ZULKARNAIN BASIR
NIM : P0500311427
Adalah karya Ilmiah saya sendiri dan sepanjang sepengetahuan saya di dalam naskah
disertasi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan/ditulis/diterbitkan
sebelumnya, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah
disertasi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima
saksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)
Makassar, 3 Agustus 2017
Zulkarnain Basir
PRAKATA
Puji dan Syukur dipanjatkan kehadirat Allah S.W.T atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, Sehingga disertasi yang berjudul Pertumbuhan Ekonomi : Analisis
Desain Kelembagaan dan Biaya Transaksi (Studi Pada Pelaku Industri Kreatif Di Kota
Makassar) yang merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar doktor (Dr) Pada
program pendidikan Doktor Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Makassar dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam proses penyelesaian program doktor ini, banyak pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam memberikan bantuan,
dorongan, arahan dan bimbingan. Untuk itu, dengan tulus dan penuh rasa hormat
penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., Dekan
Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Muhammad Ali, SE.,
MS, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, Prof. Dr.
Gagaring Pagalung, SE, M.si, Al.,CA, beserta para Wakil Dekan Sekolah
Pascasarjana dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
2. Ketua Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Haris Maupa, SE., M.Si., yang senantiasa
mengingatkan dan memberi motivasi tiada henti hingga proses penulisan
disertasi ini selesai
3. Prof. Dr. Basri Hasanuddin, MA selaku Promotor. Keluasan ilmu, wawasan, serta
kesabaran dan kearifan beliau sebagai promotor yang telah mengarahkan,
membimbing dan mendorong penulis untuk terus mengali ilmu serta
mengajarkan tentang banyak makna dalam kehidupan
4. Drs. Muhammad Yusri Zamhuri, MA.,Ph.D selakuKoPromotor 1. Kesabaran
kearifan beliau dan keluasan ilmu, dibalik kesibukan beliau tetap dengan sabar
mendorong, memotivasi dan membimbing penulis untuk selalu menggali ilmu
dan terus mendorong komitmen penulis dalam menyelesaikan disertasi ini serta
mengajarkan arti sebuah kesabaran dan komitmen dalam menghadapi setiap
masalah
5. Dr. Muh. Syarkawi Rauf, SE.,M.Si selaku KoPromotor II, meskipun dalam
intensitas kesibukan yang tinggi beliau tetap meluangkan waktunya dalam
memberikan bimbingan dan masukan dalam penyelesaian disertasi.
6. Prof. Dr. Salamun Pasda, SE.,M.Si, selaku penguji eksternal dan Prof. Dr. I.
Made Benyamin, M.Ec, Prof Dr. Muhammad Yunus Zain, MA., Prof. Dr. A. Karim
Saleh., Dr. Sultan Suhab, SE.,MS., Dr. Sanusi Fattah, SE.,M.SI, selaku penguji
internal atas waktu yang telah diluangkan dalam memberikan masukan yang
konstruktif untuk penyempurnaan disertasi ini.
7. Seluruh dosen pengajar Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Hasanuddin
yang sudah memberikan ilmu dan pengetahuan selama proses perkuliahan
8. Pak Epo, Pak Udhin, Pak Udhin 02 dan Pak jamal beserta Seluruh staf akademik
Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Hasanuddin atas pelayanan yang
sangat baik dan ramah dalam setiap proses administrasi yang dibutuhkan
selama proses perkuliahan
9. Dr. Abdi Akbar, ST, MM selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bongaya Ujung
Pandang atas bantuan dan fasilitas yang diberikan sehingga meringankan beban
penulis dalam menyelesaikan penulisan disertasi ini
10. Alimuddin Hadji, B.Sc, MM, selaku Ketua Senat STIEM Bongaya, Drs.
H.Medjang Buang, Dr. H.M. Akob Kadir, SE, M.Si, Dr. Hamzah Idris selaku
anggota senat STIEM Bongaya atas dukungannya selama proses perkuliahan
dan proses penulisan disertasi ini
11. Dr. Muh. Jusuf Radja, SE, M.Si Selaku Ketua STIEM Bongaya, Dr. Badaruddin,
SE, M.Si, Dr. Eli Hasmin, SE, MM, Dr. Mappamiring P, SE, M.Si dan Dr.
Nuryahman, SE, M.Si (Almarhum) selaku pimpinan STIEM Bongaya atas izin
dan bantuannya selama proses perkuliahan dan penyelesaian penulisan
disertasi ini
12. Dr. Hasbiadi, SE, MM, Dr. Edi Jumadi, SE, MM, Rahman Pura, SE, M.Si Ak, CA,
Sahidah, SE, M.Si, Ak selaku pimpinan program studi Manajemen dan Akuntansi
STIEM Bongaya atas dukungan dan motivasinya dari awal perkuliahan hingga
penyelesaian penulisan disertasi ini
13. Dr. H. Masnama Tadjo, MS, A. Syakhrum, SE, MM, Elyas Albar, SE, MM, Aswar,
S.Psi, M.Ikom, dan Rizal Bakri, sebagai keluarga besar P3M STIEM Bongaya
atas dukungan, motivasi dan bantuannya selama ini
14. Para sahabat dosen pengajar STIEM Bongaya, UIT, dan UIN Makassar dan
Para sahabat seperjuangan angkatan 2011 di FEB Unhas yang tiada hentinya
memberi dukungan, motivasi dan ketulusannya dalam berbagi pengetahuan
selama proses perkuliahan hingga penyelesaian penulisan disertasi ini
15. Dr. Imam Mujahid Fahmid, Kakanda Muliadi Saleh selaku staf khsusus Bupati
Mamuju Utara, kakanda Dr. Busman Dahlan Sirat beserta keluarga besar
Institute Social and Political Economic Iissue (ISPEI), INIPASTI Communika,
Maogi Production, Sahaba’ Marcom, adindaku yang tergabung dalam komunitas
kreatif digital, Film, seni dan budayamakassar, Drs. H. Badaruddin P.Sabang
selaku ketua umum DPP Ikatan Kekerabatan Masyarakat (IKM) Sidrap, ISA
Sidrap, dan IPMI Sidrap, Forum Macasar Unhas, atas persaudaraan yang
dengan tulus diberikan
16. Ayah saya Drs. H.M. Basir Rauf dan Ibunda tercinta Hj. Nursiah yang senantiasa
penuh kasih sayang, mendoakan, mendidik, membesarkan dan restu dengan
penuh cinta kepada penulis hingga penulis meraih segala prestasi hingga saat ini
semoga Allah SWT senantiasa memberi kesehatan keselamatan Dunia dan
Akhirat. Terkhusus ibunda tercinta Hasmiah (alm) semoga Allah SWT memberi
tempat yang Mulia Disisi-Nya. Serta Ibu Mertua Dra. Hj. Resmi Mulking atas
cintanya, bantuan dan dukungannya selama ini
17. Saudara-saudaraku, Hj. Hasbiani Basir, Hj. Misbah Basir, Fatimah Basir, Ummu
Amilah Basir, S.Ag, Zulkifli Basir, S. Psi, Zulfadli Basir, Zulfikar Basir, SH, Asri
Ainun Basir atas Cinta kalian
18. Teristimewa Istriku Sri Yulianti Usmi SE., yang tercinta dan Ketiga Anak-anakku
A.Rakha Farrel, W.Zulkarnain.,A. F. Galileo Al Mulky WK., A. Mattaliu Algifari WK
kebanggaanku, selama ini telah menjadi motivasi dalam segala hal dan
kupersembahkan segalanya untuk kalian
19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang
telah dengan ikhlas memberikan bantuan moril dan materil serta mendo’akan
untuk keberhasilan penulis. Semoga Allah S.W.T membalas budi baik
semuanya.
Zulkarnain Basir
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL ii
PRAKATA v
ABSTRAK vii
ABSTRACT viii
Tabel 5.3. Nilai Tambah Bruto Industri Kreatif Tahun 2010-2013 131
Halaman
PENDAHULUAN
ide, kreatifitas, dan stock of knowledge yang disebut sebagai ekonomi kreatif
(Jhingan, 2014;41)
ekonomi baru dimana informasi, inovasi, kreativitas, ide, dan stock of knowledge
sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonomi. Konsep ini tidak lagi
kaum klasik yang melihat manusia hanya sebatas tenaga kerja yang diukur secara
akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih
banyak dan lebih efisien dibanding negara lainnya. Menurut kuznets, konsep
ekonomi kreatif melihat perdagangan lebih luas lagi tidak hanya sebatas dari segi
kuantitas barang dan jasa yang diproduksi tetapi kualitas produk dan jasa yang
2000:57).
transformasi teknologi dengan laju yang cepat dan secara eksponensial (Schwab,
sebagai basis utama (knowledge based). Namun penting untuk digaris bawahi
bahwa sumberdaya manusia dalam hal ini bukanlah pada kuantitasnya melainkan
Konsep ekonomi kreatif telah digagas oleh Schumpeter sejak tahun 1911
bahwa perusahaan baru yang muncul dengan spirit kewirausahaan dan kreativitas
gelombang kedua adalah abad industry dan gelombang ketiga adalah abad
berorientasi pada ide dan gagasan kreatif yang tak terbatas sementara sarana
pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak
terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta dan kreativitas (Tian & Gao,
2011),.
Pada era kreatifsaat ini, nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa tidak
lagi ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi seperti pada era industri,
teknologi yang semakin maju. Industri tidak dapat lagi bersaing di pasar global
dengan hanya mengandalkan harga atau kualitas produk saja, tetapi harus
dan lebih efisien. Penemuan baru di bidang teknologi informasi dan komunikasi
seperti internet, email, Global System for Mobile communications (GSM) telah
konsumsi manusia semakin meningkat bukan hanya sebatas pada konsumsi murni
tapi juga pada konsumsi kebutuhan sosial searah dengan semakin bertambahnya
kreatif yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut industri kreatif. Klaus
Schwab (2016) CEO World Economic Forum juga menggambarkan lahirnya era
baru tersebut dalam sebuah artikel yang berjudul “The Fourth Industrial Revolution:
what it means, how to respond” mengungkapkan bahwa saat ini kita berada di
ambang revolusi teknologi yang pada dasarnya akan mengubah cara kita hidup,
hanya merupakan perpanjangan dari revolusi industri ketiga, dan hal tersebut
berbeda dengan kedatangan revolusi industri yang keempat berdampak pada
secara eksponensial dan bukan kecepatan linier. Luas dan kedalaman perubahan
pemerintahan.
dunia. Sampai saat ini, mereka yang telah mendapatkan keuntungan maksimal
dari revolusi industri tersebut adalah konsumen mampu membeli dan mengakses
dunia digital. Teknologi telah memungkinkan produk dan layanan baru yang
meningkatkan efisiensi dan kesenangan hidup pribadi kita. Produk baru berupa
aplikasi online saat ini dapat dinikmati misalnya untuk memesan taksi, memesan
menonton film, atau bermain game, semua ini dapat dilakukan dari jarak jauh.
akan turun, logistik dan rantai pasokan global akan menjadi lebih efektif, dan biaya
perdagangan akan berkurang, yang kesemuanya akan membuka pasar baru dan
pengembalian modal dan pengembalian tenaga kerja. Di sisi lain, mungkin juga
secara serius dan cepat, karena semua peralatan mesin akan terhubung dengan
internet atau menggunakan sistem digital. Sistem digital juga merupakan peluang
bagi pelaku industri untuk melakukan efisiensi dan masyarakat yang mampu
pendapatannya berkali-kali lipat, dengan kata lain“low skill-low pay, high skill high
perkembangan media sosial dan sistem komunikasi yang semakin canggih. Peuter
(2011), melihat peluang terjadinya pertumbuhan pasar yang baik dan terciptanya
kesempatan kerja yang lebih luas melalui ekonomi kreatif. Pada perekonomian
menjadi sumber penghasilan tambahan, dan kesempatan kerja yang lebih mampu
menyerap tenaga kerja, serta mendidik orang berwiraswasta dan dapat memacu
industri kreatif sebagai kanopi yang luas yang mencakup film dan Televisi, desain,
dari "kelas kreatif," oleh Florida (2003) tetap menjadi eksponen paling terkenal dari
"ekonomi kreatif," Tesis tentang kelas kreatif telah menarik perhatian para
itu telah membentuk kembali perkembangan kebijakan dan institusi lokal, baik
Beberapa tahun terakhir, peran inovasi dalam industri kreatif diteliti secara
lebih mendalam. Dalam hal ini, beberapa ahli menyakini bahwa adanya inovasi
dalam suatu perusahaan dapat dikategorikan industri kreatif (Miles and Green,
2008; Wilkinson, 2007; Stoneman,2007; Handke, 2004, 2006; Galenson, 2006;
kreatif dalam kontribusinya untuk inovasi dalam perekonomian lebih luas dimana
input dari industri kreatifdapat digunakan sebagai proses inovasi dalam industri
penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi. Dalam satu dekade terakhir ini
Make Money From Ideas”, menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis
produk-produk Hak Kekayaan Intelektual (HKI) senilai 414 miliar dolar yang
dengan membangun industri kreatifnya tumbuh rata-rata 9% per tahun dan jauh
Sports (DCMS)
sedikit penelitian dengan konteks ekonomi kreatifyang dapat ditemukan (Yusuf dan
PBB pun ikut serta mendorong sektor ekonomi kreatif ini mengemukakan ekonomi
(Osten, 2007).
terutama karena industri kreatif muncul di Bandung, salah satu kota di JawaBarat.
