviani (2012) dana pihak ketiga (DPK)

berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit, pada penelitian Galih Fahrul

Huda (2014) dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh terhadap jumlah penyaluran

kredit, pada penelitian Adnan, Ridwan dan Fildza (2016) dana pihak ketiga (DPK)

berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit, dan pada penelitian Susan Pratiwi

6
& Lela Hindasah (2014) dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh terhadap jumlah

penyaluran kredit.

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh antara kecukupan modal secara

parsial terhadap jumlah penyaluran kredit yang diteliti Febry Amithya Yuwono

(2012) capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh terhadap jumlah penyaluran

kredit. Pada penelitian Oktaviani (2012) capital adequacy ratio (CAR) memiliki

pengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit, dan pada penelitian Galih Fahrul

Huda (2014) capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh terhadap jumlah

penyaluran kredit, dan pada penelitian Susan Pratiwi & Lela Hindasah (2014)

capital adequacy ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap jumlah penyaluran

kredit. pada penelitian Adnan, Ridwan dan Fildza (2016) capital adequacy ratio

(CAR) tidak berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit.

Berdasarkan fenomena dan perbedaan hasil penelitian terdahulu yang

dipaparkan diatas, menarik untuk diuji kembali karena dapat dijadikan

permasalahan dalam penelitian ini, yakni mengenai pengaruh dana pihak ketiga

(DPK), serta perbedaan pengaruh dari kecukupan modal yang diukur dengan

capital adequacy ratio (CAR) terhadap jumlah penyaluran kredit. Penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Perbedaan tersebut

terletak pada sampel penelitian. Dari penjelasan yang telah dikemukakan diatas,

muncul ketertarikan untuk meneliti dan mengambil topik mengenai

perkembangan jumlah penyaluran kredit dengan menambahkan variabel moderasi

untuk memberikan pembaruan dalam penelitian ini. Oleh karena itu penulis

tertarik melakukan penelitian dengan judul: ”Pengaruh Dana Pihak Ketiga

7
(DPK) Dan Kecukupan Modal Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit Dengan

Ukuran Bank Sebagai Pemoderasi (Studi Empiris Pada PT BPR Artha Mitra

Usaha Periode 2017-2019)”.

1.2 Perumusan Masalah

Sejalan dengan penjelasan pada latar belakang penelitian diatas terdapat

permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Apakah dana pihak ketiga dan kecukupan modal berpengaruh secara

simultan terhadap jumlah penyaluran kredit?

2. Apakah dana pihak ketiga berpengaruh secara parsial terhadap jumlah

penyaluran kredit?

3. Apakah kecukupan modal berpengaruh secara parsial terhadap jumlah

penyaluran kredit?

4. Apakah ukuran bank dapat memoderasi hubungan antara dana pihak ketiga

terhadap jumlah penyaluran kredit?

5. Apakah ukuran bank dapat memoderasi hubungan antara kecukupan

modal terhadap jumlah penyaluran kredit?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh dana pihak ketiga dan kecukupan modal

secara simultan terhadap jumlah penyaluran kredit.

8
2. Untuk mengetahui pengaruh dana pihak ketiga secara parsial terhadap

jumlah penyaluran kredit.

3. Untuk mengetahui pengaruh kecukupan modal secara parsial terhadap

jumlah penyaluran kredit.

4. Untuk mengetahui apakah ukuran bank dapat memoderasi hubungan

antara dana pihak ketiga terhadap jumlah penyaluran kredit.

5. Untuk mengetahui apakah ukuran bank dapat memoderasi hubungan

antara kecukupan modal terhadap jumlah penyaluran kredit.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai

aktivitas perbankan dan menjadi sarana yang bermanfaat dalam

mengimplementasikan pengetahuan penulis yang didapat dari masa

perkuliahan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan teori mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah

penyaluran kredit, bagi yang melanjutkan penelitian ini.

9
3. Bagi Akademis

Bagi akademis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

tentang bagaimana pengaruh dana pihak ketiga (DPK) dan kecukupan

modal terhadap jumlah penyaluran kredit.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan pada

PT BPR Artha Mitra Usaha dalam mengambil kebijakan yang berguna

bagi kemajuan perusahaan.

2. Bagi Lembaga Lainnya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada lembaga

pemerintah dalam pengambilan keputusan mengenai ketentuan khususnya

tentang penyaluran kredit perbankan.

1.5 Sistematika Penulisan


Agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai penulisan

penelitian ini, maka garis besar materi pembahasan dari masing-masing bab

tersebut dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bagian awal dalam melakukan penelitian ini yang

membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang melandasi penelitian ini

yang digunakan sebagai dasar dalam melakukan analisa terhadap

permasalahan yang ada, hasil penelitian terdahulu, kerangka pemikiran

dan pengembangan hipotesis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, lokasi penelitian,

variabel dan pengukuran, populasi dan sempel, teknik pengumpulan

data dan teknik analisa.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Bab ini berisi sekilas gambaran umum objek penelitian. Selain itu, juga

dijelaskan hasil dan pembahasan mengenai “Pengaruh Dana Pihak

Ketiga dan Kecukupan Modal Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Dengan Ukuran Bank Sebagai Pemoderasi (Studi Empiris Pada PT

BPR Artha Mitra Usaha Periode 2017-2019)”.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang kesimpulan dan

saran sebagai hasil dari pembahasan bab-bab sebelumnya.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Likuiditas Bank

Menurut Muchdarsyah Sinungan, dalam Huda (2014) teori likuiditas bank

antara lain:

1. The Commercial Loan Theory

Teori ini mengemukakan bahwa suatu bank akan tetap likuid jika sebagian

besar kredit yang disalurkan merupakan kredit perdagangan jangka pendek

dan dapat dicairkan dalam keadaan bisnis yang normal (usual business).

2. The Shiftability Theory

Teori ini beranggapan bahwa likuiditas suatu bank akan lebih terjamin jika

bank bersangkutan memiliki aset yang dapat dipindahkan atau dijual

secara cepat seperti Surat Berharga Bank Indonesia.

3. The Anticipated Income Theory

Menurut teori ini, likuiditas suatu bank akan dapat dipertahankan jika bank

itu dapat merencanakan pembayaran kembali utangnya dengan pendapatan

di masa yang akan datang.

4. The Liability Management Theory

Teori ini beranggapan bahwa suatu bank dalam menjaga likuiditas

minimumnya dilakukan dengan cara mempunyai jaringan pinjaman yang

cukup banyak, baik dari rekanan maupun call money atau sumber lainnya.

13
Sehingga dari berbagai teori diatas dapat disimpulkan bahwa bank adalah

salah satu lembaga yang harus senantiasa menjaga likuiditasnya dengan berbagai

cara, diantaranya adalah memberikan kredit dalam jangka pendek, memiliki aset

yang mudah dijual secara cepat, merencanakan pembayaran kembali utangnya

dengan pendapatan di masa yang akan datang, mempunyai jaringan pinjaman

yang cukup banyak, baik dari rekanan maupun call money atau sumber lainnya,

hal ini dilakukan karena dana yang digunakan oleh bank sebagian besar

merupakan dana dari pihak ketiga atau masyarakat yang sewaktu-waktu harus

dikembalikan.

2.2 Akuntansi Keuangan

Akuntansi keuangan adalah semua bidang akuntansi berhubungan dengan

informasi keuangan dan akuntansi menggunakan satuan uang sebagai alat ukur

dan hitung (Martiani dkk, 2014). Menurut Thomas dkk (2011) akuntansi

keuangan (financial accounting) adalah akuntansi yang menyediakan informasi

bagi pengambilan keputusan di luar entitas, seperti investor, kreditor, agen

pemerintah, dan publik. Menurut Keiso dkk (2001) akuntansi keuangan (financial

accounting) adalah sebuah proses yang berakhir pada pembuatan laporan

keuangan menyangkut perusahaan secara keseluruhan untuk digunakan baik oleh

pihak-pihak internal maupun eksternal. Pemakai laporan keuangan ini meliputi

investor, kreditor, manajer, serikat pekerja, dan badan-badan pemerintah.

Manurut Kartikahadi dkk (2016) akuntansi keuangan adalah semua bidang

yang berhubungan dengan informasi keuangan dan akuntansi menggunakan

14
satuan uang sebagai alat ukur dan hitung. Namun pengertian akuntansi keuangan

secara khusus diartikan sebagai akuntansi yang bertujuan untuk menghasilkan

informasi keuangan suatu entitas, yang berguna bagi para pemangku kepentingan

sebagai penerima dan pengguna laporan keuangan untuk:

1. Pengambilan keputusan ekonomi, khususnya tentang investasi atau

pinjaman.

2. Pemahaman tentang posisi atau keadaan keuangan suatu unit usaha,

susunan aset yaitu sumber daya ekonomi yang dimiliki, sumber

pembelanjaan yaitu komposisi liabilitas dan ekuitas yang mendanai aset

tersebut.

3. Pemahaman tentang kinerja dan arus kas.

2.3 Bank

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2017) bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya

dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

2.3.1 Jenis-Jenis Bank

1. Bank Sentral

Menurut Sujarweni (2017) Bank Sentral yaitu bank yang tugasnya dalam

menerbitkan uang kertas dan logam sebagai alat pembayaran yang sah

dalam suatu negara.

2. Bank Umum

15
Menurut Sujarweni (2017) Bank Umum yaitu bank yang bukan saja dapat

meminjamkan atau menginvestasikan berbagai jenis tabungan yang

diperolehnya, tetapi juga dapat memberikan pinjaman dari menciptakan

sendiri uang giral.

3. Bank Perkreditan Rakyat

Menurut Sujarweni (2017) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank

yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas

pembayaran. Menurut Otoritas Jasa keuangan (2017) kegiatan usaha yang

dilakukan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah sebagai berikut:

1) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu.

2) Memberikan kredit.

3) Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip

konvensional sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia (BI).

4) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI),

deposito berjangka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank

lain.

4. Bank Syariah

16
Menurut Sujarweni (2017) Bank Syariah yaitu bank yang beroperasi

berdasarkan prinsip bagi hasil (sesuai kaidah ajaran islam tentang hukum

riba).

2.3.2 Peranan Bank Perkreditan Rakyat Dalam Perekonomian

Menurut Syaifuddin (2007) peran utama perbankan adalah sebagai berikut:

1. Peran Intermediasi

Mentransformasikan terutama menerima simpanan uang (giro, deposito

dan tabungan) dari rumah tangga kemudian memberikan kredit untuk

perusahaan dan individu dalam rangka menginvestasikan dananya dalam

bentuk, pembangunan gedung baru, peralatan dan barang-barang lain.

2. Peran Pembayaran

Peran pembayaran bank adalah menyelesaikan pembayaran untuk atas

nama nasabahnya

3. Peran Penjamin

Peran membantu dan menggaransi nasabah mereka untuk melunasi

hutangnya ketika nasabah tersebut tidak mampu membayar (seperti

penerbitan letter of credit).

4. Peran Manajemen Resiko

Peran bank dalam membantu nasabahnya dalam menyiapkan dana untuk

menanggulangi resiko properti dan individu.

5. Peran Penasehat Investasi dan Tabungan

Peran bank dalam memberikan nasehat kepada nasabah dalam melakukan

investasi dan tabungan untuk tujuan jangka panjang untuk kehidupan yang

17
lebih baik dimasa mendatang dengan membangun, mengatur dan

memproteksi tabungan.

6. Peran Penjaminan Keamanan Nilai Surat Berharga

Peran bank dalam menjamin nilai surat berharga dan melindungi barang-

barang berharga nasabahnya dan menjamin harga pasar surat berharga

nasabahnya.

7. Peran Agensi

Peran agensi bank adalah bertindak atas nama nasabahnya untuk

mengukur dan melindungi properti nasabahnya atau mengeluarkan dan

menebus surat-surat berharga nasabahnya (yang pada umumnya melalui

jasa kepercayaan bank).

8. Peran Pengambilan kebijakan

Peranan bank disini adalah bank bertindak sebagai saluran kebijakan

pemerintah dalam mengatur pertumbuhan ekonomi dan mengejar tujuan

sosial.

