Anda di halaman 1dari 136

DIGITALISASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR BPJS KESEHATAN

CABANG WATAMPONE

(Studi Tentang Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Bone

Oleh

SYAFRIADIL
NIM. 01.15.3047

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2019
DIGITALISASI PELAYANAN PUBLIK DI KANTOR BPJS KESEHATAN
CABANG WATAMPONE

(Studi Tentang Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana


Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Bone

Oleh

SYAFRIADIL
NIM. 01.15.3047

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2019
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan dibawah ini,

menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika

dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, dibuat atau

dibantu orang lain secara keseluruhan, maka skripsi dan gelar yang diperoleh

karenanya, batal demi hukum.

Watampone, 3 September 2019

Penyusun,

SYAFRIADIL

iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Pembimbing penulisan skripsi saudara Syafriadil NIM. 01. 15. 3047,

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi Ekonomi Syariah pada

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone, setelah dengan seksama meneliti dan

mengoreksi skripsi yang bersangkutan dengan judul “Digitalisasi Pelayanan Publik

di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Watampone (Studi Tentang Kesadaran dan

Partisipasi Masyarakat)”, memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi

syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang Munaqasyah.

Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses selanjutnya.

Watampone, 3 September 2019

Pembimbing I Pembimbing II

ABD. HAFID, S.Ag., M.S.I Dr. Kamiruddin, S.E.Sy., M.E


NIP. 196812312003121015 NIP. DT004

iv
PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul “Digitalisasi Pelayanan Publik di Kantor BPJS


Kesehatan Cabang Watampone (Studi Tentang Kesadaran dan Partisipasi
Masyarakat)”yang disusun oleh saudara Syafriadil, Nim: 01.15.3047, mahasiswa
Program Studi Ekonomi Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Bone, telah diujikan dan dipertahankan dalam sidang
Munaqasyah yang di selenggarakan pada hari selasa 27 September 2019 M bertepatan
dengan tanggal 27 Muharram 1441 H, dinyatakan telah dapat diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam.

Watampone, 29 Oktober 2019 M


1 Rabiul awal 1441 H

DEWAN MUNAQISY :

Ketua : Dr. Syaparuddin, S.Ag., M.SI. (.....................................)


Sekretaris : Ismail Keri, S.Ag., M.Sy (.....................................)
Munaqisy I : Dr. Syaparuddin, S.Ag., M.SI. (.....................................)
Munaqisy II : Dr. Andi Ruslan, SE., M.Si. (.....................................)
Pembimbing I : ABD. Hafid, S.Ag., M.S.I (.....................................)
Pembimbinng II : Dr. Kamiruddin, S.E.Sy., M.E (.....................................)
Diketahui :
Dekan FEBI IAIN Bone

Dr. Syaparuddin, S.Ag., M.SI.


NIP. 19681220 200312 1 003

v
KATA PENGANTAR

‫َّحيْم‬ِ ‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن الر‬


ْ ‫فا‬
‫ال ْنبِيَا ِء‬ َّ ‫ْال َح ْم ُد هلل ّربِّ ْال َعلَ ِميْن َوال‬
ِ ‫م َعلَى اَ ْش َر‬Tُ َ‫صالَةُ َوال َّسال‬
‫ َو َعلَى اَلِ ِه َوصْ َحبِ ِه َأجْ َم ِعيْن‬T‫و ْال ُمرْ َسلِين‬.
َ
Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt.

karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga karya ilmiah skripsi ini dapat

diselesaikan dengan judul“Digitalisasi Pelayanan Publik di Kantor BPJS

Kesehatan Cabang Watampone (Studi Tentang Kesadaran dan Partisipasi

Masyarakat)”. Shalawat dan salam penulis kirimkan atas junjunganNabi

Muhammad SAW. dan kepada keluarga beliau, sahabat, tabi’in yang telah

memperjuangkan agama Islam.

Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini, penulis

mengalami berbagai macam hambatan dan rintangan, akan tetapi berkat bantuan dari

berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, namun masih jauh dari

kesempurnaan, Oleh sebab itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya, terutama kepada :

1. Bapak dan Ibu tercinta Syamsuddin dan Darmawati, saudara-saudara serta

keluarga yang telah memberikan dukungan dan bantuan materil serta doa

yang tulus dan ikhlas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

vi
2. Prof. Dr. A. Nuzul, SH., M.Hum. selaku rektor Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Bone serta Wakil Ketua I, II, dan III, penasehat akademik, para dosen,

dan seluruh staf yang senantiasa berupaya meningkatkan kualitas

mahasiswanya.

3. Dr. Syaparuddin, S.Ag., M.SI selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone beserta stafnya yang telah

membantu kelancaran proses penyelesaian studi penulis.

4. Dr. Abdul Rahim, S.Ag., M.Ag., M.Si selaku Ketua Prodi Ekonomi

SyariahInstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone beserta stafnya yang telah

membantu kelancaran proses penyelesaian studi penulis.

5. ABD. Hafid, S.Ag., M.S.I selaku pembimbing Idan Dr. Kamiruddin, S.E.Sy.,

M.E selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk

memberikan bimbingan dan pengarahan dengan kesabaran dan ketulusan

sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Kepala perpustakaan dan karyawan/karyawati perpustakaan Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Bone yang telah banyak membantu penulis dalam

pengadaan buku-buku literatur yang berkaitan dengan isi skripsi penulis.

7. Hartono Purba selaku pimpinan BPJS Kesehatan Cabang Watampone dan

peserta BPJS Kesehatan Cabang Watampone yang telah memberikan izin dan

data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini dan meluangkan

waktunya untuk memberikan keterangan-keterangan yang dibutuhkan

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

vii
8. Kepada sahabat D’kost; Fakta fals, Aswan, Herianto. L, Arman, Anugrah, Ari

pramudi darma selaku sahabat yang selalu memotivasi dan memberikan

bantuan dalam menyelesaikan semua proses dalam penyusunan skripsi ini.

9. Terima kasih kepada keluarga besar Ekis 2 angkatan 2015 yang senantiasa

memotivasi, menemani dan membantu penyelesaian skripsi ini.

10. Rekan-rekan mahasiswa(i) serta semua pihak yang tidak sempat penulis

sebutkan namanya satu persatu, yang telah memberikan bantuan dan dorongan

kepada penulis dalam rangka penyusunan skripsi ini.

Hanya kepada Allah juala penulis memohon balasan. Semoga semua pihak

yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini mendapat pahala yang setimpal.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak luput dari kesalahan dan

kekurangan selaku manusia biasa yang kapasitas ilmunya masih minim. Oleh karena

itu, penulis harapkan masukan dan kritikan yang bersifat konstruktif untuk perbaikan

selanjutnya. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang

membaca terutama bagi peneliti selanjutnya.

Watampone, 3 September 2019


Penulis

SYAFRIADIL
NIM. 01.15.3047

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING iv

HALAMAN PENGESAHAN v

HALAMAN KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

ABSTRAK xvi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Definisi Operasional 4

D. Tujuan dan Kegunaan 6

E. Tinjauan Pustaka 7

F. Kerangka Pikir 10

G. Metode Penelitian 11

ix
BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. BPJS Kesehatan 23

B. Pelayanan Kesehatan 25

C. Digitalisasi Layanan Kesehatan 33

D. Kesadaran Masyarakat Pada Digitalisasi Layanan Kesehatan 37

E. Partisipasi Masyarakat Pada Digitalisasi Layanan Kesehatan 41

BAB III : HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian 45

B. Sistem Pelayanan Kesehatan Berbasis Digital Pada BPJS Kesehatan

Cabang Watampone 49

C. Tingkat Kesadaran Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Menggunakan

Sistem Digitalisasi Pelayanan Kesehatan Pada BPJS Kesehatan

Cabang Watampone 58

BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan 69

B. Implikasi 70

DAFTAR RUJUKAN 71

LAMPIRAN 75

RIWAYAT HIDUP 115

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pikir 10

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Kantor Cabang 48

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Kantor Kabupaten/ Kota 49

Gambar 3.3 Grafik Pengguna Mobile JKN 68

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Permohonan Izin Penelitian 76

Lampiran 2: Permohonan Persetujuan Izin Penelitian 77

Lampiran 3: Izin Penelitian 78

Lampiran 4: Lemabaran Wawanacara BPJS Kesehatan 79

Lampiran 5: Hasil Wawancara 84

Lampiran 6: Dokumentasi 109

xii
ABSTRAK

Nama Penyusun : Syafriadil

NIM : 01.15.3047

Judul Skripsi :“Digitalisasi Pelayanan Publik di Kantor BPJS Kesehatan


Cabang Watampone (Studi Tentang Kesadaran dan Partisipasi
Masyarakat)”

Skripsi ini membahas tentang pelayanan publik di BPJS Kesehatan Cabang


Watampone yang berbasis digitalisasi atau pelayanan secara online yang kemudian
mengukur setiap kesadaran dan partisipasi pesertanya dalam menggunakan layanan
digital tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)sistem pelayanan
kesehatan berbasis digital pada BPJS Kesehatan Cabang Watampone, (2)tingkat
kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menggunakan sistem digitalisasi
pelayanan kesehatan BPJS Kesehatan Cabang Watampone.
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka jenis penelitian ini adalah
penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi dalam mengumpulkan data.
Data yang terkumpul kemudian diuji dengan uji Triangulasi.
Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa: (1) dalam kantor BPJS Kesehatan
tersedia pelayanan digital salah satunya melalui aplikasi berbasis android dan Ios
yaitu Mobile JKN yang memudahkan peserta mengakses layanan BPJS Kesehatan.
(2) tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap layanan digital yaitu
Mobile JKN mengalami penigkatan.

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan teknologi digital yang ditandai dengan kehadiran

sejumlah berbagai alat komunikasi mutakhir, dimana setiap orang dapat mengolah,

memproduksi, serta mengirimkan maupun menerima segala bentuk pesan

komunikasi, di mana saja dan kapan saja, seolah-olah tanpa mengenal batasan ruang

dan waktu, dengan sendirinya telah memacu terjadinya perkembangan di sektor

media massa, yang merupakan bagian dari komponen komunikasi. Akibatnya,

serbuan informasi yang bersumber dari media massa, baik cetak maupun elektronik

mulai terasa. Disadari atau tidak, saat ini kita memang telah berada dalam suatu

lingkaran yang sarat akan informasi.

Teknologi Digital merupakan peralihan dari pengoperasionalannya tidak lagi

banyak menggunakan tenaga manusia. Tetapi lebih cenderung pada sistem

pengoperasian yang serba otomatis dan canggih dengan system computer.1

Sebelum adanya system computer semua pelayanan dilakukan secara manual

pada penyelenggara pelayanan publik seperti pada sistem penggajian yang masih

bersifat manual, yaitu dengan pencatatan yang lebih mengutamakan ketelitian dan

pengamatan yang tepat. Atau dapat dikatakan pula sistem pencatatan manual ini lebih

mengedepankan suatu subjek manusia sebagai tumpuan utama dalam proses

pelaksanaannya. Dengan demikian, apabila manusia sebagai pelaksana mengalami

1
Aan Ansori, “Digitalisasi Ekonomi Syariah”, Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islam,
vol. 7, No. 1 Juni 2016, h. 2.

1
2

kesalahan dalam suatu titik saja maka akan berakibat buruk dan menimbulkan

ketidakefektifan dalam pelaksanaan kerja.

Beberapa kesalahan dalam perhitungan manual akan menuntut para pelaku

dan pelaksana keuangan untuk mengecek dengan teliti bahkan mereka harus

mengecek ulang hasil keuangan mereka. Melihat masalah di atas tentunya diperlukan

suatu solusi yang tepat yang dapat membatu para pelaksana pelayanan publik.2

Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala

bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang

pada prinsipnya menjadi tanggung jawab yang dilaksanakan instansi pemerintah

dipusat, di daerah, dan dilingkungan badan usaha milik negara atau badan usaha milik

daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka

pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.3 Pelayanan publik adalah

pelayanan penting yang menjadi perioritas utama bagi penyelenggara untuk

memenuhi kebutuhandasar masyarakat.

Pelayanan publik di Indonesia masih menjadi persoalan yang perlu

memperoleh perhatian dan penyelesaian yang komprehensif. Hal tersebut dapat

dengan mudah di buktikan dimana-mana sebagai tuntutan pelayanan publik sebagai

tanda ketidakpuasan mereka sehari-hari banyak dilihat. Harus diakui bahwa

pelayanan yang diberikan pemerintah kepada rakyat terus mengalami pembaruan,

2
Hanif Al Fatta, Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulan Bersaing
Perusahaan dan Organisasi Modern ( Cet. I; Yogyakarta: ANDI, 2007), h. 58.
3
Nuriyanto, “Penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia, sudahkah berlandaskan
konsep”Welfare State?”, jurnal Konstitusi, Vol. 11, NO. 3, September 2018, h. 433.
3

baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya

tuntutan masyarakat dan perubahan dalam pemerintah itu sendiri.4

Di zaman yang semakin pesat, setiap lembaga pemerintahan maupun non

pemerintah hampir dikatan seluruhnya sudah menggunakan sistem pelayanan publik

secara digital. Salah satu lembaga yang menggunakan sistem pelayanan publik ini

adalah BPJS Kesehatan. Kini berbagai kemudahan ditawarkan oleh BPJS Kesehatan

sebagai badan penyelenggara kesehatan nasional-kartu Indonesia sehat, salah satunya

Mobile JKN yang ditujukan untuk mempermudah pelayanan administratif peserta

JKN-KIS di era digital. Melalui Mobile JKN kegiatan administratif yang semula

dilakukan dikantor kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk aplikasi yang dapat

digunakan oleh peserta di mana saja, kapan saja dan tanpa batasan waktu. Dengan

kata lain diberikan kemudahan untuk melakukan self service. Peserta bisa melakukan

perubahan data, mengetahui informasi data peserta dan keluarga, dan mengetahui

informasi tagihan dan pembayaran iuran. Selain itu peserta bisa mendapatkan

pelayanan di fasilitas kesehatan dengan menunjukkan KIS Digital dalam fitur Mobile

JKN, serta dapat menyampaikan pengaduan dan permintaan informasi seputar

program JKN-KIS.5

Namun, pada saat ini masih banyak peseta BPJS Kesehatan melakukan

pendaftaran, pengaduanataupun pembayaran iuran dengan mendatangi Kantor BPJS

Kesehatan. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang

4
Risna, “Pelaksanaan Pelayanan Publik (Studi Kasus Pelayanan Administratif di Kantor
Desa Kotabaru Seberida Kecematan Kritan Kabupaten Indragiri Hilir)”, Jurnal JOM FISIP, Vol. 5,
No. 1, April 2018, h. 1.
5
Humas, “Ga Pakai Repot Kalau Peserta JKN-KIS Download Aplikasi Mobile JKN”, dalam
https://www.bpjs-kesehatan.go.id, 28 Januari 2019.
4

kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menggunakan sistem layanan digital

oleh BPJS Kesehatan.

Hal ini penting untuk diteliti agar kita dapat mengetahui seberapa besar

tingkat kesadaran dan partisipai masyarakat dalam menggunakan layanan kesehatan

yang berbasis digital sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan pada BPJS

Kesehatan cabang Watampone.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat menarik rumusan

masalah mengenai hal tersebut, antara lain sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem pelayanan kesehatan berbasis digital pada BPJS Kesehatan

Cabang Watampone?

2. Bagaimana tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menggunakan

sistem digitalisasi pelayanan kesehatan pada BPJS Kesehatan Cabang

Watampone?

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dalam memahami makna yang terkandung

dalam skripsi ini, penulis merasa perlu untuk memberikan pengertian secara

konseptual dan operasional dengan hanya menjelaskan pada fokus penelitiannya saja.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Digitalisasi adalah proses

pemberian atau pemakaian sistem digital.6 Digitalisasi yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah sistempelayanan digital yang diterapkan oleh BPJS Kesehatan.

6
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 264.
5

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik

memberikan definsi pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkain kegiatan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau

pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.7

Pelayanan publik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelayanan kesehatan

yang dapat di akses oleh peserta BPJS Kesehatan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 Tahun

2013 Tentang pelayanan kesehatan pada jaminan kesehatan nasional pada Bab 1

Pasal 1 (ayat 2) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya

disingkat BPJS kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk

menyelenggarakan program jaminan kesehatan.8

Joseph Murphy, mengartikan kesadaran yaitu siuman atau sadar akan tingkah

laku dimana pikiran sadar mengatur akal dan menetukan pilihan yang diinginkan

misalnya baik dan buruk, indah dan jelek dan sebagainya.9

Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan atau keikutsertaan seseorang

masyarakat dalam proses interaksi sosial, pengidentifikasian masalah dan potensi

yang ada di masyarakat dalam situasi tertentu, baik dalam pengambilan keputusan

(solusi) menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan proses

keterlibatan masyarakat di dalam mengevaluasi perubahan yang terjadi.10

7
Hayat, Manajemen Pelayanan Publik(Cet. II; Depok: Rajawali Pers, 2017), h. 21.
8
Departemen Kesehatan, Panduan Resmi Memperoleh Jaminan Kesehatan dari BPJS (Cet. I;
Jakarta: Visimedia, 2014), h. 175.
9
Amos NeolakaKesadaran lingkungan, (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 18.
6

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek

tertentu, misalnya territorial, bangsa, golongan dan sebagainya. 11 Masyarakat yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah peserta BPJS Kesehatan Cabang Watampone.

D. Tujuan dan Kegunaan

Berdasarkan uraian latar belakang dan pokok masalah yang telah diangkat

maka tujuan dan kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui sistem pelayanan kesehatan berbasis digital pada BPJS

Kesehatan Cabang Watampone.

b. Untuk mengetahui tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam

menggunakan sistem digitalisasi pelayanan kesehatan pada BPJS

Kesehatan Cabang Watampone.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini akan memberikan pengetahuan kepada

masyarakat umum tentang kemudahan konsumen dalam mengakses informasi,

pendaftaran atau pembayaran pada BPJS Kesehatan, baik manfaat secara teori

maupun dari prakstisinya. Manfaat yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini,

antara lain:

a. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan

informasi dan pengetahuan kepada masyarakat umum bahwa setiap

perusahaan baik manufaktur maupun jasa yang beroperasi perlu

10
Ahmad Mustanir, Partisan Abadi, “Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah Rencana
Pembangunan di Kelurahan Kanyuara Kecematan Watang sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang”
, Jurnal Politik Profetik, Vol. 5, No. 2, 2017, h. 249.
11
Yulianthi, “Ilmu Sosial Budaya Dasar”(Cet. I; Yogyakarta: Deepublish, 2015), h. 75.
7

memperhatikan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, sehingga

dapat menarik perhatian masyarakat umum.

b. Secara Praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan atau pedoman

bagi perusahaan dalam menerapkan digitalisasi pelayanan publik,

sehingga dalam penerapan digitalisasi pelayanan publik dapat dilakukan

sehingga pelayanan yang diberikan oleh perusahaan dapat sesuai dengan

SOP yang berlaku.

E. Tinjauan Pustaka

Salah satu syarat yang harus dipenuhi seorang peneliti untuk menunjukkan

keaslian suatu penelitian yang dilakukan yaitu menegaskan perbedaannya dengan

hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis dengan penelitian yang dilakukan.

Oleh karena itu, merupakan keharusan bagi peneliti untuk melakukan penelusuran

terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian yang

dilakukan untuk menunjukkan hasil orisinilitas penelitian dan bukan plagiarisme.

Adapun hasil penelusuran terkait hasil-hasil penelitian terdahulu yang sejenis

dengan penelitian yang akan dilakukan ini, antara lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh A. Arini pratiwi, yang berjudul “Inovasi

Kantor Pos Watampone Dalam Menjaga Eksitensi Dan Daya Saing Pelayanan

Publik Ditinjau Dari Prespektif Ekonomi Islam” pada tahun 2016, mahasiswa

Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Program Studi Ekonomi Syariah Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Watampone. Penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan bentuk inovasi Kantor Pos Watampone dan daya saing
8

pelayanan publik dan tinjauan ekonomi islam mengenai inovasi dan daya

saing pelayanan publik Kantor Pos Watampone.12

2. Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Esa Kuswati, yang berjudul “Kualitas

Pelayanan Publik Di Kecematan Tanjungsari Kabupaten GunungKidul” pada

tahun 2017, mahasiswa Jurusan Pendidikan Administrasi Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Yogyakarta. Pokok permasalahan dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui penyebab rendahnya kualitas pelayanan publik dan

faktor penghambat pelaksanaan pelayanan publik di Kecematan Tanjungsari

Kabupaten Gunungkidul.13

3. Penelitian yang dilakukan oleh Arum Prabandari, yang berjudul “ Kualitas

Pelayanan Berbasis Teknologi Informasi Studi Kasus Pelayanan Izin

Gangguan (HO) di Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Sleman” pada

tahun 2015, mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Pokok permasalahan dalam penelitian

ini adalah untuk memberikan gambaran secara umum mengenai pemanfaatan

teknologi informasi di Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Sleman.

Penelitian ini penting dilakukan untuk melihat apakah permasalahan yang ada

dalam perizinan HO menjadi lebih baik atau tidak dengan adanya teknologi

informasi serta melihat faktor pendukung dan penghambat dengan adanya

12
A. Arini pratiwi, “Inovasi Kantor Pos Watampone Dalam Menjaga Eksitensi Dan Daya
Saing Pelayanan Publik Ditinjau Dari Prespektif Ekonomi Islam” (Skripsi, Program Sajana Jurusan
Syariah dan Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Watampone, 2016), h. v.
13
Ratna Esa Kuswati,“Kualitas Pelayanan Publik Di Kecematan Tanjungsari Kabupaten
Gunungkidul” (Skripsi, Program Studi Pendidikan Administrasi Perkantoran Jurusan Pendidikan
Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, 2017), h. vii.
9

pemanfaatan teknologi informasi dalam penyelenggaraan perizinan HO

berbasis teknologi informasi.14

4. Peneitian yang dilakukan oleh Andi Sri Wahyuni, yang berjudul “Inovasi

Dalam Pelayanan Publik Sektor Jasa PT PLN Kabupaten Kepulauan Selayar”,

pada tahun 2016, mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Program Studi

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas

Hasanuddin. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah penerapan

inovasi listrik prabayar PT. PLN (persero) di Kabupaten Kepulauan Selayar.15

Berdasarkan penelusuran terhadap beberapa hasil penelitian terdahulu

ditemukan titik perbedaaan dengan penelitian yang akan dilakukan, hal ini dapat

dilihat pada penelitian A. Arini Pratiwi yang menjadi fokus penelitiannya yaitu

bentuk-bentuk inovasi Kantor Pos Watampone untuk menghadapi tantangan

organisasional, sementara penelitian yang dilakukan oleh Ratna Esa Kuswati yang

menjadi fokus penelitiannya yaitu bentuk penyebab rendahnya kualitas pelayanan

publik di Kecematan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul, Arum Prabandari yang

menjadi fokus penelitiannya adalah untuk memberikan gambaran secara umum

mengenai pemanfaatan teknologi informasi di Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten

Sleman, dan Andi Sri Wahyuni yang menjadi fokus penelitiannya adalah untuk

mengetahuipenerapan inovasi listrik prabayar PT. PLN (persero) di Kabupaten

Kepulauan Selayar. Adapun tujuan penelitan yang akan peneliti lakukan adalah untuk

14
Arum Prabandari,“Kualitas Pelayanan Berbasis Teknologi Informasi Studi Kasus
Pelayanan Izin Gangguan (HO) di Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten Sleman” (skripsi, Jurusan
Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, 2015), h. Vii.
15
Andi Sri Wahyuni, “Inovasi Dalam Pelayanan Publik Sektor Jasa PT PLN Kabupaten
Kepulauan Selayar” (skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi Program Studi Administrasi NegaraFakultas
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, 2016), h. ii.
10

mengetahui sistem digitalisasi pelayanan publik dalam hal ini pelayanan kesehatan

dikantor BPJS Kesehatan Cabang Watamponedalam hal kesadaran dan partisipasi

masyarakat.