Kemajuan Bandung menjadi barometer, bagi kota lain dan kabupaten khususnya
bersakala internasional digelar setiap tahun dengan melibatkan para pelaku dan
Selain pemerintah kota makassar, para pelaku industri kreatif pun dikota
ini semakin menggeliat, para pengusaha cafe dan resto melakukan transformasi
produk-produk baru yang terus menerus diperbaharui, cafe dan resto yang
barupun hadir dengan desain dan inovasi sistem produksi dengan menggunakan
teknologi yang lebih maju, sangat berbeda dengan subsektor kuliner lainnya
seperti rumah makan dan warung-warung kopi yang masih menggunakan sistem
produksi konvensional.
media iklan produk menjadi videotron, pemanfaatan media sosial sebagai media
hanya berskala lokal namun telah ada berskala internasional seperti aplikasi radio
Selain itu, kinerja industri kreatif di Indonesia pada umumnya dan kota
dalam. Kelembagaan dalam hal ini berbeda dengan faktor pendidikan, sumber
daya alam, penduduk, dan teknologi yang dipandang bisa menjelaskan fenomena
(human capital), SDA, kepadatan penduduk, dan teknologi lebih merupakan faktor
sederhana yang bisa dipisahkan dengan realitas sosial; maka kelembagaan (rules
of the game) justru hidup dan berjalan di atas realitas sosial masyarakat
Adanya hak kepemilikan di dalam masyarakat baik aset fisik maupun aset non fisik
(hak paten atau hak kekayaan Intelektual) akan memberi insentif bagi individu
yang sama (equal opportunity) bagi semua individu untuk mengerjakan aktivitas
pada adanya hak kepemilikan atas produk industri kreatif dan terciptanya equal
transaksi dalam kegiatan ekonomi. Faktanya biaya transaksi selalu hadir dalam
dimana biaya transaksi juga perlu menjadi alat analisis untuk lebih mendalami
permasalah ekonomi kreatif tersebut seperti yang digambarkan oleh North (1990)
bahwa semakin efisien biaya transaksi, maka desain kelembagaanpun juga akan
menyebabkan munculnya biaya transaksi tinggi. Jika biaya transaksi terlalu tinggi,
maka perdagangan tidak akan terjadi dan ekonomi menjadi stagnan (Coase,1937;
Williamson, 1985; North,1991; dan Mburu, 2002). Pemikiran kaum posivistis juga
dudukung oleh pendapat Cordes et.al (2011), yang mengatakan bahwa biaya
transaksi menjadi signifikan disaat perilaku rasional yang terbatas hadir
Coase (Coase Theorem) yang mengklarifikasi tentang biaya transaksi dalam teori
neoklasik bisa terjadi bukan cuma akibat adanya struktur pasar yang tidak
kritikanpun yang muncul terhadap teori biaya transaksi. Donaldson (1995), melihat
manajemen diabaikan hanya terfokus pada sikap moral hazard yang bisa
dilakukan para manajer, sementara Robbins (1987), melihat teori ini selalu
pernyataan umum, karena hal ini akan mengurangi kepercayaan manajer terhadap
institusi, terhadap apresiasi perilaku ekonomi yang diyakini dalam struktur yang
spesifik.
mereka dibangun atas dasar hubungan saling bergantung dan percaya bahwa
dan jauh dari usaha mementingkan diri sendiri. Dasar hubungan seperti ini
adalah win-win framework dalam jangka panjang dengan secara natural asimetri
penciptaan hirarki dengan transaksi sebagai fokus tunggal unit analisis, karena
terjadi simplifikasi pada struktur maka teori biaya transaksional tidak terlalu formal
Doz dan Prahalad (1991), melihat asumsi teori biaya transaksi yang
namun tidak dapt dinafikkan bahwa asimetri informasi dan opportunisme yang
adanya studi kelembagaan industri kreatif yang ada di kota makassar, karena
buruknya desain kelembagaan dan tingginya biaya transaksi pada aktivtas pelaku
industri kreatif akan menghambat kinerja industri kreatif di kota makassar dan
sampai saatini belum ada gambaran yang jelas mengenai kondisi industri kreatif di
Kota Makassar yang dapat dijadikan bahan dasar untuk melakukan analisis dan
masalahsebagai berikut :
industri kreatif
industri kreatif
wilayahnya masing-masing
Penelitian ini didasarkan atas judul penelitian yang telah ditetapkan yaitu “
Studi pada pelaku industri kreatif di Kota Makassar”. Ruang lingkup pada
penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi kreatif yang digerakkan oleh para
transaksi sebagai alat analisis dan mengukur kinerja industri kreatif untuk
sebagai berikut :
a. Pertumbuhan ekonomi kreatif
e. Biaya transaksi sebagai alat analisis untuk mengukur tingkat efisiensi dalam
proses transaksi para pelaku industri kreatif kuliner, periklanan, aplikasi dan
TINJAUAN PUSTAKA
alam serta tantangan hidup yang dihadapi oleh manusia, membuat manusia
menjadi kreatif untuk dapat selalu berusaha untuk beradaptasi. Maka dapat
manusia-manusia kreatif
bentuk kreativitas yang dimiliki masyarakat pada era ini adalah penggunaan
“baterai alamiah” seperti otot-otot binatang, hutan, air terjun, angin dan matahari,
kincir air dan kincir angin yang dapat menyimpan energy dan dapat diperbaharui
dimana revolusi industri pertama muncul ditandai dengan penggunaan uap untuk
menggerakkan mesin yang berbahan bakar kayu atau batu bara. Selanjutnya,
penggunaan teknik baru berupa mesin bermotor yang berbahan bakar listrik atau
bensin. Memasuki abad 20, revolusi industri ketigapun lahir ditandai dengan
Gelombang ketiga adalah gelombang informasi (1970 – 2000 M). fase ini
dikenal dengan era pengetahuan (Knowledge age), Pada era ini pengetahuan
halnya yang dikatakan Drucker (1983) bahwa knowledge akan menjadi motor
kapasitas memori dan akses pengetahuan yang tidak terbatas. Aktivitas ekonomi
empat yaitu peradaban manusia kreatif atau sering disebut sebagai gelombang
ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif (Nenny, 2008).
ekonomi baru yang ditandai dengan lahirnya industri – industri kreatif yang
dikedalikan oleh hukum kekayaan intelektual, hak cipta, merek, royalty dan desain.
hadir secara terus menerus. Dalam konsep S-C-P, kemajuan teknologi (inovasi)
meningkat.
ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para innovator atau
(Dumairy, 1996)
rendah sehingga harga barang semakin rendah, upah buruh menjadi rendah,
diharapkan dapat menuju sasaran-sasaran yang akan dicapai yaitu dalam rangka
bertahap agar industri dalam struktur perekonomian dapat bertahan dengan baik
(Dumairy, 1996)
Dalam pandangan umum, bahwa pembangunan industri bertujuan untuk :
dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan atau hasil budidaya
hidup.
perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang
sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi
industri.
daya tarik suatu daerah, dengan harapan akan di peroleh manfaat sebagai berikut
industri
pembangunan ekonomi.
Lebih lanjut dikatakan bahwa faktor yang lebih penting lagi yang
keuntungan potensial yang akan diperoleh berbagai industri apabila fasilitas yang
masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur.
masyarakat.
disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi. Hal ini terkait dengan
tersedianya sumber daya manusia yang handal dan juga tersedianya jaringan
kota atau kegiatan sosial seperti festival sebagai venue untuk mengenalkan
(ide dan pengetahuan) dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang
seiring dengan pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya berbasis sumber daya
alam (SDA) sekarang menjadi sumber daya manusia (SDM) sebagai basis utama
kondisi perekonomian dunia pada tahun 1997 yang dilanda krisis sementara
industri kreatif saat itu menjadi penyelamat ekonomi diberbagai negara. Howkins
penghasilan yang sangat layak. Gagasan seperti apakah yang dimaksud? Yaitu,
gagasan yang orisinil yang dapat diproteksi oleh HKI. Contohnya adalah produser
film, pencipta lagu, desainer, pembuat aplikasi dan game atau periset mikrobiologi
yang sedang meneliti varietas unggul padi yang belum pernah diciptakan
kehadiran gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari pertama kali pada tahun
1996 ekspor karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan sebesar
US$ 60,18 miliar yang jauh melampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif,
pertanian, dan pesawat. Howkins juga telah menjelaskan bahwa ekonomi baru
telah muncul seputar industri kreatif yang dikendalikan oleh hukum kekayaan
intelektual seperti paten, hak cipta, merek, royalti dan desain. Ekonomi kreatif
Model yang paling umum dari pangsa ekonomi kreatif terdapat banyak
jenis kreativitas, apakah dinyatakan dalam seni, desain dan media dan biasanya
mengacu pada semua kegiatan ekonomi yang tergantung pada kreativitas individu
seseorang untuk nilai ekonominya apakah hasilnya memiliki unsur budaya atau
tidak
dimanapun kreativitas individu merupakan sumber utama dari nilai dan penyebab
utama transaksi. Ada beberapa cara untuk mengukur ekonomi kreatif. Hal ini
Namun, untuk mengukur wujud sebuah nilai, desain, merek dan gaya
proporsi tinggi pekerja paruh waktu dan dengan banyak transaksi yang non
mereka untuk merangkap bentuk – bentuk baru dari pekerjaan kreatif, produksi
dan transaksi. Akibatnya, data nasional tentang lapangan kerja, GDP dan
perdagangan sering tidak dapat diandalkan. Amerika dan inggris pun terus
pembangunan ekonomi yang maju yang bergantung pada sumberdaya alam yang
Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus
- Berbasis pada ide atau gagasan. Ide adalah barang ekonomi yang sangat
- Ide adalah instruksi yang membuat kita mengkombinasikan sumber daya fisik
nilai ekonomi.
melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki
budaya. Indonesia merupakan negara dengan banyak suku dan budaya, maka
modern 2 istilah ini sudah tidak asing lagi. Keberadaan ekonomi kreatif mampu
orang tak lagi bergantung pada terbukanya lapangan kerja. Dengan mereka
paham akan konsep ekonomi kreatif maka industri kreatif bisa berkembang seperti
di luar negeri.
Dalam dunia kontemporer, sebuah paradigma pembangunan baru yang
budaya, teknologi dan sosial pembangunan, dari tingkat makro sampai mikro. Inti
dari paradigma baru faktanya adalah bahwa kreativitas, pengetahuan dan akses
teknologi, dan informasi memasuki era baru dalam perekonomian global. Konsep
ekonomi kreatif terus berkembang dan menjadi paradigma baru global. United
kreativitas yaitu :
these ideas to produce original works of art and cultural products, functional
(UNCTAD, 2008)
Dari definisi tersebut, muncullah suatu konsep yang dikenal dengan nama
berikut; (1) the creative economy is an evolving concept based on creative assets
potentially generating economic growth and development, (2) it can foster income
generation, job creation and export earnings while promoting social inclusion,
cultural diversity and human development, (3) It embraces economic, cultural and
the overall economy, (5) It is feasible development option calling for innovative
multidisciplinary policy respons and interministerial action, and (6) At the heart of
the creative
pikirnya masih berbasiskan kolonial. Artinya sudah terbiasa untuk bekerja pada
orang lain, ketergantungan inilah yang membuat orang tidak mampu menciptakan
keterampilan dan bakat, dan yang memiliki potensi kekayaan dan penciptaan
lapangan kerja melalui generasi dan eksploitasi kekayaan intelektual (UK DCMS
creation, production, and distribution of goods and services that use creativity and
trade and intellectual property rights, (3) comprise tangible products and intangible
intellectual or artistic services with creative content, economic value and market
objectives: are the cross-road among the artisan, services and industrial sectors,
Penjelasan diatas sangat kontras dengan kondisi saat ini dimana kita
sering melihat fenomena dimana banyak sekali kaum terpelajar dalam artian
mereka yang mampu menyelesaikan pendidikannya dengan baik, tetapi justru
sangat kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Inilah mindset yang harus dirubah
ketika orang seharusnya sudah tidak lagi berpegang pada konsep itu,
menciptakan lapangan kerja secara mandiri walau masih disebut self employ
Traditional
Cultural
Cultural
expressions Performing
sites
arts
Visual
arts Creative Audiovisuals
Industries
Publishing
and printed New
media media
Design Creative
services
manusia. Proteksi dari kekayaan intelektual berfungsi untuk menjaga energy vital
dari industri kreatif. Pengembangan industri kreatif bukan hanya tergantung pada
Menurut Wang & Peng (2009), industri kreatif berbeda dengan industri
barang yang diproduksi oleh mesin ataupun industri buruh dimana orang menjual
modal manusia kreatif dan pengembangan kelas kreatif. Ketika krisis ekonomi
kreatif. Alasan mengapa industri game bertumbuh hanya dalam beberapa tahun
Richard florida penulis buku “The Rise Of Creative Class” dan “Cities and
The Creative Class” memperkenalkan tentang industri kreatif dan kelas kreatif di
masyarakat (Creative Class). Florida sempat mendapat kritik, bila ada kelompok
tertentu dilingkungan social yang memiliki kelas tersendiri, apakah ini terkesan elit
dan eksklusif ? tidak juga, justru menurut Florida, ia menghindari kesan tersebut
karena gejala dari istilah – istilah sebelumnya seperti Knowledge society yang
dinilai elitis.
pekerja di pabrik kacamata atau seorang remaja di gang senggol yang sedang
membuat musik hip hop. Namun perbedaannya adalah pada statusnya (kelasnya),
karena ada individu – individu yang secara khusus bergelut dibidang kreatif
(creative worker) dan mendapat faedah ekonomi secara langsung dari aktivitas
tersebut. Tempat – tempat dan kota – kota yang mampu menciptakan produk –
produk baru yang inovatif tercepat akan menjadi pemenang kompetisi di era
kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh
periklanan.
industri kreatif, yang terdiri dari; (1) Periklanan (advertising), (2) Arsitektur,
(3) Seni Rupa, (4) Kriya (craft), (5) Desain Interior, (6) Desain Komunikasi
Visual, (7) Desain produk, (8) Fesyen (fashion), (9) Film, animasi dan
seni, film, permainan, desain atau fashion, dan termasuk layanan kreatif
sebagai berikut :
sulit diprediksi
yang tinggi
berulang kali
produktivitas, baik dalam skala mikro pada level perusahaan maupun skala makro
dalam konteks Negara. Inovasi inilah yang akan mendorong terjadinya
Tetapi keadaan ini tidak akan berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut
tingkat “keadaan tidak berkembang” atau “stationary state”. Akan tetapi berbeda
teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Selain itu, Solow-Swan
sebatas kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan moneter. Hal ini membuat teori
mereka dan pandangan para ahli lainnya yang sejalan dengan pemikiran mereka
perkapita meningkat.
kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar
dijamin kelancaran arus barang, modal, tenaga kerja dan perlunya penyebaran
dan pembangunan ekonomi kota atau daerah dapat dilihat dari tingkat
produktivitas klaster orang – orang bertalenta dan orang – orang kreatif atau
adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan
gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif untuk memecahkan masalah
tersebut seyogyanya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan
gagasan-gagasan baru sehingga kewirausahaan juga merupakan kemampuan untuk
yang tinggi dari wirausahawan yang bersangkutan. Kreativitas yang tinggi tetap
terhadap suatu produk (nilai) dan menjaga mutu produk dengan memperhatikan
“market oriented” atau apa yang sedang laku dipasaran. Dengan bertambahnya
guna atau manfaat pada sebuah produk, maka meningkat pula daya jual produk
tersebut di pasar, karena adanya peningkatan nilai ekonomis bagi produk tersebut
bagi konsumen.
berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996:51), nilai tambah tersebut
3. Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing
products or services)
4. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang
lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of
sehingga entrepreneurs not only seek out and identify potentially profitable
economics opportunities but also willing to take risks to see if their hunches are
right”.
risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu
terutama untuk:
2. Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service);
4. Merintis usaha baru ( the new business) yang mengacu pada pasar;
(penemuan dan pendekatan yang benar-benar baru), atau secara lebih umum,
produk baru atau produk lama melalui suatu cara yang baru.
dan merupakan suatu fungsi ekonomi yang berbeda namun nyata. Pertama,
karena hal tersebut berada di luar kebiasaan dan tugas rutin, dan kedua, terdapat
wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan
daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil
tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan
selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi
oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yang
menghasilkan terobosan baru dalam dunia usaha dilandasi oleh gagasan kreatif
Namun perlu disadari pula, bahwa konsep perubahan bersifat relatif, apa
tentu mencakup sebuah praktik baru bagi industri. Atau hal itu merepresentasikan
perubahan untuk industri domestik, tetapi bukan untuk industri global. Oleh karena
itu, konsep kewirausahaan melekat dalam cakupan lokal (local context). Pada
‘baru’ menurut seseorang, tetapi bisa saja ‘tidak baru’ bagi perusahaan atau
industri, yang mana kesemua hal ini bisa membatasi nilai inovatifnya.
