Anda di halaman 1dari 284

DISERTASI

PERTUMBUHAN EKONOMI KREATIF:


ANALISIS BIAYA TRANSAKSI DAN DESAIN KELEMBAGAAN
(Studi Pada Pelaku Industri Kreatif Di Kota Makassar)

THE GROWTH OF CREATIVE ECONOMY :


An Analysis Of Transaction Cost And Institutional Design
(A Case Study Creative Industry Performer In Makassar)

ZULKARNAIN BASIR
NIM : P0500311427

PROGRAM DOKTOR ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Zulkarnain Basir


NIM : P0500311427
Program Studi : S3 Ilmu Ekonomi

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa disertasi yang berjudul

“ Pertumbuhan Ekonomi Kreatif : Analisis Biaya Transaksi dan Desain


Kelembagaan (Studi Pada Pelaku Industri Kreatif di Kota Makassar) “

Adalah karya Ilmiah saya sendiri dan sepanjang sepengetahuan saya di dalam naskah
disertasi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan/ditulis/diterbitkan
sebelumnya, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila di kemudian hari ternyata di dalam naskah
disertasi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima
saksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)
Makassar, 3 Agustus 2017

Zulkarnain Basir
PRAKATA

Puji dan Syukur dipanjatkan kehadirat Allah S.W.T atas segala limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, Sehingga disertasi yang berjudul Pertumbuhan Ekonomi : Analisis
Desain Kelembagaan dan Biaya Transaksi (Studi Pada Pelaku Industri Kreatif Di Kota
Makassar) yang merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar doktor (Dr) Pada
program pendidikan Doktor Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Makassar dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam proses penyelesaian program doktor ini, banyak pihak yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam memberikan bantuan,
dorongan, arahan dan bimbingan. Untuk itu, dengan tulus dan penuh rasa hormat
penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA., Dekan
Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Muhammad Ali, SE.,
MS, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, Prof. Dr.
Gagaring Pagalung, SE, M.si, Al.,CA, beserta para Wakil Dekan Sekolah
Pascasarjana dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
2. Ketua Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Hasanuddin, Prof. Dr. Haris Maupa, SE., M.Si., yang senantiasa
mengingatkan dan memberi motivasi tiada henti hingga proses penulisan
disertasi ini selesai
3. Prof. Dr. Basri Hasanuddin, MA selaku Promotor. Keluasan ilmu, wawasan, serta
kesabaran dan kearifan beliau sebagai promotor yang telah mengarahkan,
membimbing dan mendorong penulis untuk terus mengali ilmu serta
mengajarkan tentang banyak makna dalam kehidupan
4. Drs. Muhammad Yusri Zamhuri, MA.,Ph.D selakuKoPromotor 1. Kesabaran
kearifan beliau dan keluasan ilmu, dibalik kesibukan beliau tetap dengan sabar
mendorong, memotivasi dan membimbing penulis untuk selalu menggali ilmu
dan terus mendorong komitmen penulis dalam menyelesaikan disertasi ini serta
mengajarkan arti sebuah kesabaran dan komitmen dalam menghadapi setiap
masalah
5. Dr. Muh. Syarkawi Rauf, SE.,M.Si selaku KoPromotor II, meskipun dalam
intensitas kesibukan yang tinggi beliau tetap meluangkan waktunya dalam
memberikan bimbingan dan masukan dalam penyelesaian disertasi.
6. Prof. Dr. Salamun Pasda, SE.,M.Si, selaku penguji eksternal dan Prof. Dr. I.
Made Benyamin, M.Ec, Prof Dr. Muhammad Yunus Zain, MA., Prof. Dr. A. Karim
Saleh., Dr. Sultan Suhab, SE.,MS., Dr. Sanusi Fattah, SE.,M.SI, selaku penguji
internal atas waktu yang telah diluangkan dalam memberikan masukan yang
konstruktif untuk penyempurnaan disertasi ini.
7. Seluruh dosen pengajar Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Hasanuddin
yang sudah memberikan ilmu dan pengetahuan selama proses perkuliahan
8. Pak Epo, Pak Udhin, Pak Udhin 02 dan Pak jamal beserta Seluruh staf akademik
Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Hasanuddin atas pelayanan yang
sangat baik dan ramah dalam setiap proses administrasi yang dibutuhkan
selama proses perkuliahan
9. Dr. Abdi Akbar, ST, MM selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bongaya Ujung
Pandang atas bantuan dan fasilitas yang diberikan sehingga meringankan beban
penulis dalam menyelesaikan penulisan disertasi ini
10. Alimuddin Hadji, B.Sc, MM, selaku Ketua Senat STIEM Bongaya, Drs.
H.Medjang Buang, Dr. H.M. Akob Kadir, SE, M.Si, Dr. Hamzah Idris selaku
anggota senat STIEM Bongaya atas dukungannya selama proses perkuliahan
dan proses penulisan disertasi ini
11. Dr. Muh. Jusuf Radja, SE, M.Si Selaku Ketua STIEM Bongaya, Dr. Badaruddin,
SE, M.Si, Dr. Eli Hasmin, SE, MM, Dr. Mappamiring P, SE, M.Si dan Dr.
Nuryahman, SE, M.Si (Almarhum) selaku pimpinan STIEM Bongaya atas izin
dan bantuannya selama proses perkuliahan dan penyelesaian penulisan
disertasi ini
12. Dr. Hasbiadi, SE, MM, Dr. Edi Jumadi, SE, MM, Rahman Pura, SE, M.Si Ak, CA,
Sahidah, SE, M.Si, Ak selaku pimpinan program studi Manajemen dan Akuntansi
STIEM Bongaya atas dukungan dan motivasinya dari awal perkuliahan hingga
penyelesaian penulisan disertasi ini
13. Dr. H. Masnama Tadjo, MS, A. Syakhrum, SE, MM, Elyas Albar, SE, MM, Aswar,
S.Psi, M.Ikom, dan Rizal Bakri, sebagai keluarga besar P3M STIEM Bongaya
atas dukungan, motivasi dan bantuannya selama ini
14. Para sahabat dosen pengajar STIEM Bongaya, UIT, dan UIN Makassar dan
Para sahabat seperjuangan angkatan 2011 di FEB Unhas yang tiada hentinya
memberi dukungan, motivasi dan ketulusannya dalam berbagi pengetahuan
selama proses perkuliahan hingga penyelesaian penulisan disertasi ini
15. Dr. Imam Mujahid Fahmid, Kakanda Muliadi Saleh selaku staf khsusus Bupati
Mamuju Utara, kakanda Dr. Busman Dahlan Sirat beserta keluarga besar
Institute Social and Political Economic Iissue (ISPEI), INIPASTI Communika,
Maogi Production, Sahaba’ Marcom, adindaku yang tergabung dalam komunitas
kreatif digital, Film, seni dan budayamakassar, Drs. H. Badaruddin P.Sabang
selaku ketua umum DPP Ikatan Kekerabatan Masyarakat (IKM) Sidrap, ISA
Sidrap, dan IPMI Sidrap, Forum Macasar Unhas, atas persaudaraan yang
dengan tulus diberikan
16. Ayah saya Drs. H.M. Basir Rauf dan Ibunda tercinta Hj. Nursiah yang senantiasa
penuh kasih sayang, mendoakan, mendidik, membesarkan dan restu dengan
penuh cinta kepada penulis hingga penulis meraih segala prestasi hingga saat ini
semoga Allah SWT senantiasa memberi kesehatan keselamatan Dunia dan
Akhirat. Terkhusus ibunda tercinta Hasmiah (alm) semoga Allah SWT memberi
tempat yang Mulia Disisi-Nya. Serta Ibu Mertua Dra. Hj. Resmi Mulking atas
cintanya, bantuan dan dukungannya selama ini
17. Saudara-saudaraku, Hj. Hasbiani Basir, Hj. Misbah Basir, Fatimah Basir, Ummu
Amilah Basir, S.Ag, Zulkifli Basir, S. Psi, Zulfadli Basir, Zulfikar Basir, SH, Asri
Ainun Basir atas Cinta kalian
18. Teristimewa Istriku Sri Yulianti Usmi SE., yang tercinta dan Ketiga Anak-anakku
A.Rakha Farrel, W.Zulkarnain.,A. F. Galileo Al Mulky WK., A. Mattaliu Algifari WK
kebanggaanku, selama ini telah menjadi motivasi dalam segala hal dan
kupersembahkan segalanya untuk kalian
19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang
telah dengan ikhlas memberikan bantuan moril dan materil serta mendo’akan
untuk keberhasilan penulis. Semoga Allah S.W.T membalas budi baik
semuanya.

Makassar, 3 Agustus 2017


Penulis

Zulkarnain Basir
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN JUDUL ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN iv

PRAKATA v

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xvii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ............................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 18
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 19
1.4 Kegunaan Penelitian .................................................. 20
1.4.1 Kegunaan Teoritis ................................................... 20
1.4.2 Kegunaan Praktis ................................................... 20
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................ 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................... 23


2.1. Knowledge Based Economy ………….......................... 23
2.2. Industrialisasi Ekonomi ........................................ 27
2.3. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Kreatif .................. 32
2.4. Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif ............................. 36
2.4.1. Karakterisitk Ekonomi Kreatif ............................. 41
2.4.2. Industri Kreatif dan Pelakunya ............................. 42
2.4.3. Karakteristik Industri Kreatif ............................. 43
2.5. Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Kreativitas, Inovasi
Dan Enterpreneurship .................................................. 44
2.6. Ekonomi Kreatif dan Kewirausahaan ............................ 47
2.7. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi Berbasis
Kreativitas ………………………………………….............. 56
2.8. Teori Ekonomi Biaya Transaksi .......................... 59
2.8.1. Definis dan Makna Biaya Transaksi ............... 61
2.8.2. Pengukuran Biaya Transaksi .......................... 66
2.9. Tinjauan Konseptual ................................................ 68
2.9.1. Pertumbuhan Ekonomi Kreatif .......................... 68
2.9.2. Ekonomi Kreatif ................................................ 69
2.9.3. Industri Kreatif ................................................ 70
2.9.4. Desain Kelembagaan ..................................... 76
2.9.5. Biaya Transaksi ................................................ 77
2.10. Tinjauan Empiris ........................................................... 79

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS DAN DEFINISI


VARIABEL PENELITIAN ................................................. 84

3.1. Kerangka Konseptual ................................................ 84

3.2. Hipotesis ...................................................................... 91

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................ 92

3.3.1. Variabel Penelitian ................................................. 92


3.3.2. Definisi Operasional .............................................. 94

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................ 108

4.1. Rancangan Penelitian ................................................ 108

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................... 109

4.3. Populasi dan Sampel ................................................ 109

4.3.1. Populasi ........................................................... 109

4.3.2. Sampel ........................................................... 109

4.4. Jenis dan Sumber Data ................................................ 111

4.4.1. Jenis Data ................................................ 111

4.4.2. Sumber Data ................................................ 111

4.5. Metode Pengumpulan Data ...................................... 112

4.6. Instrumen Penelitian ................................................. 112

4.7. Teknik Analisis Data ................................................. 113

4.7.1. Analisis Faktor ............................................... 113

4.7.2. Merancang Model Penelitian ......................... 116

4.7.3. Estimasi Parameter Pemodelan .............. 118

4.7.3.1. Estimasi Hubungan Indikator dan

Variabel .................................................. 118

4.7.3.2. Estimasi Hubungan Antar Variabel ... 119

4.7.4. Menilai Hasil Pemodelan .................................... 121


4.8. Uji Asumsi Klasik ............................................... 121

4.9. Uji Statistik .......................................................... 122

4.9.1. Uji Reliabilitas ............................................... 123

4.9.2. Uji Validitas ............................................... 123

4.9.3. Uji Signifikansi Parameter .......................... 123

BAB V HASIL PENELITIAN .......................................................... 124

5.1. Perkembangan Ekonomi Kreatif .......................... 124

5.2. Demografi Responden ................................................ 138

5.3. Deskripsi Variabel Penelitian ..................................... 142

5.3.1. Desain Kelembagaan ...................................... 142

5.3.2. Biaya Transaksi ................................................. 148

5.3.3. Kinerja Industri Kreatif ...................................... 151

5.3.4. Pertumbuhan Ekonomi Kreatif ........................... 153

5.4. Hasil Analisis ........................................................... 154

5.4.1. Hasil Analisis Faktor ...................................... 154

5.4.2. Hasil Estimasi Parameter Pemodelan ............... 156

5.4.2.1. Hasil Estimasi Hubungan Indikator dengan

Variabel Laten ...................................... 156

5.4.2.2. Hasil Estimasi Hubungan Antar Variabel .. 161

5.5. Hasil Uji Linearitas ................................................ 163


5.6. Hasil Uji Statistik .......................................................... 164

5.6.1. Hasil Uji Reliabilitas ..................................... 164

5.6.2. Hasil Uji Validitas ..................................... 166

5.6.3. Hasil Uji Signifikansi Parameter .......................... 167

5.6.4. Hasil Uji Determinasi (R²) ..................................... 172

5.7. Hasil Pengujian Hipotesis ..................................... 181

BAB VI PEMBAHASAN .......................................................... 186

6.1. Pengaruh Desain Kelembagaan Industri Kreatif


Terhadap Pertumbuhan ekonomi Kreatif
Di Kota Makassar ............................................... 186
6.2. Pengaruh Biaya Transaksi Industri Kreatif Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Di Kota Makassar ........ 189
6.3. Pengaruh Desain Kelembagaan Industri Kreatif
Terhadap Kinerja Industri Kreatif .......................... 191
6.4. Pengaruh Biaya Transaksi Terhadap Kinerja Industri
Kreatif di Kota Makassar ..................................... 194
6.5. Pengaruh Kinerja Industri Kreatif Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Di Kota Makassar .... 195
6.6. Pengaruh Desain Kelembagaan dan Biaya Transaksi
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kreatif melalui
Kinerja Industri Kreatif ................................................ 196
6.7. Implikasi ..................................................................... 196
6.7.1. Implikasi Teoritis ................................................ 196
6.7.2. Implikasi Praktis ................................................ 201

6.8. Keterbatasan Penelitian .................................................. 203


BAB VII PENUTUP ....................................................................... 205
7.1. Simpulan ....................................................................... 205
7.4. Saran ....................................................................... 206

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 208


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel 106

Tabel 5.1. Kontribusi Industri Kreatif Terhadap Perekonomian

Indonesia Tahun 2005 – 2010 129

Tabel 5.2. Kontribusi Industri Kreatif terhadapPerekonomian


Nasional Tahun 2014 129

Tabel 5.3. Nilai Tambah Bruto Industri Kreatif Tahun 2010-2013 131

Tabel 5.4. Pertumbuhan Ekonomi Kreatif pada Tiga Jenis Industri


Kreatif Tahun 2015 132

Tabel 5.5. Indeks Kreativitas Global (Global Creativity Index)


Tahun 2015 133

Tabel 5.6. Permasalahan Industri Kreatif Di Indonesia 135

Tabel 5.7. Daftar Beberapa Industri Kreatif Di Kota Makassar

Tahun 2016 136

Tabel 5.8. Karakterisitik Responden 140

Tabel. 5.9. Daftar Responden 141

Tabel. 5.10.Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Jawaban Responden


Untuk Variabel Desain Kelembagaan 146

Tabel.5.11. Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Jawaban Responden


Untuk Variabel Biaya Transaksi 151

Tabel.5.12. Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Jawaban Responden


Untuk Variabel Kinerja Industri Kreatif 152

Tabel.5.13. Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Jawaban Responden

Untuk Variabel Pertumbuhan Ekonomi Kreatif 154

Tabel.5.14. Hasil Analisis Faktor 155

Tabel.5.15. Nilai Indeks Variabel Laten 164

Tabel 5.16. Hasil Uji Relaibilitas 165

Tabel 5.17. Hasil Uji Validitas 166

Tabel 5.18. Tabel Uji Signifikansi 168

Tabel 5.19. Kelayakan Model Pertumbuhan Ekonomi Kreatif 173

Tabel 5.20.Uji Signifikansi Model Tanpa Biaya Transaksi 174

Tabel. 5.21. Kelayakan Model Pertumbuhan Ekonomi Kreatif


Tanpa Biaya Transaksi 175

Tabel.5.22. Uji Signifikansi Model Tanpa Biaya Transaksi 176

Tabel. 5.23.Kelayakan Model Pertumbuhan Ekonomi Kreatif


Tanpa Biaya Transaksi 177

Tabel.5.24. Uji Signifikansi Model 178

Tabel. 5.25. Kelayakan Model Pertumbuhan Ekonomi Kreatif 178

Tabel. 5.26. Uji Signifikansi Model 179

Tabel. 5.27. Kelayakan Model Pengaruh Desain Kelembagaan 179

Tabel. 5.28. Uji Signifikansi Model 180

Tabel. 5.29. Kelayakan Model Kinerja Industri Kreatif 181


Tabel 5.30. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis 183
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Klasifikasi Industri Kreatif 39

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual 90

Gambar 5.1. Diagram Jalur Full Model 157

Gambar 5.2. Model Kinerja Industri Kreatif Di Kota Makassar 169

Gambar 5.3. Model Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Di Kota Makassar 170


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara berkembang yang berhasrat maju harus memenuhi prasyarat-

prasyarat dasar bagi pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi tidak dapat

dicapai semata-mata dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi

kemajuan ekonomi (Jhingan, 2014)

Menurut Lewis, pendorong utama pertumbuhan ekonomi ialah efisiensi,

peningkatan pengetahuan atau penerapannya dibidang produksi maka

pembangunan ekonomi berkaitan erat dengan kekayaan intelektual manusia yaitu

ide, kreatifitas, dan stock of knowledge yang disebut sebagai ekonomi kreatif

(Jhingan, 2014;41)

Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep yang dikembangkan di era

ekonomi baru dimana informasi, inovasi, kreativitas, ide, dan stock of knowledge

sebagai penopang utamanya dan memposisikan sumberdaya manusia (SDM)

sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonomi. Konsep ini tidak lagi

menempatkan manusia hanya sebagai pekerja semata seperti pendapat para

kaum klasik yang melihat manusia hanya sebatas tenaga kerja yang diukur secara

kuantitatif dan menitik beratkan perdagangan yang berbasis pada komoditi

sumberdaya alam yang dikenal dengan teori comparative advantage


Dalam teori comparative advantage digambarkan bahwa perdagangan

akan tercapai jika suatu negara mampu memproduksi barang dan jasa lebih

banyak dan lebih efisien dibanding negara lainnya. Menurut kuznets, konsep

ekonomi kreatif melihat perdagangan lebih luas lagi tidak hanya sebatas dari segi

kuantitas barang dan jasa yang diproduksi tetapi kualitas produk dan jasa yang

dihasilkan harus berbasiskan ide, gagasan, kreativitas dan inovasi (Jhingan,

2000:57).

Pengembangan konsep ekonomi kreatif terus diakukan disebabkan

terjadinya perubahan struktur perekonomian dunia yang tengah mengalami

transformasi teknologi dengan laju yang cepat dan secara eksponensial (Schwab,

2016), sehingga sumberdaya alam yang sebelumnya menjadi basis utama

pembangunan ekonomi (resouces based) beralih kepada sumberdaya manusia

sebagai basis utama (knowledge based). Namun penting untuk digaris bawahi

bahwa sumberdaya manusia dalam hal ini bukanlah pada kuantitasnya melainkan

pada stock of knowledge yang dimiliki

Konsep ekonomi kreatif telah digagas oleh Schumpeter sejak tahun 1911

melalui Theorie der wirtschaftlichen entwicklungen (Teori Pembangunan Ekonomi).

Dalam teori pembagunan ekonomi tersebut schumpeter mengusulkan sebuah

gagasan tentang “creative destruction”, dimana dalam teori tersebut dinyatakan

bahwa perusahaan baru yang muncul dengan spirit kewirausahaan dan kreativitas

akan menggantikan perusahaan yang kurang inovatif


Era kreativitas inipun digambarkan oleh Tofler yang merupakan seorang

futurolog dalam bukunya Future Shock (1970) dengan membagi 3 (tiga)

gelombang peradaban manusia yaitu gelombang pertama adalah abad pertanian,

gelombang kedua adalah abad industry dan gelombang ketiga adalah abad

informasi (Nenny, 2008)

Toffler dalam bukunya The Third Wave (1980) menyebutkan bahwa

gelombang peradaban keempat merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan

berorientasi pada ide dan gagasan kreatif yang tak terbatas sementara sarana

dan sumberdaya fisik memiliki keterbatasan(scarcity). Ekonomi kreatif memberikan

gagasan baru untuk mengatasi kelangkaan sumberdaya fisik tersebut dengan

pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan hanya terbarukan, bahkan tak

terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta dan kreativitas (Tian & Gao,

2011),.

Pada era kreatifsaat ini, nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa tidak

lagi ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi seperti pada era industri,

tetapi lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan inovasi melalui perkembangan

teknologi yang semakin maju. Industri tidak dapat lagi bersaing di pasar global

dengan hanya mengandalkan harga atau kualitas produk saja, tetapi harus

bersaing berbasiskan inovasi, kreativitas dan imajinasi.

Sumberdaya fisik yang semakin terbatas menyebabkan pergeseran dari

era pertanian ke era Industrialisasi, disusul dengan era informasi maupun

globalisasi ekonomi, telah membawa peradaban baru bagi manusia. Industrialisasi


telah menciptakan pola kerja, pola produksi dan pola distribusi yang lebih murah

dan lebih efisien. Penemuan baru di bidang teknologi informasi dan komunikasi

seperti internet, email, Global System for Mobile communications (GSM) telah

menciptakan hubungan saling ketergantungan antar manusia sehingga medorong

manusia menjadi lebih aktif dan produktif dalam menemukan teknologi-teknologi

baru tanpa harus bergantung pada sumberdaya fisik yang terbatas.

Pada kondisi semakin terbatasnya sumberdaya fisik, disisi lain tingkat

konsumsi manusia semakin meningkat bukan hanya sebatas pada konsumsi murni

tapi juga pada konsumsi kebutuhan sosial searah dengan semakin bertambahnya

populasi penduduk di setiap negara. Konsumerisme yang tinggi inilah menjadi

salah satu pendorong lahirnya ekonomi kreatif (Levickaite, 2011)

Sehingga pada tahun 1990-an dimulailah era ekonomi baru yang

mengutamakan informasi dan kreativitas dan populer dengan sebutan ekonomi

kreatif yang digerakkan oleh sektor industri yang disebut industri kreatif. Klaus

Schwab (2016) CEO World Economic Forum juga menggambarkan lahirnya era

baru tersebut dalam sebuah artikel yang berjudul “The Fourth Industrial Revolution:

what it means, how to respond” mengungkapkan bahwa saat ini kita berada di

ambang revolusi teknologi yang pada dasarnya akan mengubah cara kita hidup,

bekerja, dan berhubungan satu sama lain.

Dalam skala, ruang lingkup, dan kompleksitasnya, transformasi akan

berbeda dengan yang dialami manusia sebelumnya. Transformasi tersebut bukan

hanya merupakan perpanjangan dari revolusi industri ketiga, dan hal tersebut
berbeda dengan kedatangan revolusi industri yang keempat berdampak pada

kecepatan, ruang lingkup, dan sistem.

Kecepatan terobosan saat ini tidak memiliki preseden historis. Bila

dibandingkan dengan revolusi industri sebelumnya, revolusi keempat berkembang

secara eksponensial dan bukan kecepatan linier. Luas dan kedalaman perubahan

ini menandai transformasi di seluruh sistem produksi, manajemen, dan

pemerintahan.

Revolusi industri keempat memiliki potensi untuk meningkatkan tingkat

pendapatan global dan meningkatkan kualitas hidup bagi populasi di seluruh

dunia. Sampai saat ini, mereka yang telah mendapatkan keuntungan maksimal

dari revolusi industri tersebut adalah konsumen mampu membeli dan mengakses

dunia digital. Teknologi telah memungkinkan produk dan layanan baru yang

meningkatkan efisiensi dan kesenangan hidup pribadi kita. Produk baru berupa

aplikasi online saat ini dapat dinikmati misalnya untuk memesan taksi, memesan

penerbangan, membeli produk, melakukan pembayaran, mendengarkan musik,

menonton film, atau bermain game, semua ini dapat dilakukan dari jarak jauh.

Ke depan, inovasi teknologi juga akan menghasilkan keajaiban di sisi

penawaran dengan keuntungan jangka panjang dengan adanya efisiensi dan

peningkatan produktivitas (Schwab, 2016). Biaya transportasi dan komunikasi

akan turun, logistik dan rantai pasokan global akan menjadi lebih efektif, dan biaya

perdagangan akan berkurang, yang kesemuanya akan membuka pasar baru dan

mendorong pertumbuhan ekonomi.


Pada saat yang sama, Brynjolfsson dan McAfee (2016), mengungkapkan

bahwa revolusi dapat menghasilkan ketidaksetaraan yang lebih besar, terutama

potensinya akan mengganggu pasar tenaga kerja di seluruh sektor ekonomi,

subtitusi tenaga kerja oleh mesin dapat memperburuk kesenjangan antara

pengembalian modal dan pengembalian tenaga kerja. Di sisi lain, mungkin juga

bahwa subtitusi tenaga kerja oleh teknologi secara keseluruhan akan

menghasilkan peningkatan bersih dalam pekerjaan yang aman dan bermanfaat.

Revolusi industri keempat merupakan tantangan yang harus ditanggapai

secara serius dan cepat, karena semua peralatan mesin akan terhubung dengan

internet atau menggunakan sistem digital. Sistem digital juga merupakan peluang

bagi pelaku industri untuk melakukan efisiensi dan masyarakat yang mampu

berinovasi dengan stock of knowledge yang dimilikinya akan dapat meningkatkan

pendapatannya berkali-kali lipat, dengan kata lain“low skill-low pay, high skill high

pay” (Schwab, 2016)

Berbagai macam inovasi telah banyak ditunjukkan, salah satunya melalui

perkembangan media sosial dan sistem komunikasi yang semakin canggih. Peuter

(2011), melihat peluang terjadinya pertumbuhan pasar yang baik dan terciptanya

kesempatan kerja yang lebih luas melalui ekonomi kreatif. Pada perekonomian

masyarakat munculnya industri kreatif yang menciptakan pertumbuhan pasar

menjadi sumber penghasilan tambahan, dan kesempatan kerja yang lebih mampu

menyerap tenaga kerja, serta mendidik orang berwiraswasta dan dapat memacu

inisiatif untuk maju (Marjanto, 2006: 2).


Meminjam sebuah analogi dari kaum urbanis yang pada 1990-an

mengatakan Ide "kota kreatif" saat ini hampir di mana-mana mengalami

kemajuan(Landry, 2005;1 dalam peuter, 2011). Pemerintah mengadopsi istilah

industri kreatif sebagai kanopi yang luas yang mencakup film dan Televisi, desain,

periklanan, perangkat lunak, penerbitan, fashion, seni visual, dan sebagainya.

Pendapatan sektor ini menghasilkan jumlah yang mengesankan,

dukungan industri kreatif pun muncul sebagai label kebijakan untuk

mempromosikan kontribusi sektor ekonomi ini. Industri kreatif berdasarkan

kreativitas, keterampilan dan bakat individu dengan potensi menciptakan kekayaan

dan pekerjaanmelalui pengembangan kekayaan intelektual (British Arts Council,

2011, n.p.). Produktifitas sektor ekonomi ini dengan pengelompokan pekerjaan

dari "kelas kreatif," oleh Florida (2003) tetap menjadi eksponen paling terkenal dari

"ekonomi kreatif," Tesis tentang kelas kreatif telah menarik perhatian para

akademisi dan pembuat kebijakan.

Dari sudut pandang yang berbeda florida memperhatikan faktor kreativitas

dan budaya dalam pembangunan daerah. Faktor-faktor ini semakin dianggap

sebagai model alternatif untuk pembangkit pertumbuhan ekonomi. Ide semacam

itu telah membentuk kembali perkembangan kebijakan dan institusi lokal, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Beberapa tahun terakhir, peran inovasi dalam industri kreatif diteliti secara

lebih mendalam. Dalam hal ini, beberapa ahli menyakini bahwa adanya inovasi

dalam suatu perusahaan dapat dikategorikan industri kreatif (Miles and Green,
2008; Wilkinson, 2007; Stoneman,2007; Handke, 2004, 2006; Galenson, 2006;

Green et al., 2007).

Sedangkan disisi lain, beberapa kajian memformulasikan peran industri

kreatif dalam kontribusinya untuk inovasi dalam perekonomian lebih luas dimana

input dari industri kreatifdapat digunakan sebagai proses inovasi dalam industri

lain (Bakhshi et al.,2008).

Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya

penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi. Dalam satu dekade terakhir ini

muncul diskursus yang lebih intensif mengenai pentingnya faktor “kelembagaan”

(institutions) sebagai variabel yang mendorong perrtumbuhan ekonomi negara

(Erani Yustika, 2013)

Howkins (2011) melalui bukunya “The Creative Economy : How People

Make Money From Ideas”, menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis

kreativitas setelah melihat pada tahun 1997, Amerika Serikat menghasilkan

produk-produk Hak Kekayaan Intelektual (HKI) senilai 414 miliar dolar yang

menjadikan HKI sebagai barang ekspor nomor satu di Ameriak Serikat

Selain di Amerika serikat, di beberapa negara ekonomi kreatif juga

memainkan peran signifikan sehingga menggerakkan mereka membangun potensi

ekonomi kreatifnya. Inggris sebagai pelopor pengembangan ekonomi kreatif

dengan membangun industri kreatifnya tumbuh rata-rata 9% per tahun dan jauh

diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi negaranya yang hanya mencapai 2%-3%,

mampu berkontribusi terhadap pendapatan nasional mencapai 8,2%.


Pertumbuhan tersebut diwujudkan melalui Departement of Culture, Media and

Sports (DCMS)

Di negara-negara asia dan negara berkembang, sementara ini masih

sedikit penelitian dengan konteks ekonomi kreatifyang dapat ditemukan (Yusuf dan

Nabeshima, 2005). Banyak dari mereka yang benar-benar menerapkan kreativitas

sebagai salah satu arah kebijakan pembangunan, dan bahkan memiliki

pertumbuhan industri kreatif yang terkemuka. misalnya,Singapura, Taiwan, Hong

Kong dan China (Perserikatan Bangsa-Bangsa, 2004). Namun, tidak jelassejauh

mana mereka memanfaatkan konsep ini untuk mendorong pembangunan

ekonomi, seperti yang kadang-kadang dilakukan oleh negara-negara Barat.

Kreativitas kolektif sebagai kekayaan intelektual, kekuatan penambahan

nilai dari produksi simbolis merupakan sebuah pendekatan wirausaha terhadap

pemerintahan kota, promosi inovasi, dan microenterprise.Lembaga dunia sebesar

PBB pun ikut serta mendorong sektor ekonomi kreatif ini mengemukakan ekonomi

kreatif sebagai perkembangan paradigma baru(2008), agar pemerintah nasional

mengadopsi kebijakan industri kreatif serupa(Ross, 2009), sampai kepada pekerja

perorangan yang baru diwajibkan untuk "menjadi kreatif" apapun pekerjaannya

(Osten, 2007).

Wacana ekonomi kreatif menjadi menarik untuk dikaji di negara ini

terutama karena industri kreatif muncul di Bandung, salah satu kota di JawaBarat.

Kemajuan Bandung menjadi barometer, bagi kota lain dan kabupaten khususnya

Kota Makassar. Di Kota Makassar sendiri secara bertahap mulai menerapkan


program serupa dengan menggelar festival ekonomi kreatif (F8)sebuah event

bersakala internasional digelar setiap tahun dengan melibatkan para pelaku dan

komunitas industri kreatif.

Selain pemerintah kota makassar, para pelaku industri kreatif pun dikota

ini semakin menggeliat, para pengusaha cafe dan resto melakukan transformasi

dari sistem konvensional menjadi lebih modern dengan berinovasi menciptakan

produk-produk baru yang terus menerus diperbaharui, cafe dan resto yang

barupun hadir dengan desain dan inovasi sistem produksi dengan menggunakan

teknologi yang lebih maju, sangat berbeda dengan subsektor kuliner lainnya

seperti rumah makan dan warung-warung kopi yang masih menggunakan sistem

produksi konvensional.

Pada subsektor periklananpun saat ini telah mengalami transformasi dari

metode konvensional seperti pembuatan baligho, spanduk dan billboard sebagai

media iklan produk menjadi videotron, pemanfaatan media sosial sebagai media

periklanan dengan desain iklan yang semakin kreatif, serta bermunculannya

startup-startup pada subsektor aplikasi dan pengembangan game yang bukan

hanya berskala lokal namun telah ada berskala internasional seperti aplikasi radio

online dan game yang dapat didownload di playstore

Selain itu, kinerja industri kreatif di Indonesia pada umumnya dan kota

makassar khusunya masih dihadapkan pada berbagai macam hambatan.

beberapa factor penghambat tersebut antara lain; ketersediaan tenaga kerja

kreatif, sumberdaya pendukung, kelembagaan, pembiayaan, infrastruktur,


teknologi dan pemasaran (Bekraf, 2016). Faktor penghambat tersebut didominasi

oleh dua faktor yaitu kelembagaan dan pembiyaan (Bekraf, 2016)

Untuk menganalisa kinerja industri kreatif dikota makassar dengan melihat

dua faktor penghambat utama tersebut maka desain kelembagaan menjadi

penting posisinya untuk menganalisiskinerja indutri kreatif di kota makassar lebih

dalam. Kelembagaan dalam hal ini berbeda dengan faktor pendidikan, sumber

daya alam, penduduk, dan teknologi yang dipandang bisa menjelaskan fenomena

perbedaan pencapaian kemajuan ekonomi antarnegara. Jika faktor pendidikan

(human capital), SDA, kepadatan penduduk, dan teknologi lebih merupakan faktor

sederhana yang bisa dipisahkan dengan realitas sosial; maka kelembagaan (rules

of the game) justru hidup dan berjalan di atas realitas sosial masyarakat

Kelembagaan yang baik dicirikan oleh tiga hal (Acemoglu, 2003;27).

Pertama, pemaksaan terhadap hak kepemilikan (enforcement of property right).

Adanya hak kepemilikan di dalam masyarakat baik aset fisik maupun aset non fisik

(hak paten atau hak kekayaan Intelektual) akan memberi insentif bagi individu

untuk melakukan kegiatan ekonomi, misalnya investasi. Kedua, membatasi

tindakan-tindakan politisi, elite, dan kelompok-kelompok berpengaruh lainnya yang

berupaya memperoleh keuntungan ekonomi tanpa prosedur yang benar, seperti

perilaku mencari rente (rent-seeking behaviour). Ketiga, memberi kesempatan

yang sama (equal opportunity) bagi semua individu untuk mengerjakan aktivitas

ekonomi/investasi, khususnya dalam meningkatkan kapasitas individu (human

capital) maupun berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif


Dengan demikian, Pemikiran Acemoglu pada point pertama dan kedua

tersebut secara tidak langsung mengarahkan desain kelembagaan ekonomi kreatif

pada adanya hak kepemilikan atas produk industri kreatif dan terciptanya equal

opportunity dikalangan pelaku ekonomi secara umum

Meramveolitakis dan Milonakis (2010:1046) menyatakan bahwa dalam

teori ekonomi kelembagaan baru, untuk mempelajari institusi (kelembagaan) maka

teori biaya transaksi merupakan konsep penjelas yang sangat krusial,

berkebalikan dengan asumsi neoklasik yang tidak mengakui adanya biaya

transaksi dalam kegiatan ekonomi. Faktanya biaya transaksi selalu hadir dalam

tiap aktivitas ekonomi

Dengan demikian, masalah kelembagaan tentunya tidak berdiri sendiri,

dimana biaya transaksi juga perlu menjadi alat analisis untuk lebih mendalami

permasalah ekonomi kreatif tersebut seperti yang digambarkan oleh North (1990)

bahwa semakin efisien biaya transaksi, maka desain kelembagaanpun juga akan

semakin efisien atau sebaliknya.

Biaya transaksi timbul akibat adanya asymetri informasi, dimana pihak

yang menguasai informasi akan cenderung bersikap opprotunis sehingga

menyebabkan munculnya biaya transaksi tinggi. Jika biaya transaksi terlalu tinggi,

maka perdagangan tidak akan terjadi dan ekonomi menjadi stagnan (Coase,1937;

Williamson, 1985; North,1991; dan Mburu, 2002). Pemikiran kaum posivistis juga

dudukung oleh pendapat Cordes et.al (2011), yang mengatakan bahwa biaya
transaksi menjadi signifikan disaat perilaku rasional yang terbatas hadir

bersamaan dengan sikap oportunisme.

Berikutnya, teori ekonomi kelembagaan juga diformulasikan oleh teori

Coase (Coase Theorem) yang mengklarifikasi tentang biaya transaksi dalam teori

ekonomi neoklasik. Coase mendemonstrasikan bahwa inefisiensi dalam ekonomi

neoklasik bisa terjadi bukan cuma akibat adanya struktur pasar yang tidak

sempurna atau penjelasan standar lainnya, melainkan karena adanya kehadiran

secara implisit biaya transaksi.

Kemunculan teori biaya transaksi tidaklah mulus tanpa kritikan, beberapa

kritikanpun yang muncul terhadap teori biaya transaksi. Donaldson (1995), melihat

bahwa kesalahan umum yang dilakukan oleh positivis teori ekonomi

organisasional adalah pendekatannya yang parsial dimana berbagai aspek dalam

manajemen diabaikan hanya terfokus pada sikap moral hazard yang bisa

dilakukan para manajer, sementara Robbins (1987), melihat teori ini selalu

menggeneralisir dan melakukan deduksi secara umum terhadap perilaku

perusahaan secara individual. Argumen Robbins menyatakan bahwa teori biaya

transaksi tidak bisa mengkonstruksi hubungan kausal yang menjadi sebuah

pernyataan umum, karena hal ini akan mengurangi kepercayaan manajer terhadap

institusi, terhadap apresiasi perilaku ekonomi yang diyakini dalam struktur yang

spesifik.

Dalam pandangan kaum positivistik, bahwa seorang manajer dapat

menyembunyikan informasi yang sesungguhnya terkait harga saham yang


sebenarnya kepada para pemegang saham demi mencapai keuntungannya

sendiri, hal tersebut sering disebut asimetri informasi.

Dore (1983), juga menentang pandangan kaum positivistik dengan

mengambil contoh pada perusahaan Jepang dengan supliers mereka. Hubungan

mereka dibangun atas dasar hubungan saling bergantung dan percaya bahwa

hubungan tersebut merupakan hubungan yang saling menguntungkan (mutually),

dan jauh dari usaha mementingkan diri sendiri. Dasar hubungan seperti ini

adalah win-win framework dalam jangka panjang dengan secara natural asimetri

informasi dan oportunisme menjadi tidak ada.

Kreps (1984), menyatakan kelemahan teori ini tehadap proses

manajemen terletak pada simplifikasi asumsi yang inheren, di dalamnya ada

penciptaan hirarki dengan transaksi sebagai fokus tunggal unit analisis, karena

terjadi simplifikasi pada struktur maka teori biaya transaksional tidak terlalu formal

menjelaskan teori mereka dalam kriteria-kriteria manajemen perusahaan

multinasional. Termasuk menurut Dore (1998), terhadap pembahasan dimensi

hubungan kontraktual inter-organisasional.

Doz dan Prahalad (1991), melihat asumsi teori biaya transaksi yang

sangat materialistis terlalu jauh mengatur tugas-tugas manajerial pada perusahaan

multinasional, terutama hal-hal yang menyangkut budaya organisasi,

perilaku clan (misalnya hubungan perusahaan dengan pemasok), masalah

pengendalian, atau integrasi normatif pada perusahaan multinasional. Analisa

biaya transaksional berasumsi secara berlebihan terhadap kemanusiaan dan


organisasi sehingga fokus Teori Biaya Transaksi (Transaction Cost

Theory) menjauh dari isu-isu sentral manajemen.

Perdebatan diatas masih terfokus pada lingkup organisasi perusahaan,

namun tidak dapt dinafikkan bahwa asimetri informasi dan opportunisme yang

menimbulkan biaya transaksi juga sangat memungkinkan untuk dapat menjadi

salah satu penghambat laju pertumbuhan ekonomi.

Tantangan pembangunan ekonomi lainnya adalah bagaimana mengurangi

biaya transaksi pada saat melakukan perdagangan yang semakin kompleks,

dibutuhkan sebuah desain pembangunan kelembagaan guna mendukung kegiatan

perdagangan, desain kelembagaan tersebut terdiri dari penyediaan informasi,

melindungi hak kepemilikan, dan menyiapkan mekanisme yang efektif untuk

menegakkan kesepakatan (Poulton et al., 1998:12-13)”.

Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi biaya transaksi pada suatu

perdagangan dan buruknya desain kelembagaan akan mengakibatkan kinerja

industri kreatif akan mengalami stagnasi atau tidak mengalami peningkatan.