2.3.1 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Bank Perkreditan Rakyat

1. Laporan Laba Rugi

Menurut Kamsir (2014) laporan laba rugi merupakan laporan keuangan

bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu.

Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber

pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan.

Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi

mengenai kinerja entitas selama satu periode, yaitu hubungan penghasilan

18
dengan beban (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2008). Menurut Martiani dkk

(2014) laporan laba rugi komprehensif adalah ikhtisar mengenai

pendapatan dan beban suatu entitas untuk periode tertentu, sehingga dapat

diketahui laba yang diperoleh dan rugi yang dialami.

2. Laporan Posisi Keuangan

Laporan posisi keuangan merupakan laporan yang menunjukkan posisi

keuangan bank pada tanggal tertentu. Posisi keuangan dimaksudkan adalah

posisi aktiva (harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank.

Penyusunan komponen di dalam laporan posisi keuangan didasarkan pada

tingkat likuiditas dan jatuh tempo (Kamsir, 2014). Laporan posisi

keuangan adalah laporan keuangan yang menyajikan hubungan aset,

kewajiban dan ekuitas entitas pada waktu tertentu (Ikatan Akuntansi

Indonesia, 2008). Pos-pos dalam laporan neraca adalah sebagai berikut:

1) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari

peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan

diharapkan akan diperoleh entitas.

2) Kewajiban merupakan utang entitas masa kini yang timbul dari

peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan

arus keluar dari sumber daya entitas yang mengandung manfaat

ekonomi.

3) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi semua

kewajiban.

19
3. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek

yang berkaitan dengan kegiatan bank, baik yang berpengaruh langsung

maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kas. Laporan arus kas harus

disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan (Kamsir, 2014)

Laporan arus kas adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai

perubahan kas dan setara kas entitas selama periode tertentu, menunjukkan

secara terpisah perubahan dalam periode tersebut dari aktivitas operasi,

investasi dan pendanaan (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2008).

4. Laporan Komitmen dan Kontinjensi

Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji

yang tidak bisa dibatalkan secara sepihak (irrevocable) dan harus

dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi.

Contoh laporan komitmen adalah komitmen kredit, komitmen penjualan

atau pembelian aktiva bank dengan syarat repurchase agreement (repo),

sedangkan laporan kontinjensi merupakan tagihan atau kewajiban bank

yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya

satu atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang. Penyajian laporan

komitmen dan kontinjensi disajikan tersendiri tanpa pos lama (Kamsir,

2014).

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang berisi catatan

tersendiri mengenai Posisi Devisa Neto, menurut jenis mata uang dan

20
aktivitas lainnya (Kamsir, 2014). Menurut Martiani dkk (2014) Catatan

atas laporan keuangan merupakan laporan yang berisi informasi tambahan

atas apa dalam empat laporan diatas. Laporan ini memberikan penjelasan

atau rincian pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan dan informasi

mengenai pos-pos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan

keuangan.

2.4 Penyaluran Kredit

Menurut Kamsir (2014) dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering

diartikan memperoleh barang dengan membayar dengan cicilan atau angsuran

dikemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan

dikemudia hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. Menurut

Syaifuddin (2007) kata “kredit” berasal dari bahasa Yunani “credere”, artinya

“kepercayaan” yang dalam praktek sehari-hari berkembang lebih luas lagi antara

lain:

1. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pembelian atau

mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan

dilakukan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

2. Kredit dalam pengertian lembaga perbankan, sesuai dengan yang termuat

dalam Bab 1, pasal 1 ayat 12 Undang-Undang No 7 Tahun 1992 yaitu:

kredit adalah penyediaan uang atau taguhan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

21
melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga,

imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Mengenai Kredit, Meganingsih dkk (2010) dalam pedoman akuntansi

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menyatakan kredit adalah penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan pihak

lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi utangnya setelah

jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Kredit berdasarkan pengertiannya memiliki enam unsur adalah sebagai

berikut:

1. Persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam.

2. Aktivitas peminjaman uang atau tagihan sebesar plafon yang disepakati.

3. Jangka waktu tertentu.

4. Pendapatan berupa bunga.

5. Resiko, kecuali pada kredit channeling.

6. Jaminan dana atau agunan (jika ada).

2.4.1 Unsur-Unsur Kredit

Menurut Kamsir (2014) adapun unsur-unsur yang terkandung dalam

pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan

Kepercayaan yaitu suatu keyakinan pemberian kredit (bank) bahwa kredit

yang diberikan baik berupa uang, barang, atau jasa akan benar-benar

diterima kembali di masa tertentu di masa datang. Kepercayaan ini

22
diberikan oleh bank karena sebelum dana diluncurkan, sudah dilakukan

penelitian dan penyelidikan yang mendalam tentang nasabah. Penelitian

dan penyelidikan dilakukan untuk mengetahui kemauan dan

kemampuannya dalam membayar kredit yang disalurkan.

2. Kesepakatan

Di samping unsur kepercayaan didalam kredit juga mengandung unsur

kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-

masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

Kesepakatan penyaluran kredit dituangkan dalam akad kredit yang

ditandatangani oleh kedua belah pihak, yaitu pihak bank dan nasabah.

3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan pasti memiliki jangka waktu tertentu, jangka

waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

Hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada kredit yang tidak memiliki

jangka waktu.

4. Risiko

Faktor risiko kerugian dapat diakibatkan dua hal, yaitu risiko kerugian

yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal

mampu dan risiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak

sengaja, yaitu akibat terjadinya musibah seperti bencana alam. Penyebab

tidak tertagihnya sebenarnya dikarenakan adanya suatu tenggang waktu

pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang jangka waktu suatu kredit

23
semakin besar risikonya tidak tertagih, demikian pula sebaliknya. Risiko

ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja maupun risiko

yang tidak disengaja.

5. Balas Jasa

Akibat dari pemberian fasilitas kredit bank tertentu mengharapkan suatu

keuntungan dalam jumlah tertentu. Keuntungan atas pemberian suatu

kredit atau jasa tersebut yang dikenal dengan nama bunga bagi bank

prinsip konvensional. Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan

komisi, serta biaya administrasi kredit ini merupakan keuntungan utama

bank, sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasa

ditentukan dengan bagi hasil.

2.4.2 Jenis Kualitas Kredit

Menurut Meganingsih dkk (2010) jenis-jenis kualitas kredit adalah sebagai

berikut:

1. Kredit performing, yaitu kredit dengan kualitas lancar (L)

2. Kredit non-performing, yaitu kredit dengan kualitas kurang lancer (KL),

kualitas diragukan (D), dan kualitas macet (M).

2.4.3 Prinsip-Prinsip Perkreditan

Menurut Syaifuddin (2007) untuk melaksanakan kegiatan perkreditan

secara sehat telah dikenal adanya prinsip 5 C yang meliputi:

1. Character (Karakter)

Pemberian kredit pada dasarnya berdasarkan kepercayaan dari pihak bank

bahwa peminjam mempunyai moral, watak ataupun sifat-sifat pribadi yang

24
positif dan kooperatif dan juga mempunyai rasa tanggung jawab dalam

menjalankan kegiatan usahanya.

2. Capacity (Kapasitas)

Kapasitas adalah kemampuan calon debitur (calon peminjam) melunasi

kewajiban-kewajibannya dari kegiatan usaha yang akan dilakukannya

yang akan dibiayai dengan kredit bank. Jadi jelaskan maksud dari

penilaian kapasitas disini adalah untuk menilai sampai sejauh mana hasil

usaha yang akan diperolehnya tersebut, akan mampu untuk melunasinya

tepat pada waktunya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya.

Pengukuran kapasitas dari calon debitur (calon peminjam) dapat dilakukan

melalui pendekatan, antara lain:

1) Pendekatan Historis

Pendekatan ini dilakukan dengan cara menilai past performance

(kinerja masa lampau) dari nasabah yang bersangkutan apakah

usahanya banyak mengalami kegagalan atau selalu menunjukkan

perkembangan yang semakin maju dari waktu ke waktu.

2) Pendekatan Financial

Pendekatan ini dilakukan dengan cara menilai laporan posisi keuangan

dan laporan rugi/laba untuk beberapa periode terakhir untuk

mengetahui seberapa besarnya solvabilitas, likuiditas dan rentabilitas

usahanya serta tingkat resiko usahanya.

25
3) Pendekatan Educational

Pendekatan ini dilakukan dengan cara menilai latar belakang

pendidikan para pengurus calon debitur (calon peminjam), hal ini

penting bagi perusahaan-perusahaan yang menghendaki kemampuan

teknologi tinggi ataupun usaha-usaha yang memerlukan

profesionalisme tinggi, seperti rumah sakit biro konsultan.

4) Pendekatan Yuridis

Pendekatan ini dilakukan dengan cara menilai apakah calon debitur

(calon peminjam) tersebut secara yuridis memiliki kapasitas untuk

mewakili dirinya atau badan usahanya yang diwakilinya untuk

mengadakan ikatan perjanjian kredit dengan bank.

5) Pedekatan Manajerial

Pendekatan ini dilakukan dengan cara menilai sampai sejauh mana

kemampuan dan keterampilan nasabah dalam melaksanakan fungsi-

fungsi manajemen dalam memimpin perusahannya.

6) Pendekatan Teknis

Pendekatan ini dilakukan dengan cara menilai sampai sejauh mana

kemampuan calon debitur dalam mengelola faktor-faktor produksi

seperti: tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan-peralatan

kerja/mesin-mesin, administrasi dan keuangan, industrial relation,

bahkan sampai kepada kemampuan dalam merebut market share.

26
3. Capital (Modal)

Capital/modal adalah jumlah dana/modal sendiri yang dimiliki oleh calon

debitur (calon peminjam). Kemampuan modal sendiri merupakan benteng

yang kuat agar tidak mudah terkena goncangan dari luar, misalnya dalam

situasi pasar modal dengan suku bunga yang tinggi, maka sebaliknya

komposisi modal sendiri ini harus semakin besar.

4. Collateral (Jaminan)

Collateral adalah barang-barang jaminan yang diserahkan oleh debitur

sebagai jaminan atas kredit yang diterima. Manfaat collateral adalah

sebagai alat pengamanan, apabila usaha yang dibiayai dengan kredit

tersebut gagal atau sebab-sebab lain, dimana debitur tidak mampu

melunasi kredit dari usahanya yang normal. Jaminan juga dapat sebagai

alat pengaman dalam menghadapi kemungkinan adanya ketidak pastian

pada kurun waktu yang akan dating pada saatnya kredit tersebut harus

dilunasi. Collateral ini sifatnya sebagai perlengkapan dari kelayakan dari

proyek nasabahnya. Penilaian collateral ini harus ditinjau dari sudut

ekonomisnya dari barang-barang yang akan dijaminkan, serta nilai

yuridisnya yaitu apakah barang-barang jaminan tersebut memenuhi syarat-

syarat yuridis untuk dipakai sebagai barang jaminan.

5. Condition Of Economic (Kondisi Perekonomian)

Kondisi ekonomi adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi dan

budaya, peraturan-peraturan pemerintah dan lain-lain yang mempengaruhi

keadaan perekonomian pada suatu saat, maupun untuk suatu kurun waktu

27
tertentu yang kemungkinannya akan dapat mempengaruhi kelancaran

usaha perusahaan yang memperoleh kredit.

2.5 Dana Pihak Ketiga (DPK)

Menurut Meganingsih dkk (2010) simpanan atau dana pihak ketiga adalah

dana yang dipercayakan oleh masyarakat (diluar Bank Umum dan BPR lain)

kepada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berdasarkan perjanjian penyimpanan

dana. Dana pihak ketiga terdiri atas beberapa jenis, yaitu:

1. Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu

yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat

lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.

2. Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu

menurut perjanjian antara penyimpan dengan Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) yang bersangkutan, deposito yang dimaksud adalah deposito yang

berjangka waktu.

3. Bentuk lain yang dipersamakan dengan itu.

2.6 Kecukupan Modal

Modal adalah salah satu yang harus dipertimbangkan dalam menilai

keamanan dan kesehatan sebuah bank. Modal juga merupakan faktor penentu

utama kapasitas pinjaman sebuah bank. Bank Indonesia mensyaratkan

28
perhitungan permodalan bank dengan menggunakan capital adequacy ratio

(CAR). Menurut Sujarweni (2017) capital adequacy ratio (CAR) yaitu

merupakan perbandingan jumlah modal dengan jumlah Aktiva Tertimbang

Menurut Resiko (ATMR).