F. Kerangka Pikir

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka pada bagian

ini diuraikan kerangka pikir yang dijadikan landasan berpikir dalam melaksanakan

penelitian ini. Hal ini perlu dikemukakan karena berfungsi mengarahkan penulis

untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna memecahkan masalah

penelitian secara ilmiah. Adapun kerangka pikir yang dimaksud, adalah sebagai

berikut;

Gambar 1.1

Kerangka Pikir

BPJS Kesehatan

Pelayanan kesehatan

Digitaslisasi Layanan Kesehatan

Kesadaran
Partisipasi Masyarakat
Masyarakat
11

Berdasarkan kerangka pikir di atas digambarkan bahwa BPJS Kesehatan

Cabang Watampone adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa,

dalam melayani konsumennya, BPJS Kesehatan menggunakan sistem pelayanan

kesehatan yang berbasis digitalisasi. Digitalisasi yaitu pelayanan yang dilakukan

secara digital atau menggunakan sarana jaringan komputer. Dengan adanya jenis

pelayanan tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan partisispasi

masyarakat dalam menggunakan jasa BPJS Kesehatan. Kemudahan-kemudahan yang

di tawarkan BPJS Kesehatan merupakan bentuk dan strategi BPJS Kesehatan dalam

menarik minat masyarakat untuk menggunakan layanan BPJS Kesehatan yang dapat

diakses kapanpun dan dimanapun kita berada.

G. Metode Penelitian

Setiap karya tulis ilmiah pada prinsipnya selalu ditopang beberapa metode,

baik dalam pengumpulan data maupun dalam pengolahannya seperti halnya dalam

penulisan penelitian ini, penulis mempergunakan beberapa metode, yaitu:

1. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian lapangan (Field Research) adalah

penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap

suatu objek di lapangan untuk memperoleh informasi dan data sesuai

permasalahan penelitian.16Dalam penelitian ini, jenis penelitian ini digunakan

untuk mengetahui bagaimana kesadaran dan partisipasi masyarakat terhadap

pelayanan publik yang diberlakukan BPJS Kesehatan.

16
Burhan Bungin, Sisiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, Ed 1, (Cet. VI; Jakarta: Kencana Prenada Group, 2013), h. 306.
12

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan adalah Pendekatan

kualitatif merupakan metode penelitian lapangan. Pendekatan kualitatif berupaya

memahami perilaku dan lembaga dengan memahami sebaik-baiknya orang-orang

yang terlibat.17Alasan peneliti menggunakan pendekatan tersebut yaitu karena

penelitian mengkaji tentang sistem pelayanan yang diterapkan oleh suatu badan

usaha.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Watampone,

jalan Hos. Cokroaminoto, Kec. Tanete Riattang Barat, Kab. Bone.

3. Data dan Sumber Data

Data merupakan bentuk jamak dari kata datum, yang berasal dari bahasa

Latin. Data dapat diartikan sebagai fakta-fakta atau bisa dikatakan sebagai

serangkaian bukti-bukti, sesuatu yang secara pasti diketahui atau serangkaian

informasi yang ada di sekitar kita.18

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Berdasarkan penelitian ini,

sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Untuk lebih

jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer merupakan jenis data yang diperoleh dari sumber utama

(sumber asli), baik berupa data kualitatif. Sesuai dengan asalnya dari mana

17
Baharuddin Ilyas dan Muhammad Arif Tiro, Metodologi Penelitian untuk Ilmu-Ilmu sosial
dan Ekonomi (Cet. I; Makassar: Andira Publisher, 2002), h. 241.
18
Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi: Teori dan Aplikasi (Cet. III; Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2005), h. 118.
13

data tersebut diperoleh, maka data ini sering pula disebut dengan istilah data

mentah (raw data).19 Mengenai hal ini, data perimer yaitu data yang diperoleh

langsung dari hasil wawancara dengan narasumber atau informan yang

dianggap sangat berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan

sebenarnya di lapangan dan juga hasil observasi. Dari kegiatan observasi ini

peneliti berkunjung langsung ketempat penelitian BPJS Kesehatan Cabang

watampone. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dibagian

lapangan adapun yang menjadi informasi dipenelitian ini adalah karyawan

BPJS Kesehatan Cabang watampone dan Peserta BPJS Kesehatan Cabang

watampone.

b. Data Sekunder

Data sekunder sering juga disebut dengan penelitian meja (desk study).

Peneliti tidak perlu mencari data melalui survey, baik lewat kuesioner ataupun

lewat wawancara dan sebagainya. Semua data sudah tersedia dimedia cetak

atau media elektronik. Media cetak yang dapat dijadikan sumber adalah,

laporan penelitian sebelummnya, jurnal- jurnal yang diterbitkan oleh lembaga-

lembaga, laporan-laporan prospectus perusahaan (penelitian tentang keuangan

perusahaan) dan lain-lain. Sementara itu, media elektronik yang dapat

dijadikan sumber adalah internet. Hanya dengan mengunjungi situs- situs

tertentu, maka data yang diperlukan dapat diperoleh.20 Adapun wujud data

sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu annual report BPJS

Kesehatan Tahun 2018.

19
Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi: Teori dan Aplikasi h. 122.
20
Hendri Tanjung dan Abrista Devi, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam (Cet. I; Jakarta:
Gramata Publishing, 2013), h. 94-95.
14

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh

peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi

sistematis dan dipermudah.21 Pemilihan jenis instrumen penelitian sangat

tergantung pada jenis metode pengumpulan data yang digunakan. Berdasarkan

penelitian ini, metode pengumpulandata yang digunakan adalah

observasi/pengamatan, wawancara, dan dokumentasi, maka instrumen yang

digunakan peneliti dalam proses pengumpulan data berupa kamera, perekam

suara (menggunakan Handphone), dan beberapa daftar pertanyaan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian

ini adalah :

a. Observasi

Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti. Observasi merupakan salah satu teknik

pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan

dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas) dan

kesahihannya (validitas).22

b. Wawancara

Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih

21
Riduan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Penelitian Pemula (Cet. V;
Bandung: Alfabeta, 2008), h.69.
22
Husaini usman dan Purnomo setiady akbar, Metodologi Penelitian Sosial (Cet.I; Jakarta:
Bumi Aksara, 2017), h. 90.
15

secara langsung.23 Adapun wawancara yang dilakkukan pada peneltian ini

adalah 10 responden. Metode ini, penulis gunakan untuk memperoleh

informasi tentang digitalisasi pelayanan kesehatan pada BPJS Kesehatan

Cabang watampone.

c. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan

data yang diperoleh dari dokumen-dokumen.24Wujud metode dokumentasi

dalam penelitian ini yaitu berupa data-data mengenai jumlah peserta BPJS

Kesehatan Cabang Watampone.

6. Teknik Pengelolaan Data

Adapun teknik pengelolaan data pada penelitian ini, yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya.

Data yang direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas memudahkan

untuk melakukan pengumpulan data. Temuan yang dipandang asing, tidak

dikenal, dan belum memiliki pola, maka hal itulah yang dijadikan perhatian

karena penelitian kualitatif bertujuan mencari pola dan makna tersembunyi

dibalik pola dan data yang tampak.25

b. Penyajian Data

23
Husaini usman dan Purnomo setiady akbar, Metodologi Penelitian Sosial,h. 93.
24
Husaini usman dan Purnomo setiady akbar, metodologi penelitian sosial, h.106.
25
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik (Cet. IV; Jakarta: Bumi
Aksara, 2016), h. 211.
16

Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Penyajian data

dilakukan untuk dapat melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian

tertentu dari gambaran keseluruhan. Pada tahap ini peneliti berupaya

mengklarifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan

yang diawali dengan pengkodean pada setiap subpokok permasalahan.26

c. Kesimpulan atau Verifikasi

Kesimpulan atau verifikasi adalah tahap terakhir dalam proses

analisa data. Pada bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-

data yang telah diperoleh. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari makna

data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan, atau

perbedaan. Penarikan kesimpulan bisa dilakukan dengan jalan

membandingkan kesesuaian pernyataan dari subyek penelitian dengan makna

yang terkandung dengan konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut.27

7. Teknik Pengujian Data

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini adalah uji

triangulasi. Uji triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber. 28 Adapun sumber yang digunakan dalam

penelitian ini adalah melalui wawancara terhadap karyawan BPJS Kesehatan

Cabang Watampone yang terdiri dari Kepala Cabang dan Staf Pemberi Informasi

26
Sandu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian(Cet. I; Yogyakarta: Literasi
Media Publishing, 2015), h. 123.
27
Sandu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, h. 124.
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Cet. XXI; Bandung: Alfabeta,
2014), h. 273.
17

dan Pengaduan BPJS Kesehatan, dan 8 Peserta BPJS Kesehatan Cabang

watampone.

8. Teknik Analisis Data

Berdasarkan analisis data-data yang telah dikumpulkan maka

diperlukan alat analisis. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik Descriptive Analysis. Burhan Bungin menjelaskan bahwa penelitian sosial

menggunakan format deskriptif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan

berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai fenomena yang timbul

dimasyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu

kepermukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi atau

fenomena tertentu.29

Penelitian deskriptif sesuai karakteristiknya memiliki langkah-langkah

tertentu dalam pelaksanaannya, langkah-langkah tersebut sebagai berikut: diawal

dengan adanya masalah, menentukan jenis informasi yang diperlukan,

menetukan prosedur pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan,

pengolahan informasi atau data, dan menarik kesimpulan penelitian.30

29
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi: Format-Format Kuantitatif dan
Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajeman, dan Pemasaran (Cet. I;
Jakarta: Kencana, 2013), h. 48.
30
Juliansayah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah (Cet. V;
Jakarta:Kencana, 2015), h. 35.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. BPJS Kesehatan

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum publik

yang bertanggung jawab kepada presiden dan berfungsi menyelenggarakan program

jaminan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia termasuk orang asing yang

bekerja paling singkat 6 bulan di indonesia(UU No.24 tahun 2011 tentang BPJS). 31

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum

yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan tersebut dengan

tujuan untuk memproteksi seluruh masyarakat dengan premi terjangkau dan dengan

coverage lebih luas untuk seluruh masyarakat.32

Adapun Dasar hukum dalam penyelenggaraan program BPJS ini adalah :

1. Undang – Undang

a. UU No 40 Tahun 2004 tentang SJSN

b. UU No 24 Tahun 2011 tentang BPJS

2. Peraturan Pemerintah

a. PP No. 90 Tahun 2013 tentang pencabutan PP 28/2003 tentang subsidi

dan iuran pemerintah dalam penyelenggaraan asuransi kesehatan bagi

PNS dan penerima pensiun.

31
Novita Resha Vianti, “Analisis Kepuasan Pasien BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial) Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Instalasi Rawat Inap (Iri) Bangsal Dahlia Rsud Ungaran”
(skripsi, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang, 2016), h. 19.
32
Abidin, “Pengaruh Kualitas Pelayanan BPJS Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien di
Puskesmas Cempae Kota Parepare”, Jurnal MKMI, Vol. 12, No. 2, Juni 2016, h. 71.

23
24

b. PP No. 85 Tahun 2013 tentang hubungan antara setiap Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial.

c. PP No. 86 Tahun 2013 tentang tata cara pengenaan sanksi administratif

kepada pemberi kerja selain penyelenggara Negara dan setiap orang,

selain pemberi kerja, pekerja dan penerima bantuan iuran dalam

penyelenggaraan jaminan sosial.

d. PP No. 87 Tahun 2013 tentang tatacara pengelolaan aset jaminan sosial

kesehatan.

e. Perpres No. 111 Tahun 2013 tentang perubahan atas perpres no. 12 Tahun

2013 tentang jaminan kesehatan.

f. Perpres No. 109 Tahun 2013 tentang penahapan kepesertaan program

jaminan sosial.

g. Perpres No. 108 Tahun 2013 tentang bentuk dan isi laporan pengelolaan

program jaminan sosial.33

h. Perpres No. 107 Tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan tertentu

berkaitan dengan kegiatan operasional kementerian pertahanan, TNI, dan

Kepolisian NRI.

i. Perpres No. 12 Tahun 2013 tentang jaminan kesehatan.

Dalam pasal 5 ayat (2) UU No.24 Tahun 2011 disebutkan fungsi BPJS adalah:

1. Berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan.

2. Berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan kecelakaan kerja,

program jaminan kematian, program jaminan pensiun dan jaminan hari tua.

33
Novita Resha Vianti, “Analisis Kepuasan Pasien BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial) Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Instalasi Rawat Inap (Iri) Bangsal Dahlia Rsud Ungaran”,
h. 20.
25

Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS bertugas

untuk:

1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta.

2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja.

3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah.

4. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta.

5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial.

6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai

dengan Ketentuan program jaminan sosial.34

7. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial

kepada peserta dan masyarakat.35

B. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan dianamis berupa membantu

menyiapkan, menyediakan dan memproses serta membantu keperluan orang lain.

Menurut Lovely dan Loomba, pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang

diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk

memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta

memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun, masyarakat.36

Adapun tingkat pelayanan kesehatan pada BPJS Kesehatan diantaranya:

34
Novita Resha Vianti, “Analisis Kepuasan Pasien BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial) Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Instalasi Rawat Inap (Iri) Bangsal Dahlia Rsud Ungaran”,
h. 21.
35
Novita Resha Vianti, “Analisis Kepuasan Pasien BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial) Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Instalasi Rawat Inap (Iri) Bangsal Dahlia Rsud Ungaran”,
h. 22.
36
Saribulang Sultan, “Kualitas Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Tenriawaru Kabupaten Bone” (Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin,
2018), h. 27.
26

1. Pelayanan kesehatan tingkatan pertama

Fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan tingkat

pertama adalah:

a. Rawat Jalan Tingkat Pertama

1) Puskesmas atau yang setara

2) Praktik dokter

3) Praktik dokter gigi37

4) Klinik Pratama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat

pertama milik TNI/POLRI

5) Rumah sakit Kelas D Pratama atau yang setara.

b. Rawat Inap Tingkat Pertama

Fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan fasilitas rawat

inap.38Cakupan pelayanan rawat inap tingkat pertama sesuai dengan cakupan

pelayanan rawat jalan tingkat pertama dengan tambahan akomodasi bagi

pasien sesuai indikasi medis.39

2. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan

Fasilitas pelayanan rawat jalan dan rawat inap dapat dilakukan di:

a.Klinik utama atau yang setara

b. Rumah sakit umum

c. Rumah sakit khusus, baik milik pemerintah maupun swasta yang

bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

37
BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan(tc; Jakarta: BPJS Kesehatan,
2014), h. 6.
38
BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan, h. 7.
39
BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan, h. 12.
27

Adapun cakupan pelayanan pada pelayanan kesehatan rujukan tingkat

pertama:

a. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan

1) Administrasi pelayanan; meliputi biaya administrasi pendaftaran

peserta untuk berobat, penerbitan surat eligilibitas peserta, termasuk

pembuatan kartu pasien.

2) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter

spesialis dan sub spesialis.40

3) Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis.

4) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai.

5) Pelayanan alat kesehatan.

6) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis.

7) Rehabilitasi medis.

8) Pelayanan darah.

9) Pelayanan kedokteran forensik klinik meliputi pembuatan visum et

repertum atau surat keterangan medik berdasarkan pemeriksaan

forensik orang hidup dan pemeriksaan psikiatri forensic.

10) Pelayanan jenazah terbatas hanya bagi peserta meninggal dunia pasca

rawat inap di Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS

tempat pasien dirawat berupa pemulasaran jenazah dan tidak termasuk

peti mati.

40
BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan, h. 22.
28

b. Rawat Inap Tingkat Lanjutan

Cakupan pelayanan rawat inap tingkatlanjutan 41adalah sesuai dengan

seluruh cakupan pelayanan di RJTL dengan tambahan akomodasi yaitu

perawatan inap non intensif dan perawatan inap intensif dengan hak kelas

perawatan42

3. Pelayanan Persalinan Dan Penjaminan Bayi Baru Lahir

a. Pelayanan Persalinan

1) Persalinan merupakan benefit bagi peserta BPJS Kesehatan tanpa

pembatasan jumlah kehamilan/persalinan yang dijamin oleh BPJS

Kesehatan dan tidak dibatasi oleh status kepesertaan

(peserta/anak/tertanggung lain).

2) Penjaminan persalinan mengikuti sistem rujukan berjenjang yang

berlaku.

3) Pelayanan persalinan ditagihkan oleh fasilitas kesehatan yang

memberikan pelayanan. Klaim perorangan untuk kasus persalinan baik

yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang bekerja sama maupun yang

tidak bekerja sama tidak diperbolehkan.43

b. Kepesertaan Bayi Baru Lahir

1) Bayi peserta PBI Bayi baru lahir dari Peserta PBI secara otomatis

dijamin oleh BPJS Kesehatan. Bayi tersebut dicatat dan dilaporkan

kepada BPJS Kesehatan oleh fasilitas kesehatan untuk kepentingan

rekonsiliasi data PBI.

41
BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan, h. 23.
42
BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan, h. 24.
43
BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan, h. 40.
29

2) Bayi peserta jamkesmas non Kuota Berdasarkan Surat Edaran Menteri

Kesehatan RI Nomor: JP/Menkes/590/XI/2013 tentang Jaminan

Kesehatan Masyarakat tanggal 28 November 2013 2013 point E

nomor 2 bahwa: “Bila masih terdapat masyarakat miskin dan tidak

mampu di luar peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang berjumlah

86,4 juta jiwa maka menjadi tanggung jawab pemerintah daerah

(sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 27 Tahun 2013 Tentang Penyusunan APBD Tahun 2014)”,

maka:

a) Bayi yang lahir dari peserta Jamkesmas non kuota menjadi

tanggung jawab pemerintah daerah.44

b) Peserta non kuota Jamkesmas, terhitung mulai tanggal 1 Januari

2014 tidak dilayani dalam penyelenggaraan program BPJS

Kesehatan, kecuali didaftarkan sebagai peserta BPJS Kesehatan.

3) Peserta BPJS Kesehatan Pekerja Penerima Upah anak ke-1 sd ke-3

Bayi anak ke-1 (satu) sampai dengan anak ke-3 (tiga) dari peserta

Pekerja Penerima Upah secara otomatis dijamin oleh BPJS Kesehatan.

4) Bayi baru lahir dari :

a) Peserta pekerja bukan penerima upah.

b) Peserta bukan pekerja.

c) Anak ke-4 (empat) atau lebih dari peserta penerima upah.

Dijamin oleh BPJS Kesehatan jika pengurusan kepesertaan dan

penerbitan SEP dilakukan dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender

44
BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan, h. 41.
30

sejak kelahirannya atau sebelum pulang apabila bayi dirawat

kurang dari 7 (tujuh) hari. Dalam pengurusan kepesertaan bayi

dilakukan pada hari ke-8 atau seterusnya, maka45 biaya pelayanan

kesehatan tersebut tidak dijamin BPJS Kesehatan.

4. Pelayanan Gawat Darurat

a. Fasilitas Kesehatan

1) Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.

2) Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan baik yang bekerjasama

maupun tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

b. Cakupan Pelayanan

1) Pelayanan gawat darurat yang dapat dijamin adalah sesuai dengan

kriteria gawat darurat yang berlaku.

2) Kriteria gawat darurat terlampir.

3) Cakupan pelayanan gawat darurat sesuai dengan pelayanan rawat jalan

dan rawat inap di fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun tingkat

lanjutan.46

5. Pelayanan Ambulan

Adapun fasilitas kesehatan pada ambulan:

a. Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang mempunyai ambulan.

b. Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang mempunyai ambulan.

Dalam penyelenggaraan pelayanan ambulan, fasilitas kesehatan dapat

melakukan kerja sama dengan pihak ketiga sebagai jejaring, antara lain:

a. Pemda atau Dinas Kesehatan Propinsi yang mempunyai ambulan.


45
BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan, h. 42.
46
BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan, h. 43.
31

b. Ambulan 118.

c. Yayasan penyedia layanan ambulan.47

6. Pelayanan Yang Tidak Dijamin

Pelayanan atau hal-hal lain yang tidak termasuk jaminan yang ditanggung

oleh BPJS Kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur

sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku.

b. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas Kesehatan yang tidak

bekerja sama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat.

c. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan

kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja

atau hubungan kerja.

d. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan

lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh program

jaminan kecelakaan lalu lintas.

e. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri.

f. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik.

g. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas.48

h. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi).

i. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau

alcohol.

j. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat

melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri.


47
BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan, h. 50.
48
BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan, h. 56.
32

k. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk akupuntur,

shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan

penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment).

l. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan

(eksperimen).

m. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu.

n. Perbekalan kesehatan rumah tangga.

o. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian

luar biasa/wabah.

p. Kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah (preventable adverse events)

yang ditetapkan oleh Menteri.49

q. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat

Jaminan Kesehatan yang diberikan.50

Dasar hukum pemberian pelayanan kesehatan secara umum diatur dalam

Pasal 53 UU Kesehatan, yaitu:

1. Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit

dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.

2. Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan

masyarakat.

49
BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan, h. 57.
50
BPJS Kesehatan, Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan, h. 58.
33

3. Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan

lainnya.

Kemudian dalam Pasal 54 UU Kesehatan juga mengatur pemberian pelayanan

kesehatan, yaitu:51

1. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung

jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif.

2. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan

pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

3. Pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan

masyarakat.52

C. Digtalisasi Layanan Kesehatan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Digitalisasi adalah proses

pemberian atau pemakaian sistem digital.53 Sedangkan Menurut Mcmenemy dan

Poulter dalam bukunya yang berjudul “Delivering digital Services” defenisi yang

paling mudah untuk digitalisasi adalah menciptakan kopi digital dari sebuah objek

analog. Dia menambahkan bahwa dengan mendigitalkan sebuah dokumen, banyak

keuntungan yang bias didapatkan, yakni: dapat dengan mudah diakses, dicari,

ataupun diindeks. Artikel yang didapatkan dari info computer menguraikan bahwa

51
Hetty Panggabean, perlindungan hukum praktik klinik kebidanan,Cet. I; Yogyakarta: CV
Budi Utama, 2018), h. 45.
52
Hetty Panggabean, perlindungan hukum praktik klinik kebidanan, h. 46.
53
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Cet. II; Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 264.
34

proses digitalisasi dokumen adalah proses perubahan dari dokumen tercetak (printed

document/hardcopy) menjadi dokumen elektronik.54 Digitalisasi adalah konversi

segala data sehingga bisa dibaca olehkomputer.55

Menurut Gilbert, layanan kesehatan merupakan tantangan yang terus menerus

berkembang. Pelayanan kesehatan bergerak sangat dinamik dimana terjadi perubahan

besar dalam hal ekpektasi konsumen dan kompetisi yang semakin meningkat dengan

terus bertambahnya jumlah layanan kesehatan. Sedangkan menurut Kraus, layanan

kesehatan adalah upaya pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sendiri atau

secara bersama-sama pada sebuah badan organisasi untuk memelihara atau

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan

kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat.56

Adapun digitalisasi layanan kesehatan pada BPJS Kesehatan adalah salah

satunya melalui sebuah aplikasi yang bernama Mobile JKN. Aplikasi Mobile JKN

merupakan inovasi untuk kemudahan calon peserta atau peserta JKN-KIS, dengan

memanfaatkan teknologi informasi yang dapat diunduh melalui aplikasi Mobile JKN

di Google Playstore atau Apps Store.