Oleh karena itu maka Florida menawarkan konsep 3T, yaitu: talenta,
toleransi dan teknologi. Pertama, talenta, yaitu untuk menghasilkan sesuatu yang
berdaya saing, dibutuhkan SDM yang baik dengan sejumlah potensi bakat atau
talenta. Orang dengan talenta tinggi pada gilirannya akan memiliki penghasilan
berbagai cara. Florida mengklasifikasi kelas ini, ada yang bernuansa latar
belakang akademik (universitas), ada yang berorientasi teknologi, ada yang
etnis tertentu) dan bahkan sampai pada yang bernuansi orientasi sex.
Peuters dengan gayanya yang khas dan nada humor mengatakan: bila
anda ingin inovatif, gampang saja, bergaulah dengan orang-orang aneh dan anda
akan bertambah kreatif. Akan tetapi jika anda bergaul dengan orang-orang yang
sebelum era ekonomi kreatif ini teridentifikasi, orang beranggapan bila ingin
berlaku, namun Florida mengatakan, bahwa saat ini lapangan pekerjaan akan
tercipta justru di tempat-tempat dimana terdapat konsentrasi yang tinggi dari para
pekerja kreatif, bukan kebalikannya. Orang dengan talenta tinggi memiliki daya
tidak perlu masuk ke kantor, cukup bekerja jarak jauh baik di cafe maupun di
rumah mereka. Seperti yang dianalogikan oleh Peuter berikut ini: bayangkan anda
membangun sebuah stadion olah raga yang sangat canggih disuatu kota, tapi
tidak ada kelompok sepak bola yang handal dikota itu. Apakah penonton akan
datang ke kota tersebut untuk melihat pertandingan yang tidak bermutu? Tentu
keterbukaan.
Bila suatu daerah memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap gagasan-
gagasan yang gila dan kontroversial, serta mendukung orang-orang yang berani
berbeda, maka iklim penciptaan kreativitas dan inovasi akan semakin kondusif,
dalam toleransi adalah kemudahan untuk memulai usaha baru dan ketersediaan
teknologi, dimana manusia adalah operatornya yang lebih banyak memiliki waktu
untuk memikirkan gagasan-gagasan baru. Jika pernyataan ini saya balik, maka
menjadi demikian: semakin manusia direpotkan oleh aktivitas fisik dan tidak
dibantu oleh teknologi, maka sebagian besar waktu manusia akan habis terbuang
adalah faktor penting dalam pembangunan ekonomi kreatif. Dari uraian diatas
semakin jelas, bahwa terdapat hubungan yang sangat dekat dan saling
dapat berlangsung, jika ditopang dan dinafasi oleh para wirausahawan sejati yang
kreatif dan inovatif. Kenapa tidak? Kita tularkan virus kreatif – atau virus n’ach
versi David Mc’Clelland yakni kepada para pelaku dunia koperasi dan UKM, dan
sektor lainnya agar tergugah, tidak ketinggalan pula dunia pendidikan agar segera
mengambil langkah kepeloporan, dengan mengubah gaya pembelajaran yang
lebih menstimulasi kreativitas. Last but not least, sebagaimana dikatakan Florida,
bahwa insan kreatif bertalenta dapat muncul antara lain dari mereka yang berlatar-
belakang akademik.
Beranjak dari pendapat ini, suatu tantangan bagi para alumni suatu
perguruan tinggi, baik ia selaku tenaga pendidik, peneliti, rohaniawan dan manajer
serta juga para usahawan, kalangan birokrat dan militer untuk mampu
bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, negara, dunia dan bahkan kehidupan alam
semesta.
factor yaitu :
daya fisik yang penyusunannya terbatas menjadi lebih bernilai (romer, 1993).
dan Sebuah ide dapat menjadi modal ekonomi ketika telah memiliki Hak
2. Kreativitas
maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ada
sebelumnya.
4. Inovasi
biaya yang tidak menghasilkan perubahan apapun pada kualitas produk; kedua,
pembaharuan yang menciptakan produk baru dan menciptakan permintaan
5. Teknologi
mampu menciptakan nilai tambah (value added) yang sangat besar dalam
terjadi efisiensi biaya produksi dan menuju kepada daya saing produk.
metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik
6. Sosial Budaya
Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
baru, juga merubah cara pandang, harapan, struktur, dan nilai-nilai sosial.
Pada era tahun 1950-an sampai dengan tahun 1960-an, teori perusahaan
(teory of the firm) yang digagas oleh kelompok ekonom neoklasik menerima
serangan kritik yang tajam dari berbagai pihak. Kritik tersebut mengarah pada
utilitas atau kepuasan. Konsep ini berakar dari model formal filsafat utilitarianisme
Karena asumsi tentang sifat dasar manusia yang rasional maka tujuan
Namun dalam perkembangannya telah banyak kritik dan tawaran konseptual yang
perusahaan
agregasi dari aspirasi sejumlah individu yang menjadi anggota sebuah organisasi
Gordon (1984) dan Margolis (1958), bahwa perusahaan eksis bukan untuk
adanya asumsi mengenai sifat rasionalitas yang terbatas dalam diri individu dan
pelaku ekonomi lainnya. Dengan kata lain, karena rasionalitas manusia bersifat
terbatas maka eksistensi dari biaya transaksi selalu bersifat positif. Teori ekonomi
dan potensi oportunisme dalam diri individu (Baudry dan Chassagnon, 2010: 482)
Dalam khazanah pemikiran Ekonomi Kelembagaan Baru (New
terjadi di dunia nyata. Karena pada faktanya biaya transaksi selalu hadir dalam
neoklasik
Salah satu alat analisis yang popular dalam ilmu ekonomi kelembagaan
adalah ekonomi biaya transaksi (Transaction cost economics). Alat analisis ini
tinggi biaya transaksi yang terjadi dalam kegiatan ekonomi (transaksi), berarti kian
Coase pada tahun 1937 lewat artikenya yang popular berjudul “The Nature
arti konsep biaya transaksi yang ingin dijelaskan oleh Coase. Sebagai
tak bisa dilepaskan dari pemahaman atas aktivitas yang meliputi proses
Williamson (2010: 680) yang merujuk pada pendapat Commons (1932) dan
Coase (1937, 1960) unit analisis dari konsep biaya transaksi ekonomi
oleh partisipan lain agar memenuhi seluruh isi kesepakatan kontrak (Fox,
2007: 378-379)
dan hirarki (Todeva, 2010: 794). Secara lbih detail, Beetham (1987) seperti
yang dikutip oleh Todeva (2010: 796) membagi hirarki kedalam dua bentuk
yakni, hirarki yang terdapat di dalam pasar (perusahaan) dan hirarki yang
negatives). Dalam hal ini ada tiga jenis negativitas yang perlu dihindari oleh
menjalankan sistem ekonomi (the cost of running the economic system) dan
dikenal) yang entah muncul darimana, dan dalam waktu beberapa tahun
ekonomi
maupun tindakan kolektif dalam lingkup sistem social manusia (Mc Elroy,
kedalam dua bagian, yakni sektor transformasi atau produksi dan sektor
pada sektor transaksi inilah yang dijadikan sebagai ukuran agregat dari
biaya transaksi yang timbul pada perekonomian secara luas. Ukuran biaya
Ntional Product)
Ginevicius (2009: 192) hanya bisa didapatkan jika pelaku bisnis mampu
sebagai berikut :
tersebut
memiliki nilai artistik dan budaya yang dapat menjadi daya tarik/icon
produknya. Antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu
berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam
marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya
produksi video dan film serta distribusi rekaman video dan film.
usaha distribusi film, video dan program televisi; jasa pemutaran film;
usaha merchandise
10. Fotografi : kegiatan kreatif yang terkait jasa fotografi dan jasa
pendidikan fotografi
12. Musik : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi atau komposisi,
14. Penerbitan : kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan
serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga
giro, surat andil, obligasi, saham dan surat berharga lainnya, paspor,
16. Kuliner ; Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan café dan resto,
pengguna produk kreatif. menurut poulton (et, al. 1998) bahwa salah satu
kelembagaannya
Hal tersebut diindikasi dengan adanya (1) regulasi yang pro bisnis,
(2) program pembinaan, (3) akses permodalan dan pembiayaan, dan (4)
2. Akses Permodalan
pihak internal yaitu modal sendiri, dan pihak eksternal atau pihak ketiga
4. Hak kepemilikan
sekktor ekonomi. Hak kepemilikan aset fisik berupa tempat produksi, dan
kepemilikan aset non fisik adalah legalitas dan kepemilikan hak cipta / hak
paten
proses transaksi mulai dari tahap pra produksi, produksi, hingga pada
tahap pasca produksi, dan biaya tersebut tidak terhitung sebagai biaya
cost).
maupun pada saat produksi sedang berlangsung. Hal – hal yang menjadi
objek negosiasi antara lain; jumlah, standar kualitas, harga bahan baku,
sebagainya
Ekonomi kreatif dalam satu dekade terakhir telah menjadi fokus diberbagai negara
Beberapa fakta empiris yang didapatkan melalui berbagai penelitian yang terkait
meningkatkan inovasi daerah dan berhasil dalam sektor industri kreatif. Dengan
demikian peningkatan interaksi global, penggunaan model triple helix ini untuk
kolaborasi antara dua negara merupakan tren yang berkembang. bueren dan Yi
non-profit yang didirikan untuk menjembatani triple heliks Belanda dan Taiwan
berfungsi sebagai contoh kasus untuk menjelaskan model baru. Model baru ini
china. Studi kasus pada dua perusahaan animasi china. Kolaborasi menjadi
untuk sukses bersaing di pasar global tergantung pada bagaimana inovasi produk
dan layanannya. Mereka menilai pula bahwa industri kreatif ditempat lain telah
perekonomian suatu negara. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jika terdapat
hubungan yang lemah antara industri kreatif dan pengembangan dan promosi
sebesar 14 Miliar dollar pada Tahun 2010 melebihi las vegas yang menyebabkan
menindas dan merugikan sektor ekonomi lainnya yang akan berdampak buruk
terhadap pembangunan social dan ekonomi dalam jangka panjang di daerah ini
Disisi lain, ekonomi budaya dan kreatif ditawarkan sebagai solusi dari
berbagai sektor yang mungkin dapat mendiversifikasi struktur ekonomi kota dan
ekonomi kreatif
menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi
Blinkonblewut yaitu harga – 0,62, kekuatan 0,45, warna -0,66, panjang -0,91,
lebar -0,55 dan kemasan -,023. Sehingga faktor utama yang paling penting
perbaikan alat tenun dan pemilihan bahan baku benang yang baik akan
daya saing yaitu dengan kreativitas dan inovasi yang tinggi, didalam bisnis ini
bagaimana caranya menemukan gagasan kreatif dalam industri kreatif batik ini,
ekonomi baru dimana informasi, kreativitas, ide, dan stock of knowledge sebagai
factor produksi utama dalam kegiatan ekonomi. Namun penting untuk digaris
bawahi bahwa sumberdaya manusia dalam hal ini bukanlah pada kuantitasnya
yaitu pada tahun 1980 lahir sebuah pemikiran dari Tofler yang dituangkan dalam
bukunya The Third Wave (1980) dimana Toffler menyebutkan bahwa gelombang
dan sumberdaya fisik memiliki keterbatasan sementara ide, gagasan, dan stock of
konsumsi manusia semakin meningkat bukan hanya sebatas pada konsumsi murni
tapi juga pada konsumsi kebutuhan sosial searah dengan semakin bertambahnya
Industry kreatif yang terdiri dari 16 jenis tersebut antara lain : Desain
Komunikasi Visual (DKV), Desain Produk, Fashion, Film, Kriya, Kuliner, Musik,
Seni Pertunjukkan, Seni Rupa, Televisi dan Radio, Periklanan, Aplikasi dan Game,
saat terjadi krisis global pada tahun 2008 dimana pada saat itu volume ekspor
industri kreatif merupakan salah satu industri yang dapat bertahan di tengah
ancaman krisis global tahun 2008 tersebut (lihat hal 8 table 1.1)
Badai krisis 2008 boleh saja berlalu, namun kompetisi pasar antar Negara
dan antar sektor ekonomi tidak pernah berhenti dan semakin ketat seiring dengan
mengasumsikan bahwa dalam kondisi kompetisi seperti ini transaksi terjadi lewat
negosiasi kontrak yang diasumsikan semua bagian bergerak untuk kepentingan
pribadi sehingga pengendalian biaya dibutuhkan oleh pasar bebas (pure market)
yang dianggap oleh Williamson sebagai sumber munculnya ketamakan yang harus
eksistensinya. Inefisiensi itu sendiri muncul bukan hanya karena struktur pasar
oleh Duran dan McNutt (2010: 757), memasukkan biaya negosiasi (negotiating
representasi dari proses yang berlangsung dalam sebuah kontrak yang meliputi
aktivitas pra kontrak, penemuan partner potensial serta negosiasi dan aktivitas
Disamping itu, coase juga membuat tiga kategori biaya transaksi, yakni;
pertama, biaya penemuan harga yang relevan meliputi biaya pencarian (search
cost).Biaya pencarian adalah nilai dari sumberdaya yang digunakan oleh orang-
negosiasi (negotiation cost). Biaya ini merupakan nilai dari sumberdaya yang
biaya mengakhiri pertukaran (concluding cost), yakni nilai dari sumberdaya yang
digunakan oleh partisipan lain agar memenuhi seluruh isi kesepakatan kontrak
Meski demikian biaya yang tinggi belum dapat dihindari sepenuhnya akibat
tinggi (North, 1990). Lebih lanjut, North mengungkapkan bahwa biaya transaksi
yang tinggi tersebut salah satunya muncul pada saat pencarian informasi harga
satu tantangan dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi dan tentunya tidak
& Kusuma, P.D, 2015), pembukaan akses permodalan, akses pasar dan pemaran
dan kualitas merupakan salah satu indicator untuk melindungi para pelaku industry
kreatif akan terjadinya asymetri informasi yang berdampak pada biaya transaksi
tinggi. Hak Kepemilikan yang terdiri dari hak kepemilikian intelektual berupa Hak
Cipta/hak paten untuk melindungi hasil karya kreatifitas para pelaku industry kreatif
dari pencurian merk dan dan hak kepemilikan tempat produksi juga merupakan
indicator yang penting untuk menekan biaya sewa yang semakin lama semakin