Adanya otonomi daerah mengharuskan tiap daerah untuk

selalumengembangkan potensi-potensi ekonomi yang dimilikinya. Kota

makassarsebagai kota yang sedang giat menggerakkan industri kreatifditandai

dengan semakin berkembangnya industri kreatif menyebabkan industri kreatif

dikota makassar semakin kompetitif khususnya pada industri kuliner, periklanan,

aplikasi dan pengembangan game seperti telah diuraikan sebelumnya


Untuk meningkatkan kinerja ekonomi kreatif di Kota Makassardiperlukan

adanya studi kelembagaan industri kreatif yang ada di kota makassar, karena

buruknya desain kelembagaan dan tingginya biaya transaksi pada aktivtas pelaku

industri kreatif akan menghambat kinerja industri kreatif di kota makassar dan

sampai saatini belum ada gambaran yang jelas mengenai kondisi industri kreatif di

Kota Makassar yang dapat dijadikan bahan dasar untuk melakukan analisis dan

perumusankebijakan atau pengambilan keputusan yang signifikan bagi

pertumbuhan ekonomikreatif di kota makassar

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka didapatkan enam rumusan

masalahsebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh desain kelembagaan industri kreatif terhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif di kota makassar

2. Bagaimana pengaruh biaya transaksi industri kreatif terhadap pertumbuhan

ekonomi kreatif di kota makassar

3. Bagaimana pengaruh desain kelembagaan industri kreatif terhadap kinerja

industri kreatif di kota makassar

4. Bagaimana pengaruh biaya transaksi industri kreatif terhadap kinerja industri

kreatif di kota makassar

5. Bagaimana pengaruh kinerja industri kreatif terhadap pertumbuhan ekonomi

kreatif di kota makassar


6. Bagaimana pengaruh desain kelembagaan dan biaya transaksi industri kreatif

terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif di kota makassarmelalui kinerja

industri kreatif

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Menganalisis pengaruh desain kelembagaan industri kreatif terhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif di kota makassar

2. Menganalisis pengaruh keberadaan biaya transaksi industri kreatif terhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif di kota makassar

3. Menganalisis pengaruh desain kelembagaan industri kreatif terhadap kinerja

industri kreatif di kota makassar

4. Menganalisis pengaruh keberadaan biaya transaksi industri kreatif terhadap

kinerja industri kreatif di kota makassar

5. Menganalisis pengaruh kinerja industri kreatif terhadap pertumbuhan ekonomi

kreatif di kota makassar

6. Menganalisis pengaruh desain kelembagaan dan biaya transaksi industri

kreatif terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif di kota makassar melalui kinerja

industri kreatif

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis


Secara teoritis, penelitian ini diharapkan memberi kontribusi

terhadap pengembangan teori – teori ekonomi kreatif, teori ekonomi

kelembagaan khususnyateori biaya transaksi dan desain Kelembagaan

1.4.2. Kegunaan Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan berguna untuk para pelaku

industri kreatif dalam meningkatkan kinerjanya dan pihak pemerintah

sebagai pengambil kebijakan dalam merumuskan berbagai program dan

kebijakannya dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif di

wilayahnya masing-masing

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini didasarkan atas judul penelitian yang telah ditetapkan yaitu “

Pertumbuhan ekonomi kreatif: Analisis Biaya Transaksi dan Desain Kelembagaan

Studi pada pelaku industri kreatif di Kota Makassar”. Ruang lingkup pada

penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi kreatif yang digerakkan oleh para

pelaku industri kreatif khususnya industri kuliner, periklanan, aplikasi dan

pengembangan game dengan menggunakan desain kelembagaan dan biaya

transaksi sebagai alat analisis dan mengukur kinerja industri kreatif untuk

mengetahui factor-faktor pendorong dan penghambat kinerja industri kreatif dalam

meningkatkan pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Makassar

Berdasarkan ruang lingkup tersebut diatas, maka materi penelitian adalah

sebagai berikut :
a. Pertumbuhan ekonomi kreatif

b. Kinerja industri kreatif kuliner, periklanan, aplikasi dan game

c. Industri kreatif sebagai penggerak perekonomian masyarakat

d. Factor pendorong dan penghambat kinerja industri kreatif khususnya pada

industri kuliner, periklanan, pengembangan aplikasi dan game

e. Biaya transaksi sebagai alat analisis untuk mengukur tingkat efisiensi dalam

proses transaksi para pelaku industri kreatif kuliner, periklanan, aplikasi dan

pengembangan game dan pengaruhnya terhadap kinerja industri kreatif dan

pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Makassar

f. Desain kelembagaan sebagai alat analisis untuk mengukur kinerja industri

kreatif pada industri kuliner, periklanan, aplikasi dan pengembangan game

dan pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Makassar

g. Peran pemerintah Kota Makassar dalam meningkatkan kinerja industri kreatif

dan mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Makassar


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Knowledge Based Economy

Manusia sebagai mahluk ekonomi (homo economicus) yang memiliki

keinginan (wants) dan kebutuhan (needs) selalu berusaha untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari baik kebutuhan primer, sekunder dan tersier, sehingga

manusia selalu berusaha untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dalam

memenuhi kebutuhannya. Perubahan struktur sosial pada masyarakat dan kondisi

alam serta tantangan hidup yang dihadapi oleh manusia, membuat manusia

menjadi kreatif untuk dapat selalu berusaha untuk beradaptasi. Maka dapat

dikatakan bahwa sejak awal peradaban manusia, sesungguhnya telah ada

manusia-manusia kreatif

Manusia menjadi lebih kreatif seiring dengan berkembangnya

pengetahuan, masyarakat dapat menciptakan perubahan besar dalam

kehidupannya, seperti yang dikemukanan oleh Toffler (1980), dengan membagi

gelombang peradaban manusia menjadi tiga yaitu gelombang ekonomi pertanian,

ekonomi industri dan ekonomi informasi.

Gelombang Pertama, adalah gelombang ekonomi pertanian (800 SM –

1500M) biasa juga disebut gelombang pembaruan dimana manusia dengan

kreativitas dapat menemukan dan menerapkan teknologi pertanian. Salah satu

bentuk kreativitas yang dimiliki masyarakat pada era ini adalah penggunaan
“baterai alamiah” seperti otot-otot binatang, hutan, air terjun, angin dan matahari,

kincir air dan kincir angin yang dapat menyimpan energy dan dapat diperbaharui

Gelombang kedua adalah gelombang ekonomi industri (1500 M – 1970 M)

adalah masyarakat industri. Pada era inipun kreativitas masyarakat terus

mengalami perkembangan dengan melahirkan revolusi Industri. Pada abad ke-18

dimana revolusi industri pertama muncul ditandai dengan penggunaan uap untuk

menggerakkan mesin yang berbahan bakar kayu atau batu bara. Selanjutnya,

pada abad ke-19 kemunculan revolusi Industri kedua ditandai dengan

penggunaan teknik baru berupa mesin bermotor yang berbahan bakar listrik atau

bensin. Memasuki abad 20, revolusi industri ketigapun lahir ditandai dengan

penggunaan teknik kimia-hayati berbahan bakar atom atau nuklir. sehingga

mendorong peningkatan penggunaan mesin-mesin yang menghasilkan efisiensi

dalam produksi batu bara, besi, dan baja.

Gelombang ketiga adalah gelombang informasi (1970 – 2000 M). fase ini

dikenal dengan era pengetahuan (Knowledge age), Pada era ini pengetahuan

merupakan sumber peningkatan produktivitas yang paling diandalkan dalam

pembangunan ekonomi, karena dapat meningkatkan kesejahteraan yang lebih

berkesinambungan dan berdampak luas dibandingkan faktor-faktor produksi

lainnya yang bersifat fisik (Kuswanti, 2005).

Pada era ini pula pengetahuan menjadi dasar utama dalam

menggerakkan pembangunan ekonomi atau sering disebut knowledege based

economy. Hayek (1936) telah menyatakan sebelumnya bahwa esensi knowledge


based economy yakni pentingnya iptek dalam perekonomian modern, seperti

halnya yang dikatakan Drucker (1983) bahwa knowledge akan menjadi motor

pada perkembangan dan inovasi produk-produk unggulan disetiap perusahaan

(Kuswanti, 2005). Alfred Marshall juga mengatakan bahwa Knowledge merupakan

mesin produksi yang paling powerfull (Bontis, 2005)

Perkembangan gelombang ketiga diawali dengan gagasan tentang

masyarakat digital. Perpaduan pengetahuan (knowledge), kreativitas, dan

kemajuan teknologi sebagai dampak dari revolusi ketiga menghasilkan

karakteristik era ini yaitu penggabungan berbagai platform teknologi yang

mengaburkan batas-batas fisik, digital, dan ruang biologis. Banyak ahli

berpendapat bahwa gelombang ketiga ini merupakan usaha untu melakukan

percepatan, ruang lingkup dan dampak terhadap sistem. Sehingga memunculkan

era digitalisasi untuk menyesuaikan dengan tantangan dan kebutuhan manusia.

Era digitalisasi akan berdampak kepada jutaan manusia yang akan

terhubung oleh koneksi seluler dengan digunakannya satelit telekomunikasi, kabel

optic dalam jaringan internet, masyarakat mampu berkomunikasi secara online,

kapasitas memori dan akses pengetahuan yang tidak terbatas. Aktivitas ekonomi

banyak dilakukan dengan menggunakan jaringan internet seperti media social

facebook, twitter, instagram, line, path, BBM dan lainnya. Berbagai

kemungkinanpun terbuka lebar seiring kecanggihan teknologi yang terus menerus

ditingkatkan, khususnya; kecerdasan buatan (AI/Artificial Intelligence), teknologi

robot, kendaraan tanpa awak, teknologi nano, bioteknologi, sains material,

penyimpanan energy dan computer kuantum.


Semakin berkembangnya pengetahuan semakin berkembang pula daya

kreativitas manusia dan semakin banyak pula bermunculan manusia-manusia

kreatif. Toffler telah memprediksi akan lahirnya gelombang peradaban manusia ke

empat yaitu peradaban manusia kreatif atau sering disebut sebagai gelombang

ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif (Nenny, 2008).

Hal tersebut senada dengan pemikiran Howkins tentang munculnya

ekonomi baru yang ditandai dengan lahirnya industri – industri kreatif yang

dikedalikan oleh hukum kekayaan intelektual, hak cipta, merek, royalty dan desain.

Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan asset kreatif

yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Perkembangan perekonomian dunia mendorong adanya inovasi yang

hadir secara terus menerus. Dalam konsep S-C-P, kemajuan teknologi (inovasi)

dengan adanya pembaharuan teknologi, penawaran produk dengan kualitas tinggi

semakin bertambah banyak sehingga harga rendah dan surplus konsumen

meningkat.

Proses perkembangan ekonomi menurut Schumpeter (1939) dalam

bukunya Business Cycles, faktor utama yang menyebabkan perkembangan

ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya adalah para innovator atau

enterpreneur (Susan, 2004),. Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa

diterapkan dengan adanya inovasi oleh para enterpreneur. Dan kemajuan

ekonomi tersebut diartikan sebagai peningkatan output total masyarakat.


Sehingga dengan kekuatan inovasi mendorong manusia lebih fokus kepada

pengoptimalan ide- ide kreatif yang berbasais pengetahuan.

2.2. Industrialisasi Ekonomi

Perkembangan dunia industri yang semakin cepat menghadirkan berbagai

peluang bagi pelaku ekonomi dengan berkembangnya struktur ekonomi dibarengi

munculnya berbagai corak aktivitas ekonomi dan perluasan sektor industri

tentunya mempunyai pengaruh yang sangat besar tehadap peningkatan investasi

(Dumairy, 1996)

Selain investasi, perkembangan dunia industri juga memiliki dampak

langsung dalam perekonomian yaitu lahirnya pengusaha kaya, biaya produksi

rendah sehingga harga barang semakin rendah, upah buruh menjadi rendah,

perdagangan dunia semakin maju, tumbuhnya kapitalisme industri yang berpusat

pada perseorangan, dan matinya industri rumah tangga.

Faktor lain yang kemudian memperkuat hubungan industri dan ekonomi

adalah perkembangan ilmu ekonomi, yang kemundian memunculkan pemikiran

revolusi dalam bidang industri merupakan rasionalitas ekonomi. Dengan adanya

tuntutan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi disektor industri

diharapkan dapat menuju sasaran-sasaran yang akan dicapai yaitu dalam rangka

menunjang pembangunan pada umumnya yang dapat menghasilkan devisa bagi

negara. Pembangunan industri itu sendiri dilakukan secara terencana dan

bertahap agar industri dalam struktur perekonomian dapat bertahan dengan baik

(Dumairy, 1996)
Dalam pandangan umum, bahwa pembangunan industri bertujuan untuk :

1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata

dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan atau hasil budidaya

serta dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan

hidup.

2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur

perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang

sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi

pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai tambah bagi

pertumbuhan industri pada khususnya.

3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya

teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap

kemampuan dunia usaha nasional.

4. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan golongan ekonomi

lemah, termasuk pengrajin agar berperan secara aktif dalam pembangunan

industri.

5. Memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan

berusaha, serta meningkatkan peranan koperasi industri.

6. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produksi

nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui

pengutamaan pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi

ketergantungan kepada luar negeri.


7. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang

pembangunan daerah dalam rangka pewujudan Wawasan Nusantara.

8. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam rangka

memperkokoh ketahanan nasional.

Pembangunan industri terencana tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk

penciptaan kawasan-kawasan perindustrian yang bertujuan untuk mempertinggi

daya tarik suatu daerah, dengan harapan akan di peroleh manfaat sebagai berikut

a. Menghemat pengeluaran pemerintah untuk menciptakan prasarana

b. Untuk menciptakan efisiensi yang lebih tinggi dalam kegiatan industri-

industri

c. Untuk menciptakan perkembangan daerah yang lebih cepat dan

memaksimumkan peranan pembangunan daerah dalam keseluruhan

pembangunan ekonomi.

Lebih lanjut dikatakan bahwa faktor yang lebih penting lagi yang

mendorong usaha menciptakan kawasan perindustrian adalah besarnya

keuntungan potensial yang akan diperoleh berbagai industri apabila fasilitas yang

demikian disediakan kepada mereka.

Perkembangan perekonomian dunia tidak terlepas dari adanya inovasi

yang hadir secara terus menerus. Proses perkembangan ekonomi menurut

Schumpeter (1939) dalam bukunya Business Cycles, faktor utama yang

menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan pelakunya


adalah para innovator atau entrepreneur (Susan, 2004),. Kemajuan ekonomi suatu

masyarakat hanya bisa diterapkan dengan adanya inovasi oleh para entrepreneur.

Dan kemajuan ekonomi tersebut diartikan sebagai peningkatan output total

masyarakat.

Dalam membahas perkembangan ekonomi, Schumpeter membedakan

pengertian pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi walaupun

keduanya merupakan sumber peningkatan output masyarakat. Menurut

Schumpeter pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang

disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah faktor produksi. Hal ini terkait dengan

tersedianya sumber daya manusia yang handal dan juga tersedianya jaringan

pemasaran yang lebih baik dibanding kota-kota kecil.

Namun hal itu tidak menutup kemungkinan kota-kota kecil di Indonesia

untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Bagi kota-kota kecil, strategi

pengembangan ekonomi kreatif dapat dilakukan dengan memanfaatkan Landmark

kota atau kegiatan sosial seperti festival sebagai venue untuk mengenalkan

produk khas daerah (Susan, 2004).

2.3. Perkembangan Pemikiran Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang

mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan enterpreneurship

(ide dan pengetahuan) dari sumber daya manusia sebagai faktor produksi yang

utama. Struktur perekonomian dunia mengalami transformasi dengan cepat

seiring dengan pertumbuhan ekonomi, dari yang tadinya berbasis sumber daya
alam (SDA) sekarang menjadi sumber daya manusia (SDM) sebagai basis utama

(Schwab, 2016), dari era pertanian ke era industri dan informasi

Howkins (2001) dalam bukunya The Creative Economy: How People

Make Money pertama kali memperkenalkan istilah ekonomi kreatif. Howkins

menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis kreativitas setelah melihat

kondisi perekonomian dunia pada tahun 1997 yang dilanda krisis sementara

industri kreatif saat itu menjadi penyelamat ekonomi diberbagai negara. Howkins

menjelaskan ekonomi kreatif sebagai "kegiatan ekonomi dalam masyarakat yang

menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menghasilkan ide, tidak hanya

melakukan hal-hal yang rutin dan berulang.

Istilah “ekonomi kreatif” yang di populerkan Howkins pada tahun 2001

mendfinisikan ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana input dan

outputnya adalah gagasan, seseorang yang kreatif dapat memperoleh

penghasilan yang sangat layak. Gagasan seperti apakah yang dimaksud? Yaitu,

gagasan yang orisinil yang dapat diproteksi oleh HKI. Contohnya adalah produser

film, pencipta lagu, desainer, pembuat aplikasi dan game atau periset mikrobiologi

yang sedang meneliti varietas unggul padi yang belum pernah diciptakan

sebelumnya (Nenny, 2008)

Howkins (2001) dalam bukunya “The Creative Economy” menemukan

kehadiran gelombang ekonomi kreatif setelah menyadari pertama kali pada tahun

1996 ekspor karya hak cipta Amerika Serikat mempunyai nilai penjualan sebesar

US$ 60,18 miliar yang jauh melampaui ekspor sektor lainnya seperti otomotif,

pertanian, dan pesawat. Howkins juga telah menjelaskan bahwa ekonomi baru
telah muncul seputar industri kreatif yang dikendalikan oleh hukum kekayaan

intelektual seperti paten, hak cipta, merek, royalti dan desain. Ekonomi kreatif

merupakan pengembangan konsep berdasarkan aset kreatif yang berpotensi

meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Santos, 2007).

Model yang paling umum dari pangsa ekonomi kreatif terdapat banyak

elemen. Menurut howkins bahwa model berbasis kreativitas mencakup semua

jenis kreativitas, apakah dinyatakan dalam seni, desain dan media dan biasanya

terbatas pada industri yang direncanakan. Istilah ekonomi kreatif semakin

mengacu pada semua kegiatan ekonomi yang tergantung pada kreativitas individu

seseorang untuk nilai ekonominya apakah hasilnya memiliki unsur budaya atau

tidak

Lebih lanjut, Howkins mengatakan bahwa ekonomi kreatif terdapat

dimanapun kreativitas individu merupakan sumber utama dari nilai dan penyebab

utama transaksi. Ada beberapa cara untuk mengukur ekonomi kreatif. Hal ini

dimungkinkan untuk menggunakan indicator yang sama seperti di gunakan negara

lain, seperti output produsen, pengeluaran konsumen, tenaga kerja dan

perdagangan. Bisnis juga menggunakan penilaian, rerantai nilai, harga dan

perdagangan. Ada indicator tambahan kekayaan intelektual

Namun, untuk mengukur wujud sebuah nilai, desain, merek dan gaya

merupakan sebuah tantangan. Selanjutnya, sifat pekerjaan berbeda dengan

proporsi tinggi pekerja paruh waktu dan dengan banyak transaksi yang non

keuangan. Pemerintah telah lambat untuk menyelesaikan statistik nasional

mereka untuk merangkap bentuk – bentuk baru dari pekerjaan kreatif, produksi
dan transaksi. Akibatnya, data nasional tentang lapangan kerja, GDP dan

perdagangan sering tidak dapat diandalkan. Amerika dan inggris pun terus

melakukan penyesuaian statistik nasional mereka untuk mengukur ekonomi kreatif

mereka lebih akurat

Menurut Tian dan Gao (2011), ekonomi kreatif adalah bentuk

pembangunan ekonomi yang maju yang bergantung pada sumberdaya alam yang

sedikit. Pendorong utamanya bukan murni teknologi atau informasi tetapi

enterpreneurship yang melahirkan kreatifitas manusia, produk kreatif bersifat unik

karena menggabungkan budaya, semangat dan kebiasaan

Karena bagi masyarakat ini, menghasilkan ide merupakan hal yang harus

dilakukan untuk kemajuan. Karakteristik ekonomi kreatif diantaranya:

- Diperlukan kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan dalam industri

kreatif, yaitu cendekiawan (kaum intelektual), dunia usaha, dan pemerintah

yang merupakan prasyarat mendasar

- Berbasis pada ide atau gagasan. Ide adalah barang ekonomi yang sangat

penting, lebih penting dari objek yang ditekankan di kebanyakan model-model

ekonomi (Romer, 1993). Di dunia dengan keterbatasan fisik ini, adanya

penemuan ide-ide besar bersamaan dengan penemuan jutaan ide-ide kecillah

yang membuat ekonomi tetap tumbuh.

- Ide adalah instruksi yang membuat kita mengkombinasikan sumber daya fisik

yang penyusunannya terbatas menjadi lebih bernilai. Romer juga berpendapat

bahwa suatu negara miskin karena masyarakatnya tidak mempunyai akses


pada ide yang digunakan dalam perindustrian nasional untuk menghasilkan

nilai ekonomi.

- Pengembangan tidak terbatas dalam berbagai bidang usaha .

- Konsep yang dibangun bersifat relatif.

Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008) merumuskan

ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan

melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki

cadangan sumber daya yang terbarukan.

Definisi yang lebih jelas disampaikan oleh UNDP (2008) yang

merumuskan bahwa ekonomi kreatif merupakan bagian integratif dari

pengetahuan yang bersifat inovatif, pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan

budaya. Indonesia merupakan negara dengan banyak suku dan budaya, maka

setiap daerah yang memiliki sebuah kebudayaan dapat mempresentasikan

budayanya dengan cara-cara yang unik

2.4. Ekonomi Kreatif dan Industri Kreatif

Ekonomi kreatif dan industri kreatif adalah satu kesatuan, di masyarakat

modern 2 istilah ini sudah tidak asing lagi. Keberadaan ekonomi kreatif mampu

menopang kehidupan masyarakat dengan berlandaskan kemandirian, artinya

orang tak lagi bergantung pada terbukanya lapangan kerja. Dengan mereka

paham akan konsep ekonomi kreatif maka industri kreatif bisa berkembang seperti

di luar negeri.
Dalam dunia kontemporer, sebuah paradigma pembangunan baru yang

muncul menghubungkan ekonomi dan budaya, merangkul aspek ekonomi,

budaya, teknologi dan sosial pembangunan, dari tingkat makro sampai mikro. Inti

dari paradigma baru faktanya adalah bahwa kreativitas, pengetahuan dan akses

informasi semakin diakui sebagai mesin kuat pertumbuhan ekonomi da

pembangunan mempromosikan di dunia global. Perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan informasi memasuki era baru dalam perekonomian global. Konsep

ekonomi kreatif terus berkembang dan menjadi paradigma baru global. United

Nations Conferences on Trade and Development (UNCTAD) memberi definisi

kreativitas yaitu :

“Creativity refers to the formulation of new ideas and to the application of

these ideas to produce original works of art and cultural products, functional

creations, scientific inventions and technological innovations. The word “creativity”

is associated with originality, imagination, inspiration, ingenuity and inventiveness.

(UNCTAD, 2008)

Dari definisi tersebut, muncullah suatu konsep yang dikenal dengan nama

ekonomi kreatif. UNCTAD kemudian mendefinisikan ekonoomi kreatif sebagai

berikut; (1) the creative economy is an evolving concept based on creative assets

potentially generating economic growth and development, (2) it can foster income

generation, job creation and export earnings while promoting social inclusion,

cultural diversity and human development, (3) It embraces economic, cultural and

social aspects interacting with technology, intellectual property and tourism

objectives, (4) It is a set of knowledge-based economy activities with a


development dimension and cross-cutting linkages at macro and micro levels to

the overall economy, (5) It is feasible development option calling for innovative

multidisciplinary policy respons and interministerial action, and (6) At the heart of

the creative

Di Indonesia sendiri Industri kreatif masih belum maksimal

perkembangannya, hal itu dikarenakan masih banyak masyarakat yang pola

pikirnya masih berbasiskan kolonial. Artinya sudah terbiasa untuk bekerja pada

orang lain, ketergantungan inilah yang membuat orang tidak mampu menciptakan

ide-ide baru untuk memandirikan diri sendiri.

Industri kreatif merupakan industri yang berasal dari kreativitas individu,

keterampilan dan bakat, dan yang memiliki potensi kekayaan dan penciptaan

lapangan kerja melalui generasi dan eksploitasi kekayaan intelektual (UK DCMS

Task Force 2 1998)

UNCTAD mendefiisikan industri kreatif sebagai, (1) are the cycles of

creation, production, and distribution of goods and services that use creativity and

intellectual capital as primary inputs, (2) constitute a set of knowledge-based

activities, focused on but no limited to arts, potentially geenrating revenues from

trade and intellectual property rights, (3) comprise tangible products and intangible

intellectual or artistic services with creative content, economic value and market

objectives: are the cross-road among the artisan, services and industrial sectors,

and (4) constitute a new dynamic sector in world trade

Penjelasan diatas sangat kontras dengan kondisi saat ini dimana kita

sering melihat fenomena dimana banyak sekali kaum terpelajar dalam artian
mereka yang mampu menyelesaikan pendidikannya dengan baik, tetapi justru

sangat kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan. Inilah mindset yang harus dirubah

ketika orang seharusnya sudah tidak lagi berpegang pada konsep itu,

menciptakan lapangan kerja secara mandiri walau masih disebut self employ

bukanlah sebuah persoalan.

Gambar 2.1. Klasifikasi Industri Kreatif

Traditional
Cultural
Cultural
expressions Performing
sites
arts

Visual
arts Creative Audiovisuals
Industries

Publishing
and printed New
media media

Design Creative
services

Sumber : UNCTAD, 2008

Menurut Howkins industri kreatif adalah industri yang berorientasi pada

manusia. Proteksi dari kekayaan intelektual berfungsi untuk menjaga energy vital

dari industri kreatif. Pengembangan industri kreatif bukan hanya tergantung pada

perilaku individu dan beberapa perusahaan, tetapi juga interaksi antara


perusahaan dengan klaster. Perusahaan mendapatkan manfaat dari simbiosis

mutualisme dan akses dari rantai nilai industri yang tinggi

Menurut Wang & Peng (2009), industri kreatif berbeda dengan industri

barang yang diproduksi oleh mesin ataupun industri buruh dimana orang menjual

tenaganya untuk mendapatkan upah. Industri kreatif menghasilkan output modal

intelektual yang berlabel originalitas. Industri kreatif sangat menghargai kreativitas

individu, bakat adalah factor utama.

Pembangunan industri kreatif bergantung pada input dan output dari

modal manusia kreatif dan pengembangan kelas kreatif. Ketika krisis ekonomi

melanda asia, korea selatan diselamatkan oleh tingginya pertumbuhan ekonomi

kreatif. Alasan mengapa industri game bertumbuh hanya dalam beberapa tahun

adalah karena korea selatan kaya akan sumberdaya kreatif

Richard florida penulis buku “The Rise Of Creative Class” dan “Cities and

The Creative Class” memperkenalkan tentang industri kreatif dan kelas kreatif di

masyarakat (Creative Class). Florida sempat mendapat kritik, bila ada kelompok

tertentu dilingkungan social yang memiliki kelas tersendiri, apakah ini terkesan elit

dan eksklusif ? tidak juga, justru menurut Florida, ia menghindari kesan tersebut

karena gejala dari istilah – istilah sebelumnya seperti Knowledge society yang

dinilai elitis.

Menurut Florida, seluruh umat manusia adalah kreatif, apakah ia seorang

pekerja di pabrik kacamata atau seorang remaja di gang senggol yang sedang

membuat musik hip hop. Namun perbedaannya adalah pada statusnya (kelasnya),

karena ada individu – individu yang secara khusus bergelut dibidang kreatif
(creative worker) dan mendapat faedah ekonomi secara langsung dari aktivitas

tersebut. Tempat – tempat dan kota – kota yang mampu menciptakan produk –

produk baru yang inovatif tercepat akan menjadi pemenang kompetisi di era

ekonomi ini (nenny, 2008)

2.4.1. Karakteristik Ekonomi Kreatif

Ekonomi Kreatif adalah kegiatan ekonomi berdasarkan pada

kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya

kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh

pada kesejahteraan masyarakat (Inpres No. 6 Tahun 2009), berdasarkan

definisi tersebut, maka beberapa hal yang menjadi karakteristik dari

ekonomi kreatif sebagai berikut :

- Diperlukan kolaborasi antara berbagai aktor yang berperan

dalam industri kreatif, yaitu cendekiawan (kaum intelektual), dunia

usaha, dan pemerintah yang merupakan prasyarat mendasar

- Berbasis pada ide atau gagasan.

- Pengembangan tidak terbatas dalam berbagai bidang usaha.

- Konsep yang dibangun bersifat relatif.

2.4.2. Industri Kreatif dan Pelakunya

Menurut Zuhdi (2014) Industri kreatif adalah industri-industri yang

bersumber dari kreativitas, keterampilan, dan bakat individu yang memiliki

potensi kekayaan dan penciptaan lapangan kerja melalui generasi dan

eksploitasi kekayaan intelektual


Definisi industri kreatif dari sisi pemerintah yaitu industri yang

mengandalkan kreatifitas individu, keterampilan serta talenta yang

memiliki kemampuan meningkatkan taraf hidup dan penciptaan tenaga

kerja melalui penciptaan (gagasan) dan eksploitasi HKI (UK Departement

of Culture, Media and Sport, 1999, dalam Nenny, 2008)

Sedangkan menurut departemen perdagangan pada studi

pemetaan industri kreatif tahun 2007 dalam buku pengembangan ekonomi

kreatif Indonesia 2025 (2008) adalah industri yang berasal dari

pemanfaatan kreativitas, keterampilan, serta bakat individu untuk

menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan

dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut

Menurut UNESCO industri kreatif adalah kegiatan produksi

maupun pelayanan yang melingkupi elemen substansi dari segi artistik

atau usaha untuk menciptakan dan mencakup aktifitas arsitektur dan

periklanan.

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf RI) pada tahun 2015

mengembangkan ekonomi kreatif 14 subsketor mejadi 16 subsektor

industri kreatif, yang terdiri dari; (1) Periklanan (advertising), (2) Arsitektur,

(3) Seni Rupa, (4) Kriya (craft), (5) Desain Interior, (6) Desain Komunikasi

Visual, (7) Desain produk, (8) Fesyen (fashion), (9) Film, animasi dan

Video, (10) Fotografi, (11) Aplikasi dan Pengembangan Game (Game

Developer), (12) Musik, (13) Seni Pertunjukkan (showbiz), (14) Penerbitan

(15) Televisi & Radio (broadcasting), (16) Kuliner


2.4.3. Karaktristik Industri Kreatif

Menurut jurnal Analisis Kebijakan Pengembangan Industri Kreatif

di Kota Bandung Industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang

berfokus pada kreasi dan eksploitasi karya kepemilikan intelektual seperti

seni, film, permainan, desain atau fashion, dan termasuk layanan kreatif

antar perusahaan seperti iklan. Adapun karakteristik industri kreatif

sebagai berikut :

1. Produk industri kreatif sering juga merupakan barang-barang simbolis,

yang mengandung nilai-nilai budaya

2. Perbedaan dari setiap konsumen dalam menilai produk industri kreatif

sulit diprediksi

3. Industri kreatif sering kali ditandai dengan adanya diversifikasi produk

yang tinggi

4. Sebagian produk industri kreatif bertahan lama dan dapat dipakai

berulang kali

2.5. Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Kreativitas, Inovasi dan Enterpreunership

Teori Schumpeter menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha di

dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa

para pengusaha merupakan golongan yang akan terus menerus membuat

pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi.

Schumpeter dalam tesisnya mengenai creative destruction theory

memberikan pemahaman bahwa diperlukan inovasi-inovasi dalam mendorong

produktivitas, baik dalam skala mikro pada level perusahaan maupun skala makro
dalam konteks Negara. Inovasi inilah yang akan mendorong terjadinya

pertumbuhan, ini sangat jelas diutarakan Schumpeter dalam bukunya Theory of

Economic Development (1912) dan Capitalism, Socialism, and (1942).

Inovasi tersebut meliputi: memperkenalkan barang-barang baru,

mempertinggi efisiensi dalam memproduksikan suatu barang, memperluas pasar

suatu barang ke pasaran-pasaran yang baru, mengembangkan sumber bahan

mentah yang baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam organisasi

perusahaan dengan tujuan mempertinggi keefisienan kegiatan perusahaan.

Berbagai kegiatan inovasi ini akan memerlukan investasi baru. Di dalam

mengemukakan teori pertumbuhannya Schumpeter memulai analisanya dengan

memisahkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang.

Tetapi keadaan ini tidak akan berlangsung lama. Pada waktu keadaan tersebut

berlaku, segolongan pengusaha menyadari tentang berbagai kemungkinan untuk

mengadakan inovasi yang menguntungkan.

Didorong oleh keinginan memperoleh keuntungan dari mengadakan

pembaharuan tersebut, selain meminjam modal juga akan meningkatkan

pengetahuannya (stock of knowledge) untuk terus berinovasi dan berkreasi yang

akan meninggikan tingkat kegiatan ekonomi negara. Maka pendapatan

masyarakat akan bertambah dan tingkat konsumsi menjadi bertambah tinggi.

Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk

menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru.

Menurut Schumpeter makin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi

semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi. Maka pertumbuhan


ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Pada akhirnya akan mencapai

tingkat “keadaan tidak berkembang” atau “stationary state”. Akan tetapi berbeda

dengan pandangan klasik, dalam pandangan Schumpeter keadaan tidak

berkembang itu dicapai pada tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Teori pertumbuhan neo-klasik dikembangkan oleh Solow (1970) dari

Amerika Serikat dan Swan (1956) dari Australia. Model Solow-Swan

menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan

teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Selain itu, Solow-Swan

menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antar

kapital (K) dan tenaga kerja (L).

Dengan demikian, di masa peradaban manusia ekonomi kreatif dimana

pengetahuan manusia telah mampu mereduksi penggunaan modal yang besar

sehinga akan mengugurkan anggapan bahwa syarat-syarat adanya pertumbuhan

yang mantap dalam model Solow-Swan kurang restriktif disebabkan kemungkinan

substitusi antara modal dan tenaga kerja..

Teori Solow-Swan melihat bahwa dalam banyak hal mekanisme pasar

dapat menciptakan keseimbangan sehingga pemerintah tidak perlu terlalu banyak

mencampuri atau mempengaruhi pasar. Campur tangan pemerintah hanya

sebatas kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan moneter. Hal ini membuat teori

mereka dan pandangan para ahli lainnya yang sejalan dengan pemikiran mereka

dinamakan teori neo-klasik.

Tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber, yaitu akumulasi modal,

bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan peningkatan teknologi. Teknologi ini


terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik sehingga produktivitas

perkapita meningkat.

Teori neo-klasik sebagai penerus dari teori klasik menunjukkan agar

kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar

sempurna, perekonomian bisa tumbuh maksimal. Sama seperti dalam model

ekonomi klasik, kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan

dalam perdagangan termasuk perpindahan orang, barang dan modal. Harus

dijamin kelancaran arus barang, modal, tenaga kerja dan perlunya penyebaran

luas informasi pasar.

Lucas mengatakan, bahwa kekuatan yang menggerakkan pertumbuhan

dan pembangunan ekonomi kota atau daerah dapat dilihat dari tingkat

produktivitas klaster orang – orang bertalenta dan orang – orang kreatif atau

manusia – manusia yang mengandalkan ilmu pengetahuan yanga ada pada

dirinya (Nenny, 2008)

2.6. Ekonomi Kreatif dan Kewirausahaan

Dari dimensi subjek perilaku individual, kewirausahaan pada hakekatnya

adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan

gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif untuk memecahkan masalah

dan memanfaatkan peluang (Zimmerer, 1996) dan perbaikan (preparation) hidup

(Prawirokusumo, 1997). Untuk memenangkan persaingan, maka seorang

wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas

tersebut seyogyanya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan
gagasan-gagasan baru sehingga kewirausahaan juga merupakan kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (Drucker, 1959)

Gagasan-gagasan kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang,

bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yang memberikan

terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh

gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.

Gagasan-gagasan yang jenius umumnya membutuhkan daya inovasi

yang tinggi dari wirausahawan yang bersangkutan. Kreativitas yang tinggi tetap

membutuhkan sentuhan inovasi agar laku dipasar. Inovasi yang dibutuhkan

adalah kemampuan wirausahawan dalam menambahkan guna atau manfaat

terhadap suatu produk (nilai) dan menjaga mutu produk dengan memperhatikan

“market oriented” atau apa yang sedang laku dipasaran. Dengan bertambahnya

guna atau manfaat pada sebuah produk, maka meningkat pula daya jual produk

tersebut di pasar, karena adanya peningkatan nilai ekonomis bagi produk tersebut

bagi konsumen.

Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar

melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan

berbeda agar dapat bersaing. Menurut Zimmerer (1996:51), nilai tambah tersebut

dapat diciptakan melalui cara-cara sebagai berikut:

1. Pengembangan teknologi baru (developing new technology)

2. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)

3. Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing

products or services)
4. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang

lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of

providing more goods and services with fewer resources)

Oleh karena itu tidak berlebihan jika OECD (1998) mendefinisikan

wirausahawan sebagai berikut: “Wirausahawan adalah agen perubahan dan

pertumbuhan di dalam sebuah pasar suatu sistem perekonomian yang berfungsi

mempercepat penciptaan, penyebaran dan penerapan gagasan-gagasan inovatif,

sehingga entrepreneurs not only seek out and identify potentially profitable

economics opportunities but also willing to take risks to see if their hunches are

right”.

Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil tercermin dalam

kemampuan dan kemauan untuk memulai berbisnis (start-up), kemampuan untuk

mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan kemampuan untuk

mencari peluang (opportunities), kemampuan dan keberanian untuk menanggung

risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan meramu

sumber daya yang tersedia. Kemauan dan kemampuan tersebut diperlukan

terutama untuk:

1. Melakukan proses/teknik baru (the new technique);

2. Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service);

3. Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added);

4. Merintis usaha baru ( the new business) yang mengacu pada pasar;

5. Mengembangkan organisasi baru (the new organization).


Hal ini sejalan dengan ciri munculnya kelompok wirausahawan inovatif

sebagaimana disinyalir Schumpeter sebagai reaksi terhadap kubu perusahaan

berskala besar yang resisten terhadap perubahan, sebagaimana ditulis dalam

risalah klasiknya tahun 1942, Capitalism and Democracy, dimana situasi

memaksa para wirausahawan untuk memulai mendirikan perusahaan baru dalam

mewujudkan kegiatan inovatif.

Dengan demikian fungsi para wirausahawan adalah melakukan

pembaruan atau merombak pola produksi dengan menggali suatu invensi

(penemuan dan pendekatan yang benar-benar baru), atau secara lebih umum,

menerapkan suatu teknologi yang belum pernah digunakan untuk menghasilkan

produk baru atau produk lama melalui suatu cara yang baru.

Pada umumnya untuk mengimplementasikan hal-hal baru ini relatif sulit

dan merupakan suatu fungsi ekonomi yang berbeda namun nyata. Pertama,

karena hal tersebut berada di luar kebiasaan dan tugas rutin, dan kedua, terdapat

tantangan dari lingkungan yang bersifat resistan. Dengan demikian, kegiatan

wirausaha adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melihat dan

menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber daya-sumber

daya yang dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat dan mengambil

keuntungan dalam rangka meraih sukses.

Kewirausahaan pada hakekatnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang

yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia

nyata secara kreatif. Untuk memenangkan persaingan, maka seorang


wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas

tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan

gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada

selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi

oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yang

menghasilkan terobosan baru dalam dunia usaha dilandasi oleh gagasan kreatif

yang tadinya dianggap mustahil.

Namun perlu disadari pula, bahwa konsep perubahan bersifat relatif, apa

yang dipersepsikan sebagai perubahan bagi seseorang atau organisasi belum

tentu mencakup sebuah praktik baru bagi industri. Atau hal itu merepresentasikan

perubahan untuk industri domestik, tetapi bukan untuk industri global. Oleh karena

itu, konsep kewirausahaan melekat dalam cakupan lokal (local context). Pada

waktu yang bersamaan, nilai kewirausahaan dibentuk pula oleh kemauan

melakukan benchmark secara relevan. Aktivitas kewirausahaan yang dianggap

‘baru’ menurut seseorang, tetapi bisa saja ‘tidak baru’ bagi perusahaan atau

industri, yang mana kesemua hal ini bisa membatasi nilai inovatifnya.

Oleh karena itu maka Florida menawarkan konsep 3T, yaitu: talenta,

toleransi dan teknologi. Pertama, talenta, yaitu untuk menghasilkan sesuatu yang

berdaya saing, dibutuhkan SDM yang baik dengan sejumlah potensi bakat atau

talenta. Orang dengan talenta tinggi pada gilirannya akan memiliki penghasilan

tinggi dari gagasan-gagasan kreatifnya. Howkins menyebut mereka sebagai

orang-orang yang hidup dari penciptaan gagasan dan mengeksploitasinya dengan

berbagai cara. Florida mengklasifikasi kelas ini, ada yang bernuansa latar
belakang akademik (universitas), ada yang berorientasi teknologi, ada yang

bernuansa artistic (bohemian), pendatang (imigran & warga negara keturunan

etnis tertentu) dan bahkan sampai pada yang bernuansi orientasi sex.

Peuters dengan gayanya yang khas dan nada humor mengatakan: bila

anda ingin inovatif, gampang saja, bergaulah dengan orang-orang aneh dan anda

akan bertambah kreatif. Akan tetapi jika anda bergaul dengan orang-orang yang

membosankan, anda akan semakin membosankan juga. Kedua, toleransi,

sebelum era ekonomi kreatif ini teridentifikasi, orang beranggapan bila ingin

mendapat pekerjaan sebaiknya pindah kesuatu daerah dimana terdapat

konsentrasi kawasan industri (aglomerasi). Boleh jadi pendapat tersebut tetap

berlaku, namun Florida mengatakan, bahwa saat ini lapangan pekerjaan akan

tercipta justru di tempat-tempat dimana terdapat konsentrasi yang tinggi dari para

pekerja kreatif, bukan kebalikannya. Orang dengan talenta tinggi memiliki daya

tawar yang tinggi.