Adapun 5 Kemudahan menggunakan Aplikasi Mobile JKN:

1. Kemudahan mendaftar dan mengubah data kepesertaan.

2. Kemudahan mengetahui informasi data peserta dan keluarga.

54
Artitis Undari, “Proyek Digitalisasi Naskah dan Skripsi Perpustakaan Fakultas ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia: sebuah Evaluasi Perencannaan dan pelaksanaan”
(Skripsi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia,
2009), h. 9.
55
Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat komunikasi (Cet. I; Jakarta:Prenadamedia Group,
2009), h. 122.
56
Mad Zaini,Asuhan Keprawatan Jiwa Masalah Psikososial di Pelayanan Klinik dan
Komunitas (Cet. I; Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019), h. 7.
35

3. Kemudahan mengetahui informasi tagihan dan pembayaran iuran.57

4. Kemudahan mendapatkan pelayanan di Faskes.

5. Kemudahan menyampaikan pengaduan dan permintaan informasi seputar

JKN-KIS.

Adapun 14 Fitur dalam Aplikasi Mobile JKN:

1. Menampilkan informasi kepesertaan peserta dan anggota keluarganya.

2. Menu ubah data peserta yang dapat mempermudah pengguna melakukan

aktivitas termasuk mengubah nomor handphone, alamat email, alamat surat,

pindah faskes dan pindah kelas.

3. Menampilkan kartu JKN-KIS dalam bentuk digital. Pengguna juga dapat

mengirimkan kartu tersebut ke alamat email yang terdaftar.

4. Calon peserta dapat melakukan pendaftaran peserta (PBPU) dengan

memasukkan nomor KTP selanjutnya peserta akan mendapatkan email atau

SMS berisi nomor Virtual Account.

5. Menampilkan tagihan iuran peserta PBPU.

6. Menampilkan panduan pembayaran sesuai channel pembayaran yang dipilih.

7. Menampilkan riwayat pembayaran iuran dan denda peserta selama tiga bulan.

8. Menampilkan nomor Virtual Account peserta.

9. Menampilkan histori pelayanan peserta lengkap dengan diagnosanya.

Pengguna dapat memberikan rating dan komentar terhadap catatan pelayanan

yang pernah diterima.

10. Dapat melakukan pendaftaran pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan

Tingkat Pertama (FKTP) jika sudah menggunakan sistem antrean JKN.

57
BPJS Kesehatan, Panduan Layanan Bagi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Kartu
Indonesia Sehat (JKN-KIS)(tc; Jakarta: BPJS Kesehatan, 2018), h. 9.
36

11. Menampilkan pertanyaan-pertanyaan skrining, setelah peserta menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut akan keluar hasil skrining. Skrining hanya

dapat dilakukan 1 tahun sekali.58

12. Informasi seputar program JKN-KIS terkait manfaat program JKN-KIS

persyaratan pendaftaran peserta, hak dan kewajiban serta sanksi-sanksi yang

diberlakukan.

13. Mendeteksi posisi pengguna dan menampilkan informasi kantor BPJS

Kesehatan, FKTP serta Faskes Tingkat Lanjutan.

14. Menyampaikan pengaduan tertulis atau dengan menghubungi BPJS Kesehatan

Care Center 1500 400.

Adapun cara registrasi aplikasi Mobile JKN bagi yang telah menjadi Peserta

JKN-KIS:

1. Pilih menu pendaftaran pengguna Mobile

2. Isi no. Kartu, KTP, Tgl Lahir, Nama Ibu kandung, email.No.HP, dan

password.

3. Jika berhasil akan muncul keterangan Data berhasil didaftarkan.

4. Masuk ke akun email dan cari Kode Verifikasi.

5. Masukkan nomer kartu dan kode verifikasi.

6. Jika pendaftaran berhasil maka akan muncul keterangan bahwa pendaftaran

berhasil.59

58
BPJS Kesehatan, Panduan Layanan Bagi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Kartu
Indonesia Sehat (JKN-KIS), h. 10.
59
BPJS Kesehatan, Panduan Layanan Bagi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Kartu
Indonesia Sehat (JKN-KIS), h. 11.
37

D. Kesadaran Masyarakat Pada Digitalisasi Layanan Kesehatan

Secara harfiah, kesadaran memiliki arti yang sama dengan mawas diri

(awareness). Kesadaran juga diartikan sebagai sebuah kondisi dimana seorang

individu memiliki kedali penuh terhadap stimulus internal maupun eksternal.60

Menurut para ahli:

1. Joseph Murphy, mengartikan kesadaran yaitu siuman atau sadar akan tingkah

laku dimana pikiran sadar mengatur akal dan menetukan pilihan yang

diinginkan misalnya baik dan buruk, indah dan jelek dan sebagainya.

2. Hursel, kesadaran adalah pikiran sadar (pengetahuan) yang mengatur pikiran

akal. Pikirran inilah yang menggugah jiwa untuk membuat pilihan baik-buruk,

indah-jelek, dan lainnya.61

3. Poedjawjatna, kesadaran adalah pengetahuan, sadar dan tahu. Mengetahui

atau sadar tentang keadaan tergugahnya jiwa terhadap sesuatu.62

Kesadaran diri akan pengetahuan merupakan titik tolak perubahan sikap dan

gaya hidup, salah satunya dengan penyuluhan kesehatan dan pola pikir kesehatan.

1. Penyuluhan Kesehatan

Menurut Azrul Anwar, penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan

yang dilakukan dengan cara menyebarkan, tetapi juga mau dan mau dan bias

melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. 63 Sedangkan

menurut Departemen Kesehatan, penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai

kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai


60
Imam Malik, Pengantar Psikologi Umum,(Cet. I; Yogyakarta: Teras, 2005), hal. 45.
61
Amos Neolaka, Kesadaran lingkungan, (Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 18.
62
Amos Neolaka, Kesadaran lingkungan, hal. 21.
63
Nasrul Effendy, Dasar-Dasar Keprawatan Kesehatan Masyarakat, (tc; Jakarta: EGC,
1998), hal. 232.
38

suatu keadaan, di mana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara

keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bias

dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan

bila perlu.64

Bila dilihat dari berbagai pengertian di atas, maka tujuan penyuluhan yang

paling pokok adalah:

a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam

membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta

berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

b. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan

social sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.

c. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah

perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan

masyarakat.

a. Individu

Individu yang mempunyai masalah keprawatan dan kesehatan, yang dapat

dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, rumah bersalin, posyandu,

keluarga binaan dan masyarakat binaan.

b. Keluarga

64
Nasrul Effendy, Dasar-Dasar Keprawatan Kesehatan Masyarakat, hal. 233.
39

Keluarga binaan yang mempunyai masalah kesehatan dan keprawatan

yang tergolong dalam keluarga-keluarga resiko tinggi, diantaranya adalah;

1) Anggota keluarga yang menderita penyakit menular,

2) Keluarga-keluarga dengan kondisi social ekonomi dan pindidikan

yang rendah,

3) Keluarga-keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang buruk,

4) Keluarga-keluarga dengan keadaan gizi yang buruk’

5) Keluarga-keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang banyak

diluar kemampuan kepasitas keluarga,

6) Dan sebagainya.

c. Kelompok

Kelompok-kelompok khusus yang menjadi sasaran dalam penyuluhan

kesehatan masyarakat adalah:

1) Kelompok ibu hamil

2) Kelompok ibu-ibu yang memiliki anak belita

3) Kelompok pasangan usia subur dengan resiko tinggi kebidanan

4) Kelompok-kelompok masyarakat yang ada di berbagai institusi

pelayanan kesehatan.65

d. Masyarakat

Masyarakat yang menjadi sasaran dalam penyuluhan kesehatan adalah:

1) Masyarakat binaan puskesmas

2) Masyarakat nelayan

3) Masyarakat pedesaan

65
Nasrul Effendy, Dasar-Dasar Keprawatan Kesehatan Masyarakat, hal. 234.
40

4) Masyarakat yang datang ke institusi pelayanan kesehatan

5) Masyarakat luas yang terkena masalah kesehatan.

Hasil yang diharapkan dalam penyuluhan kesehtan masyarkat adalah

terjadinya perubahan dan perilaku dari individu, keluarga, kelompok khusus dan

masyarakat untuk dapat menanamkan prinsip-prinsip hidup sehat dalam kehidupan

sehari-hari untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.66

2. Pola Pikir Kesehatan

Ada dua cara dasar yang dapat digunakan manajer kesehatan untuk memandu

proses berpikir kembali

a. Cara pertama, yaitu dengan memberikan peluang bagi para anggota untuk

melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan menuangkan pikiran yang

mengubah model mental atau pola piker mereka dengan visi para manejer

mengenai mutu layanan kesehatan mereka di masa depan.

b. Cara kedua, yaitu dengan menciptakan peluang bagi para anggota untuk

mempelajari bagaimana pihak lain berpikir tentang perubahan mutu

layanan yang diajukan67

Ada dua aspek penting pada komunikasi selama perubahan pola piker yaitu:

a. Waktu penyampaian pesan.

b. Kualitas informasi yang disampaikan.68

E. Partisipasi Masyarakat Pada Digitalisasi Layanan Kesehatan


66
Nasrul Effendy, Dasar-Dasar Keprawatan Kesehatan Masyarakat, hal. 235.
67
Al-Assaf, Pelayanan Kesehatan Perspektif Internasional, (Cet. I; Jakarta: EGC, 2009), hal.
119.
68
Al-Assaf, Pelayanan Kesehatan Perspektif Internasional, hal. 120.
41

Partisipasi dimaknai yaitu “partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan

masyarakat untuk mengakomodasikan kepentingan mereka dalam proses penyusunan

rencana pembangunan” Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi

masyarakat merupakan keterlibatan atau keikutsertaan seseorang masyarakat dalam

proses interaksi sosial, pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di

masyarakat dalam situasi tertentu, baik dalam pengambilan keputusan (solusi)

menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan proses keterlibatan

masyarakat di dalam mengevaluasi perubahan yang terjadi.69

Menurut para ahli:

1. Menurut Soetomo, partisipasi masyarakat adalah partisipasi dalam

keseluruhan proses pembangunan mulai dari pengambilan keputusan dalam

identifikasi masalah dari kebutuhan, perencanaan program, pelaksanaan

program serta dalam evaluasi dan menikmati hasil.70

2. Davis, participation is define as mental and emotional envolvement of a

person in a group situation which encourages him to contribute to group goals

and share responsibilities in them. Berdasarkan pernyataan Davis tentang

definisi diatas, maka partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental

dan emosional seorang individu dalam situasi kelompok tertentu yang

mendorongnya untuk berkontribusi untuk mencapai tujuan kelompok dan

berbagi tanggung jawab didalam pencapaian tujuan tersebut. Lebih lanjut

Davis mengatakan bahwa kontribusi masyarakat dalam pencapaian tujuan


69
Ahmad Mustanir, Partisan Abadi, “Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah Rencana
Pembangunan di Kelurahan Kanyuara Kecematan Watang sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang”
, Jurnal Politik Profetik, Vol. 5, No. 2, 2017, h. 249.
70
Durotul Afifah, “Upaya Masyarakat dalam Menumbuhkan Kesadaran Akan Pentingnya
Pendidikan Formal (studi kasus di Desa Sendang, Kragan, Rembang, Jawa Tengah”(Skripsi, Fakultas
Ilmu Trabiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014), h. 6.
42

(manajemen) pembangunan tersebut dilakukan dalam tiap-tiap tahapan mulai

dari perencanaan perumusan agenda kerja pembangunan, pelaksanaan

pembangunan, hingga evaluasi kegiatan pembangunan.

3. Siagian berpendapat bahwa partisipasi itu ada yang bersifat aktif dan ada juga

partisipasi yang bersifat pasif. Partisipasi yang bersifat pasif berarti bahwa

dalam sikap, perilaku dan tindakannya tidak melakukan hal-hal yang

mengakibatkan terhambatnya suatu kegiatan pembangunan. Selanjutnya,

masih menurut Siagian, partisipasi aktif berwujud sebagai berikut: “Turut

memikirkan nasib sendiri dengan memanfaatkan lembaga-lembaga sosial dan

politik yang ada di masyarakat sebagai saluran aspirasinya. Menunjukkan

adanya kesadaran bermasyarakat dan bernegara yang tinggi dengan tidak

menyerahkan nasib kepada orang lain, seperti kepada pimpinan, kelompok

masyarakat, baik yang sifatnya formal maupun informal; memenuhi

kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab seperti membayar

pajak secara jujur serta berkewajiban lainnya; ketaatan kepada berbagai

peraturan perundangundangan yang berlaku dan kerelaan melakukan

pengorbanan yang dituntut oleh pembangunan demi kepentingan bersama

yang luas dan penting”.71

4. Cohen dan Uphoff berpendapat bahwa partisipasi merupakan bentuk

kepedulian masyarakat untuk mengambil bagian atau peran dalam

pembangunan.72

71
Novie Indrawati Sagita, “Partisipasi Warga Masyarakat dalam Penilaian Kinerja
Kecematan di Kabupaten Bandung”, Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol. 2, No. 2, Oktober 2016, h. 311.
72
Novie Indrawati Sagita, “Partisipasi Warga Masyarakat dalam Penilaian Kinerja
Kecematan di Kabupaten Bandung”, h. 312.
43

Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat

dalam pelaksanaan digitalisasi pelayanan kesehatan antara lain:

1. Pengetahuan, Sastropoetra menyatakan bahwa pengetahuan merupakan salah

satu unsur penting dalam partisipasi. Dari pengetahuan yang dimiliki, maka

akan menumbuhkan kesadaran dan pada akhirnya akan terwujud dalam

perubahan sikap dan tingkah laku.

2. Kebutuhan masyarakat, Orang-orang akan berpastisipasi apabila mereka

merasakan isu atau aktifitas-aktifitas yang dilakukan merupakan hal yang

penting. Masyarakat merasa isu tersebut penting ketika sesuai dengan

kebutuhan yang dirasakan.73

Adapun tujuan partisipasi masyarakat

1. Terbentuknya kesadaran masyarakat

2. Terselenggraranya kerja sama

3. Terciptanya efektifitas dan efesiensi dalam pemanfaatan sumber daya

4. Peningkatan kinerja.74

Menurut Cohen dan Uphoff partisipasi masyarakat dapat dibedakan atas 4

jenis yaitu:

73
Hosea Ocbrianto, “Partisipasi Masyarakat Terhadap Posyandu dalam Upaya Pelayanan
Kesehatan Balita (Studi Kasus pada Posyandu Nusa Indah II RW II Kelurahan Meruyung, Kecematan
Limo, Depok)” (Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012), h.25.
74
Yusufhadi Miarso, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, (Cet. VIII; Jakakarta:
Prenadamedia Group, 2004), hal. 611.
44

1. Participation in decision making merupakan keterlibatan masyarakat dalam

memberikan masukan pemikiran terkait perencanaan program kerja dan

keputusan-keputusan mengenai prioritas pembangunan.

2. Participation in implementation merupakan keterlibatan masyarakat untuk ikut

serta dalam mendukung terlaksananya pembangunan baik kontribusi dalam

memberikan tenaga, bahan baku maupun finansial dengan memberikan

sumbangan pembiayaan bagi terselengaranya pembangunan.

3. Participation in benefits yang merupakan bentuk keterlibatan masyarakat

untuk75 turut menikmati dan memanfaatkan hasilhasil pembangunan yang

sudah terlaksana. Bukan hanya menikmati, tetapi masyarakat juga diharapkan

dapat berpartisipasi dalam menjaga, merawat, dan memelihara hasil-hasil

pembangunan yang telah dilakukan. Pemanfaatan hasil pembangunan tersebut

diharapkan dapat mengungkit daya kreatifitas masyarakat, kegiatan ekonomi

dan mobilitas sosial, peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang pada

akhirnya dapat mencapai pembangunan yang lebih baik lagi.

4. participation in evaluation yakni bentuk partisipasi masyarakat melalui

keikutsertaan mengawasi kegiatan dan menilai kinerja pembangunan serta

hasil-hasilnya.76

75
Novie Indrawati Sagita, “Partisipasi Warga Masyarakat dalam Penilaian Kinerja
Kecematan di Kabupaten Bandung”, h. 312.
76
Novie Indrawati Sagita, “Partisipasi Warga Masyarakat dalam Penilaian Kinerja
Kecematan di Kabupaten Bandung”, h. 313.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian

1. Profil Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan

BPJS Kesehatan adalah sebuah lembaga asuransi kesehatan berbadan

hukum, yang menjalankan program berdasarkan UU nomor 24 tahun 2011.

Yang mana dengan dibentuknya BPJSKesehatan maka hal ini merupakan

sebuah bentuk perlindungan sosial yang diberikan pemerintah kepada

masyarakat Indonesia untuk menjamin agar dapat memenuhi seluruh

kebutuhan dasar hidup rakyat Indonesia yang lebih baik dan lebih layak.

Dimana dasar asas yang di gunakan oleh BPJS dalam menyelenggarakan

sistem jaminan kesehatan nasional merupakan sistem yang berpedoman pada

asas kemanusiaan, dengan manfaat keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.77

Jaminan pemeliharaan kesehatan di Indonesia sebenarnya sudah ada

sejak zaman kolonial Belanda. Dan setelah kemerdekaan, pada tahun 1949,

setelah pengakuan kedaulatan oleh Pemerintah Belanda, upaya untuk

menjamin kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, khususnya

pegawai negeri sipil beserta keluarga, tetap dilanjutkan. Prof. G.A. Siwabessy,

selaku Menteri Kesehatan yang menjabat pada saat itu, mengajukan sebuah

gagasan untuk perlu segera menyelenggarakan program asuransi kesehatan

semesta (universal health insurance) yang saat itu mulai diterapkan di banyak

77
BPJS Kesehatan, “Profil BPJS Kesehatan”, dalam https://www.bpjs-kesehatan.go.id, 30
Agustus 2019.

45
46

negara maju dan tengah berkembang pesat.Pada saat itu kepesertaannya baru

mencakup pegawai negeri sipil beserta anggota keluarganya saja. Namun

Siwabessy yakin suatu hari nanti, klimaks dari pembangunan derajat

kesehatan masyarakat Indonesia akan tercapai melalui suatu sistem yang

dapat menjamin kesehatan seluruh warga bangsa ini.

Pada 1968, pemerintah menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 1 Tahun 1968 dengan membentuk Badan Penyelenggara Dana

Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) yang mengatur pemeliharaan kesehatan

bagi pegawai negara dan penerima pensiun beserta keluarganya. Selang

beberapa waktu kemudian, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 22 dan 23 Tahun 1984. BPDPK pun berubah status dari sebuah badan

di lingkungan Departemen Kesehatan menjadi BUMN, yaitu PERUM

HUSADA BHAKTI (PHB), yang melayani jaminan kesehatan bagi PNS,

pensiunan PNS, veteran, perintis kemerdekaan, dan anggota keluarganya.

Pada tahun 1992, PHB berubah status menjadi PT Askes (Persero)

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992. PT Askes (Persero)

mulai menjangkau karyawan BUMN melalui program Askes Komersial. Pada

Januari 2005, PT Askes (Persero) dipercaya pemerintah untuk melaksanakan

program jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin (PJKMM) yang

selanjutnya dikenal menjadi program Askeskin dengan sasaran peserta

masyarakat miskin dan tidak mampu sebanyak 60 juta jiwa yang iurannya

dibayarkan oleh Pemerintah Pusat. PT Askes (Persero) juga menciptakan

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Umum (PJKMU), yang ditujukan

bagi masyarakat yang belum tercover oleh Jamkesmas, Askes Sosial, maupun
47

asuransi swasta. Hingga saat itu, ada lebih dari 200 kabupaten/kota atau 6,4

juta jiwa yang telah menjadi peserta PJKMU. PJKMU adalah Jaminan

Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang pengelolaannya diserahkan kepada PT

Askes (Persero).78

Langkah menuju cakupan kesehatan semesta pun semakin nyata

dengan resmi beroperasinya BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014, sebagai

transformasi dari PT Askes (Persero). Hal ini berawal pada tahun 2004 saat

pemerintah mengeluarkan UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional (SJSN) dan kemudian pada tahun 2011 pemerintah

menetapkan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) serta menunjuk PT Askes (Persero) sebagai

penyelenggara program jaminan sosial di bidang kesehatan, sehingga PT

Askes (Persero) pun berubah menjadi BPJS Kesehatan. Melalui Program

Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang

diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan, negara hadir di tengah kita untuk

memastikan seluruh penduduk Indonesia terlindungi oleh jaminan kesehatan

yang komprehensif, adil, dan merata.79

2. Visi dan Misi BPJS Kesehatan

a. Visi BPJS Kesehatan

“Terwujudnya Jaminan Kesehatan Yang Berkualitas Tanpa

Diskriminasi”

78
BPJS Kesehatan, “Sejarah BPJS Kesehatan”, dalam https://www.bpjs-kesehatan.go.id, 30
Agustus 2019.
79
BPJS Kesehatan, “Sejerah BPJS Kesehatan”, dalam https://www.bpjs-kesehatan.go.id, 30
Agustus 2019.
48

b. Misi BPJS Kesehatan

1) Memberikan layanan terbaik kepada peserta dan masyarakat.

2) Memperluas kepesertaan program jaminan kesehatan mencangkup

seluruh penduduk Indonesia.

3) Bersama menjaga kesinambungan finansial program jaminan

kesehatan.80

3. Landasan Hukum BPJS Kesehatan

a. Undang-Undang Dasar 1945.

b. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional.

c. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial.81

4. Struktur Organisasi BPJS Kesehatan

Gambar 3.1

Struktur Organisasi Kantor Cabang

80
BPJS Kesehatan, “Visi dan Misi BPJS Kesehatan”, dalam https://www.bpjs-kesehatan.go.id,
30 Agustus 2019.
81
BPJS Kesehatan, “Landasan Hukum BPJS Kesehatan”, dalam https://www.bpjs-
kesehatan.go.id, 30 Agustus 2019.
49

Data sekunder: Struktur Organisasi Kantor Cabang tahun 2019

Gambar 3.2

Struktur Organisasi Kantor Kabupaten/ Kota

Data sekunder: Struktur Organisasi Kantor kapubapaten/Kota tahun 2019

B. Sistem Pelayanan Kesehatan Berbasis Digital Pada BPJS Kesehatan Cabang

Watampone

Sistem pelayanan pada BPJS Kesehatan saat ini telah mengalami transformasi

yang cukup signifikan, yang dimana pada saat ini BPJS Kesehatan sudah

mendigitalkan sistem layanannya, BPJS Kesehatan mengembangkan sebuah aplikasi

berbasis Android dan Ios penunjang pelayanan kesehatan, yaitu Mobile JKN.