Dendawijaya (2009) menyatakan Capital adequacy ratio (CAR) adalah

rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruk aktiva bank yang mengandung

resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai

dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber-

sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain.

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2017) dalam rangka mewujudkan

industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang sehat, kuat dan produktif

diperlukan penyesuaian terhadap struktur permodalan agar sejalan dengan praktik

terbaik perbankan. Pengaturan kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM)

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah sebagai berikut:

1. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) wajib menyediakan modal minimum yang

dihitung dengan menggunakan rasio KPMM paling rendah sebesar 12%

dari ATMR.

2. Modal Bank Perkreditan Rakyat (BPR) terdiri dari:

1) Modal inti (tier 1) yang meliputi:

 Modal inti utama.

 Modal inti tambahan.

2) Modal pelengkap (tier 2).

29
3. Modal pelengkap hanya dapat diperhitungkan paling tinggi 100% dari

modal inti.

4. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) wajib menyediakan modal inti paling

rendah sebesar 8% dari ATMR.

5. Penambahan dan/atau perubahan pengaturan mengenai:

1) Dana setoran modal.

2) Modal sumbangan.

3) Modal sumbangan berupa aset lainnya.

4) Modal pinjaman menjadi komponen modal inti tambahan.

5) Faktor pengurang modal inti.

6) Tambahan setoran modal berupa aset tetap.

7) Modal pelengkap.

8) ATMR.

6. Modal inti minimum BPR ditetapkan sebesar Rp 6 miliar.

7. Tahapan pemenuhan:

1) BPR dengan modal inti kurang dari Rp 3 miliar wajib memenuhi

modal inti minimum sebesar Rp 3 miliar paling lambat pada tanggal 31

Desember 2019. Selanjutnya BPR tersebut wajib memenuhi modal inti

minimum sebesar Rp 6 miliar paling lambat pada tanggal 31 Desember

2024.

2) BPR dengan modal inti paling sedikit Rp 3 miliar namun kurang dari

Rp 6 miliar wajib memenuhi modal inti minimum sebesar Rp 6 miliar

paling lambat pada tanggal 31 Desember 2019.

30
8. BPR dilarang melakukan distribusi laba jika:

1) Distribusi dimaksud mengakibatkan menurunnya modal inti menjadi

kurang dari Rp 6 miliar.

2) BPR belum memenuhi modal inti minimum sebesar Rp 6 miliar.

9. BPR yang mendapatkan izin usaha dengan modal disetor kurang dari Rp 6

miliar wajib memenuhi jumlah modal inti minimum paling lambat lima

tahun setelah memperoleh izin usaha dari OJK.

2.7 Ukuran Bank

Menurut Basyaib, dalam Adnan (2016) Ukuran bank atau yang umumnya

disebut ukuran perusahaan adalah suatu skala yang mengelompokkan besar

kecilnya perusahaan berdasarkan berbagai cara yaitu dengan total aset, total

penjualan, atau total modal. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

20 Tahun 2008, kriteria untuk perusahaan kecil adalah memiliki kekayaan bersih

di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000, untuk perusahaan

menengah kriterianya adalah memiliki kekayaan diatas Rp 500.000.000 sampai

dengan Rp 10.000.000.000, sedangkan pada perusahaan besar kriterianya adalah

memiliki kekayaan bersih diatas Rp 10.000.000.000, dan untuk ketiga perusahaan

tersebut perhitungan kekayaaan bersihnya tidak memperhitungkan tanah dan

bangunan tempat usaha. Dengan melihat kriteria-kriteria di atas, maka dapat

dikatakan jika perusahaan besar memiliki dana yang besar pula, hal tersebut

31
dikarenakan banyaknya kekayaan yang dimiliki perusahaan besar. Oleh karena

itu, pada perusahaan perbankan yang berukuran besar, kemungkinan dana yang

dimilikinya juga besar sehingga dapat mempengaruhi kredit yang akan disalurkan.

Menurut Meganingsih dkk (2010) aset yang umum dimiliki Bank

Perkreditan Rakyat (BPR) adalah sebagai berikut:

1. Kas.

2. Kas dalam valuta asing.

3. Sertifikat Bank Indonesia.

4. Pendapatan bunga yang akan diterima.

5. Penempatan pada bank lain (giro, tabungan, deposito dan sertifikat

deposito).

6. Kredit.

7. Agunan yang diambil alih.

8. Aset tetap dan inventaris.

9. Aset tidak berwujud.

10. Aset lain-lain.

2.8 Hasil Penelitian Terdahulu

Sebagai acuan dari penelitian ini dikemukakan hasil-hasil penelitian yang

telah dilakukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut:

32
Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No Peneliti / Judul Variabel Hasil Penelitian


Tahun
1. Adnan, Pengaruh Ukuran Bank, Ukuran Bank,
Ridwan dan Ukuran Bank, DPK, CAR, DPK, LDR
Fildzah / 2016 DPK, CAR, dan LDR, dan berpengaruh
LDR Terhadap Jumlah terhadap
Penyaluran Penyaluran penyaluran kredit,
Kredit Pada Kredit CAR tidak
Perusahaan berpengaruh
Perbankan Yang terhadap
Terdaftar Di BEI penyaluran kredit.
Tahun 2011-
2015
2. Made Pengaruh DPK, DPK, CAR, DPK dan CAR
Niteriasihani, CAR dan NPL, NPL, dan berpengaruh
Wayan Cipta dan Terhadap Penyaluran terhadap
dan I Wayan Penyaluran Kredit penyaluran kredit,
Suwendra / Kredit Pada NPL berpengaruh
2016 Bank Perkreditan negatif signifikan
Rakyat (BPR) Di terhadap
Kabupaten penyaluran kredit
Klungkung
Tahun 2011-
2013
3. I Gede Oggy Pengaruh DPK, DPK, BI Rate, DPK, BI
Pratama Putra BI Rate, NPL NPL, dan rate dan NPL
dan Surya Terhadap Penyaluran mempunyai
Dewi Penyaluran Kredit Modal pengaruh signifikan
Rustariyuni / Kredit Modal Kerja dan positif terhadap
2015 Kerja Pada BPR penyaluran kredit
Di Provinsi Bali modal kerja
Tahun 2009-
2014
4. Ni Made Anik Analisis DPK, CAR, DPK, CAR dan
Nasa Pengaruh DPK, NPL, LDR, LDR memiliki
Suryawati, CAR, NPL, LDR dan Penyaluran pengaruh terhadap
Wayan Cipta Terhadap Kredit penyaluran kredit,
dan Gede Putu Penyaluran sedangkan NPL
Agus Jana Kredit (Studi tidak berpengaruh
Susila / 2014 Kasus Pada LPD terhadap
Desa Pakraman penyaluran kredit
Pemaron Periode
33
2010-2013)
5. Galih Fahrul Pengaruh DPK, DPK, CAR, DPK dan ROA
Huda / 2014 CAR, NPL dan NPL, ROA, berpengaruh positif
ROA Terhadap dan Penyaluran dan signifikan
Penyaluran Kredit terhadap
Kredit penyaluran
kredit.NPL
memiliki pengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
penyaluran kredit.
Sedangkan CAR
memiliki pengaruh
negatif dan tidak
signifikan terhadap
penyaluran kredit
6. Susan Pratiwi Pengaruh DPK, DPK, CAR, DPK berpengaruh
dan Lela CAR, ROA, ROA, NIM, positif dan
Hindasah / NIM dan NPL NPL, dan signifikan terhadap
2014 Terhadap Penyaluran penyaluran kredit,
Penyaluran Kredit CAR dan ROA
Kredit Pada tidak mempunyai
Bank Umum Di berpengaruh dan
Indonesia bernilai negatif
terhadap
penyaluran kredit,
dan NPL
mempunyai
pengaruh yang
negatif dan
signifikan terhadap
penyaluran kredit
7. Dwi Fajar Analisis DPK, LDR, DPK dan LDR
Febrianto / Pengaruh DPK, NPL, CAR, berpengaruh positif
2013 LDR, NPL, ROA, BOPO, signifikan terhadap
CAR, ROA, dan dan Jumlah jumlah penyaluran
BOPO terhadap Penyaluran kredit, sedangkan
Jumlah Kredit NPL, CAR, ROA,
Penyaluran BOPO tidak
Kredit (Studi berpengaruh
Pada Bank signifikan terhadap
Umum Yang jumlah penyaluran
Terdaftar Di kredit
Bursa Efek
Indonesia
34
Periode 2009-
2012)
8. Febry Analisis DPK, LDR, DPK dan LDR
Amithya Pengaruh DPK, CAR, NPL, berpengaruh positif
Yuwono / LDR,CAR, NPL, ROA, SBI, signifikan terhadap
2012 ROA, dan SBI Jumlah jumlah penyaluran
Terhadap Jumlah Penyaluran kredit, CAR, ROA
Penyaluran Kredit dan SBI
Kredit (Studi berpengaruh positif
empiris: Bank tidak signifikan dan
yang terdaftar di NPL berpengaruh
BEI) negatif tidak
signifikan terhadap
penyaluran kredit
9. Oktaviani / Pengaruh DPK, DPK, ROA, DPK dan CAR
2012 ROA, CAR, CAR, NPL berpengaruh positif
NPL dan Jumlah Jumlah SBI, dan signifikan
SBI Terhadap dan Penyaluran terhadap
Penyaluran Kredit penyaluran kredit
Kredit perbankan. Jumlah
Perbankan (Studi SBI berpengaruh
Pada Bank negatif dan
Umum Go signifikan terhadap
Public Di penyaluran kredit.
Indonesia ROA dan NPL
Periode 2008- tidak berpengaruh
2011 terhadap
penyaluran kredit.
10. Himaniar Pengaruh CAR, CAR, NPL, CAR dan ROA
Triasdini / NPL, dan ROA ROA, dan berpengaruh positif
2010 Terhadap Penyaluran dan signifikan
Penyaluran Kredit Modal terhadap
Kredit Modal Kerja penyaluran kredit
Kerja (Studi modal kerja dan
Pada Bank NPL berpengaruh
Umum Yang negatif dan
Terdaftar Di signifikan terhadap
Bursa Efek penyaluran kredit
Indonesia modal kerja
Periode 2004-
2009)
Data diolah penulis, 2019

35
Dalam penelitian Adnan, Ridwan dan Fildzah (2016) mengenai pengaruh

ukuran bank, DPK, CAR, dan LDR terhadap penyaluran kredit pada perusahaan

perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah penyaluran kredit dan variabel independen dalam penelitian

ini adalah ukuran bank, DPK, CAR, dan LDR. Dari penelitian tersebut diperoleh

hasil bahwa Ukuran Bank memiliki pengaruh positif terhadap penyaluran kredit,

DPK pengaruh positif terhadap penyaluran kredit, CAR tidak berpengaruh

terhadap penyaluran kredit dan LDR memiliki pengaruh positif terhadap

penyaluran kredit.

Dalam penelitian Made Niteriasihani, Wayan Cipta dan I Wayan

Suwendra (2016) mengenai pengaruh DPK, CAR dan NPL, dan terhadap

penyaluran kredit pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kabupaten Klungkung

tahun 2011-2013. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penyaluran

kredit dan variabel independen dalam penelitian ini adalah DPK, CAR, NPL.

Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa DPK dan CAR berpengaruh positif

dan signifikan terhadap penyaluran kredit, NPL berpengaruh negatif signifikan

terhadap penyaluran kredit

Dalam penelitian I Gede Oggy Pratama Putra dan Surya Dewi Rustariyuni

(2015) mengenai pengaruh DPK, BI Rate, NPL terhadap penyaluran kredit modal

kerja pada BPR di Provinsi Bali tahun 2009-2014. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah penyaluran kredit modal kerja dan variabel independen

dalam penelitian ini adalah DPK, BI Rate, NPL. Dari penelitian tersebut di

peroleh hasil bahwa DPK, BI Rate dan NPL mempunyai pengaruh signifikan

36
secara simultan terhadap penyaluran kredit modal kerja, dan secara parsial

diperoleh bahwa DPK, BI Rate dan NPL mempunyai pengaruh signifikan dan

positif terhadap penyaluran kredit modal kerja.