Bahkan dengan perkembangan internet, maka para pekerja masa kini

tidak perlu masuk ke kantor, cukup bekerja jarak jauh baik di cafe maupun di

rumah mereka. Seperti yang dianalogikan oleh Peuter berikut ini: bayangkan anda

membangun sebuah stadion olah raga yang sangat canggih disuatu kota, tapi

tidak ada kelompok sepak bola yang handal dikota itu. Apakah penonton akan

datang ke kota tersebut untuk melihat pertandingan yang tidak bermutu? Tentu

tidak. Apa hubungannya dengan toleransi? Ini berkaitan dengan iklim

keterbukaan.
Bila suatu daerah memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap gagasan-

gagasan yang gila dan kontroversial, serta mendukung orang-orang yang berani

berbeda, maka iklim penciptaan kreativitas dan inovasi akan semakin kondusif,

karena para pekerja kreatif dapat bebas mengekpresikan gagasannya. Termasuk

dalam toleransi adalah kemudahan untuk memulai usaha baru dan ketersediaan

simpul-simpul solusi finansial untuk mengembangkan bisnis. Ketiga, teknologi,

agaknya teknologi sudah menjadi keharusan dan berperan dalam mempercepat,

meningkatkan kualitas dan mempermudah kegiatan bisnis dan berinteraksi-sosial.

Dewasa ini semakin banyak pekerjaan manusia yang digantikan oleh

teknologi, dimana manusia adalah operatornya yang lebih banyak memiliki waktu

untuk memikirkan gagasan-gagasan baru. Jika pernyataan ini saya balik, maka

menjadi demikian: semakin manusia direpotkan oleh aktivitas fisik dan tidak

dibantu oleh teknologi, maka sebagian besar waktu manusia akan habis terbuang

untuk urusan teknis. Pendeknya, teknologi akan menunjang produktivitas. Dengan

demikian, kemudahan mengakses dan membeli teknologi, transfer teknologi

adalah faktor penting dalam pembangunan ekonomi kreatif. Dari uraian diatas

semakin jelas, bahwa terdapat hubungan yang sangat dekat dan saling

keterkaitan antara kewirausahaan dan penciptaan pertumbuhan ekonomi kreatif.

Suatu perkembangan industri kreatif dan pertumbuhan ekonomi kreatif

dapat berlangsung, jika ditopang dan dinafasi oleh para wirausahawan sejati yang

kreatif dan inovatif. Kenapa tidak? Kita tularkan virus kreatif – atau virus n’ach

versi David Mc’Clelland yakni kepada para pelaku dunia koperasi dan UKM, dan

sektor lainnya agar tergugah, tidak ketinggalan pula dunia pendidikan agar segera
mengambil langkah kepeloporan, dengan mengubah gaya pembelajaran yang

lebih menstimulasi kreativitas. Last but not least, sebagaimana dikatakan Florida,

bahwa insan kreatif bertalenta dapat muncul antara lain dari mereka yang berlatar-

belakang akademik.

Beranjak dari pendapat ini, suatu tantangan bagi para alumni suatu

perguruan tinggi, baik ia selaku tenaga pendidik, peneliti, rohaniawan dan manajer

serta juga para usahawan, kalangan birokrat dan militer untuk mampu

membuktikan dirinya sebagai wirausahawan yang tangguh serta berguna dan

bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, negara, dunia dan bahkan kehidupan alam

semesta.

2.7. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi Berbasis Kreatifitas

Proses pertumbuhan ekonomi kreatif sangat dipengaruhi oleh beberapa

factor yaitu :

1. Ide atau gagasan (stock of knoewledge)

Ide adalah instruksi yang membuat kita mengkombinasikan sumber

daya fisik yang penyusunannya terbatas menjadi lebih bernilai (romer, 1993).

Stock of knowledge diartikan oleh Schultz sebagai “hubungan-hubungan

makna” (meanings contexs) serangkaian kriteria yang dengannya kita

mengorganisir pengalaman inderawi kita ke dalam suatu dunia yang bermakna


melalui proses tipikasi, ke dalam “kumpulan pengetahuan”. (rahmawati, 2013),

dan Sebuah ide dapat menjadi modal ekonomi ketika telah memiliki Hak

kekayaan intelektual (HaKI)

2. Kreativitas

Kreativitas (creativity) adalah kemampuan menghadirkan kebaruan

ide/gagasan, metode, dan tehnik dalam sebuah proses produksi. Kreativitas

juga merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru untuk

memberi ide kreatif dalam memecahkan masalah atau sebagai kemampuan

untuk melihat hubungan-hubungan yang baru antara unsur-unsur yang sudah

ada sebelumnya. Pendapat lain tentang kreativitas adalah segala kemampuan

seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan

maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah ada

sebelumnya.

3. Talenta kreatif (Enterpreneurship)

Wiraswastawan (enterpreneur) bukanlah manusia dengan kemampuan

biasa. Ia memiliki kemampuan khusus untuk bekerja dibandingkan orang lain.

Menurut schumputer, seorang wiraswastawan tidak perlu seorang kapitalis.

Fungsi utamanya ialah melakukan pembaharuan (inovasi).

4. Inovasi

Menurut Kuznets, inovasi terdiri dari dua macam: pertama, penurunan

biaya yang tidak menghasilkan perubahan apapun pada kualitas produk; kedua,
pembaharuan yang menciptakan produk baru dan menciptakan permintaan

baru akan produk tersebut.

5. Teknologi

Dari aspek teknologi, perkembangan teknologi yang semakin pesat

merupakan efek dari peningkatan kualitas pendidikan secara global, telah

mampu menciptakan nilai tambah (value added) yang sangat besar dalam

output produksi. Teknologi mempercepat proses produksi, dengan teknologi

terjadi efisiensi biaya produksi dan menuju kepada daya saing produk.

Sehingga komponen teknologi menjadi penting sebagai input dari factor

produksi memainkan kontribusi yang besar terhadap produktivitas

Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor penting dalam proses

pertumbuhan ekonomi. Perubahan ini berkaitan dengan perubahan dalam

metode produksi yang merupakan hasil pembaharuan atau hasil dari teknik

penelitian baru. Perubahan dalam teknologi telah menaikkan prokduktifitas

buruh, modal, dan sektor produksi lain.

Kuznets mencatat lima pola penting pertumbuhan teknologi di dalam

pertumbuhan ekonomi modern. Kelima pola tersebut ialah: penemuan ilmiah

atau penyempurnaan pengetahuan teknik; invensi; inovasi; penyempurnaan,

dan penyebar luasan penemuan yang biasanya di ikuti dengan

penyempurnaan. Seperti Schumputer, ia menganggap inovasi sebagai factor

teknologi yang paling penting dalam pert umbuhan ekonomi.

6. Sosial Budaya
Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Pendidikan dan kebudayaan barat kearah penalaran (reasioning) dan

skeptisme. Ia menanamkan semangat yang menghasilkan berbagai penemuan

baru, juga merubah cara pandang, harapan, struktur, dan nilai-nilai sosial.

Namun sikap sosial masyarakat yang masih tradisional dapat

menghambat berjalannya pertumbuhan ekonomi. Untuk menghilangkan sistem

sosial dan sikap masyarakat yang menjadi penghambat pertumbuhan ekonomi,

maka pemerintah harus selalu berusaha untuk melakukan perombakan dalam

sistem sosial seperti penghapusan kekuasaan tuan tanah memberikan tanah

tersebut kepada para petani yang tidak memiliki tanah.

2.8. Teori Ekonomi Biaya Transaksi

Pada era tahun 1950-an sampai dengan tahun 1960-an, teori perusahaan

(teory of the firm) yang digagas oleh kelompok ekonom neoklasik menerima

serangan kritik yang tajam dari berbagai pihak. Kritik tersebut mengarah pada

gugatan terhadap sejumlah asumsi yang dinilai tidak realistis, khususnya

mengenai sifat dasar dari rasionalitas manusia (Hardt, 2009:33).

Sebagaimana yang diungkapkan oleh dequech (2006;121), rasionalitas

dalam perspektif neoklasik dipahami sebagai upaya untuk memaksimumkan

utilitas atau kepuasan. Konsep ini berakar dari model formal filsafat utilitarianisme

yang diistilahkan oleh Schumpeter sebagai “Benthamite hedonistic rationalism”

(Zafirovski, 2008; 801)

Karena asumsi tentang sifat dasar manusia yang rasional maka tujuan

utama dari eksistensi perusahaan (sebagaimana yang dijelaskan oleh aliran


neoklasik) ialah untuk memaksimalkan profit/keuntungan (profit maximization).

Namun dalam perkembangannya telah banyak kritik dan tawaran konseptual yang

diajukan mengenai tujuan utama perusahaan. Hardt (2009:33) menyebutkan

setidaknya terdapat empat tawaran konseptual mengenai tujuan utama

perusahaan

Pertama, untuk memuaskan beragam ambisi manajer. Pandangan ini

dikemukakan oleh katona (1951) dalam bukunya yang berjudul “Phsycological

Analysis of Economic Behavior”. Kedua, sebagaimana yang dikemukakan oleh

Papandreou (1952) bahwa tujuan utama perusahaan ialah untuk memaksimalkan

apa yang disebutnya sebagai “general preferences function”, yang merupakan

agregasi dari aspirasi sejumlah individu yang menjadi anggota sebuah organisasi

(perusahaan). Tawaran ketiga diajukan oleh Rotschild (1947) yang

mengemukakan bahwa tujuan utama perusahaan hanyalah agar untuk dapat

sekedar bertahan hidup (survive). Sedangkan yang terakhir dikemukakan oleh

Gordon (1984) dan Margolis (1958), bahwa perusahaan eksis bukan untuk

menciptakan profit yang memuaskan (satisfactory profits)

Kemunculan teori biaya transaksi paling tidak merupakan turunan dari

adanya asumsi mengenai sifat rasionalitas yang terbatas dalam diri individu dan

pelaku ekonomi lainnya. Dengan kata lain, karena rasionalitas manusia bersifat

terbatas maka eksistensi dari biaya transaksi selalu bersifat positif. Teori ekonomi

biaya transaksi berusaha untuk menganalisa organisasi dari perspektif manusia

kontraktual (contractual man) yang didasarkan pada asumsi rasionalitas terbatas

dan potensi oportunisme dalam diri individu (Baudry dan Chassagnon, 2010: 482)
Dalam khazanah pemikiran Ekonomi Kelembagaan Baru (New

Institutional Economics) teori biaya transaksi merupakan konsep penjelas yang

sangat krusial dalam mempelajari institusi dan organisasi (Meramvelliotakis dan

Milonakis, 2010:1046). Berkebalikan dengan teori neoklasik yang mengasumsikan

tidak adanya biaya transaksi, perspektif ekonomi kelembagaan baru berusaha

menjadikannya sebagai alat analisis untuk menjelaskan fenomena ekonomi yang

terjadi di dunia nyata. Karena pada faktanya biaya transaksi selalu hadir dalam

tiap aktivitas ekonomi, maka pendekatan yang dibangun oleh ekonomi

kelembagaan baru jelas lebih realistis dibandingkan dengan pendekatan teori

neoklasik

Salah satu alat analisis yang popular dalam ilmu ekonomi kelembagaan

adalah ekonomi biaya transaksi (Transaction cost economics). Alat analisis ini

sering digunakan untuk mengukur efisien tidaknya desain kelembagaan. Semakin

tinggi biaya transaksi yang terjadi dalam kegiatan ekonomi (transaksi), berarti kian

tidak efisien kelembagaan yang didesain, demikian sebaliknya (Yustika, 2012)

2.8.1. Definisi dan Makna Biaya Transaksi

Konsep tentang biaya transaksi pertama kali diperkenalkan oleh

Coase pada tahun 1937 lewat artikenya yang popular berjudul “The Nature

of The Firm”. Sayangnya, artikel tersebut kurang menjelaskan maksud dan

arti konsep biaya transaksi yang ingin dijelaskan oleh Coase. Sebagai

konsekuensi dari hal tersebut, buku-buku literature ekonomi yang coba

membahas mengenai teori ekonomi biaya transaksi sering menampakkan

adanya kontradiksi antar satu sama lain (Fox, 2007:378).


Hal yang sama diungkapkan pula Meramveolitakis dan Milonakis

(2010: 1047), yang menyatakan bahwa konsep biaya transaksi masih

menyisakan kesamaran dan kesulitan dalam memahami definisinnya.

Untuk itu dibutuhkan upaya yang seksama untuk mendefinisikan maksud

dari konsep biaya transaksi

Teori ekonomi biaya transaksi merupakan teori ekonomi yang

menganalisa sejumlah alasan mengenai eksistensi perusahaan serta

batasan-batasannya dalam konteks dimana pasar dan organisasi

dipertimbangkan sebagai alternative bagi mekanisme aturan pertukaran

(Duran dan Mc Nutt, 2010: 756-757: Teodeva, 2010: 794)

Oleh Karena itu, upaya untuk memahami konsep biaya transaksi

tak bisa dilepaskan dari pemahaman atas aktivitas yang meliputi proses

transaksi dan kontrak. Sebab sebagaimana yang ditegaskan oleh

Williamson (2010: 680) yang merujuk pada pendapat Commons (1932) dan

Coase (1937, 1960) unit analisis dari konsep biaya transaksi ekonomi

terletak pada transaksi itu sendiri. Coase mendefinisikan kontrak sebagai

keberlanjutan dari hubungan komersil.

Penjelasan coase mengenai eksistensi perusahaan ialah bahwa

hubungan kontrak yang berkelanjutan merupakan alternative menuju

transaksi pasar dan melalui beberapa hubungan orang – orang dapat

menghindari adanya biaya transaksi. Namun hubungan ini tidak bebas

dengan sendirinya, sebab untuk mengembangkan dan memelihara

hubungan menuju pada interaksi komersial yang berkelanjutan maka


dibutuhkan penggunaan sumberdaya yang pengeluarannya diperhitungkan

sebagai opportunity cost (Fox, 2007: 379)

Coase (1937), sebagaimana yang dikutip oleh Duran dan McNutt

(2010: 757), memasukkan biaya negosiasi (negotiating cost), biaya

monitoring (monitoring cost), dan biaya pemaksaan kontrak (enforcing cost)

sebagai bagian dari komponen biaya transaksi. Ketiga komponen ini

merupakan representasi dari proses yang berlangsung dalam sebuah

kontrak yang meliputi aktivitas pra kontrak, penemuan partner potensial

serta negosiasi dan aktivitas yang berlangsung pasca kesepakatan kontrak

Disamping itu, coase juga membuat tiga kategori biaya transaksi,

yakni; pertama, biaya penemuan harga yang relevan meliputi biaya

pencarian (search cost). Biaya pencarian adalah nilai dari sumberdaya

yang digunakan oleh orang-orang untuk menemukan partner potensial

dalam rangka melaksanakan pertukaran sukarela, baik secara bilateral

maupun multilateral. Kedua, biaya negosiasi (negotiation cost). Biaya ini

merupakan nilai dari sumberdaya yang digunakan dalam proses

perundingan dengan partner potensial untuk mencapai bentuk kesepakatan

yang sama-sama memuaskan. Dan yang terakhir adalah biaya mengakhiri

pertukaran (concluding cost), yakni nilai dari sumberdaya yang digunakan

oleh partisipan lain agar memenuhi seluruh isi kesepakatan kontrak (Fox,

2007: 378-379)

Upaya untuk mensistematisasi teori biaya transaksi kembali

dilakukan Williamson (Duran dan McNutt, 2010:757), dimana arena


pelaksanaan transaksi dibagi kedalam dua kelompom besar yakni, pasar

dan hirarki (Todeva, 2010: 794). Secara lbih detail, Beetham (1987) seperti

yang dikutip oleh Todeva (2010: 796) membagi hirarki kedalam dua bentuk

yakni, hirarki yang terdapat di dalam pasar (perusahaan) dan hirarki yang

terdapat diluar pasar (pemerintah)

Menurut Conner (1991, dalam Hardt, 2009: 39), teori ekonomi

biaya transaksi yang digagas oleh Williamson merupakan teori yang

membicarakan tentang perusahaan dalam posisinya sebagai sebuah

entitas yang berupaya untuk menghindari negativitas (an avoider of

negatives). Dalam hal ini ada tiga jenis negativitas yang perlu dihindari oleh

perusahaan yakni: Pertama, perusahaan sebagai entitas yang berupaya

untuk menghindari timbulnya biaya pertukaran yang tinggi dipasar. Kedua,

sebagai sebuah entitas yang berupaya menghindari resiko yang timbul

akibat adanya sejumlah masalah. Ketiga, sebagai sebiah entitas yang

berupaya untuk menghindari hubungan (relasi) pasar yang opportunistic

Menurt Williamson biaya transaksi adalah biaya untuk

menjalankan sistem ekonomi (the cost of running the economic system) dan

biaya untuk menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan (cost to change

in circumstances) (Mburu, 2002: 41 dalam Dortman, 1981; Challen, 2000).

Penjelasan Williamson (1975, 1985, dalam Donaldson, 1995) yang konsern

pada biaya transaksi menyimpulkan bahwa transaksi adalah pertukaran

barang atau jasa antara orang dalam berbagai batasan


Dengan pemahaman tersebut, kemudian akan memberi

penjelasan baru kepada kita tentang organisasi dalam perspektif biaya

transaksi. Penjelasan pada pendekatan yang dibuat teori biaya transaksi

memungkinkan kita membuka perspektif baru pula dengan lebih mendalam

bagi penjelasan sejarah bisnis sebah perusahaan (yang mungkin tidak

dikenal) yang entah muncul darimana, dan dalam waktu beberapa tahun

telah mengambil kepemimpinan dengan mantap, kelihatannya tanpa usaha

yang susah payah

2.8.2. Pengukuran Biaya Transaksi

Isu utama dalam biaya transaksi adalah pengukuran. Dari studi

yang dilakukan banyak tokoh deskripsi tersebut dapat dirasakan adalah

bahwa pengukuran biaya transaksi merupakan masalah pelik sehingga

diperlukan pehamanan yang sama mengenai definisi, determinan dan

variable yang seragam dari biaya transaksi. Pada titik inilah

mengidentifikasi faktoor-faktor yang menentukan besarnya biaya transaksi

menjadi penting untk diketahui. Zhang (2008: 288) mengungkapkan factor-

faktor yang mempengaruhi besarnya biaya transaksi pada umumnya dapat

dikelompokkan dalam tiga hal berikut :

1. What : the identity of bundle of right (hak-hak atas komoditas)

2. Who : identity of agents involved in the exchanges

3. How : the institutions, technical and social, governing the exchange

and how to organize the exchanges


Menurut Williamson (1997), besaran biaya transaksi dapat terjadi

karena adanya penyimpangan dalam wujud :

1. Penyimpangan atas lemhanya jaminan hak kepemilikan

2. Penyimpangan pengukuran atas tugas yang kompleks (multiple-task)

dan prinsip yang beragam

3. Penyimpangan intertemporal, yang dapat berbentuk kontrak yang

timpang, responsivitas waktu nyata (real time), ketersembunyian

informasi yang panjang, dan penyalahgunaan strategis

4. Penyimpangan yang muncul karena kelemahan kebijakan

kelembagaan yang berhubungan dengan pembangunan dan reformasi

ekonomi

5. Kelemahan integritas (J. Williamson, 1989)

Beberapa factor yang dapat menurunkan biaya transaksi menurut

coase (Fox, 207: 380) antara lain; Pertama, perkembangan teknologi

informasi. Kemajuan teknologi informasi dapat menurunkan biaya transaksi

karena melalui teknologi ketidakpastian yang timbul akibat

ketidaksempurnaan informasi dapat dikurangi. Secara lebiih spesifik,

kemajuan teknologi informasi sangat membantu dalam mengurangi biaya

pencarian (search cost). Kedua, modal social (social capital). Secara

sederhana social capital dapat didefinisikan sebagai sumberdaya

pengetahuan dan organsiasi yang dapat meningkatkan potensi individual

maupun tindakan kolektif dalam lingkup sistem social manusia (Mc Elroy,

et.al., 2006: 125)


Adapun wallis dan North (1985, dalam Meramveliotakis dan

Milonakis, 2010: 1054) mencoba merintis sebuah metode pengukuran biaya

transaksi yang dapat digunakan dalam konteks perekonomian secara lebih

luas. Wallis dan North membagi perekonomian secara keseluruhan

kedalam dua bagian, yakni sektor transformasi atau produksi dan sektor

transaksi. Setelah melakukan pembagian tersebut, Wallis dan North

kemudian melakukan pengukuran atas niai total dari sumberdaya yang

digunakan pada sektor transaksi. Nilai total sumberdaya yang digunakan

pada sektor transaksi inilah yang dijadikan sebagai ukuran agregat dari

biaya transaksi yang timbul pada perekonomian secara luas. Ukuran biaya

transaksi tersebut dinyatakan dalam bentuk presentase dari GNP (Gross

Ntional Product)

2.9. Tinjauan Konspetual

2.9.1. Pertumbuhan Ekonomi Kreatif

Pertumbuhan ekonomi kreatif merupakan cerminan

berkembangnya industri kreatif, bertambahnya tenaga kerja kreatif (talent),

semakin banyak kepemilikan hak kekayaan intelektual, dan semakin

tersedianya tempat produksi (co-working space) pada satu daerah dalam

suatu periode tertentu.

Faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi kreatif

tersebut antara lain; Ide, gagasan (stock of knowledge), kreatifitas,

enterpreneurship, inovasi dan sosial budaya. Variable-variabel tersebut

akan bekerja secara optimal jika didukung oleh teknologi, informasi,


tenaga kerja kreatif (creative worker), modal, pengetahuan dan kebijakan

pemerintah, rendahnya biaya transaksi (Coase, 1937; North,190) dan

desain kelembagaan (Poulton et al,1998) yang menjadi dasar dalam

mendukung aktivitas ekonomi

Teknologi, yang didukung oleh ketersediaan informasi, dan

pengetahuan merupakan variable pendorong munculnya inovasi

(Schumpeter, 1912) sehingga dapat meningkatkan produkstivitas,

sedangkan Ramirez 2002 menjelaskan Faktor-faktor penunjang

pertumbuhan ekonomi yaitu tenaga kerja, modal, teknologi dan

pengetahuan (Yusri 2003)

2.9.2. Ekonomi Kreatif

Kemunculan ekonomi kreatif didasarkan pada symbol kompleks

konsumerisme yang dikontruksi melalui elaborasi konsumsi kebutuhan

social yang tinggi dan bukan didasarkan semata pada murni

konsumerisme yang terjadi dari adanya konsumsi kebutuhan praktis dan

efisien (Levickaite, 2011). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa

dewasa ini perkembangan pereknomian telah sampai pada level dimana

kegiatan ekonom harus mampu untuk menemukan inovasi dn kreativitas

yang selalu baru

Kesuksesan dalam bidang ekonomi dewasa ini, menurut

Ginevicius (2009: 192) hanya bisa didapatkan jika pelaku bisnis mampu

beradaptasi dengan kondisi pasar yang terus berubah secara konstan


sebagaimana perkembangan ekonomi yang selalu terikat dengan proses

teknologi, ketidakpastian masa depan, dan lain sebagainya

Beberapa definisi konsep ekonomi kreatif dan Industri Kreatif

sebagai berikut :

1. Konsep ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era

ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan

mengandalkan ide dan stock of knowledge dari Sumberdaya Manusia

(SDM) sebagai factor produksi Utama dalam kegiatan ekonominya

2. Ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara

berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang

berdaya saing dan memiliki cadangan sumberdaya yang terbarukan

2.9.3. Industri Kreatif

Industri kreatif merupakan Industri kreatif merupakan sekumpulan

industri sejenis yang memanfaatkan ide, kreativitas, dan bakat individu

dengan memadukan tekonolgi untuk melakukan inovasi dalam

menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan

menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu

tersebut

Di Indonesia, saat ini terdapat 16 subsektor industri kreatif yang

dikembangkan oleh bekraf (2015) dari sebelumnya 14 subsektor. Adapun

16 subsektor ekonomi kreatif yang dimaksud sebagai berikut :

1. Periklanan (advertising) : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa

pembuatan iklan, yakni komunikasi satu arah dengan menggunakan


medium tertentu. Meliputi proses kreasi, operasi, dan distribusi dari

periklanan yang dihasilkan, misalnya riset pasar, perencanaan

komunikasi periklanan, media periklanan luar ruang, produksi material

periklanan, promosi dan kampanye relasi publik. Selain itu, tampilan

periklanan di media cetak (surat kabar dan majalah) dan elektronik

(televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar,

penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan media reklame

sejenis lainnya, distribusi dan delivery advertising materials or

samples, serta penyewaan kolom untuk iklan

2. Arsitektur : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain bangunan

secara menyeluruh, baik dari level makro (town planning, urban

design, landscape architecture) sampai level mikro (detail 1

konstruksi). Misalnya arsitektur taman, perencanaan kota,

perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan sejarah,

pengawasan konstruksi, perencanaan kota, konsultasi kegiatan teknik

dan rekayasa seperti bangunan sipil dan rekayasa mekanika dan

elektrikal, Jasa konsultan arsitek, properti/karya arsitektur yang

memiliki nilai artistik dan budaya yang dapat menjadi daya tarik/icon

suatu wilayah kota

3. Seni Rupa : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pembuatan karya

seni seperti patung, lukisan dan assesoris interior dan eksterior,

Gedung eksibisi/pameran kesenian, jasa pendidikan seni rupa


4. Kriya (craft) : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi

dan distribusi produk yang dibuat atau dihasilkan oleh tenaga

pengrajin yang berawal dari desain awal sampai proses penyelesaian

produknya. Antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu

berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam

(emas, perak, tembaga, perunggu dan besi), kaca, porselen, kain,

marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya

diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal),

Usaha kerajinan berbasis tekstil, kayu, anyaman, kertas, kaca, logam;

usaha furnitur/mebel, perhiasan dan barang berharga

5. Desain Interior : Kegiatan kreaif yang terkait dengan Jasa konsultan

desain, jasa pendidikan desain

6. Desain Komunikasi Visual : kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi

desain grafis, jasa pendidikan desain, dan desain logo

7. Desain produk : kegiatan kreatif yang terkait dengan desain industri,

Desain Packing produk, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset

pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan, jasa desain

dan Jasa pendidikan desain

8. Fesyen (fashion) : kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain

pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya,

produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultasi lini produk

berikut distribusi produk fesyen;


9. Film, animasi dan Video: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi

produksi video dan film serta distribusi rekaman video dan film.

Termasuk pula di dalamnya penulisan skrip, dubbing film,

sinematografi, sinetron, dan eksibisi atau festival film, Usaha

reproduksi media rekaman; studio produksi dan pasca produksi film,

usaha distribusi film, video dan program televisi; jasa pemutaran film;

usaha merchandise

10. Fotografi : kegiatan kreatif yang terkait jasa fotografi dan jasa

pendidikan fotografi

11. Aplikasi dan Pengembangan Game (Game Developer) : kegiatan

kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi

permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan,

dan edukasi. Sub-sektor permainan interaktif bukan didominasi

sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu

pembelajaran atau edukasi; Usaha pembuatan aplikasi dan game,

usaha merchandise, usaha publisher aplikasi dan game, usaha

pembuatan alat permainan anak-anak

12. Musik : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi atau komposisi,

pertunjukkan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara; Usaha

pembuatan alat musik, jasa pendidikan musik, pertunjukan musik,

studio rekaman musik, penerbitan musik

13. Seni Pertunjukkan (showbiz) : kegiatan kreatif yang berkaitan dengan

usaha pengembangan konten, produksi pertunjukkan. Misalnya,


pertunjukkan wayang, balet, tarian tradisional, tarian kontemporer,

drama, musik tradisional, music, teater, opera, termasuk musik etnik,

desain dan pembuatan busana pertunjukkan, tata panggung, dan tata

pencahayaan; Gedung pertunjukan, jasa pendidikan seni pertunjukan

14. Penerbitan : kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan

penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital

serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga

mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek,

giro, surat andil, obligasi, saham dan surat berharga lainnya, paspor,

tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup

penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster,

reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk

rekaman mikro film; Usaha percetakan

15. Televisi & Radio (broadcasting) : kegiatan kreatif yang berkaitan

dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti

games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan

transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station

relay (pemancar) siaran radio dan televisi;

16. Kuliner ; Kegiatan kreatif yang berkaitan dengan café dan resto,

makanan dan minuman

2.9.4. Desain Kelembagaan


Desain kelembagaan merupakan sinergitas antar berbagai

stakeholder yang berkaitan dengan industri kreatif antara lain : Pelaku

industri kreatif, Pemerintah, Perbankan dan Investor, serta komunitas

pengguna produk kreatif. menurut poulton (et, al. 1998) bahwa salah satu

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah desain

kelembagaannya

Adapun dimensi dan pengukurannya sebagai berikut :

1. Kebijakan dan program pemerintah

Hal tersebut diindikasi dengan adanya (1) regulasi yang pro bisnis,

(2) program pembinaan, (3) akses permodalan dan pembiayaan, dan (4)

penyiapan lokasi dan ketersediaan informasi

2. Akses Permodalan

Dalam membangun sebuah industri, setiap pengusaha

membutuhkan modal, secara umum sumber permodalan berasal dari

pihak internal yaitu modal sendiri, dan pihak eksternal atau pihak ketiga

yaitu perbankan dan investor

3. Akses Pasar dan Pemasaran

Ina primiana (2009) mengatakan bahwa kemampuan seorang

pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya adalah kemampuannya

dalam menciptakan akses pasar dan pemasaran yang baik, dengan

demikian akan membentuk kelembagaan yang efektif. Untuk mengetahui

kemampuan seorang pelaku usaha dalam mengakses pasar dapat diukur

dengan; (1) Kemampuan membaca selera pasar, (2) Mengenal pesaing


dan produknya, (3) Mengenal kelemahan produk sendiri, (4) Keterbatasan

SDM (tenaga Kerja), (5) Standarisasi produk (kualitas), (6) Kemampuan

memenuhi permintaan, (7) Kemampuan melakukan penetrasi pasar, (8)

Skala ekonomi produk, (9) Kemampuan meyakinkan konsumen

4. Hak kepemilikan

Acemoglu (2003) mengatakan bahwa kepemilikan akan aset fisik

dan non fisik sangat diperlukan untuk memperkuat kelembagaan suatu

sekktor ekonomi. Hak kepemilikan aset fisik berupa tempat produksi, dan

kepemilikan aset non fisik adalah legalitas dan kepemilikan hak cipta / hak

paten

2.9.5. Biaya Transaksi

Biaya transaksi adalah biaya – biaya yang timbul dalam suatu

proses transaksi mulai dari tahap pra produksi, produksi, hingga pada

tahap pasca produksi, dan biaya tersebut tidak terhitung sebagai biaya

produksi atau biaya pengadaan faktor – faktor produksi. Biaya transaksi

tersebut terdiri dari biaya pencarian informasi (search information cost),

biaya negosiasi (negotiation cost), dan biaya kesepakatan (concluding

cost).

Biaya pencarian informasi (search information cost) merupakan

biaya yang dikeluarkan dalam rangka pencarian informasi terkait berbagai

kegiatan sebelum melakukan produksi antara lain; pencarian harga bahan

baku, kualitas, ketersediaan, dukungan peralatan, kesiapan tenaga kerja,

teknik produksi, trend kebutuhan konsumen, hingga strategi pemasaran


Biaya negosiasi (negotiation cost) merupakan biaya yang

dikeluarkan pada saat melakukan negosiasi dengan pihak klien, supplier,

atau customer terkait berbagai hal baik sebelum dimulainya produksi

maupun pada saat produksi sedang berlangsung. Hal – hal yang menjadi

objek negosiasi antara lain; jumlah, standar kualitas, harga bahan baku,

mekanisme pengiriman bahan baku, mekanisme

pengantaran/pengambilan hasil produksi (pesanan), desain, konsep, dan

sebagainya

Biaya kesepakatan (concluding cost), merupakan biaya yang

timbul akibat adanya kesepakatan terkait proses produksi umumnya

dilakukan pada tahap pra produksi. Kesepakatan – kesepakatan tersebut

meliputi harga, standar kualitas, dan jumlah bahan baku, mekanisme

pengiriman bahan baku, pengantaran/pengambilan hasil produksi, desain,

konsep produk, bagi hasil, fee marketing, dan sebagainya

2.10. Tinjauan Empiris

Penelitian ini merupakan suatu langkah lanjutan terhadap uji kepopuleran

kelembagaan ekonomi baru dengan melihat ekonomi kreatif sebagai objeknya.

Ekonomi kreatif dalam satu dekade terakhir telah menjadi fokus diberbagai negara

sebagai sebuah solusi dalam mendiversifikasi struktur ekonomi di negara tersebut

Salah satu upaya untuk memecahkan persoalan perekonomian di Kota

Makassar khususnya tantangan-tantangan para pelaku ekonomi kreatif yang


menjadi focus pada penelitian ini dengan menghubungkan ekonomi kelembagaan.

Beberapa fakta empiris yang didapatkan melalui berbagai penelitian yang terkait

dengan tema penelitian ini antara lain :

Bueren and Yi (2016), mengatakan bahwa kolaborasi “Triple Helix” dapat

meningkatkan inovasi daerah dan berhasil dalam sektor industri kreatif. Dengan

demikian peningkatan interaksi global, penggunaan model triple helix ini untuk

kolaborasi antara dua negara merupakan tren yang berkembang. bueren dan Yi

(2016) juga memperkenalkan agen social untuk menggambarkan tantangan dan

potensi serta dampak kerjasama organisasi antar negara.

Dalam penelitiannya, melukiskan peran inovatif dari agen social dalam

mengkatalisis kolaborasi hexa-lateral. Belanda desain post, sebuah organisasi

non-profit yang didirikan untuk menjembatani triple heliks Belanda dan Taiwan

berfungsi sebagai contoh kasus untuk menjelaskan model baru. Model baru ini

memiliki relevansi yang luas untuk aplikasi dalam konteks lain

Liu (2016), mengeksplorasi strategi internasionalisasi perusahaan animasi

china. Studi kasus pada dua perusahaan animasi china. Kolaborasi menjadi

penting ketika perusahaan menuju go internasional. Temuan pertama dalam

penelitiannya yaitu sebuah perusahaan bergabung dengan perusahaan computer

lainnya guna memperluas bisnisnya dengan mengikuti mata rantai bisnis

perusahaan computer di luar negeri, perusahaan lainnya membangun strategi

kerjasama internasional untuk mengembangkan kemampuan desain secara

komprehensif, produksi dan kemampuan distribusi


Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa kedua perusahaan cenderung

mengadopsi strategi perusahaan internasional secara bertahap, membangun

kompetensi perusahaan melalui pembelajaran dan kolaborasi. Kepercayaan

(trust), belajar bersama (co-working space), dan meningkatkan kemampuan

menjadi faktor kunci sukses untuk manajemen internasional

Moalosi, dkk (2016), menilai bahwa kemampuan setiap industri kreatif

untuk sukses bersaing di pasar global tergantung pada bagaimana inovasi produk

dan layanannya. Mereka menilai pula bahwa industri kreatif ditempat lain telah

terbukti menjadi pendorong ekonomi dan telah berkontribusi terhadap diversiifikasi

perekonomian suatu negara. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jika terdapat

hubungan yang lemah antara industri kreatif dan pengembangan dan promosi

teknologi lokal seperti penciptaan produk-produk berkualitas tinggi yang

berkelanjutan dan pelayan yang efisien

HUI (2013), berawal dari kekhawatiran melihat perekonomian macau yang

didominasi oleh sektor perjudian dengan kontribusi terhadap PDB macau

sebesar 14 Miliar dollar pada Tahun 2010 melebihi las vegas yang menyebabkan

sektor ekonomi lainnya mengalami tren penurunan. Industri perjudian telah

menindas dan merugikan sektor ekonomi lainnya yang akan berdampak buruk

terhadap pembangunan social dan ekonomi dalam jangka panjang di daerah ini

Disisi lain, ekonomi budaya dan kreatif ditawarkan sebagai solusi dari

berbagai sektor yang mungkin dapat mendiversifikasi struktur ekonomi kota dan

kembali menyelaraskan nilai-nilai social budaya masyarakat sehingga

mendapatkan perkembangan yang sehat dan berkelanjutan. Dengan meminjam


model pembangunan Cote (Perancis Riviera) sebagai referensi, HUI mencoba

menguji tesis dengan mengevaluasi potensi macau dalam mengembangkan

ekonomi kreatif

Wolo (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi Peningkatan

Daya Saing Produk Sarung Blinkonblewut dengan menggunakan metode

Analytical Hierarchy Process” dengan melakukan metode tersebut, Petrus dapat

menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi

suatu hierarki. Penelitiannya berupa atribut kualitas produk dalam meningkatkan

daya saing produk perusahaan Blinkonblewut

Dari kuesioner yang disebarkan sebanyak 20 kuesioner dan setelah

dilakukan pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa terjadi beberapa

elemen yang menjadi kebutuhan konsumen dalam pemilihan produk sarung

Blinkonblewut yaitu harga – 0,62, kekuatan 0,45, warna -0,66, panjang -0,91,

lebar -0,55 dan kemasan -,023. Sehingga faktor utama yang paling penting

dalam perbaikan pembuatan sarung tenun Blinkonblewut yaitu kekuatan dengan

perbaikan alat tenun dan pemilihan bahan baku benang yang baik akan

membuat umur sarung lebi awet

Hauge (2012), dalam penelitiannya berjudul “Creative Industri : Lacklustre

business-Swedish Fimrs’ Combination of Business and aesthetics as a

competitive strateyi” disini menjelaskan bahwa untuk dapat mempertahankan

daya saing yaitu dengan kreativitas dan inovasi yang tinggi, didalam bisnis ini

ide-ide kreatif sangat diperlukan dalam bidang desain dan fashion


Jati (2013) dalam penelitiannya berjudul “ Analisis Sikap dan Masyarakat

dalam Mengembangkan Industri Kreatif Batik di Desa Gambarsari Kecamatan

Kemangkon kabupaten Purbalingga” dalam penelitian ini menjelaskan tentang

bagaimana caranya menemukan gagasan kreatif dalam industri kreatif batik ini,

seperti mendesain motif-motif batik agar dapat memikat hati konsumen,

sehingga dapat meningkatkan daya saing


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS

DAN VARIABEL PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep yang dikembangkan di era

ekonomi baru dimana informasi, kreativitas, ide, dan stock of knowledge sebagai

penopang utamanya dan memposisikan sumberdaya manusia (SDM) sebagai

factor produksi utama dalam kegiatan ekonomi. Namun penting untuk digaris

bawahi bahwa sumberdaya manusia dalam hal ini bukanlah pada kuantitasnya

melainkan pada stock of knowledge yang dimiliki

Konsep ekonomi kreatif jauh sebelumnya telah digagas oleh Schumpeter

sejak tahun 1911 melalui Theorie der wirtschaftlichen entwicklungen (Teori

Pembangunan Ekonomi). Dalam teori tersebut Schumpeter mengusulkan sebuah

gagasan tentang “creative destruction”,yang menyatakan bahwa perusahaan baru

yang muncul dengan spirit kewirausahaan dan kreativitas akan menggantikan

perusahaan yang kurang inovatif

Menjelang satu abad pemikiran Schumpeter tentang “Creative Destruction”

yaitu pada tahun 1980 lahir sebuah pemikiran dari Tofler yang dituangkan dalam

bukunya The Third Wave (1980) dimana Toffler menyebutkan bahwa gelombang

peradaban manusia ketiga akan digantikan dengan munculnya gelombang

peradaban keempat yang disebut sebagai gelombang ekonomi kreatif dengan


berorientasi pada ide dan gagasan kreatif yang tak terbatas sebagai solusi dari

permasalahan utama perekonomian yaitu kelangkaan (Scarcity) dimana sarana

dan sumberdaya fisik memiliki keterbatasan sementara ide, gagasan, dan stock of

knowledge tidak terbatas

Pada kondisi semakin terbatasnya sumberdaya fisik, disisi lain tingkat

konsumsi manusia semakin meningkat bukan hanya sebatas pada konsumsi murni

tapi juga pada konsumsi kebutuhan sosial searah dengan semakin bertambahnya

populasi penduduk di setiap Negara. Konsumerisme yang tinggi inilah menjadi

salah satu pendorong lahirnya ekonomi kreatif (Levickaite, 2011)

Industry kreatif yang terdiri dari 16 jenis tersebut antara lain : Desain

Komunikasi Visual (DKV), Desain Produk, Fashion, Film, Kriya, Kuliner, Musik,

Seni Pertunjukkan, Seni Rupa, Televisi dan Radio, Periklanan, Aplikasi dan Game,

Arsitektur dan Desain Interior, Fotograpi, Penerbitan, dan Animasi

Industry kreatif pernah menunjukkan performance yang cukup baik pada

saat terjadi krisis global pada tahun 2008 dimana pada saat itu volume ekspor

Indonesia menurun terutama ke Negara – Negara tujuan utama di eropa.Namun

industri kreatif merupakan salah satu industri yang dapat bertahan di tengah

ancaman krisis global tahun 2008 tersebut (lihat hal 8 table 1.1)

Badai krisis 2008 boleh saja berlalu, namun kompetisi pasar antar Negara

dan antar sektor ekonomi tidak pernah berhenti dan semakin ketat seiring dengan

perkembangan dan teknologi dan informasi yang kian terbuka.Kaum neo-klasik

mengasumsikan bahwa dalam kondisi kompetisi seperti ini transaksi terjadi lewat
negosiasi kontrak yang diasumsikan semua bagian bergerak untuk kepentingan

pribadi sehingga pengendalian biaya dibutuhkan oleh pasar bebas (pure market)

yang dianggap oleh Williamson sebagai sumber munculnya ketamakan yang harus

disanggah karena menyimpang dari pemahaman awal teori biaya transaksi

Tingginya biaya transaksi menuntut perusahaan mencari cara agar bisa

menekan biaya semurah mungkin dan se-efisien mungkin guna mempertahankan

eksistensinya. Inefisiensi itu sendiri muncul bukan hanya karena struktur pasar

yang tidak sempurna namun menurutCoase (coase theorem) karena adanya

kehadiran secara implisit biaya transaksi.Coase (1937), sebagaimana yang dikutip

oleh Duran dan McNutt (2010: 757), memasukkan biaya negosiasi (negotiating

cost)sebagai bagian dari komponen biaya transaksi.komponen ini merupakan

representasi dari proses yang berlangsung dalam sebuah kontrak yang meliputi

aktivitas pra kontrak, penemuan partner potensial serta negosiasi dan aktivitas

yang berlangsung pasca kesepakatan kontrak

Disamping itu, coase juga membuat tiga kategori biaya transaksi, yakni;

pertama, biaya penemuan harga yang relevan meliputi biaya pencarian (search

cost).Biaya pencarian adalah nilai dari sumberdaya yang digunakan oleh orang-

orang untuk menemukan partner potensial dalam rangka melaksanakan

pertukaran sukarela, baik secara bilateral maupun multilateral.Kedua, biaya

negosiasi (negotiation cost). Biaya ini merupakan nilai dari sumberdaya yang

digunakan dalam proses perundingan dengan partner potensial untuk mencapai

bentuk kesepakatan yang sama-sama memuaskan. Dan yang terakhir adalah

biaya mengakhiri pertukaran (concluding cost), yakni nilai dari sumberdaya yang
digunakan oleh partisipan lain agar memenuhi seluruh isi kesepakatan kontrak

(Fox, 2007: 378-379)

Meski demikian biaya yang tinggi belum dapat dihindari sepenuhnya akibat

adanya ketidaksempurnaan informasi yang menimbulkan biaya transaksi yang

tinggi (North, 1990). Lebih lanjut, North mengungkapkan bahwa biaya transaksi

yang tinggi tersebut salah satunya muncul pada saat pencarian informasi harga

bahan baku (SDA), negosiasi, dan kesepakatan akhir

Poulton (1998) juga menyatakan bahwa biaya transaksi merupakan salah

satu tantangan dalam mencapai tujuan pembangunan ekonomi dan tentunya tidak

terlepas dari tujuan tercapainya pertumbuhan ekonomi kreatif yang

tinggi.Tantangan tersebut adalah bagaimana mengurangi biaya transaksi pada

saat melakukan perdagangan yang semakin kompleks, sehingga dibutuhkan

sebuah desain kelembagaan yang efektif.