Pengembangan aplikasi berbasis Android dan Ios ini didasari kehidupan penduduk

saat ini yang tidak lepas dari teknologi berbasis ponsel, karena hampir semua
50

penduduk Indonesia saat ini memiliki ponsel. Dalam penelitian ini, peneliti

merumuskan 4 (empat) fokus sistem layanan pada BPJS Kesehatan sebagai berikut:

1. Pendaftaran

Pendaftaran pada mobile JKN dilakukan oleh masyarakat apabila sudah

terdaftar baik secara online ataupun terdaftar langsung dari kantor BPJS Kesehatan

dan memiliki nomor peserta BPJS Kesehatan, serta masyarakat yang ingin melakukan

pendaftaran BPJS Kesehatan dapat melalui aplikasi Mobile JKN. Pendaftaran dengan

Mobile JKN juga dapat dilakukan dengan mendownload Mobile JKN melalui

Google Play Store.

Adapun cara pendaftaran melalui Mobile JKN bagi peserta yang sudah

memiliki kartu BPJS Kesehatan:82

a) Pertama, silahkan install Aplikasi JKN Mobile ke HP Android yang sudah

tersedia di Google Play Store,

b) Setelah berhasil terinstall, jalankan Aplikasi JKN Mobile tersebut,

c) Klik fitur Pendaftaran Pengguna Mobile yang berwarna hijau,

d) Isi semua form pendaftaran yang tersedia, meliputi:

1) No Kartu BPJS : masukkan Nomor BPJS yang tertera di Kartu anda,

2) No KTP/NIK : masukkan Nomor Induk Kependudukan anda,

3) Tanggal Lahir : pilih tanggal, bulan dan tahun lahir sesuai data anda,

4) Nama Ibu Kandung : isi dengan nama ibu kandung anda, pastikan

ejaannya benar,

82
Dokumen Internal BPJS Kesehatan Kantor Cabang Watampone pada tanggal 15 Agustus
2018.
51

5) Password : buat password yang akan anda gunakan untuk login.

Password tidak dibatasi, anda bisa menggunakan kombinasi angka dan

huruf. Yang penting anda jangan sampai lupa,

6) Konfirmasi Password : masukkan ulang passwod anda,

7) Email : masukkan email aktif anda, usahakan menggunakan akun

Gmail,

8) No HP : diisi dengan nomor handphone anda yang masih aktif. Sebab

nanti akan dikirmi nomor verifikasi yang berjumlah 5 digit, serta

digunakan sebagai media komunikasi lebih lanjut oleh pihak BPJS

kesehatan.

e) Klik tombol Simpan, tunggu SMS pemberitahuan yang berisikan Nomor

verifikasi pendaftaran Aplikasi JKN Mobile,

f) Jika anda sudah mengetahui nomor verifikasi Aplikasi JKN Mobile yang

dikirm melalui SMS, masukkanlah Nomor Verifikasi tersebut ke dalam

form yang muncul,

g) Klik Verifikasi,

h) Terakhir Klik tombol Register,

i) Maka pendaftaran Aplikasi Mobile JKN (BPJS Kesehatan) sudah berhasil

dilakukan.

Tata cara pendaftaran Mobile JKN mudah dilakukan oleh peserta maupun

masyarakat yang ingin melakukan pendaftaran BPJS Kesehatan, sebagaimana

pernyataan dari Arisanti selaku Staf Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan

BPJS Kesehatan Cabang Watampone sebagai berikut:


52

“Pendaftaran Mobile JKN mudah dilakukan oleh semua segmen asal peserta

mempunyai gadget berbasis android.”83

Sesuai dengan pernyataan dari Hartono Purba selaku Kepala Cabang BPJS

Kesehatan Cabang watampone sebagai berikut:

“Pendaftaran mudah dilakukan dengan cara download aplikasi Mobile JKN

terlebih dahulu.”84

Senada dengan pernyataan dari Fakta Fals selaku peserta BPJS Kesehatan

Cabang Watampone sebagai berikut:

“Sangat mudah dilakukan yang jelas peserta memiliki android dan data seluler

seluler”85

Dalam pendaftaran Mobile JKN peserta bisa langsung mendapatkan kartu

dalam bentuk KIS Digital yang terdapat pada Mobile JKN, sebagaimana pernyataan

dari Arisanti selaku staf Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS

Kesehatan Cabang Watampone sebagai berikut:

“Bisa dilakukan, karena dalam aplikasi Mobile JKN ada namanya menu KIS

digital, jadi peserta yang baru mendaftar walaupun sebenarnya belum aktif tapi bisa

langsung mendapatkan kartu melalui Mobile JKN”86

83
Arisanti, Staf Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang
Watampone, Wawancara oleh penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
84
Hartono Purba, Kepala Cabang BPJS Kesehatan Cabang Watampone, Wawancara oleh
penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
85
Fakta Fals, Mahasiswa, JL. Hos. cokroaminoto, Kab. Bone, Hasil Wawancara oleh Penulis
di JL. Hos. Cokroaminoto, 28 Agustus 2019.
86
Arisanti, Staf Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang
Watampone, Wawancara oleh penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
53

Proses pendaftaran Mobile JKN bisa dilakukan dengan cepat, sebagaimana

pernyataan dari Hartono purba selaku Kepala Cabang BPJS Kesehatan Cabang

watampone sebagai berikut:

“Prosesnya cepat asalkan peserta memiliki handphone yang mendukung serta

kesediaan data seluler peserta”87

Berdasarkan wasil wawancara tersebut bahwa pendaftaran Mobile JKN

mudah dilakukan, serta peserta bisa langsung mendapatkan kartu dengan KIS Digital,

dan proses pendaftaran pada Mobile JKN bisa dilakukan dengan cepat sehingga dapat

mengefesienkan waktu peserta.

2. Pembayaran Iuran

Ketika menjadi anggota BPJS Kesehatan, tentu akan diwajibkan untuk

membayar sejumlah iuran setiap bulannya. Jumlah ini akan sangat tergantung pada

jenis layanan yang digunakan. Sebagaimana kewajiban bulanan lainnya, Anda juga

akan membutuhkan kemudahan dalam melakukan pengecekan terhadap tagihan yang

akan Anda bayarkan setiap bulannya.

Adapun cara mengetahui informasi tagihan, pembayaran Iuran melalui Mobile

JKN bagi peserta BPJS Kesehatan:88

a) Unduh dan instal aplikasi Mobile JKN dari ponsel lewat Google Play

Store atau App Store,

b) Registrasi untuk membuat akun, 

c) Masuk ke akun Mobile JKN Anda,

87
Hartono Purba, Kepala Cabang BPJS Kesehatan Cabang Watampone, Wawancara oleh
penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
88
Dokumen Internal BPJS Kesehatan Kantor Cabang Watampone pada tanggal 15 Agustus
2018.
54

d) Pilih menu Tagihan, lalu Premi,

e) Nanti akan tertera informasi tagihan dan pembayaran iuran BPJS

Kesehatan.

Pembayaran Iuran melalui Mobile JKN mudah dilakukan Dalam

pembayaran Iuran melalui Mobile JKN mudah dilakukan tetapi setiap peserta

terlebih dahulu harus melampirkan auto debit. Sebagaimana yang diutarakan

oleh Hartono Purba selaku Kepala Cabang BPJS Kesehatan Cabang

watampone sebagai berikut:

“Mobile JKN sekarang bisa untuk pembayaran dalam hal ini pendaftar

perlu mencantumkan auto debit saat medaftar menjadi peserta BPJS.”89

Sesuai dengan pernyataan dari Arisanti selaku staf Pemberi Informasi

dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang Watampone sebagai

berikut:

“Mudah dilakukan karena pada saat ini Mobile JKN sudah

terimplementasi pendaftaran auto debit yang artinya peserta yang mempunyai

rekening bank khususnya mandiri bisa kalau pun peserta tidak memliki

rekening bank pada Mobile JKN, ada pilhan auto debit Mobile mark cash

selanjutnya kita menitipkan dana sesuai kelas yang kita pilih dan dana itu

akan terpotong setiap bulan.”90

Senada dengan pernyataan dari Ari pramudi darma selaku peserta

BPJS Kesehatan Cabang Watampone sebagai berikut:

89
Hartono Purba, Kepala Cabang BPJS Kesehatan Cabang Watampone, Wawancara oleh
penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
90
Arisanti, Staf Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang
Watampone, Wawancara oleh penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
55

“Sangat mudah karena pada saat waktunya tiba tagihan kita langsung

terpotong pada kartu debit yang sudah kita daftarkan.”91

Biaya tambahan saat melakukan pembayaran iuran tidak ada, karena

dalam hal ini pembayaran dilakukan dengan auto debit. Sebagaimana yang

dinyatakan oleh Hartono Purba selaku Kepala Cabang BPJS Kesehatan

Cabang watampone sebagai berikut:

“Pembayarannya bukan melalui Mobile JKN, tetapi daftar auto debitn

dalam Mobile JKN, tapi jika ada biaya tambahan mungkin misal kita ke bank

Mandiri dari prosesnya mungkin ada seperti alfamart bayar administrasinya

misal dua ribu rupiah.”92

Denda pada BPJS Kesehatan sudah tidak ada. Sebagaimana yang

dinyatakan oleh Hartono Purba selaku Kepala Cabang BPJS Kesehatan

Cabang watampone sebagai berikut:

“Informasi pembayaran iuran melalui Mobile JKN dapat diketahui,

tetapi denda pada penunggak sekarang tidak ada.”

Sesuai dengan pernyataan dari Arisanti selaku staf Pemberi Informasi

dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang Watampone sebagai

berikut:

“Denda keterlambatan itu sekarang tidak ada lagi dan sudah

dihapuskan. Denda itu baru muncul kalau peserta sudah menunggak kemudian

sudah melakukan pembayaran tuggakan dalam masa 4-5 hari bayar tunggakan

91
Ari Pramudi Darma, Mahasiswa, JL. Dr.Wahidin Sudiro Husodo, Kab. Bone,Hasil
Wawancara oleh Penulis di JL. Dr.Wahidin Sudiro Husodo, 29 Agustus 2019.
92
Hartono Purba, Kepala Cabang BPJS Kesehatan Cabang Watampone, Wawancara oleh
penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
56

itu kalau ia melakukan rawat inap, jadi peserta yang tidak melakukan rawat

inap tidak akan mendapat denda.”93

Peserta mendapatkan bukti setelah melakukan pembayaran melalui

Mobile JKN. Sebagaimana yang diutarakan oleh Arisanti selaku staf Pemberi

Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang Watampone

sebagai berikut:

“Ketika sudah melakukan pembayaran, dalam aplikasi Mobile JKN

ada menu pembayaran dimana disitu terdapat riwayat pembayaran muncul

dan terdapat story pembayaran terbaru.”94

Hal serupa diungkapkan oleh Fakta Fals selaku peserta BPJS

Kesehatan Cabang Watampone sebagai berikut:

“adanya bukti riwayat pembayaran pada aplikasi tersebut sehingga kita

tak perlu khawatir”95

Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa pembayaran melalui

Mobile JKN mudah dilakukan, tidak adanya biaya tamabahan, dan tidak

adanya denda, serta adanya bukti setiap melakukan pembayaran.

3. Pengaduan

Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang

berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut hukum

93
Arisanti, Staf Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang
Watampone, Wawancara oleh penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
94
Arisanti, Staf Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang
Watampone, Wawancara oleh penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
95
Fakta Fals, Mahasiswa, JL. Hos. cokroaminoto, Kab. Bone, Hasil Wawancara oleh Penulis
di JL. Hos. Cokroaminoto, 28 Agustus 2019.
57

seseorang yang telah melakukan tindak pidana aduan yang merugikan.96 Mobile JKN

merupakan layanan self-service yang membuat pengguna dapat melakukan berbagai

hal kapanpun tanpa batasan waktu, sehimgga peserta BPJS Kesehatan dapat

melakukan pengaduan melalui aplikasi Mobile JKN.

Langkah-langkah melakukan aduan melalui Mobile JKN, orang yang akan

melakukan aduan harus terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan serta wajib

mendownload aplikasi Mobile JKN. Sebagaimana yang diutarakan oleh Arisanti

selaku staf Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang

Watampone sebagai berikut:

“Untuk melakukan pengaduan malalui Mobile JKN yang pastinya harus

terdaftar dulu di Mobile JKN memilih menu umum, dimana menu umum terdapat

fasilitas pengaduan terus siapa yang ingin melakukan aduan kemudian pilih ini

kemudian pilih keluhan atau informasi kemudian masukkan teks aduan yang ingin di

adukan”97

Hal yang sama di utarakan oleh ibu Heriani selaku peserta BPJS Kesehatan

Cabang Watampone sebagai berikut:

“pengaduan sangat mudah dilakukan kita bisa membuka aplikasinya lalu kita

pilih menu pengaduan setelah itu kita adukan yang kita ingin adukan.”98

Setiap pengaduan yang dilaporkan melalui peserta bisa langsung

mendapatkan respon baik aduan yang dilakukan melalui Mobile JKN ataupun

96
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Metodologi Panduan Bantuan Hukum di
Indonesia: Pedoman Anda Memahamidan Menyelesaikan Masalah Hukum (Cet. III; Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2009), h. 62.
97
Arisanti, Staf Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang
Watampone, Wawancara oleh penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
98
Heriani, IRT, JL. Dr.Wahidin Sudiro Husodo, Kab. Bone, Hasil Wawancara oleh Penulis di
JL. Dr.Wahidin Sudiro Husodo, 29 Agustus 2019.
58

dengan langsung mendatangi kantor BPJS Kesehatan. Hal ini diutarakan oleh

Hartono Purba selaku Kepala Cabang BPJS Kesehatan Cabang watampone

sebagai berikut:

“Pengaduan langsung mendapatkan respon karena dalam BPJS

Kesehatan ada istilah care center dan staf PIPP disetiap kantor cabang BPJS

Kesehatan.”99

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Arisanti selaku staf Pemberi

Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang Watampone.

“Bisa mendapatkan respon karena masing-masing wilayah kantor BPJS

kesehatan memiliki petugas penerima aduan atau PIPP serta di BPJS Kesehatan

banyak unit aduan dan ada juga standar waktu yang ditetapkan maksimal 3x24 jam.

Petugas BPJS Kesehatan akan langsung menjawab aduan kalau tidak butuh

koordinasi dari bidang lain, maka petugas PIPP langsung menjawab pada saat itu,

tetapi kalau membutuhkan koordinasi yang artinya di ekskalasi pada bidang yang

sesuai bidangnya.”100

Pengaduan melalui Mobile JKN merupakan solusi bagi peserta yang tidak

ingin melakukan antrian di BPJS Kesehatan dengan hal ini dapat dikatakan bahwa

aduan melalui Mobile JKN sengat efektif dan efesien bagi peserta BPJS Kesehatan.

Sebagaimna yang diutarakan oleh Arisanti selaku staf Pemberi Informasi dan

Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang Watampone sebagai berikut:

99
Hartono Purba, Kepala Cabang BPJS Kesehatan Cabang Watampone, Wawancara oleh
penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
100
Arisanti, Staf Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang
Watampone, Wawancara oleh penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
59

“Sangat efektif dan efesian karena peserta tidak harus antri dikantor BPJS

Kesehatan serta lebih mengefesienkan waktu peserta jadi waktu tidak tebuang sia-

sia.”101

Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa pengaduan melalui Mobile JKN

sangat mudah cukup dengan memiliki aplikasi Mobile JKN terlebih dahulu, dan

setiap aduan bisa langsung mendapatkan respon, serta pengaduan melalui Mobile

JKN sangat efektif den efesien bagi peserta BPJS Kesehatan.

4. Perubahan Data Peserta

Perubahan data peserta merupakan suatu hal yang sering dilakukan peserta

BPJS Kesehatan ketika akan melakukan perpindahan fasilitas kesehatan dengan

berbagai faktor, dalam hal ini ubah data peserta melalui aplikasi Mobile JKN sudah

dapat dilakukan peserta BPJS Kesehatan.

Adapun cara melakukan perubahan data peserta sebagai berikut:

a. Masuk aplikasi Mobile JKN,

b. Pilih menu ubah data peserta,

c. Pada kolom faskes, nanti ada pilihan untuk pilih provinsi, kabupaten dan

pilihan faskes,

d. Kemudian tunggu kode verifikasi melalui email atau nomor telepon yang

terdaftar,

e. Setelah diverefikasi, bisa langsung dikonfirmasi perbuhan data.102

101
Arisanti, Staf Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang
Watampone, Wawancara oleh penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
60

Ubah data peserta pada Mobile JKN merupakan fitur yng memudahkan

peserta dalam melakukan perubahan faskes yang di inginkan. Sebagaimana yang

diutarakan oleh Hartono Purba selaku kepala cabang BPJS Kesehatan Cabang

Watampone sebagai brikut:

“Peserta bisa memilih fasilitas kesehatan yang di inginkan, baik peserta yang

menginginkan perpindahan faskes ke daerah lain serta tingkatan faskes yang

diinginkan peserta tanpa perlu ke asal faskes sebelumnya”103

Hal serupa yang diungkapkan oleh Anugrah selaku peserta BPJS Kesehatan

Cabang Watampone sebagai berikut:

“Dapat memilih sesuai daerah yang kita inginkan dan tanpa pergi melakukan

perubahan di kantor BPJS Kesehatan.”104

Perubahan data peserta dapat dengan mudah dilakukan anamun proses

pengaktifan pada faskes yang baru membutuhkan waktu satu bulan namun dalam hal

ini faskes yang lama masih bisa digunakan. Sebagaimana yang diutarakan oleh

Arisanti selaku staf Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan

Cabang Watampone sebagai berikut:

“Hal ini peserta tidak dapat langsung dipergunakan karena proses pengaktifan

akan diberlakukan pada bulan berikutnya namun masih bisa dipergunakan di tempat

di faskes yang lama.”105

102
Dokumen Internal BPJS Kesehatan Kantor Cabang Watampone pada tanggal 15 Agustus
2018.
103
Hartono Purba, Kepala Cabang BPJS Kesehatan Cabang Watampone, Wawancara oleh
penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
104
Anugrah, Mahasiswa, JL. Lapawawoi Karaeng Sigeri, Kab. Bone,Hasil Wawancara oleh
Penulis di JL. Lapawawoi Karaeng, 30 Agustus 2019.
105
Arisanti, Staf Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang
Watampone, Wawancara oleh penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
61

Hal yang senada yang diutarakan oleh Fakta Fals yang merupakan salah

seorang peserta BPJS Kesehatan sebagai berikut:

“Tidak karena butuh proses pengaktifan dan akan aktif pada bulan

berikutnya”106

Berdasarkan hasil wawancara tersebut bahwa perubahan data peserta bisa

dilakukan dimana sja dan sangat memudahkan peserta yang jauh dari kantor BPJS

Kesehatan namun proses pengaktifan pada faskes yang baru akan aktif apada bulan

berikutnya tetapi selama proses pengaktifan, faskes yang lama masih bisa

dipergunakan.

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui sistem pelayanan pada

kantor BPJS Kesehatan Cabang Watampone memiliki 4 (empat) pelayanan yang

berbasis digatalisasi yaitu pendaftaran, pembayaran iuran, pengaduan, perubahan data

peserta yang sedikit lebih memudahkan peserta BPJS Kesehatan pada kantor

tersebut.

C. Tingkat Kesadaran Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Menggunakan Sistem

Digitalisasi Pelayanan Kesehatan Pada BPJS Kesehatan Cabang Watampone

Tingkat kesadaran dan partisipasi peserta BPJS Kesehatan dalam penggunaan

Mobile JKN dapat diketahui berdasarkan analisis berikut:

1. Kesadaran

Kesadaran yaitu siuman atau sadar akan tingkah laku dimana pikiran sadar

mengatur akal dan menetukan pilihan yang diinginkan misalnya baik dan buruk,

106
Fakta Fals, Mahasiswa, JL. Hos. cokroaminoto, Kab. Bone, Hasil Wawancara oleh Penulis
di JL. Hos. Cokroaminoto, 28 Agustus 2019.
62

indah dan jelek dan sebagainya.107 Oleh karena itu dalam menentukan tingkat

kesadaran pada pengguna Mobile JKN, peneliti menetapkan 2 (dua) Indikator yaitu:

a) Penyuluhan

Penyuluhan adalah suatu proses yang berlanjut untuk mendapatkan

informasi yang berguna kepada rakyat (dimensi komunikatif) dan kemudian

membantu orang-orang tersebut mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang diperlukan untuk menggunakan informasi dan teknologi ini secara

efektif (dimensi yang bersifat pendidikan). 108 Penyuluhan yang dilakukan

BPJS Kesehatan merupakan sesuatu hal penting untuk memberikan informasi

layanan yang bisa diakses peserta BPJS Kesehatan.

Penyuluhan yang dilakukan BPJS Kesehatan saat ini sudah dilakukan

melalui bimbingan. Sebagaimana yang diutarakan oleh Fakta Fals yang

merupakan salah seorang peserta BPJS Kesehatan sebagai berikut:

“Menurut saya dibimbing, karena ketika pergi di kantor BPJS ada

bimbingan secara ringan dan arahan menggunakan Mobile JKN pada saat

mendaftar.”109

Hal yang sama diungkapakan oleh Arisanti selaku staf Pemberi

Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang Watampone.

“kami membimbing setiap peserta karena kami memiliki petugas Duta

Mobile JKN, jadi setiap peserta yang menunggu kami memanfaatkan

107
Amos Neolaka, Kesadaran lingkungan, hal. 18.
108
Cees Leeuwis, Komunikasi Untuk Inovasi Pedesaan: Berpikir Kembali tentang Penyuluhan
Pertanian(Cet. V; Yogyakarta: Kanisus, 2013), hal. 40.
109
Fakta Fals, Mahasiswa, JL. Hos. cokroaminoto, Kab. Bone, Hasil Wawancara oleh Penulis
di JL. Hos. Cokroaminoto, 28 Agustus 2019.
63

waktunya untuk melakukan sosialisasi singkat mengenai manfaat penggunaan

Mobile JKN dan cara-cara penggunaan Mobile JKN.”

Sesuai dengan jawaban dari 10 responden yang digunakan peneliti, 8

responden menjawab mendapatkan bimbingan dari petugas BPJS Kesehatan.