Dalam peelitian Ni Made Anik Nasa Suryawati, Wayan Cipta dan Gede

Putu Agus Jana Susila (2014) mengenai analisis pengaruh DPK, CAR, NPL, LDR

terhadap penyaluran kredit (studi kasus pada LPD Desa Pakraman Pemaron

Periode 2010-2013). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penyaluran

kredit dan variabel independen dalam penelitian ini adalah DPK, CAR, NPL, dan

LDR. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa DPK, CAR dan LDR

memiliki pengaruh terhadap penyaluran kredit, sedangkan NPL tidak berpengaruh

terhadap penyaluran kredit.

Dalam penelitian Galih Fahrul Huda (2014) mengenai pengaruh DPK,

CAR, NPL dan ROA terhadap penyaluran kredit. Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah penyaluran kredit dan variabel independen dalam penelitian

ini adalah DPK, CAR, NPL, ROA. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa

DPK dan ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit,

NPL memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit,

sedangkan CAR memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

penyaluran kredit.

Dalam penelitian Susan Pratiwi dan Lela Hindasah (2014) mengenai

pengaruh DPK, CAR, ROA, NIM dan NPL terhadap penyaluran kredit pada Bank

Umum di Indonesia. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penaluran

kredit dan variabel independen dalam penelitian ini adalah DPK, CAR, ROA,

37
NIM, dan NPL. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa DPK berpengaruh

positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit, CAR dan ROA tidak

mempunyai berpengaruh dan bernilai negatif terhadap penyaluran kredit, dan NPL

mempunyai pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit.

Dalam penelitian Dwi Fajar Febrianto (2013) mengenai analisis pengaruh

DPK, LDR, NPL, CAR, ROA, dan BOPO terhadap jumlah penyaluran kredit

(studi pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2009-2012). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah jumlah penyaluran

kredit dan variabel independen dalam penelitian ini adalah DPK, LDR, NPL,

CAR, ROA, dan BOPO. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa LDR

berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit, sedangkan

NPL, CAR, ROA, BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah

penyaluran kredit.

Dalam penelitian Febry Amithya Yuwono (2012) mengenai analisis

pengaruh DPK, LDR, CAR, NPL, ROA, dan SBI terhadap jumlah penyaluran

kredit (studi empiris Bank yang terdaftar di BEI). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah jumlah penyaluran kredit dan variabel independen dalam

penelitian ini adalah DPK, LDR, CAR, NPL, ROA, SBI. Dari penelitian tersebut

diperole hasil bahwa DPK dan LDR berpengaruh positif signifikan terhadap

jumlah penyaluran kredit, CAR, ROA dan SBI berpengaruh positif tidak

signifikan dan NPL berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap penyaluran

kredit

38
Dalam penelitian Oktaviani (2012) mengenai pengaruh DPK, ROA, CAR,

NPL dan jumlah SBI terhadap penyaluran kredit perbankan (studi pada Bank

Umum Go Public di Indonesia periode 2008-2011). Variabel dependen dalam

penelitian ini adalah Penyaluran Kredit dan variabel independen dalam penelitian

ini adalah DPK, ROA, CAR, NPL dan Jumlah SBI. Dari penelitian tersebut

diperoleh hasil bahwa DPK dan CAR berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penyaluran kredit perbankan. Jumlah SBI berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap penyaluran kredit. ROA dan NPL tidak berpengaruh terhadap

penyaluran kredit.

Dalam penelitian Himaniar Triasdini (2010) mengenai pengaruh CAR,

NPL, dan ROA terhadap penyaluran kredit modal kerja (studi pada Bank Umum

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2009). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah penyaluran kredit modal kerja dan variabel

independen dalam penelitian ini adalah CAR, NPL, dan ROA. Dari penelitian

tersebut diperoleh hasil bahwa CAR dan ROA berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penyaluran kredit modal kerja dan NPL berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap penyaluran kredit modal kerja.

2.9 Kerangka Pemikiran

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah

yang penting (Sugiyono, dalam Usman, 2019). Kerangka berfikir yang baik akan

menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti, jadi secara

39
teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Bila

dalam penelitian ada variabel moderator atau intervening, maka juga perlu

dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar

variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan kedalam bentuk paradigm penelitian.

Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigm penelitian harus didasarkan

pada kerangka berfikir (Usman, 2019).

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ha1

Dana Pihak Ketiga (X1) Ha2

Jumlah Penyaluran
Ha3 Kredit (Y)
Kecukupan Modal (X2)

Ha4 Ha5

Ukuran Bank (Z)

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Keterangan:

Simultan

Parsial

Pemoderasi

40
2.10 Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, sebagai jawaban sementara dapat

dirumuskan sebagai berikut:

2.10.1 Dana Pihak Ketiga (DPK) Dan Kecukupan Modal Berpengaruh

Secara Simultan Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Bank memiliki peranan yang penting dalam perekonomian suatu bangsa

karena dalam definisi bank menurut UU perbankan No. 10 Tahun 1998 adalah

badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Dana–dana yang

dihimpun dari masyarakat ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling

diandalkan oleh bank (bisa mencapai 80% - 90% dari seluruh dana yang dikelola

oleh bank (Dendawijaya, dalam Yuwono, 2012). Dana-dana yang telah diterima

tersebut merupakan dana pihak ketiga. Oleh sebab itu semakin besar Dana Pihak

Ketiga yang diterima semakin meningkat pula peranan bank dalam menyalurkan

dana tersebut kepada pihak yang kekurangan dana dengan bentuk pemberian

kredit.

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang

menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan

pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh

kegiatan operasi bank (Ali, dalam Huda, 2014). Semakin tinggi CAR maka

semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk

mengantisipasi potensi kerugian yang diakibatkan oleh penyaluran kredit. Dengan

41
kata lain besarnya nilai CAR akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan

dalam menyalurkan kredit. Dengan CAR diatas 20%, perbankan bisa memacu

pertumbuhan kredit hingga 20-25 persen setahun (Wibowo, dalam Huda 2014).

Ada kesinambungan antara kecukupan modal dan dana pihak ketiga

(DPK) yang mempengaruhi penyaluran kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR),

karena modal dan dana pihak ketiga (DPK) adalah dana utama yang dapat

digunakan dalam penyaluran kredit. Dana pihak ketiga (DPK) adalah dana yang

paling rendah biaya yang harus dikeluarkan sebagai timbal baliknya dibandingkan

sumber dana lainnya. Dari penyaluran kredit berkualitas Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) akan mendapatkan keuntungan atau laba yang dapat menambah modal

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang bisa meningkatkan batas maksimum

penyaluran kredit (BMPK) sehingga Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dapat lebih

memaksimalkan penyaluran kreditnya, disamping itu penambahan modal akan

meningkatkan kemampuan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam menanggung

resiko penyaluran kredit. Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan, maka

hipotesis yang diajukan adalah:

H1: Diduga dana pihak ketiga dan kecukupan modal mempunyai pengaruh secara

simultan terhadap jumlah penyaluran kredit

2.10.2 Dana Pihak Ketiga (DPK) Berpengaruh Secara Parsial Terhadap

Jumlah Penyaluran Kredit

Dana pihak ketiga (DPK) merupakan sumber dana terbesar yang

diandalkan perbankan dan dibutuhkan suatu bank dalam menjalankan operasinya.

Bank dapat memanfaatkan dana dari pihak ketiga ini untuk ditempatkan pada pos-

42
pos yang menghasilkan pendapatan bagi bank, salah satunya yaitu dalam bentuk

kredit. Hampir semua bank mengandalkan penghasilan utamanya

dari jumlah penyaluran kredit oleh karena itu pemberian kredit merupakan

aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan

(Dendawijaya, dalam Oktaviani, 2012). Selain itu, dana pihak ketiga (DPK)

adalah sumber dana terbesar paling mudah didapat oleh Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) dan memiliki jangka waktu lebih lama dalam pengembaliannya

dibandingkan dengan sumber dana lainnya, sehingga dana pihak ketiga (DPK)

menjadi dana yang paling diandalkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam

penyaluran kredit.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Febry

Amithya Yuwono (2012) bahwa dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit, pada penelitian Susan Pratiwi dan

Lela Hindasah (2014) bahwa dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit dan pada penelitian Galih Fahrul

Huda (2014) bahwa dana pihak ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap jumlah penyaluran kredit. Berdasarkan pemaparan dan hasil penelitian

terdahulu, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H2 : Diduga dana pihak ketiga mempunyai pengaruh terhadap jumlah penyaluran

kredit.

2.10.3 Kecukupan Modal Berpengaruh Secara Parsial Terhadap Jumlah

Penyaluran Kredit

43
CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang

dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan

risiko, misalnya kredit yang diberikan. (Dendawijaya, dalam Yowono, 2012).

CAR merupakan faktor internal dalam bank dalam menentukan penyaluran kredit

perbankan. CAR ditentukan menggunakan perbandingkan dengan kewajiban

penyediaan modal minimum sebesar 10%. Jika CAR tinggi maka akan

meningkatkan sumber daya finansial untuk perkembangan usaha perusahaan, dan

mengantisipasi kerugian yang akan diterima dari penyaluran jumlah kredit.

Jumlah CAR yang tinggi akan membuat kepercayaan diri pada bank dalam

melakukan penyaluran kredit. Oleh sebab itu, jika kecukupan modal yang dimiliki

oleh suatu bank tinggi maka jumlah penyaluran kredit yang akan diberikan dapat

meningkat.

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Febry

Amithya Yuwono (2012) capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh positif tidak

signifikan terhadap jumlah penyaluran kredit, pada penelitian Oktaviani (2012)

capital adequacy ratio (CAR) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

jumlah penyaluran kredit dan pada penelitian Himaniar Triasdini (2010) bahwa

capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap jumlah

penyaluran kredit. Berdasarkan pemaparan dan hasil penelitian terdahulu, maka

hipotesis yang diajukan adalah:

H3: Diduga kecukupan modal mempunyai pengaruh secara parsial terhadap

jumlah penyaluran kredit.

44
2.10.4 Ukuran Bank Dapat Memoderasi Hubungan Antara Dana Pihak

Ketiga Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Ukuran bank merupakan skala ukuran besar kecilnya suatu bank dengan

mengunakan total aset, total penjualan, atau total modal sebagai skala

pengukurannya (Basyaib, dalam Adnan, 2016). Semakin besar suatu bank, maka

semakin besar total aset yang dimilikinya, yang berarti bank memiliki dana yang

besar pula. Sehingga kemungkinan kredit yang disalurkan juga semakin besar.

Menurut penelitian yang dilakukan (Malede, dalam Adnan, 2016).

Dana yang terhimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) merupakan

sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank (Dendawijaya, dalam

Huda, 2014). Setelah menghimpun dana dari masyarakat luas, kegiatan bank

selanjutnya adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang

membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit

(Kasmir, dalam Huda, 2014).

Besarnya ukuran bank atau total aset bank adalah faktor yang akan

menarik minat dan menambah kepercayaan masyarakat untuk menyimpan

kelebihan dana yang dimilikinya, karena besarnya total aset yang dimiliki bank

berkemungkinan bank tersebut memiliki likuiditas yang baik untuk

mengembalikan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank. Oleh karena itu

semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar pula dana pihak ketiga

yang akan dimilikinya, sehingga akan mempengaruhi jumlah kredit yang bisa

disalurkan oleh suatu bank. Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan,

maka hipotesis yang diajukan adalah:

45
H4: Diduga ukuran bank memperkuat pengaruh kecukupan modal terhadap jumlah

penyaluran kredit.