meningkat. Dan terakhir mekanisme kontrak yang merupakan bagian akhir dari
transaksi berupa terjadinya kesepakatan antara dua bela pihak yang bertransaksi
3 3 3
indikator indikator indikator
5 4
indikator indikator
H2
Biaya Transaksi (X2)
H3 H5
Kinerja industri Pertumbuhan
kreatif (Y1) ekonomi
H6 kreatif (Y2)
Desain H4
Kelembagaan (X1)
H1
3 9 3 4
indikator indikator indikator indikator
Pengaruh langsung
10. Menguji pengaruh langsung biaya transaksi industri kreatif terhadap kinerja
12. Menguji pengaruh tidak langsung desain Kelembagaan dan biaya transaksi
3.2. Hipotesis
4. Biaya transaksi pada industri kreatif berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
di Kota Makassar
indikatornya adalah :
oleh pemerintah
industri kreatif baik saat memulai usaha maupun pada saat akan
indikatornya adalah
produksi
pra produksi dan pasca produksi diluar biaya produksi dan biaya
pada nilai rerata ≥ 3.0. Biaya transaksi diukur dengan (X2.1) biaya
yang timbul saat proses tawar menawar, (X2.3) biaya transaksi yang
Indikatornya adalah
Terdiri dari (1) Keberadaan biaya transaksi pada tahap pra produksi
pra produksi
Terdiri dari (1) Keberadaan biaya transaksi pada tahap pra produksi
pra produksi
Indikatornya adalah :
dari (1) Keberadaan biaya transaksi pada tahap pra produksi (2)
produksi
dari (1) keberadaan biaya transaksi pada tahap pra produksi (2)
produksi
penelitian ini adalah nilai kinerja industri kreatif selama satu periode
waktu. KIK dinilai baik jika nilai reratanya ≥ 3.0. KIK diukur dengan
melalui kuesioner dan diberi skor 1= sangat tidak setuju; 2=tidak setuju;
working space (Y2.2), jumlah tenaga kerja kreatif/talent (Y2.3) dan total
METODE PENELITIAN
peneitian ini didasari oleh beberapa klarifikasi dari Cooper dan Schlinder (2006)
kelembagaan dan biaya transaksi dan kinerja industri kreatif sebagai perantara
makassar
b. Ditinjau dari aspek datanya adalah penelitian ex post facto yang berarti setelah
kejadian yaitu penelitian yang bersifat empiris yang sistematik dimana peneliti
tidak dapat mengontrol variabel bebasnya karena peristiwa telah terjadi atau
c. Ditinjau dari tujuannya penelitian ini merupakan studi kausal yang berusaha
4.3.1. Populasi
62, dan jenis industri aplikasi dan game 9. Jadi total populasi sebanyak 317
4.3.2. Sampel
𝑁
n= 𝑥 100
1 + 𝑁 (𝑒)²
dimana :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e² = error tollerance, 𝑒 = 5%
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus
sampling
data dari responden yang telah ditetapkan. Jenis data yang dikumpulkan
adalah data primer berupa data hasil wawancara dan hasil pengisian
data primer yang berasal dari lapangan melalui observasi, wawancara, dan
pengembangan game dari kantor dinas pendapatan daerah kota makassar, dinas
data primer yang berasal dari responden yang terpilih yang merupakan pelaku
industri kreatif subsektor kuliner, subsektor perikalan dan subsektor aplikasi dan
Kedua data sekunder yang diperoleh dari kantor dinas pendapatan kota
makassar, kantor dinas perindustrian kota makassar, kantor dinas pariswisata dan
indikator dari beberapa sumber yang berbeda, dan dimensi yang terpilih
bersumber dari Coase, 1939 dan North, 1990 (Fox, 2007), sedangkan
indiaktor variabel desain kelembagaan bersumber dari acemoglu (2003),
pengukur variabel. Nilai kritis untuk MSA, loading factor adalah mendekati
0,60 atau lebih, untuk nilai kritis composite realibility adalah mendekati
0,70 atau lebih, dan untuk nilai kritis cronbach alpa adalah mendekati 0,60
atau lebih, jika ada item atau indikator mempunyai nilai tidak mendekati
powerfull oleh karena tidak didasarkan banyak asumsi. Data tidak harus
interval, dan sampai rasio) dapat digunakan pada model yang sama,
indikator reflektif dan indikator formatif dan hal ini tidak mungkin dijalankan
sebagai berikut :
model)yang menjadi bagian dari hipotesis yang ada pada BAB III akan
Model di atas terbagi atas dua bagian yaitu model struktural (inner model)
𝑋1 = 𝜆𝑥1 + 𝜉1 + 𝛿1
𝑋2 = 𝜆𝑥2 + 𝜉2 + 𝛿2
𝑌₁ = 𝜆𝑦 𝜂1 + 𝜀1
𝑌₂ = 𝜆𝑦 𝜂2 + 𝜀2
𝜂1 = 𝜉1 𝛾1 + 𝜉2 𝛾2 + 𝜍1
𝜂2 = 𝛽1 𝜂1 + 𝜉1 𝛾3 + 𝜉2 𝛾4 + 𝜍1
Dimana :
ekonomi kreatif
Ghozali, 2011)
Validitas convergent berhubungan dengan prinsip bahwa
melihat niali cross loading untuk setiap variabel harus > 0,70.
dalam model.
kuadrat AVE untuk setiap konstruk lebih besar dari korelasi antar
penelitian ini, alat uji yang digunakan adalah metode R Square karena
Pada uji asumsi klasik penelitian ini hanya menggunakan uji linearitas
data yang berskala likert diubah menjadi data berskala interval menggunakan
aplikasi MSI (Metode succesive interval) untuk memenuhi asumsi uji linieritas.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan asumsi linearitas, yaitu bahwa hubungan antar
menggunaan skor variabel laten sebagai data yang di analisis, asumsi linearitas
yaitu hasil uji t pada bagian linierity adalah signifikan (p<0,05) dan tidak signifikan
(p>0,50) pada hasil uji deviation from linearity. Uji ini digunakan untuk memastikan
pemodelan persamaan struktural antar variabel dalam penelitian ini adalah linier
menguji validitas dan reliabilitas masing-masing indikator dari setiap dimensi yang
0,60 dan composite reliability (CR)> 0,70. Namun, composite reliability (CR)
digunakan uji statistik t test dengan p-value< 0,05 (alpa 5%). Penilai pada
hasil uji model pengukuran (outer model) akan dinyatakan indikator valid
HASIL PENELITIAN
Konsep ekonomi kreatif telah digagas oleh Schumpeter sejak tahun 1911
Era kreativitas inipun digambarkan oleh Alvin Tofler (dalam Nenny, 2008)
yang merupakan seorang futurolog dalam bukunya Future Shock (1970) dengan
adalah abad pertanian, gelombang kedua adalah abad industry dan gelombang
ketiga adalah abad informasi. Sementara dalam bukunya The Third Wave (1980)
yang tak terbatas sementara sarana dan sumberdaya fisik memiliki keterbatasan
informasi dan kreativitas dan populer dengan sebutan ekonomi kreatif yang
digerakkan oleh sektor industri yang disebut industri kreatif. Menurut Tian & Gao
(2011), ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan
hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta dan
kreativitas.
Nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa di era kreatif tidak lagi
ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi seperti pada era industri, tetapi
yang semakin maju. Industri tidak dapat lagi bersaing di pasar global dengan
hanya mengandalkan harga atau kualitas produk saja, tetapi harus bersaing
2001 melalui bukunya “The Creative Economy : How People Make Money From
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) senilai 414 miliar dolar yang menjadikan HKI
dengan membangun industry kreatifnya tumbuh rata-rata 9% per tahun dan jauh
Sports (DCMS)
Selandia baru membangun ekonomi kreatifnya melalui New Zealand Trade and
and the Arts (MICA) dengan konsep Renaissance City, Media 21 dan Design
Malaysia Design & Inovation Centre (MDIC), Thailand dengan Thailand Creativite
& Design Center (TCDC), dan RRT (Republik Rakyat Tiongkok) secara bertahap
melahirkan kota-kota kreatif terbaru, dan telah menjadi terdepan dalam kontribusi
ekonomi kreatif
bukan berarti kegiatan ekonomi kreatif baru muncul seiring dengan kemunculan
kuat dari pemerintah baru dimulai di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) yang juga menyadari bahwa industri kreatif merupakan sumber
nasional.
Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal
sisi lain, produk-produk khas Indonesia seperti batik, songket Palembang, patung
Bali, keunikan Papua, berbagai kreasi Jawa Barat, mebel Jepara, sampai kepada
kronologis, kebijakan ekonomi kreatif dimulai oleh pernyataan Presiden SBY untuk
2009 berubah nama menjadi Pekan Produk Kreatif Indonesia disertai dengan
ekonomi kreatif, hingga perpres nomor 92 tahun 2011 yang menjadi dasar hukum
Empat isu utama yang menjadi fokus pemerintahan saat itu yang terkait
bertahan di tengah ancaman krisis global. Masalah krisis global pada tahun 2008
utama di eropa.Namun industri kreatif merupakan salah satu industri yang dapat
bertahan di tengah ancaman krisis global tahun 2008. Hal ini dapat dilihat pada
Industri kreatif pasca krisis global 2008 terus menunjukkan perannya yang
kreatif terus memberikan kontribusi yang baik pada kegiatan ekspor dan
penyerapan tenaga kerja pada tahun 2014. Hal tersebut dilihat pada table berikut
5.2 berikut :
sektor ketenagakerjaan setiap tahunnya mengalami kenaikan, dari 7.38 juta orang
pada tahun 2008 meningkat hingga mencapai 11,8 juta orang pada tahun 2014
kondisi tersebut didorong oleh pertumbuhan jumlah usaha di sektor industri kreatif
pada periode tersebut sebesar 1 persen (Erika, 2011). Seperti yang dikemukakan
oleh Erika dalam tulisannya yang berjudul Industri kreatif sebagai industri anti
keseluruhan hanya 6,1% pada 2008, nilai ekonomi industri kreatif, yaitu PDB,
bruto berdasarkan harga konstan industri kreatif mencapai sebesar Rp. 345 triliun,
kemudian mengalami kenaikan menjadi Rp. 468 triliun pada 2010. Hingga tahun
menunjukkan kinerja positif sebesar 7,1 persen dengan daya serap tenaga kerja
Periode 2010 - 2013 industri kreatif rata-rata dapat menyerap tenaga kerja
sekitar 10,6 persen dari total angkatan kerja nasional. Itu didorong oleh
petumbuhan jumlah usaha di sektor industri kreatif pada periode tersebut sebesar
1 persen. Terdapat 3 jenis industri dari 16 jenis industri ekonomi kreatif yang
mengalami pertumbuhan yang sangat positif. Dapat dilihat pada tabel berikut :
Dari tabel diatas, dapat dilihat peningkatan nilai tambah produksi jenis
industri kuliner tiap tahunnya mengalami peningkatan dari Rp. 15,5 Triliun pada
tahun 2010 naik menjadi Rp. 20,9Triliunpada tahun 2013 dengan peningkatan nilai
tambah sebesar Rp.17,9 Triliun setiap tahunnya, dan jenis industri fesyen dengan
peningkatan nilai tambah dari Rp. 12,8 Triliun pada tahun 2013, meningkat
sebesar Rp. 18,2 Triliun pada tahun 2013 dengan peningkatan nilai tambah
sebesar Rp. 18 Triliun tiap tahun. Sementara jenis industri periklanan belum
tumbuhdengan baik dengan perolehan nilai tambah hanya berkisar Rp 0,4 Triliun
tiap tahunnya.
Berdasarkan data yang ditampilkan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf RI,
2016) hingga tahun 2015 tiga jenis industri kreatif dengan nilai pertumbuhan
tertinggi yaitu jenis industri kuliner, fesyen dan kriya. Untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 5.4. Pertumbuhan Ekonomi Kreatif pada Tiga Jenis Industri Kreatif
Tahun 2015
No Jenis industry Kontribusi (%)
1 Kuliner 32,4
2 Fesyen 27,9
3 Kriya (kerajinan Tangan) 14,88
Sumber : Bekraf, 2016
global (global creativity index) tahun 2015 indonesia masih berada pada posisi 115
jauh dibawah negara –negara Asean lainnya seperti Malaysia (3), Singapore (9),
phlipines (52), Vietnam (80), dan Thailand (82). Data tersebut dapat dilihat pada
Global creativity index ini dihitung dengan menggunakan tiga faktor yaitu
dari factor – factor yang menjadi titik penilaian tersebut dijelaskan sebagai berkiut :
total PDB, proporsi biaya penelitian per kapita, dan inovasi suatu negara yang
dihitung dengan menggunakan jumlah hak paten yang dikeluarkan dalam kurun
waktu penilaian.
- Indeks Talenta: partisipasi murni pada pendidikan tinggi dan variabel kelas kreatif,
yaitu orang-orang yang bekerja pada pekerjaan yang dianggap memiliki tingkat
industri yang diatur melalui Perpres No.72 tahun 2015. 16 jenis industri kreatif
tersebut terdiri dari; arsitektur; desain interior; desain komunikasi visual; desain
game developer; penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, serta televisi
dan radio
trend positif tidak terlepas dari arah kebijakan pembangunan nasional yang
dituangkan dalam RPJMN 2015 – 2019 diatur melalui Perpres No.2 tahun 2015.
badan ekonomi kreatif Republik Indonesia pada tahun apda tahun 2016 dapat
1 Arsitektur
2 Desain Interior
3 Film, Animasi,
dan Video
Desain
4 Komunikasi
Visual
5 Desain Produk
6 Fotografi
7 Kuliner
8 Kerajinan
9 Fashion
10 Musik
11 Penerbitan
Aplikasi &
12 Pengembangan
Game
13 Periklanan
14 Seni rupa
15 Seni pertunjukan
penghambat pertumbuhan ekonomi kreatif dapat dilihat pada tabel diatas bahwa
berstatus start up pada umumnya terhambat oleh beberapa hal antara lain,
tingginya biaya sewa atau kepemilikan tempat produksi, kepemilikan Hak Cipta,
dan sulitnya akses permodalan ke perbankan dan investor. Selain itu, kebijakan
dan program pemerintah yang berkaitan dengan industri kreatif juga masih
industri kreatif dari 16 jenis industri yang ada di makassar dapat dilihat pada tabel
berikut :
potensi industri kreatif yang cukup besar khususnya di sektor kuliner, periklanan
pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Makassar masih belum tersedia terlebih data
pertumbuhan tiap jenis industrinya karena baru tahun ini (2016) pihak BPS Sulsel
yang tinggi sehingga dapat eksis ditengah persaingan usaha kuliner di Kota
Makassar.
Makassar, secara kasat mata dapat dilihat pula bahwaindustri periklanan juga
space iklan berbasis videotron yang terpasang di sepanjang jalan utama kota
banyaknya perusahaan yang didirikan di Kota Makassar, dimana salah satu media
baru) namun berbagai produk yang telah dihasilkan terbilang cukup menjanjikan.