Metode yang digunakan BPJS Kesehatan menggunakan bimbingan

langsung dan bimbingan tidak langsung. Sebagaimana yang dinyatakan oleh

Ari Pramudi Darma yang merupakan salah seorang peserta BPJS kesehatan

sebagai berikut:

“Pada saat itu metode yang digunakan oleh staf yaitu dengan

membimbing saya secara langsung mengenai penggunaan aplikasi

tersebut.”110

Serta yang diutarakan oleh ibu Heriani yang merupakan salah seorang

peserta BPJS kesehatan sebagai berikut:

“Saya mendapatkan Arahan dari petugasnya dengan memeperlihatkan

brosur.”111

Hal ini dipertegas oleh oleh Arisanti selaku staf Pemberi Informasi dan

Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang Watampone sebagai berikut:

“Pemberian informasi langsung dan tidak langsung. Kalau langsung

itu kami lakukan di kantor dan secara tidak langsung kami pergi kepusat

110
Ari Pramudi Darma, Mahasiswa, JL. Dr.Wahidin Sudiro Husodo, Kab. Bone,Hasil
Wawancara oleh Penulis di JL. Dr.Wahidin Sudiro Husodo, 29 Agustus 2019.
111
Heriani, IRT, JL. Dr.Wahidin Sudiro Husodo, Kab. Bone,Hasil Wawancara oleh Penulis di
JL. Dr.Wahidin Sudiro Husodo, 29 Agustus 2019.
64

keramaian, kita membuat boot di sana, kemudian menggunakan social media

atau media online ataupun cetak.”112

Setelah bimbingan peserta selalu menggunakan Mobile JKN jika

diperlukan dan penggunaannya akan terus-menerus dilakukan. 10 responden

menyatakan akan menggunakannya ataupun diwakilkan, sebagaimana yang

dinyatakan oleh Fakta Fals salah seorang peserta BPJS kesehatan sebagai

berikut:

“Saya langsung menggunakannya karena saya rasa sangat praktis dan

mudah serta tidak perlu ke kantornya lagi untuk melakukan pengurusan

berkas di BPJS. Pastinya terus menggunakan karena seperti yang saya

katakan tadi, ini adalah salah satu alternatif yang memudahkan pengurusan

BPJS.”113

Dari keseluruhan responden menyatakan bahwa sadar akan manfaat

dari layanan Mobile JKN. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Anugrah

salah seorang peserta BPJS kesehatansebagai berikut:

“Saya sadar akan manfaatnya karena Mobile JKN ini sangat

membantu dan mempermudah semua peserta BPJS Kesehatan utamanya

peserta yang malas melakukan antrian ataupun peserta yang mendadak

membutuhkan layanan BPJS dan tentu ini sangat membantu.”114

112
Arisanti, Staf Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang
Watampone, Wawancara oleh penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
113
Fakta Fals, Mahasiswa, JL. Hos. cokroaminoto, Kab. Bone, Hasil Wawancara oleh Penulis
di JL. Hos. Cokroaminoto, 28 Agustus 2019.
114
Anugrah, Mahasiswa, JL. Lapawawoi Karaeng Sigeri, Kab. Bone,Hasil Wawancara oleh
Penulis di JL. Lapawawoi Karaeng, 30 Agustus 2019.
65

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dinyatakan bahwa

penyuluhan dilakukan dengan metode langsung dan tidak langsung, serta

peserta akan menggunakan Mobile JKN tersebut karena Peserta sadar akan

manfaat dari Mobile JKN.

b) Pola Pikir

Pola pikir merupakan salah satu pola yang memandang setiap masalah

atau kejadian yang berlangsung pada elemen tertentu tidak berdiri sendiri,

tetapi terkait dengan apa yang telah, sedang, dan akan terjadi dan berproses

pada elemen-elemen yang lain.115 Pola pikir terhadap Mobile JKN sangat

dibutuhkan peserta untuk meningkatkan kesadaran dalam menggunakan

layananan BPJS Kesehatan melalui Mobile JKN.

Pandangan peserta terhadap layanan digital Mobile JKN sangat baik

karena pada zaman ini peserta lebih memanfaatkan teknologi dalam

kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Samsu Alam. S.E.

Sy salah seorang peserta BPJS kesehatan sebagai berikut:

“Ini sangat baik apalagi ini pelayanan yang praktis di era modern ini

dan mungkin bukan hanya saya berpendapat demikian karena semua orang

lebih tertarik menggunakan sesuatu yang cepat prosesnya”116

Hal yang sama dikemukakan oleh ibu Risnawatisalah seorang peserta

BPJS kesehatan sebagai berikut:

115
Agus Maryono, Pola Pikir Sistem (Cet. II; Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2015), hal. XXi.
116
Samsu Alam, Wiraswasta, JL. Hos. cokroaminoto, Kab. Bone, Hasil Wawancara oleh
Penulis di JL. Hos. Cokroaminoto, 28 Agustus 2019.
66

“Ini tentunya sangat membantu terutama ibu rumah tangga seperti

saya karena kita dapat melakukannya dirumah tanpa keluar rumah melakukan

pembayaran.”117

8 responden menyatakan diberikan pemahaman mengenai layanan

digital Mobile JKN. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Syerli Yunita salah

seorang peserta BPJS kesehatan sebagai berikut:

“Iya tentunya diberikan semacam arahan pada saat saya pergi Kantor

BPJS Kesehatan.”118

Hal yang sama diutarakan oleh Samsu Alam. S.E. Sysalah seorang

peserta BPJS kesehatan sebagai berikut:

“Saya diberi tahu tentang penggunaaanya dan manfaatnya.”119

Semua peserta menyatakan bahwa dengan pemahaman yang cukup

bisa membuat peserta menggunakan layanan digital Mobile JKN dan akan

berdampak terus menggunakan layanan yang ada pada Mobile JKN.

Sebagaimana yang diutarakan oleh Fakta Fals salah seorang peserta BPJS

kesehatan sebagai berikut:

“Kalau saya dengan pemahaman yang cukup langsung bisa

menggunakannya karena contohnya saja pada saat dibimbing mendownload

Mobile JKN langsung dijelaskan cara penggunaannya dan saya rasa itu cukup.

Dan saya rasa sudah pasti akan terus menggunakan karena ketika kita sudah

117
Risnawati, IRT, JL. Hos. cokroaminoto, Kab. Bone, Hasil Wawancara oleh Penulis di JL.
Hos. Cokroaminoto, 31 Agustus 2019.
118
Syerli Yunita,Mahasiswa, JL. Sukawati, Kab. Bone,Hasil Wawancara oleh Penulis di JL.
Sukawati, 30 Agustus 2019.
119
Samsu Alam, Wiraswasta, JL. Hos. cokroaminoto, Kab. Bone, Hasil Wawancara oleh
Penulis di JL. Hos. Cokroaminoto, 28 Agustus 2019.
67

terbiasa menggunakan Mobile JKN dengan cukup, secara otomatis kita akan

terus mengutak-katik dan tanpa sengaja kita akan sedikit demi sedikit kita

akan mengetahui penggunaan Mobile JKN tersebut.”120

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dinyatakan bahwa pola

pikir dengan adanya Mobile JKN membuat pandangan peserta sangat baik

terhadap layanan BPJS Kesehatan, peserta menyatakan diberikan pemahaman

yang cukup sehingga peserta akan terus menerus menggunakan layanan

Mobile JKN dan perlunya memberikan pemahaman disemua kalangan peserta

agar peserta bisa tahu mengenai layanan Mobile JKN pada BPJS Kesehatan.

2. Partisipasi

Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan atau keikutsertaan seseorang

masyarakat dalam proses interaksi sosial, pengidentifikasian masalah dan potensi

yang ada di masyarakat dalam situasi tertentu, baik dalam pengambilan keputusan

(solusi) menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan proses

keterlibatan masyarakat di dalam mengevaluasi perubahan yang terjadi.121 Dalam

menentukan tingkat partisipasi pada pengguna Mobile JKN, peneliti menetapkan 2

(dua) Indikator yaitu:

a) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan salah satu unsur penting dalam partisipasi.

Dari pengetahuan yang dimiliki, maka akan menumbuhkan kesadaran dan

120
Fakta Fals, Mahasiswa, JL. Hos. cokroaminoto, Kab. Bone, Hasil Wawancara oleh Penulis
di JL. Hos. Cokroaminoto, 28 Agustus 2019.
121
Ahmad Mustanir, Partisan Abadi, “Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah Rencana
Pembangunan di Kelurahan Kanyuara Kecematan Watang sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang”
, Jurnal Politik Profetik, Vol. 5, No. 2, 2017, h. 249.
68

pada akhirnya akan terwujud dalam perubahan sikap dan tingkah laku.122

Pengetahuan akan layanan digital tidak lepas dari pengenalan serta proses

pengenalan itu sendiri. BPJS Kesehatan dalam hal ini melakukan pengenalan

baik langsung maupun tidak langsung dan proses yang dilakukan adalah

bimbingan atau panduan. Sebagaimana dikemukakan oleh Arisanti selaku staf

Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang

Watampone sebagai berikut:

“Kami memperkenalkan karena di loket pun setelah melakukan

pendaftaran selalu diinformasikan tekait kanal-kanal pendaftaran melalui

Mobile JKN ataupun care center,Paling kalau dia di kantor cabang, kalau dia

menunggu kita memanfaatkan waktu tunggunya untuk sosialisasi paling

mereka download dulu baru registrasi.”123

Hal yang sama di ungkapkan oleh Samsu Alam. S.E. Sy salah seorang

peserta BPJS kesehatan sebagai berikut:

“Saya diberitahu mengenai aplikasi ini, kemudian Saya diberikan

panduan mengenai fungsi serta langsung mendownload aplikasi Mobile

JKN.”124

Dalam proses pengenalan Mobile JKN ada peserta yang langsung

menggunakan dan ada peserta tidak langsung manggunakan, 8 dari 10

responden penelitian yang dilakukan oleh peneliti menyatakan langsung

122
Hosea Ocbrianto, “Partisipasi Masyarakat Terhadap Posyandu dalam Upaya Pelayanan
Kesehatan Balita (Studi Kasus pada Posyandu Nusa Indah II RW II Kelurahan Meruyung, Kecematan
Limo, Depok)” (Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012), h. 25.
123
Arisanti, Staf Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang
Watampone, Wawancara oleh penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
124
Samsu Alam, Wiraswasta, JL. Hos. cokroaminoto, Kab. Bone, Hasil Wawancara oleh
Penulis di JL. Hos. Cokroaminoto, 28 Agustus 2019.
69

menggunakan aplikasi Mobile JKN. Sebagaimana yang diutarakan oleh Ari

Pramudi Darma salah seorang peserta BPJS kesehatan sebagai berikut:

“Saya langsung menggunakan karena pada saat saya dikenalkan

dengan layanan digital saya langsung dimbimbing mengenai penggunaan

aplikasi tersebut. Dan saya menggunakannya terus menerus.”125

Hal yang sama diutarakan oleh Anugrah salah seorang peserta BPJS

kesehatan sebagai berikut:

“Saya langsung menggunakan aplikasi tersebut”126

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dinyatakan bahwa

pengetahuan dengan adanya Mobile JKN dengan pengenalan baik langsung

maupun tidak langsung akan meningkatkan partisipasi peserta terhadap

Mobile JKN.

b) Kebutuhan

Kebutuhan masyarakat dimana orang-orang akan berpastisipasi

apabila mereka merasakan isu atau aktifitas-aktifitas yang dilakukan

merupakan hal yang penting. Masyarakat merasa isu tersebut penting ketika

sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan.127 Kebutuhan akan layanan

kesehatan yang praktis merupakan keinginan dan kepentingan bagi seluruh

masyarakat, hal ini membuat adanya keinginan menggunakan layanan digital

Mobile JKN akan berdampak terus menggunakan layanan digital.

125
Ari Pramudi Darma, Mahasiswa, JL. Dr.Wahidin Sudiro Husodo, Kab. Bone,Hasil
Wawancara oleh Penulis di JL. Dr.Wahidin Sudiro Husodo, 29 Agustus 2019.
126
Anugrah,Mahasiswa, JL. Lapawawoi Karaeng Sigeri, Kab. Bone,Hasil Wawancara oleh
Penulis di JL. Lapawawoi Karaeng, 30 Agustus 2019.
127
Hosea Ocbrianto, “Partisipasi Masyarakat Terhadap Posyandu dalam Upaya Pelayanan
Kesehatan Balita (Studi Kasus pada Posyandu Nusa Indah II RW II Kelurahan Meruyung, Kecematan
Limo, Depok)” h. 25.
70

Sebagaimana diutarakan oleh Ari Pramudi Darma salah seorang peserta

BPJS kesehatansebagai berikut:

“Saya ada keinginan agar saya bisa mengakses dengan mudah dan

cepat layanan BPJS dan insya Allah jika saya membutuhkannya saya akan

menggunakannya, karena ini sangat bermanfaat”128

Hal yang sama diungkapkan oleh Arisanti selaku staf Pemberi

Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang Watampone

sebagai berikut:

“Pasti karena sekarang zaman digitalisasi, jadi mereka tinggal

menunjukkan KIS digital melalui Mobile JKN dan peserta sekarang lebih

senang dengan hal yang praktis.”129

Kepentingan yang mendesak menjadi salah satu faktor yang membuat

peserta BPJS Kesehatan berpartisipasi menggunakana layanan digital Mobile

JKN. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Fakta Fals salah seorang peserta

BPJS kesehatan sebagai berikut:

“Saya rasa itu kepentingan mendesak membuat saya jadi

menggunakan Mobile JKN dan jelas karena meminimalisir pekerjaan, dan

saya berpartsipasi.”130

Hal serupa juga diungkapkan oleh Ari Pramudi Darma salah seorang

peserta BPJS kesehatan sebagai berikut:

128
Manambung,Wiraswasta, JL. Sukawati, Kab. Bone,Hasil Wawancara oleh Penulis di JL.
Sukawati, 31 Agustus 2019.
129
Arisanti, Staf Pemberi Informasi dan Penanganan Pengaduan BPJS Kesehatan Cabang
Watampone, Wawancara oleh penulis di BPJS Kesehtan Cabang Watampone, 27 Agustus 2019.
130
Fakta Fals, Mahasiswa, JL. Hos. cokroaminoto, Kab. Bone, Hasil Wawancara oleh Penulis
di JL. Hos. Cokroaminoto, 28 Agustus 2019.
71

“Betul, karena layanan digital ini hadir dan sangat membantu saya

ketika mendesak, dan tentu saya berpartisipasi menggunakan aplikasi ini.”131

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dinyatakan bahwa

kebutuhan akan layanan digital Mobile JKN dengan adanya keinginan,

kepentingan mendesak menjadi faktor peserta akan berpartisipasi

menggunakan layanan digital Mobile JKN serta partisipasi akan meningkat

jika BPJS Kesehatan terus-menerus melakukan pengenalan kepada peserta.

Gambar 3.3
Grafik
Pengguna Mobile JKN
10000
9036
9000
8000 7337
7000
6000
5000
4000
3000
2171
2000
1000 470
0
2016 2017 2018 2019

131
Ari Pramudi Darma, Mahasiswa, JL. Dr.Wahidin Sudiro Husodo, Kab. Bone,Hasil
Wawancara oleh Penulis di JL. Dr.Wahidin Sudiro Husodo, 29 Agustus 2019.
72

Data sekunder: Partisipasi Peserta BPJS Cab. Watampone pada Aplikasi Mobile

JKN 2016-2019

Berdasarkan data grafik tersebut dapat diketahui bahwa partisipasi

peserta BPJS Kesehatan Cabang Watampone mengalami peningkatan sejak

tahun 2016 sampai 2018, adapun pada tahun 2019 belum bisa dikatakan

sebagai data sempurna karena pengambilan datanya terakhir pada tanggal 27

agustus dan tidak menutup kemungkinan bahwa data tersebut meningkat pada

akhir tahun. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kesadaran akan partisipasi

peserta terhadap layanan digital Mobile JKN meningkat.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian penjelasan pada pembahasan tersebut, dapat disimpulkan

bahwa :

1. Sistem pelayanan pada kantor BPJS Keshatan Cabang Watampone

memiliki 4 (empat) pelayanan yang berbasis digatalisasi yaitu

pendaftaran, pembayaran iuran, pengaduan dan perubahan data peserta

yang sedikit lebih memudahkan peserta BPJS Kesehatan pada kantor

tersebut. Dalam sistem pendaftaran ini ada Sembilan prosedur yang harus

dilewati sehingga bisa menggunakan aplikasi Mobile JKN dan secara

otomatis dapat memiliki KIS digital, kemudian pembayaran iuran ini pada

kantor BPJS Kesehatan juga menyediakan layanan yang berbasis digital

dengan beberapa prosedur yaitu dengan mengakses aplikasi Mobile JKN

dan pilih menu tagihan kemudian pilih premi, nanti akan tertera informasi

tagihan dan pembayaraniuran BPJS Kesehatan. Kemudian kantor BPJS

Kesehatan juga menerima pengaduan secara digital yang tidak lain

melibatkan aplikasi Mobile JKN tersebut dan terakhir perubahan data

peserta sangat membantu peserta yang ingin memindahkan faskesnya

melalui aplikasi Mobile JKN sehingga tanpa perlu mendatangi kantor

BPJS Kesehatan.

69
70

2. Tingkat kesadaran dan partisipasi masyarakat

a. Tingkat kesadaran dalam menggunakan sistem digitalisasi pelayanan

pada BPJS Kesehatan Cabang Watampone dengan 2 aspek yaitu

penyuluhan dan pembentukan pola pikir peserta terbukti membuat

kesadaran peserta dalam menggunakan aplikasi Mobile JKN

meningkat.

b. Tingkat partisipasi dalam menggunakan sistem digitalisasi pelayanan

pada BPJS Kesehatan Cabang watampone dengan 2 aspek

penegtahuan dan kebutuhan peserta sangat mempengaruhi tingkat

partisipasi penggunaan Mobile JKN, Hal ini dapat disimpulkan bahwa

partisipasi peserta terhadap layanan digital Mobile JKN meningkat

B. Implikasi

Implikasi dalam penelitian ini sebagaimana yang diuraikan berdasarkan

kesimpulan tersebut bahwa perlunya peningkatan sosialisasi pelayanan digital Mobile

JKN kepada masyarakat agar dapat meningkatkan kesadaran dan partisipasi

penggunaan Mobile JKN. .


DAFTAR RUJUKAN

Abdurrahman, Maman dan Sambas Ali Muhidi. Panduan Praktis Memahami


Penelitian (Bidang Sosial-Administrasi-Pendidikan). Cet. I; Bandung: CV
Pustaka Setia, 2011.
Abidin, “Pengaruh Kualitas Pelayanan BPJS Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien
di Puskesmas Cempae Kota Parepare”. Jurnal MKMI. Vol. 12. No. 2, Juni
2016.
Afifah, Durotul. Upaya Masyarakat dalam Menumbuhkan Kesadaran Akan
Pentingnya Pendidikan Formal studi kasus di Desa Sendang, Kragan,
Rembang, Jawa Tengah”. Skripsi. Fakultas Ilmu Trabiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
Al Fatta,Hanif. Analisis dan Perancangan Sistem Informasi untuk Keunggulan
Bersaing Perusahaan dan Organisasi Modern. Cet. I; Yogyakarta: ANDI,
2007.
Al-Assaf.Pelayanan Kesehatan Perspektif Internasional.Cet. I; Jakarta: EGC, 2009.
Ansori, Aan. “Digitalisasi Ekonomi Syariah”. Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis
Islam. vol. 7, No. 1 Juni 2016.
BPJS Kesehatan. Panduan Layanan Bagi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional
Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS). tc; Jakarta: BPJS Kesehatan, 2018.
_______. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan. tc; Jakarta: BPJS Kesehatan, 2014.
_______. “Profil BPJS Kesehatan”. dalam https://www.bpjs-kesehatan.go.id.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi: Format-Format
Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik,
Komunikasi, Manajeman, dan Pemasaran. Cet. I; Jakarta: Kencana, 2013.
_______. Sisiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Ed 1. Cet. VI; Jakarta: Kencana Prenada Group,
2013.
Departemen Kesehatan. Panduan Resmi Memperoleh Jaminan Kesehatan dari BPJS.
Cet. I; Jakarta: Visimedia, 2014.
Effendy, Nasrul. Dasar-Dasar Keprawatan Kesehatan Masyarakat. tc; Jakarta: EGC,
1998.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Cet. IV; Jakarta:
Bumi Aksara, 2016.
Hayat. Manajemen Pelayanan Publik. Cet. II; Depok: Rajawali Pers, 2017.
Humas. “Ga Pakai Repot Kalau Peserta JKN-KIS Download Aplikasi Mobile JKN”,
dalam https://www.bpjs-kesehatan.go.id. 28 Januari 2019.