2.10.5 Ukuran Bank Dapat Memoderasi Hubungan Antara Kecukupan

Modal Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Ukuran bank dapat juga disebut sebagai ukuran perusahaan, merupakan

skala pengelompokan besar kecilnya suatu perusahaan dengan melihat indikator

berupa total aset, total penjualan maupun total modal (Basyaib, dalam Yudi,

2018). Perusahan/bank yang berukuran besar biasanya memiliki akses yang lebih

besar dan lebih luas dalam mendapatkan pinjaman, akan menjadi lebih mudah

dikarenakan perusahaan besar memiliki kesempatan lebih besar dalam bersaing

dalam suatu industri (Sugiyono & Christiawan, dalam Yudi, 2018).

CAR merupakan faktor internal bank yang menentukan penyaluran kredit

perbankan (Yuwono, 2012). Jika nilai CAR tinggi maka akan meningkatkan

kemampuan dalam hal finansial termasuk mengantisipasi kerugian yang timbul

dari aktivitas penyaluran kredit perbankan. Dengan tingkat CAR yang besar

sekaligus akan meningkatkan kepercayaan diri perbankan dalam menyalurkan

kreditnya. Oleh karena itu semakin tinggi kecukupan modal, maka semakin besar

pula kemampuan perbankan dalam menyalurkan kreditnya.

Besarnya ukuran bank atau total aset bank dengan kecukupan modal

adalah dua faktor yang saling berkesinambungan, semakin besar aset suatu bank

maka semakin besar juga modal yang harus setor suatu bank, namun walaupun

memiliki dana yang besar dengan permodalan yang besar bank diharapkan

menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit, guna mendapatkan

46
keuntungan yang bisa dijadikan sebagai penambah modal yang dimiliki dengan

laba yang dihasilkan. Karena jika tidak menerapkan prinsip kehati-hatian kredit

yang bermasalah bisa menambah beban yang harus dikeluarkan oleh bank.

Berdasarkan pemaparan yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan

adalah:

H5: Diduga ukuran bank memperkuat pengaruh dana pihak ketiga terhadap jumlah

penyaluran kredit.

47
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif, sebagaimana

yang dikemukakan oleh Sujarweni (2016) penelitian kuantitatif adalah jenis

penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang dapat dicapai

(diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain

dari kuantifikasi (pengukuran).

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara langsung di PT BPR Artha Mitra Usaha

yang beralamat di Ruko Pamulang Permai Blok SH-22 No 16, Jalan Pamulang

Barat, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten. Dipilihnya

PT BPR Artha Mitra Usaha hal ini didasarkan pertimbangan objektif sesuai

dengan tujuan penelitian.

3.3 Variabel dan Pengukuran

Variabel dan pengukuran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.3.1 Variabel Dependen

Menurut Sugiyono (2017) variabel dependen sering disebut sebagai

variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut

sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

48
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jumlah Penyaluran Kredit

Menurut Meganingsih dkk (2010) kredit adalah penyediaan uang atau tagihan

yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

pinjam-meminjam antara Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan pihak lain yang

mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi utangnya setelah jangka

waktu tertentu dengan pemberian bunga. Untuk menghindari distribusi data yang

tidak normal maka data sampel yang ada akan ditransformasi dalam bentuk

logaritma narutal (Ln), karena selisih jumlah kredit yang terlalu besar. Menurut

Febrianto (2013) jumlah kredit yang disalurkan dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Jumlah Kredit Yang Disalurkan = Ln (Kredit Yang Disalurkan)

3.3.2 Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2017) variabel ini sering disebut sebagai variabel

stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai

variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen

(terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dana Pihak Ketiga

Menurut Meganingsih dkk (2010) simpanan atau dana pihak ketiga adalah

dana yang dipercayakan oleh masyarakat (diluar Bank Umum dan BPR lain)

kepada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) berdasarkan perjanjian penyimpanan

49
dana. Untuk menghindari distribusi data yang tidak normal maka data sampel

yang ada akan ditransformasi dalam bentuk logaritma narutal (Ln), karena selisih

jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang terlalu besar. Menurut Febrianto (2013)

jumlah dana pihak ketiga (DPK) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:
Dana Pihak Ketiga = Ln (Tabungan+ Deposito)

2. Kecukupan Modal

Dalam penelitian ini perhitungan kecukupan modal bank diukur dengan

menggunakan capital adequacy ratio (CAR). Capital adequacy ratio (CAR)

adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruk aktiva bank yang

mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain)

ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari

sumber-sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-

lain (Dendawijaya, 2009). Menurut SEOJK Nomor 8/SEOJK.03/2016 capital

adequacy ratio (CAR) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah Modal (Modal Inti dan Modal Pelengkap) x 100%


ATMR (Aset Tertimbang Menurut Resiko)

Keterangan:

1) Jumlah modal terdiri dari modal inti (modal disetor, agio, disagio -/-,

modal sumbangan, dana setoran modal, cadangan umum, cadangan tujuan,

laba ditahan, laba tahun-tahun lalu, rugi tahun-tahun lalu -/-, laba tahun

berjalan setelah dikurangi taksiran pajak penghasilan maksimal 50%, rugi

tahun berjalan -/-, kekurangan ppap yang seharusnya dibentuk -/-, agunan

yang diambil alih jatuh tempo -/-, goodwill -/-) dan modal pelengkap

50
(surplus revaluasi aktiva tetap, penyisihan penghapusan aktiva produktif

umum maksimal 1,25% dari aktiva tertimbang menurut resiko, pinjaman

subordinasi maksimal 50% dari modal inti).

2) Aktiva tertimbang menurut resiko dihitung dengan cara mengalihkan

nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot

resiko dari masing-masing pos aktiva neraca.

3.3.3 Variabel Moderator

Menurut Sugiyono (2017) variabel moderator adalah variabel yang

mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel

independen dengan dependen. Variabel disebut juga variabel independen kedua.

Variabel moderator dalam penelitian ini adalah:

1. Ukuran Bank

Ukuran bank dalam penelitian ini diukur menggunakan skala besarnya total

aset yang dimiliki. Untuk menghindari distribusi data yang tidak normal maka

data sampel yang ada akan ditransformasi dalam bentuk logaritma narutal (Ln),

karena selisih jumlah ukuran bank (total aset) yang terlalu besar. Menurut Adnan

(2016) ukuran bank (total aset) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Ukuran Bank = Ln (Total Aset)

51
Tabel 3.1

Operasional Variabel

No Variabel Rumus Skala


1 Jumlah Penyaluran Kredit Jumlah Kredit Yang Disalurkan = Ratio
Ln (Kredit Yang Disalurkan)
2 Dana Pihak Ketiga Dana Pihak Ketiga = Ln Ratio
(Tabungan + Deposito)
3 Kecukupan Modal Jumlah Modal (Modal Inti dan Ratio
Modal Pelengkap) : ATMR (Aset
Tertimbang Menurut Resiko) x
100%
4 Ukuran Bank Ukuran Bank = Ln (Total Aset) Ratio

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Pepulasi

Menurut Sujarweni (2016) Populasi adalah keseluruhan jumlah yang

terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan bulanan

PT BPR Artha Mitra Usaha yaitu dari laporan keuangan bulan Januari 2017

sampai dengan laporan keuangan bulan Oktober 2019 yaitu sebanyak 34 laporan

keuangan bulanan.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2016). Dalam penelitian ini

pengambilan sampelnya menggunakan teknik sampling nonprobability sampling

dengan metode sampling jenuh.

52
Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak

memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel (Sujarweni, 2016).

Sedangkan sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel. Istilah lain sampel jenuh adalah

sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel (Sujarweni, 2016).

Sehingga penelitian ini menggunakan 34 sampel yang totalnya sama besarnya

dengan populasi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Metode Dokumentasi

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik studi dokumentasi yaitu

pengumpulan data dengan kategori dan klasifikasi bahan-bahan tertulis

yang berhubungan dengan masalah penelitian (Ferdinand, dalam Susan

dan Lela, 2014). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan

cara mengumpulkan, mencatat, dan mengkaji data sekunder berupa yang

berupa laporan keuangan bulanan PT BPR Artha Mitra Usaha dari bulan

Januari 2017 sampai dengan bulan Oktober 2019. Data yang dikumpulkan

adalah dana pihak ketiga (DPK), capital adequacy ratio (CAR), ukuran

bank dan kredit.

53
2. Metode Observasi Berperan Serta (Participant Observation)

Menurut Sugiyono (2017) dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan

kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan

sebagai sumber data penelitian.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode observasi

berperan serta (participant observation) karena peneliti ikut melakukan

apa yang dikerjakan oleh sumber data dikarenakan peneliti merupakan

karyawan di PT BPR Artha Mitra Usaha yang merupakan perusahaan

lokasi penelitian ini dilakukan.

3.6 Teknik Analisis

Metode ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode data kuantitatif. Digunakan metode kuantitatif karena

penelitian ini akan menganalisis masalah yang diwujudkan dengan nilai tertentu

(Yuwono, 2012). Penelitian ini juga menggunakan teknik analisis regresi

berganda karena menguji hubungan antara satu variabel dependen terhadap lebih

dari satu variabel independen (Sujarweni, 2016). Pengolahan data penelitian ini

menggunakan program SPSS (Statistical Package for Social Sciences) 25.

3.6.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskripif adalah bagian dari statistik mengenai pengumpulan data,

penyajian, penentuan nilai-nilai statistik, pembuatan diagram atau gambar

mengenai suatu hal (Subagyo, 1992).

54
Menurut Susanti (2010) statistik deskriptif berarti data ringkasan

berbentuk angka dan fakta atau data kuantitatif yang disajikan dalam bentuk-

bentuk table, diagram, histogram, poligon, ogive, ukuran pemusatan, ukuran

penyebaran, simpangan baku, korelasi dan regresi linear. Mean menunjukkan nilai

rata-rata. Maksimum dan minimum menunjukkan nilai terbesar dan terkecil.

Analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk

menghitung nilai minimum, maksimum, mean, standar deviasi pada variabel

independen dana pihak ketiga (DPK), kecukupan modal dan juga variabel

dependen jumlah penyaluran kredit pada PT BPR Artha Mitra Usaha

tahun 2014-2019.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotetis, terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi klasik. Suatu model penelitian dikatakan cukup baik dan dapat digunakan

untuk memprediksi jika lolos serangkaian uji asumsi klasik yang melandasinya.

Uji asumsi klasik yang akan dilakukan terdiri dari: uji normalitas, uji

multikolinieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas yang secara rinci dapat

dijelaskan sebagai berikut:

3.6.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam

variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak

digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal.

Normalitas data dapat dilihat dengan menggunakan uji Normalitas Kolmogorov-

55
Smirnov (Sujarweni, 2016). Syarat pengambilan keputusan uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut:

1. Jika Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal.

2. Jika Sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

3.6.2.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independen yang memiliki kemiripan antar variabel independen dalam suatu

model. Kemiripan antar variabel independen akan mengakibatkan korelasi yang

sangat kuat. Selain itu untuk diuji ini juga untuk menghindari kebiasaan dalam

proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen. Jika VIF yang dihasilkan

diantara 1-10 maka tidak terjadi multikolinieritas (Sujarweni, 2016).

3.6.2.3 Uji Autokorelasi

Menurut Sujarweni (2016) menguji autokorelasi dalam suatu model

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu

pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya. Untuk data time series

autokorelasi sering terjadi. Tapi untuk data yang sampelnya crossection jarang

terjadi karena variabel pengganggu satu berbeda dengan yang lain. Menurut

Santoso (2002) pendeteksian autokorelasi dapat dilihat pada angka D-W (Durbin

Watson) dengan kriteria sebagai berikut:

1. Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

2. Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.

3. Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif

56
3.6.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Sujarweni (2016) Heteroskedastisitas menguji terjadinya

perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan

lain. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat

dilihat dengan pola gambar Scatterplot, regresi yang tidak terjadi

heteroskedastisitas jika:

1. Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau di sekitar angka 0.

2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.

3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang

melebar kemudian menyempit dan melebar kembali.