Dari 16 jenis industri kreatif yang berkembang di kota Makassar, tiga jenis
yang memiliki potensi yang cukup baik untuk di dorong dan dikembangkan dalam
kreatif.
kelamin, paling banyak berasal dari kelompok laki-laki 68,4% dan 31,6% lainnya
adalah tidak seragam dengan kisaran jumlah sekitar 5,3% dibawah usia 20 tahun,
50 tahun, dan 3,9% diatas 51 tahun. Pelaku industri kreatif di dominasi oleh usia
21 – 30 tahun yaitu sebesar 47,4%. Sementara status pernikahan terbagi atas dua
tingkatan yaitu; ada 3,9% yang tidak sekolah (tidak tamat SD), 5,3% tamat sekolah
dasar, hanya 1,3% yang tamat SMP, dan yang paling banyak adalah dari
wirausaha dapat diuraikan sebagai berikut ; 82,9% tidak memiliki pekerjaan lain,
10,5% berprofesi sebagai buruh, 3,9% bekerja sebagai karyawan dibidang lain,
1,3% pegawai negeri sipil, dan 1,3% lainnya merupakan anggota TNI/Polri.
Jenis Jenis
No Nama Industri Kreatif No Nama Industri Kreatif
industri industri
Aplikasi & Aplikasi &
71 Fazaloo Studio Pengemb 74 TarraSmart Pengemb
Game Game
Aplikasi Aplikasi&
72 Stalagmit studio &Pengem 75 Bayao studio Pengemb
b Game Game
Aplikasi Aplikasi
73 Hanami Studio &Pengem 76 Wasdlabs &Pengemb
b Game Game
Sumber : Data diolah, 2016
dari 46 item ada 31 item terukur tinggi karena skor rerata bernilai lebih dari
jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata regulasi pro bisnis yang
bernilai lebih dari 3 menjelaskan bahwa regulasi pro bisnis tergolong tinggi.
jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata program pembinaan yang
program tersebut.
mengandung jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata akses pasar dan
pemasaran yang bernilai lebih dari 3 menjelaskan bahwa akses pasar dan
mengandung jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata hak kepemilikan
izin usaha yang bernilai lebih dari 3 menjelaskan bahwa pelaku insutri
pemerintah
mengandung jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata hak kepemilikan
Skor
Sub Variabel
5 4 3 2 1 Rerata
Kebijakan Dan program Pemerintah
F % F % F % F % F %
Skor
Sub Variabel
5 4 3 2 1 Rerata
Kebijakan Dan program Pemerintah
F % F % F % F % F %
Penyiapan Lokasi & Penyediaan Informasi 2.67
13. Saya mengetahui adanya lokasi
usaha khusus yang disediakan
6 7.9 11 14.5 20 26.3 29 38.2 10 13.2 2.66
oleh pemerintah kota Makassar
kepada para pelaku industry kreatif
14. Saya mengetahui adanya informasi
yang disediakan oleh pemerintah
5 6.6 14 18.4 22 28.9 29 38.2 6 7.9 2.78
kota makassar terkait industry
kreatif
15. Saya dapat dengan mudah dapat
mengakses lokasi usaha yang
2 2.6 10 13.2 28 36.8 27 35.5 9 11.8 2.60
telah disediakan oleh pemkot
Makassar
16. Saya dapat dengan mudah
mengakses informasi yang telah 1 1.3 15 19.7 25 32.9 28 36.8 7 9.2 2.67
disediakan oleh pemkot Makassar
Akses Permodalan (Modal Sendiri) 4.04
17. Saya memulai usaha saya dengan
45 59.2 20 26.3 7 9.2 4 5.3 0 0.0 4.40
modal sendiri
18. Saya lebih suka menggunakan
modal sendiri untuk
27 35.5 19 25.0 24 31.6 6 7.9 0 0.0 3.88
mengembangkan usaha dibanding
modal dari perbankan atau investor
19. Saat ini saya butuh modal sendiri
27 35.5 19 25.0 22 28.9 8 10.5 0 0.0 3.86
untuk mengembangkan usaha
Akses Permodalan (Modal Perbankan) 2.35
20. Saya memulai usaha saya dengan
3 3.9 8 10.5 15 19.7 27 35.5 23 30.3 2.22
modal Perbankan
21. Saya lebih suka menggunakan
modal Perbankan untuk 2.25
2 2.6 11 14.5 13 17.1 28 36.8 22 28.9
mengembangkan usaha dibanding
modal sendiri atau investor
22. Saat ini saya butuh modal
Perbankan untuk mengembangkan 6 7.9 12 15.8 19 25.0 22 28.9 17 22.4 2.58
usaha
Akses Permodalan (Modal Investor) 2.37
23. Saya memulai usaha saya dengan
4 5.3 5 6.6 11 14.5 32 42.1 24 31.6 2.12
modal Investor
24. Saya lebih suka menggunakan
modal investor untuk
2 2.6 12 15.8 15 19.7 27 35.5 20 26.3 2.33
mengembangkan usaha dibanding
modal sendiri atau perbankan
25. Saat ini saya butuh modal investor
4 5.3 22 28.9 12 15.8 21 27.6 17 22.4 2.67
untuk mengembangkan usaha
Akses Pasar & Pemasaran 3.89
26. Saya memiliki kemampuan
17 22.4 41 53.9 15 19.7 3 3.9 0 0.0 3.95
membaca selera pasar
27. Saya Mengenal pesaing dan
17 22.4 39 51.3 16 21.1 3 3.9 1 1.3 4.41
produknya dengan baik
28. Saya Mengenali kelemahan dan
keunggulan produk saya dengan 23 30.3 40 52.6 10 13.2 2 2.6 1 1.3 4.08
baik
29. Saya memiliki tenaga kerja
8 10.5 34 44.7 26 34.2 6 7.9 2 2.6 3.53
pemasaran yang cukup
30. Produk Saya telah memenuhi
13 17.1 47 61.8 14 18.4 2 2.6 0 0.0 3.93
Standar kualitas yang baik
31. Saya mampu memenuhi
permintaan konsumen dalam 19 25.0 36 47.4 18 23.7 3 3.9 0 0.0 3.93
jumlah besar
Skor Rerata
Sub Variabel
5 4 3 2 1
Kebijakan Dan program Pemerintah
F % F % F % F % F %
32. Saya mampu melakukan penetrasi
21 27.6 38 50.0 15 19.7 2 2.6 0 0.0 4.03
pasar karena memiliki produk yang
mampu bersaing deng produk lain
dari 9 item ada 6 item terukur tinggi karena skor rerata bernilai lebih dari 3,
sedangkan pada 3 item lainnya terukur rendah karena skor reraata dibawah
3. Item dengan rerata skor kurang dari 3 semua berada pada indikator total
biaya transaksi
Indikator searching cost secara keseluruhan mengandung jawaban
cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata searching cost yang bernilai lebih dari 3
transaksi yang timbul baik dalam tahap pra produksi maupun pasca
produksi. Pelaku industri kreatif juga telah mampu menekan biaya transaksi
adalah rendah. Hal tersebut disebabkan oleh pelaku industri kreatif telah
jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata Negotiation cost yang bernilai
adanya biaya transaksi yang timbul pada saat melakukan tawar menawar
baik dalam tahap pra produksi maupun pasca produksi. Pelaku industri
kreatif juga telah mampu menekan biaya transaksi pada saat melakukan
transaksi, sehingga total biaya tawar menawar adalah rendah. Hal tersebut
informasi baik via email, media sosial dan telpon paket hemat untk
jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata Concluding cost yang bernilai
lebih dari 3 menjelaskan bahwa nilai Concluding cost tergolong baik.
akhir baik dalam tahap pra produksi maupun pasca produksi. Pelaku
industri kreatif juga telah mampu menekan biaya transaksi pada saat
Skor
Item 5 4 3 2 1 Rerata
Search Cost F % F % F % F % F % 3.33
1. Pada tahap pra produksi, saya
mengeluarkan biaya dalam 13 17.1 41 53.9 11 14.5 9 11.8 2 2.6 3.71
mencari informasi
2. Pada Tahap Pasca produksi,
saya mengeluarkan biaya dalam 9 11.8 29 38.2 17 22.4 17 22.4 4 5.3 3.29
mencari informasi
3. Total biaya pada proses
pencarian informasi tergolong
5 6.6 17 22.4 29 38.2 22 28.9 3 3.9 2.99
Tinggi dari standar biaya yang
seharusnya saya keluarkan
Negotiation Cost 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.97
4. Pada tahap pra produksi, saya
mengeluarkan biaya dalam 7 9.2 26 34.2 20 26.3 18 23.7 5 6.6 3.16
mencari informasi
5. Pada Tahap Pasca produksi,
saya mengeluarkan biaya dalam 3 3.9 29 38.2 20 26.3 20 26.3 4 5.3 3.09
mencari informasi
6. Total biaya pada proses
pencarian informasi tergolong
2 2.6 14 18.4 25 32.9 27 35.5 8 10.5 2.67
Tinggi dari standar biaya yang
seharusnya saya keluarkan
Standarisasi Biaya 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.04
7. Pada tahap pra produksi, saya
mengeluarkan biaya dalam 2 2.6 38 50.0 16 21.1 17 22.4 3 3.9 3.25
mencari informasi
8. Pada Tahap Pasca produksi,
saya mengeluarkan biaya dalam 1 1.3 30 39.5 20 26.3 21 27.6 4 5.3 3.04
mencari informasi
9. Total biaya pada proses
pencarian informasi tergolong
5 6.6 12 15.8 28 36.8 28 36.8 3 3.9 2.84
Tinggi dari standar biaya yang
seharusnya saya keluarkan
Sumber : Data Primer diolah 2017
bahwa dari 10 item seluruh item terukur tinggi karena skor rerata bernilai
lebih dari 3. Item dengan rerata skor tertinggi sebesar dengan berada pada
jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata tertinggi tersebut menjelaskan
penjualan yang sangat baik tiap bulannya, bukan hanya penjualan yang
juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik selama periode satu terakhir
Skor
Kinerja Industri Kreatif Rerata
5 4 3 2 1
Item F % F % F % F % F %
Pertumbuhan Pemasaran 3.4
7. Jumlah konsumen saya tiap bulan
mengalami peningkatan dalam satu 8 10.5 33 43.4 24 31.6 11 14.5 0 0.0 3.5
tahun terakhir
8. Jumlah Konsumen saya tiap tahun
mengalami peningkatan selama Tiga 7 9.2 28 36.8 25 32.9 13 17.1 3 3.9 3.3
Tahun terakhir
Pertumbuhan Laba 3.37
9. Pertumbuhan laba usaha saya tiap bulan
mengalami peningkatan dalam satu 6 7.9 28 36.8 33 43.4 7 9.2 2 2.6 3.38
tahun terakhir
10. Pertumbuhan laba usaha saya tiap tahun
selama Tiga Tahun terakhir mengalami 4 5.3 30 39.5 33 43.4 7 9.2 2 2.6 3.36
peningkatan
Sumber : Data Primer Diolah 2017
padatabel 5.14. menunjukkan bahwa dari 4 item indikator, seluruh item terukur
tinggi karena skor rerata bernilai lebih dari 3. Item dengan rerata skor tertinggi
menumpang.
Kecukupan akan tenaga kerja (creative talent) pada industri kreatif juga
ekonomi kreatif, didapatkan nilai rerata sebesar 3,53 atau 55,2% pealku industri
kreatif telah memiliki tenaga kerja (creative talent) yang cukup, sehingga secara
Skor
Variabel
Pertumbuhan Ekonomi 5 4 3 2 1 Rerata
Kreatif
F % F % F % F % F %
Rerata 3.14
1. Kepemilikan Tempat
23 30.3 33 43.4 16 21.1 2 2.6 2 2.6 3.96
Produksi
2. Kepemilikan Hak
12 15.8 20 26.3 17 22.4 12 15.8 15 19.7 3.03
Paten/Hak Cipta
4. Total nilai kinerja industri 6 8.3 29 38.4 27 36.5 11 14.1 3 3.4 3.34
kreatif
pengukur variabel. Nilai kritis untuk MSA loading factor adalah mendekati
0,60 atau lebih, untuk nilai kritis composite realibility adalah mendekati 0,70
atau lebih, dan untuk nilai kritis cronbach alpa adalah mendekati 0,60 atau
lebih. Adapun hasil analisis MSA dapat dilihat pada tabel berikut :
Composite Cronbachs
Loading Faktor
Laten Variabel Reliability Alpha
- 0.888 0.857
Biaya Transaksi
- 0.844 0.806
Desain Kelambagaan
bahwa nilai loading factor yang berkisar antara 0,760 – 0,928 berada pada
nilai kritis > 0,60, nilai composite realibility berkisar pada 0,808 – 0,922
berada pada nilai kritis > 0,70, dan nilai cronbach alpha berkisar 0,650 –
0,894 berada pada nilai kritis > 0,60. Hasil tersebut menjelaskan bahwa
cost, negotiation cost, concluding cost, kebijakan dan program, akses pasar
Konstruk laten tersebut terdiri dari biaya transaksi dan desain kelembagaan
Pra Prod
Pra Prod
Akses
Permodalan
Hak Cipta
Regulasi Desain
Kebij & Hak
Kelembagaan Izin Usaha
Prog Pembinaan Prog Kepemilikan
Tempat
Lokasi & Info Produksi
Perbankan
Akses Akses Pasar
Modal &
Investor
Pemasaran
sebagai berikut :
pengaruhnya
pengaruhnya
luas (0,578) dibentuk dengan baik oleh variabel akses pasar dan
biaya transaksi
baik pula kinerja industri kreatif, dan semakin tinggi biaya transaksi
kreatif
kreatif
Pada uji asumsi klasik penelitian ini hanya menggunakan uji linearitas
LV Index P
Values < 0.05
Aksespermodalan 2.229 0.027
Akses Pasar&
3.305 0.001
Pemasaran
By Transaksi 3.066 0.002
Concluding cost 3.119 0.002
Desain kelembagaan 3.046 0.003
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan seluruh nilai p < 0,05 yang berarti
masing dimensi lebih besar dari 60%. Misalnya untuk dimensi kebijakan
data dengan hasil olahan data menggunakan software SmartPLS 2.0, maka
parameter uji validitas konvergen diketahui seperti pada tabel dibawah ini :
Berdasarkan pada Tabel 5.6 tidak terdapat nilai faktor loading dari
lebih kecil dari 0,50. Artinya seluruh indikator valid sebagai alat ukur.
statistik t test dengan p-value< 0,05 (alpa 5%). Penilaian pada hasil
coeficien)
ekonomi kreatif
sebagai berikut :
1.000
-0.084
By Transaksi 0.260
0.998
0.527
Kinerja Industri Kreatif
Gambar. 5.2. Model Kinerja Industri Kreatif
Di Kota Makassar
industri kreatif didapat koefisien jalur sebesar 0.527 dan t = 6.393 (p=0.00)
(p=0.42) sehingga hasil pada koefisien ini adalah tidak signifikan (p>0,05)
1.000
0.00
5
By Transaksi -0.084
0.260 0.850
0.587
0.52
7 0.47
Pertumbuhan Ekonomi
0.998 4 Kreatif
Kinerja Industri Kreatif
Desain Kelembagaan
Gambar. 5.3. Model Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Di Kota Makassar
Pertumbuhan ekonomi kreatif dipengaruhi secara positif oleh desain
6.906 (p=0.00) sehingga hasil pada koefisien ini adalah signifikan (p<0,05)
ekonomi kreatif didapat koefisien jalur sebesar 0.005 dan t = 0.114 (p=0.91)
sehingga hasil pada koefisien ini adalah tidak signifikan (p>0,05) yang
ekonomi kreatif melalui kinerja industri kreatif dapat dipengaruhi oleh desain
9.279 (p=0.00) sehingga hasil pada koefisien ini adalah signifikan (p<0,05)
variabel biaya transaksi, sehingga hasil pada koefisien ini adalah signifikan
sebagai berikut :
Tabel.5.19. Kelayakan Model Pertumbuhan Ekonomi Kreatif
Variabel Endogen R²
= 1 – (0.74) (0.15)
= 1 – 0,111
= 0,889
kreatif
Selain full model, beberapa model yang dihasilkan dari hasil uji
1. Model Pertama
Pada model ini dapat dilihat pengaruh langsung dan tidak langsung
jalur sebesar 0.475 nilai t =7.943, yang berarti memiliki pengaruh sigfikan.