71
72

Ilyas, Baharuddin dan Muhammad Arif Tiro. Metodologi Penelitian untuk Ilmu-Ilmu
sosial dan Ekonomi. Cet. I; Makassar: Andira Publisher, 2002.
Kuswati, Ratna Esa.“Kualitas Pelayanan Publik Di Kecematan Tanjungsari
Kabupaten Gunungkidul”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Administrasi
Perkantoran Jurusan Pendidikan Administrasi Fakultas Ekonomi Universitas
Negeri Yogyakarta , 2017.
Leeuwis, Cees.Komunikasi Untuk Inovasi Pedesaan: Berpikir Kembali tentang
Penyuluhan Pertanian. Cet. V; Yogyakarta: Kanisus, 2013.
Malik, Imam. Pengantar Psikologi Umum. Cet. I; Yogyakarta: Teras, 2005.
Maryono, Agus.Pola Pikir Sistem. Cet. II; Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2015.
Miarso, Yusufhadi. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Cet. VIII; Jakakarta:
Prenadamedia Group, 2004.
Mufid, Muhammad. Etika dan Filsafat komunikasi. Cet. I; Jakarta: Prenadamedia
Group, 2009.
Mustanir, Ahmad dan Partisan Abadi. “Partisipasi Masyarakat dalam Musyawarah
Rencana Pembangunan di Kelurahan Kanyuara Kecematan Watang
sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang”. Jurnal Politik Profetik. Vol. 5.
No. 2, 2017.
Neolaka, Amos. Kesadaran lingkungan. Cet. I; Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi dan Karya Ilmiah.
Cet. V; Jakarta: Kencana, 2015.
Nuriyanto.“Penyelenggaraan pelayanan publik di Indonesia, sudahkah berlandaskan
konsep”Welfare State?”. jurnal Konstitusi. Vol. 11, NO. 3, September
2018.
Ocbrianto, Hosea. “Partisipasi Masyarakat Terhadap Posyandu dalam Upaya
Pelayanan Kesehatan Balita (Studi Kasus pada Posyandu Nusa Indah II
RW II Kelurahan Meruyung, Kecematan Limo, Depok)”. Skripsi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
Panggabean, Hetty. perlindungan hukum praktik klinik kebidanan. Cet. I;
Yogyakarta: CV Budi Utama, 2018.
Prabandari, Arum.“Kualitas Pelayanan Berbasis Teknologi Informasi Studi Kasus
Pelayanan Izin Gangguan (HO) di Kantor Pelayanan Perizinan Kabupaten
Sleman”. skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta, 2015.
Pratiwi, Arini A. “Inovasi Kantor Pos Watampone Dalam Menjaga Eksitensi Dan
Daya Saing Pelayanan Publik Ditinjau Dari Prespektif Ekonomi Islam”.
Skripsi, Program Sajana Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Watampone, 2016.
73

Riduan. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Penelitian Pemula.
Cet. V; Bandung: Alfabeta, 2008.
Risna. “Pelaksanaan Pelayanan Publik (Studi Kasus Pelayanan Administratif di
Kantor Desa Kotabaru Seberida Kecematan Kritan Kabupaten Indragiri
Hilir)”. Jurnal JOM FISIP. Vol. 5, No. 1, April 2018.
Sagita, Novie Indrawati. “Partisipasi Warga Masyarakat dalam Penilaian Kinerja
Kecematan di Kabupaten Bandung”. Jurnal Ilmu Pemerintahan. Vol. 2. No.
2, Oktober 2016.
Siyoto, Sandu dan Ali Sodik. Dasar Metodologi Penelitian. Cet. I; Yogyakarta:
Literasi Media Publishing, 2015.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cet. XXII; Bandung:
Alfabeta, 2015.
Sultan, Saribulang. “Kualitas Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Tenriawaru Kabupaten Bone”. Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, 2018.
Tanjung, Hendri dan Abrista Devi. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Cet. I;
Jakarta: Gramata Publishing, 2013.
Teguh, Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi: Teori dan Aplikasi. Cet. III;
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Cet. II; Jakarta:
Balai Pustaka, 2002.
Undari, Artitis. “Proyek Digitalisasi Naskah dan Skripsi Perpustakaan Fakultas ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia: sebuah Evaluasi
Perencannaan dan pelaksanaan”. Skripsi, Fakultas Ilmu Pengetahuan
Budaya Program Studi Ilmu Perpustakaan Universitas Indonesia, 2009.
Usman, Husaini dan Purnomo setiady akbar. Metodologi Penelitian Sosial. Cet. I;
Jakarta: Bumi Aksara, 2017.
Vianti, Novita Resha, “Analisis Kepuasan Pasien BPJS (Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial) Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Instalasi Rawat Inap
(Iri) Bangsal Dahlia Rsud Ungaran”. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang,
2016.
Wahyuni, Andi Sri. “Inovasi Dalam Pelayanan Publik Sektor Jasa PT PLN
Kabupaten Kepulauan Selayar”. Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi
Program Studi Administrasi NegaraFakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin, 2016.
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia. Metodologi Panduan Bantuan Hukum
di Indonesia: Pedoman Anda Memahamidan Menyelesaikan Masalah
Hukum. Cet. III; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2009.
Yulianthi.“Ilmu Sosial Budaya Dasar”.Cet. I; Yogyakarta: Deepublish, 2015.
74

Zaini, Mad. Asuhan Keprawatan Jiwa Masalah Psikososial di Pelayanan Klinik dan
Komunitas. Cet. I; Yogyakarta: CV Budi Utama, 2019.
75

LAMPIRAN
76

LAMPIRAN 1
Permohonan Izin Penelitian
77

LAMPIRAN 2

Permohonan Persetujuan Izin Penelitian


78

LAMPIRAN 3

Izin penelitian
79

LAMPIRAN 4
Lembaran wawancara

A. Identitas responden
1. Nama responden :
2. Umur :
3. Tingkat pendidikan terakhir :
4. Jenis kelamin :
5. Pekerjaan :

B. Pertanyaan wawancara
1. Sistem Layanan
a. Pendaftaran
1) Apakah pendaftaran layanan digital (Mobile JKN) mudah dilakukan?
2) Apakah mendaftar melalui Mobie JKN sama halnya dengan
mendaftar dengan mendatangani kantor BPJS Kesehatan?
3) Apakah dengan mendaftar melalui Mobile JKN, peserta bisa
langsung mendapatkan kartu peserta BPJS Kesehatan?
4) Berapa lama waktu yang dibutuhkan saat melakukan pendaftaran
dengan Mobile JKN?
b. Pembayaran Iuran
1) Apakah pembayaran iuran melalui Mobile JKN mudah dilakukan?
2) Apakah ada biaya tambahan saat melakukan pembayaran melalui
Mobile JKN?
3) Apakah dengan Mobile JKN peserta dapat mengetahui denda yang
didapatkan dengan keterlambatan pembayaran iuran?
4) Apakah melalui Mobile JKN peserta dapat membayar denda yang
didapatkan?
5) Apakah ada bukti yang didapatkan peserta setelah melakukan
pembayaran melalui Mobile JKN?
c. Pengaduan
1) Apakah langkah-langkah melakukan pengaduan melalui Mobile
JKN?
2) Apakah pengaduan melalui Mobile JKN bisa langsung mendapatkan
respon?
80

3) Apakah yang akan dilakukan BPJS Kesehatan setelah menerima


keluhan peserta melalui Mobile JKN?
4) Apakah efektif melakukan keluhan melalui Mobile JKN?
d. Perubahan Data Peserta
1) Apakah dengan mengubah data peserta melalui mobile JKN, peserta
dapat memilih fasilitas kesehatan yang di inginkan?
2) Apakah setelah merubah fasilitas kesehatan melalui Mobile JKN bisa
langsung dipergunakan?
2. Kesadaran
a. Penyuluhan
1) Apakah peserta dibimbing sebelum menggunakan layanan digital
(Mobile JKN)?
2) Metode apa yang diterapkan BPJS untuk membimbing peserta
menggunakan layanan digital?
3) Apakah setelah dibimbing, peserta langsung menggunakan layanan
digital (Mobile JKN)?
4) Apakah setelah dibimbing peserta selalu menggunakan layanan
digital (Mobile JKN)?
5) Apakah setelah menggunakan Mobile JKN peserta sadar akan
manfaat dari layan digital (Mobile JKN)?
b. Pola pikir
1) Bagaimana pandangan peserta dengan adanyan layanan digital
(Mobile JKN)?
2) Apakah peserta diberikan pemahaman akan layanan digital (Mobile
JKN)?
3) Apakah layanan digital (Mobile JKN) dengan pemahaman yang
cukup peserta langsung bisa menggunakan aplikasi tersebut?
4) Apakah dengan pemahaman peserta yang cukup akan berdampak
untuk terus menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
3. Partisipasi
a. Pengetahuan
1) Apakah peserta dikenalkan sebelum menggunakan layanan digital
(Mobile JKN)?
2) Proses apa yang di alami peserta selama pengenalan layanan digital
dilakukan?
3) Dengan metode apa peserta dikenalkan menggunakan layanan
digital?
81

4) Apakah setelah dikenalkan, peserta langsung menggunakan layanan


digital (Mobile JKN)?
5) Apakah setelah dikenalkan peserta selalu menggunakan layanan
digital (Mobile JKN)?
b. Kebutuhan
1) Bagaimana BPJS kesehatan mengetahui keinginan peserta
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
2) Apakah dengan keinginan peserta menggunakan layanan digital
(Mobile JKN), peserta akan terus menggunakan layanan digital?
3) Apakah kepentingan yang mendesak menjadi faktor peserta
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
4) Apakah dengan kepentingan yang mendesak membuat peserta akan
berpartispasi menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?

Watampone, 2019

Responden,

(...............................................)
82

LAMPIRAN 5

Hasil Wawancara

HASIL WAWANCARA DENGAN HARTONO PURBA


KARYAWAN BPJS KESEHATAN CABANG WATAMPONE
1. SISTEM PELAYANAN
A. Pendaftaran 1. Apakah pendaftaran layanan digital (Mobile
JKN) mudah dilakukan?
Iya mudah tinggal download.
2. Apakah mendaftar melalui Mobie JKN sama
halnya dengan mendaftar dengan mendatangani
kantor BPJS Kesehatan?
Jadi sekarang kita kalau Mobile JKN, kita kan
begini mas kan segmen peserta ada 3 yang pertama
PBI yang didaftarkan oleh pemerintah, kemudian
segmen penerimah upah seperti PNS, TNI, Polri
serta pejabat Negara didaftarkan oleh instansi terkait
serta untuk Mobile JKN ini pendaftaran hanya untuk
peserta mandiri dan segmen itu yang bisa mendaftar
Mobile JKN begitu.
3. Apakah dengan mendaftar melalui Mobile JKN,
peserta bisa langsung mendapatkan kartu
peserta BPJS Kesehatan?
Eee kalau untuk peserta mandiri mulai daftar proses
aktifasinya 14 hari.
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan saat
melakukan pendaftaran dengan Mobile JKN?
Prosesnya cepat ya asal HPnya mendukung serta
datanya ada hehehe.
B. Pembayaran 1. Apakah pembayaran iuran melalui Mobile JKN
iuran mudah dilakukan?
Kalau Mobile JKN sekarang kita bisa untuk
sekarang itu pendaftaran kewajiban BPJS
menggunakan auto debit, misal kita ke mandiri
BPJS bisa langsung nyambung auto debit.
2. Apakah ada biaya tambahan saat melakukan
pembayaran melalui Mobile JKN?
Ee pembayarannya bukan melalui Mobile JKN ya,
tapi daftar auti debitnya yang Mobile JKN, tapi ya
kalau ada biaya tambahan mungkin missal kita ke
bank Mandiri dari prosesnya mungkin ada seperti
83

alfamart bayar administrasinya misal dua ribu


rupiah.
3. Apakah dengan Mobile JKN peserta dapat
mengetahui denda yang didapatkan dengan
keterlambatan pembayaran iuran?
Iya sangat kelihatan pembayaran iuran, kalau denda
sekarang tidak ada.
4. Apakah melalui Mobile JKN peserta dapat
membayar denda yang didapatkan?
Tidak ada denda.
5. Apakah ada bukti yang didapatkan peserta
setelah melakukan pembayaran melalui Mobile
JKN?
Eee daftar tadi Mobile JKN kan menggunakan auto
debit saya kira tidak ada.
C. Pengaduan 1. Apakah langkah-langkah melakukan pengaduan
melalui Mobile JKN?
Ada fiturnya di Mobile JKN, sudah download?
(sudah pak) ada fiturnya kan pengaduan? (iye pak)
gampang kan? (iya pak) hehehe.
2. Apakah pengaduan melalui Mobile JKN bisa
langsung mendapatkan respon?
Iya, kan kita ada istilahnya care center.
3. Apakah yang akan dilakukan BPJS Kesehatan
setelah menerima keluhan peserta melalui
Mobile JKN?
Yang pertama kita hubungi pesertanya, masalahnya
apa, kapan, dimana dan kita cek.
4. Apakah efektif melakukan keluhan melalui
Mobile JKN?
Iya dari pada orangnya kesini.
D. Ubah data 1. Apakah dengan mengubah data peserta melalui
peserta mobile JKN, peserta dapat memilih fasilitas
kesehatan yang di inginkan?
Iya peserta dipersilahkan memilih faskes yang
diinginkan baik faskes berdasarkan tempat maupun
perpindahan faskes.
2. Apakah setelah merubah fasilitas kesehatan
melalui Mobile JKN bisa langsung
dipergunakan?
Tidak, karena proses perubahan membutuhkan
waktu satu bulan untuk pengaktifan di faskes yang
84

baru, namun masih bisa digunakan pada faskes


yang lama.
2. KESADARAN
A. Penyuluhan 1. Apakah peserta dibimbing sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Eee kalau sosialisasi kami lakukan tapi penggunaan
saya kira kan orang awam tinggal suruh download
kan susah tapi orang datang kesini mau download
Mobile JKN kita berikan arahan.
2. Metode apa yang diterapkan BPJS untuk
membimbing peserta menggunakan layanan
digital?
Kalau metode sosialisasinya, iya sosialisasi
langsung jadi setiap kita ada pertemuan kita selipkan
slide untuk download Mobile JKN disitu fiturnya
apa, manfaatnya apa. Kemudian media seperti
Koran maupun spanduk
3. Apakah setelah dibimbing, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Itu tergantung pesertanya apakah dia punya
handphone tidak, punya data tidak hehehe.
4. Apakah setelah dibimbing peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Selalu ya tergantung orangnya apakah butuh atau
tidak.
5. Apakah setelah menggunakan Mobile JKN
peserta sadar akan manfaat dari layanan digital
(Mobile JKN)?
Iya ada yang sadar da nada yang tidak.
B. Pola pikir 1. Bagaimana pandangan peserta dengan
adanyanlayanan digital (Mobile JKN)?
Kalau yang sudah memanfaatkan testimoninya
bagus.
2. Apakah peserta diberikan pemahaman akan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iya diberikan.
3. Apakah layanan digital (Mobile JKN) dengan
pemahaman yang cukup peserta langsung bisa
menggunakan aplikasi tersebut?
Harusnya bisa ya tapi kan tadi tergantung kan honya
mendukung tidak, pulsaya mendukung tidak hehehe.
4. Apakah dengan pemahaman peserta yang cukup
85

akan berdampak untuk terus menggunakan


layanan digital (Mobile JKN)?
Iya pasti.
3. PARTISIPASI
A. Pengetahuan 1. Apakah peserta dikenalkan sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Dikenalkan iya
2. Proses apa yang di alami peserta selama
pengenalan layanan digital dilakukan?
Ee biasanya orang dipandu ya downloadnya gimana,
terus downloadnya, gimana proses laginya,
ketentuanya apa.
3. Dengan metode apa peserta dikenalkan
menggunakan layanan digital?
Sosialisasi langsung maupun media online dan
maupun media offline
4. Apakah setelah dikenalkan, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Tidak semua kan tergantung kebutuhan orang.
5. Apakah setelah dikenalkan peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya.
B. Kebutuhan 1. Bagaimana BPJS Kesehatan mengetahui
keinginan peserta menggunakan layanan digital
(Mobile JKN)?
Iya kan fitur yang kita kembangkan itu berdasarkan
kunjungan yang banyak misal pemindahan faskes
jadi itu yng kita kembangkan kedalam fitur.
2. Apakah dengan keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN), peserta akan terus
menggunakan layanan digital?
Iya bisa sesuai keinginan.
3. Apakah kepentingan yang mendesak menjadi
faktor peserta menggunakan layanan digital
(Mobile JKN)?
Kalau orang terdesak itu pasti.
4. Apakah dengan kepentingan yang mendesak
membuat peserta akan berpartispasi
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Kita kalau butu Gojek kita pasti download sama
dengan Mobile JKN.
86

HASIL WAWANCARA DENGAN ARISANTI


KARYAWAN BPJS KESEHATAN CABANG WATAMPONE
1. SISTEM PELAYANAN
A. Pendaftaran 1. Apakah pendaftaran layanan digital (Mobile
JKN) mudah dilakukan?
Iya, kalau untuk pendaftaran secara digital itu
mudah dilakukan dari semua segmen bisa, yang
penting itu peserta mempunyai gadget berbasis
android atau apple.
2. Apakah mendaftar melalui Mobie JKN sama
halnya dengan mendaftar dengan mendatangani
kantor BPJS Kesehatan?
Beda, karena Mobile JKN tidak mewajibkan
penyetoran berkas artinya peserta sudah memiliki
KTP elektronik, nomor rekening dan tentunya HP
dan kalau melalui loket itu ada syarat-syarat tertentu
misalnya menyediakan foto copy kartu keluarga,
KTP, dan foto copy rekening dan mengisi formulir
auto debit.
3. Apakah dengan mendaftar melalui Mobile JKN,
peserta bisa langsung mendapatkan kartu
peserta BPJS Kesehatan?
Bisa karena dalam aplikasi Mobile JKN itu ada ada
namanya menu namanya KIS digital, jadi peserta
yang baru mendaftar walaupun sebenarnya belum
aktif tapi bisa langsung mendapatkan kartu melalui
Mobile JKN.
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan saat
melakukan pendaftaran dengan Mobile JKN?
Kalau Mobile JKN, ya kalau jaringan
memungkinkan paling lama itu 5- 10 menit itu
sudah bisa.
B. Pembayaran 1. Apakah pembayaran iuran melalui Mobile JKN
iuran mudah dilakukan?
Iya mudah dilakukan karena pada saat ini Mobile
JKN sudah terimplementasi pendaftaran auto debit
yang artinya peserta yang mempunyai rekening bank
khususnya mandiri bisa kalau pun peserta tidak
memliki rekening bank pada Mobile JKN ada pilhan
auto debit Mobile mark cash selanjutnya kita
menitipkan dana sesuai kelas yang kita pilih dan
dana itu akan terpotong setiap bulan.
87

2. Apakah ada biaya tambahan saat melakukan


pembayaran melalui Mobile JKN?
Tidak ada, paliang biaya data saja.
3. Apakah dengan Mobile JKN peserta dapat
mengetahui denda yang didapatkan dengan
keterlambatan pembayaran iuran?
Kalau denda keterlambatan itu sekarang kan tidak
ada lagi sudah dihapuskan. Denda itu baru muncul
kalau peserta sudah menunggak kemudian sudah
melakukan pembayaran tuggakan dalam masa 4-5
hari bayar tunggakan itu kalau ia melakukan rawat
inap, jadi peserta yang tidak melakukan rawat inap
iya tidak ada denda.
4. Apakah melalui Mobile JKN peserta dapat
membayar denda yang didapatkan?
Saya kira tidak.
5. Apakah ada bukti yang didapatkan peserta
setelah melakukan pembayaran melalui Mobile
JKN?
Kalau misalnya, sudah melakukan pembayaran
dalam aplikasi ini ada menu pembayaran dimana
disitu terdapat riwayat pembayaran muncul
pembayaran terbaru.
C. Pengaduan 1. Apakah langkah-langkah melakukan pengaduan
melalui Mobile JKN?
Kalau untuk melakukan pengaduan malalui Mobile
JKN yang pastinya harus terdaftar dulu di Mobile
JKN memilih menu umum, dimana umum terdapat
fasilitas pengaduan terus siapa yang ingin
melakukan aduan kemudian pilih ini kemudian pilih
keluhan atau informasi kemudian masukkan teks
aduan yang ingin di adukan.
2. Apakah pengaduan melalui Mobile JKN bisa
langsung mendapatkan respon?
Bisa karena masing-masing wilayah kantor BPJS
kesehatan itu ada namanya petugas penerima aduan
atau PIPP kalau disini banyak unit aduan dan ada
juga standar waktu yang ditetapkan maksimal 3x24
jam jadi kalau aduan lebih bagus tidak langsung.
3. Apakah yang akan dilakukan BPJS Kesehatan
setelah menerima keluhan peserta melalui
Mobile JKN?
88

Kami akan langsung menjawab kalau misal tidak


butuh koordinasi dari bidang kami langsung
menjaawab pada saat itu tapi kalau yang
membutuhkan koordinasi yang artinya di ekskalasi
dibidang kita koordinasikan sesuai bidangnya.
4. Apakah efektif melakukan keluhan melalui
Mobile JKN?
Iya sangat efektif dan efesian karena peserta tidak
harus antri dikantor BPJS kan itu lebih
mengefesienkan waktunya jadi waktu tidak tebuang
sia-sia.
D. Ubah data 1. Apakah dengan mengubah data peserta melalui
peserta mobile JKN, peserta dapat memilih fasilitas
kesehatan yang di inginkan?
Peserta bisa memilih fasilitas kesehatan yang
diinginkan peserta baik peserta yang menginginkan
perpindahan failitas kesehatan ke daerah yang lain
dan tingktan faskes pilihan peserta.
2. Apakah setelah merubah fasilitas kesehatan
melalui Mobile JKN bisa langsung
dipergunakan?
Dalam hal ini peserta tidak dapat langsung
dipergunakan karena proses pengaktifan akan
diberlakukan pada bulan berikutnya namun masih
bisa dipergunakan di tempat di faskes yang lama.
2. KESADARAN
A. Penyuluhan 1. Apakah peserta dibimbing sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya, kami setiap hari itu ada namanya petugas Duta
Mobile JKN jadi setiap peserta yang menunggu ini
kami memanfaatkan waktunya untuk melakukan
sosialisasi singkat mengenai manfaat penggunaan
Mobile JKN dan cara-cara penggunaan Mobile JKN.
2. Metode apa yang diterapkan BPJS untuk
membimbing peserta menggunakan layanan
digital?
Pemberian informasi langsung dan tidak langsung.
Kalau langsung itu disini didepan atau kami pergi
kepusat keramaian kita membuat boot disana,
kemudian secara tidak langsung itu menggunakan
sosial media atau media online ataupun cetak.
89

3. Apakah setelah dibimbing, peserta langsung


menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya langsung karena mereka itu lebih cenderung
menggunakan kartu KIS jadi merka menggunkan
fasilitas ubah data jadi peseta yang datang yang
niatnya mau ubah fasilitas kesehatan itu tidak antri
lagi jadi sisa pakai Mobile JKN.
4. Apakah setelah dibimbing peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya peserta selalu menggunakan karena kita terus
memonitor penggunaan yang berhasil download.
5. Apakah setelah menggunakan Mobile JKN
peserta sadar akan manfaat dari layan digital
(Mobile JKN)?
Iya, apabila sudah tahu mengenai manfaatnya
peserta akan cenderung menggunakan aplikasi ini.
B. Pola pikir 1. Bagaimana pandangan peserta dengan adanyan
layanan digital (Mobile JKN)?
Saya pikir dengan adanya Mobile JKN ini lebih
memudahkan peserta khususnya untuk peserta
mandiri dalam melakukan pengecekan tagihan
kemudian perubahan data kemudian untuk selain
peserta mandiri itu bisa menggunakan KIS Digital
serta melakukan pengaduan dan permintaan
informasi mereka lebih menggunakan Mobile JKN.
2. Apakah peserta diberikan pemahaman akan
layanan digital (Mobile JKN)?
Termasuk yang saya bilang tadi.
3. Apakah layanan digital (Mobile JKN) dengan
pemahaman yang cukup peserta langsung bisa
menggunakan aplikasi tersebut?
Iya karena itu tadi karena adanya lebih tata cara
pendaftarannya jelas dan tidak panjang paling
mengisi nomor kartu dan email.
4. Apakah dengan pemahaman peserta yang cukup
akan berdampak untuk terus menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iya karena BPJS Kesehatan juga tidak terus menerus
menginformasikan dan memasarkan terus produk
Mobile JKN ini.
3. PARTISIPASI
90

A. Pengetahuan 1. Apakah peserta dikenalkan sebelum


menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya kerena diloket pun setelah melakukan
pendaftaran selalu di informasikan tekait kanal-
kanal pendaftaran melalui Mobile JKN ataupun care
center.
2. Proses apa yang di alami peserta selama
pengenalan layanan digital dilakukan?
Paling kalau dia dikantor cabang, kalau dia
menunggu kita memanfaatkan waktu tunggunya
untuk sosialisasi paling mereka download dulu baru
registrasi.
3. Dengan metode apa peserta dikenalkan
menggunakan layanan digital?
Itu tadi sosialisasi langsung dan ada juga panduan.
4. Apakah setelah dikenalkan, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Langsung pada saat itu juga mau ubah data,
penggunaan KIS Digital maupun informasi bisa.
5. Apakah setelah dikenalkan peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Harusnya selalu tapi kan kembali lagi kepada
pesertanya apakah datanya ada.
B. Kebutuhan 1. Bagaimana BPJS Kesehatan mengetahui
keinginan peserta menggunakan layanan digital
(Mobile JKN)?
Kalau peserta diisni paling ubah data itu dalam
artian ubah faskes jadi mereka tidak perlu lagi
mengisi form perubahan data cukup menggunakan
aplikasi ini kemudian ingin mengecek status aktif
atau tidakanya dan yang kedua ingin melihat
pembayaran kemudian ingin menyampaikan keluhan
informasi bisa.
2. Apakah dengan keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN), peserta akan terus
menggunakan layanan digital?
Pasti karena sekarang itu zaman digitalisasi jadi
mereka tinggal menunjukkan ini dan peserta
sekarang lebih senang dengan praktis.
3. Apakah kepentingan yang mendesak menjadi
faktor peserta menggunakan layanan digital
(Mobile JKN)?
91

Tentu kerena peserta yang mendaftar itu mereka


cenderung menggunakan kartunya kapan diterima
sedang di Mobile JKN ini langsung ditangan.
4. Apakah dengan kepentingan yang mendesak
membuat peserta akan berpartispasi
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Betul seperti yang saya bilang tadi peserta kartunya
yang hilang ataupun tidak bisa menggunakan KIS
Digital.