4. Penyebaran titik-titik data tidak berpola.

3.6.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah jumlah penyaluran kredit.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah dana pihak ketiga (DPK),

kecukupan modal. Ada dua teknik analisis data yang dipergunakan dalam

penelitian ini, yakni analisis linear berganda yang dipergunakan untuk menguji

hipotesis pertama, kedua dan ketiga. Adapun model regresi yang dipakai pada

penelitian ini adalah:

57
Y = a + β₁X₁ + β₂X₂ + ε

Keterangan:

Y : Ln Jumlah kredit yang disalurkan

a : Konstanta

β1, β2 : Koefisien Regresi Variabel Dana Pihak Ketiga dan Kecukupan Modal

X1 : Ln Dana Pihak Ketiga

X2 : Ln Kecukupan Modal

ε : Error (tingkat kesalahan pengganggu)

3.6.4 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi adalah salah satu nilai statistic yang dapat

digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan pengaruh anatara dua variabel.

Nilai koefisien determinasi menunjukkan presentase variasi nilai variabel

dependen yang dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang dihasilkan (Algifari,

2000). Menurut Supangat (2008) koefisien determinasi adalah merupakan ukuran

(besaran) untuk menyatakan tingkat kekuatan hubungan dalam bentuk persen (%).

Besaran ini dinyatakan dengan notasi R. Dimana: R = (R2)

Keterangan: Hubungan antara koefisien nondeterminasi dapat dinyatakan

r + k = 100%

3.6.5 Uji Hipotesis

Model regresi yang telah memenuhi asumsi klasik maka selanjutnya

dilakukan pengujian dengan menguji persamaan regresi secara parsial dan secara

simultan.

58
3.6.5.1 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Menurut Algifari (2000) pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah

semua variabel independen mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel

dependen. Pengujian ini dilakukan menggunakan uji distribusi F. Caranya, yakni

dengan membandingkan antara nilai kritis F (F-Tabel) dengan nilai F-Hitung (F Ratio)

yang terdapat pada Tabel Analysis of Variance dari hasil perhitungan. Pengujian

terhadap pengaruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) terhadap

variabel dependen dilakukan melalui pengujian terhadap besarnya perubahan nilai

variabel dependen yang dapat dijelaskan (explained) oleh perubahan nilai semua

variabel independen. Langkah-langkah analisis dalam pengujian hipotesis

terhadap variasi nilai variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi nilai

variabel independen adalah sebagai berikut:

1. Perumusan Hipotesis

H0: Variasi perubahan nilai variabel independen tidak dapat menjelaskan

variasi perubahan nilai variabel dependen.

Ha: Variasi perubahan nilai variabel independen dapat menjelaskan

variasi perubahan nilai variabel dependen.

Menurut Sujarweni (2016) kriteria pengujian F test menggunakan uji dua

sisi adalah sebagai berikut:

1. Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

2. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

Atau

1. Jika p (sig.) < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

59
2. Jika p (sig.) > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

3.6.5.2 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Uji parsial (t-test) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen atau variabel penjelas secara individual

mampu menerangkan variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji

adalah apakah suau parameter (bi) sama dengan nol, atau H0 : bi = 0. Artinya

suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap

variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak

sama dengan nol, atau Ha : bi ≠ 0. Artinya variabel tersebut merupakan variabel

penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.

Menurut Sujarweni (2016) kriteria pengujian t test menggunakan uji dua

sisi adalah sebagai berikut:

1. Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima.

2. Jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak.

Atau

1. Jika p (sig.) < 0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

2. Jika p (sig.) > 0,05, maka H0 diterima dan Ha ditolak.

3.6.6 Analisis Moderated Regression Analysis (MRA)

Penelitian ini juga menggunakan MRA (Moderated Regression Analysis),

menurut Ghozali, dalam Zannah (2019) analisis MRA (Moderated Regression

Analysis) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linier dimana dalam

persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih

60
variabel indpenden). Menurut Ghozali (2018) untuk menggunakan MRA

(Moderated Regression Analysis) dengan satuan satuan variabel prediktor (X),

dengan membandingkan tiga persamaan regresi untuk menentukan jenis variabel

moderator. Ketiga persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut:

Y = α + β₁X₁ + β₂X₂ + ε

Y = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β3Z + ε

Y = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β3Z + β4X₁*Z + β5X₂*Z + ε

Keterangan:

Y : Ln Jumlah kredit yang disalurkan

a : Konstanta

β1, β2, β3, β4, β5 : Koefisien regresi masing-masing faktor

X1 : Ln dana pihak ketiga

X2 : Ln Kecukupan modal

Z : Ln Ukuran bank

X₁*Z : Interaksi antara dana pihak ketiga dan ukuran bank

X₂*Z : Interaksi antara kecukupan modal dan ukuran bank

ε : Error (tingkat kesalahan pengganggu)

Jika persamaan (2) dan (3) tidak berbeda secara signifikan atau β4 = 0;

β3 ≠ 0 maka Z bukan variabel moderasi, tetapi variabel prediktor (indpenden).

Apabila persamaan (1) dan (2) tidak berbeda namun berbeda dengan persamaan

(3) atau β3 = 0; β4 ≠ 0 maka Z adalah variabel pure moderator, dan variabel Z

merupakan variabel quasi moderator jika persamaan (1), (2), dan (3) harus

berbeda satu dengan yang lainnya atau β3 ≠ β4 ≠ 0 (Ghozali, dalam Astuti (2019).

61
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT Bank Perkreditan Rakyat Artha Mitra Usaha adalah perusahaan yang

bergerak dibidang perbankan yang semula bernama “PT BPR Harco Bahagia“

dengan Akta pendirian No. 58 Notaris Adam Kasdarmadji, SH, Jakarta tanggal 14

Januari 1994, yang disahkan oleh Menteri Kehakiman No. SK C2-

4706.HT.01.01.TH.94 tanggal SK 12 Maret 1994 dan diumumkan dalam

tambahan No. 706, berita Negara RI No. 8 tanggal 27 Januari 1995. Yang

mendirikan BPR Harco Bahagia adalah Zacky Abubakar Bahfeen, Frieda Zacky

Abubakar Bahfeen, dan Fauzi Abubakar Bahfeen dengan modal dasar Rp

200.000.000,-.

Seiring berjalannya waktu BPR Harco Bahagia kemudian dijual kepada

Junus Hair Muniaga, SH pada tanggal 01 Oktober 1996 dengan Akta No. 3

Notaris Tahir Kamili, SH yang kemudian terjadi perubahan seluruh anggaran

dasar, susunan pemegang saham, Direksi dan Komisaris pada tanggal 23 Oktober

2001 dengan Akta No. 3 Notaris Ny. Auriati, SH.

Pada tanggal 30 Oktober 2003 terjadi perubahan nama menjadi dari PT

BPR Harco Bahagia menjadi PT BPR Artha Mitra Usaha dengan akta No. 18,

Notaris Roro Maya Angelina Hartanti Purwadi, SH, Tangerang, yang disahkan

oleh Kemenkumham dengan SK. C-01382.HT.01.04.TH.2004 tanggal 19 Januari

62
2004, yang diumumkan dalam berita Negara RI No. 22 tanggal 16 Maret 2004.

Dan mendapat persetujuan dari Bank Indonesia sesuai salinan Kep. Dir

Pengawasan BPR BI No. 6/3/KEP.Dir.PBPR/2004 tanggal 24 Pebruari 2004. Izin-

izin lainnya adalah Izin Prinsip dari Menteri Keuangan dengan S-

2010/MK.17/1993 tanggal 20 Desember 1993, Izin Usaha dari Menteri Keuangan

RI dengan Kep-236/KM.17/1994 tanggal 15 Agustus 1994.

Akta Pendirian diatas telah mengalami beberapa perubahan baik

Anggaran Dasar, Modal Disetor, Kepemilikan Saham dan Susunan Pengurus,

sehingga 2 (dua) akta yang terakhir adalah Akta No. 01 tanggal 01 Juli 2014

dihadapan Notaris Rr. Maya Angelica Hartanti Purwai, SH, Tangerang Selatan

dengan keputusan dari Kemenkumham No. AHU-05191.40.20.2014 tentang

persetujuan perubahan badan hukum Perseroan Terbatas PT BPR Artha Mitra

Usaha tanggal 08 Juli 2014.

Akta No. 02 tanggal 12 Mei 2017 dihadapan Notaris Rr. Maya Angelica

Hartanti Purwai, SH, Tangerang Selatan dengan keputusan dari Kemenkumham

No. AHU-AH.01.03-0136165 tentang persetujuan perubahan Direksi dan

Komisaris, Peralihan Saham, PT BPR Artha Mitra Usaha, berkeduduakan di Kota

Tangerang Selatan, telah diterima dan dicatat didalam Sistem Administrasi Badan

Hukum tanggal 15 Mei 2017. Sedangkan perincian susunan pemegang saham

PT BPR Artha Mitra Usaha yang bermodal dasar Rp 2.000.000.000,- (Dua milyar

rupiah) dengan jumlah modal yang disetor (penuh) sebesar Rp 2.000.000.000,-.

Seperti layaknya lembaga perbankan khususnya Bank Perkreditan Rakyat,

PT BPR Artha Mitra Usaha mempunyai fungsi untuk menghimpun dana

63
masyarakat dalam bentuk tabungan dan deposito serta mengoptimalkan

penyalurannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit terutama kepada para

pengusaha menengah ke bawah/mikro.

Bank kami telah menjalin kerjasama dengan lembaga perbankan yang lain

sebagai pensuport dana (linkage pinjaman) yaitu Bank Andara maupun

penempatan dana antar bank yaitu BPR Central Artha Rezeki, BPR Karunia

Kanaka, BPR NBP dan BPR Swadaya Tunggal. Sedangan Perbankan yang telah

menjadi rekanan bisnis dalam penempatan dana kita antara lain Bank CIMB

Niaga, Bank BCA dan Bank Andara.

Dalam ekspansi kreditnya, jenis pinjaman yang disalurkan kepada

masyarakat ada 2 macam yaitu pinjaman tetap (bunga diangsur setiap bulan

sedangkan pokok pada saat jatuh tempo atau bertahap) dan pinjaman flate (pokok

+ bunga diangsur setiap bulan). Sedangkan jenis penggunaan kredit adalah untuk

modal usaha/kerja, konsumtif, investasi.

Untuk suku bunga pinjaman sangat bervariasi berkisar rata-rata 2% pm,

sedangkan suku bunga tabungan kami berikan 5% pa dan suku bunga deposito

berjangka sebesar 10% pa (mengacu kepada ketentuan Lembaga Penjamin

Simpanan), namun masih terdapat beberapa deposan yang diatas suku bunga LPS

dengan konsekwensinya tidak dijamin LPS.

4.1.2 Visi dan Misi PT BPR Artha Mitra Usaha

Sebagai pedoman dalam melakukan usahanya, PT BPR Artha Mitra Usaha

menetapkan Visi dan Misi sebagai berikut:

64
1. Visi

BPR yang tumbuh dan berkembang menjadi Bank kepercayaan

masyarakat yang sehat, besar, modern, produktif dan efisien.

2. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut, segala aktivitas menajemen

PT BPR Artha Mitra Usaha diarahkan dengan 5 (lima) misi yaitu:

1) Membangun kemitraan dan hubungan jangka panjang dengan nasabah,

karyawan dan masyarakat.

2) Menjadikan masyarakat merasa aman dalam mencapai tujuan-tujuan

finansialnya.

3) Membangun dan mempertahankan kekuatan finansial yang kokoh bagi

masyarakat menengah bawah.

4) Meningkatkan professional SDM dibidang perbankan.

5) Mewujudkan kesejahteraan karyawan dan pemegang saham.

4.1.3 Struktur Organisasi PT BPR Artha Mitra Usaha

65
4.3 Analisis Statistik Deskriptif

Hasil uji statistik deskriptif secara ringkas disajikan dalam table 4.1

sebagai berikut:

Tabel 4.1

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Jumlah Penyaluran Kredit 34 15.81 16.81 16.3732 .32369
Dana Pihak Ketiga 34 15.62 16.66 16.3126 .26111
Kecukupan Modal 34 2.78 3.24 3.0185 .10187
Ukuran Bank 34 16.13 17.13 16.7879 .25824
Valid N (listwise) 34
Sumber: Hasil output SPSS 25

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan statistik

deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang memberikan gambaran atau

deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,

varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan sweakness (kemencengan

distribusi). Berdasarkan table 4.1 diatas dapat dijelaskan:

1. Hasil analisis jumlah penyaluran kredit dengan menggunakan perhitungan

Ln jumlah penyaluran kredit menunjukan nilai minimum sebesar 15.81

dan nilai maximum sebesar 16.81, artinya jumlah penyaluran kredit

terkecil untuk perusahaan sampel adalah sebesar Rp 7.321.261 (dalam

rupiah) dan jumlah penyaluran kredit terbesar adalah sebesar Rp

20.038.155 (dalam rupiah) dengan nilai rata-rata jumlah penyaluran kredit

66
adalah sebesar 16.3732 atau sebesar Rp 13.554.967 (dalam rupiah) dan

standar deviasinya adalah sebesar 0.32369.