Variabel Endogen R²
Desain kelembagaan 0.998
Kinerja industri kreatif 0.254
Pertumbuhan ekonomi kreatif 0.850
= 1 – 0,000224
= 0,9998
jalur sebesar 0.471 nilai t =6.832, yang berarti memiliki pengaruh sigfikan.
nilai t=9.175
Variabel Endogen R²
Desain kelembagaan 0.999
Kinerja industri kreatif 0.000
Pertumbuhan ekonomi kreatif 0.849
Q² = 1 –(1-0.999) (1 – 0,000) (1-0.849)
= 1–0
=1
kreatif.
Variabel Endogen R²
Desain kelembagaan 0.998
Pertumbuhan ekonomi kreatif 0.639
Q² = 1 –(1-0.998) (1-0.639)
= 1 – (0.002) (0.361)
= 1 – 0,00072
= 0,9993
jalur sebesar 0.800 nilai t =18.682, yang berarti memiliki pengaruh sigfikan.
memiliki koefisien jalur sebesar 0.505 nilai t= 7.229, yang berarti memiliki
pengaruh signifikan
Variabel Endogen R²
Desain kelembagaan 0.998
Pertumbuhan ekonomi kreatif 0.643
Kinerja industri kreatif 0.255
= 1 – 0,00053
= 0,9995
Variabel Endogen R²
Desain kelembagaan 1.000
Kinerja industri kreatif 0.239
Q² = 1 –(1-1.000) (1-0.239)
= 1 – (0) (0.761)
= 1–0
=1
hipotesis pengaruh langsung dan satu hipotesis pembuktian kinerja industri kreatif
Kinerja industri kreatif dapat dijelaskan secara signifikan oleh satu faktor
pada hasil uji koefisien jalur pada desain kelembagaan, biaya transaksi, dan
pemerintah, akses permodalan, akses pasar & pemasaran, dan hak kepemilikan
secara umum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja industri kreatif
ketersediaan lokasi usaha dan penyedian informasi, meskipun secara umum telah
menemukan lokasi usaha strategis yang sesuai dengan target jangka panjang
yang ingin dicapai, sehingga secara umum mereka mengharapkan adanya upaya
pemerintah kota dalam menyediakan lokasi usaha seperti co-working space atau
lengkap.
oleh akses permodalan, dimana akses modal dari pihak investor dan perbankan
yang menjadi harapan pada umumnya dan masih sangat sulit untuk dijangkau,
olehnya itu dibutuhkan peran pemerintah kota makassar dalam memfasilitasi para
pelaku industri kreatif tersebut untuk dapat mengakses modal investor dan modal
sangat terbatas
pelaku industri kreatif dalam mengenal pesaing dan produknya cukup baik sebagai
kekuatan dalam mengakses pasar dan mendesain strategi pemasaran yang jitu
Keberadaan biaya transaksi dikalangan pelaku industri kreatif
berpengaruh negatif terhadap kinerja industri kreatif. Biaya transaksi yang terdiri
dari biaya pencarian informasi (searching information cost), Biaya tawar menawar
(negotiation cost), dan Biaya kesepakatan akhir (Concluding cost). Secara umum
mereka keluarkan telah sesuai dengan standar biaya yang mereka harapkan
akses internet dan jalur komunikasi seluler yang semakin baik, sehingga pada
biaya yang sedikit, karena baik dalam mencari informasi yang terkait kebutuhan
tawar menawar cukup melalui via email ataupun chating menggunakan media
kreatif dalam membuat kesepakatan masih dalam bentuk lisan sehingga hampir
PEMBAHASAN
kelembagaan industri kreatif yang terdiri dari akses pasar dan pemasaran, akses
kreatif di Kota Makassar akan semakin baik pula pertumbuhan ekonomi kreatif di
Kota Makassar. Hasil penelitian searah dengan pendapat poulton (et, al. 1998)
- Faktor akses pasar dan pemasaran, dapat dijelaskan bahwa kemampuan para
permodalan dari pihak perbankan. Karena selama ini para pelaku industri
mengembangkan usahanya.
informasi yang terkait dengan berbagai kebutuhan para pelaku industri kreatif
baik. Meskipun telah ada lokasi khusus yang disediakan oleh pemerintah untuk
menampung seluruh pelaku industri kreatif kuliner, selain itu lokasi yang
tersedia juga belum sepenuhnya dapat diakses dengan mudah oleh para
yang baik pada industri kreatif di Kota Makassar. Hasil penelitian ini searah
adanya kepemilikan atas izin usaha dan tempat produksi oleh para pelaku
industri kreatif. Namun hal tersebut belum memberi pengaruh yang maksimal
dikarenakan masih tingginya biaya sewa tempat produksi dan masih banyak
pelaku industri kreatif yang belum memiliki hak cipta/hak paten yang
merupakan salah satu poin penting yang harus dimiliki untuk meningkatkan
nilai tambah produk yang dihasilkan. Hasil penelitian ini searah dengan fakta
Intelektual (HKI) senilai 414 miliar dolar yang menjadikan HKI sebagai barang
penelitian ini bahwa dalam aktivitas para pelaku industri kreatif dalam melakukan
pencarian informasi, dan proses tawar menawar, maupun pada saat pembuatan
kesepakatan akhir selalu ada biaya yang dikeluarkan. Sehingga penelitian ini juga
pencarian informasi (searching cost), biaya tawar menawar (negotiation cost) dan
sebagai berikut :
lebih banyak disebabkan oleh prinsip yang dianut oleh para pelaku industri
yang mengatakan bahwa beberapa hal yang dapat menurunkan biaya transaksi
Penelitian ini juga searah dengan hasil pengukuran Wallis dan North
(1985, dalam Meramveliotakis dan Milonakis, 2010: 1054)atas niai total dari
sumberdaya yang digunakan pada sektor transaksi. Nilai total sumberdaya yang
digunakan pada sektor transaksi inilah yang dijadikan sebagai ukuran agregat dari
penelitian ini berbeda dengan pendapat R.Coase (1937); Williamson (1985); North
tinggi, maka perdagangan tidak akan terjadi dan ekonomi menjadi stagnan
Kreatif
kelembagaan pada sektor ekonomi kreatif yang terdiri dari akses pasar dan
pemasaran, akses permodalan, kebijakan dan program pemerintah, dan hak
makassar. Akses pasar dan pemasaran yang dibentuk secara kuat oleh
desain kelembagaan industri kreatif yang baik dan akan mendorong semakin
- Faktor akses pasar dan pemasaran, dapat dijelaskan bahwa kemampuan para
penelitian ini searah dengan pemikiran Ina primiana (2009) mengatakan bahwa
kurangnya akses ke pihak perbankan dan pihak investor, namun hal tersebut
mereka, dikarenakan kreativitas tinggi yang dimiliki oleh para pelaku industri
kreatif tetap mampu meningkatkan kinerjanya meskipun hanya dengan
dari pihak investor maka akan lebih cepat dalam meningkatkan kinerja industri
lokasi usaha atau sebuah kawasan khusus (co-working space) dan tersedianya
Selain itu, regulasi yang pro terhadap pelaku industri kreatif juga akan
Namun faktanya belum adanya regulasi memiliki dampak yang positif secara
langsung kepada para pelaku industri kreatif. para pelaku industri kreatif juga
desain kelembagaan yang baik pada industri kreatif dikota makassar adalah
dengan adanya kepemilikan atas izin usaha dan tempat produksi. Kepemilikan
tempat produksi yang murah dan semakin mudahnya mendapatkan izin usaha
merupakan salah satu poin penting untuk meningkatkan nilai tambah produk
Makassar
informasi (searching cost), biaya tawar menawar (negotiation cost) dan biaya
Williamson (1985); North (1991); dan Mburu (2002). Yang menyatakan bahwa Jika
biaya transaksi terlalu tinggi, maka perdagangan tidak akan terjadi dan ekonomi
menjadi stagnan
teknologi informasi secara baik oleh para pelaku industri kreatif baik dalam
email, aplikasi digital dan sejenisnya sehingga tidak mempengaruhi kinerja mereka
informasi searah dengan pendapat coase (dalam Fox, 207: 380) bahwa beberapa
hal yang dapat menurunkan biaya transaksi salah satunya adalah perkembangan
Kota Makassar
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi kreatif akan terus
mengalami pertumbuhan yang baik apabila apabila pelaku industri kreatif mampu
industri kreatif artinya kinerja industry kreatif dapat memediasi pengaruh desain
adanya kinerja industri kreatif yang baik dari pelaku industri kreatif itu sendiri
6.7. Implikasi
2010:1046).
menyatakan bahwa salah satu alat analisis yang popular dalam ilmu
cost economics).
4. Hasil penlitian ini mendukung teori pertumbuhan ekonomi simon
model-model ekonomi.
7. Penelitian ini mendukung pemikiran Robert Lucas yang
10. Penelitian ini setuju dengan pendapat Kuznets yang mencatat lima pola
ekonomi.
Lebih lanjut, Menurut Kuznets, inovasi terdiri dari dua macam: pertama,
Hal ini juga senada juga diungkapkan Ronald coase (dalam Fox, 207:
11. Hasil penelitian ini yang menyatakan pentingnya kepemilikan hak cipta
intelektual seperti paten, hak cipta, merek, royalti dan desain. Ekonomi
2007).
12. Hasil penelitian ini memperkuat pernyataan Tian dan Gao (2011) bahwa
dengan pendapat Wang & Peng (2009), bahwa industry kreatif berbeda
originalitas.
menjelaskan model baru. Model baru ini memiliki relevansi yang luas
Makassar
di Kota Makassar
4. Adanya kepemilikan tempat produksi dan izin usaha bagi para pelaku
untuk mengukur biaya transaksi yaitu Searching Cost, Negotiatin Cost, dan
kelembagaan baru antara lain Coase (1937), sebagaimana yang dikutip oleh
Duran dan McNutt (2010: 757), memasukkan biaya negosiasi (negotiating cost),
biaya monitoring (monitoring cost), dan biaya pemaksaan kontrak (enforcing cost)
besarnya biaya transaksi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam tiga hal(1)
What : the identity of bundle of right (hak-hak atas komoditas), (2) Who : identity
of agents involved in the exchanges, dan (3) How : the institutions, technical and
mengukur biaya transaksi dengan melakukan pengukuran atas niai total dari
skala aktivitas ekonomi yang lebih luas sehingga didapatkan gambaran secara
oleh peneliti berdasarkan fakta lapangan. Sehingga pada penelitian yang akan
datang diharapkan telah ditemukan pendapat atau hasil penelitian yang dapat
PENUTUP
7.1 Simpulan
Beberapa simpulan yang didapatkan dari penelitian ini yang berkaitan dengn
dari pihak investor, tersedianya lokasi khusus (co-working space) dan pusat
informasi yang terkait dengan berbagai kebutuhan para pelaku industri kreatif,
kemampuan pelaku industri kreatif yang tinggi dalam mengenal pesaing dan
produknya, adanya kepemilikan tempat produksi dan izin usaha bagi para pelaku
Desain kelembagaan industri kreatif yang baik akan berpengaruh positif dalam
Makassar
Kota Makassar. Meski demikian, para pelaku industri kreatif mampu menekan
3. Semakin baik desain kelembagaan industri kreatif akan semakin baik pula kinerja
4. Biaya transaksi yang rendah pada pelaku industri kreatif tidak mempengaruhi
5. Desain kelembagaan dan biaya transaksi pada pelaku industri kreatif di kota
7.4. Saran
sebuah kawasan khusus (co-working space) kepada para pelaku industri kreatif
kreatif, pemerintah, sektor perbankan dan pihak investor dan para komunitas
Makassar
dan pertumbuhan ekonomi kreatif, Para pelaku industri kreatif harus tetap
Abdillah, Willy. 2015. Partial Least Square (PLS) - Alternatif Sturctural Equation Model
(SEM) dalam Penelitian Bisnis. Andi, Yogyakarta
Ali, Irfan (2002). Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi.
Lintasan Ekonomi Vol. XIX. No.2. Juli 2002
Ardagna,S.,danA.Lusardi,(2008),ExplainingInternational DifferencesinEntrepreneurship:
TheRoleofIndividualCharacteristics and RegulatoryConstraints, NBER WorkingPaper
Series,No.14012, May.
Ardista. 2014. Generasi Millennial dalam Era Ekonomi Kreatif. Diakses melalui:
http://news.indonesiakreatif.net/gen-millennial/ tanggal: 6 November 2015
Baudry, Bernard dan Virgile Chassagnon. 2010. The Close Relation Between Organization
Theory and Oliver Williamson’s Transaction Cost Economics: A Theory of the Firm
Perspective. Journal of Institutional Economics. Vol. 6, No. 4, pp. 477–503.
Bart van BUEREN and Yi Sheng GOH, 2016. Internationalizing SMEs in Creative Industries
via Triple Helix Strategy.IJCCI vol. 3, issue 2
Bouquillion, Philippe, 2014. Franchophone Perspectives on Creative Industries and the Creative
Economy. Canadian Journal Of Communication; 2014; 39, 1; ProQuest pg 55
Daniel Araya and Michael Peters, 2010. Education in the Creative Economy: Knowledge and
Learning in the Age of Innovation. Peter Lang
Department for Culture, Media and Sport, 2011. Creative Industries Mapping Document 2001,
DCMS
Dequech, David. 2006. The New Institutional Economics and the Theory of Behaviour Under
Uncertainty. Journal of Economic Behavior & Organization. Vol. 59, pp. 109–131
Desmon HUI, 2013. The Cote d’ Azur of China: A Model Of Creative Economy for Macau. IJCC,
Volume 1, Issue 1
Douglass C. North. The New Institutional Economics and Development. Washington University,
St. Louis
Duran, Xavier dan Patrick McNutt. 2010. Kantian Ethics within Transaction Cost
Economics. International Journal of Social Economics. Vol. 37, No. 10, pp. 755-763.