HASIL WAWANCARA DENGAN FAKTA FALS


PESERTA BPJS KESEHATAN CABANG WATAMPONE
1. Sistem Layanan
A. Pendaftaran 1. Apakah pendaftaran layanan digital (Mobile
JKN) mudah dilakukan?
Kalau menurut saya itu sangat mudah dilakukan
yang jelas kita memiliki android dan data seluler
kita ada tentunya.
2. Apakah mendaftar melalui Mobie JKN sama
halnya dengan mendaftar dengan mendatangani
kantor BPJS Kesehatan?
Iya sama, Cuma yang membedakan kita tidak perlu
ke kantor BPJS.
3. Apakah dengan mendaftar melalui Mobile JKN,
peserta bisa langsung mendapatkan kartu
peserta BPJS Kesehatan?
Bisa karena dalam aplikasi tersebut terdapat KIS
Digital.
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan saat
melakukan pendaftaran dengan Mobile JKN?
itu tergantung seberapa bagus jaringan internet yang
digunakan, kalau saya sih cepat.
B. Pembayaran 1. Apakah pembayaran iuran melalui Mobile JKN
Iuran mudah dilakukan?
Iya sangat mudah
2. Apakah ada biaya tambahan saat melakukan
pembayaran melalui Mobile JKN?
tidak ada.
3. Apakah dengan Mobile JKN peserta dapat
mengetahui denda yang didapatkan dengan
keterlambatan pembayaran Iuran?
Tidak ada denda yang didapatkan cuman kita dapat
92

mengetahui kapan pembayaran iuran kita.


4. Apakah melalui Mobile JKN peserta dapat
membayar denda yang didapatkan?
Tidak
5. Apakah ada bukti yang didapatkan peserta
setelah melakukan pembayaran melalui Mobile
JKN?
Iya ada melalui aplikasi tersebut kita dapat
mengetahui bahwa kita telah melakukan
pembayaran.
C. Pengaduan 1. Apakah langkah-langkah melakukan pengaduan
Mobile JKN?
Cukup buka aplikasi Mobile JKN lalu pilih menu
pengaduan.
2. Apakah pengaduan melalui Mobile JKN bisa
langsung mendapatkan respon?
Biasanya tak berapa lama langsung ada respon.
3. Apakah yang akan dilakukan BPJS Kesehtan
setelah menerima keluhan peserta melalui
Mobile JKN?
Menerima keluhan
4. Apakah efektif melakukan keluhan melalui
Mobile JKN?
iya sangat efektif bagi saya
D. Ubah data 1. Apakah dengan mengubah data peserta melalui
peserta mobile JKN, peserta dapat memilih fasilitas
kesehatan yang di inginkan?
Iya dapat.
2. Apakah setelah merubah fasilitas kesehatan
melalui JKN bisa langsung dipergunakan?
Tidak, karena butuh proses pengaktifan dan akan
aktif pada bulan berikutnya.
2. KESADARAN
C. Penyuluhan 1. Apakah peserta dibimbing sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Kalau menurut saya dibimbing, karena kalau kita
pergi dikantor BPJS ada bimbingan secara ringan
dan arahan menggunakan Mobile JKN pada saat
mendaftar. Seperti itu, menurut saya dibimbing.
2. Metode apa yang diterapkan BPJS untuk
membimbing peserta menggunakan layanan
digital?
93

Ya kalau metode seperti yang saya katakana tadi, ee


ada bimbingan-bimbingan ringan yang disampaikan
seperti itu.
3. Apakah setelah dibimbing, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Eee kalau saya langsung menggunakannya karena
saya rasa sangat praktis dan mudah serta tidak perlu
ke kantornya lagi untuk melakukan uruus-mengurus
berkas di BPJS.
4. Apakah setelah dibimbing peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya selalu, pastinya karena seperti yang saya katakan
tadi, ini adalah salah satu alternatif yang
memudahkan pengurusan BPJS.
5. Apakah setelah menggunakan Mobile JKN
peserta sadar akan manfaat dari layan digital
(Mobile JKN)?
Manfaatnya sangat besar sekali karena yang seperti
saya katakana tadi dapat meminimalisir ee pekerjaan
yang ribet dengan cara ee bisa dilakukan pada saat
kita dirumah begitu.
D. Pola pikir 1. Bagaimana pandangan peserta dengan adanyan
layanan digital (Mobile JKN)?
Pandangan saya ini harus dilakukan karena sekarang
merupakan era digital dan saya rasa kita harus
mengikuti perkembangan zaman yang akan
memudahkan sedikit demi sedikit pekerjaan.
2. Apakah peserta diberikan pemahaman akan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iya diberikan pada saat mendowload aplikasi
tersebut.
3. Apakah layanan digital (Mobile JKN) dengan
pemahaman yang cukup peserta langsung bisa
menggunakan aplikasi tersebut?
Kalau saya dengan pemahaman yang cukup
langsung bisa menggunakannya karena contohnya
saja pada saat dibimbing mendownload Mobile JKN
langsung dijelaskan cara penggunaannya dan saya
rasa itu cukup.
4. Apakah dengan pemahaman peserta yang cukup
akan berdampak untuk terus menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
94

Iya saya rasa sudah pasti karena ketika kita sudah


terbiasa menggunakan Mobile JKN dengan cukup
secara otomatis kita akan terus mengutak-katik dan
tanpa sengaja kita akan sedikit demi sedikit kita
akan mengetahui penggunaan Mobile JKN tersebut.
3. PARTISIPASI
A. Pengetahuan 1. Apakah peserta dikenalkan sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Dikenalkan pada saat ditunjukkan brosur.
2. Proses apa yang di alami peserta selama
pengenalan layanan digital dilakukan?
Proses bimbingan.
3. Dengan metode apa peserta dikenalkan
menggunakan layanan digital?
Metode bimbingan ringan.
4. Apakah setelah dikenalkan, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya karena disuruh mendownloadnya.
5. Apakah setelah dikenalkan peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya selalu.
B. Kebutuhan 1. Apakah ada keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
Ada.
2. Apakah dengan keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN), peserta akan terus
menggunakan layanan digital?
Iya.
3. Apakah kepentingan yang mendesak menjadi
faktor peserta menggunakan layanan digital
(Mobile JKN)?
Saya rasa itu kepentingan mendesak membuat saya
jadi menggunakan Mobile JKN dan jelas karena
meminimalisir pekerjaan.
4. Apakah dengan kepentingan yang mendesak
membuat peserta akan berpartispasi
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya akan berpartispasi.
95

HASIL WAWANCARA DENGAN ARI PRAMUDI DARMA


PESERTA BPJS KESEHATAN CABANG WATAMPONE
1. Sistem Layanan
A. pendaftaran 1. Apakah pendaftaran (mobile JKN) mudah
dilakukan?
Iya sangat mudah sekali
2. Apakah mendaftar melalui Mobile JKN sama
halnya dengan mendaftar dengan mendatangi
kantor BPJS Kesehatan?
Iya sama halnya datang ke loket.
3. Apakah dengan mendaftar melalui Mobile JKN,
peserta bisa langsung mendapatkan kartu
Peserta BPJS Kesehatan?
Iya karena dalam aplikasi terdapat kartu digital.
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan saat
melakukan pendaftaran dengan Mobile JKN?
Menurut saya cukup lima menit kita selesai
mendaftar.
B. Pembayaran 1. Apakah pembayaran iuran melalui Mobile JKN
Iuran mudah dilakukan?
Sangat mudah karena pada saat waktunya tiba
tagihan kita langsung pterpotong pada kartu debit
yang sudah kita daftarkan.
2. Apakah ada biaya tambahan saat melakukan
pembayaraan melalui Mobile JKN?
Tidak ada.
3. Apakah dengan Mobile JKN peserta dapat
mengetahui denda yang didapatkan dengan
keterlambatan pembayaran iuran?
Tidak denda namun kita dapat tahu kapan kita akan
melakukan pembayaran.
4. Apakah melalui mobile JKN peserta dapat
membayar denda yang didapatkan?
Tidak.
5. Apakah ada bukti yang didapatkan peserta
setelah melakukan pembayaran melalui Mobile
JKN?
Iya ada.
C. Pengaduan 1. Apakah langkah-langkah melakukan pengaduan
melalui Mobile JKN?
Cukup buka aplikasinya lalu pilih menu pengaduan.
2. Apakah pengaduan melalui Mobile JKN bisa
96

langsung mendapatkan respon?


Iya langsung.
3. Apakah yang dilakukan BPJS Kesehatan setelah
menerima keluhan peserta melalui Mobile JKN?
langsung melakukan tindakan terkait keluhan.
4. Apakah efektif melakukan keluhan melalui
Mobile JKN?
Iya sangat efektif bagi saya.
D. Ubah data 1. Apakah dengan mengubah data peserta melalui
peserta Mobile JK, peserta dapat memilih fasilitas
kesehatan yang diinginkan?
Iya bisa.
2. Apakah setelah merubah fasilitas kesehatan
melalui Mobile JKN bisa langsung
dipergunakan?
Tidak bisa karena akan aktif pada bula berikutnya.
2. KESADARAN
A. Penyuluhan 1. Apakah peserta dibimbing sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Sebelum saya menggunakan mobile jkn saya
dibimbing oleh staf dari BPJS yang bertugas pada
saat itu.
2. Metode apa yang diterapkan BPJS untuk
membimbing peserta menggunakan layanan
digital?
Pada saat itu metode yang digunakan oleh staf
yaitu dengan membibing saya secara langsung
mengenai penggunaan aplikasi tersebut.
3. Apakah setelah dibimbing, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya saya langsung menggunakan aplikasi tersebut
sebagai langkah awal aplikasi tersebut sudah dapat
digunakan.
4. Apakah setelah dibimbing peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya selalu menggunakan aplikasi tersebut dimana
saat pertama menggunakan saat mendaftar terus
ketika saat membayar administrasi.
5. Apakah setelah menggunakan Mobile JKN
peserta sadar akan manfaat dari layan digital
(Mobile JKN)?
Iya sadar manfaat dari aplikasi ini karena aplikasi ini
97

sangat membantu dan sudah tidak bingung lagi


membayar iuran BPJS setiap bulannya.
B. Pola pikir 1. Bagaimana pandangan peserta dengan adanyan
layanan digital (Mobile JKN)?
Pandangan saya layanan digital ini sangat
bermanfaat yaitu memberikan efek yang sangat
positif bagi para peserta maupun bagi pihak BPJS
karena layanan digital ini sangat mudah di akses
bagi para peserta walaupun awalnya memerlukan
bimbingan menggunakan aplikasi ini.
2. Apakah peserta diberikan pemahaman akan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iya awalnya saya diberikan pemahaman layanan
digital ini.
3. Apakah layanan digital (Mobile JKN) dengan
pemahaman yang cukup peserta langsung bisa
menggunakan aplikasi tersebut?
Iya saya sebagai peserta bisa langsung
menggunakan aplikasi tersebut.
4. Apakah dengan pemahaman peserta yang cukup
akan berdampak untuk terus menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
Sebenarnya tidak terlalu berdampak tapi dengan
adanya layanan digital ini bisa saja membantu untuk
mengakses informasi mengenai BPJS.
3. PARTISIPASI
A. Pengetahuan 1. Apakah peserta dikenalkan sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya saya diperkenalkan terlebih dahulu melalui
penjelasan dari pihak BPJS dan brosur.
2. Proses apa yang di alami peserta selama
pengenalan layanan digital dilakukan?
Yang saya alami selama pengenalan saya merasa
senang karena saya dapat mengakses layanan BPJS
sangat mudah.
3. Dengan metode apa peserta dikenalkan
menggunakan layanan digital?
Saya dikenalkan secara langsung oleh staf BPJS.
4. Apakah setelah dikenalkan, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya saya langsung menggunakan karena pada saat
saya dikenalkan dengan layanan digital saya
98

langsung dimbimbing mengenai penggunaan


aplikasi tersebut.
5. Apakah setelah dikenalkan peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya selalu.
B. Kebutuhan 1. Apakah ada keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iya saya ada keinginan.
2. Apakah dengan keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN), peserta akan terus
menggunakan layanan digital?
Insya Allah jika saya membutuhkannya saya akan
menggunakannya karena ini sangat bermanfaat.
3. Apakah kepentingan yang mendesak menjadi
faktor peserta menggunakan layanan digital
(Mobile JKN)?
Iya betul sekali karena layanan digital ini hadir dan
sangat membantu saya ketika dalam keadaaan
mendesak.
4. Apakah dengan kepentingan yang mendesak
membuat peserta akan berpartispasi
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya saya akan bertasispasi menggunakan aplikasi
Mobile JKN.

HASIL WAWANCARA DENGAN HERIANI


PESERTA BPJS KESEHATAN CABANG WATAMPONE
1. Sistem Layanan
A. Pendaftaran 1. Apakah pendaftaran layanan digital (Mobile
JKN) mudah dilakukan?
Iye nak mudah.
2. Apakah medaftar melalui Mobile JKN sama
halnya dengan mendaftar dengan mendatangi
kantor BPJS Kesehatan?
Iya sama nak Cuma kalau ini tidak perlu maki antri.
3. Apakah dengan mendaftar melalui Mobile JKN,
peserta bisa langsung mendapatkan kartu
peserta BPJS Kesehatan?
Iye nak.
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan saat
melakukan pendaftaran dengan Mobile JKN?
sangat cepat nak.
99

B. Pembayaran 1. Apakah pembayaran Iuran melalui Mobile JKN


iuran Mudah dilakukan?
Iya mudah sekali nak.
2. Apakah ada biaya tambahan saat melakukan
pembayaran melalui Mobile JKN?
tidak ada nak.
3. Apakah dengan Mobile JKN peserta dapat
mengetahui denda yang didapatkan dengan
keterlambatan pembayaran iuran?
Kita dapat menegetahui kapan pembayaran iuran.
4. Apakah melalui Mobile JKN peserta dapat
membayar denda yang didapatkan?
Tidak nak cuma kalau ada keterlambatan ada
pemberitahuannya.
5. Apakah ada bukti yang didapatkan peserta
setelah melakukan pembayaran melalui Mobile
JKN?
Iye ada nak.
C. Pengaduan 1. Apakah langkah-langkah melakukan pengaduan
melalui Mobile JKN?
Cukup masuk di aplikasi terus disitu ada pilihannya
nak.
2. Apakah pengaduan melalui Mobile JKN bisa
langsung mendapakan kartu?
Bisa.
3. Apakah yang akan dilakukan BPJS Kesehatan
setelah menerima keluhan peserta melalui
Mobile JKN?
Merespon aduan yang kita adukan.
4. Apakah efektif melakukan keluhan melalui
Mobile JKN?
Sangat efektif ketika darurat.
D. Ubah data 1. Apakah dengan mengubah data peserta melalui
peserta Mobile JKN, peserta dapat memilih Fakes
kesehatan yang di inginkan?
Iya dapat nak.
2. Apakah setelah merubah Faskes melalui Mobile
JKN bisa langsung dipergunakan?
Tidak nak.
2. KESADARAN
A. Penyuluhan 1. Apakah peserta dibimbing sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
100

Iye ada sedikit arahan dek.


2. Metode apa yang diterapkan BPJS untuk
membimbing peserta menggunakan layanan
digital?
Arahan dari petugasnya dek dengan
memeperlihatkan brosur.
3. Apakah setelah dibimbing, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Tidak langsung dek.
4. Apakah setelah dibimbing peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Tidak dek karena saya tidak mengerti dengan
menggunakan aplikasi tersebut tapi memang
manfaatnya sangat membantu.
5. Apakah setelah menggunakan Mobile JKN
peserta sadar akan manfaat dari layan digital
(Mobile JKN)?
Iye dek sangat membantu itu apalagi malaski antri
yang lama.
B. Pola pikir 1. Bagaimana pandangan peserta dengan adanyan
layanan digital (Mobile JKN)?
Sangat bagus dek dan sangat mempermudah.
2. Apakah peserta diberikan pemahaman akan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iye dek dikasiki arahan.
3. Apakah layanan digital (Mobile JKN) dengan
pemahaman yang cukup peserta langsung bisa
menggunakan aplikasi tersebut?
Kalau saya dek harus benar-benar diarahkan.
4. Apakah dengan pemahaman peserta yang cukup
akan berdampak untuk terus menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iye dek berdampak sekali.
3. PARTISIPASI
A. Pengetahuan 1. Apakah peserta dikenalkan sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iye dek dikenalkan dengan arahan dari pelayanan.
2. Proses apa yang di alami peserta selama
pengenalan layanan digital dilakukan?
Seperti arahan menggunakan dan diberitahuki juga
fungsinya.
3. Dengan metode apa peserta dikenalkan
101

menggunakan layanan digital?


Arahan dek.
4. Apakah setelah dikenalkan, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Tidak bisa saya langsung dek.
5. Apakah setelah dikenalkan peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Tidak dek kalau arahannya belum terlalu saya
mengerti karena tidak terlalu mengerti pakai android
jadi kalau saya mengerti saya akan
menggunakannya.
B. Kebutuhan 1. Apakah ada keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iye ada dek ketika saya cukup mengerti.
2. Apakah dengan keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN), peserta akan terus
menggunakan layanan digital?
Pastinya dek.
3. Apakah kepentingan yang mendesak menjadi
faktor peserta menggunakan layanan digital
(Mobile JKN)?
Iye dek apalagi mendesak ini sangat membantu
sekali.
4. Apakah dengan kepentingan yang mendesak
membuat peserta akan berpartispasi
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Saya akan berpartisipasi dek.

HASIL WAWANCARA DENGAN ANUGRAH


PESERTA BPJS KESEHATAN CABANG WATAMPONE
1. Sistem Layanan
A. pendaftaran 1. Apakah pendaftaran layanan digital (Mobile
JKN) mudah dilakukan?
iya sangat mudah.
2. Apakah mendaftar melalui Mobile JKN sama
halnya mendaftar dengan mendatangi kantor
BPJS Kesehatan?
Menurut saya sama hehehe.
3. Apakah dengan mendaftar melalui Mobile JKN,
peserta bisa langsung mendapatkan kartu
peserta BPJS Keshatan?
Bisa didapatkan melalui aplikasi.
102

4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan saat


melakukan pendaftaran dengan Mobile JKN?
Sangat cepat sekita 5 menit sampai 10 menit lah.
B. Pembayaran 1. Apakah pembayaran iuran melalui Mobile JKN
iuran mudah dilakukan?
Iya mudah.
2. Apakah ada biaya tambahan saat melakukan
pembayaran melalui Mobile JKN?
Tidak ada.
3. Apakah dengan Mobile JKN peserta dapat
mengetahui denda yang didapatkan dengan
keterlambatan pembayaran iuran?
Dapat cuma bukan denda karena tidak ada denda.
4. Apakah melalui Mobile JKN peserta dapat
membayar denda yang didapatkan?
Bukan denda tapi iuran.
5. Apakah ada bukti yang didapatkan peserta
setelah melakukan pembayaran melalui Mobile
JKN?
Ada.
C. Pengaduan 1. Apakah langkah-langkah melakukan pengaduan
melalui Mobile JKN?
Buika aplikasinya terus pilih menu aduan.
2. Apakah pengaduan melalui Mobile JKN bisa
langsung mendapatkan respon?
bisa.
3. Apakah yang dilakukan BPJS Keshatan setelah
menerima keluhan peserta melalui Mobile JKN?
Merespon aduan.
4. Apakah efektif melakukan keluhan melalui
Mobile JKN?
Sangat efektif.
D. Ubah data 1. Apakah denngan mengubah data peserta melalui
peserta Mobile JKN, peserta dapat memilih faskes yang
diinginkan?
Iye dapat sesuai daerah yang kita inginkan dan tanpa
pergi melakukan perubahan di kantor BPJS
Kesehatan.
2. Apakah setelah merubah faskes melalui mobile
JKN bisa langsung dipergunakan?
Tidak karena prosesx membutuhkan 30 hari namun
bisa digunakan di faskes yang lama.
103

2. KESADARAN
A. Penyuluhan 1. Apakah peserta dibimbing sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya ada sedikit bimbingan dari karyawan disana.
2. Metode apa yang diterapkan BPJS untuk
membimbing peserta menggunakan layanan
digital?
Ee menggunakan kayak memberikan informasi baik
arahan dan meperlihatkan brosur.
3. Apakah setelah dibimbing, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya langsung.
4. Apakah setelah dibimbing peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya selalu menggunakan
5. Apakah setelah menggunakan Mobile JKN
peserta sadar akan manfaat dari layan digital
(Mobile JKN)?
Saya sadar akan manfaatnya karena Mobile JKN ini
sangat membantu dan mempermudah semua peserta
BPJS Kesehatan utamanya pesertayang malas
melakukan antrian ataupun peserta yang mendadak
membutuhkan layanan BPJS dan tgentu ini sangat
membantu sekali.
B. Pola pikIr 1. Bagaimana pandangan peserta dengan adanyan
layanan digital (Mobile JKN)?
Membantu masyarakat.
2. Apakah peserta diberikan pemahaman akan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iya memberikan pemahaman.
3. Apakah layanan digital (Mobile JKN) dengan
pemahaman yang cukup peserta langsung bisa
menggunakan aplikasi tersebut?
Sedikit membantu walaupun belum terlalu
memahami menggunakannya.
4. Apakah dengan pemahaman peserta yang cukup
akan berdampak untuk terus menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
Insyallah kalau ee layanannya dapat ditingkatkan.
3. PARTISIPASI
A. Pengetahuan 1. Apakah peserta dikenalkan sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
104

Iya dikenalkan.
2. Proses apa yang di alami peserta selama
pengenalan layanan digital dilakukan?
Proses yang saya alami mendapatkan arahan
mengenai aplikasi tersebut.
3. Dengan metode apa peserta dikenalkan
menggunakan layanan digital?
Dengan menggunakan metode arahan dan brosur.
4. Apakah setelah dikenalkan, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya langsung menggunakan.
5. Apakah setelah dikenalkan peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Sekali-kali hehehehe
B. Kebutuhan 1. Apakah ada keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
Insyallah ada.
2. Apakah dengan keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN), peserta akan terus
menggunakan layanan digital?
Iya.
3. Apakah kepentingan yang mendesak menjadi
faktor peserta menggunakan layanan digital
(Mobile JKN)?
Iya tentunya.
4. Apakah dengan kepentingan yang mendesak
membuat peserta akan berpartispasi
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya pasti saat mendesak.