Desain kelembagaan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi

tinggi rendahnya biaya transaksi (North, 1990).Desain kelembagaan dapat diukur

melalui empat indicator utamayaitu penyediaan informasi dan ketersediaan lokasi

usaha oleh pemerintah (Acemoglu,2003;27, Munizu, 2010; dalam Purwaningsih, R

& Kusuma, P.D, 2015), pembukaan akses permodalan, akses pasar dan pemaran

(Primiana, 2009), serta melindungi hak kepemilikan ((Acemoglu,2003;27), dan

menyiapkan mekansime yang efektif untuk menegakkan kesepakatan (Poulton et

al, 1998: 12). Pasar & Pemasaran


Tersedianya informasi bahan baku, yang terdiri dari harga, ketersediaan

dan kualitas merupakan salah satu indicator untuk melindungi para pelaku industry

kreatif akan terjadinya asymetri informasi yang berdampak pada biaya transaksi

tinggi. Hak Kepemilikan yang terdiri dari hak kepemilikian intelektual berupa Hak

Cipta/hak paten untuk melindungi hasil karya kreatifitas para pelaku industry kreatif

dari pencurian merk dan dan hak kepemilikan tempat produksi juga merupakan

indicator yang penting untuk menekan biaya sewa yang semakin lama semakin

meningkat. Dan terakhir mekanisme kontrak yang merupakan bagian akhir dari

transaksi berupa terjadinya kesepakatan antara dua bela pihak yang bertransaksi

untuk menghindari terjadinya pengingkaran kesepakatan

Tantangan pertumbuhan ekonomi kreatif adalah bagaimana para pelaku

industri kreatif meningkatkan kinerjanya. Kinerja industri kreatif dapat diukur

dengan pertumbuhan modal, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan pasar,

pertumbuhan laba, dan penambahan tenaga kerja seiring meningkatnya kegiatan

usaha (Munizu, 2010; dalam Purwaningsih, R & Kususma, P.D, 2015)

Berdasarkan uraian diatas, maka dibuatlah sebuah kerangka konsep

penelitian seperti pada gambar 3.1 dibawah ini :


Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

3 3 3
indikator indikator indikator

Searching Negotiation Concluding


Cost (X2.1) Cost (X2.2) Cost (X2.3)

5 4
indikator indikator
H2
Biaya Transaksi (X2)

H3 H5
Kinerja industri Pertumbuhan
kreatif (Y1) ekonomi
H6 kreatif (Y2)
Desain H4
Kelembagaan (X1)

H1

Hak Pasar & Akses Kebijakan &


Kepemilikan Pemasaran Permodalan Program
(X1.4) (X1.3) (X1.2) Pemerintah (X1.1)

3 9 3 4
indikator indikator indikator indikator

Pengaruh langsung

Pengaruh tidak langsung (Intervening)


Dari gambar 3.1 diatas dikembangkan kerangka konseptual yang teridir dari

enam tahapan, sebagai berikut :

7. Menguji pengaruh langsung desain kelembagaan industri kreatifterhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Makassar

8. Menguji pengaruh langsung biaya transaksi pada industri kreatifterhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Makassar

9. Menguji pengaruh langsung desain kelembagaan industri kreatif terhadap kinerja

industri kreatif di Kota Makassar

10. Menguji pengaruh langsung biaya transaksi industri kreatif terhadap kinerja

industri kreatif di Kota Makassar

11. Menguji pengaruh langsung kinerja industri kreatif terhadap pertumbuhan

ekonomi kreatif di Kota Makassar

12. Menguji pengaruh tidak langsung desain Kelembagaan dan biaya transaksi

terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif melalui kinerja industri kreatif

3.2. Hipotesis

Berdasarkan pada bab-bab sebelumnya dan kerangka konseptual, maka

di ajukan enam hipotesis yaitu :

1. Desain kelembagaan industri kreatifberpengaruh positif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Makassar

2. Biaya transaksi industri kreatif berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Makassar


3. Desain kelembagaan industri kreatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kinerja industri kreatif di Kota Makassar

4. Biaya transaksi pada industri kreatif berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

kinerja industri kreatif di Kota Makassar

5. Kinerja industri kreatifberpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif

di Kota Makassar

6. Desain kelembagaan dan biaya transaksi berpengaruh tidak langsung terhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif melalui kinerja industri kreatifdi Kota Makassar

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.3.1. Variabel Penelitian

Guna membatasi permasalahan dalam penelitian ini, perlu

diberikan rumusan variabel penelitan. Untuk memudahkan pemahaman dan

pengukuran setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka

variabel penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut :

3.3.1.1. Variabel Eksogen (Eksogenous Variabel)

Penelitian ini menggunakan dua variabel eksogen

(eksogenous variabel), yang merupakan variabel yang tidak bisa

diukur secara langsung (unobserved vairabel) karena harus

dikonstruk sedemikian rupa dari berbagai dimensi dan indikator


(Variabel laten) serta tidak dipengaruhi oleh variabel lain, meliputi :

Desain Kelembagaan (X1) dan Biaya Transaksi (X2)

3.3.1.2. Variabel Endogen (Endogenous Variabel)

Penelitian ini menggunakan dua variabel endogen yang

juga merupakan variabel yang bisa diukur secara langsung

(observed variabel) dan dipengaruhi oleh variabel lain, meliputi :

Kinerja industri kreatif (Y1) dan Pertumbuhan ekonomi kreatif (Y2).

3.3.1.3. Variabel Mediasi

Untuk melihat pengaruh tidak langsung variabel desain

kelembagaan dan biaya transaksi terhadap pertumbuhan ekonomi

kreatif, maka pada penelitian ini digunakan satu variabel mediasi

yaitu variabel kinerja industri kreatif (Y1)

3.3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel dimaksud adalah bagaimana

menemukan dan mengukur variabel tersebut dilapangan dengan

merumuskan secara singkat dan jelas serta tidak menimbulkan berbagai

tafsiran. Adapun definisi tiap – tiap variabel penelitian sebagai berikut :

1. Desain kelembagaan (X1)

Desain kelembagaanyang dimaksud dalam penelitian ini adalah

sinergitas antara pemerintah melalui kebijakan dan programnya, investor

dan perbankan melalui akses permodalannya dengan pelaku industry


kreatif melalui kemampuannya menciptakan kinerja yang baik. Desain

kelembagaan dikatakan baik jika memiliki nilai rerata ≥ 3.0 Desain

kelembagaan diukur melalui empat dimensi yang terdiri dari: (X1.1)

Kebijakan dan program pemerintah, (X1.2) Akses permodalan, (X1.3)

Akses Pasar dan pemasaran, (X1.4) Hak Kepemilikan

Adapun dimensi – dimensi tersebut diukur dengan indikatornya

masing-masing sebagai berikut :

- Kebijakan dan program pemerintah (X1.1)

Kebijakan dan program adalah berbagai kebijakan (regulasi)

dan program pemerintah yang terkait langsung dengan kegiatan para

pelaku industri kreatif. Kebijakan dan program pemerintah diukur

dengan indikator melalui kuesioner dan diberi skor 1 = sangat tidak

setuju; 2=tidak setuju; 3=Netral; 4=Setuju; 5=sangat setuju. Adapun

indikatornya adalah :

- Peraturan dan regulasi yang pro bisnis (X1.1.1)

Peraturan dan regulasi yang pro bisnis adalah kebijakan

yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang pro terhadap

perkembangan industri kreatif. terdiri dari (1) kebijakan pemerintah

terkait pengembangan Industri Kreatif, (2) Kebijakan pemerintah

dalam mendorong pertumbuhan industri kreatif (3) Kebijakan

pemerintah sesuai kebutuhan pelaku industri kreatif (4) Kebijakan

pemerintah mendorong kinerjaindustri kreatif


- Program Pembinaan (X1.1.2)

Program pembinaan adalah kegiatan pembinaan yang

dilaksanakan secara rutin oleh pemerintah kepada para pelaku

industri kreatif dalam rangka pengembangan industri kreatif. Terdiri

dari (1) Pengetahuan pelaku industri kreatif tentang program

pembinaan pemerintah, (2) Keterlibatan pelaku industri kreatif pada

program pembinaan Pemerintah, (3) Kemampuan program

pembinaan pemerintah dalam mendorong kinerja industri kreatif (4)

Implementasi program pembinaan pemerintah dalam

mengembangkan industry kreatif

- Akses Permodalan dan Pembiayaan (X1.1.3)

Akses permodalan dan pembiayaan adalah terhubungnya

pelaku industri kreatif dengan program bantuan permodalan dan

pembiayaan yang diselenggarakn oleh pemerintah. Terdiri dari (1)

Pengetahuan pelaku industri kreatif tentang keberadaan bantuan

permodalan dan pembiayaan yang disediakan oleh pemerintah, (2)

Pelaku industri kreatif pernah mendapatkan bantuan permodalan

dan pembiayaan dari pemerintah, (3) Bantuan permodalan dan

pembiayaan pemerintah telah mampu mendorong kinerja industri

kreatif (4) implementasi program bantuan permodalan dan

pembiayaan oleh pemerintah

- Penyiapan lokasi usaha dan penyediaan informasi (X1.1.4)


Penyiapan lokasi usaha dan penyediaan informasi adalah

tersedianya lokasi usaha dalam bentuk kawasan khusus (co-

working space) yang diperuntukkan untuk para pelaku industri

kreatif dan tersedianya pusat informasi digital terkait berbagai

kebutuhan para pelaku industri kreatif.Terdiri dari (1) Kawasan

khusus/co-working space yang disediakan oleh pemerintah kepada

para pelaku industry kreatif, (2) Pengetahuan pelaku industri kreatif

tentang pusat informasi industri kreatif yang disediakan oleh

pemerintah, (3) Kemudahan dalam mengakses kawasan khusus

yang telah disediakan oleh pemerintah, (4) Kemudahan adalam

mengakses pusat informasi industri kreatif yang telah disediakan

oleh pemerintah

- Akses Permodalan (X1.2)

Akses permodalan adalah sumber permodalan para pelaku

industri kreatif baik saat memulai usaha maupun pada saat akan

mengembangkan usaha. Akses permodalan diukur dengan

indikator melalui kuesioner dan diberi skor 1 = sangat tidak setuju;

2=tidak setuju; 3=Netral; 4=Setuju; 5=sangat setuju. Adapun sub

variabel dan indikatornya adalah :

- Modal Sendiri (X1.2.1)

Modal sendiri adalah modal usaha yang diperoleh dari

modal sendiri. Terdiri dari (1) Sumber modal awal, (2)

Kecenderungan menggunakan modal sendiri dibanding modal yang


bersumber dari pihak lain, (3) Kecenderungan mengandalkan

modal sendiri saat akan melakukan pengembangan usaha

- Modal Perbankan (X1.2.2)

Modal perbankan adalah modal usaha yang diperoleh dari

sektor perbankan. Terdiri dari (1) Sumber modal awal , (2)

Kecenderungan menggunakan modal perbankan dibanding modal

yang bersumber dari pihak lain, (3) Kecenderungan mengandalkan

modal perbankan saat akan melakukan pengembangan usaha

- Modal Perbankan (X1.2.3)

Modal investor adalah modal usaha yang diperoleh dari

seorang investor baik yang bersifat individu maupun perusahaan.

Terdiri dari (1) Sumber modal awal, (2) Kecenderungan

menggunakan modal investor dibanding modal yang bersumber

dari pihak lain, (3) Kecenderungan mengandalkan modal investor

saat akan melakukan pengembangan usaha

- Akses Pasar dan Pemasaran (X1.3)

Akses pasar dan pemasaran adalah kemampuan yang

dimiliki pelaku industri kreatif dalam menghadapi persaingan pasar.

Akses pasar dan pemasaran diukur dengan indikator melalui

kuesioner dan diberi skor 1 = sangat tidak setuju; 2=tidak setuju;

3=Netral; 4=Setuju; 5=sangat setuju. Adapun indikatornya adalah

(1) Kemampuan membaca selera pasar, (2) Mengenal pesaing dan


produknya, (3) Mengenal kelemahan produk sendiri, (4)

Keterbatasan SDM (tenaga Kerja), (5) Standarisasi produk

(kualitas), (6) Kemampuan memenuhi permintaan, (7) Kemampuan

melakukan penetrasi pasar, (8) Skala ekonomi produk, (9)

Kemampuan meyakinkan konsumen

- Hak Kepemilikan (X1.4)

Hak kepemilikan adalah jumlah penguasaan terhadap

faktor-faktor produksi yaitu tempat usaha, legalitas usaha dan

lisensi merek. Hak kepemilikan diukur dengan indikator melalui

kuesioner dan diberi skor 1 = sangat tidak setuju; 2=tidak setuju;

3=Netral; 4=Setuju; 5=sangat setuju. Adapun sub variabel dan

indikatornya adalah

- Izin Usaha (X1.4.1)

Izin usaha adalah dokumen yang diberikan oleh

pemerintah sebagai bentuk legalitas usaha untuk menjalankan

kegiatan usaha. Terdiri dari (1) Kepemilikan izin usaha, (2)

Kemudahan dalam proses pembuatan izin usaha, (3) Biaya

pembuatan izin usaha, (4) Perkembangan usaha pasca

kepemilikan izin usaha

- Tempat produksi (X1.4.2)

Tempat produksi adalah penguasaan terhadap sebuah

bangunan yang digunakan dalam melakukan kegiatan produksi


dan pemasaran produk dan sudah menjadi hak milik. Terdiri dari

(1) Kepemilikan tempat produksi, (2) Kemudahan dalm

mendapatkan tempat produksi, (3) Biaya kepemilikan tempat

produksi, (4) Perkembangan usaha pasca kepemilikan tempat

produksi

- Hak Cipta/Hak Paten/HaKI (X1.4.3)

Hak Cipta/Hak Paten/HaKI adalah hak kekayaan

intelektual yang dimiliki dan telah mendapatkan pengakuan dari

pemerintah secara resmi yang dituangkan dalam bentuk

dokumen. Terdiri dari (1) Kepemilikan Hak Cipta/Hak

Paten/HaKI, (2) Kemudahan dalam mendapatkan Hak Cipta/Hak

Paten/HaKI, (3) Biaya kepemilikan Hak Cipta/Hak Paten/HaKI,

(4) perkembangan usaha pasca Hak Cipta/Hak Paten/HaKI

2. Biaya Transaksi (X2)

Biaya transaksiyang dimaksud dalam penelitian ini adalah

keseluruhan biaya yang dikeluarkan pelaku industry kreatif pada tahap

pra produksi dan pasca produksi diluar biaya produksi dan biaya

promosi. Biaya transaksi dikatakan rendah apabila standar biaya berada

pada nilai rerata ≥ 3.0. Biaya transaksi diukur dengan (X2.1) biaya

transaksi yang timbul saat pencarian informasi, (X2.2) biaya transaksi

yang timbul saat proses tawar menawar, (X2.3) biaya transaksi yang

timbul saat pembuatan kesepakatan akhir


- Searching Cost (X2.1)

Searching Cost biasa juga disebut biaya pencarian informasi

adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan pelaku industry kreatif dalam

proses pencarian informasi terkait berbagai kebutuhan produksi dan

kebutuhan pemasaran pada tahap pra produksi dan pasca produksi.

Indikatornya adalah

- Biaya tahap pra produksi (X2.1.1)

Biaya tahap pra produksi adalah biaya yang dikeluarkan

dalam proses pencarian informasi terkait kebutuhan produksi.

Terdiri dari (1) Keberadaan biaya transaksi pada tahap pra produksi

(2) Tinggi rendahnya biaya transaksi yang dikeluarkan pada tahap

pra produksi

- Biaya tahap pasca produksi (X2.1.2)

Biaya tahap pasca produksi adalah biaya yang dikeluarkan

dalam proses pencarian informasi terkait kebutuhan pemasaran.

Terdiri dari (1) Keberadaan biaya transaksi pada tahap pra produksi

(2) Tinggi rendahnya biaya transaksi yang dikeluarkan pada tahap

pra produksi

- Standarisasi Biaya transaksi (X2.1.3)

Standarisasi biaya transaksi adalah total biaya transaksi

yang dikeluarkan oleh pelaku industri kreatif pada proses pencarian

informasi dinyatakan dalam bentuk pernyataan tinggi atau rendah

- Negotiation Cost (X2.2)


Negotiation Cost biasa juga disebut biaya tawar menawar

adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan pelaku industry kreatif saat

melakukan tawar menawar terkait berbagai kebutuhan produksi dan

kebutuhan pemasaran pada tahap pra produksi dan pasca produksi.

Indikatornya adalah :

- Biaya tahap pra produksi (X2.2.1)

Biaya tahap pra produksi adalah biaya yang dikeluarkan

dalam proses tawar menawar terkait kebutuhan produksi. Terdiri

dari (1) Keberadaan biaya transaksi pada tahap pra produksi (2)

Tinggi rendahnya biaya transaksi yang dikeluarkan pada tahap pra

produksi

- Biaya tahap pasca produksi (X2.2.2)

Biaya tahap pasca produksi adalah biaya yang dikeluarkan

dalam proses tawar menawar terkait kebutuhan pemasaran. Terdiri

dari (1) keberadaan biaya transaksi pada tahap pra produksi (2)

tinggi rendahnya biaya transaksi yang dikeluarkan pada tahap pra

produksi

- Standarisasi Biaya transaksi (X2.2.3)

Standarisasi biaya transaksi adalah Total biaya transaksi

yang dikeluarkan oleh pelaku industri kreatif pada proses tawar

menawar dinyatakan dalam bentuk pernyataan tinggi atau rendah

- Concluding Cost (X2.3)


Concluding Cost biasa juga disebut biaya kesepakatn akhir

adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan pelaku industry kreatif dalam

proses pembuatan kesepakatan akhir terkait berbagai kebutuhan

produksi dan kebutuhan pemasaran pada tahap pra produksi dan

pasca produksi. Indikatornya adalah :

- Biaya tahap pra produksi (X2.3.1)

Biaya tahap pra produksi adalah biaya yang dikeluarkan

dalam proses pembuatan kesepakatn akhir terkait kebutuhan

produksi dengan besaran biaya tergantung dari jumlah dan harga

materai yang digunakan.Terdiri dari (1) Keberadaan biaya

transaksi pada tahap pra produksi (2) Tinggi rendahnya biaya

transaksi yang dikeluarkan pada tahap pra produksi

- Biaya tahap pasca produksi (X2.3.2)

Biaya tahap pasca produksi adalah biaya yang dikeluarkan

dalam proses pembuatan kesepakatn akhir terkait kebutuhan

produksi dengan besaran biaya tergantung dari jumlah dan harga

materai yang digunakan. Terdiri dari (1) Keberadaan biaya

transaksi pada tahap pra produksi (2) Tinggi rendahnya biaya

transaksi yang dikeluarkan pada tahap pra produksi

- Standarisasi Biaya transaksi (X2.3.3)

Standarisasi biaya transaksi adalah Totak biaya transaksi

yang dikeluarkan oleh pelaku industri kreatif pada proses


pembuatan kesepakatan akhir dinyatakan dalam bentuk pernyataan

tinggi atau rendah

3. Kinerja Industri Kreatif (Y1)

Kinerja industri kreatif atau disingkat KIK yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah nilai kinerja industri kreatif selama satu periode

waktu. KIK dinilai baik jika nilai reratanya ≥ 3.0. KIK diukur dengan

pertumbuhan penjualan (Y1.1), pertumbuhan pemasaran (Y1.2),

peningkatan tenaga kerja (Y1.3), pertumbuhan modal (Y1.4),

pertumbuhan laba (Y1.5). Dimensi-dimensi tersebut diukur indikator

melalui kuesioner dan diberi skor 1= sangat tidak setuju; 2=tidak setuju;

3=Netral; 4=Setuju; 5=sangat setuju.

4. Pertumbuhan ekonomi kreatif (Y2)

Pertumbuhan ekonomi kreatif yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah perkembangan industri kreatif selama satu tahun periode. diukur

dengan jumlah kepemilikan hak kekayaan intelektual (Y2.1), jumlah co-

working space (Y2.2), jumlah tenaga kerja kreatif/talent (Y2.3) dan total

nilai KIK (Y2.4)

Berdasarkan uraian definisi masing-masing variabel penelitian pada

bagian sebelumnya. Selanjutnya akan ditampilkan definisi operasional

variabel penelitian pada tabel berikut :

Tabel 3.1. Operasionalisasi Variabel


Sub Sifat
Variabel Indikator Skala
Variabel/dimensi Indikator
Desain X1.1. Kebijakan X1.1.1. Peraturan dan regulasi Ordinal Reflektif
Kelembagaan dan Program yang pro bisnis
(X1) pemerintah X1.1.2. Program Pembinaan
X1.1.3. Akses Permodalan dan
Pembiayaan
X1.1.4. Penyiapan lokasi usaha
dan penyediaan informasi
X1.2.1. Modal Sendiri
X1.2. Akses
X1.2.2. Perbankan Ordinal Reflektif
Permodalan
X1.2.3. Investor
X1.3.1. Kemampuan membaca
selera pasar
X1.3.2. Kemampuan mengenal
pesaing dan produknya
X1.3.3. Kemampuan mengenal
kelemahan produk sendiri
X1.3.4. Ketersediaan SDM
X1.3. Akses Pasar (tenaga Kerja)
dan X1.3.5. Standarisasi produk Ordinal Reflektif
Pemasaran (kualitas)
X1.3.6. Kemampuan memenuhi
permintaan skala besar
X1.3.7. Kemampuan melakukan
penetrasi pasar
X1.3.8. Skala ekonomi produk
X1.3.9. Kemampuan meyakinkan
konsumen
X1.4.1. Izin usaha
X1.4. Hak
X1.4.2. Tempat produksi Ordinal Reflektif
Kepemilikan
X1.4.3. Hak cipta/paten/HaKI
X2.1.1. Biaya pra produksi
Biaya Transaksi X2.1. Searching
X2.1.2. Biaya pasca produksi Ordinal Refllektif
(X2) Cost
X2.1.3. Standar biaya transaksi
Sub Sifat
Variabel Indikator Skala
Variabel/dimensi Indikator
X2.2.1. Biaya pra produksi
X2.2. Negotiation
X2.2.2. Biaya pasca produksi Ordinal Reflektif
Cost
X2.2.3. Standar biaya transaksi
X2.3.1. Biaya pra produksi
X2.3. Concluding
X2.3.2. Biaya pasca produksi Ordinal Reflektif
Cost
X2.3.3. Standar biaya transaksi
Y1.1. Pertumbuhan penjualan
Y1.2. Pertumbuhan pemasaran
Kinerja Industri
Y1.3. Peningkatan tenaga kerja Ordinal Reflektif
Kreatif (Y1)
Y1.4. Pertumbuhan modal
Y1.5. Pertumbuhan laba
Pertumbuhan Y2.1. Kepemilikan HaKI
Ekonomi Kreatif Y2.2. Co-Working space Ordinal Reflektif
(Y2) Y2.3. SDM (Talent)
Y2.4. Total nilai kinerja industri
kreatif
Sumber : Data diolah (2016)
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian desktiptif kuantitatif. Rancangan

peneitian ini didasari oleh beberapa klarifikasi dari Cooper dan Schlinder (2006)

yaitu penelitian ini bersifat konfirmatif (confirmative research) yang bertujuan

memberikan penjelasan sebab terjadinya sebuah fenomena pada pertumbuhan

ekonomi kreatif di kota makassar dengan pendekatan analisis Desain

kelembagaan dan biaya transaksi dan kinerja industri kreatif sebagai perantara

Rancangan penelitian menurut Kerlinger (2003) merupakan struktur

penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh

jawaban untuk pertanyaan – pertanyaan, dibedakan sebagai berikut :

a. Penelitian ini merupakan penelitian konfirmatori (confirmatory research) dimana

mengidentifikasi berbagai variabel diluar masalah sehingga dapat menjelaskan

sebab terjadinya fenomena perilaku para pelaku industri kreatif di kota

makassar

b. Ditinjau dari aspek datanya adalah penelitian ex post facto yang berarti setelah

kejadian yaitu penelitian yang bersifat empiris yang sistematik dimana peneliti

tidak dapat mengontrol variabel bebasnya karena peristiwa telah terjadi atau

sifatnya tidak dapt dimanipulasi

c. Ditinjau dari tujuannya penelitian ini merupakan studi kausal yang berusaha

menjelaskan pengaruh desain kelembagaan dan biaya transaksi terhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif, dan biaya transaksi sebagai pemoderasi


4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil responden (pelaku industri kreatif) sub sektor

kuliner, subsektor periklanan, dan subsektor aplikasi dan pengembangan game

yang berlokasi di kota makassar. Waktu penelitian adalah periode September

2016 –April 2017

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pelaku industri kreatif di kota

makassar yang terdiri darijenis industri kuliner246, jenis industri periklanan

62, dan jenis industri aplikasi dan game 9. Jadi total populasi sebanyak 317

pelaku industri kreatif

4.3.2. Sampel

4.3.2.1. Metode Penentuan Sampel

Metode penentuan sampel yang digunakan adalah probability

sampling dengan teknik Proportionate Stratified Random

Sampling, dan menggunakan rumus slovin sebagai berikut :

𝑁
n= 𝑥 100
1 + 𝑁 (𝑒)²

dimana :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e² = error tollerance, 𝑒 = 5%
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus

slovin didapatkan jumlah pelaku industri kreatif sebanyak 76

sebagai sampel yang kemudian dibagi secara proporsional

berdasarkan besarnya populasi dari tiap jenis industri kreatif

yaitu industri kuliner sebanyak 47 responden atau 60 % dari total

sampel, industri periklanan sebanyak 20 responden atau 24%

dari total sampel, dan industri aplikasi dan pengembangan game

sebanyak 9 atau seluruh populasi di jadikan sampel atau 12%

dari total sampel. Selanjutnya sampel dipilih secara acak

sederhana (simple random sampling)

4.3.2.2. Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah

simple random samplingdengan teknik accidential random

sampling

4.4. Jenis dan Sumber Data

4.4.1. Jenis Data

Setelah peneliti menetapkan populasi dan sampel yang digunakan

dalam proses penelitian. Maka langkah selanjutnya adalah memperoleh

data dari responden yang telah ditetapkan. Jenis data yang dikumpulkan

adalah data primer berupa data hasil wawancara dan hasil pengisian

kuesioner responden, sedangkan data sekunder adalah/ dokumentasi yang

berkaitan dengan penelitian seperti data pelaku industri kreatif subsektor


kuliner, subsektor periklanan dan subsektor aplikasi dan pengembangan

game di kota makassar

4.4.2. Sumber data

Data Primer diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan

pengisian kuesioner para pelaku industri kreatif subsektor kuliner, subsektor

periklanan dan subsektor aplikasi dan pengembangan game. Sedangkan

data sekunder diperoleh dari dokumentasi pada kantor dinas pendapatan

daerah kota makassar, kantor dinas perindustrian dan perdagangan kota

makassar dan Digital lounge makassar

4.5. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data untuk data primer dilakukan dengan observasi,

penyebaran kuesioner dan wawancara. Observasi dilakukan dengan mengamati

secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan responden dalam melakukan

kegiatan usahanya, wawancara dilakukan untuk mempertegas dan memperjelas

informasi yang diperoleh dari hasil observasi

Pengisian kuesioner dilakukan setelah wawancara dilaksanakan. Pengisian

kuesioner untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan variabel yang diteliti. Selain

data primer yang berasal dari lapangan melalui observasi, wawancara, dan

pengisian kuesioner, juga dlakukan pengambilan data sekunder berupa data


dokumenter yang meliputi data pelaku industri kuliner, periklanan, dan aplikasi dan

pengembangan game dari kantor dinas pendapatan daerah kota makassar, dinas

perindustrian dan perdagangan kota makassar dan Digital Lounge makassar

4.6. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini alat pengumpul data (instrumen) adalah pertama,

data primer yang berasal dari responden yang terpilih yang merupakan pelaku

industri kreatif subsektor kuliner, subsektor perikalan dan subsektor aplikasi dan

pengembangan game di kota makassar berupa kuesioner dan pertanyaan-

pertanyaan kualitatif yang digunakan pada saat melakukan wawancara

Kedua data sekunder yang diperoleh dari kantor dinas pendapatan kota

makassar, kantor dinas perindustrian kota makassar, kantor dinas pariswisata dan

ekonomi kreatif dan Digital lounge (Dilo) Makassar dengan dokumentasi

4.7. Teknik Analisis Data

4.7.1. Analisis faktor

Pada penelitan ini seleksi dimensi hanya dilakukan pada variabel

biaya transaksi dan desain kelembagaan, karena terdapat beberapa

indikator dari beberapa sumber yang berbeda, dan dimensi yang terpilih

adalah paling mendekati isu penelitian. Exploratory factor analysis (EFA)

digunakan untuk mengetahui dimensi yang ada dalam desain

kelembagaan dan biaya transaksi. Adapun sumber masing-masing

indikator tersebut antara lain; untuk indikator variabel biaya transaksi

bersumber dari Coase, 1939 dan North, 1990 (Fox, 2007), sedangkan
indiaktor variabel desain kelembagaan bersumber dari acemoglu (2003),

primiana (2009), Munizu, 2010 (Purwaningsih, R & Kususma, P.D, 2015)

Hasil analisis dibagian measure of sampling adequacy (MSA) pada

composite realibility, cronbach alpa dan loading factor akan dijadikan

pertimbangan untuk menilai apakah item tetap dipertahankan sebagai

pengukur variabel. Nilai kritis untuk MSA, loading factor adalah mendekati

0,60 atau lebih, untuk nilai kritis composite realibility adalah mendekati

0,70 atau lebih, dan untuk nilai kritis cronbach alpa adalah mendekati 0,60

atau lebih, jika ada item atau indikator mempunyai nilai tidak mendekati

0,60 maka tidak diikutsertakan dalam analisa lanjutan

Penelitian ini pada hakikatnya ingin mendapatkan model terbaik

untuk menjelaskan pengaruh antara variabel independen yaitu variabel

Desain kelembagaan (diukur dengan 4 dimensi dan 19 indikator), variabel

biaya transaksi (diukur dengan 3 dimensi dan 9 indikator) dan variabel

kinerja industri kreatif juga sebagai variabel intervening (diukur dengan 5

indikator) dengan variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi kreatif

(diukur dengan 4 indikator)

Atas dasar tersebut dalam penelitian ini digunakan teknik statistik

Structural Equation Modeling (SEM). Permodelan SEM dengan

pendekatan Partial Least Square (PLS) dan diolah dengan software

SmartPLS versi 2.0 ini dimungkinkan mampu menjawab pertanyaan yang

bersifat regresif maupun dimensional


Keunggulan analisis dengan PLS menurut World (1985 dalam

ghozali 2011) menyatakan bahwa PLS merupakan metode analisis yang

powerfull oleh karena tidak didasarkan banyak asumsi. Data tidak harus

berdstribusi normal multiivariate (indikator dengan sakal kategori, ordinal,

interval, dan sampai rasio) dapat digunakan pada model yang sama,

sampel tidak harus besar.

PLS dapat menganalisa sekaligus konstruk yang dibentuk dengan

indikator reflektif dan indikator formatif dan hal ini tidak mungkin dijalankan

dalam SEM karena akan terjadi unidentified model

Adapun alasan menggunakan PLS dalam penelitian ini, adalah

sebagai berikut :

1. PLS merupakan metode umum untuk mengestimasi path model yang

menggunakan variabel laten dengan multiple indikator

2. PLS merupakan metode analisis yang dapat diterapkan pada semua

skala data, tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampelnya

tidak harus besar. Besarnya sampel direkomendasikan berkisar dari 30

s.d 100 kasus (Ghozali, 2008)

3. PLS merupakan metode analisis untuk causal-predictive analysis daam

situasi kompleksitas yang tinggi dan dukungan teori yang rendah

4. PLS menangani model reflektif dan formatif, bahkan konstruk dengan

item (indikator) tunggal (Hair et al., 2010). Konstruk reflektif

mengasumsikan bahwa konstruk/variabel laten mempengaruhi indikator


(arah hubungan kasualitas dari konstruk ke indikator), konstruk formatif

mengasumsikan bahwa indikator mempengaruhi konstruk/variabel laten

(arah hubungan kasualitas dari indikator ke konstruk)

4.7.2. Merancang Model Penelitian

Model penelitian dirancang dengan melihat model struktural (inner

model)yang menjadi bagian dari hipotesis yang ada pada BAB III akan

dimodelkan sebagai berikut :

Model di atas terbagi atas dua bagian yaitu model struktural (inner model)

dan model pengukuran (outer model).

1. Model Pengukuran untuk variabel desain kelembagaan dan biaya

transaksi (reflektif) sebagai berikut :

𝑋1 = 𝜆𝑥1 + 𝜉1 + 𝛿1

𝑋2 = 𝜆𝑥2 + 𝜉2 + 𝛿2

2. Model pengukuran untuk variabel kinerja industri kreatif dan

pertumbuhan ekonomi kreatif (reflektif) sebagai berikut :

𝑌₁ = 𝜆𝑦 𝜂1 + 𝜀1

𝑌₂ = 𝜆𝑦 𝜂2 + 𝜀2

3. Model struktural variabel kinerja industri kreatif dan pertumbuhan

ekonomi kreatif sebagai berikut :

𝜂1 = 𝜉1 𝛾1 + 𝜉2 𝛾2 + 𝜍1

𝜂2 = 𝛽1 𝜂1 + 𝜉1 𝛾3 + 𝜉2 𝛾4 + 𝜍1

Dimana :

ξ1 = ksi1, adalah variabel eksogen desain kelembagaan


ξ2= ksi2, adalah variabel eksogen biaya transaksi

ŋ1 = eta1, adalah variabel endogen kinerja industri kreatif

ŋ2 = eta1, adalah variabel endogen pertumbuhan ekonomi kreatif

λx = Lamnda (kecil), loading faktor variabel eksogen desain

kelembagaan dan biaya transaksi

λy = Lamnda (kecil), loading faktor variabel endogen kinerja industri

kreaif dan pertumbuhan ekonomi kreaif

β = Beta (kecil), koefisien pengaruh variabel kinerja industri kreatif

terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif

𝛾= Gamma, koefisien pengaruh variabel desain kelembagaan dan biaya

transaksi terhadap kinerja industri kreatif dan pertumbuhan

ekonomi kreatif

ζ = Zeta, adalah galat model

4.7.3. Estimasi Parameter Pemodelan

4.7.3.1. Estimasi Hubungan Indikator dan Variabel

Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat

dikategorikan menjadi tiga yaitu : (1) Weight estimate yang

digunakan untuk menghitung skor variabel laten. (2) Estimasi

Jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten antar

variabel laten dan blok indikatornya (loading). (3) keterkaitan

dengan means dan lokasi parameter (nilai monstanta regresi)


untuk indikator dan variabel laten. Untuk mendapatkan ketiga

estimasi tersebut, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap

dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi

Tahap pertama menghasilkan weight estimate, tahap

kedua menghasilkan estimasi untuk inner dan outer model, dan

tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi

(konstanta). Pada tahap (1) proses iterasi indikator dan variabel

laten diperlukan sebagai deviasi (penyimpangan) dari milai

means (rata-rata); tahap (2) digunakan untuk menghitung means

dan lokasi parameter; dan tahap (3) untuk menghasilkan

estimasi dapat diperoleh berdasarkan pada data metric original,

hasil weight estimate dan path estimate. Menurut Ghozali (2011)

tujuan PLS adalah membantu peneliti untuk mndapatkan nilai

variabel laten untuk tujuan prediksi. Variabel laten didapat

berdasarkan bagaimana inner model dan outer model

4.7.3.2. Estimasi Hubungan Antar Variabel

Evaluasi outer model disebut pula dengan evaluasi model

pengukuran dilakukan untuk menilai validitas dan realibilitas

model. outer moder dengan indikator reflektif dievaluasi melalui

validitas convergent dan diskriminan untuk indikator reflektif

pembentuk konstruk laten, serta melalui composite aeliability dan

cronbanc alpha untuk blok indikatornya (Chin, 19998 dalam

Ghozali, 2011)
Validitas convergent berhubungan dengan prinsip bahwa

pengukur-pengukur (manifest variabel) dari suatu konstruk

seharusnya berkorelasi tinggi. Uji validitas convergent indikator

reflektif dapat dilihat dari nilai loading factor untuk setiap

konstruk, dimana nilai loading factor yang direkomendasikan

harus lebih besar dari 0,5 untuk penelitian yang bersifat

confirmatory, serta niali average variance extracted (AVE) harus

lebih besar dari 0,5.

Validitas diskriminan berhubungan dengan prinsip-prinsip

bahwa pengukur (manifest variabel) konstruk yang berbeda

seharusnya tidak berkorelasi dengan tinggi. Cara untuk menguji

validitas diskriminan dengan indikator reflektif yaitu dengan

melihat niali cross loading untuk setiap variabel harus > 0,70.

Cara lain yang dapat digunakan untuk menguji validitas

diskriminan adalah dengan membandingkan akar kuadrat dari

AVE untuk setiap konstruk dengan nilai korelasi antar konstruk

dalam model.