Fox, Glenn. 2007. The Real Coase Theorems. Cato Journal. Vol. 27, No. 3, pp. 373-
396.
Golden. M and L. Picci. 2005. Proposal for a New Measure of Corruption, Illustrated
with Italian Data. Economics and Politics, 17 : 37-75
Guo Meijun, 2011. Creative Transformations
Hardt, Lukasz. 2009. The History of Transaction Cost Economics and its Recent
Developments. Erasmus Journal for Philosophy and Economics. Vol. 2, Issue
1, pp. 29-51.
Hartono, Jogiyanto dan Riyanto LS. Bambang. (1997). “The Effect of Asimetrical Information
and Risk Attitude on Insentive Schemes: A Contigency Approach”. Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis Indonesia, Vol. 12, 1: 1-12
Hasan Bakhshi, Ian Hargreaves and Juan Mateos-Garcia, A Manifesto for the Creative
Economy, NESTA, 2013
Helpmen, E., 2008. Institutions and Economic Performance. Cambridge, Harvard University
Press
Higgs, Peter & Cunningham, Stuart, 2008. Creative Industries Mapping : Where Have
We Caome From and Where Are We Going?. Creative Industries Journal Vol.1
No.1. Intelect Ltd
Howkins, John, 2001. The Creative Economy: How People Make Money from Ideas. London:
Penguin
Howkins John, 2009. ‘Creative Ecologies: Where Thinking is a Proper Job’, UQP and
Transaction
Howkins, Jhon, 2009. ‘Creative Ecologies’, Chap 2. Penguin, 2001, 1st edition.
Howkins, John, 2013. ‘The Creative Economy’, Penguin, 2001, 2nd edition
Jaya Mindra, dan Sumertajaya, 2008. Pemodelan persamaan struktural dengan Partial Least
Square. Semnas Matematika dan Pendidikan matematika
Rajawali Pers
Knack, S and P. Keefer.1995. Institutions and Economic Performance: Cross-Country Tests
Using Alternative Institutional Measures. Economics and Politics, 7(3): 207-27
Knack, S and P. Keefer.1997. Why Dont Poor Countries Catch Up. A Cross National Test of an
Institutional Explanation. Economic Inqury, 35(3): 590-602
Komsan Suriya. 2012. The creative economy: How people makes money from ideas.
The Empirical Econometrics and Quantitative Economics Letters Volume 1,
Number 4 (September 2012), pp.180–182. Diakses dari:
http://www.jyoungeconomist.com/images/stories/EEQEL_V1_N4_December_20
12_pp_180 _182_Book_Review(1).pdf tanggal: 6 November 2015
Kong, Lily and Justin O’Connor, 2014. Creative Economies, Creative Cities
Krueger, A.O.1974. The Political Economy of the Rent-Seeking Society. American Economic
Review, 64(3): 291-303
Kuswanti, 2005. Knowledge Based Economy Sebagai Basis Peningkatan Daya Saing.
Proceeding, Seminar Nasional PESAT. ISSN: 18582559
Mahmud Syarif, dkk. 2015. Analisis Perkembangan dan Peran Industri Kreatif Untuk
Menghadapi Tantangan MEA 2015. Prosiding SNIT 2015. Hal B-27
Malcolm Rutherford, 2001. Institutional Economics: Then and Now. Journal of Economic
Perspective, Vol.15, Number 3, pages 173-194
Newbigin, Jhon. 2010. The Creative Economy : An Introductory Guide. British Council’s
Creative and Cultural Economy Series/1. The British Council. England
Nicole Chang, dkk, 2015. Prospect Of Penang as a Creative City: A Conceptual Discussion.
IJCC, Volume 3, Issue 1
Nitisusastro, 2009. Kewirausahaan Dan Manajemen Usaha Kecil. Alfabeta
Norsafini Jafar & Rahma Bujang, 2015. Creative Reinvention of Joget Gamelan in Malaysia.
IJCC, Volume 3, Issue 1
Ooi, Can-Seng, 2011. Subjugated in The Creative Industries. Culture Unbound, Volume 3,
2011: 119-137. Linkoping University Electronic Press
O’Connor, Justin, 2010. The Cultural and Creative Industries : A Literatur Review. 2nd Edition.
Creative, Culture and Education Series
Paul A. David, 1994. Why Are Institution The ‘Carriers of History’?: Path Dependence and The
Evolution of Conventions, Organizations, And Institutions. Structural Change and
Economic Dynamic, Vol.5, No.2
Pedro Buitrago and Ivan Duque, 2013.The Orange Economy: An Infinite Opportunity.Inter-
American Development Bank
Peuter de Greig, 2011. Creative Economy and Labor Precarity: A Contested Convergence.
Journal of Commnication Inqury. SAGE
Prasad, C.Biman, 2003. Institutional Economics and Economic Development. The Theory of
Property rughts, economic development, good governance and the environment.
International Journal od Social Economics Vol.30, No.6. Emerald
Primadona, 2008. Peran Penting Trust Sebagai Energi Pembangunan Masyarakat. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis. Vol.3, No.1
Purbayu Budi Santoso, 2008. Relevansi dan Aplikasi Airan Ekonomi Kelembagaan. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Vol.9, No.1. hal. 46-60
Quibria, M.G., 2006. Does Governance Matter? Yes, No, or Maybe: Some Evidence from
Developing Asia. Kyklos, 59(1): 99-114
Richard Florida, 2009. ‘Who's Your City?: How the Creative Economy Is Making Where to Live
the Most Important Decision of Your Life
Robert S Kaplan and David Norton. 2004, ‘Strategy Maps: Converting Intangible Assets into
Tangible Outcomes’,International Accounting Standards, and ‘IAS 38: Intangible
Assets’, revised 12 May 2016
Ronald Coase, 1998. The New Institutional Economics. The American Economic Review.
Vol.88, Issu 2. Page 72-74. ISSN. 00028282
Sent, Esther-Mirjam. 2005. Simplifying Herbert Simon. History of Political Economy. Vol. 37, No.
2, pp. 227-232.
Steve Denning, 2014. Navigating The Phase Change To The Creative Economy, Forbes
Tofler, Alfin. 1980. The Future Shok “Third Wave”. New York : Bantam Book
Yustika, A.E. 2006.Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, dan Strategi. Malang: Bayu Media.
Zabidi, 2015. Pengukuran dan Analisis Kinerja Industri Kreatif Gerabah Kasongan Bantul Guna
Meningkatkan Daya Saing dan Kekuatan Daerah. Jurnal Angkasa, Volume VII nomor 1
Zakiul.J. 2014. Indonesia dalam Menghadapi Era Baru Ekonomi Kreatif. Diakses melalui:
http://news.indonesiakreatif.net/era-ekonomi-kreatif/ tanggal: 6 November 2015
Zimmerer, Scarborough. 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil2 edisi 5.
Salemba empat
Zuhdi, U. 2014. Analyzing The Role of Creative Industries in National Economy of Japan : 1995-
2005. Open Journal of Applied Science, 4, 197-211
Kuesioner Penelitian
Oleh :
ZULKARNAIN BASIR
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
Subsektor Industri :
1. Untuk mengisi identintas, bapak/ibu cukup mengisi titik atau coret yang tidak perlu
2. Mohon bapak/ibu memberikan jawaban yang sebenarnya sesuai dengan kondisi yang atau fakta yang
dirasakan.
3. Jawaban yang bapak/ibu berikan kami jamin kerahasiaannya dan hanya dipergunakan sebatas untuk
kepentingan penelitian serta tidak memberikan pengaruh negatif baik secara pribadi maupun pada
perusahaan.
4. Berilah tanda (X) pada kolom sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu/Saudara, dan kemukakan alasan
terhadap setiap alternatif pilihan/jawaban yang disediakan dalam pertanyaan kuesioner adalah :
Identintas Responden :
60
Pertumbuhan penjualan saya tiap tahun mengalami peningkatan
Tiga Tahun terakhir 5 4 3 2 1
62
Pertumbuhan modal saya tiap tahun mengalami peningkatan
selama Tiga Tahun terakhir 5 4 3 2 1
66
Jumlah Konsumen saya tiap tahun mengalami peningkatan
selama Tiga Tahun terakhir 5 4 3 2 1
68
Pertumbuhan laba usaha saya tiap tahun selama Tiga Tahun
terakhir mengalami peningkatan 5 4 3 2 1
DATA POTENSI WAJIB PAJAK RESTORAN
PER KECAMATAN
TAHUN 2016
01 KECAMATAN MARISO
15 P2001274101001 CV.WIRA BOGA MAKMUR / HOSHI CAFE JL.KASUARI NO.16 (18) CAFE
55 P2001361901001 PALLUMARA KEPALA IKAN KAKAP MERAH JL.CENDRAWASIH NO.20 Rumah Makan
53 P2001085802002 WARUNG KOPI " KEDAI KITA " JL.Landak No.23 A RUMAH KOPI
03 KECAMATAN MAKASSAR
40 P2001230103010 RUMAH KOPI CANTON JL.VETERAN UTARA KOMP.METRO SQUARE NO.C5 Rumah Kopi
44 P2000096803005 RUMAH MAKAN BOGA WIDIA Jl.Maccini Kidul No.21 RUMAH MAKAN
46 P2001081703001 RUMAH MAKAN MAKASSAR KULINER JL.Lanto Dg Pasewang No.49 RUMAH MAKAN
47 P2000054603004 RUMAH MAKAN MARYAM Jl.S.Poso No.54 RUMAH MAKAN
50 P2001230503001 SOP DAN NASI BATU PUTIH JL.BATU PUTIH Warung Nasi
66 P2001360103006 AYAM PENYET MBAK MEGA JL.SUNGAI SADDANG LAMA NO.26 Rumah Makan
1 P2001092304002 " CIRCLE ' K " Jl.Somba Opu No.226 Makassar CAFÉ
2 P2001092204001 " CIRCLE ' K " Jl.Sultan Hasanuddin No.34 Makassar CAFÉ
14 P2001182004009 BEAT STONE COFFEE SHOP N MUSIC Jl.Emmy Saelan No.2 RUMAH KOPI
JL.S.SADDANG KOMP.RUKO
102 P2001239804005 PT.FOODS BEVERAGES INDONESIA RESTORAN
LATANETE PLAZA
140 P2000877804002 RUMAH MAKAN 999 JL.SOMBA OPU NO.271 RUMAH MAKAN
141 P2000012804002 RUMAH MAKAN ANUGRAH Jl.Somba Opu No.215 RUMAH MAKAN
143 P2000047904002 RUMAH MAKAN BUBUR MANADO Jl.Ranggong No.71 RUMAH MAKAN
JL.SAWERIGADING NO.10
144 P2000998804001 RUMAH MAKAN COBEK COBEK RUMAH MAKAN
(EX.JL.AMANAGAPPA NO.07)
145 P2000023404002 RUMAH MAKAN FLORIDA Jl.Ranggong No.69 RUMAH MAKAN
146 P2000046104006 RUMAH MAKAN MAKASSAR Jl.Pasar Ikan No.23 RUMAH MAKAN
147 P2000995004003 RUMAH MAKAN MAS DAENG Jl.ARIEF RATE NO.25 RUMAH MAKAN
148 P2000107804002 RUMAH MAKAN NELAYAN Jl.Ali Malaka No.25 RUMAH MAKAN
149 P2000060204006 RUMAH MAKAN NYOTO Jl.Somba Opu No.140 RUMAH MAKAN
150 P2000045804004 RUMAH MAKAN PADANG Jl.G.Lompobattang No.60 (84) RUMAH MAKAN
151 P2000933604003 RUMAH MAKAN PASIR PUTIH SULAWE JL.LAGALIGO NO.1 RUMAH MAKAN
152 P2000048004004 RUMAH MAKAN RAMAYANA Jl.G.Lompobattang No.109 (85) RUMAH MAKAN
155 P2000038104003 RUMAH MAKAN SARI WANGI Jl.Lasinrang No.26 RUMAH MAKAN
156 P2000996904003 RUMAH MAKAN TAMBAK IKAN Jl.ARIEF RATE NO.39 RUMAH MAKAN
Jl.Datu Museng No. 34 (Ex. Jl.Somba
157 P2000091204002 RUMAH MAKAN TERANG BARU RUMAH MAKAN
Opu No.263)
158 P2000742104003 RUMAH MIE JL.BOTOLEMPANGAN NO.35 MIE
163 P2000035604004 SOP KONRO KAREBOSI Jl.G.Lompobattang No.135 (41) COTO / SOP
174 P2001178104008 WARUNG DAPUR SELERA (RM.CEPY ) JL.DATUMUSENG NO.23 A RUMAH MAKAN
175 P2001292604002 WARUNG KALIMA (CV) JL.SULTAN HASANUDDIN NO.32 WARUNG NASI
176 P2000031804002 WARUNG MAKAN SEGAR LAE-LAE Jl.Datu Museng No.28 WARUNG NASI
177 P2001239304010 WARUNG MAKAN WENANG JL.GUNUNG LOKON NO.52 WARUNG NASI
05 KECAMATAN WAJO
64 P2001285805001 OTO BENTO JL.AHMAD YANI MTC KAREBOSI LT.4 RUMAH MAKAN
91 P2001173605007 RM.SOTO BETAWI DAN MIE SERAM JL.T.PELAJAR NO.143 RUMAH MAKAN