HASIL WAWANCARA DENGAN SYERLI YUNITA


PESERTA BPJS KESEHATAN CABANG WATAMPONE
1. Sistem Layanan
A. Pendaftaran 1. Apakah pendaftaran layanan digital (Mobile
JKN) mudah dilakukan?
Sangat mudah sekali dilakukan.
2. Apakah mendaftar melalui Mobile JKN sama
halnya dengan mendaftar dengan mendatangi
kantor BPJS Ksehatan?
Iya sama saja cuma pendaftaran melalui aplikasi ini
sangat cepat tanpa antri.
3. Apakah dengan mendaftar melalui Mobile JKN,
105

peserta bisa langsung mendapatkan kartu


peserta BPJS Kesehatan?
Bisa karena dalam aplikasi terdapat fitur KIS
Digital.
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan saat
melakuikan pendaftaran dengan Mobile JKN?
Itu tergantung kecepatan data smartphone.
B. Pembayaran 1. Apakah pembayaran melaluiMobile JKN mudah
iuran dilakukan?
Sangat mudah.
2. Apakah ada biaya tambahan saat melakuukan
pembayran melalui Mobile JKN?
tidak ada biaya tambahan.
3. Apakah dengan Mobile JKN peserta dapat
mengetahui denda yang didapatkan dengan
keterlambatan pembayaran iuran?
Iya dapat Cuma dalam hal ini peserta tidak
mendapatkan denda.
4. Apakah melalui Mobile JKN peserta dapat
membayar denda yang didapatkan?
Tidak karena denda sudah ditiadakan.
5. Apakah ada bukti yang di dapatkan peserta
setelah menlakukan pembayaran melalui Mobile
JKN?
Ada karena adanya rekaman pembayaran kita.
C. Pengaduan 1. Apakah langkah-langkah melakukan pengaduan
melalui Mobile JKN?
Download aplikasi lalu masuk dan pilih menu
aduan.
2. Apakah pengaduan melalui Mobile JKN bisa
langsung mendapatkan respon?
Bisa.
3. Apakah yang akan dilakukan BPJS Kesehatan
setelah menerima keluhan peserta melalui
Mobile JKN?
Langsung merespon keluhan kita.
4. Apakah efektif melakukan keluhan melalui
Mobile JKN?
Sangat efektif apabila sanagt mendesak.
D. Ubah data 1. Apakah dengan mengubah data peserta melalui
peserta Mobile JKN, peserta dapat memilih faskes yang
diinginkan?
106

Iya tentunya kita dapat memilih.


2. Apakah setelah merubah faskes melalui Mobile
JKN bisa langsung dipergunakan?
Tidak karena faskes baru akan aktif pada bulan
berikutnya.
2. KESADARAN
A. Penyuluhan 1. Apakah peserta dibimbing sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iye dibimbing karena kita sebagai masyarakat kalau
tidak dibimbing kita tidak akan mengerti dalam
menggunakannya dan mengetahui fungsinya.
2. Metode apa yang diterapkan BPJS untuk
membimbing peserta menggunakan layanan
digital?
Metodenya ee seperti apa yah kayak ditanya
langsung.
3. Apakah setelah dibimbing, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Tidak karena dalam sebuah aplikasi tidak selamanya
orang langsung mengerti apalagi orang tua yang
baru menggunakan android pasti dia tidak mengerti.
4. Apakah setelah dibimbing peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya.
5. Apakah setelah menggunakan Mobile JKN
peserta sadar akan manfaat dari layan digital
(Mobile JKN)?
Iya ada manfaatnya kita dapat tahu jadwal
pembayaran ataupun tunggakan melalui aplikasi
tersebut.
B. Pola pikir 1. Bagaimana pandangan peserta dengan adanyan
layanan digital (Mobile JKN)?
Adanya yaitu meringankan dan sangat baik bagi
masyarakat.
2. Apakah peserta diberikan pemahaman akan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iya tentunya diberikan semacam arahan pada saat
sayha pergi Kantor BPJS Kesehatan.
3. Apakah layanan digital (Mobile JKN) dengan
pemahaman yang cukup peserta langsung bisa
menggunakan aplikasi tersebut?
Iya.
107

4. Apakah dengan pemahaman peserta yang cukup


akan berdampak untuk terus menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iya terus menggunakannya.
3. PARTISIPASI
A. Pengetahuan 1. Apakah peserta dikenalkan sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya dikenalkan seperti yang saya katakana tadi.
2. Proses apa yang di alami peserta selama
pengenalan layanan digital dilakukan?
Tentunya masalah jaringan selama pengenalan
karena akses jaringan sangat dibutuhkan serta
pengenalan mengenai fitur aplikasi tersebut.
3. Dengan metode apa peserta dikenalkan
menggunakan layanan digital?
Metodenya kayak brosur yang diberikan dan
pemberitahuan langsung kepeserta.
4. Apakah setelah dikenalkan, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya.
5. Apakah setelah dikenalkan peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya ada karena dengan aplikasi ini kita dapat
mengetahui tunggukan dan jadwal pembayaran kita
di BPJS.
B. Kebutuhan 1. Apakah ada keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iya tentunya saya akan menggunakannya.
2. Apakah dengan keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN), peserta akan terus
menggunakan layanan digital?
Iya jika ada pasti saya menggunakan.
3. Apakah kepentingan yang mendesak menjadi
faktor peserta menggunakan layanan digital
(Mobile JKN)?
Iya.
4. Apakah dengan kepentingan yang mendesak
membuat peserta akan berpartispasi
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya tentunya saya akan menggunakan aplikasi
tersebut.
108

HASIL WAWANCARA DENGAN RISNAWATI


PESERTA BPJS KESEHATAN CABANG WATAMPONE
1. Sistem Layanan
A. Pendaftaran 1. Apakah pendaftaran layanan digital (Mobile
JKN) mudah dilakukan?
Sangat mudah saya telah mencobanya.
2. Apakah mendaftar melalui Mobile JKN sama
halnya mendaftar dengan mendatangi kantor
BPJS Kesehatan?
Sama saja cuma disini sangat praktis.
3. Apakah mendaftar melalui Mobile JKN, peserta
bisa langsung mendapatkan kartu peserta BPJS
Kesehatan?
Bisa.
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan saat
melalukan pendaftaran dengan melalui Mobile
JKN?
saya cukup 5-10 menit lah.
B. Pembayaran 1. Apakah pembayaran iuran melalui Mobile JKN
Iuran mudah dilakukan?
Sanagt mudah.
2. Apakah ada biaya tambahan saat melakukan
pembayaran melalui Mobile JKN?
Tidak ada.
3. Apakah dengan Mobile JKNpeserta dapat
mengetahui denda yang didapatkan dengan
keterlambatan pembayaran iuran?
Kita dapat menegtahui rekaman pembayaran.
4. Apakah ada bukti yang didapatkan peserta
setelah melakukan pembayaran melalui Mobile
JKN?
Ada.
5. Apakah melalui Mobile JKN peserta dapat
membayar denda yang didapatkan?
Tidak.
C. Pengaduan 1. Apakah langkah-langkah melakukan pengaduan
melalui Mobile JKN?
Buka aplikasinya dan pilih menu aduan.
2. Apakah pengaduan melalui Mobile JKN bisa
langsung mendapatkan respon?
Iya langsung.
3. Apakah yang akan dilakukan BPJS Kesehatan
109

setelah menerima keluhan peserta melalui


Mobile JKN?
Meserpon keluhanta.
4. Apakah efektif melalukan keluhan melalui
Mobile JKN?
Sangat efektif apabila keadaan darurat.
D. Ubah data 1. Apakah dengan mengubah data peserta melalui
peserta Mobile JKN, peserta dapat memilih faskes yang
diinginkan?
Iya peserta bebas memilih .
2. Apakah setelah merubah faskes melalui Mobile
JKN bisa langsung dipergunakan?
Tidak.
2. KESADARAN
A. Penyuluhan 1. Apakah peserta dibimbing sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Kalau saya dulu waktu mendaftar tidak ada begitu.
2. Metode apa yang diterapkan BPJS untuk
membimbing peserta menggunakan layanan
digital?
Tidak ada.
3. Apakah setelah dibimbing, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Seandainya dibimbing saya pasti menggunakanya.
4. Apakah setelah dibimbing peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya pastinya akan.
5. Apakah setelah menggunakan Mobile JKN
peserta sadar akan manfaat dari layan digital
(Mobile JKN)?
Seandainya dari dulu saya tahu ini saya akan sadar
akan manfaantya.
B. Pola pikir 1. Bagaimana pandangan peserta dengan adanyan
layanan digital (Mobile JKN)?
Ini tentunya sangat membantu terutama ibu rumah
tangga seperti saya karena kita dapat melakukannya
dirumah tanpa keluar rumah melakukan
pembayaran.
2. Apakah peserta diberikan pemahaman akan
layanan digital (Mobile JKN)?
Seperti yang saya bilang tadi saya tidak diberitahu.
3. Apakah layanan digital (Mobile JKN) dengan
110

pemahaman yang cukup peserta langsung bisa


menggunakan aplikasi tersebut?
Kalau diberikan pemahaman pasti saya akan
menggunakan Mobile JKN.
4. Apakah dengan pemahaman peserta yang cukup
akan berdampak untuk terus menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iya pastime itu.
3. PARTISIPASI
A. Pengetahuan 1. Apakah peserta dikenalkan sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Tidak.
2. Proses apa yang di alami peserta selama
pengenalan layanan digital dilakukan?
Tidak waktu saya mendaftar.
3. Dengan metode apa peserta dikenalkan
menggunakan layanan digital?
Tidak ada.
4. Apakah setelah dikenalkan, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Seperti yang saya bilang tadi andai saya diberi tahu
saya pasti menggunakan aplikasi tersebut.
5. Apakah setelah dikenalkan peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya kalau saya diberi tahu.
B. Kebutuhan 1. Apakah ada keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iya saya ada keinginan, dengan penelitian kamu ini
saya jadi tahu tentang aplikasi ini.
2. Apakah dengan keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN), peserta akan terus
menggunakan layanan digital?
Iya tentunya.
3. Apakah kepentingan yang mendesak menjadi
faktor peserta menggunakan layanan digital
(Mobile JKN)?
Iya pasti itu hal utama yang sangat membantu.
4. Apakah dengan kepentingan yang mendesak
membuat peserta akan berpartispasi
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya apalagi mendesak sekali ini pasri saya gunakan.
111

HASIL WAWANCARA DENGAN H. Dg. MANAMBUNG


PESERTA BPJS KESEHATAN CABANG WATAMPONE
1. Sistem Layanan
A. Pendaftaran 1. Apakah pendaftaran layanan digital (Mobile
JKN) mudah dilakukan?
Sangat mudah nak saya liat anak saya.
2. Apakah mendaftar melalui Mobile JKN sama
halnya dengan mendaftar dengan mendatangi
kator BPJS Kesehatan?
Sama nak.
3. Apakah dengan mendaftar melalui Mobile JKN
peserta bisa langsung mendapatkan kartu
peserta BPJS Kesehatan?
bisa katanya nak.
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan saat
melakukaan pendaftaran dengan Mobile JKN?
Sangat cepat nak prosesnya.
B. Pembayaran 1. Apakah pembayaran iuran melalui Mobile JKN
Iuran mudah dilakukan?
Sangat mudah.
2. Apakah ada biaya tambahan saat melakukan
pembayaran melalui Mobile JKN?
tidak ada biaya tambahan.
3. Apakah dengan Mobile JKN peserta dapat
mengetahui denda yang didapatkan dengan
keterlambatan pembayaran iuran?
Dapat nak.
4. Apakah melalui Mobile JKN peserta dapat
membayar denda yang didapatkan?
Tidak ada denda nak.
5. Apakah ada bukti yang didapatkan peserta
setelah melakukan pembayaran melalui Mobile
JKN?
Ada nak.
C. Pengaduan 1. Apakah langkah-langkah melakukan aduan
melalui Mobile JKN?
Katanya tinggal dbuka aplikasinya baru ada pilihan
menu disitu nak.
2. Apakah pengaduan melalui mobile JKN bisa
langsung mendapatkan respon?
Bisa nak.
3. Apakah yang akan dilakukan BPJS Kesehatan
112

setelah menerima keluhan peserta melalui


Mobile JKN?
Pastinya na tidak lanjuti keluhanta nak sebagai
peserta yang membutuhkan bantuan dari BPJS
kesehatan.
4. Apakah efektif melakukan keluhan melalui
Mobile JKN?
Sangat efektif nak.
D. Ubah data 1. Apakah dengan mengubah data peserta melalui
peserta Mobile JKN, peserta dapat memilih faskes yang
diinginkan?
Iya dapatki pilihan nak apakah mauki ubah
tingkatannya bisa.
2. Apakah setelah merubah faskes melalui Mobile
JKN bisa langsung dipergunakan?
Tidak nak.
2. KESADARAN
A. Penyuluhan 1. Apakah peserta dibimbing sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Saya tidak dibimbing nak.
2. Metode apa yang diterapkan BPJS untuk
membimbing peserta menggunakan layanan
digital?
Tidak ada nak.
3. Apakah setelah dibimbing, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Kalau saya dibimbing mungkin saya perlu
dampingan dari anak saya.
4. Apakah setelah dibimbing peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya saya akan sarankan anak saya gunakan ini.
5. Apakah setelah menggunakan Mobile JKN
peserta sadar akan manfaat dari layan digital
(Mobile JKN)?
Tentunya nak, saya sadar karena ini mempermudah
sekali kalau ada keperluan mendadak.
B. Pola pikir 1. Bagaimana pandangan peserta dengan adanyan
layanan digital (Mobile JKN)?
Ini sangat membantu ketika saya ingin melakukan
pembayaran ataupun melihat tagihan.
2. Apakah peserta diberikan pemahaman akan
layanan digital (Mobile JKN)?
113

Seperti yang saya bilang tadi nak saya tidak diberi


tahu, tapi dengan adanya kita yang kasi tahu jadi
saya tahu.
3. Apakah layanan digital (Mobile JKN) dengan
pemahaman yang cukup peserta langsung bisa
menggunakan aplikasi tersebut?
Kalau saya tidak bisa nak, tapi saya akan saya
sarankan untuk anak saya menggunakannya.
4. Apakah dengan pemahaman peserta yang cukup
akan berdampak untuk terus menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iye berdampak .
3. PARTISIPASI
A. Pengetahuan 1. Apakah peserta dikenalkan sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Tidak.
2. Proses apa yang di alami peserta selama
pengenalan layanan digital dilakukan?
Tidak ada nak, tapi saya jadi tahu karena kita nak.
3. Dengan metode apa peserta dikenalkan
menggunakan layanan digital?
Dengan penelitianta nak saya jadi tahu.
4. Apakah setelah dikenalkan, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Belum bisa langsung nak karena saya sudah tua jadi
saya perlu anak saya menggunakannya.
5. Apakah setelah dikenalkan peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Inysallah karena ini sangat membantu.
B. Kebutuhan 1. Apakah ada keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iya saya ada keinginan agar saya bisa mengakses
dengan mudah dan cepat layanan BPJS.
2. Apakah dengan keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN), peserta akan terus
menggunakan layanan digital?
Iye nak pastimi saya sarankan untuk keluarga saya.
3. Apakah kepentingan yang mendesak menjadi
faktor peserta menggunakan layanan digital
(Mobile JKN)?
Iye nak tentumi karena ini sangat efektif.
4. Apakah dengan kepentingan yang mendesak
114

membuat peserta akan berpartispasi


menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iye nak saya akan berpartisipasi melalui anak saya.

HASIL WAWANCARA DENGAN SAMSU ALAM. S.E.Sy


PESERTA BPJS KESEHATAN CABANG WATAMPONE
1. Sistem Layanan
A. Pendaftaran 1. Apakah pendaftaran layanan digital (Mobile
JKN) mudah dilakukan?
Mudah bro.
2. Apakah mendaftar melalui Mobile JKN sama
halnya dengan mendaftar dengan mendatangi
kantor BPJS Kesehatan?
Iya sama bro cuman kalau melalui aplikasi tidak
antri hehehe.
3. Apakah dengan medaftar melalui Mobile JKN,
peserta bisa langsung mendapatkan kartu BPJS
Kesehatan?
bisa bro karena ada fiturnya di aplikasi yaitu KIS
Digital.
4. Berapa lama waktu yang dibutuhkan saat
melakukan pendaftaran dengan Mobile JKN?
Sangat cepat bro.
B. Pembayaran 1. Apakah pembayaran iuran Mobile JKN mudah
iuran dilakukan?
Mudah sekali bro.
2. Apakah ada biaya tambahan saat melakukan
pembayaran melalui Mobile JKN?
Tidak ada bro.
3. Apakah dengan Mobile JKN peserta dapat
mengetahui denda yang didapatkan dengan
keterlambatan pembayaran iuran?
Tidak ada denda Cuma pembayaran kita dapat kita
ketahui bro.
4. Apakah melalui Mobile JKN peserta dapat
membayar denda yang didapatkan?
Tidak bro.
5. Apakah ada bukti yang didapatkan peserta
setelah melakukan pembayaran melalui Mobile
JKN?
Ada bro.
C. Pengaduan 1. Apakah langkah-langkah melakukan pengaduan
115

melalui Mobile JKN?


Tinggal buka aplikasinya bro baru ada disitu
menunya pengaduan.
2. Apakah pengaduan melalui Mobile JKN bisa
langsung mendapatkan respon?
Bisa bro.
3. Apakah yang akan dilakukan BPJS Kesehatan
setelah menerima keluhan peserta melalui
Mobile JKN?
Menindak lanjuti keluhan bro.
4. Apakah efektif melakukan keluhan melalui
Mobile JKN?
Sanagt efektif bro.
D. Ubah data 1. Apakah dengan mengubah data peserta melalui
peserta Mobile JKN, peserta dapat memilih faskes yang
diimginkan?
Iya bro bisaki sesuai keinginanta.
2. Apakah setelah merubah faskes melalui Mobile
JKNbisa langsung dipergunakan?
Tidak bro tapi akan aktif pada bula berikutnya tapi
bisa digunakan difaskes yang lama.
2. KESADARAN
A. Penyuluhan 1. Apakah peserta dibimbing sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya saya diberitahu.
2. Metode apa yang diterapkan BPJS untuk
membimbing peserta menggunakan layanan
digital?
Ajakan langsung dengan menunjukkan brosurnya.
3. Apakah setelah dibimbing, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iye saya bisa langsung.
4. Apakah setelah dibimbing peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Kadang ketika ada keperluan saya pasti gunakan.
5. Apakah setelah menggunakan Mobile JKN
peserta sadar akan manfaat dari layan digital
(Mobile JKN)?
Tentu manfaantya sangat membantu saya ketika
saya malas datang langsung ke kantor BPJS.
B. Pola pikir 1. Bagaimana pandangan peserta dengan adanya
116

layanan digital (Mobile JKN)?


Ini sangat baik apalagi ini pelayanan yang praktis di
era modern ini dan mungkin bukan hanya saya
berpendapat demikian karena semua orang lebih
tertarik menggunakan sesuatu yang cepat prosesnya.
2. Apakah peserta diberikan pemahaman akan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iya saya diberi tahu tentang penggunaaanya dan
manfaatnya.
3. Apakah layanan digital (Mobile JKN) dengan
pemahaman yang cukup peserta langsung bisa
menggunakan aplikasi tersebut?
Saya rasa bisa langsung digunakan.
4. Apakah dengan pemahaman peserta yang cukup
akan berdampak untuk terus menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iya pastimi bro apalagi ini sangat bermanfaat bagi
peserta seperti saya.
3. PARTISIPASI
A. Pengetahuan 1. Apakah peserta dikenalkan sebelum
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iye saya diberitahu mengenai aplikasi ini.
2. Proses apa yang di alami peserta selama
pengenalan layanan digital dilakukan?
Saya diberikan panduan mengenai fungsi dan saya
langsung mendownload aplikasi Mobile JKN.
3. Dengan metode apa peserta dikenalkan
menggunakan layanan digital?
Ditanya langsung bro dari pelayanannya.
4. Apakah setelah dikenalkan, peserta langsung
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya bisa bro.
5. Apakah setelah dikenalkan peserta selalu
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya bro saya gunakan ketika saya membutuhkannya
ataupun ketika saya ingin melihat tagihan.
B. Kebutuhan 1. Apakah ada keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN)?
Iya tentunya.
2. Apakah dengan keinginan peserta menggunakan
layanan digital (Mobile JKN), peserta akan terus
menggunakan layanan digital?
117

Iya bro saya gunakan ketika perlu.


3. Apakah kepentingan yang mendesak menjadi
faktor peserta menggunakan layanan digital
(Mobile JKN)?
Iya pastimi bro apalagi kalau malaski ikut antrian,
ini sangat membantu.
4. Apakah dengan kepentingan yang mendesak
membuat peserta akan berpartispasi
menggunakan layanan digital (Mobile JKN)?
Iya bro seperti saya bilang tadi ini sangat pas
digunakan saat mendesak ataupun terburu-buru.

LAMPIRAN 5
DOKUMENTASI
118

Sumber: Dokumentasi penelitian, Kantor BPJS KesehatanCabang Watampone, pada


27 Agustus 2019.

Sumber: Dokumentasi penelitian, wawancara oleh penulis kepada Hartono Purba di


Kantor BPJS Kesehatan Cabang Watampone, pada 27 Agustus 2019.
119

Sumber: Dokumentasi penelitian, wawancara oleh penulis kepada Arisanti Staf PIPP

di Kantor BPJS Kesehatan Cabang Watampone, pada 27 Agustus 2019.

Sumber: Dokumentasi penelitian, wawancara oleh penulis kepada Fakta Fals di JL.

Hos Cokroaminoto, pada 28 Agustus 2019.


120

Sumber: Dokumentasi penelitian, wawancara oleh penulis kepada Ari Pramudi

Darma di JL. Dr. Wahidin Sudiro Husodo, pada 29 Agustus 2019

Sumber: Dokumentasi penelitian, wawancara oleh penulis kepada Heriani di JL. Dr.

Wahidin Sudiro Husodo, pada 29 Agustus.


121

Sumber: Dokumentasi penelitian, wawancara oleh penulis kepada Anugrah di JL.

Lapawawoi Karaeng Sigeri, pada 30 Agustus 2019.

Sumber: Dokumentasi penelitian, wawancara oleh penulis kepada Syerli Yunita di

JL. Sukawati, pada 30 Agustus 2019.


122

Sumber: Dokumentasi penelitian, wawancara oleh penulis kepada Risnawati di JL.

Hos Cokroaminoto, pada 31 Agustus 2019.

Sumber: Dokumentasi penelitian, wawancara oleh penulis kepada H. Dg.

Manambung di JL. Sukawati, pada 31 Agustus 2019.


123

Sumber: Dokumentasi penelitian, wawancara oleh penulis kepada Samsu Alam. S.E.

Sy. di JL. Hos Cokroaminoto, pada 31 Agustus 2019.

RIWAYAT HIDUP
124

A. Identitas Diri
Nama : SYAFRIADIL
NIM : 01.15.3047
Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis Islam
Prodi/Klp : Ekonomi Syariah/II
Tempat/Tanggal Lahir : Mabbiring, 05 Februari 1998
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa IAIN Bone
Alamat : Desa Tunreng Tellue
No. Hp : 085343628757
E-mail : wahyu0521997@gmail.com
Nama Orang Tua
Ayah : Syamsuddin
Ibu : Darmawati
B. Pendidikan
- Tahun 2004 – 2009: SD Negeri 219 Mabbiring
- Tahun 2009 – 2012: SMP Negeri 4 Sibulue
- Tahun 2012 – 2015: SMA Negeri 1 Sibulue (sekarang SMA Negeri 12 Bone)
- Tahun 2015 – Sekarang: Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone Program
Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

Anda mungkin juga menyukai