Validitas diskriminan yang baik ditunjukka dari akar

kuadrat AVE untuk setiap konstruk lebih besar dari korelasi antar

konstruk dalam model (Fornell dan Larcker, 1981 dalam Ghozali,

2011). Selain uji validitas, pengukuran model juga dilakukan

untuk menguji realibilitas (keakuratan) suatu konstruk. Uji


reliablitas dilakukan untuk membuktikan akurasi, konsistensi da n

ketepatan instrumen dalam mengukur konstruk

4.7.4. Menilai Hasil Pemodelan

Hair (2014) menyatakan bahwa secara khusus ada beberapa

bagian yang akan dianalisa pada bagian model struktural, yaitu :

a. Menilai tingkat kemaknaan dan relevansi dari hubungan yang ada

dalam model struktural.

b. Menila level dari R². Koefisien determinasi (R²) menerangkan besarnya

kontribusi satu atau lebih faktor penentu dalam menjelaskan variasi

suatu model. Untuk menguji kebaikan model (goodness of fit) pada

penelitian ini, alat uji yang digunakan adalah metode R Square karena

hanya berkaitan dengan kebaikan suatu pengaruh parameter. R

square pada model penelitian ini diformulasikan sebagai berikut :

Rm² = 1 – (1-R1²) (1-R2²) (1-R3²)........ (1-Rp²)

4.8. Uji Asumsi Klasik

Pada uji asumsi klasik penelitian ini hanya menggunakan uji linearitas

karena pada penggunaan metode pendugaan PLS sudah menangani asumsi

normalitas, homoskedastisitas dan multikoliearitas, sehingga memungkinkan

penggunaan data yang tidak terdistribusi normal

Sebelum melakukan evaluasi lebih lanjut pada model SmartPls.2.0maka

data yang berskala likert diubah menjadi data berskala interval menggunakan

aplikasi MSI (Metode succesive interval) untuk memenuhi asumsi uji linieritas.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan asumsi linearitas, yaitu bahwa hubungan antar

kostruk yang akan di uji memiliki hubungan yang linier.

Pengujian asumsi ini menggunakan test of linierity. Uji linearitas ini

menggunaan skor variabel laten sebagai data yang di analisis, asumsi linearitas

yaitu hasil uji t pada bagian linierity adalah signifikan (p<0,05) dan tidak signifikan

(p>0,50) pada hasil uji deviation from linearity. Uji ini digunakan untuk memastikan

pemodelan persamaan struktural antar variabel dalam penelitian ini adalah linier

4.9. Uji Statistik

Untuk melakukan analisis data digunakan confirmatory factor analysis untuk

menguji validitas dan reliabilitas masing-masing indikator dari setiap dimensi yang

membentuk variabel laten.

4.9.1. Uji Realibilitas

Untuk mengukur reliabilitas dengan menggunakan alpha cronbach>

0,60 dan composite reliability (CR)> 0,70. Namun, composite reliability (CR)

dinilai baik dalam mengestimasi konsistensi internal suatu konstruk

(Salisbury, Chin, Gopal, & Newsted, 2002

4.9.2. Uji Validitas

Untuk menguji validitas konstruk laten digunakan model pengukuran

loading faktor. Indikator yang memiliki loading factor< 0,50 terhadap


konstruklaten menunjukkan bahwa indikator yang digunakan tidak valid

sehingga indikator tersebut harus direduksi dari model

4.9.3. Uji Signifikansi Parameter

Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh antar variabel akan

digunakan uji statistik t test dengan p-value< 0,05 (alpa 5%). Penilai pada

hasil uji model pengukuran (outer model) akan dinyatakan indikator valid

sedangkan pada hasil pengujian model struktural (inner model) akan

dinyatakan pengaruh signifikan

Untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh tidak langsung variable

eksogen terhadap variable endogen yang di mediasi oleh variable mediator

digunakan uji sobel


BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1. Perkembangan Ekonomi Kreatif

Ekonomi kreatif merupakan sebuah konsep yang dikembangkan di era

ekonomi baru seiring dengan munculnya gelombang peradaban manusia

keempat, dimana informasi, kreativitas, ide, dan stock of knowledge sebagai

penopang utamanya dan memposisikan sumberdaya manusia (SDM) sebagai

factor produksi utama dalam kegiatan ekonomi.

Konsep ekonomi kreatif telah digagas oleh Schumpeter sejak tahun 1911

melalui Theorie der wirtschaftlichen entwicklungen (Teori Pembangunan

Ekonomi). Dalam teori pembagunan ekonomi tersebut Schumpeter mengusulkan

sebuah gagasan tentang “creative destruction”, dimana dalam teori tersebut

dinyatakan bahwa perusahaan baru yang muncul dengan spirit kewirausahaan

dan kreativitas akan menggantikan perusahaan yang kurang inovatif

Era kreativitas inipun digambarkan oleh Alvin Tofler (dalam Nenny, 2008)

yang merupakan seorang futurolog dalam bukunya Future Shock (1970) dengan

membagi 4 (empat) gelombang peradaban manusia yaitu gelombang pertama

adalah abad pertanian, gelombang kedua adalah abad industry dan gelombang

ketiga adalah abad informasi. Sementara dalam bukunya The Third Wave (1980)

Toffler menyebutkan bahwa gelombang peradaban keempat merupakan


gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide dan gagasan kreatif

yang tak terbatas sementara sarana dan sumberdaya fisik memiliki keterbatasan

Pada tahun 1990-an dimulailah era ekonomi baru yang mengutamakan

informasi dan kreativitas dan populer dengan sebutan ekonomi kreatif yang

digerakkan oleh sektor industri yang disebut industri kreatif. Menurut Tian & Gao

(2011), ekonomi kreatif adalah pemanfaatan cadangan sumber daya yang bukan

hanya terbarukan, bahkan tak terbatas, yaitu ide, gagasan, bakat atau talenta dan

kreativitas.

Nilai ekonomi dari suatu produk atau jasa di era kreatif tidak lagi

ditentukan oleh bahan baku atau sistem produksi seperti pada era industri, tetapi

lebih kepada pemanfaatan kreativitas dan inovasi melalui perkembangan teknologi

yang semakin maju. Industri tidak dapat lagi bersaing di pasar global dengan

hanya mengandalkan harga atau kualitas produk saja, tetapi harus bersaing

berbasiskan inovasi, kreativitas dan imajinasi.

Ekonomi kreatif selanjutnya dipopulerkan oleh John Howkins pada tahun

2001 melalui bukunya “The Creative Economy : How People Make Money From

Ideas”. Howkins menyadari lahirnya gelombang ekonomi baru berbasis kreativitas

setelah melihat pada tahun 1997, Amerika Serikat menghasilkan produk-produk

Hak Kekayaan Intelektual (HKI) senilai 414 miliar dolar yang menjadikan HKI

sebagai barang ekspor nomor satu di Ameriak Serikat

Selain di Amerika serikat, di beberapa negara ekonomi kreatif juga

memainkan peran signifikan sehingga menggerakkan mereka membangun potensi


ekonomi kreatifnya. Inggris sebagai pelopor pengembangan ekonomi kreatif

dengan membangun industry kreatifnya tumbuh rata-rata 9% per tahun dan jauh

diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi negaranya yang hanya mencapai 2%-3%,

mampu berkontribusi terhadap pendapatan nasional mencapai 8,2%.

Pertumbuhan tersebut diwujudkan melalui Departement of Culture, Media and

Sports (DCMS)

Beberapa Negara pun ikut mengebangkan ekonomi kreatif, antara lain;

Selandia baru membangun ekonomi kreatifnya melalui New Zealand Trade and

Enterprise (NTZE), Singapura melalui Ministry of Information, Communications

and the Arts (MICA) dengan konsep Renaissance City, Media 21 dan Design

Singaporenya, ekonomi kreatif menyumbang 5% terhadap PDB, Malaysia melalui

Malaysia Design & Inovation Centre (MDIC), Thailand dengan Thailand Creativite

& Design Center (TCDC), dan RRT (Republik Rakyat Tiongkok) secara bertahap

melahirkan kota-kota kreatif terbaru, dan telah menjadi terdepan dalam kontribusi

ekonomi kreatif

Di Indonesia, ekonomi kreatif muncul melalui kebijakan negara. Namun

bukan berarti kegiatan ekonomi kreatif baru muncul seiring dengan kemunculan

kebijakan tersebut. Ekonomi kreatif telah lama tumbuh dan berkembang di

masyarakat, namun secara khusus mendapat perhatian dan pembinaan yang

kuat dari pemerintah baru dimulai di era pemerintahan Presiden Susilo Bambang

Yudhoyono (SBY) yang juga menyadari bahwa industri kreatif merupakan sumber

ekonomi baru yang wajib di kembangkan lebih lanjut di dalam perekonomian

nasional.
Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal

kreatifitas yang dapat berpotensi meningkat pertumbuhan ekonomi.Indonesia

memiliki banyak potensi ekonomi kreatif seperti banyaknya desainer berkelas

internasional, seniman, arsitek, artis panggung, musisi, developer (aplikasi dan

Game), animator, sampai kepada produser/sutradara yang sudah mendunia. Di

sisi lain, produk-produk khas Indonesia seperti batik, songket Palembang, patung

Bali, keunikan Papua, berbagai kreasi Jawa Barat, mebel Jepara, sampai kepada

keragaman kuliner makassar juga telah diakui di mancanegara.

Menurut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) “ekonomi

gelombang ke-4 adalah kelanjutan dari ekonomi gelombang ketiga dengan

orientasi pada kereativitas, budaya, serta warisan budaya dan lingkungan”.Secara

kronologis, kebijakan ekonomi kreatif dimulai oleh pernyataan Presiden SBY untuk

meningkatkan industri kerajinan dan kreativitas bangsa, diwujudkan dengan

terselenggaranya Pekan Produk Budaya Indonesia 2007, yang kemudian di tahun

2009 berubah nama menjadi Pekan Produk Kreatif Indonesia disertai dengan

terbitnya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang pengembangan

ekonomi kreatif, hingga perpres nomor 92 tahun 2011 yang menjadi dasar hukum

terbentuknya kementerian baru yang mengurusi ekonomi kreatif yaitu Kementerian

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Empat isu utama yang menjadi fokus pemerintahan saat itu yang terkait

pengembangan ekonomi kreatif antara lain; ketersediaan sumberdaya kreatif

(orang kreatif) profesional dan kompetitif, ketersediaan sumberdaya alam


berkualitas, beragam, dan kompetitif; sumberdaya budaya yang dapat diakses

dengan mudah,serta industri yang berdaya saing, tumbuh dan beragam

Industri kreatif di Indonesia di era pemerintahan SBY bahkan mampu

bertahan di tengah ancaman krisis global. Masalah krisis global pada tahun 2008

yang menyebabkan volume ekspor Indonesia menurun terutama ke negara tujuan

utama di eropa.Namun industri kreatif merupakan salah satu industri yang dapat

bertahan di tengah ancaman krisis global tahun 2008. Hal ini dapat dilihat pada

table 5.1 berikut :

Tabel 5.1 Kontribusi Industri Kreatif Terhadap Perekonomian Indonesia Tahun


2005 – 2010
Indikator 2007 2008 2009 2010
PDB Konstan (miliar) 145.795 145.239 145.537 157.488
Kontribusi Nasional 7,43%1 6,97% 7,04% 7,29%
Nilai Ekspor (miliar) 95.209 114.925 116.651 131.251
Kontribusi Terhadap Ekspor 8,86% 7,52% 10,65% 9,25%
Nasional
Penyerapan Tenaga Kerja 7.375.116 7.624.643 8.207.532 8.553.365
(orang)
Kontribusi Nasional 7,38% 7,43% 7,83% 7,90%
Sumber : Kemenperin, 2010

Industri kreatif pasca krisis global 2008 terus menunjukkan perannya yang

sangat penting dalam dinamika perekonomian nasional. Pertumbuhan ekonomi

kreatif terus memberikan kontribusi yang baik pada kegiatan ekspor dan

penyerapan tenaga kerja pada tahun 2014. Hal tersebut dilihat pada table berikut

5.2 berikut :

Tabel 5.2 Kontribusi Industri Kreatif terhadap


Perekonomian Nasional Tahun 2014
Uraian Kontribusi Persentase
Perumbuhan ekonomi kreatif - 5,76%
Kontribusi terhadap PDB nasional 641,8T 7%
PenyerapanTenaga Kerja dan angkatan kerja nasional 11,8 juta 10,7%
Jumlah industry 5,4 juta 9,7%
Nilai pertumbuhan ekspor dari total ekspor nasional 118 T 5,7%
Sumber: Kemenperin, 2015

Jika melihat pertumbuhan ekonomi kreatif dan kontribusinya terhadap

sektor ketenagakerjaan setiap tahunnya mengalami kenaikan, dari 7.38 juta orang

pada tahun 2008 meningkat hingga mencapai 11,8 juta orang pada tahun 2014

kondisi tersebut didorong oleh pertumbuhan jumlah usaha di sektor industri kreatif

pada periode tersebut sebesar 1 persen (Erika, 2011). Seperti yang dikemukakan

oleh Erika dalam tulisannya yang berjudul Industri kreatif sebagai industri anti

krisis yang menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia secara

keseluruhan hanya 6,1% pada 2008, nilai ekonomi industri kreatif, yaitu PDB,

tenaga kerja dan ekspor, mengalami peningkatan (Erika, 2011).

Pada tahun 2008ketika krisis ekonomi melanda, nilai produk domestik

bruto berdasarkan harga konstan industri kreatif mencapai sebesar Rp. 345 triliun,

kemudian mengalami kenaikan menjadi Rp. 468 triliun pada 2010. Hingga tahun

2014 ,kontribusi sektor ekonomi kreatif terhadap perekonomian nasional terus

menunjukkan kinerja positif sebesar 7,1 persen dengan daya serap tenaga kerja

mencapai 12 juta tenaga kerja dan berkontribusi terhadap perolehan devisa

sebesar 5,8 persen.

Periode 2010 - 2013 industri kreatif rata-rata dapat menyerap tenaga kerja

sekitar 10,6 persen dari total angkatan kerja nasional. Itu didorong oleh
petumbuhan jumlah usaha di sektor industri kreatif pada periode tersebut sebesar

1 persen. Terdapat 3 jenis industri dari 16 jenis industri ekonomi kreatif yang

mengalami pertumbuhan yang sangat positif. Dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel.5.3. Nilai Tambah Bruto Industri Kreatif


Tahun 201-2013

Sumber : global creativity index, 2015

Dari tabel diatas, dapat dilihat peningkatan nilai tambah produksi jenis

industri kuliner tiap tahunnya mengalami peningkatan dari Rp. 15,5 Triliun pada

tahun 2010 naik menjadi Rp. 20,9Triliunpada tahun 2013 dengan peningkatan nilai

tambah sebesar Rp.17,9 Triliun setiap tahunnya, dan jenis industri fesyen dengan

peningkatan nilai tambah dari Rp. 12,8 Triliun pada tahun 2013, meningkat

sebesar Rp. 18,2 Triliun pada tahun 2013 dengan peningkatan nilai tambah

sebesar Rp. 18 Triliun tiap tahun. Sementara jenis industri periklanan belum

tumbuhdengan baik dengan perolehan nilai tambah hanya berkisar Rp 0,4 Triliun

tiap tahunnya.
Berdasarkan data yang ditampilkan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf RI,

2016) hingga tahun 2015 tiga jenis industri kreatif dengan nilai pertumbuhan

tertinggi yaitu jenis industri kuliner, fesyen dan kriya. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4. Pertumbuhan Ekonomi Kreatif pada Tiga Jenis Industri Kreatif
Tahun 2015
No Jenis industry Kontribusi (%)
1 Kuliner 32,4
2 Fesyen 27,9
3 Kriya (kerajinan Tangan) 14,88
Sumber : Bekraf, 2016

Meski demikian, posisi daya saing kreatif Indonesia masih terbilang

tertinggal dibanding Negara – Negara lainnya, berdasarkan indeks kreativitas

global (global creativity index) tahun 2015 indonesia masih berada pada posisi 115

jauh dibawah negara –negara Asean lainnya seperti Malaysia (3), Singapore (9),

phlipines (52), Vietnam (80), dan Thailand (82). Data tersebut dapat dilihat pada

table dibawah ini :

Tabel.5.5. Indeks Kreativitas Global (Global Creativity Index)


Tahun 2015
Sumber :

Menko perekonomian RI, 2015

Global creativity index ini dihitung dengan menggunakan tiga faktor yaitu

teknologi (technology), orang kreatif (talent), dan toleransi (tolerance).Indicator

dari factor – factor yang menjadi titik penilaian tersebut dijelaskan sebagai berkiut :

- Indeks Teknologi: proporsi pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan dari

total PDB, proporsi biaya penelitian per kapita, dan inovasi suatu negara yang

dihitung dengan menggunakan jumlah hak paten yang dikeluarkan dalam kurun

waktu penilaian.

- Indeks Talenta: partisipasi murni pada pendidikan tinggi dan variabel kelas kreatif,

yaitu orang-orang yang bekerja pada pekerjaan yang dianggap memiliki tingkat

problem solving tinggi.

- Toleransi: penerimaan terhadap minoritas.

Melihat kenyataan tersebut diatas, maka pada tahun 2015, pemerintah

mengembangkan sektor ekonomi kreatif dari 14 jenis industri menjadi 16 jenis

industri yang diatur melalui Perpres No.72 tahun 2015. 16 jenis industri kreatif
tersebut terdiri dari; arsitektur; desain interior; desain komunikasi visual; desain

produk;fashion;film, animasi dan video; fotografi; kriya; kuliner; musik;aplikasi dan

game developer; penerbitan, periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, serta televisi

dan radio

Pertumbuhan ekonomi kreatif di indonesia yang semakin menunjukkan

trend positif tidak terlepas dari arah kebijakan pembangunan nasional yang

dituangkan dalam RPJMN 2015 – 2019 diatur melalui Perpres No.2 tahun 2015.

Salah satu focus arah pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan

ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, antara lain melalui:Pengembangan

ekonomi kreatif dan peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi

Beberapa permasalahan yang dihadapi industri kreatif yang dilansir oleh

badan ekonomi kreatif Republik Indonesia pada tahun apda tahun 2016 dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel.5.6. Permasalahan Industri Kreatif Di Indonesia

Permasalahan dominan yang dihadapi setiap sub sektor ekonomi kreatif


No Sub Sektor S.daya Infrastruktur
SDM Kelembagaan Pembiayaan Pemasaran
Pendukung dan Teknologi

1 Arsitektur

2 Desain Interior

3 Film, Animasi,
dan Video
Desain
4 Komunikasi
Visual
5 Desain Produk
6 Fotografi
7 Kuliner
8 Kerajinan
9 Fashion
10 Musik
11 Penerbitan
Aplikasi &
12 Pengembangan
Game
13 Periklanan
14 Seni rupa

15 Seni pertunjukan

16 Televisi dan radio

Sumber : Bekraf RI, 2016

Meski demikian, pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia masih

dihadapkan pada berbagai macam hambatan. Secara nasional, beberapa factor

penghambat pertumbuhan ekonomi kreatif dapat dilihat pada tabel diatas bahwa

terdapat tiga faktor yang paling dominan menjadi penghambat pertumbuhan

ekonomi kreatif. Pertama, ketersediaan sumberdaya manusia (talent),

kelembagaan, dan pembiayaan. Pertumbuhan industri kreatif yang masih

berstatus start up pada umumnya terhambat oleh beberapa hal antara lain,

tingginya biaya sewa atau kepemilikan tempat produksi, kepemilikan Hak Cipta,

dan sulitnya akses permodalan ke perbankan dan investor. Selain itu, kebijakan

dan program pemerintah yang berkaitan dengan industri kreatif juga masih

dirasakan kurang oleh para pelaku industri kreatif digital


Perkembangan ekonomi kreatif di kota makassar ditandai dengan

munculnya industri-industri kreatif berskala kecil sejak tahun 2010. Beberapa

industri kreatif dari 16 jenis industri yang ada di makassar dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel.5.7. Beberapa Contoh Industri Kreatif


Di Kota Makassar Tahun 2016
No Sub Sektor Kreatif Nama Usaha Kreatif Produk Kreatif

1 Desain Komunikasi ag artwork, Neubeproject Creative


Visual Desain Logo
2 Desain Produk Onde - Onde Studio Desain Packing
Kedai K4 & Mexture, Genji G7
3 Fashion CLOTHINK, Trenum, Chambers,
Undersiege, Ak 47 Clothing
3 Bersaudara, Sahabat Rumah,
4 Kriya
Glory Furnishings Rumah rajut, Furniture
Juang Manyala Musik, Alena,
5 Musik
Dheandra Music Band
Arsitektur & Desain
6 Rumah Kita
Interior Furniture
7 Seni Rupa - -
Capture Creative Works, Paramedia, Bombe, Sumiati,
Makita Cinema Production, Inipasti Dumba'- Dumba',
8 Film Komunika, Maogi Film Production, Parakang, Silariang,
Mattuju Picture, Anila Sinema Uang Panai', Silariang,
Indonesia Kaili, Molulo
No Sub Sektor Kreatif Nama Usaha Kreatif Produk Kreatif
Bakso , Pisang Goreng,
Bakso33makassar, Pisang Goreng
bebek Goreng,
Nugget, Begos, Browcil, Up Normal,
9 Kuliner Brownies Pisang, Café,
Alabaik, Macora Kitchen, Cobe' -
Aneka makanan, Keripik
Cobe', Ikkiku, Rhapsody, Dona Doni
Pisang Ijo
10 Seni Pertunjukkan Slemmersindo, Ambo Indo Project Event Organizer
14 Fotograpi Mattuju Indonesia Fotography
Meniti Langkah Mujahid
15 Penerbitan Sahaba' Publishing
Pena
16 Animasi Ininnawa, Art Studio Video Animasi
Sumber : digital lounge makasssar, 2017

Kota Makassar merupakan salah satu kota di indonesia yang memiliki

potensi industri kreatif yang cukup besar khususnya di sektor kuliner, periklanan

dan pengembangan aplikasi. Meski demikian, data statistik terkait dengan

pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Makassar masih belum tersedia terlebih data

pertumbuhan tiap jenis industrinya karena baru tahun ini (2016) pihak BPS Sulsel

akan melakukan pendataan terhadap para pelaku industri kreatif di sulawesi

selatan dan khususnya di Kota Makassar. Perkembangan jenis industri kuliner

dapat diamati melalui menjamurnya produk-produk kuliner dari hasil kreatifitas

yang tinggi sehingga dapat eksis ditengah persaingan usaha kuliner di Kota

Makassar.

Selain industri kuliner yang mengalami pertumbuhan pesat di Kota

Makassar, secara kasat mata dapat dilihat pula bahwaindustri periklanan juga

mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, terlihat dengan semakin banyaknya

space iklan berbasis videotron yang terpasang di sepanjang jalan utama kota

makassar. Meski demikian, perusahaan yang bergerak di industri periklanan ini

masih relatif sedikit,pertumbuhan jenis industri ini seiring dengan semakin

banyaknya perusahaan yang didirikan di Kota Makassar, dimana salah satu media

promosi yang digunakan perusahaan dalam mempromosikan produknya adalah

media iklan digital atau sosial media.Sementara untuk jenis industri

pengembangan aplikasi dan game, juga sedang mengalami pertumbuhan yang


cukup baik, meski para pelaku di industri ini masih berupa Start Up (perusahaan

baru) namun berbagai produk yang telah dihasilkan terbilang cukup menjanjikan.

Dari 16 jenis industri kreatif yang berkembang di kota Makassar, tiga jenis

industrikreatif yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan jenis industri kreatif

yang memiliki potensi yang cukup baik untuk di dorong dan dikembangkan dalam

rangka mendorong perekonomian Kota Makassar khususnya sektor ekonomi

kreatif.

5.2. Demografi Responden

Karakteristik demografi pelaku industri kreatif meliputi : Jenis kelamin,

usia, status, pendidikan, pekerjaan lain. Sebaran responden berdasarkan jenis

kelamin, paling banyak berasal dari kelompok laki-laki 68,4% dan 31,6% lainnya

adalah perempuan. Distribusi berdasarkan usia pada berbagai jenis industri

adalah tidak seragam dengan kisaran jumlah sekitar 5,3% dibawah usia 20 tahun,

47,4% usia kisaran 21 – 30 tahun, 25,0% usia 31 – 40 tahun, 18,4% berusia 41 –

50 tahun, dan 3,9% diatas 51 tahun. Pelaku industri kreatif di dominasi oleh usia

21 – 30 tahun yaitu sebesar 47,4%. Sementara status pernikahan terbagi atas dua

yaitu menikah 65,8% dan sisanya 34,2% belum menikah.

Selanjutnya berdasarkan jenjang pendidikan terdistribusi pada berbagai

tingkatan yaitu; ada 3,9% yang tidak sekolah (tidak tamat SD), 5,3% tamat sekolah

dasar, hanya 1,3% yang tamat SMP, dan yang paling banyak adalah dari

kalangan dengan jenjang pendidikan SMA sebanyak 43,4%, sisanya adalah

diploma 6,6% dan sarjana sebanyak 39,5%.


Untuk mengetahui aktivitas para pelaku industri kreatif selain sebagai

wirausaha dapat diuraikan sebagai berikut ; 82,9% tidak memiliki pekerjaan lain,

10,5% berprofesi sebagai buruh, 3,9% bekerja sebagai karyawan dibidang lain,

1,3% pegawai negeri sipil, dan 1,3% lainnya merupakan anggota TNI/Polri.

Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel. 5.8. Karakterisitik Responden


Uraian Kuliner Iklan Aplikasi & Game Persentase
Jumlah Responden 47 20 9 76
Jenis Kelamin Lk2 30 14 8 52 68.4
Wanita 17 6 1 24 31.6
≤ 20 4 0 0 4 5.3
21-30 22 9 5 36 47.4
Usia
31 - 40 12 4 3 19 25.0
41-50 8 5 1 14 18.4
≥ 51 1 2 0 3 3.9
Menikah 30 15 5 50 65.8
Status
Pernikahan Belum
Nikah 17 5 4 26 34.2
Tdk
Sekolah 0 2 1 3 3.9
SD 1 3 0 4 5.3
SMP 0 1 0 1 1.3
Pendidikan
SMA 23 10 0 33 43.4
Diploma 3 1 1 5 6.6
Sarjana 20 3 7 30 39.5
Tidak ada 40 18 5 63 82.9
Buruh 3 2 3 8 10.5
Pekerja Lainnya Karyawan 3 0 0 3 3.9
PNS 1 0 0 1 1.3
TNI/Polri 0 0 1 1 1.3
Sumber : Data primer diolah, 2017
Sementara lama usaha terbagi atas tiga kategori yaitu mendirikan usaha
lebih dari 5 tahun sebanyak 19 unit usaha, dan yang didirikan baru berkisar 1 – 5
tahun sebanyak 57 unit usaha, sedangkan satu unit lainnya berdiri belum cukup
satu tahun.
Adapun daftar responden pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1.
berikut :

Tabel. 5.9 Daftar Responden


Jenis
No Nama Industri Kreatif No Nama Industri Kreatif Jenis industri
industri
1 Begos Kuliner 36 Café Holywing Makassar Kuliner
EnHouse Café and
2 Hertz Coffee Kuliner 37 Kuliner
Cakery
3 Tunu Bale Kuliner 38 Koral cafe Kuliner
4 Pancake Durian Kuliner 39 Warkop bang haji Kuliner
5 The Right Place Kuliner 40 Daun cofee Kuliner
6 New Tosil Kuliner 41 Restoran 78 Kuliner
Cangkir Bakeri And
7 Kuliner 42 Maleo Nusantara Kuliner
Cafe
8 Café Anugrah Kuliner 43 Dona Doni Baru Kuliner
9 Aroma Makassar Kuliner 44 Alabaik Urban Bistor Kuliner
10 Abnormal Kuliner 45 Rhapsody Café Kuliner
11 888 Kuliner 46 Pisang Goreng Nugget Kuliner
12 Csopt ice cream Kuliner 47 Ikiku Kuliner
13 Café Dstroom Kuliner 48 Misteri Advertising Periklanan
14 Bundu Kuliner 49 Indomedia Digital Printing Periklanan
15 D.O Coffee Kuliner 50 Warna Periklanan
16 History caffe Kuliner 51 Jaya Raya Periklanan
Cinnamon Café &
17 Kuliner 52 Hijau Periklanan
Dessert
18 Kopi Broo Kuliner 53 Lingga Jaya Advertising Periklanan
19 Fenekya bussines Kuliner 54 Rampoang Advertising Periklanan
20 Coffe Lover Kuliner 55 Sama Jaya Periklanan
21 konro tumbuk Kuliner 56 Parahyangan Quick Print Periklanan
22 Bonnies Kuliner 57 Celebes Raya Periklanan
23 Coffe Tofee Kuliner 58 Arjom Periklanan
24 Cbezt Frind Chiken Kuliner 59 Sunda Radja Periklanan
25 Topjer Food Kuliner 60 Putra Maspuk Periklanan
26 Coffe Project Kuliner 61 Andika jaya Periklanan
27 Oranges Café Kuliner 62 Gudang digital printing Periklanan
28 Lesehan Maraja Kuliner 63 Fadel digital Printing Periklanan
29 Bronis Amanda Kuliner 64 Percetakan Family Periklanan
30 Djuris Kuliner 65 MEC Indonesia Periklanan
31 Cafeteria 99 Kuliner 66 Sahabat Kreatif Periklanan
32 Terminal Kopi Kuliner 67 List jaya Periklanan
Aplikasi &
33 Café Oto Kuliner 68 Olezzid.com Pengembangan
Game
Aplikasi&
34 Roemah Kupi Api Kuliner 69 Pena.id Pengembangan
Game
Aplikasi &
35 Warkop Hill Kuliner 70 Izadalab Pengembangan
Game

Jenis Jenis
No Nama Industri Kreatif No Nama Industri Kreatif
industri industri
Aplikasi & Aplikasi &
71 Fazaloo Studio Pengemb 74 TarraSmart Pengemb
Game Game
Aplikasi Aplikasi&
72 Stalagmit studio &Pengem 75 Bayao studio Pengemb
b Game Game
Aplikasi Aplikasi
73 Hanami Studio &Pengem 76 Wasdlabs &Pengemb
b Game Game
Sumber : Data diolah, 2016

5.3. Deskripsi Variabel Penelitian

5.3.1. Desain Kelembagaan

Variabel desain kelembagaan diukur dengan 46 pertanyaan, secara

keseluruhan jawaban responden beragam. Tabel 5.11. menjelaskan bahwa

dari 46 item ada 31 item terukur tinggi karena skor rerata bernilai lebih dari

3, sedangkan pada 15 item lainnya terukur rendah karena skor rerata


kurang dari 3. Item dengan rerata skor kurang dari 3 berada pada indikator

regulasi pro bisnis sebanyak 1 item, program pembinaan 3 item, akses

permodalan dan pembiayaan 3 item, penyiapan lokasi dan penyediaan

informasi 4 item, akses permodalan bank 3 item, akses permodalan

investor 3 item, hak kepemilikan tempat produksi 1 item, hak kepemilikan

hak cipta/hak paten 2 item

Indikator regulasi pro bisnis secara keseluruhan mengandung

jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata regulasi pro bisnis yang

bernilai lebih dari 3 menjelaskan bahwa regulasi pro bisnis tergolong tinggi.

Regulasi pro bisnis menjelaskan bahwapelaku industri kreatif telah

mengetahui adanya kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan industri

kreatif di kota makassar. Namun pengetahuan yang mereka miliki tidak

berdampak terhadap perkembangan usaha mereka sendiri.

Indikator program pembinaan secara keseluruhan mengandung

jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata program pembinaan yang

bernilai lebih dari 3 menjelaskan bahwa program pembinaan tergolong

tinggi. Program pembinaan menjelaskan bahwa pelaku industri kreatif telah

mengetahui adanya program pembinaan yang dilaksanakan oleh

pemerintah untuk pelaku industri kreatif di kota makassar. Namun

pengetahuan mereka tidak menandakan bahwa mereka pernah ikut dalam

program tersebut.

Indikator akses permodalan dan pembiayaansecara keseluruhan

mengandung jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata akses


permodalan dan pembiayaanyang bernilai lebih dari 3 menjelaskan bahwa

akses permodalan dan pembiayaantergolong tinggi. akses permodalan dan

pembiayaan menjelaskan bahwa pelaku industri kreatif telah mengetahui

adanya akses permodalan dan pembiayaanyang dilaksanakan oleh

pemerintah untuk pelaku industri kreatif di kota makassar. Namun

pengetahuan mereka tidak menandakan bahwa mereka pernah

mendapatkan bantuan permodalan dan pembiayaan

Indiaktor akses permodalan terhadap modal sendirisecara

keseluruhan mengandung jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata

akses permodalan terhadap modal sendiri yang bernilai lebih dari 3

menjelaskan bahwa akses permodalan terhadap modal sendiri tergolong

tinggi. akses permodalan terhadap modal sendirimenjelaskan bahwa pelaku

industri kreatif belum memiliki akses permodalan ke sektor perbankan dan

pihak investor, sehingga kondisi tersebut menjadi penghambat saat akan

mengembangkan usahanya karena menunggu hingga seluruh kebutuhan

pengembangan usaha terpenuhi

Indikator akses pasar dan pemasaransecara keseluruhan

mengandung jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata akses pasar dan

pemasaran yang bernilai lebih dari 3 menjelaskan bahwa akses pasar dan

pemasarantergolong tinggi. akses pasar dan pemasaranmenjelaskan

bahwa pelaku industri kreatif sangat mengetahui kelemahan produknya. Hal

ini menjadi keunggulan tersendiri sehingga memudahkan dalam

membentuk akses pasar dan pemasaran


Indikator hak kepemilikan izin usaha secara keseluruhan

mengandung jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata hak kepemilikan

izin usaha yang bernilai lebih dari 3 menjelaskan bahwa pelaku insutri

kreatif telah memiliki izin usaha sehingga memudahkan mereka dalam

menjalankan kegiatan usahanya karena telah mendapat legalitas dari

pemerintah

Indikator hak kepemilikan tempat produksi secara keseluruhan

mengandung jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata hak kepemilikan

tempat produksi yang bernila lebih dari 3 menjelaskan bahwa dengan

kepemilikan tempat produksi tersebut memudahkan bagi mereka dalam

melakukan kegiatan produksi, meski demikian biaya yang dikeluarkan

terhadap tempat produksi masih tergolong tinggi

Tabel. 5.10. Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Variabel


Desain Kelembagaan

Skor
Sub Variabel
5 4 3 2 1 Rerata
Kebijakan Dan program Pemerintah
F % F % F % F % F %

Regulasi Pro Bisnis 3.14


1. Mengetahui adanya kebijakan
pemerintah kota Makassar terkait 12 15.8 28 36.8 16 21.1 18 23.7 2 2.6 3.40
pengembangan Industri Kreatif
2. Kebijakan Pemerintah kota
Makassar telah mendorong
9 11.8 20 26.3 31 40.8 13 17.1 3 3.9 3.25
pertumbuhan industri kreatif di kota
Makassar
3. Kebijakan Pemerintah kota
Makassar telah sesuai dengan 3 3.9 19 25.0 33 43.4 17 22.4 4 5.3 3.00
kebutuhan usaha saya
4. Kebijakan Pemerintah kota
Makassar telah mendorong 5 6.6 14 18.4 32 42.1 21 27.6 4 5.3 2.93
pertumbuhan usaha saya
Program Pembinaan 2.98
5. Saya mengetahui adanya program
pembinaan pemerintah kota
7 9.2 29 38.2 18 23.7 20 26.3 2 2.6 3.25
Makassar kepada para pelaku
industry kreatif
6. Saya pernah mengikuti Program
pembinaan Pemerintah kota
6 7.9 18 23.7 15 19.7 29 38.2 8 10.5 2.80
Makassar sebagai pelaku industry
kreatif dikota Makassar
7. Program pembinaan pemerintah
kota Makassar terkait
pengembangan industry kreatif telah 3 3.9 18 23.7 28 36.8 21 27.6 6 7.9 2.88
mendorong pertumbuhan usaha
saya
8. Program pembinaan pemerintah
kota Makassar terkait
2 2.6 21 27.6 31 40.8 18 23.7 4 5.3 2.99
pengembangan industry kreatif rutin
dilaksanakan setiap tahun
Akses Permodalan & Pembiayaan 2.54
9. Saya mengetahui adanya program
bantuan dan permodalan oleh
5 6.6 26 34.2 15 19.7 26 34.2 4 5.3 3.03
pemerintah kota Makassar kepada
para pelaku industry kreatif
10. Saya pernah mendapatkan
bantuan permodalan dari
Pemerintah kota Makassar sebagai 2 2.6 6 7.9 14 18.4 37 48.7 17 22.4 2.20
pelaku industry kreatif dikota
Makassar
11. Bantuan Permodalan dan
Pembiayaan pemerintah kota
Makassar terkait pengembangan 1 1.3 9 11.8 17 22.4 35 46.1 14 18.4 2.32
industry kreatif telah mendorong
pertumbuhan usaha saya
12. Bantuan permodalan dan
pembiayaan pemerintah kota
Makassar terkait pengembangan 2 2.6 16 21.1 23 30.3 22 28.9 13 17.1 2.63
industry kreatif rutin dilaksanakan
setiap tahun

Skor
Sub Variabel
5 4 3 2 1 Rerata
Kebijakan Dan program Pemerintah
F % F % F % F % F %
Penyiapan Lokasi & Penyediaan Informasi 2.67
13. Saya mengetahui adanya lokasi
usaha khusus yang disediakan
6 7.9 11 14.5 20 26.3 29 38.2 10 13.2 2.66
oleh pemerintah kota Makassar
kepada para pelaku industry kreatif
14. Saya mengetahui adanya informasi
yang disediakan oleh pemerintah
5 6.6 14 18.4 22 28.9 29 38.2 6 7.9 2.78
kota makassar terkait industry
kreatif
15. Saya dapat dengan mudah dapat
mengakses lokasi usaha yang
2 2.6 10 13.2 28 36.8 27 35.5 9 11.8 2.60
telah disediakan oleh pemkot
Makassar
16. Saya dapat dengan mudah
mengakses informasi yang telah 1 1.3 15 19.7 25 32.9 28 36.8 7 9.2 2.67
disediakan oleh pemkot Makassar
Akses Permodalan (Modal Sendiri) 4.04
17. Saya memulai usaha saya dengan
45 59.2 20 26.3 7 9.2 4 5.3 0 0.0 4.40
modal sendiri
18. Saya lebih suka menggunakan
modal sendiri untuk
27 35.5 19 25.0 24 31.6 6 7.9 0 0.0 3.88
mengembangkan usaha dibanding
modal dari perbankan atau investor
19. Saat ini saya butuh modal sendiri
27 35.5 19 25.0 22 28.9 8 10.5 0 0.0 3.86
untuk mengembangkan usaha
Akses Permodalan (Modal Perbankan) 2.35
20. Saya memulai usaha saya dengan
3 3.9 8 10.5 15 19.7 27 35.5 23 30.3 2.22
modal Perbankan
21. Saya lebih suka menggunakan
modal Perbankan untuk 2.25
2 2.6 11 14.5 13 17.1 28 36.8 22 28.9
mengembangkan usaha dibanding
modal sendiri atau investor
22. Saat ini saya butuh modal
Perbankan untuk mengembangkan 6 7.9 12 15.8 19 25.0 22 28.9 17 22.4 2.58
usaha
Akses Permodalan (Modal Investor) 2.37
23. Saya memulai usaha saya dengan
4 5.3 5 6.6 11 14.5 32 42.1 24 31.6 2.12
modal Investor
24. Saya lebih suka menggunakan
modal investor untuk
2 2.6 12 15.8 15 19.7 27 35.5 20 26.3 2.33
mengembangkan usaha dibanding
modal sendiri atau perbankan
25. Saat ini saya butuh modal investor
4 5.3 22 28.9 12 15.8 21 27.6 17 22.4 2.67
untuk mengembangkan usaha
Akses Pasar & Pemasaran 3.89
26. Saya memiliki kemampuan
17 22.4 41 53.9 15 19.7 3 3.9 0 0.0 3.95
membaca selera pasar
27. Saya Mengenal pesaing dan
17 22.4 39 51.3 16 21.1 3 3.9 1 1.3 4.41
produknya dengan baik
28. Saya Mengenali kelemahan dan
keunggulan produk saya dengan 23 30.3 40 52.6 10 13.2 2 2.6 1 1.3 4.08
baik
29. Saya memiliki tenaga kerja
8 10.5 34 44.7 26 34.2 6 7.9 2 2.6 3.53
pemasaran yang cukup
30. Produk Saya telah memenuhi
13 17.1 47 61.8 14 18.4 2 2.6 0 0.0 3.93
Standar kualitas yang baik
31. Saya mampu memenuhi
permintaan konsumen dalam 19 25.0 36 47.4 18 23.7 3 3.9 0 0.0 3.93
jumlah besar

Skor Rerata
Sub Variabel
5 4 3 2 1
Kebijakan Dan program Pemerintah
F % F % F % F % F %
32. Saya mampu melakukan penetrasi
21 27.6 38 50.0 15 19.7 2 2.6 0 0.0 4.03
pasar karena memiliki produk yang
mampu bersaing deng produk lain

33. Saya memiliki jangkauan


pemasaran skala Skala nasional 7 9.2 18 23.7 29 38.2 17 22.4 5 6.6 3.07
dan internasional
34. Saya memiliki kemampuan
meyakinkan konsumen untuk 19 25.0 44 57.9 11 14.5 2 2.6 0 0.0 4.05
membeli produk saya
Hak Kepemilikan (Izin Usaha) 3.54
35. Saya telah memiliki Izin Usaha 36 47.4 20 26.3 9 11.8 7 9.2 4 5.3 4.01
36. Saya merasakan adanya
kemudahan dalam Proses 10 13.2 29 38.2 23 30.3 10 13.2 4 5.3 3.41
pembuatan Izin Usaha
37. Biaya yang saya keluarkan untuk
5 6.6 17 22.4 34 44.7 17 22.4 3 3.9 3.05
membuat Izin Usaha cukup murah
38. Kepemilikan izin usaha sangat
membantu perkembangan usaha 18 23.7 28 36.8 22 28.9 5 6.6 3 3.9 3.70
saya
Hak Kepemilikan (Tempat Produksi) 3.58
39. Saya telah memiliki Tempat
23 30.3 33 43.4 16 21.1 2 2.6 2 2.6 3.96
Produksi
40. Saya merasakan adanya
kemudahan dalam mendapatkan 13 17.1 21 27.6 34 44.7 7 9.2 1 1.3 3.50
tempat produksi
41. Biaya yang saya keluarkan untuk
memiliki tempat produksi cukup 7 9.2 12 15.8 35 46.1 15 19.7 7 9.2 2.96
murah
42. Kepemilikan tempat produksi
sangat membantu perkembangan 0 0.0 35 46.1 17 22.4 2 2.6 2 2.6 3.91
usaha saya
Hak Kepemilikan (Hak Cipta/Paten) 2.98
43. Saya telah memiliki Hak Paten/Hak
12 15.8 20 26.3 17 22.4 12 15.8 15 19.7 3.03
Cipta
44. Saya merasakan adanya
kemudahan dalam mendapatkan 4 5.3 13 17.1 37 48.7 12 15.8 10 13.2 2.86
Hak Paten/Hak Cipta
45. Biaya yang saya keluarkan untuk
memiliki Hak Paten/Hak Cipta 4 5.3 11 14.5 37 48.7 15 19.7 9 11.8 2.82
cukup murah
46. Kepemilikan Hak Paten//Hak Cipta
sangat membantu perkembangan 5 6.6 26 34.2 32 42.1 7 9.2 6 7.9 3.22
usaha saya
Sumber : data primer diolah, 2017

5.3.2. Biaya Transaksi


Variabel biaya transaksi diukur dengan 9 pertanyaan, secara

keseluruhan jawaban responden beragam. Tabel 5.12. menjelaskanbahwa

dari 9 item ada 6 item terukur tinggi karena skor rerata bernilai lebih dari 3,

sedangkan pada 3 item lainnya terukur rendah karena skor reraata dibawah

3. Item dengan rerata skor kurang dari 3 semua berada pada indikator total

biaya transaksi
Indikator searching cost secara keseluruhan mengandung jawaban

cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata searching cost yang bernilai lebih dari 3

menjelaskan bahwa nilai searching cost tergolong baik. searching cost

menjelaskan bahwa pelaku industri kreatif menyadari adanya biaya

transaksi yang timbul baik dalam tahap pra produksi maupun pasca

produksi. Pelaku industri kreatif juga telah mampu menekan biaya transaksi

proses pencarian informasi, sehingga total biaya pencarian informasi

adalah rendah. Hal tersebut disebabkan oleh pelaku industri kreatif telah

memanfaatkan teknologi informasi melalui browsing internet dan telpon

paket hemat untk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Indikator Negotiation cost secara keseluruhan mengandung

jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata Negotiation cost yang bernilai

lebih dari 3 menjelaskan bahwa nilai Negotiation cost tergolong baik.