104 P2000035005008 RUMAH MAKAN BUBUR SULAWESI Jl.Sulawesi No.188 RUMAH MAKAN
105 P2000050205001 RUMAH MAKAN DINDA Jl.Bali No.53 (65) RUMAH MAKAN
113 P2000598305004 RUMAH MAKAN PALLU KALOA Jl.T.Pelajar No.104 WARUNG NASI
116 P2000050405005 RUMAH MAKAN TIMOR Jl.Timor No.114 (31) RUMAH MAKAN
117 P2000023705001 RUMAH MAKAN UJUNG PANDANG Jl.Dr.WS.Husodo No.42 RUMAH MAKAN
122 TEXAS LINK KAREBOSI Jl.Ahmad Yani Karebosi Link Terowongan RESTORAN
P2000939505001
123 P2000048505001 WARKOP HAI HONG Jl.Bonerate No.12 RUMAH KOPI
135 P2001346605001 PALLU BASA SAMALONA JL.DR.WAHIDIN SUDIRO HUSODO COTO / SOP
136 P2001346705001 NUSANTARA FOOD COURT (PT.DANKAM) JL.HOS COKROAMINOTO NO.3 RUMAH MAKAN
137 P2001351805008 ES TELER 77 PASAR BUTUNG JL.SULAWESI (PASAR BUTUNG) Minuman Dingin
147 P2001372705001 KEDAI AYAM TIM BU YUNITA JL.A.YANI RUKO NO.C.44 Cafe
148 P2001372805001 PT.HAENGBOK ANUGERAH JAYA JL.JENDERAL AHMAD YANI 23-25 C45 Restoran
149 P2001372905005 RM.COANG JL.BALI NO.116 Rumah Makan
06 KECAMATAN BONTOALA
8 P2000740106005 PT.CANDRA BUANA SURYA SEMESTA JL.URIP SUMOHARJO NO.1 RUMAH KOPI
38 P2001368306002 WARUNG MAKAN MINI RASA JL.SUNGAI CEREKANG NO.23 Warung Nasi
CV.DUTA KARYA MAKASSAR (WARKOP
39 P2001368406005 JL.LACCUKANG NO.18 Rumah Kopi
LACCUKANG)
07 KECAMATAN TALLO
3 P2001245707005 SOP SAUDARA IKAN BAKAR JL.TEUKU UMAR RAYA NO.109 COTO / SOP
9 P2001354907003 BAKSO GOWA (BAKSO DAENG) JL.KORBAN 40.000 JIWA NO.88 Mie
09 KECAMATAN PANAKKUKANG
9 P2001295709007 AYAM PENYET PAK TJOMOT JL.BOULEVARD PANAKKUKANG NO.30 RUMAH MAKAN
14 P2000812309006 BAKSO LAP TEMBAK & NASI UDUK J JL.BOULEVARD JASPER 27 MIE
31 P2001219809001 COFFEE LOVERS URIP JL.URIP SUMOHARJO KM.5 NO.5 RUMAH KOPI
106 P2001321209007 PT.CAHAYA TIRTA RASA / TEA HOUSE JL. PENGAYOMAN - MP CAFE
PT.CATUR PUTRAHARMONIS /
107 P2001321109005 JL.AP.PETTARANI CAFE
OLDTOWN
PT.FOODS BEVERAGES INDONESIA JL.ADHYAKSA RAYA NO.1 PANAKKUKANG
108 P2001251709007 RESTORAN
(CHAT TIME) SQUARE
PT.ROYAL PANCA PERSADA
109 P2001140809007 JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG RESTORAN
ANUGRAH/ROPPAN
PT.SELERA INTER JAYA / DUNKIN
110 P2000649509007 Jl.Boulevard ( Mall Panakkukan RUMAH MAKAN
DONUTS
PT.SINAR INDONESIA HOTEL
111 P2001297309007 JL.BOULEVARD RAYA NO.55 CATERING
(BANQUET/CATERING)
PT.SRIBOGA MARUGAME INDONESIA / JL.BOULEVARD KOMP.PANAKKUKANG MAS
112 P2001291509007 RESTORAN
MARUGAME UDON & TEMPURA GEDUNG C LT. DASAR
PT.TRANS COFFEE / THE COFFEE
113 P2001183209007 Jl.Bouleverd mall panakkukang RUMAH KOPI
BEAN
122 P2001069009007 RM. HAYASIH (SHABU TEI SUKI) JL.BOULEVARD JASPER I NO.26 RESTORAN
130 P2001183309007 RM.SUSHI ROCK N ROLL JL.BOULEVARD RUKO RUBY I NO.9 RUMAH MAKAN
133 P2001239109007 ROTI O' & Q TALK JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG CAFÉ
136 P2000558509007 RUMAH MAKAN KIAT Jl.Topaz Raya No.F-44 RUMAH MAKAN
JL.RACING CENTRE KOMP.RUKO RACING
137 P2001154609005 RUMAH MAKAN MALABAR RUMAH MAKAN
TOWN HOUSE NO.1
138 P2000683609007 RUMAH MAKAN MIRAH JL.PENGAYOMAN NO.F9 RUMAH MAKAN
139 P2000987909007 RUMAH MAKAN SAVORY JL.BOULEVARD A.III NO.7 RUMAH MAKAN
140 P2000088409001 RUMAH MAKAN WAHYU SARI Jl.U.Sumoharjo No.362 RUMAH MAKAN
146 P2000866409007 SOTO AYAM SUROBOYO JL.ADHYAKSA PANAKKUKANG SQUARE COTO / SOP
155 P2001297609007 UD. ES KRIM GORENG YUM JL.PENGAYOMAN (KOMP.PASAR SEGAR) MINUMAN DINGIN
160 P2000960909011 WARKOP TODDOPULI JL.TODDOPULI RAYA BLOK D.29 RUMAH KOPI
161 P2000995209007 WAROENG KITA JL.PENGAYOMAN KOMP.AKIK HIJAU WARUNG NASI
162 P2001068509007 WAROENG STEAK AND SHAKE JL.BOULEVARD BLOK III NO.5 RUMAH MAKAN
165 P2000554709007 WARUNG KOPI PHOENAM Jl.Boulevard Topaz F-15 RUMAH KOPI
169 P2000071309001 WARUNG NASI SUMBER REJEKI Jl.Abd.Dg.Sirua No.66 WARUNG NASI
173 P2000986509001 WARUNG SARI LAUT " MAS JOKO " Jl.AP.Pettarani RUMAH MAKAN
174 P2001019109010 WARUNG SARI LAUT MAS JOKO JL.A.P.PETTARANI NO. RUMAH MAKAN
175 P2001075809007 WARUNG SOPONYONO Jl.Bau Mangga No.22 Makassar WARUNG NASI
176 P2000937409007 WARUNG SOTO BANJAR JL.BOULEVARD TOPAZ RAYA F.30 COTO / SOP
177 P2001329809007 WARUNG SOTO INANG JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG WARUNG NASI
182 P2001333109001 WARUNG NASI MBA ANGGI JL.URIP SUMOHARJO NO.18 WARUNG NASI
183 P2001335809011 LESEHAN PAK DAENG JL.ABDULLAH DG SIRUA RUMAH MAKAN
194 P2001354309007 J.CO DONAT & COFEE JL.BOULEVARD (MALL PANAKKUKANG LT.4) Cafe
196 P2001360409007 CV.ALFIN ALMIRAH JAYA/MIE ALFIN JL.PENGAYOMAN RUKO JASPER III NO.16 Mie
209 P2001367909011 WARKOP TERMINAL 2 JL.TODDOPULI RAYA UTARA BLOK L NO.4/5 Rumah Kopi
219 P2001369609007 CAFE TOAST "EAT & DRINK" JL.BOULEVARD RUKO JASPER 2 NO.6 Cafe
223 P2001372209006 "BEBEK GOYANG SULAWESI" (BEGOS) JL.A.P.PETTARANI NO.31 (PWI) Rumah Makan
224 P2001377009009 WARKOP EMPAT TUJUH (47) JL.URIP SUMOHARJO NO. Rumah Kopi
10 KECAMATAN TAMALATE
41 P2001034810004 RESTORAN X.O SUKI & CUISINE JL.HM.DG.TOMPO / TRANS MALL RESTORAN
66 P2001223110001 WARUNG PANGKEP SOP SAUDARA JL.SULTAN ALAUDDIN NO.38/168 COTO / SOP
1 P2001285911001 ABE CAFE & RESTO JL.PARUMPA (DAYA FESTIVAL) RUMAH MAKAN
12 KECAMATAN MANGGALA
1 P2001317712004 C'BEZT FRIED CHICKEN JL.TAMANGAPA RAYA BLOK. B NO. 40 RUMAH MAKAN
JASA BOGA / CATERING CV.DIRGA
2 P2001299912001 JL.PURI TAMAN SARI CATERING
UTAMA
3 P2001292712001 KIOS ATI RAJA JL.ANTANG RAYA RUMAH MAKAN
13 KECAMATAN RAPPOCINI
9 P2001330113008 CANGKIR BAKERY & CAFÉ JL.LANDAK BARU NO.9 RUMAH KOPI
43 P2000035313005 RUMAH MAKAN CERIA SOLO Jl.Pelita Blk.A5 No.8 RUMAH MAKAN
48 P2001282713008 SOTO AYAM LAMONGAN CAK HAR JL.LANDAK BARU NO.95A-95B RUMAH MAKAN
65 P2001220013004 WARUNG SOLO JL.PELITA RAYA NO.1 (A.5 NO.9) Warung Nasi
14 KECAMATAN TAMALANREA
"W CAFÉ" R.S PRIVATE CARE
1 P2001143614001 JL.P.KEMERDEKAAN KM.10 CAFÉ
CENTRE
2 P2000875114001 ABE CAFE & RESTO JL.P.KEMERDEKAAN KM 8 MKS TOWN SQUARE RESTORAN
22 P2001266514001 PISANG GORENG NUGGET JL.TAMALANREA RAYA NO.1.B (BLOK.1) RUMAH KOPI
PIZZA HUT MAKASSAR TOWN JL.PERINTIS KEMERDEKAAN LINK
23 P2001131814003 RESTORAN
SQUARE TAMALANREA JAYA
24 PIZZA RIA CAFÉ TAMALANREA JL.P.KEMERDEKAAN KM.10 RESTORAN
P2001052714003
25 P2001247014004 PLANET COFFEE JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KM.9 RUMAH KOPI
PT.HERO SUPERMARKET Tbk
26 P2001248914001 JL.P.KEMERDEKAAN II NO.242 RESTORAN
(GFC)
27 P2001234614001 PT.PIONERINDO (CFC) UNHAS JL.P.KEMERDEKAAN PINTU 2 UNHAS RESTORAN
40 P2000084514001 RUMAH MAKAN PONDOK LESEHAN Jl.P.Kemerdekaan Bumi Tamalanrea Blk.G 15 RUMAH MAKAN
44 P2001247214001 WARKOP DG.SIJA BTP JL.TAMALANREA RAYA BLOK M NO.8 RUMAH KOPI
JL.P.KEMERDEKAAN BUKIT KHATULISTIWA
45 P2001219514001 WARKOP KHATULISTIWA RUMAH KOPI
BLOK.A1 NO.1
46 P2000978514001 WARKOP KOTA DAENG JL.P.KEMERDEKAAN KM. RUMAH KOPI
48 P2001245914001 WARUNG BAKSO MAS TOTO JL.BTP RAYA BLOK. A NO.33 MIE
49 P2000978314001 WARUNG KAMPUNG JAWA JL.POROS BTP RAYA NO.44 A WARUNG NASI
AksesPasar&Pemasa
1.000000
ran
NegoCost 0.184389 0.227889 0.882870 0.688447 0.347940 0.292769 0.131707 0.274518 1.000000
PEK 0.511072 0.240371 0.169927 0.119438 0.770519 0.802588 0.825608 0.324198 0.279122 1.000000
SearchCost 0.077628 0.041552 0.824522 0.636671 0.099485 0.048183 -0.025549 0.095385 0.583276 0.007139 1.000000
Lampiran 2
Tabel. 2. Model Pengukuran (Outer Model)
By
AksesPasar&Pemasaran AksesPermodalan ConclCost DesainKelem HakKepemilikan KIK Kebij&Prog NegoCost PEK SearchCost
Transaksi
AksesPasar&Pemasaran 0.590357
AksesPermodalan 0.106333
-
By Transaksi 0.004533
0.084224
ConclCost 0.412180
HakKepemilikan 0.392170
KIK 0.586708
Kebij&Prog 0.342954
NegoCost 0.411112
PEK
SearchCost 0.322307
Lampiran 4
Aksespermodalan 0.361961
Aksespermodalan 0.122845
HaKI 0.431915
HaKI 0.170256
HaKI 0.292784
KenalPesaing 0.218196
KenalPesaing 0.125326
KenalProduk 0.128118
KenalProduk 0.073189
Konsumen 0.175119
Konsumen 0.081834
Kualitas 0.129432
Kualitas 0.072634
Pasca1 0.119797
Pasca2 0.486896
Pasca2 0.193224
Pasca3 0.396524
Pasca3 0.160990
Penetrasi 0.152942
Penetrasi 0.088013
Penyiapanlokasiusaha
danpenyediaaninforma 0.312281
si
Penyiapanlokasiusaha
danpenyediaaninforma 0.101787
si
Permintaan 0.116176
Permintaan 0.079561
PertumbLaba 0.227968
PertumbPasar 0.232661
PertumbPenjualan 0.240960
Pra1 0.385460
Pra1 0.130585
Pra2 0.324833
Pra2 0.140463
Pra3 0.396917
Pra3 0.166487
Program &Pembinaan 0.260232
Regulasi 0.240103
Regulasi 0.086402
SDM 0.208892
SDM 0.161214
SDM 0.287075
Skalaekonomi 0.229662
Skalaekonomi 0.138134
Standar1 0.528690
Standar1 0.171197
Standar2 0.429037
Standar2 0.171033
Standar3 0.432894
Standar3 0.183832
TempatProduksi 0.431320
TempatProduksi 0.172750
TempatProduksi 0.307521
TenagaKerja 0.245546
By
AksesPasar&Pemasaran AksesPermodalan ConclCost DesainKelem HakKepemilikan KIK Kebij&Prog NegoCost PEK SearchCost
Transaksi
Aksespermodalan 1.131507
Aksespermodalan 0.788147
HaKI 0.916431
HaKI 0.745046
HaKI 0.860347
KenalPesaing 0.823197
KenalPesaing 0.657834
KenalProduk 0.634877
KenalProduk 0.393013
Konsumen 0.790248
Konsumen 0.541788
Kualitas 0.655018
Kualitas 0.390678
Pasca1 0.579979
Pasca2 0.906344
Pasca2 0.866228
Pasca3 0.907919
Pasca3 0.765973
Penetrasi 0.762012
Penetrasi 0.465841
Penyiapanlokasiusahadanpenyediaaninformasi 1.072577
Penyiapanlokasiusahadanpenyediaaninformasi 0.612379
Permintaan 0.588538
Permintaan 0.361198
PertumbLaba 0.930971
PertumbPasar 0.999757
PertumbPenjualan 0.982229
Pra1 0.758120
Pra1 0.593778
Pra2 0.758478
Pra2 0.570213
Pra3 0.904318
Pra3 0.777645
Regulasi 0.964590
Regulasi 0.466688
SDM 0.598547
SDM 0.620936
SDM 0.725358
Skalaekonomi 0.604843
Skalaekonomi 0.668803
Standar1 0.852690
Standar1 0.793900
Standar2 0.855303
Standar2 0.756450
Standar3 0.826265
Standar3 0.823008
TempatProduksi 1.051495
TempatProduksi 0.813587
TempatProduksi 0.917824
TenagaKerja 0.878154
By
AksesPasar&Pemasaran AksesPermodalan ConclCost DesainKelem HakKepemilikan KIK Kebij&Prog NegoCost PEK SearchCost
Transaksi
AksesPasar&Pemasaran 4.487175
AksesPermodalan 1.617884
ConclCost 16.913967
HakKepemilikan 6.705852
KIK 8.643825
Kebij&Prog 3.502239
NegoCost 9.853152
PEK
SearchCost 7.862175
Lampiran 9