2. Hasil analisis dana pihak ketiga (DPK) dengan menggunakan perhitungan

Ln dana pihak ketiga menunjukan nilai minimum sebesar 15.62 dan nilai

maximum sebesar 16.66, artinya jumlah dana pihak ketiga terkecil yang

dihimpun untuk perusahaan sampel adalah sebesar Rp 6.098.259 (dalam

rupiah) dan jumlah dana pihak ketiga terbesar yang dihimpun perusahaan

sampel adalah sebesar Rp 17.251.054 (dalam rupiah) dengan nilai rata-rata

dana pihak ketiga (DPK) adalah sebesar 16.3126 atau sebesar 12.518.440

(dalam rupiah) dan standar deviasi adalah sebesar 0.26111.

3. Hasil analisis capital adequacy ratio (CAR) yang di transformasi kedalam

bentuk Logaritma natural (Ln) menunjukan nilai minimum sebesar 2.78

dan nilai maximum sebesar 3.24, artinya besaran capital adequacy ratio

(CAR) terkecil untuk perusahaan sampel adalah sebesar 16,12% dan

besaran capital adequacy ratio (CAR) terbesar perusahaan sampel adalah

sebesar 25.52% dengan nilai rata-rata capital adequacy ratio (CAR)

adalah sebesar 30.185 atau sebesar 20.57% dan standar deviasi adalah

sebesar 0.10187.

4. Hasil analisis ukuran bank dengan menggunakan perhitungan Ln ukuran

bank menunjukan nilai minimum sebesar 16.13 dan nilai maximum

sebesar 17.13, artinya ukuran bank/total aset terkecil untuk perusahaan

sampel adalah sebesar Rp 10.158.376 (dalam rupiah) dan ukuran

bank/total aset terbesar untuk perusahaan sampel adalah sebesar Rp

67
27.481.286 (dalam rupiah) dengan nilai rata-rata ukuran bank/total aset

adalah sebesar 16.7879 atau sebesar 20.139.960 (dalam rupiah) dan

standar deviasi adalah sebesar 0.25824.

4.5 Uji Asumsi Klasik

Model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika

model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan bebas dari asumsi klasik

statistik baik itu multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas

(Sujarweni, 2016). Hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan adalah sebagai

beikut:

4.4.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data yang digunakan untuk mengetahui apakah data-data

telah terdistribusi normal. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan

adalah uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov. Menurut Sujarweni (2016)

syarat pengambilan keputusan uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov adalah jika

Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal dan jika Sig < 0,05 maka data tidak

berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dengan Klmogorov-Smirnov dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

68
Tabel 4.2

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)

One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual
N 34
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .15080887
Most Extreme Differences Absolute .098
Positive .071
Negative -.098
Test Statistic .098
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Hasil output SPSS 25

Berdasarkan tabel 4.2 hasil uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh angka test

statistik sebesar 0.098 dan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) yaitu sebesar 0.200 atau

lebih besar dari α = 0,05 yang menunjukan bahwa data terdistribusi secara normal.

4.4.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel

independen yang memiliki kemiripan antar variabel independen dalam suatu

model. Kemiripan antar variabel independen akan mengakibatkan korelasi yang

sangat kuat. Selain itu untuk diuji ini juga untuk menghindari kebiasaan dalam

proses pengambilan keputusan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen. Jika VIF yang dihasilkan

diantara 1-10 maka tidak terjadi multikolinieritas (Sujarweni, 2016). Hasil uji

multikolinieritas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

69
Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Std.
Model B Error Beta T Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) .314 2.130 .148 .884
Dana Pihak -.102 .152 -.082 -.672 .507 .481 2.080
Ketiga
Kecukupan -.570 .275 -.180 -2.074 .047 .965 1.036
Modal
Ukuran 1.158 .152 .924 7.603 .000 .490 2.042
Bank
a. Dependent Variable: Jumlah Penyaluran Kredit
Sumber: Hasil output SPSS 25

Berdasarkan tabel 4.3 diatas angka yang didapat dalam kolom VIF untuk

dana pihak ketiga (DPK) adalah sebesar 2.080, untuk kecukupan modal (CAR)

adalah sebesar 1.036 dan untuk ukuran bank adalah sebesar 2.042 yang artinya

VIF yang dihasilkan berada diantara 1-10. Maka dapat dinyatakan bahwa model

ini terbebas dari multikolinieritas antar variabel independen.

4.4.3 Uji Autokorelasi

Menurut Sujarweni (2016) menguji autokorelasi dalam suatu model

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu

pada periode tertentu dengan variabel sebelumnya. Menurut Santoso (2002)

pendeteksian autokorelasi dapat dilihat pada angka D-W (Durbin Watson) dengan

kriteria angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif, angka D-W di

antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi, angka D-W di atas +2 berarti

70
ada autokorelasi negatif. Hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.3

Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .885 .783 .761 .15817 1.127
a. Predictors: (Constant), Ukuran Bank, Kecukupan Modal, Dana Pihak Ketiga
b. Dependent Variable: Jumlah Penyaluran Kredit
Sumber: Output SPSS 25

Berdasarkan hasil dari tabel 4.3 diperoleh angka Durbin-Watson adalah

1.127 atau berada diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi sehingga

model ini layak digunakan untuk analisis selanjutnya.

4.4.4 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Sujarweni (2016) Heteroskedastisitas menguji terjadinya

perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan

lain. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model dapat

dilihat dengan pola gambar Scatterplot, regresi yang tidak terjadi

heteroskedastisitas jika titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau di sekitar

angka 0, titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja,

penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar

kemudian menyempit dan melebar kembali, penyebaran titik-titik data tidak

berpola. Hasil uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

71
Gambar 4.1

Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Output SPSS 25

Berdasarkan hasil gambar 4.1 diatas titik-titik data menyebar diatas dan

dibawah atau di sekitar angka 0, titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas

atau di bawah saja, penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola

bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali, dan

penyebaran titik-titik data tidak berpola. Maka dapat dinyatakan tidak terjadi

heterokedastisitas pada model, sehingga model layak digunakan untuk analisis

selanjutnya.

72
4.5 Analisis Regresi Linear Berganda

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1, X2,

X3) secara bersama-sama berpengaruh secara siginifikan terhadap variabel

independen (Y). maka hasil uji regresi linear berganda adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4

Analisis Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std. Sig.
Model B Error Beta t
1 (Constant) 5.473 3.398 1.611 .117

Dana Pihak Ketiga .724 .179 .584 4.041 .000

Kecukupan Modal -.300 .459 -.094 -.654 .518

a. Dependent Variable: Jumlah Penyaluran Kredit


Sumber: Output SPSS 25

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diperoleh persamaan regresi sebagai

berikut:

Jumlah Penyaluran Kredit = 5.473 + 0.724 DPK - 0.300 KM

Persamaan
Y= 5.473 regresi
+ 0.724tersebut dapat KM
DPK - 0.300 diinterpretasikan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta (a) sebesar 5.473 menunjukan bahwa jika variabel dana

pihak ketiga (DPK) dan capital adequacy ratio (CAR) bernilai 0, maka

jumlah penyaluran kredit bernilai 5.473.

73
2. Nilai koefisien dana pihak ketiga (β₁) sebesar 0.724 menunjukan jika dana

pihak ketiga mengalami kenaikan 1, maka jumlah penyaluran kredit

mengalami kenaikan 0.724 dan sebaliknya asumsi variabel lain konstan.

3. Nilai koefisien kecukupan modal (β2) sebesar -0.300 menunjukan jika

kecukupan modal mengalami kenaikan 1, maka jumlah penyaluran kredit

mengalami penurunan 0.300 dan sebaliknya asumsi variabel lain konstan.

4.6 Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Supangat (2008) koefisien determinasi adalah merupakan ukuran

(besaran) untuk menyatakan tingkat kekuatan hubungan dalam bentuk persen (%).

Hasil koefisien determinasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Koefisien Determinasi (R2)

Model Summaryb
Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 .604 .365 .324 .26621
a. Predictors: (Constant), Kecukupan Modal, Dana Pihak Ketiga
b. Dependent Variable: Jumlah Penyaluran Kredit
Sumber: Output SPSS 25

Melalui hasil uji koefisien determinasi dapat diperoleh nilai Adjusted R

Square sebesar 0.324. Hal tersebut menunjukan kemampuan variabel independen

dana pihak ketiga dan kecukupan modal dalam menjelaskan jumlah penyaluran

kredit sebesar 36.5%. sedangkan sisanya sebesar 63.5% dijelaskan oleh variabel

lain diluar model penelitian ini.

74
4.7 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan dapat

diterima atau ditolak. Adapun hasil uji hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

4.7.1 Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F)

Menurut Algifari (2000) pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah

semua variabel independen mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel

dependen. Pengujian ini dilakukan menggunakan uji distribusi F. Hasil uji F

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.6

Hasil Uji F

ANOVAa
Sum of

Model Squares F Sig.


Df Mean Square
1 Regression 1.261 2 .630 8.895 .001b

Residual 2.197 31 .071

Total 3.458 33

a. Dependent Variable: Jumlah Penyaluran Kredit


b. Predictors: (Constant), Kecukupan Modal, Dana Pihak Ketiga
Sumber: Output SPSS 25

Berdasarkan uji ANOVA (Analysis of Varians) atau uji F, menunjukan

bahwa nilai F hitung sebesar 8.895 dengan nilai signifikan 0.000b, sedangkan

untuk mencari F tabel dengan jumlah sampel (n) = 34, jumlah variabel (k) = 3,

taraf signifikan α = 0.05, df1 = k-1 atau 3 - 1 = 2 dan df2 = n - k atau 34 - 3 = 31

diperoleh nilai F tabel sebesar 3.30. sehingga F hitung 8.895 > F tabel 3.30 dan
75
secara sistematik diperoleh nilai signifikan 0.001b < taraf signifikan 0.05.

Sehingga Ha1 diterima yang artinya dana pihak ketiga (DPK) dan kecukupan

modal berpengaruh secara simultan terhadap jumlah penyaluran kredit.

4.7.2 Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t)

Tabel 4.7

Hasil Uji t

Coefficientsa

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients

Std.

Model B Error Beta T Sig.

1 (Constant) 5.473 3.398 1.611 .117

Dana Pihak Ketiga .724 .179 .584 4.041 .000

Kecukupan Modal -.300 .459 -.094 -.654 .518

a. Dependent Variable: Jumlah Penyaluran Kredit

Sumber: Output SPSS 25

Dalam penelitian ini diperoleh nilai t tabel sebesar 2.03951 dan taraf

signifikan α yang digunakan adalah 0,05. Berdasarkan tabel diatas diketahui

sebagai berikut:

1. Dana pihak ketiga (DPK) memiliki t hitung sebesar 4.041 dimana nilai

t hitung > t tabel atau sebesar 4.041 > 2.03951 dan nilai signifikan sebesar

0.000 < 0.05 sehingga Ha2 diterima yang artinya dana pihak ketiga (DPK)

berpengaruh secara parsial terhadap jumlah penyaluran kredit.

76
2. Kecukupan modal memiliki t hitung sebesar -0.654 dimana nilai

t hitung < t tabel atau sebesar -0.654 < 2.03951 dan nilai signifikan sebesar

0.518 > 0.05, sehingga Ha2 ditolak yang artinya kecukupan modal tidak

berpengaruh secara parsial terhadap jumlah penyaluran kredit.