Negotiation cost menjelaskan bahwa pelaku industri kreatif menyadari

adanya biaya transaksi yang timbul pada saat melakukan tawar menawar

baik dalam tahap pra produksi maupun pasca produksi. Pelaku industri

kreatif juga telah mampu menekan biaya transaksi pada saat melakukan

transaksi, sehingga total biaya tawar menawar adalah rendah. Hal tersebut

disebabkan oleh pelaku industri kreatif telah memanfaatkan teknologi

informasi baik via email, media sosial dan telpon paket hemat untk

bernegosiasi dengan klien.

Indikator Concluding cost secara keseluruhan mengandung

jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata Concluding cost yang bernilai
lebih dari 3 menjelaskan bahwa nilai Concluding cost tergolong baik.

Concluding cost menjelaskan bahwa pelaku industri kreatif menyadari

adanya biaya transaksi yang timbul pada saat melakukan kesepakatan

akhir baik dalam tahap pra produksi maupun pasca produksi. Pelaku

industri kreatif juga telah mampu menekan biaya transaksi pada saat

melakukan transaksi, sehingga total biaya kesepakatan akhir adalah

rendah. Hal tersebut disebabkan karena masih banyak pelaku industri

kreatif dalam membuat kesepakatan hanya atas dasar saling percaya

sehingga kesepakatan akhir hanya berbentuk lisan

Tabel.5.11. Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Variabel


Biaya Transaksi

Skor
Item 5 4 3 2 1 Rerata
Search Cost F % F % F % F % F % 3.33
1. Pada tahap pra produksi, saya
mengeluarkan biaya dalam 13 17.1 41 53.9 11 14.5 9 11.8 2 2.6 3.71
mencari informasi
2. Pada Tahap Pasca produksi,
saya mengeluarkan biaya dalam 9 11.8 29 38.2 17 22.4 17 22.4 4 5.3 3.29
mencari informasi
3. Total biaya pada proses
pencarian informasi tergolong
5 6.6 17 22.4 29 38.2 22 28.9 3 3.9 2.99
Tinggi dari standar biaya yang
seharusnya saya keluarkan
Negotiation Cost 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 2.97
4. Pada tahap pra produksi, saya
mengeluarkan biaya dalam 7 9.2 26 34.2 20 26.3 18 23.7 5 6.6 3.16
mencari informasi
5. Pada Tahap Pasca produksi,
saya mengeluarkan biaya dalam 3 3.9 29 38.2 20 26.3 20 26.3 4 5.3 3.09
mencari informasi
6. Total biaya pada proses
pencarian informasi tergolong
2 2.6 14 18.4 25 32.9 27 35.5 8 10.5 2.67
Tinggi dari standar biaya yang
seharusnya saya keluarkan
Standarisasi Biaya 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 3.04
7. Pada tahap pra produksi, saya
mengeluarkan biaya dalam 2 2.6 38 50.0 16 21.1 17 22.4 3 3.9 3.25
mencari informasi
8. Pada Tahap Pasca produksi,
saya mengeluarkan biaya dalam 1 1.3 30 39.5 20 26.3 21 27.6 4 5.3 3.04
mencari informasi
9. Total biaya pada proses
pencarian informasi tergolong
5 6.6 12 15.8 28 36.8 28 36.8 3 3.9 2.84
Tinggi dari standar biaya yang
seharusnya saya keluarkan
Sumber : Data Primer diolah 2017

5.3.3. Kinerja Industri Kreatif


Variabel kinerja industri kreatif diukur dengan 10 pertanyaan,

secara keseluruhan jawaban responden beragam. Tabel 5.13. menjelaskan

bahwa dari 10 item seluruh item terukur tinggi karena skor rerata bernilai

lebih dari 3. Item dengan rerata skor tertinggi sebesar dengan berada pada

indikator pertumbuhan penjualan

Indikator pertumbuhan penjualan secara keseluruhan mengandung

jawaban cukup variatif mulai 1-5. Nilai rerata tertinggi tersebut menjelaskan

bahwa selama periode satu tahun terakhir mengalami pertumbuhan

penjualan yang sangat baik tiap bulannya, bukan hanya penjualan yang

mengalami pertumbuhan, modal, laba, dan pemasaran serta tenaga kerja

juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik selama periode satu terakhir

Tabel.5.12. Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Variabel

Kinerja Industri Kreatif


Skor
Kinerja Industri Kreatif Rerata
5 4 3 2 1
Item F % F % F % F % F %
Pertumbuhan Penjualan 3.43
1. Pertumbuhan penjualan saya tiap bulan
mengalami peningkatan dalam satu 7 9.2 32 42.1 31 40.8 6 7.9 0 0.0 3.53
tahun terakhir
2. Pertumbuhan penjualan saya tiap tahun
mengalami peningkatan Tiga Tahun 6 7.9 29 38.2 27 35.5 12 15.8 2 2.6 3.33
terakhir
Pertumbuhan Modal 3.32
3. Pertumbuhan Modal saya tiap bulan
mengalami peningkatan dalam satu 5 6.6 32 42.1 28 36.8 9 11.8 2 2.6 3.38
tahun terakhir
4. Pertumbuhan modal saya tiap tahun
mengalami peningkatan selama Tiga 4 5.3 30 39.5 27 35.5 12 15.8 3 3.9 3.26
Tahun terakhir
Penambahan Tenaga Kerja 3.16
5. Tahun ini terjadi penambahan jumlah
8 10.5 23 30.3 23 30.3 18 23.7 4 5.3 3.17
tenaga kerja saya

6. Tiga Tahun terakhir ini terjadi


6 7.9 27 35.5 23 30.3 12 15.8 8 10.5 3.14
penambahan jumlah tenaga kerja saya

Skor
Kinerja Industri Kreatif Rerata
5 4 3 2 1
Item F % F % F % F % F %
Pertumbuhan Pemasaran 3.4
7. Jumlah konsumen saya tiap bulan
mengalami peningkatan dalam satu 8 10.5 33 43.4 24 31.6 11 14.5 0 0.0 3.5
tahun terakhir
8. Jumlah Konsumen saya tiap tahun
mengalami peningkatan selama Tiga 7 9.2 28 36.8 25 32.9 13 17.1 3 3.9 3.3
Tahun terakhir
Pertumbuhan Laba 3.37
9. Pertumbuhan laba usaha saya tiap bulan
mengalami peningkatan dalam satu 6 7.9 28 36.8 33 43.4 7 9.2 2 2.6 3.38
tahun terakhir
10. Pertumbuhan laba usaha saya tiap tahun
selama Tiga Tahun terakhir mengalami 4 5.3 30 39.5 33 43.4 7 9.2 2 2.6 3.36
peningkatan
Sumber : Data Primer Diolah 2017

5.3.4. Pertumbuhan Ekonomi Kreatif

Variabel pertumbuhan ekonomi kreatif diukur dengan 4 indikator,

padatabel 5.14. menunjukkan bahwa dari 4 item indikator, seluruh item terukur

tinggi karena skor rerata bernilai lebih dari 3. Item dengan rerata skor tertinggi

sebesar 3.96 berada pada indikator kepemilikan tempat produksi


Indikator kepemilikan tempat produksi dengan nilai rerata tertinggi

menjelaskan bahwa kepemilikan tempat produksi memiliki pengaruh yang paling

dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif,, sebanyak 73.7%

pelaku industri kreatif telah memiliki tempat produksi, selebihnya masih

menumpang.

Kecukupan akan tenaga kerja (creative talent) pada industri kreatif juga

menjadi faktor yang cukup memberi kontribusi besar terhadap pertumbuhan

ekonomi kreatif, didapatkan nilai rerata sebesar 3,53 atau 55,2% pealku industri

kreatif telah memiliki tenaga kerja (creative talent) yang cukup, sehingga secara

keseluruhan nilai rerata pertumbuhan ekonomi kreative dikategorikan tinggi

karena memiliki nilai rerata sebesar 3.14

Tabel.5.13. Rekapitulasi Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Untuk Variabel


Pertumbuhan Ekonomi Kreatif

Skor
Variabel
Pertumbuhan Ekonomi 5 4 3 2 1 Rerata
Kreatif
F % F % F % F % F %
Rerata 3.14

1. Kepemilikan Tempat
23 30.3 33 43.4 16 21.1 2 2.6 2 2.6 3.96
Produksi

2. Kepemilikan Hak
12 15.8 20 26.3 17 22.4 12 15.8 15 19.7 3.03
Paten/Hak Cipta

3. Kecukupan tenaga kerja 8 10.5 34 44.7 26 34.2 6 7.9 2 2.6 3.53

4. Total nilai kinerja industri 6 8.3 29 38.4 27 36.5 11 14.1 3 3.4 3.34
kreatif

Sumber : data primer diolah, 2017

5.4. Hasil Analisis

5.4.1. Hasil Analisis faktor


Hasil analisis dibagian measure of sampling adequacy (MSA) pada

composite realibility, dan cronbach alpa dan loading factor dijadikan

pertimbangan untuk menilai item yang tetap dipertahankan sebagai

pengukur variabel. Nilai kritis untuk MSA loading factor adalah mendekati

0,60 atau lebih, untuk nilai kritis composite realibility adalah mendekati 0,70

atau lebih, dan untuk nilai kritis cronbach alpa adalah mendekati 0,60 atau

lebih. Adapun hasil analisis MSA dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel.5.14. Hasil Analisis Faktor

Composite Cronbachs
Loading Faktor
Laten Variabel Reliability Alpha

0,928 0.899 0.779


Akses Permodalan

0,760 0.862 0.821


Akses Pasar & Peamsaran

- 0.888 0.857
Biaya Transaksi

0,843 0.857 0.750


Concluding cost

- 0.844 0.806
Desain Kelambagaan

0,796 0.826 0.685


Hak Kepemilikan

0,875 0.922 0.894


Kinerja industri kreatif

0,898 0.911 0.873


Kebijakan &Program

0,854 0.841 0.719


Negotiation cost

0,852 0.819 0.712


Pertumbuhan ekonomi kreatif

0,810 0.808 0.650


Searching cost

Sumber : output smartpls v 2.0


Berdasarkan hasil analisis faktor pada tabel diatas dapat dijelaskan

bahwa nilai loading factor yang berkisar antara 0,760 – 0,928 berada pada

nilai kritis > 0,60, nilai composite realibility berkisar pada 0,808 – 0,922

berada pada nilai kritis > 0,70, dan nilai cronbach alpha berkisar 0,650 –

0,894 berada pada nilai kritis > 0,60. Hasil tersebut menjelaskan bahwa

seluruh item dapat dijadikan pengukur variabel

5.4.2. Hasil Estimasi Parameter Pemodelan

Hubungan indikator dengan konstruk latenpada order pertama

seluruhnya bersifat reflektif. Konstruk laten tersebut terdiri dari searching

cost, negotiation cost, concluding cost, kebijakan dan program, akses pasar

dan pemasaran, akses permodalan, hak kepemilikan, kinerja industri

kreatif, dan pertumbuhan ekonomi kreatif. Sedangkan hubungan variabel

dengan konstruk laten pada order kedua seluruhnya bersifat formatif.

Konstruk laten tersebut terdiri dari biaya transaksi dan desain kelembagaan

5.4.2.1. Hasil Estimasi Hubungan Indikator Dengan Variabel Laten

Model pengukuran (outer model) yaitu bagian model

yang menganalisis hubungan indikator dengan variabel latennya.

Berikut ditampilkan nilai faktor loading dari masing – masing

hubungan indikator dengan variabel dan variabel dengan

variabel lainnya berdasarkan full modelpenelitian seperti pada

gambar diagram jalur full model 5.1 berikut :


Gambar 5.1.Diagram Jalur full model

Pra Prod

Pasca Prod Search


Cost
Standar BT
Laba Modal Pasar Penjualan T.Kerja

Pra Prod

Pasca Prod Nego Biaya


cost Transkasi
Standar BT
HaKI

Pra Prod Co-work


space
Kinerja Pertumbuhan
Pasca Prod Conclude Ekonomi
Industri
Cost Kreatif Creative
Kreatif Talent
Standar BT
Total KIK

Akses
Permodalan

Hak Cipta
Regulasi Desain
Kebij & Hak
Kelembagaan Izin Usaha
Prog Pembinaan Prog Kepemilikan
Tempat
Lokasi & Info Produksi

Perbankan
Akses Akses Pasar
Modal &
Investor
Pemasaran

Baca Kenal Kenal Skala


pasar pesaing produk Konsumen Kualitas Penetrasi Permintaan T.Kerja ekonomi

Berdasarkan hasil uji estimasi jalur (path estimate)

didapatkan bahwa nilai loading faktor indikator yang didapatkan

seluruhnya > 0,50 yang berarti bahwa seluruh indikator dapat

dimasukkan pada analisis selanjutnya. Pada hasil estimasi jalur

nilai loading faktor berkisar antara 0,527 hingga 0,928, sehingga


dapat dijelaskan bahwa tingkat pengaruh indikator terhadap

variabel sebesar 52,7% hingga 92,8%

Adapun hasil uji estimasi jalur tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Nilai loading faktor Indikator biaya transaksi pra produksi (0,702),

biaya transaksi pasca produksi (0,778), dan standar biaya

transaksi (0,810) pada tahap pencarian informasi dibentuk

dengan baik oleh variabel searching cost. Artinya, seluruh

indikator memperkuat variabel biaya pencarian informasi

(searching cost)dan standar biaya transaksi paling kuat

pengaruhnya

2. Nilai loading faktor Indikator biaya transaksi pra produksi (0,724),

biaya transaksi pasca produksi (0,854), dan standar biaya

transaksi (0,813) pada tahap tawar menawar dibentuk dengan

baik oleh variabel negotiationcost. Artinya, seluruh indikator

memperkuat variabel biaya tawar menawar (negotiation cost)

dan biaya transaksi pasca produksi paling kuat pengaruhnya

3. Nilai loading faktor Indikator biaya transaksi pra produksi (0,828),

biaya transaksi pasca produksi (0,843), dan standar biaya

transaksi (0,779) pada tahap pembuatan kespakatan akhir

dibentuk dengan baik oleh variabel concludingcost. Artinya

seluruh indikator memperkuat variabel biaya pembuatan


kesepakatan akhir (concluding cost) dan biaya transaksi pasca

produksi paling kuat pengaruhnya

4. Nilai loading faktor indikator akses pembiayaan dan permodalan

(0,853), penyiapan lokasi dan penyediaan informasi (0,898),

program dan kebijakan (0,828), regulasi pro bisnis (0,814)

dibentuk dengan baik oleh variabel kebijakan dan program

pemerintah. Artinya, seluruh indikator memperkuat variabel

kebijakan dan program pemerintah dan penyiapan lokasi dan

penyediaan informasi yang paling kuat pengaruhnya

5. Nilai loading faktor akses modal investor (0,928), akses modal

perbankan (0,879) dibentuk dengan baik oleh variabel akses

permodalan. Artinya, seluruh indikator memperkuat variabel

akses permodalan dan akses modal investor paling kuat

pengaruhnya

6. Nilai loading faktor indikator kemampuan membaca selera pasar

(0,723), kemampuan mengenal pesaing dan produknya (0,760),

kemampuan mengenal kelemahan produk sendiri (0,576),

kemampuan meyakinkan konsumen (0,711), memiliki standar

kualitas produk (0,604), kemampuan melakukan penetrasi pasar

(0,697), kemampuan memenuhi permintaan berskala besar

(0,527), ketersediaan SDM (0,561), memiliki skala ekonomi yang

luas (0,578) dibentuk dengan baik oleh variabel akses pasar dan

pemasaran. Artinya, seluruh indikator memperkuat variabel


akses pasar dan pemasar dan kemampuan mengenal pesaing

dan produknya paling kuat pengaruhnya

7. Nilai loading faktor indikator kepemilikan hak cipta/hak paten

(0,758), kepemlikan izin usaha (0,796), kepemilikan tempat

produksi (0,796) dibentuk dengan baik oleh variabel hak

kepemilikan. Artinya, seluruh indikator memperkuat variabel hak

kepemilikan dan kepemilikan izin usaha dan kepemilikan tempat

produksi yang paling kuat pengaruhnya

8. Nilai loading faktor indikator pertumbuhan laba (0,837),

pertumbuhan modal (0,875), pertumbuhan pasar dan pemasaran

(0,868), pertumbuhan penjualan (0,829), kecukupan tenaga kerja

(0,785) dibentuk dengan baik oleh variabel kinerja industri kreatif.

artinya, seluruh indikator memperkuat variabel kinerja industri

kreatif dan pertumbuhan modalyang paling kuat pengaruhnya

9. Nilai loading faktor indikator kepemilikan hak cipta/hak paten

(0,712), ketersediaan SDM (0,680), kepemilikan tempat produksi

(0,695), kinerja industri kreatif (0,825) dibentuk secara kuat oleh

variabel pertumbuhan ekonomi kreatif. artinya, seluruh indikator

memperkuat variabel pertumbuhan ekonomi kreatif dan kinerja

industri kreatif yang paling kuat pengaruhnya

5.4.2.2. Hasil Estimasi HubunganAntar Variabel

Berdasarkan hasil estimasi koefisien jalur dengan

menganalisis pengaruh tiap – tiap variabel eksogen terhadap


variabel endogen maupun pengaruh variabel endogen terhadap

variabel endogen lainnya seluruhnya berpengaruh positif kecuali

variabel biaya transaksi terhadap variabel kinerja industri kreatif.

pengaruh negatif biaya transaksi terhadap kinerja industri kreatif

dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi biaya transaksi akan

menurunkan kinerja industri kreatif

Adapun hasil estimasi jalur tiap-tiap variabel dapat

diuraikan sebagai berikut :

1. Nilai koefisien jalur variabel kebijakan & program pemerintah

(0,343), akses permodalan (0,106), akses pasar dan pemasaran

(0,590), hak kepemilikan (0,392) terhadap variabel desain

kelembagaan seluruhnya berpengaruh positif. Dapat dijelaskan

bahwa variabel akses pasar dan pemasaran yang paling kuat

pengaruhnya terhadap variabel desain kelembagaan

2. Nilai koefisien jalur variabel searching cost (0,322), negotiation cost

(0,411), concluding cost (0,412) terhadap variabel biaya transaksi

seluruhnya berpengaruh positif. Dapat dijelaskan bahwa variabel

concluding cost yang paling kuat pengaruhnya terhadap variabel

biaya transaksi

3. Nilai koefisien jalur variabel desain kelembagaan (0,474), biaya

transaksi (0,005) terhadap variabel pertumbuhan ekonomi kreatif

seluruhnya berpengaruh positif. Dapat dijelaskan bahwa variabel


desain kelembagaan yang paling kuat pengaruhnya terhadap

variabel pertumbuhan ekonomi kreatif

4. Nilai koefisien jalur variabel desain kelembagaan (0,527), biaya

transaksi (-0,084) terhadap kinerja industri kreatif. Dapat dijelaskan

bahwa semakin baik desain kelembagaan industri kreatif semakin

baik pula kinerja industri kreatif, dan semakin tinggi biaya transaksi

pada aktivitas industri kreatif, maka semakin rendah kinerja industri

kreatif

5. Nilai koefisien jalur kinerja industri kreatif (0,587) terhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif. dapat dijelaskan bahwa semakin baik

kinerj industri kreatif akan semakin baik pula pertumbuhan ekonomi

kreatif

5.5. Hasil Uji Linearitas

Pada uji asumsi klasik penelitian ini hanya menggunakan uji linearitas

karena pada penggunaan metode pendugaan PLS sudah menangani asumsi

normalitas, homoskedastisitas dan multikoliearitas. Adapaun hasil uji linearitas

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel.5.15. Nilai Indeks Variabel Laten

LV Index P
Values < 0.05
Aksespermodalan 2.229 0.027
Akses Pasar&
3.305 0.001
Pemasaran
By Transaksi 3.066 0.002
Concluding cost 3.119 0.002
Desain kelembagaan 3.046 0.003

Hak kepemilikian 3.015 0.003

Kinerja Industri Kreatif 3.084 0.002


Kebijakan & Program 2.851 0.005
Negotiation cost 2.907 0.004
Pertumbuhan ekonomi
4.087 0.000
kreatif
Searching cost 3.170 0.002
Sumber : output smartpls v.2.0

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan seluruh nilai p < 0,05 yang berarti

seluruh hubungan antar variabel laten signifikan sehingga pemodelan persamaan

struktural antar variabel dalam penelitian ini adalah linier

5.6. Hasil Uji Statistik

Pertama akan dijelaskan confirmatory factor analysis untuk menguji

validitas dan reliabilitas masing-masing indikator dari setiap dimensi yang

membentuk variabel laten.

5.6.1. Hasil Uji Reliabilitas

Selanjutnya, untuk mengukur reliabilitas bisa dengan alpha

cronbach > 0,60dan composite reliability >0,70. Namun, composite

reliability (CR) dinilai baik dalam mengestimasi konsistensi internal suatu

konstruk (Salisbury, Chin, Gopal, & Newsted, 2002).

Berdasarkan nilai composite realibility dan cronbach alpa, dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.16. Hasil Uji Relaibilitas


Composite Cronbachs
Keterangan
Reliability Alpha
Akses Pasar & 0.86 0.82 Reliabel
Pemasaran

Akses Permodalan 0.90 0.80 Reliabel

ConclCost 0.86 0.75 Reliabel

Hak Kepemilikan 0.83 0.69 Reliabel

Kebij&Prog 0.91 0.87 Reliabel

NegoCost 0.84 0.72 Reliabel

SearchCost 0.81 0.65 Reliabel

Sumber : Output SmartPLS version 2.0 (2017)

Berdasarkan tabel di atas, seluruh dimensi dengan nilaicompsite

realibility> 0.70 dan cronbach alpa >0,60. nilaicomposite realibility dan

cronbach alpa ini menunjukkan bahwa secara rata-rata informasi yang

terdapat pada masing-masing indikator dapat tercermin melalui masing-

masing dimensi lebih besar dari 60%. Misalnya untuk dimensi kebijakan

dan program pemerintah sebesar 0.91 artinya secara rata-rata 91%

informasi yang terdapat pada masing-masing indikator dapat tercermin

melalui dimensi kebijakan dan program pemerintah

Kemudian nilai composite reliability (CR) masing-masing dimensi

>0,70 yang menunjukkan bahwa indikator-indikator memiliki kekonsistenan

dalam mengukur dimensinya masing-masing.

5.6.2. Hasil Uji Validitas


Pada model pengukuran (outer model) akan dijelaskan validitas

hubungan indikator dengan variabel latennya. Berdasarkan hasil analisis

data dengan hasil olahan data menggunakan software SmartPLS 2.0, maka

parameter uji validitas konvergen diketahui seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel 5.17. Hasil Uji Validitas


Nilai loading Nilai loading
Indikator Ket Indikator Ket
faktor faktor
Kemampuan mengenal
Pra1 0,70 Valid 0,76 Valid
pesaing

Pasca1 0,78 Valid Kemampuan mengenal 0,57 Valid


produk
Kemampuan
Standar1 0,81 Valid 0,72 Valid
meyakinkan konsumen
Standar produk
Pra2 0,72 Valid 0,62 Valid
(kualitas)

Pasca2 0,86 Valid Kemampuan 0,71 Valid


melakukan Penetrasi
pasar
Kemampuan memenuhi
Standar2 0,81 Valid 0,54 Valid
perminatan konsumen

Nilai loading Nilai loading


Indikator Ket Indikator Ket
faktor faktor

Pra3 0,83 Valid Ketersediaan tenaga 0,55 Valid


kerja (SDM)
Pasca3 0,84 Valid Skala ekonomi 0,58 Valid
Standar3 0,78 Valid HaKI 0,74 Valid
Akses 0,85 Valid Izin usaha 0,79 Valid
perpermodalan
Penyiapan lokasi & 0,90 Valid Tempat produksi 0,82 Valid
penyediaan info
Program & 0,83 Valid Pertumbuhan laba 0,84 Valid
Kebijakan
Penyedian
Regulasi
informasi pro bisnis 0,82 Valid Pertumbuhan modal 0,88 Valid

Modal investor 0,93 Valid Pertumbuhan 0,87 Valid


pemasaran
Modal perbankan 0,88 Valid Pertumbuhan 0,83 Valid
penjualan
Kemampuan 0,72 Valid Penambahan tenaga 0,77 Valid
membaca pasar kerja
Sumber : output smartpls 2.0, 2017

Berdasarkan pada Tabel 5.6 tidak terdapat nilai faktor loading dari

indikator pada dimensi pengendalian umum (vaiabel pengendalian intern)

lebih kecil dari 0,50. Artinya seluruh indikator valid sebagai alat ukur.

5.6.3. Uji Signifikansi Parameter

Pada model struktural (inner model) akan dijelaskan signifikansi

hubungan antara variabel dengan variabel lainnya, baik antar variabel

eksogen dengan variabel variabel endogen, maupun antara variabel

endogen dengan variabel endogen lainnya dengan melihat koefisien jalur

masing-masing hubungan. Adapun hasil pengukuran menggunakan metode

bootstrapping disajikan pada tabel berikut :

Tabel. 5.18. Tabel Uji Signifikansi

Variabel Variabel Variabel Path t- p-


Mediasi Keterangan
Endogen Eksogen coef statistic value
Kinerja Desain 0.527 6.393 0,00 Signifikan
industri kreatif kelembagaan
(Y1) (X1)
Biaya -0.084 0.801 0,42 Tidak
transaksi (X2) signifikan

Pertumbuhan Desain 0.474 6.906 0,00 Signifikan


ekonomi kelembagaan
kreatif (Y2) (X1)
Biaya 0.005 0.114 0,91 Tidak
transaksi (X2) signifikan

Kinerja 0.587 9.279 0,00 Signifikan


industri
kreatif (Y1)
Sumber : output smartPLS v 2.0

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan dengan menggunakan uji

statistik t test dengan p-value< 0,05 (alpa 5%). Penilaian pada hasil

pengujian dinyatakan dengan Signifikan. Hasil taksiran koefisien yang

dilakukan dengan menggunakan metode PLS (partial Least Square)

bersifat standarized coeficient yang disebut dengan koefisien jalur (path

coeficien)

Selanjutnya, pengaruh tiap – tiap variabel eksogen terhadap

variabel endogen maupun pengaruh variabel endogen terhadap variabel

endogen lainnya seluruhnya berpengaruh positif dan signifikan kecuali

variabel biaya transaksi terhadap kinerja industri kreatif dan pertumbuhan

ekonomi kreatif

Adapun hasil estimasi jalur tiap-tiap variabelberdasarkan hipotesis

menghasilkan dua persamaan, sebagai berikut :

Persamaan pertama, menerangkan koefisien jalur dari desain

kelembagaan dan biaya transaksi terhadap kinerja industri kreatifdituliskan

sebagai berikut :

Kinerja industri kreatif = desain kelembagaan 0.527 + biaya


transaksi -0.084

1.000
-0.084

By Transaksi 0.260

0.998
0.527
Kinerja Industri Kreatif
Gambar. 5.2. Model Kinerja Industri Kreatif
Di Kota Makassar

Kinerja industri kreatif dipengaruhi secara positif oleh desain

kelembagaan dan dipengaruh secara negatif oleh biaya transaksi.

Selanjutnya hasil uji pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel

terhadap kinerja industri kreatif akan di uji dengan uji t.

Pengaruh secara parsial dari desain kelembagaan terhadap kinerja

industri kreatif didapat koefisien jalur sebesar 0.527 dan t = 6.393 (p=0.00)

sehingga hasil pada koefisien ini adalah signifikan (p<0,05) yang

menjelaskan bahwa kinerja industri kreatif dapat dijelaskan secara

langsung oleh desain kelembagaan

Pengaruh secara parsial dari biaya transaksi terhadap kinerja

industri kreatif didapat koefisien jalur sebesar – 0.841 dan t = 0.801

(p=0.42) sehingga hasil pada koefisien ini adalah tidak signifikan (p>0,05)

yang menjelaskan bahwa kinerja industri kreatiftidak dapat dijelaskan

secara langsung oleh biaya transaksi

Persamaan kedua, menerangkan koefisien jalur dari desain kelembagaan,

biaya transaksi, dan kinerja industri kreatif terhadap pertumbuhan ekonomi

kreatif dituliskan sebagai berikut :


Pertumbuhan ekonomi kreatif = desain kelembagaan 0.474 ;
0.527 + biaya transaksi 0.005 ; -0.084 + kinerja industri kreatif
0.587

1.000
0.00
5

By Transaksi -0.084
0.260 0.850

0.587
0.52
7 0.47
Pertumbuhan Ekonomi
0.998 4 Kreatif
Kinerja Industri Kreatif

Desain Kelembagaan
Gambar. 5.3. Model Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Di Kota Makassar
Pertumbuhan ekonomi kreatif dipengaruhi secara positif oleh desain

kelembagaan, biaya transaksi, dan kinerja industri kreatif. Selanjutnya hasil

uji pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel terhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif akan di uji dengan uji t.

Pengaruh secara parsial dari desain kelembagaan terhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif didapat koefisien jalur sebesar 0.474 dan t =

6.906 (p=0.00) sehingga hasil pada koefisien ini adalah signifikan (p<0,05)

yang menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi kreatif dapat dijelaskan

secara langsung oleh desain kelembagaan

Pengaruh secara parsial dari biaya transaksi terhadap pertumbuhan

ekonomi kreatif didapat koefisien jalur sebesar 0.005 dan t = 0.114 (p=0.91)

sehingga hasil pada koefisien ini adalah tidak signifikan (p>0,05) yang

menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi kreatif tidak dapat dijelaskan

secara langsung oleh biaya transaksi


Pengaruh desain kelembagaan dan biaya transaksi melalui

kinerjaindustri kreatif terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif didapat

koefisien jalur sebesar 0.527 (p=0.00) + (-0.084) (p=0.42) + 0.587 (p=0.00)

sehingga hasil koefisien ini signifikan, menjelaskan bahwa pertumbuhan

ekonomi kreatif melalui kinerja industri kreatif dapat dipengaruhi oleh desain

kelembagaan dan biaya transaksi

Pengaruh secara parsial dari kinerja industri kreatif terhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif didapat koefisien jalur sebesar 0.587 dan t =

9.279 (p=0.00) sehingga hasil pada koefisien ini adalah signifikan (p<0,05)

yang menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi kreatif dapat dijelaskan

secara langsung oleh kinerja industri kreatif

Pengaruh secara tidak langsung variabel desain kelembagaan dan

biaya transaksi terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif yang dimediasi oleh

variabel kinerja industry kreatif melalui uji signifikansi mediasi dengan

menggunakan sobel test statistic masing – masing sebesar 4.474 (p=0.00)

untuk variabel desain kelembagaan, sedangkan 6.855 (p=0.0) untuk

variabel biaya transaksi, sehingga hasil pada koefisien ini adalah signifikan

5.6.4. Hasil Uji Determinasi (R²)

Dengan menggunaan metode R square untuk menguji kebaikan

model (goodness of fit) penelitian ini, maka didapatkan hasil perhitungan

sebagai berikut :
Tabel.5.19. Kelayakan Model Pertumbuhan Ekonomi Kreatif

Variabel Endogen R²

Kinerja industri kreatif


0.260
Pertumbuhan ekonomi kreatif
0.850
Sumber : Output SmartPLS version 2.0 (2017)

Ketepatan model secara keseluruhan dengan menghitung untuk

koefisien determinasi (R²) dari persamaan keempat masing-masing sebesar

0.260, dan 0.850 yaitu :

Q² = 1 –(1 – 0,260) (1-0.850)

= 1 – (0.74) (0.15)

= 1 – 0,111

= 0,889

Tingkat ketepatan model untuk menjelaskan keempat hubungan

konstruk laten adalah 88,9%. Hasil perhitungan indeks kelayakan model

memberikan rekomendasi bahwa model ini sangat tepat dalam

menggambarkan pengaruh signifikan kinerja industri kreatif yang dibentuk

secara kuat oleh desain kelembagaan terhadap pertumbuhan ekonomi

kreatif

Dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi kreatif

dipengaruhi secara tidak langsung oleh desain kelembagaan dan biaya

transaksi melaluikinerja industri kreatif sebesar 88,9% persen dan sisanya


11,1% dipengaruhi oleh faktor lain. Pertumbuhan ekonomi kreatif dapat

juga dipengaruhi secara langsung oleh kinerja industri kreatif

Selain full model, beberapa model yang dihasilkan dari hasil uji

determinasi, sebagai berikut :

1. Model Pertama

Pada model ini dapat dilihat pengaruh langsung dan tidak langsung

desain kelembagaan terhadap pertumbuhanan ekonomi kreatif melalui

kinerja industri kreatif tanpa melibatkan biaya transaksi. Pada model

persamaan ini nilai koefisien jalur masing-masing variabel sebagai berikut :

Tabel. 5.20. Uji Signifikansi Model Tanpa Biaya Transaksi


Koef T- P-
Hubungan Variabel Ket
jalur statistik value
Desain Kelembagaan >>
0.475 7.943 0.000 Signifikan
Pertumbuhan ekonomi kreatif
Desain kelembagaan >> kinerja
0.504 6.835 0.000 signifikan
industri kreatif
Desain kelembagaan melalui kinerja
industri kreatif >> pertumbuhan 0.587 10.645 0.000 signifikan
ekonomi kreatif

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pengaruh desain

kelembagaan terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif memiliki koefisein

jalur sebesar 0.475 nilai t =7.943, yang berarti memiliki pengaruh sigfikan.

Desain kelembagaan terhadap kinerja industri kreatif sebesar 0.504 nilai

t=6.835, yang berarti berpengaruh signifikan dan desain kelembagaan


melalui kinerja industri kreatif terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif

sebesar 0.587 nilai t=10,645

Tabel. 5.21. Kelayakan Model Pertumbuhan Ekonomi Kreatif


Tanpa Biaya Transaksi

Variabel Endogen R²
Desain kelembagaan 0.998
Kinerja industri kreatif 0.254
Pertumbuhan ekonomi kreatif 0.850

Q² = 1 –(1-0.998) (1 – 0,254) (1-0.850)

= 1 – (0.002) (0.746) (0.15)

= 1 – 0,000224

= 0,9998

Tingkat ketepatan model untuk menjelaskan ketiga hubungan

konstruk laten adalah 99,98%. Hasil perhitungan indeks kelayakan model

memberikan rekomendasi bahwa model ini sangat tepat dalam

menggambarkan pengaruh desain kelembagaan baik secara langsung

maupun melalui kinerja industri kreatif berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif.

2. Kelayakan Model Kedua

Pada model ini dapat dilihat pengaruh langsung desain

kelembagaan dan kinerja industri kreatif terhadap pertumbuhan ekonomi


kreatif. Pada model persamaan ini nilai koefisien jalur masing-masing

variabel sebagai berikut :

Tabel.5.22. Uji Signifikansi Model Tanpa Biaya Transaksi


Koef T- P-
Hubungan Variabel Ket
jalur statistik value
Desain Kelembagaan >>
0.471 6.832 0.000 Signifikan
Pertumbuhan ekonomi kreatif
kinerja industri kreatif >> pertumbuhan
0.591 9.175 0.000 signifikan
ekonomi kreatif

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pengaruh desain

kelembagaan terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif memiliki koefisein

jalur sebesar 0.471 nilai t =6.832, yang berarti memiliki pengaruh sigfikan.

Pengaruh signifikan juga ditunjukkan oleh kinerja industri kreatif terhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif dengan nilai koefisien jalur sebesar 0.591

nilai t=9.175

Tabel. 5.23.Kelayakan Model Pertumbuhan Ekonomi Kreatif


Tanpa Biaya Transaksi

Variabel Endogen R²
Desain kelembagaan 0.999
Kinerja industri kreatif 0.000
Pertumbuhan ekonomi kreatif 0.849
Q² = 1 –(1-0.999) (1 – 0,000) (1-0.849)

= 1 – (0.001) (0) (0.151)

= 1–0
=1

Tingkat ketepatan model untuk menjelaskan ketiga hubungan

konstruk laten adalah100%. Hasil perhitungan indeks kelayakan model

memberikan rekomendasi bahwa model ini sangat tepat dalam

menggambarkan pengaruh desain kelembagaan dan kinerja industri kreatif

secara langsung berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi

kreatif.

3. Kelayakan Model Ketiga

Pada model ini dapat dilihat pengaruh langsung desain

kelembagaan terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif. Pada model

persamaan ini nilai koefisien jalur masing-masing variabel sebagai berikut :

Tabel.5.24. Uji Signifikansi Model


Koef T- P-
Hubungan Variabel Ket
jalur statistik value
Desain Kelembagaan >>
0.800 17.608 0.0 Signifikan
Pertumbuhan ekonomi kreatif

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pengaruh desain

kelembagaan terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif memiliki koefisein jalur

sebesar 0.800 nilai t =17.608, yang berarti memiliki pengaruh sigfikan.

Tabel. 5.25. Kelayakan Model Pertumbuhan Ekonomi Kreatif

Variabel Endogen R²
Desain kelembagaan 0.998
Pertumbuhan ekonomi kreatif 0.639
Q² = 1 –(1-0.998) (1-0.639)

= 1 – (0.002) (0.361)

= 1 – 0,00072

= 0,9993

Tingkat ketepatan model untuk menjelaskan kedua hubungan

konstruk laten adalah99,93%. Hasil perhitungan indeks kelayakan model

memberikan rekomendasi bahwa model ini sangat tepat dalam

menggambarkan desain kelembagaan berpengaruh signifikan terhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif.

4. Kelayakan Model Keempat

Pada model ini dapat dilihat pengaruh langsung desain

kelembagaan terhadap kinerja industri kreatif dan pertumbuhan ekonomi

kreatif. Pada model persamaan ini nilai koefisien jalur masing-masing

variabel sebagai berikut :

Tabel. 5. 26. Uji Signifikansi Model


Koef T- P-
Hubungan Variabel Ket
jalur statistik value
Desain Kelembagaan >>
0.802 17.608 0.0 Signifikan
Pertumbuhan ekonomi kreatif
Desain kelembagaan >> kinerja
0.505 7.229 0.000 Signifikan
industri kreatif
Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pengaruh desain

kelembagaan terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif memiliki koefisein

jalur sebesar 0.800 nilai t =18.682, yang berarti memiliki pengaruh sigfikan.

Sedangkan pengaruh desain kelembagaan terhadap kinerja industri kreatif

memiliki koefisien jalur sebesar 0.505 nilai t= 7.229, yang berarti memiliki

pengaruh signifikan

Tabel. 5.27. Kelayakan Model PengaruhDesain Kelembagaan

Variabel Endogen R²
Desain kelembagaan 0.998
Pertumbuhan ekonomi kreatif 0.643
Kinerja industri kreatif 0.255

Q² = 1 –(1-0.998) (1-0.643) (1-0.255)

= 1 – (0.002) (0.357) (0.745)

= 1 – 0,00053

= 0,9995

Tingkat ketepatan model untuk menjelaskan ketiga hubungan

konstruk laten adalah99,95%. Hasil perhitungan indeks kelayakan model

memberikan rekomendasi bahwa model ini sangat tepat dalam

menggambarkan desain kelembagaan berpengaruh signifikan terhadap

kinerja industri kreatif dan pertumbuhan ekonomi kreatif.

5. Kelayakan Model Kelima


Pada model ini dapat dilihat pengaruh langsung desain

kelembagaan terhadap kinerja industri kreatif. Pada model persamaan ini

nilai koefisien jalur masing-masing variabel sebagai berikut :

Tabel. 5.28. Uji Signifikansi Model


Koef T- P-
Hubungan Variabel Ket
jalur statistik value
Desain kelembagaan >> kinerja
0.489 5.981 0.000 Signifikan
industri kreatif

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pengaruh desain

kelembagaan terhadap kinerja industri kreatif memiliki koefisein jalur

sebesar 0.489 nilai t =5.981, yang berarti memiliki pengaruh sigfikan.

Tabel. 5.29. Kelayakan Model Kinerja Industri Kreatif

Variabel Endogen R²
Desain kelembagaan 1.000
Kinerja industri kreatif 0.239

Q² = 1 –(1-1.000) (1-0.239)

= 1 – (0) (0.761)

= 1–0

=1

Tingkat ketepatan model untuk menjelaskan kedua hubungan

konstruk laten adalah 100 %. Hasil perhitungan indeks kelayakan model

memberikan rekomendasi bahwa model ini sangat tepat dalam


menggambarkan desain kelembagaan berpengaruh signifikan terhadap

kinerja industri kreatif

5.7. Hasil Pengujian hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini berjumlah enam yang terbagi atas 5

hipotesis pengaruh langsung dan satu hipotesis pembuktian kinerja industri kreatif

sebagai variabel Mediasi. Pembuktian pengaruh langsung sudah dipaparkan pada

persamaan pertama, kedua, ketiga, dan keempat.

Pertumbuhan ekonomi kreatif dapat dijelaskan oleh dua faktor penentu

tersebut yaitu : Desain kelembagaan dan kinerja industri kreatif, sehingga

hipotesis H1 dan H5 terbukti. Sedangkan pertumbuhan ekonomi kreatif tidak dapat

dijelaskan oleh biaya transaksi sehingga H2 tidak terbukti

Kinerja industri kreatif dapat dijelaskan secara signifikan oleh satu faktor

penentu yaitu desain kelembagaan sehingga hipotesis H3 terbukti. Dan biaya

transaksi berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kinerja industri

kreatif sehingga hipotesis H4 tidak terbukti.

Pembuktian pengaruh bahwa desain kelembagaan dan biaya transaksi

melalui kinerja industri kreatif terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif tergantung

pada hasil uji koefisien jalur pada desain kelembagaan, biaya transaksi, dan

kinerja industri kreatif. Hasil uji koefisien membuktikan bahwa desain

kelembagaan dan biaya transaksi melalui kinerja industri kreatif berpengaruh

signifikan (p<0,05), maka H6 terbukti


Tabel 5.30. Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Kode Hipotesis Hasil


Desain kelembagaan berpengaruh positif terhadap
H1 pertumbuhan ekonomi kreatif Diterima

Biaya transaksi berpengaruh negatif terhadap


H2 pertumbuhan ekonomi kreatif Ditolak

Desain kelembagaan berpengaruh positif terhadap


H3 kinerja industri kreatif Diterima

Biaya transaksi berpengaruh negatif terhadap kinerja


H4 industri kreatif Ditolak

Kinerja industri kreatif berpengaruh positif terhadap


H5 pertumbuhan ekonomi kreatif Diterima

Kinerja industri kreatif memediasi hubungan desain


H6 kelembagaan dan biaya transaksi terhadap Diterima
pertumbuhan ekonomi kreatif

Desain kelembagaan yang berkaitan dengan kebijakan & program

pemerintah, akses permodalan, akses pasar & pemasaran, dan hak kepemilikan

secara umum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja industri kreatif

dan pertumbuhan ekonomi kreatif di kota makassar. Kebijakan dan program


pemerintah masih belum dirasakan oleh para pelaku industri kreatif di kota

makassar seperti halnya program pembinaan dan pemberian bantuan modal,

ketersediaan lokasi usaha dan penyedian informasi, meskipun secara umum telah

memiliki tempat produksi, namun mereka masih mengalami kesulitan dalam

menemukan lokasi usaha strategis yang sesuai dengan target jangka panjang

yang ingin dicapai, sehingga secara umum mereka mengharapkan adanya upaya

pemerintah kota dalam menyediakan lokasi usaha seperti co-working space atau

sebuah kawasan khusus, sekaligus menjamin ketersediaan informasi yang

berkaitan dengan industri kreatif dengan menghadirkan website yang lebih

lengkap.

Desain kelembagaan industri kreatif di kota makassar juga dipengaruhi

oleh akses permodalan, dimana akses modal dari pihak investor dan perbankan

yang menjadi harapan pada umumnya dan masih sangat sulit untuk dijangkau,

olehnya itu dibutuhkan peran pemerintah kota makassar dalam memfasilitasi para

pelaku industri kreatif tersebut untuk dapat mengakses modal investor dan modal

perbankan karena kemampuan modal sendiri dalam mengembangkan usaha

sangat terbatas

Akses pasar dan pemasaran sangat berpengaruh terhadap desain

kelembagaan sektor ekonomi kreatif. hal tersebut ditunjukkan oleh kemampuan

pelaku industri kreatif dalam mengenal pesaing dan produknya cukup baik sebagai

kekuatan dalam mengakses pasar dan mendesain strategi pemasaran yang jitu
Keberadaan biaya transaksi dikalangan pelaku industri kreatif

berpengaruh negatif terhadap kinerja industri kreatif. Biaya transaksi yang terdiri

dari biaya pencarian informasi (searching information cost), Biaya tawar menawar

(negotiation cost), dan Biaya kesepakatan akhir (Concluding cost). Secara umum

menggambarkan bahwa rendahnya biaya transaksi yang timbul dalam proses

transaksi mendukung kelancaran mereka dalam bertransaksi dimana biaya yang

mereka keluarkan telah sesuai dengan standar biaya yang mereka harapkan

Rendahnya biaya transaksi tersebut disebabkan oleh adanya dukungan

akses internet dan jalur komunikasi seluler yang semakin baik, sehingga pada

tahap pencarian informasi dan tawar menawar mereka rata-rata mengeluarkan

biaya yang sedikit, karena baik dalam mencari informasi yang terkait kebutuhan

produksi cukup dengan melakukan browsing internet maupun saat melakukan

tawar menawar cukup melalui via email ataupun chating menggunakan media

sosial dan sejenisnya. Sedangkan rendahnya biaya transaksi pada tahap

pembuatan kesepakatan akhir (concluding) dikarenakan para pelaku industri

kreatif dalam membuat kesepakatan masih dalam bentuk lisan sehingga hampir

tidak menimbulkan biaya

Selanjutnya, kinerja industri kreatif berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif. hal tersebut dipengaruhi oleh

pertumbuhan penjualan, pertumbuhan modal, ketersediaan tenaga kerja,

pertumbuhan pasar, dan pertumbuhan laba yang mengalami peningkatan dalam

kurun tiga tahun terkahir


BAB VI

PEMBAHASAN

6.1. Pengaruh Desain Kelembagaan Industri Kreatif Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Kreatif Di Kota Makassar

Berdasarkan hasil analisis data penelitian didapatkan bahwa desain

kelembagaan industri kreatif yang terdiri dari akses pasar dan pemasaran, akses

permodalan, kebijakan dan program pemerintah, dan hak kepemilikan

berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif di kota

makassar. Dapat dijelaskan bahwa semakin baik desain kelembagaan industri

kreatif di Kota Makassar akan semakin baik pula pertumbuhan ekonomi kreatif di

Kota Makassar. Hasil penelitian searah dengan pendapat poulton (et, al. 1998)

yang mengatakan bahwa salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

adalah desain kelembagaannya

Selanjutnya akan diuraikan faktor- faktor yang kuat pengaruhnya terhadap

desain kelembagaan industri kreatif di kota makassar dan pengaruhnya terhadap

pertumbuhan ekonomi kreatifdi Kota Makassar sebagai berikut :

- Faktor akses pasar dan pemasaran, dapat dijelaskan bahwa kemampuan para

pelaku industri kreatif mengenal pesaing dan produknya dengan baik

merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi akses pasar dan

pemasarannya sehingga mereka dapat bersaing dengan baik. Hasil penelitian

ini searah dengan pemikiran Ina primiana (2009) mengatakan bahwa

kemampuan seorang pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya adalah


kemampuannya dalam menciptakan akses pasar dan pemasaran yang baik,

dengan demikian akan membentuk kelembagaan yang efektif.

- Faktor akses permodalan, dapat dijelaskan bahwa kebutuhan para pelaku

industri kreatif di Kota Makassar akan akses permodalan ke pihak investor

sangat tinggi bila dibandingkan dengan kebutuhan mereka terhadap akses

permodalan dari pihak perbankan. Karena selama ini para pelaku industri

kreatif di Kota Makassar masih mengandalkan modal sendiri dalam

mengembangkan usahanya.

Akses permodalan dari pihak investor merupakan faktor yang paling

dominan mempengaruhi akses permodalan sehingga dengan adanya akses

permodalan tersebut akan semakin mempercepat terbentuknya desain

kelembagaan industri kreatif yang baik di Kota Makassar

- Kebijakan dan program pemerintah, dapat dijelaskan bahwa dengan

disiapkannya lokasi khusus seperti co-working space dan tersedianya pusat

informasi yang terkait dengan berbagai kebutuhan para pelaku industri kreatif

di Kota Makassar akan mendorong terbentuknya desain kelembagaan yang

baik. Meskipun telah ada lokasi khusus yang disediakan oleh pemerintah untuk

pelaku industri kuliner namun lokasi tersebut belum sepenuhnya dapat

menampung seluruh pelaku industri kreatif kuliner, selain itu lokasi yang

tersedia juga belum sepenuhnya dapat diakses dengan mudah oleh para

pelaku industri kreatif kuliner lainnya

Disisi lain, kawasan khusus untuk pelaku industri periklanan, aplikasi

dan pengembangan game belum tersedia. Sementara hal tersebut menjadi


faktor kuat yang memberi pengaruh dalam pembentukan desain kelembagaan

yang baik pada industri kreatif di Kota Makassar. Hasil penelitian ini searah

dengan pemikiran Acemoglu dan Munizu (dalam Purwaningsih, R & Kususma,

P.D, 2015) menyatakan bahwa desain kelembagaan suatu sektor dipengaruhi

oleh kebijakan dan program pemerintah yang baik.

- Faktor hak kepemilikan. Faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya desain

kelembagaan industri kreatif yang baik di Kota Makassar adalah dengan

adanya kepemilikan atas izin usaha dan tempat produksi oleh para pelaku

industri kreatif. Namun hal tersebut belum memberi pengaruh yang maksimal

dikarenakan masih tingginya biaya sewa tempat produksi dan masih banyak

pelaku industri kreatif yang belum memiliki hak cipta/hak paten yang

merupakan salah satu poin penting yang harus dimiliki untuk meningkatkan

nilai tambah produk yang dihasilkan. Hasil penelitian ini searah dengan fakta

empiris bahwa Amerika Serikat menghasilkan produk-produk Hak Kekayaan

Intelektual (HKI) senilai 414 miliar dolar yang menjadikan HKI sebagai barang

ekspor nomor satu di Ameriak Serikat (howkins, 1997)

6.2. Pengaruh Biaya Transaksi Industri Kreatif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Kreatif Di Kota Makassar

Menurut pemikiran ekonomi kelembagaan baru (NIE) (Meramvelliotakis

dan Milonakis, 2010:1046)mengatakan bahwa dalam perekonomian selalu ada

biaya transaksi dalam aktivitas ekonomi. Pemikiran tersebut dibuktikan dalam

penelitian ini bahwa dalam aktivitas para pelaku industri kreatif dalam melakukan

pencarian informasi, dan proses tawar menawar, maupun pada saat pembuatan
kesepakatan akhir selalu ada biaya yang dikeluarkan. Sehingga penelitian ini juga

bertentangan dengan pemikiran kaum neo-klasik yang berasumsi bahwa tidak

adanya biaya transaksi dalam aktivitas ekonomi

Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa rendahnya biaya

pencarian informasi (searching cost), biaya tawar menawar (negotiation cost) dan

biaya kesepakatan akhir (concluding cost)yang dikeluarkan oleh para pelaku

industri kreatif berpengaruh secara siginifikan terhadap rendahnya biaya transaksi

pada pelaku industri kreatif di kota makassar.

Faktor – faktor yang mempengaruhi rendahnya biaya transaksi tersebut

sebagai berikut :

- Rendahnya biaya pencarian informasi di sebabkan karena kemampuan para

pelaku industri kreatif memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dengan

melakukan browsing internet terkait berbagai kebutuhan produksi meraka.

Selain itu, biaya komunikasi yang rendah disebabkan penggunaan konten-

konten paket telpon murah yang disediakan oleh provider telekomunikasi

- Rendahnya biaya dalam proses tawar menawar disebabkan oleh kegiatan

negosiasi lebih banyak dilakukan via chating di aplikasi sosial media,

berkomunikasi menggunakan paket telpon murah

- Rendahnya biaya pada saat membuat kesepakatan akhir (concluding cost)

lebih banyak disebabkan oleh prinsip yang dianut oleh para pelaku industri

kreatif di Kota Makassar dalam membuat kesepakatan yaitu prinsip saling

percaya, sehingga mereka tidak membutuhkan kontrak tertulis dalam

pembuatan kesepakatan. Selain itu, faktor lainnya adalah pemanfaatan


teknologi informasi secara baik oleh para pelaku industri kreatif baik dalam

pencarian informasi maupun pada proses tawar menawar dengan

menggunakan email, aplikasi digital dan sejenisnya.

Hasil penelitian ini membuktikan pendapatcoase (dalam fox, 207: 380)

yang mengatakan bahwa beberapa hal yang dapat menurunkan biaya transaksi

salah satunya adalah perkembangan teknologi informasi. Kemajuan teknologi

informasi dapat menurunkan biaya transaksi karena melalui teknologi

ketidakpastian yang timbul akibat ketidaksempurnaan informasi dapat dikurangi.

Penelitian ini juga searah dengan hasil pengukuran Wallis dan North

(1985, dalam Meramveliotakis dan Milonakis, 2010: 1054)atas niai total dari

sumberdaya yang digunakan pada sektor transaksi. Nilai total sumberdaya yang

digunakan pada sektor transaksi inilah yang dijadikan sebagai ukuran agregat dari

biaya transaksi yang timbul pada perekonomian secara luas.

Meski demikian, hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa

keberadaan biaya transaksi pada pelaku industri kreatif di Kota Makassar

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif. hasil

penelitian ini berbeda dengan pendapat R.Coase (1937); Williamson (1985); North

(1991); dan Mburu (2002).Yang menyatakan bahwaJika biaya transaksi terlalu

tinggi, maka perdagangan tidak akan terjadi dan ekonomi menjadi stagnan

6.3. Pengaruh Desain Kelembagaan Industri Kreatif Terhadap Kinerja Industri

Kreatif

Berdasarkan hasil analisis data penelitian didapatkan bahwa desain

kelembagaan pada sektor ekonomi kreatif yang terdiri dari akses pasar dan
pemasaran, akses permodalan, kebijakan dan program pemerintah, dan hak

kepemilikan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja industri kreatif di kota

makassar. Akses pasar dan pemasaran yang dibentuk secara kuat oleh

kemampuan para pelaku industri kreatfi di Kota Makassar dalam mengenal

pesaing dan produknya merupakan faktor utama dalam mendorong terbentuknya

desain kelembagaan industri kreatif yang baik dan akan mendorong semakin

baiknya kinerja industri kreatif di Kota Makassar

Selanjutnya akan diuraikan faktor-faktor yang kuat pengaruhnya terhadap

desain kelembagaan industri kreatif di kota makassar dan pengaruhnya terhadap

kinerja industri kreatif di Kota Makassar sebagai berikut :

- Faktor akses pasar dan pemasaran, dapat dijelaskan bahwa kemampuan para

pelaku industri kreatif mengenal pesaing dan produknya dengan baik

merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi akses pasar dan

pemasarannya sehingga mampu meningkatkan kinerja mereka. Hasil

penelitian ini searah dengan pemikiran Ina primiana (2009) mengatakan bahwa

kemampuan seorang pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya adalah

kemampuannya dalam menciptakan akses pasar dan pemasaran yang baik,

dengan demikian akan membentuk kelembagaan yang efektif.

- Faktor akses permodalan, para pelaku industri kreatif masih dominan

mengandalkan modal sendiri dalam mengembangkan usahanya disebabkan

kurangnya akses ke pihak perbankan dan pihak investor, namun hal tersebut

tidak menjadi faktor penghambat untuk terus meningkatkan kinerja usaha

mereka, dikarenakan kreativitas tinggi yang dimiliki oleh para pelaku industri
kreatif tetap mampu meningkatkan kinerjanya meskipun hanya dengan

mengandalkan modal sendiri. Akan tetapi, apabila tersedia akses permodalan

dari pihak investor maka akan lebih cepat dalam meningkatkan kinerja industri

kreatif di Kota Makassar

- Faktor kebijakan dan program pemerintah, dapat dijelaskan bahwa tersedianya

lokasi usaha atau sebuah kawasan khusus (co-working space) dan tersedianya

informasi terkait dengan kebutuhan para pelaku indutri kreatif akan

meningkatkan kinerja industri kreatif di Kota Makassar

Selain itu, regulasi yang pro terhadap pelaku industri kreatif juga akan

menjadi faktor pendorong terbentuknya desain kelembagaan yang baik.

Namun faktanya belum adanya regulasi memiliki dampak yang positif secara

langsung kepada para pelaku industri kreatif. para pelaku industri kreatif juga

masih membutuhkan program pembinaan yag rutin dilaksanakan setidaknya

dua kali setahun seperti pelatihan dan pemberian kesempatan untuk

melakukan presentase ide/gagasan (pitching)produk kreatif di hadapan para

investor (pemodal) dengan demikian kinerja indutri kreatif di Kota Makassar

akan semakin baik

- Faktor hak kepemilikan. faktor yang mempengaruhi secaa kuat terbentuknya

desain kelembagaan yang baik pada industri kreatif dikota makassar adalah

dengan adanya kepemilikan atas izin usaha dan tempat produksi. Kepemilikan

tempat produksi yang murah dan semakin mudahnya mendapatkan izin usaha

akan semakin meningkatkan kinerja industri kreatif di Kota Makassar.


Selain itu, kepemilikan hak cipta/hak paten juga penting karena

merupakan salah satu poin penting untuk meningkatkan nilai tambah produk

yang dihasilkandan akan semakin meningkatkan kinerja industri kreatif pada

pelaku industri kreatif di Kota Makassar

6.4. Pengaruh Biaya Transaksi Terhadap Kinerja Industri Kreatif di Kota

Makassar

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa rendahnya biaya pencarian

informasi (searching cost), biaya tawar menawar (negotiation cost) dan biaya

kesepakatan akhir (concluding cost)yang dikeluarkan oleh para pelaku industri

kreatif tidak berpengaruh terhadap kinerja industri kreatif di kota makassar.

Sehingga berbeda dengan asumsi yang dibangun oleh R.Coase (1937);

Williamson (1985); North (1991); dan Mburu (2002). Yang menyatakan bahwa Jika

biaya transaksi terlalu tinggi, maka perdagangan tidak akan terjadi dan ekonomi

menjadi stagnan

Rendahnya biaya transaksi tersebut disebabkan karena pemanfaatan

teknologi informasi secara baik oleh para pelaku industri kreatif baik dalam

pencarian informasi maupun pada proses tawar menawar dengan menggunakan

email, aplikasi digital dan sejenisnya sehingga tidak mempengaruhi kinerja mereka

Kemampuan para pelaku industri kreatif dalam memanfaatkan teknologi

informasi searah dengan pendapat coase (dalam Fox, 207: 380) bahwa beberapa

hal yang dapat menurunkan biaya transaksi salah satunya adalah perkembangan

teknologi informasi. Kemajuan teknologi informasi dapat menurunkan biaya


transaksi karena melalui teknologi ketidakpastian yang timbul akibat

ketidaksempurnaan informasi dapat dikurangi.

6.5. Pengaruh Kinerja Industri Kreatif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Di

Kota Makassar

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa kinerja industri kreatif

berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi kreatif akan terus

mengalami pertumbuhan yang baik apabila apabila pelaku industri kreatif mampu

meningkatkan pertumbuhan penjualan, pertumbuhan modal, pertumbuhan pasar,

dan pertumbuhan laba, serta mendapatkan ketersediaan tenaga kerja yang

memadai secara berkelanjutan dan terus menerus.

Dari beberapa faktor pendorong tersebut, pertumbuhan penjualan yang

paling dominan pengaruhnya dalam meningkatkan kinerja industri kreatif sehingga

berpengaruh signifikan terhadappertumbuhan ekonomi kreatif

6.6. Pengaruh Desain Kelembagaan dan Biaya Transaksi Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Kreatif melalui Kinerja Industri Kreatif

Desain kelembagaan sektor ekonomi kreatif dan biaya transaksi yang

timbul pada aktivitas pelaku industri kreatif dikota makassar berpengaruh

signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif di kota makassar melalui kinerja

industri kreatif artinya kinerja industry kreatif dapat memediasi pengaruh desain

kelembagaan dan biaya transaksi terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif. hasil

penelitian menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi kreatif akan mengalami

peningkatan pertumbuhan bukan hanya dipengaruhi oleh desain kelembagaan


yang baik pada sektor ekonomi kreatif tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kinerja

industri kreatif itu sendiri

Secara umum, desain kelembagaan dan biaya transaksi secara bersama-

sama tidak akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif tanpa

adanya kinerja industri kreatif yang baik dari pelaku industri kreatif itu sendiri

6.7. Implikasi

6.7.1. Implikasi Teoritis

1. Hasil penelitian ini mendukung teori ekonomi kelembagaan baru (New

Institutional Economics)yang menyatakan bahwa teori biaya transaksi

merupakan konsep penjelas yang sangat krusial dalam mempelajari

institusi (kelembagaan) dan organisasi (Meramvelliotakis dan Milonakis,

2010:1046).

2. Hasil penelitian ini berkebalikan dengan teori neoklasik yang

mengasumsikan tidak adanya biaya transaksi. Pada faktanya biaya

transaksi ada dalam aktivitas ekonomi para pelaku industri kreatif,

sehingga pendekatan yang dibangun oleh ekonomi kelembagaan baru

jelas lebih realistis dibandingkan dengan pendekatan teori neoklasik

3. Penelitian ini, mendukung pendapat erani yustika (2012) yang

menyatakan bahwa salah satu alat analisis yang popular dalam ilmu

ekonomi kelembagaan adalah ekonomi biaya transaksi (Transcation

cost economics).
4. Hasil penlitian ini mendukung teori pertumbuhan ekonomi simon

kuznets (dalam Jhingan, 2000:57). Yang menyatakan bahwa teknologi

maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan

derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam

barang kepada penduduk dan penggunaan teknologi secara luas dan

efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan

idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat

manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.

5. Penelitian ini juga searah dengan Teori pertumbuhan Schumpeter

dalam thesis creative destruction theory dandalam bukunya Theory of

Economic Development (1912) dan Capitalism, Socialism, and

(1942)yang menekankan pada inovasi dan efisiensi yang akan

mendorong pertumbuhan ekonomi

6. Hasil penelitian ini mendukung pemikiran Alvin Toffler (1982) Dalam

teori gelombang peradaban manusia dimana gelombang keempat yang

merupakan gelombang ekonomi kreatif dengan berorientasi pada ide

dan gagasan kreatif. Senada dengan pendapat Howkins dalam

bukunya“ Creative Economy, How People make money from ideas”.

Menyatakan bahwa ekonomi kreatif adalah kegiatan ekonomi dimana

input dan outputnya adalah gagasan, begitupula ahli ekonomi Paul

Romer (1993), yang menyatakan ide adalah barang ekonomi yang

sangat penting, lebih penting dari objek yang ditekankan di kebanyakan

model-model ekonomi.
7. Penelitian ini mendukung pemikiran Robert Lucas yang

mengatakanbahwa kekuatan yang menggerakkan pertumbuhan dan

pembangunan ekonomi kota atau daerah dapat dilihat dari tingkat

produktivitas klaster orang – orang bertalenta dan orang – orang kreatif

atau manusia – manusia yang mengandalkan ilmu pengetahuan(stock

of knowledge) yang ada pada dirinya (Nenny, 2008)

8. Penelitian ini juga searah dengan pemikiran schumpeter

bahwa“seorang wiraswastawan tidak perlu seorang kapitalis”. Fungsi

utamanya ialah melakukan pembaharuan (inovasi)”.

9. Hasil penelitian bertentangan dengan pemikiran Nurkse bahwa

pembentukan modal merupakan kunci utama menuju pembangunan

ekonomi dan Solow-Swan yang menyatakan bahwa akumulasi modal

merupakan sumber pertumbuhan.

10. Penelitian ini setuju dengan pendapat Kuznets yang mencatat lima pola

penting pertumbuhan teknologi di dalam pertumbuhan ekonomi

modern. Kelima pola tersebut ialah: penemuan ilmiah atau

penyempurnaan pengetahuan teknik; invensi; inovasi; penyempurnaan,

dan penyebar luasan penemuan yang biasanya di ikuti dengan

penyempurnaan. Begitupula Schumputer, ia menganggap inovasi

sebagai factor teknologi yang paling penting dalam pertumbuhan

ekonomi.

Lebih lanjut, Menurut Kuznets, inovasi terdiri dari dua macam: pertama,

penurunan biaya yang tidak menghasilkan perubahan apapun pada


kualitas produk; hal ini senada dengan hasil penelitian tentang

pemanfaatan teknologi oleh para pelaku industri kreatif mampu

menekan biaya transaksi tinggi kedua, pembaharuan yang menciptakan

produk baru dan menciptakan permintaan baru akan produk tersebut.

Hal ini juga senada juga diungkapkan Ronald coase (dalam Fox, 207:

380) juga mennyatakan bahwa salah satu factor yang dapat

menurunkan biaya transaksi adalah perkembangan teknologi informasi.

11. Hasil penelitian ini yang menyatakan pentingnya kepemilikan hak cipta

dan hak paten dalam memperkuat desain kelembagaan senada dengan

pendapat Howkins yang menjelaskan bahwa ekonomi baru telah

muncul seputar industri kreatif yang dikendalikan oleh hukum kekayaan

intelektual seperti paten, hak cipta, merek, royalti dan desain. Ekonomi

kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan aset kreatif

yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Dos Santos,

2007).

12. Hasil penelitian ini memperkuat pernyataan Tian dan Gao (2011) bahwa

Industry kreatif adalah industry yang berorientasi pada manusia.

Proteksi dari kekayaan intelektual berfungsi untuk menjaga energy vital

dari industry kreatif. sehingga sangat nampak begitu penting

kepemilikan Hak intelektual bagi pelaku industri kreatif, begitupula

dengan pendapat Wang & Peng (2009), bahwa industry kreatif berbeda

dengan industry barang yang diproduksi oleh mesin ataupu industry

buruh dimana orang menjual tenaganya untuk mendapatkan upah,


industry kreatif menghasilkan output modal intelektual yang berlabel

originalitas.

13. Penelitian ini juga sependapat dengan Bueren and Yi (2016),

mengatakan bahwa kolaborasi “Triple Helix” dapat meningkatkan

inovasi daerah dan berhasil dalam sektor industry kreatif.Dalam

penelitiannya, melukiskan peran inovatif dari agen social dalam

mengkatalisis kolaborasi hexa-lateral. Belanda desain post, sebuah

organisasi non-profit yang didirikan untuk menjembatani triple heliks

Belanda dan Taiwan berfungsi sebagai contoh kasus untuk

menjelaskan model baru. Model baru ini memiliki relevansi yang luas

untuk aplikasi dalam konteks lain

14. Sependapat dengan hasil penelitian Liu (2016), bahwa pentingnya

kolaborasi dan tempat untuk belajar bersama (co-working space)

membuat dua perusahaan animasi di china go internasioal

6.7.2. Implikasi Praktis

1. Tersedianya akses permodalan dari pihak investor akan semakin

meningkatkan kinerja industri kreatif yang berdampak positif terhadap

pertumbuhan ekonomi kreatif di kota makassar

2. Tersedianya lokasi khusus (co-working space) dan informasi yang

terkait dengan berbagai kebutuhan para pelaku industri kreatif akan

semakin meningkatkan kinerja industri kreatif di Kota Makassar dan


berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota

Makassar

3. Tingginya kemampuan pelaku industri kreatif dalam mengenal pesaing

dan produknya akan meningkatkan kinerja industri kreatif di Kota

Makassar dan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif

di Kota Makassar

4. Adanya kepemilikan tempat produksi dan izin usaha bagi para pelaku

industri kreatif akan semakin meningkatkan kinerja industri kreatif di

Kota Makassar dan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi

kreatif di Kota Makassar

5. Terbentuknya desain kelembagaan industri kreatif yang baik akan

mempercepat pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Makassar

6. Semakin baik kinerja industri kreatif akan menciptakan pertumbuhan

ekonomi kreatif yang semakin tinggi pula

6.8. Keterbatasan penelitian

Pada penelitian ini hanya menggunakan tiga dimensi yang digunakan

untuk mengukur biaya transaksi yaitu Searching Cost, Negotiatin Cost, dan

concluding cost (Fox, 2007: 378-379).


Berdasarkan konsep biaya transaksi menurut beberapa ahli ekonmi

kelembagaan baru antara lain Coase (1937), sebagaimana yang dikutip oleh

Duran dan McNutt (2010: 757), memasukkan biaya negosiasi (negotiating cost),

biaya monitoring (monitoring cost), dan biaya pemaksaan kontrak (enforcing cost)

untuk pengukuran biaya transaksi.

Zhang (2008: 288) mengungkapkan factor-faktor yang mempengaruhi

besarnya biaya transaksi pada umumnya dapat dikelompokkan dalam tiga hal(1)

What : the identity of bundle of right (hak-hak atas komoditas), (2) Who : identity

of agents involved in the exchanges, dan (3) How : the institutions, technical and

social, governing the exchange and how to organize the exchanges

Wallis dan North(1985, dalam Meramveliotakis dan Milonakis, 2010: 1054)

mengukur biaya transaksi dengan melakukan pengukuran atas niai total dari

sumberdaya yang digunakan pada sektor transaksi.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian yang akan datang perlu

dikembangkan dengan memperluas dimensi pengukuran biaya transaksi dengan

skala aktivitas ekonomi yang lebih luas sehingga didapatkan gambaran secara

utuh tentang pengaruh biaya transaksi terhadap perekonomian.

Untuk dimensi akses permodalan pada variabel dimensi kelembagaan,

belum dapat mencantumkan pendapat ahli namun penentuan dimensi tersebut

oleh peneliti berdasarkan fakta lapangan. Sehingga pada penelitian yang akan

datang diharapkan telah ditemukan pendapat atau hasil penelitian yang dapat

memperkuat penentuan dimensi tersebut


BAB VII

PENUTUP

7.1 Simpulan

Beberapa simpulan yang didapatkan dari penelitian ini yang berkaitan dengn

tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Faktor – faktor yang berpengaruh kuat terhadap pembentukan desain

kelembagaan industri kreatif yang baik yaitu; Tersedianya akses permodalan

dari pihak investor, tersedianya lokasi khusus (co-working space) dan pusat

informasi yang terkait dengan berbagai kebutuhan para pelaku industri kreatif,

kemampuan pelaku industri kreatif yang tinggi dalam mengenal pesaing dan

produknya, adanya kepemilikan tempat produksi dan izin usaha bagi para pelaku

industri kreatif.Faktor-faktor tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap

terbentuknya desain kelembagaan industri kreatif yang baik di Kota Makassar.

Desain kelembagaan industri kreatif yang baik akan berpengaruh positif dalam

meningkatkan kinerja industri kreatif dan pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota

Makassar

2. Keberadaan biaya transaksi pada pelaku industri kreatif pengaruhnya tidak

signifikan terhadap kinerja industri kreatif dan pertumbuhan ekonomi kreatif di

Kota Makassar. Meski demikian, para pelaku industri kreatif mampu menekan

biaya pencarian informasi, biaya negosiasi dan biaya pembuatan kesepakatan

akhir sehingga menjadikan rendahnyabiaya transaksi secara keseluruhan.


Perkembangan teknologi informasi dan tersedianya paket telpon murah menjadi

faktor utama rendahnya biaya transaksi

3. Semakin baik desain kelembagaan industri kreatif akan semakin baik pula kinerja

industri kreatif dan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi kreatif

4. Biaya transaksi yang rendah pada pelaku industri kreatif tidak mempengaruhi

kinerja industri kreatif dan pertumbuhan ekonomi kreatif di Kota Makassar

5. Desain kelembagaan dan biaya transaksi pada pelaku industri kreatif di kota

makassar memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kreatif

melalui kinerja industri kreatif

7.4. Saran

1. Pemerintah Kota Makassar sebaiknya memfasilitasi para pelaku industri kreatif

untuk mendapatkan akses permodalan dari pihak investor dan menyediakan

sebuah kawasan khusus (co-working space) kepada para pelaku industri kreatif

agar semakinmeningkatkan kinerja industri kreatif di Kota Makassar

2. Pelaku industri kreatif harus terus mengembangkan kemampuannya dalam

berbagai hal seperti kemampuan mengenal pesaing dan produknya,

kemampuan mengenal kelemahan produk sendiri, kemampua membaca selera

pasar, kemampuan meyakinkan konsumen, kemampuan memenuhi

permintaan berskala besar, kemampuan mengembangkan skala ekonominya,

kemampuan melakukan penetrasi pasar, semakin meningkatkan kualitas

produk, dan meningkatkan daya kreativitas tenaga kerjanya (talent)

3. Pelaku industri kreatif seharusnya mendaftarkan seluruh hasil kreativitasnya

pada Kementerian Hukum dan HAM untuk mendapatkan perlindungan Hak


Cipta/Hak paten dan menjadikan modal kekayaan intelektual untuk

mendapatkan nilai tambah (value added)yang lebih besar

4. Kolaborasi dengan menerapkan konsep ‘quardaple Helix’ antara pelaku industri

kreatif, pemerintah, sektor perbankan dan pihak investor dan para komunitas

pengguna produk kreatif juga dibutuhkan untuk mempercepat proses

pembentukan ekosistem dan desain kelembagaan industri kreatif di Kota

Makassar

5. Meskipun biaya transaksi tidak berpengaruh terhadap kinerja industri kreatif

dan pertumbuhan ekonomi kreatif, Para pelaku industri kreatif harus tetap

selalu menekan biaya untuk menciptakan efisiensi


Daftar Pustaka

Abdillah, Willy. 2015. Partial Least Square (PLS) - Alternatif Sturctural Equation Model
(SEM) dalam Penelitian Bisnis. Andi, Yogyakarta

Ali, Irfan (2002). Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi.
Lintasan Ekonomi Vol. XIX. No.2. Juli 2002

Ardagna,S.,danA.Lusardi,(2008),ExplainingInternational DifferencesinEntrepreneurship:
TheRoleofIndividualCharacteristics and RegulatoryConstraints, NBER WorkingPaper
Series,No.14012, May.

Ardista. 2014. Generasi Millennial dalam Era Ekonomi Kreatif. Diakses melalui:
http://news.indonesiakreatif.net/gen-millennial/ tanggal: 6 November 2015

Banerjee,A.danL.Iyer,(2005),History, Institutions,andEconomicPerformance: theLegacy


ofColonialLand Tenure SystemsinIndia,AmericanEconomicReview,95(4),1190-213.

Baudry, Bernard dan Virgile Chassagnon. 2010. The Close Relation Between Organization
Theory and Oliver Williamson’s Transaction Cost Economics: A Theory of the Firm
Perspective. Journal of Institutional Economics. Vol. 6, No. 4, pp. 477–503.

Bart van BUEREN and Yi Sheng GOH, 2016. Internationalizing SMEs in Creative Industries
via Triple Helix Strategy.IJCCI vol. 3, issue 2

Biman C. Prasad, 2003. Institutiona economic and Economic Development (The


Theory of Property Rights, Economic Development, Good Governance and
The Environment). Economics Journal. Vol.30, No.6. pp.741-762

Bouquillion, Philippe, 2014. Franchophone Perspectives on Creative Industries and the Creative
Economy. Canadian Journal Of Communication; 2014; 39, 1; ProQuest pg 55

Budiono, 1994. Teori Pertumbuhan Ekonomi, edisi 1, bfe, jogjakarta

Boden, Margeret, The Creative Mind, 1990

BPS, 2016. Makassar Dalam Angka


Carla De Utra Mendes & Jose Manuel Simoes, 2014. The Creative Industries in Hongkong
and Macau: Two Sides of The Same Coin. IJCC, Volume 2, Issue 1
Cordes, Christian, Peter Richerson, Richard M Celreath, dan Pontus Strimling. 2011. How Does
Opportunistic Behavior Influence Firm Size? An Evolutionary Approach to
Organizational Behavior. Journal of Institutional Economics. Vol. 7, No. 1, pp. 1–21.

Daniel Araya and Michael Peters, 2010. Education in the Creative Economy: Knowledge and
Learning in the Age of Innovation. Peter Lang

Daniel Pink, ‘A Whole New Mind’, 2005.

Department for Culture, Media and Sport, 2011. Creative Industries Mapping Document 2001,
DCMS

Dequech, David. 2006. The New Institutional Economics and the Theory of Behaviour Under
Uncertainty. Journal of Economic Behavior & Organization. Vol. 59, pp. 109–131

Desmon HUI, 2013. The Cote d’ Azur of China: A Model Of Creative Economy for Macau. IJCC,
Volume 1, Issue 1

Douglass C. North. The New Institutional Economics and Development. Washington University,
St. Louis

Duran, Xavier dan Patrick McNutt. 2010. Kantian Ethics within Transaction Cost
Economics. International Journal of Social Economics. Vol. 37, No. 10, pp. 755-763.

Rachma Fitriani, et al. 2012. Ekonomi Kreatif: Pembelajaran Berbasiskan


Kewirausahaan Sosial dan Kewilayahan di Kota Cimahi Jawa Barat. UI-Press.
Jakarta

Fox, Glenn. 2007. The Real Coase Theorems. Cato Journal. Vol. 27, No. 3, pp. 373-
396.

Geoffrey M. Hodgson. 1998. The Approach of Intitutional Economics. Journal of Economic


Literature., Vol.36, No.1. pp.166-192

Gibbons, Robert, 2010. Transaction-Cost Economics : Past, Present, and Future.

Prepared for Scandinavian Journal of Economics

Golden. M and L. Picci. 2005. Proposal for a New Measure of Corruption, Illustrated
with Italian Data. Economics and Politics, 17 : 37-75
Guo Meijun, 2011. Creative Transformations

Hardt, Lukasz. 2009. The History of Transaction Cost Economics and its Recent
Developments. Erasmus Journal for Philosophy and Economics. Vol. 2, Issue
1, pp. 29-51.

Hartono, Jogiyanto dan Riyanto LS. Bambang. (1997). “The Effect of Asimetrical Information
and Risk Attitude on Insentive Schemes: A Contigency Approach”. Jurnal Ekonomi Dan
Bisnis Indonesia, Vol. 12, 1: 1-12

Hasan Bakhshi, Ian Hargreaves and Juan Mateos-Garcia, A Manifesto for the Creative
Economy, NESTA, 2013

Helpmen, E., 2008. Institutions and Economic Performance. Cambridge, Harvard University
Press

Higgs, Peter & Cunningham, Stuart, 2008. Creative Industries Mapping : Where Have
We Caome From and Where Are We Going?. Creative Industries Journal Vol.1
No.1. Intelect Ltd

Howkins, John, 2001. The Creative Economy: How People Make Money from Ideas. London:
Penguin

Howkins John, 2009. ‘Creative Ecologies: Where Thinking is a Proper Job’, UQP and
Transaction

Howkins, Jhon, 2009. ‘Creative Ecologies’, Chap 2. Penguin, 2001, 1st edition.

Howkins, John, 2013. ‘The Creative Economy’, Penguin, 2001, 2nd edition

Istiandari.R.,2009. Local Economic Govenrnance and Social Welfare in Indonesia, KPPOD


Brief, May-June

Jaya Mindra, dan Sumertajaya, 2008. Pemodelan persamaan struktural dengan Partial Least
Square. Semnas Matematika dan Pendidikan matematika

Jhingan, M.L. 2014. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Edisi 3, Jakarta.