4.8 Analisis Regresi MRA (Moderated Regression Analysis)

Menurut Ghozali, dalam Zannah (2019) analisis MRA (Moderated

Regression Analysis) merupakan aplikasi khusus regresi berganda linier dimana

dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau

lebih variabel indpenden).

Tabel 4.8

Analisis MRA (Moderated Regression Analysis)

Keterangan Persamaan (1) Persamaan (2) Persamaan (3)


Persamaan JPK = 5.473 + JPK = 0.314 – JPK = 165.485 –
Regresi 0.724 DPK – 0.102 – 0.570 + 8.176 – 12.169 –
0.300 KM 1.158 8.735 + 0.483 +
0.695
Nilai Koefisien β1 = 4.041 β1 = -0.672 β1 = -2.291
β2 = -0.654 β2 = -2.074 β2 = -1.545
β3 = 7.603 β3 = -2.195
β4 = 2.256
β5 = 1.474
Sig Nilai β1 = 0.000 β1 = 0.507 β1 = 0.030
Koefisien β2 = 0.518 β2 = 0.047 β2 = 0.134
β3 = 0.000 β3 = 0.037
β4 = 0.032
β5 = 0.152
a a
R 0.604 0.885 0.907a
2
Adj R 0.324 0.761 0.791
F hitung 8.895 36.068 25.946
Sig F 0.001b 0.000b 0.000b
N 34 34 34
Sumber: Hasil Output SPSS 25

77
Setelah membandingkan ketiga regresi diatas, diperoleh hasil bahwa β3 ≠ 0

(signifikan) β4 ≠ 0 (signifikan) atau 0.000 ≠ 0.032 ≠ 0. Maka Z merupakan

variabel quasi moderator.

4.8.1 Uji Parsial MRA (Moderated Regression Analysis)

Uji ini digunakan untuk menunjukan bahwa ukuran bank memoderasi

variabel independen yaitu dana pihak ketiga (DPK) dan kecukupan modal

terhadap variabel dependen yaitu jumlah penyaluran kredit.

Tabel 4.9

Uji Parsial MRA (Moderated Regression Analysis)

Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 165.485 66.386 2.493 0.019
Dana Pihak Ketiga -8.176 3.569 -6.596 -2.291 0.030
Kecukupan Modal -12.169 7.878 -3.829 -1.545 0.134
Ukuran Bank -8.735 3.980 -6.969 -2.195 0.037
DPK*UB 0.483 0.214 11.764 2.256 0.032
KM*UB 0.695 0.471 4.008 1.474 0.152
a. Dependent Variable: Jumlah Penyaluran Kredit
Sumber: Hasil Output SPSS 25

Dalam penelitian ini diperoleh nilai t tabel sebesar 2.04227 dan taraf

signifikan α yang digunakan adalah 0,05. Berdasarkan tabel diatas diketahui

sebagai berikut:

1. Variabel interaksi dana pihak ketiga (DPK) dengan ukuran bank memiliki

nilai t hitung sebesar 2.256 dimana nilai t hitung > t tabel atau sebesar 2.256 >

2.04227 dan nilai signifikan sebesar 0.032 < 0.05, sehingga Ha4 diterima yang

78
artinya ukuran bank dapat memoderasi hubungan antara dana pihak ketiga

(DPK) terhadap jumlah penyaluran kredit.

2. Variabel interaksi kecukupan modal dengan ukuran bank memiliki nilai

t hitung sebesar 1.474 dimana nilai t hitung < t tabel atau sebesar 1.474 <

2.04227 dan nilai signifikan sebesar 0.152 > 0.05, sehingga Ha5 ditolak yang

artinya ukuran bank tidak dapat memoderasi hubungan antara kecukupan

modal terhadap jumlah penyaluran kredit.

4.9 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai

pengaruh dana pihak ketiga dan kecukupan modal terhadap jumlah penyaluran

kredit dengan ukuran bank sebagai pemoderasi. Metode analisis yang digunakan

adalah pengujian regresi linear berganda dan pengujian MRA (Moderated

Regression Analysis), adapun hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai

berikut:

4.9.1 Pengaruh Secara Simultan Dana Pihak Ketiga Dan Kecukupan Modal

Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama (Ha1) dapat disimpulkan bahwa

dana pihak ketiga dan kecukupan modal berpengaruh secara simultan terhadap

jumlah penyaluran kredit. Hal ini dibuktikan dengan nilai F hitung sebesar 8.895

dimana nilai F hitung > F tabel atau sebesar 8.895 > 3.30 dan secara sistematik

diperoleh nilai signifikan 0.001b < taraf signifikan 0.05. Berdasarkan analisis

tersebut dapat disimpulkan bahwa banyaknya jumlah dana pihak ketiga yang

79
dihimpun dan besarnya kecukupan modal yang dimiliki oleh bank perkreditan

rakyat (BPR) akan meningkatkan jumlah kredit yang disalurkan oleh bank

perkreditan rakyat (BPR).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Oktaviani (2012), yang melakukan penelitian pada Bank Umum go public di

Indonesia dengan periode penelitian pada tahun 2008-2011. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa dana pihak ketiga (DPK) dan ukuran bank berpengaruh

secara simultan terhadap jumlah penyaluran kredit.

4.9.2 Pengaruh Secara Parsial Dana Pihak Ketiga Terhadap Jumlah

Penyaluran Kredit

Berdasarkan hipotesis kedua (Ha2) dapat disimpulkan bahwa dana pihak

ketiga berpengaruh secara parsial terhadap jumlah penyaluran kredit. Hal ini

dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar 2.256 dimana nilai t hitung > t tabel atau

sebesar 2.256 > 2.04227 dan nilai signifikan sebesar 0.032 < 0.05. Berdasarkan

analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dana pihak ketiga yang

dihimpun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) maka semakin tinggi pula penyaluran

kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tersebut. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

yang memiliki dana pihak ketiga yang tinggi berarti memiliki kelebihan dana yang

dapat disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit, sehingga akan

meningkatkan tingkat penyaluran kredit Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tersebut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan

Febry Amithya Yuwono (2012), yang melakukan penelitian pada bank yang

80
terdaftar di BEI. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dana pihak ketiga

(DPK) berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit.

4.9.3 Pengaruh Secara Parsial Kecukupan Modal Terhadap Jumlah

Penyaluran Kredit

Berdasarkan hipotesis kedua (Ha3) dapat disimpulkan bahwa kecukupan

modal tidak berpengaruh secara parsial terhadap jumlah penyaluran kredit. Hal ini

dibuktikan dengan nilai t hitung < t tabel atau sebesar -0.654 < 2.03951 dan nilai

signifikan sebesar 0.518 > 0.05. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan

bahwa kecukupan modal Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tidak mampu

meningkatkan penyaluran kredit.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan

Susan Pratiwi & Lela Hindasah (2014), yang melakukan penelitian pada Bank

Umum di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kecukupan modal

tidak berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit. Namun penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Febry Amithya Yuwono (2012),

yang melakukan penelitian pada bank yang terdaftar di BEI, yang hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa kecukupan modal berpengaruh terhadap

jumlah penyaluran kredit.

4.9.4 Ukuran Bank Dapat Memoderasi Hubungan Antara Dana Pihak

Ketiga Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Berdasarkan hipotesis kedua (Ha4) dapat disimpulkan bahwa ukuran bank

dapat memoderasi hubungan antara dana pihak ketiga terhadap jumlah penyaluran

kredit. Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar 2.256 dimana nilai

81
t hitung > t tabel atau sebesar 2.256 > 2.04227 dan nilai signifikan sebesar

0.032 < 0.05. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ukuran bank

dapat memoderasi hubungan antara dana pihak ketiga (DPK) terhadap jumlah

penyaluran kredit.

4.9.5 Ukuran Bank Dapat Memoderasi Hubungan Antara Kecukupan

Modal Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit

Berdasarkan hipotesis kedua (Ha5) dapat disimpulkan bahwa ukuran bank

tidak dapat memoderasi hubungan antara kecukupan modal terhadap jumlah

penyaluran kredit. Hal ini dibuktikan dengan nilai t hitung sebesar 1.474 dimana

nilai t hitung < t tabel atau sebesar 1.474 < 2.04227 dan nilai signifikan sebesar

0.152 > 0.05. Berdasarkan analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa ukuran bank

tidak dapat memoderasi hubungan kecukupan modal terhadap jumlah penyaluran

kredit.

82
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

83
DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 2000. Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.

Bank Indonesia. 2012. Surat Edaran Bank Indonesia No. 14/26/DKBU Tanggal
13/09/2012.

Basaadi, Adnan dkk. 2016. Pengaruh Ukuran Bank, Dana Pihak Ketiga, Capital
Adequacy Ratio, dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Penyaluran Kredit
Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2011-2015. Skripsi. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala.

Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Febrianto. Dwi Fajar. 2013. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, LDR, NPL,
CAR, ROA, dan BOPO Terhadap Jumlah Penyaluran Kredit (Studi pada
Bank Umum yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2009-
2012). Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Huda, Galih Fahrul. 2014. Pengaruh DPK, CAR, NPL DAN Roa Terhadap
Penyaluran Kredit (Studi Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2009-2012). Skripsi. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2008. Standar Akuntansi Keuangan Usaha Kecil &
Menengah. Jakarta: Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi
Indonesia.

Kamsir. 2014. Manajemen Perbankan Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Martani, Dwi dkk. 2014. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK. Jakarta:
Salemba Empat.

Martiani, Dwi dkk. 2014. Akuntansi Keuangan Lanjutan (Perspektif Indonesia).


Jakarta: Salemba Empat.

Meganingsih dkk. 2010. Pedoman Akuntansi Bank Perkreditan Rakyat. Jakarta:


Perpustakaan Nasional Katalog Dalam Terbitan (KDT).

Nurmayanti. 2018. OJK Ungkap Kasus Penyelewengan Kredit di BPR KS Bali


Agung Sedana. Dalam https://m.liputan6.com. (28/08/2019).

Oktaviani. 2012. Pengaruh DPK, ROA, CAR, NPL, dan Jumlah SBI Terhadap
Penyaluran Kredit Perbankan (Studi Pada Bank Umum Go Public di
84
Indonesia Periode 2008-2011). Skripsi. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Otoritas Jasa Keuangan. 2019. Statistik Perbankan Indonesia. Dalam


http://www.ojk.go.id. (08/07/2019).

Otoritas Jasa Keuangan. 2017. Booklet Perbankan Indonesia 2017. Jakarta:


Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan Otoritas Jasa Keuangan.

Otoritas Jasa Keuangan. 2016. SEOJK No.8/SEOJK.03/2016

Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008


Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Subagyo, Pangestu. 1992. Statistik Deskriptif. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sujarweni , V Wiratna. 2016. Kupas Tuntas Penelitian Akuntansi Dengan SPSS.


Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Sujarweni, V Wiratna. 2017. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Pustaka


Baru Press.

Susanti, Meilia Nur Indah. 2010. Statistik Deskriptif & Induktif. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Supangat, Andi. 2008. Statistik Dalam kajian Deskriptif, Inferensi, dan


Nonpapametrik. Jakarta: Kencana.

Syaifuddin, Dedy Takdir. 2007. Manajemen Perbankan (Pendekatan Praktis).


Kendari: Unhalu Press.

Usman, Rian. 2019. Pengaruh Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 dan
Pajak Pertambahan Nilai Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah Dengan E-SPT Sebagai Variabel Moderating
(Studi Kasus di Dinas Koperasi dan UKM Tangerang Selatan).

Pratiwi, Susan & Lela Hindasah. 2014. Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital
Adequacy Ratio , Return nn Asset , Net Interest Margin dan Non
Performing Loan Terhadap Penyaluran Kredit Bank Umum di Indonesia.
Jurnal. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah.

85
Yudi, Kevin. 2018. Pengaruh CAR, LDR, DPK, dan Ukuran Bank (Bank Size)
Terhadap Kredit Yang Diberikan Perbankan Di Indonesia Periode 2008-
2017. Skripsi. Surabaya: Universitas Surabaya.

Yuwono, Febry Amithya. 2012. Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Loan To
Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan, Return On
Assets, Dan Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Jumlah Penyaluran
Kredit (Studi Empiris: bank yang terdaftar di BEI). Skripsi. Semarang:
Universitas Diponegoro.

86

Anda mungkin juga menyukai