Rajawali Pers
Knack, S and P. Keefer.1995. Institutions and Economic Performance: Cross-Country Tests
Using Alternative Institutional Measures. Economics and Politics, 7(3): 207-27

Knack, S and P. Keefer.1997. Why Dont Poor Countries Catch Up. A Cross National Test of an
Institutional Explanation. Economic Inqury, 35(3): 590-602

Komsan Suriya. 2012. The creative economy: How people makes money from ideas.
The Empirical Econometrics and Quantitative Economics Letters Volume 1,
Number 4 (September 2012), pp.180–182. Diakses dari:
http://www.jyoungeconomist.com/images/stories/EEQEL_V1_N4_December_20
12_pp_180 _182_Book_Review(1).pdf tanggal: 6 November 2015

Kong, Lily and Justin O’Connor, 2014. Creative Economies, Creative Cities

Krueger, A.O.1974. The Political Economy of the Rent-Seeking Society. American Economic
Review, 64(3): 291-303

Kuswanti, 2005. Knowledge Based Economy Sebagai Basis Peningkatan Daya Saing.
Proceeding, Seminar Nasional PESAT. ISSN: 18582559

Mahmud Syarif, dkk. 2015. Analisis Perkembangan dan Peran Industri Kreatif Untuk
Menghadapi Tantangan MEA 2015. Prosiding SNIT 2015. Hal B-27

Malcolm Rutherford, 2001. Institutional Economics: Then and Now. Journal of Economic
Perspective, Vol.15, Number 3, pages 173-194

Martinaityte, E, Kregzdaite, R. 2015. The Factor of Creative Industries Development In


Nowadays Stage. Economy and Sociology, Vo. 8, No.1, pp.55-70

Masymulyadi. 2010. Ekonomi Kelembagaan; Genre Baru Studi Ekonomi di


Indonesia. (http://ekonomi kelembagaan/43.htm, Online: diakses 1 juni 2011)
Meramveliotakis, Giorgos dan Dimitris Milonakis. 2010. Surveying the Transaction Cost
Foundations of New Institutional Economics: A Critical Inquiry. Journal of Economic
Issues. Vol. XLIV, No. 4, pp. 1045-1071.

Newbigin, Jhon. 2010. The Creative Economy : An Introductory Guide. British Council’s
Creative and Cultural Economy Series/1. The British Council. England

Nicole Chang, dkk, 2015. Prospect Of Penang as a Creative City: A Conceptual Discussion.
IJCC, Volume 3, Issue 1
Nitisusastro, 2009. Kewirausahaan Dan Manajemen Usaha Kecil. Alfabeta

Norsafini Jafar & Rahma Bujang, 2015. Creative Reinvention of Joget Gamelan in Malaysia.
IJCC, Volume 3, Issue 1

Ooi, Can-Seng, 2011. Subjugated in The Creative Industries. Culture Unbound, Volume 3,
2011: 119-137. Linkoping University Electronic Press

O’Connor, Justin, 2010. The Cultural and Creative Industries : A Literatur Review. 2nd Edition.
Creative, Culture and Education Series

Paul A. David, 1994. Why Are Institution The ‘Carriers of History’?: Path Dependence and The
Evolution of Conventions, Organizations, And Institutions. Structural Change and
Economic Dynamic, Vol.5, No.2

Pedro Buitrago and Ivan Duque, 2013.The Orange Economy: An Infinite Opportunity.Inter-
American Development Bank

Pessali, Huascar F. 2006. The Rhetoric of Oliver Williamson’s Transaction Cost


Economics. Journal of Institutional Economics. Vol. 2, No.1, pp. 45-65.

Peuter de Greig, 2011. Creative Economy and Labor Precarity: A Contested Convergence.
Journal of Commnication Inqury. SAGE

Prasad, C.Biman, 2003. Institutional Economics and Economic Development. The Theory of
Property rughts, economic development, good governance and the environment.
International Journal od Social Economics Vol.30, No.6. Emerald

Primadona, 2008. Peran Penting Trust Sebagai Energi Pembangunan Masyarakat. Jurnal
Ekonomi dan Bisnis. Vol.3, No.1

Purbayu Budi Santoso, 2008. Relevansi dan Aplikasi Airan Ekonomi Kelembagaan. Jurnal
Ekonomi Pembangunan, Vol.9, No.1. hal. 46-60

Quibria, M.G., 2006. Does Governance Matter? Yes, No, or Maybe: Some Evidence from
Developing Asia. Kyklos, 59(1): 99-114
Richard Florida, 2009. ‘Who's Your City?: How the Creative Economy Is Making Where to Live
the Most Important Decision of Your Life

Robert S Kaplan and David Norton. 2004, ‘Strategy Maps: Converting Intangible Assets into
Tangible Outcomes’,International Accounting Standards, and ‘IAS 38: Intangible
Assets’, revised 12 May 2016

Ronald Coase, 1998. The New Institutional Economics. The American Economic Review.
Vol.88, Issu 2. Page 72-74. ISSN. 00028282

Rothbard. N Murray, 2012. An Austrian Perspective on the History of Economic Thought.


Misses Institute

Sent, Esther-Mirjam. 2005. Simplifying Herbert Simon. History of Political Economy. Vol. 37, No.
2, pp. 227-232.

Sigmund Warner & Tsukamoto, 2007. An Institutional Economic Reconstruction Of Scientific


Management: On The Lost Theoritical Logic of Taylorism. Academic of Management
Review, Vol. 32, No1, 105-117

Steve Denning, 2014. Navigating The Phase Change To The Creative Economy, Forbes

Terry Flew, 2011. The Creative Industries: Culture and Policy

Tofler, Alfin. 1980. The Future Shok “Third Wave”. New York : Bantam Book

Togar M. Simatupang. 2008. Peluang dan Tantangan Ekonomi Kreatif. MBA-ITB


Business Review, volume 3 No.1

UNCTAD, Creative Economy Report 2013, UNCTAD

Vianti, A. 2010. Ekonomi Kelembagaan


(http://annisaavianti.wordpress.com/2010/06/13/ekonomi-kelembagaan/.html, diakses
29 Maret 2016)
Williamson, Oliver. 2010. Transaction Cost Economics: The Natural
Progression.American Economic Review. Vol. 100, No. 3, pp. 673–690.

Williamson E. Oliver, 1981. The Economics of Organization : The Transcation Cost


Approach. American Journal of Sociology, Volume 87, Issue 3; 548-577. J
STOR
Yustika. AE, 2013. Ekonomi Kelembagaan : Paradigma, Teori, dan Kebijakan. Jakarta.
Erlangga

Yustika. EA. 2011.New Institutional Economics Atau Ekonomi Kelembagaan : Definisi,


Teori Dan Aplikasi. (Online) (http://romagia.wordpress.com/nie/new-
institutional-economics-atau-ekonomikelembagaan-definisi-teori-dan-
aplikasi/.html, diakses 29 Maret 2011)

Yustika, A.E. 2006.Ekonomi Kelembagaan: Definisi, Teori, dan Strategi. Malang: Bayu Media.

Zabidi, 2015. Pengukuran dan Analisis Kinerja Industri Kreatif Gerabah Kasongan Bantul Guna
Meningkatkan Daya Saing dan Kekuatan Daerah. Jurnal Angkasa, Volume VII nomor 1

Zafirovski, Milan. 2008. Classical and Neoclassical Conceptions of Rationality—Findings of an


Exploratory Survey. The Journal of Socio-Economics. Vol. 37, pp. 789–820.

Zakiul.J. 2014. Indonesia dalam Menghadapi Era Baru Ekonomi Kreatif. Diakses melalui:
http://news.indonesiakreatif.net/era-ekonomi-kreatif/ tanggal: 6 November 2015
Zimmerer, Scarborough. 2008. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil2 edisi 5.
Salemba empat

Zuhdi, U. 2014. Analyzing The Role of Creative Industries in National Economy of Japan : 1995-
2005. Open Journal of Applied Science, 4, 197-211
Kuesioner Penelitian

Pertumbuhan Ekonomi Kreatif :


Analisis Biaya Transaksi Dan Desain Kelembagaan
(Studi Pada Pelaku Industri Kreatif Di Kota Makassar)

Oleh :
ZULKARNAIN BASIR

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017

Nama Responden : ...................................................

Subsektor Industri :

1 Kuliner 2 Periklanan 3 Aplikasi & Game


Developer
Beri tanda (X) pada Subsektor yang digeluti

Nama Tempat Usaha : ...................................................


Tahun Pendirian Usaha : ………………………………..
Jumlah Cabang Usaha : …………………………………
Alamat Usaha : …………………………………
Jumlah Karyawan : …………………………………
Hari/Tanggal : ...................................................
Tanda Tangan : ...................................................
PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN PENELITIAN (ANGKET)

1. Untuk mengisi identintas, bapak/ibu cukup mengisi titik atau coret yang tidak perlu
2. Mohon bapak/ibu memberikan jawaban yang sebenarnya sesuai dengan kondisi yang atau fakta yang
dirasakan.
3. Jawaban yang bapak/ibu berikan kami jamin kerahasiaannya dan hanya dipergunakan sebatas untuk
kepentingan penelitian serta tidak memberikan pengaruh negatif baik secara pribadi maupun pada
perusahaan.
4. Berilah tanda (X) pada kolom sesuai dengan jawaban Bapak/Ibu/Saudara, dan kemukakan alasan
terhadap setiap alternatif pilihan/jawaban yang disediakan dalam pertanyaan kuesioner adalah :

 Sangat Baik/Sangat Setuju (SS) Point 5

 Baik/Setuju (S) Point 4

 Netral (N) Point 3

 Tidak Baik /Tidak Setuju (TS) Point 2

 Sangat Tidak Baik /Sangat Tidak Setuju (STS) Point 1

Identintas Responden :

1. Nama : …………………………………………………(boleh tidak diisi)

2. Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Umur : ≤ 20 Thn. 31 - 40 Thn. ≥ 51 Thn.


21 - 30 Thn.41 - 50 Thn.

4. Status Pernikahan : Menikah Belum menikah

5. Pendidikan terakhir : Tidak Sekolah SMP Diploma


SD SMU Sarjana

7. Pekerjaan Lainnya : Tidak ada. Karyawan Swasta. TNI/Polri


(Sampingan dan
Buruh. Pegawai Negeri Sipil
sejenisnya)
8. Alamat :…………………………………………………………….

*) Coret yang tidak perlu


Berilah Tanda (X) pada jawaban yang dipilih
Alternatif Jawaban
No. Pernyataan
SS S N TS STS
1 Pada tahap pra produksi, saya mengeluarkan biaya dalam
mencari informasi 5 4 3 2 1
Pada Tahap Pasca produksi, saya mengeluarkan biaya dalam
2 5 4 3 2 1
mencari informasi
Total biaya pada proses pencarian informasi tergolong Tinggi
3
dari standar biaya yang seharusnya saya keluarkan 5 4 3 2 1

Total biaya pada proses pencarian informasi tergolong Rendah


4
dari standar yang seharusnya saya keluarkan 5 4 3 2 1

5 Pada tahap pra produksi, saya mengeluarkan biaya pada saat


melakukan tawar menawar (negosiasi) dengan klien 5 4 3 2 1
Pada Tahap Pasca produksi, saya mengeluarkan biaya pada saat
6 5 4 3 2 1
melakukan tawar menawar (negosiasi) dengan klien
Total biaya yang saya keluarkan pada proses Negosiasi tergolong
7
Tinggi 5 4 3 2 1

Total biaya yang saya keluarkan pada proses Negosiasi tergolong


8
Rendah 5 4 3 2 1

9 Pada tahap pra produksi, saya mengeluarkan biaya pada proses


pembuatan Kesepakatan Akhir 5 4 3 2 1
Pada Tahap Pasca produksi, saya mengeluarkan biaya pada
10 5 4 3 2 1
proses pembuatan Kesepakatan Akhir
Total biaya yang saya keluarkan pada proses pembuatan
11
Kesepakatan Akhir tergolong Tinggi 5 4 3 2 1

Total biaya yang saya keluarkan pada proses pembuatan


12
Kesepakatan Akhir tergolong Rendah 5 4 3 2 1

13 Saya mengetahui adanya kebijakan pemerintah kota Makassar


terkait pengembangan Industri Kreatif 5 4 3 2 1
Kebijakan Pemerintah kota Makassar telah mendorong
14 5 4 3 2 1
pertumbuhan industri kreatif di kota Makassar
Kebijakan Pemerintah kota Makassar telah sesuai dengan
15 5 4 3 2 1
kebutuhan usaha saya
Kebijakan Pemerintah kota Makassar telah mendorong
16 5 4 3 2 1
pertumbuhan usaha saya

17 Saya mengetahui adanya program pembinaan pemerintah kota


Makassar kepada para pelaku industry kreatif 5 4 3 2 1
Saya pernah mengikuti Program pembinaan Pemerintah kota
18
Makassar sebagai pelaku industry kreatif dikota Makassar 5 4 3 2 1

Program pembinaan pemerintah kota Makassar terkait


19 4 3 2 1
pengembangan industry kreatif telah mendorong pertumbuhan 5
usaha saya

Program pembinaan pemerintah kota Makassar terkait


20 4 3 2 1
pengembangan industry kreatif rutin dilaksanakan setiap tahun 5

21 Saya mengetahui adanya program bantuan dan permodalan oleh


pemerintah kota Makassar kepada para pelaku industry kreatif 5 4 3 2 1
Saya pernah mendapatkan bantuan permodalan dari Pemerintah
22
kota Makassar sebagai pelaku industry kreatif dikota Makassar 5 4 3 2 1

Bantuan Permodalan dan Pembiayaan pemerintah kota Makassar


23 4 3 2 1
terkait pengembangan industry kreatif telah mendorong 5
pertumbuhan usaha saya

Bantuan permodalan dan pembiayaan pemerintah kota Makassar


24 4 3 2 1
terkait pengembangan industry kreatif rutin dilaksanakan setiap 5
tahun

25 Saya mengetahui adanya lokasi usaha khusus yang disediakan


oleh pemerintah kota Makassar kepada para pelaku industry 5 4 3 2 1
kreatif
Saya mengetahui adanya informasi yang disediakan oleh
26
pemerintah kota makassar terkait industry kreatif 5 4 3 2 1

Saya dapat dengan mudah dapat mengakses lokasi usaha yang


27 4 3 2 1
telah disediakan oleh pemkot makassar 5

Saya dapat dengan mudah mengakses informasi yang telah


28 4 3 2 1
disediakan oleh pemkot Makassar 5

29 Saya memulai usaha saya dengan modal sendiri


5 4 3 2 1
Saya lebih suka menggunakan modal sendiri untuk
30 5 4 3 2 1
mengembangkan usaha dibanding modal dari perbankan atau
investor

Saat ini saya butuh modal sendiri untuk mengembangkan usaha


31 5 4 3 2 1

32 Saya memulai usaha saya dengan modal Perbankan


5 4 3 2 1
Saya lebih suka menggunakan modal Perbankan untuk
33 5 4 3 2 1
mengembangkan usaha dibanding modal sendiri atau investor
Saat ini saya butuh modal Perbankan untuk mengembangkan
34 5 4 3 2 1
usaha

35 Saya memulai usaha saya dengan modal Investor


5 4 3 2 1
Saya lebih suka menggunakan modal investor untuk
36 5 4 3 2 1
mengembangkan usaha dibanding modal sendiri atau perbankan

Saat ini saya butuh modal investor untuk mengembangkan usaha


37 5 4 3 2 1

38 Saya memiliki kemampuan membaca selera pasar


5 4 3 2 1
Saya Mengenal pesaing dan produknya dengan baik
39 5 4 3 2 1
Saya Mengenali kelemahan dan keunggulan produk saya dengan
40 5 4 3 2 1
baik
Saya memiliki tenaga kerja pemasaran yang cukup
41 5 4 3 2 1
Produk Saya telah memenuhi Standar kualitas yang baik
42 5 4 3 2 1
Saya mampu memenuhi permintaan konsumen dalam jumlah
43 5 4 3 2 1
besar
Saya mampu melakukan penetrasi pasar karena memiliki produk
44 5 4 3 2 1
yang mampu bersaing deng produk lain
Saya memiliki jangkauan pemasaran skala Skala nasional dan
45 5 4 3 2 1
internasional
Saya memiliki kemampuan meyakinkan konsumen untuk
46 5 4 3 2 1
membeli produk saya

47 Saya telah memiliki Izin Usaha


5 4 3 2 1
Saya merasakan adanya kemudahan dalam Proses pembuatan
48 5 4 3 2 1
Izin Usaha

Biaya yang saya keluarkan untuk membuat Izin Usaha cukup


49 5 4 3 2 1
murah

Kepemilikan izin usaha sangat membantu perkembangan usaha


50 5 4 3 2 1
saya

51 Saya telah memiliki Tempat Produksi


5 4 3 2 1
Saya merasakan adanya kemudahan dalam mendapatkan tempat
52 5 4 3 2 1
produksi

Biaya yang saya keluarkan untuk memiliki tempat produksi


53 5 4 3 2 1
cukup murah

Kepemilikan tempat produksi sangat membantu perkembangan


54 5 4 3 2 1
usaha saya

55 Saya telah memiliki Hak Paten/Hak Cipta


5 4 3 2 1
Saya merasakan adanya kemudahan dalam mendapatkan Hak
56 5 4 3 2 1
Paten/Hak Cipta

Biaya yang saya keluarkan untuk memiliki Hak Paten/Hak Cipta


57 5 4 3 2 1
cukup murah

Kepemilikan Hak Paten//Hak Cipta sangat membantu


58 5 4 3 2 1
perkembangan usaha saya

59 Pertumbuhan penjualan saya tiap bulan mengalami peningkatan


dalam satu tahun terakhir 5 4 3 2 1

60
Pertumbuhan penjualan saya tiap tahun mengalami peningkatan
Tiga Tahun terakhir 5 4 3 2 1

61 Pertumbuhan Modal saya tiap bulan mengalami peningkatan


dalam satu tahun terakhir 5 4 3 2 1

62
Pertumbuhan modal saya tiap tahun mengalami peningkatan
selama Tiga Tahun terakhir 5 4 3 2 1

63 Tahun ini terjadi penambahan jumlah tenaga kerja saya


5 4 3 2 1
64
Tiga Tahun terakhir ini terjadi penambahan jumlah tenaga kerja
saya 5 4 3 2 1

65 Jumlah konsumen saya tiap bulan mengalami peningkatan dalam


satu tahun terakhir 5 4 3 2 1

66
Jumlah Konsumen saya tiap tahun mengalami peningkatan
selama Tiga Tahun terakhir 5 4 3 2 1

67 Pertumbuhan laba usaha saya tiap bulan mengalami peningkatan


dalam satu tahun terakhir 5 4 3 2 1

68
Pertumbuhan laba usaha saya tiap tahun selama Tiga Tahun
terakhir mengalami peningkatan 5 4 3 2 1
DATA POTENSI WAJIB PAJAK RESTORAN

PER KECAMATAN

TAHUN 2016

NO NPWPD NAMA WAJIB PAJAK ALAMAT WAJIB PAJAK NAMA REKENING

01 KECAMATAN MARISO

1 P2001267601001 AROMA PALOPO MAPPANYUKKI JL.MAPPANYUKKI NO.60 C RUMAH MAKAN

2 P2001198101007 BAKSO ALAM INDAH JL.A.MAPPANYUKKI NO.91 MIE

3 P2000937901001 BAKSO CIBADUYUT JL.CENDRAWASIH NO.502 MIE

4 P2001330501008 BAKSO DAMAI JL.CENDRAWASIH MIE

5 P2001000001006 BAKSO MUTIARA JL.CENDRAWASIH NO.116 MIE

6 P2001231001007 BAKSO SARI RASA JL.A.MAPPANYUKKI NO.51 MIE

7 P2001001901003 BAKSO UNGGUL JL.CENDRAWASIH NO.86 MIE

8 P2001282801001 BANZAI JAPANESE RESTO JL.CENDRAWASIH NO.69 CAFE

9 P2001130801006 CAFÉ "COFFEE BREAK" JL.CENDRAWASIH NO.134 RUMAH KOPI

10 P2001231201001 CIRCLE K JL.CENDRAWASIH NO.7 CAFÉ

11 P2001231401001 CIRCLE K JL.KASUARI NO.16 CAFÉ

12 P2000073001006 COTO MAKASSAR Jl.Gagak No.27 COTO / SOP

13 P2000111301004 COTO MAKASSAR Jl.Kakatua No.64 COTO / SOP

14 P2001018801002 COTO NUSANTARA II JL.MERPATI RUKO 02 - 3 COTO / SOP

15 P2001274101001 CV.WIRA BOGA MAKMUR / HOSHI CAFE JL.KASUARI NO.16 (18) CAFE

16 P2001326401001 DAMGO WARKOP JL.A.MAPPANYUKKI NO.37 RUMAH KOPI


17 P2001217501006 DONA DONI JL.CENDRAWASIH NO.132 CAFÉ

18 P2001262201001 ESSPREZZA COFFEE & BISTRO JL.MAPPANYUKKI NO.18 RUMAH KOPI

19 P2001303201001 KAPURUNG KASUARI JL.KASUARI NO.2 RUMAH MAKAN

20 P2000248301001 KEDAI KUE "INA" JL.CENDRAWASIH NO.23 CAFÉ

21 P2000555801005 KIOS AROMA LUWU Jl.Rajawali II No.97 CAFÉ

22 P2000045501002 KIOS FLAMBOYAN Jl.Cendrawasih No.284 CAFÉ

23 P2000042401002 KIOS HARMONIS Jl.Cendrawasih No.47 CAFÉ

24 P2000042101003 KIOS SELECTA Jl.Cendrawasih No.49 CAFÉ

25 P2000027701008 KIOS VICTORIA Jl.Cendrawasih No.208 CAFÉ

26 P2000089101003 KIOS WIN WIN Jl.Cendrawasih No.120 CAFÉ

27 RAJAWALI KOPI TIAM (RM.NEW RAJAWALI) Jl.Cendrawasih No.141(111) RUMAH MAKAN


P2000075901002
28 P2001023001001 RESTORAN D'JUKU JL.DR.RATULANGI / WISMA KALLA RUMAH MAKAN

29 P2001000501004 RM. IKAN BAKAR RICA-RICA JL.RAJAWALI II NO.104 RUMAH MAKAN

30 P2001004901007 RM. RATU MINANG Jl.DR.RATULANGI NO.62 RUMAH MAKAN

31 P2001070201001 RM. SENTOSA Jl.Mappanyukki No.50 C RUMAH MAKAN

32 P2001053601001 RM.AROMA PALOPO JL.KASUARI NO.02 RUMAH MAKAN

33 P2001195901004 RM.BARUKANG JL.MAPPANYUKKI NO.60 RUMAH MAKAN

34 P2001147901004 RM.NEW LOSARI JL.CENDRAWASIH NO.11 RUMAH MAKAN

35 P2001188301001 RM.RAJA PENYET JL.CENDRAWASIH NO.24 RUMAH MAKAN

36 P2000064801002 RUMAH KOPI Jl.Cendrawasih No.202 RUMAH KOPI

37 P2000046301006 RUMAH KOPI ALEX Jl.Cendrawasih No.248 RUMAH KOPI

38 P2000060901003 RUMAH MAKAN MAKMUR Jl.Cendrawasih No.296 RUMAH MAKAN


39 P2000066101003 RUMAH MAKAN MINAHASA Jl.Rajawali No.30A (Kom.PA) RUMAH MAKAN
RM. WAROENG RATULANGI (EX.RUMAH
40 P2001033601004 JL.DR.RATULANGI NO.72 RUMAH MAKAN
MAKAN PAK ENDUT)
41 P2000070501003 RUMAH MAKAN PELANGI Jl.Dr.Ratulangi No.50 (36) RUMAH MAKAN

42 P2000039701006 RUMAH MAKAN SINAR LABAKKANG Jl.Cendrawasih No.228 RUMAH MAKAN

43 P2000937701001 RUMAH MAKAN TOPAZ JL.CENDRAWASIH NO.177 A RUMAH MAKAN

44 P2000039801003 SOP INEM Jl.Cendrawasih No.184 (172) COTO / SOP

45 P2000943201004 WARKOP MAPPANYUKKI JL.MAPPANYUKKI NO.23 B RUMAH KOPI

46 P2001221901001 WAROENG STEAK AND SHAKE JL.CENDRAWASIH NO.180 RUMAH MAKAN

47 P2001260201001 WARUNG DH (DAPUR HARAPAN) JL.MERPATI WARUNG NASI

48 P2001262501001 WARUNG EWIN'K JL.MAPPANYUKKI NO.20 WARUNG NASI

49 P2001069401007 WARUNG KOPI PHOENAM Jl.DR.Ratulangi No.94 RUMAH KOPI

50 P2001144001001 WARUNG MAKAN MAREM JL.MERPATI WARUNG NASI

51 P2001018501001 WARUNG MBA' SRI JL.A.MAPPANYUKKI NO.3 RUMAH MAKAN

52 P2001245801007 WARUNG SUROBOYO JL.A.MAPPANYUKKI NO.97 WARUNG NASI

53 P2001336001001 FASHION FOOD CAFÉ JL.HAJI BAU NO.44 CAFÉ

54 P2001361801007 RM.RATU MUDA JL.CENDRAWASIH Rumah Makan

55 P2001361901001 PALLUMARA KEPALA IKAN KAKAP MERAH JL.CENDRAWASIH NO.20 Rumah Makan

56 P2001368001001 SOP CENDRAWASIH JL.CENDRAWASIH NO.36 Warung Nasi


56
02 KECAMATAN MAMAJANG 66

1 P2000937802001 2J CAFE JL.DR.SAM.RATULANGI NO.28 CAFÉ 72

2 P2000827302001 BAKSO LAPANGAN TEMBAK SENAYAN JL.DR.RATULANGI NO.35 MARI MIE


198
3 P2001230902011 BAKSO SARI RASA CAB.MAPPANYUKKI JL.BAJI GAU NO.3 Mie
150
4 BLACK CANYON CAFE Jl.Dr.Ratulangi mari mall RUMAH KOPI
P2000822802001 39
5 P2001209902011 BREAD SUGAR JL.CENDRAWASIH NO.287 CAFÉ
11
6 P2000619502001 CAFE LAYAR Jl.Dr.Ratulangi No.35 MARI CAFÉ
4
7 P2001255902004 CAFE MM JL.CENDRAWASIH NO.472 A CAFE
224
8 P2001075402003 CAFE MY KOPI " O " Jl.DR.Ratulangi No.32 ( Mari ) Lt.1 RUMAH KOPI
99
9 P2000812102001 D'CREPES JL.DR.RATULANGI 35 MALL RATU INDAH RESTORAN
31
10 P2001217602001 D'CREPES JL.DR.RATULANGI NO.46 RESTORAN
12
11 P2001332102003 DISTRICT 26 COFFEE SHOP JL.LANTO DG PASEWANG NO.26 CAFÉ
83
12 P2000750302001 ES TELER 77 JL.DR.RATULANGI NO.35 MARI CAFÉ
62
13 EXCELSO Jl.Dr.Ratulangi No.35 (mari) CAFÉ
P2000120002005 1107
14 P2001297402001 GASTROS JL.DR.RATULANGI NO.35 RESTORAN

15 P2001308402007 HOTEL COKLAT JL.ONTA LAMA NO.2A RESTORAN

16 P2000887602002 J.CO DONUTS & COFFEE JL.DR.RATULANGI NO.35 RESTORAN

17 P2001245602002 JUKU' EJA JL.DR.RATULANGI NO.204 WARUNG NASI

18 P2001147502006 KEDAI MALINDO JL.LANDAK BARU NO.26 CAFÉ

19 KFC MALL RATU INDAH Jl.Dr.Ratulangi No.35 (mari) RUMAH MAKAN


P2000095602001
20 P2000939402002 KIOS ATI RAJA JL.LANTO DG.PASEWANG NO.20 G RUMAH MAKAN

21 P2000042702004 KIOS CENDRAWASIH Jl.Cendrawasih No.310/382 CAFÉ

22 MC. DONALD Jl.Dr.Ratulangi No.35 (mari) RESTORAN


P2000097502001

23 P2001221402010 MIE ONTA JL.ONTA BARU NO.65 MIE

24 P2000070302004 MIE/SOP UBI Jl.Cendrawasih Lr.322 No.259 H MIE

25 P2001124402006 PAK DAENG JL.LANDAK BARU NO.12 B RUMAH MAKAN


26 P2001148002010 PALLU BASA ONTA JL.ONTA LAMA COTO / SOP

27 P2001152102002 PALLUBASA SERIGALA JL.SERIGALA COTO / SOP

28 P2001090502003 PEPPER LUNCH KAFE Jl.DR.Ratulangi Indah ( Mari Arcade R5 B / 6 ) CAFÉ

29 PIZZA HUT RESTAURANT Jl.Dr.Ratulangi No.35 (mari) RESTORAN


P2000095802001
JL.DR.RATULANGI MALL RATU INDAH LT.DASAR
30 P2001182202003 PT.OHLALA RESTO CAFÉ CAFÉ
MARI ARCADE
31 P2001130502001 QUICKLY JL.DR.RATULANGI NO.35 (MARI) RESTORAN

32 P2001322002002 RESTORAN SERUPUT JL.DR.RATULANGI NO.35 (MARI) RESTORAN

33 P2001142502004 RM. ALABAIK JL.CENDRAWASIH NO.252 RUMAH MAKAN

34 P2001281502005 RM.FARIDA JL.LANTO DG.PASEWANG NO.18 E RUMAH MAKAN

35 P2001228702002 RM.SIDODADI JL.DR.RATULANGI NO.153 Rumah Makan

36 P2000942002002 RUMAH KOPI BOOT'S JL.LANTO DG.PASEWANG RUMAH KOPI

37 P2000006302001 RUMAH MAKAN PADANG 86 Jl.Kakatua No.15 RUMAH MAKAN

38 P2000685502001 RUMAH MAKAN SEDERHANA JL.DR.RATULANGI NO. RUMAH MAKAN

39 P2000082002003 RUMAH MAKAN SETUJU BARU Jl.Kakatua No.15 RUMAH MAKAN

40 P2000052202002 RUMAH MAKAN SUMBER SARI Jl.Dr.Ratulangi No.115 RUMAH MAKAN

41 P2000051702001 RUMAH MAKAN TIRTASARI Jl.Dr.Ratulangi No.145 RUMAH MAKAN

42 P2000105802001 SAO EATING POINT Jl.Dr.Ratulangi No.35 (MRI) RESTORAN

43 P2000891102001 SARI LAUT KASUARI JL.DR.RATULANGI RUMAH MAKAN

44 P2001209802001 SHABU TEI SUKI JL.DR.RATULANGI (MALL RATU INDAH) RESTORAN

45 P2001224602001 SHARE TEA JL.DR.RATULANGI (MALL RATU INDAH) RESTORAN

46 STARBUCKS COFFEE JL.DR.RATULANGI (MALL RATU INDAH) RUMAH KOPI


P2001068302001
47 P2000974102001 TATOR COFFEE BOUTIQUE JL.DR.SAM RATULANGI NO.35 (MARI) RUMAH KOPI
48 P2001256102003 WARKOP DOTTORO JL.TUPAI NO.91 RUMAH KOPI

49 P2001230302013 WARKOP MAMARITA JL.CENDRAWASIH NO.343 Rumah Kopi

50 P2001265302010 WARKOP SERI ONTA JL.ONTA LAMA NO.88 A RUMAH KOPI

51 P2001241002008 WARKOP ZIDANE JL.SINGA NO.29 Rumah Kopi

52 P2001225402003 WARUNG AYU 65 JL.LANDAK LAMA NO.25 C WARUNG NASI

53 P2001085802002 WARUNG KOPI " KEDAI KITA " JL.Landak No.23 A RUMAH KOPI

54 P2001230202011 WARUNG MAS SHODIQ JL.BAJI GAU NO.8 Warung Nasi

55 P2000913402003 WARUNG REJEKI SOLO JL.MACAN NO.23 WARUNG NASI

56 P2000042602002 WARUNG SIDODADI Jl.Dr.Ratulangi No.147 WARUNG NASI

57 P2001287002011 WG FRIED CHICKEN JL.CENDRAWASIH NO.245 WARUNG NASI

58 P2001329902010 MIE AWA JL.VETERAN SELATAN NO.56 LR.2 MIE

59 P2001334102001 WARKOP BUNGKO JL.VETERAN SELATAN NO.325 RUMAH KOPI

60 P2001335602004 KEDAI BARISTA JL.CENDRAWASIH NO.267 RUMAH KOPI

61 P2001335402008 PEEPLE COFFEE WORKING SPACE JL.SINGA NO.22 CAFE

62 P2001336502003 WARKOP COFFEE PERMATA JL.VETERAN SELATAN NO.337 RUMAH KOPI

63 P2001340602008 HISTORI CAFÉ JL.MACAN/TUPAI NO.82 CAFÉ

64 P2001349202009 ADAPADA KEDAI RATULANGI JL.SAM RATULANGI NO.87 CAFE

65 P2001364802003 LAVANYA JL.TUPAI NO.26 Cafe

66 P2001376902001 PT.TRANS BURGER / WENDY'S JL.DR.SAM RATULANGI NO.35 Restoran

03 KECAMATAN MAKASSAR

1 P2000634303001 AYAM GORENG DOLLAR Jl.G.Bulukunyi No.16 RUMAH MAKAN

2 P2001156803004 CAFÉ 369 JL.G.LATIMOJONG NO.64 A CAFÉ


3 P2001076603004 CATERING BAMBUDEN JL.G.LATIMOJONG NO.62 CATERING

4 P2001057103002 CATERING MELATI JL.S.SADDANG IV NO.15 CATERING

5 P2001231503001 CIRCLE K JL.MONGINSIDI NO.38-40 CAFÉ

6 P2001231703006 CIRCLE K JL.VETERAN SELATAN NO.1 A CAFÉ

7 P2001195103012 COTO KUDA JL.KERUNG-KERUNG NO.29 A COTO / SOP

8 P2001224803001 COTO MAROS JL.GUNUNG BATU PUTIH COTO / SOP

9 P2001254303001 COTO MAROS JL.HARIMAU COTO / SOP

10 P2001253703012 COTO MAROS JL.KERUNG-KERUNG NO.5 COTO / SOP

11 P2001230603003 COTO MAROS JL.SUNGAI LIMBOTO Coto / Sop

12 P2001230803005 COTO MAROS JL.URIP SUMOHARJO NO.250 Coto / Sop

13 P2001317903001 CV. DE CAFFE RACER JL. RUSA NO. 1 CAFE


CV.REIGHT LIL ALAMIN/RACHMAT
14 P2001287103001 JL.RUSA NO.16 CATERING
CATERING
15 P2001222403001 DE CASSA JL.BULUKUNYI NO.35 RESTORAN

16 P2001154003003 FANG-FANG JL.NIKO BLOK I NO.7 KOMP.LATIMOJONG SQUARE RUMAH MAKAN

17 P2001253803001 IKAN BAKAR JL.GUNUNG BATU PUTIH WARUNG NASI

18 P2001153803004 IKAN BAKAR SELERA KAMPUNG JL.BAWAKARAENG NO. RUMAH MAKAN

19 P2001329603006 KEDAI KOPI PAPA ONG JL.RUSA NO.33-35 RUMAH KOPI

20 P2000031503001 KIOS MAHKOTA Jl.Rusa No.61 (53 A) CAFÉ

21 P2000049703004 KIOS MEGARIA Jl.G.Latimojong No.94 CAFÉ

22 P2000026003001 KIOS MUDA MUDI Jl.Rusa No.45A CAFÉ

23 P2001141703006 KRISPI KRIUK & DONALD BAKMI JL.MONGINSIDI NO.43 D CAFÉ

24 P2000069403003 MIE BAKSO GALA Jl.Tondongkura No.22 MIE


25 P2001296503001 MIE TITI JL.BULUKUNYI NO.37 MIE

26 P2001308303004 MOVIDA CAFÉ JL.G.LATIMOJONG NO.143 CAFE

27 P2001248303001 PALLU BASA / SATE JL.RUSA COTO / SOP

28 P2001058803004 R.M BINTANG LAUT JL.G.LATIMOJONG No.161 RUMAH MAKAN


RAJA MARTABAK & TERANG BULAN
29 P2001239203005 JL.MACCINI RAYA NO.2 Warung Nasi
MEDAN
30 P2000077403004 RESTORAN BAMBUDEN Jl.G.Latimojong No.68 RESTORAN

31 P2000005003004 RESTORAN BAMBUDEN I Jl.G.Latimojong No.55 RESTORAN

32 P2000030003004 RESTORAN BAMBUDEN III Jl.G.Latimojong No.62 RESTORAN

33 P2001242503006 RM.AYAM GORENG BAROKA JL.SUNGAI SADDANG NO.26 RUMAH MAKAN

34 P2001331603001 RM.ISTANA BERKAT JL.SUNGAI SADDANG BLOK B.16 RUMAH MAKAN

35 RM.RATU MUDA JL.Rusa No.31 RESTORAN


P2000978803006
36 P2001147803001 RM.WISATA BAHARI JL.MONGINSIDI LAMA NO.60 RUMAH MAKAN

37 P2000054103004 RUMAH KOPI Jl.Veteran Utr No.107 RUMAH KOPI

38 P2000054003004 RUMAH KOPI Jl.Veteran Utr No.113 RUMAH KOPI

39 P2000044403003 RUMAH KOPI Jl.Veteran Utr No.215 RUMAH KOPI

40 P2001230103010 RUMAH KOPI CANTON JL.VETERAN UTARA KOMP.METRO SQUARE NO.C5 Rumah Kopi

41 P2001291703004 RUMAH KOPI MAKASSAR JL.VETERAN UTARA NO.269 C RUMAH KOPI

42 P2001208403001 RUMAH KOPI TONGKAT JL.G.LATIMOJONG NO.135 A RUMAH KOPI

43 P2000049403002 RUMAH KOPI/NASI Jl.A.B.Lambogo No.2 RUMAH KOPI

44 P2000096803005 RUMAH MAKAN BOGA WIDIA Jl.Maccini Kidul No.21 RUMAH MAKAN

45 P2000067603003 RUMAH MAKAN CAHAYA PANGKEP Jl.Kerung-kerung No.19 WARUNG NASI

46 P2001081703001 RUMAH MAKAN MAKASSAR KULINER JL.Lanto Dg Pasewang No.49 RUMAH MAKAN
47 P2000054603004 RUMAH MAKAN MARYAM Jl.S.Poso No.54 RUMAH MAKAN

48 P2001290703001 RUMAH MAKAN PLATE 9 JL.GUNUNG LATIMOJONG NO.130 A RUMAH MAKAN

49 P2001242603006 SARU LAUT RUPIAH JL.G.BULUKUNYI WARUNG NASI

50 P2001230503001 SOP DAN NASI BATU PUTIH JL.BATU PUTIH Warung Nasi

51 P2001288403001 SOP LIDAH (CABANG) JL.BULUKUNYI COTO/SOP

52 P2000115403003 SOTO BETAWI Jl.Veteran Utr No.288 COTO / SOP

53 P2001317403004 VIP CAFÉ JL.G.LATIMOJONG NO.112 CAFE

54 P2001151303001 WARKOP BUNDU JL.RUSA NO.18 RUMAH KOPI

55 P2001180203001 WARKOP MAMMI 68 JL.MONGINSIDI NO.68 RUMAH KOPI


WARKOP MERK TOARCO TORAJA
56 P2001259903010 JL.G.LATIMOJONG NO.105 RUMAH KOPI
COFFEE
57 P2001180303001 WARUNG MAKAN 3 PUTRA JL.LANTO DG PASEWANG WARUNG NASI

58 P2000901203005 WARUNG SOP SAUDARA JL.KERUNG-KERUNG NO.29 COTO / SOP

59 P2000951203004 WR.MASE MASEA JL.G.LATIMOJONG NO.90 WARUNG NASI

60 P2001333303001 WARUNG NASI MBA ANGGI JL.BULUKUNYI NO.23 WARUNG NASI

61 P2001347903001 RM.TERMINAL & SEAFOOD JL.BATU PUTIH NO.60 RUMAH MAKAN

62 P2001335203006 RM. MYOUNG GA JL.VETERAN UTARA NO.298 RUMAH MAKAN

63 P2001351703006 MONOCHROME CAFE JL.BULUKUNYI NO.9 A Cafe

64 P2001352403001 DRIP COFFEE JL.VETERAN UTARA NO.394 Cafe

65 P2001354203001 CUT AND CUP JL.MONGINSIDI NO.128 Rumah Kopi

66 P2001360103006 AYAM PENYET MBAK MEGA JL.SUNGAI SADDANG LAMA NO.26 Rumah Makan

67 P2001362303001 JALANGKOTE DAN LUMPIA LASINRANG JL.MONGINSIDI BARU NO. 3 A Cafe

68 P2001364303004 WARKOP 88 JL.G.LATIMOJONG / RUKO METRO C-16 Rumah Kopi


69 P2001364503006 WARTEG UPIE JL.BULUKUNYI Warung Nasi

70 P2001366003001 WARUNG AMEL JL.BULUKUNYI Warung Nasi

71 P2001371403006 WARKOP SUNGAI SADDANG JL.S.SADDANG NO.36 Rumah Kopi

72 P2001373303003 COTO TOL NUSANTARA JL.G.LATIMOJONG Coto / Sop

04 KECAMATAN UJUNG PANDANG

1 P2001092304002 " CIRCLE ' K " Jl.Somba Opu No.226 Makassar CAFÉ

2 P2001092204001 " CIRCLE ' K " Jl.Sultan Hasanuddin No.34 Makassar CAFÉ

3 P2001233204009 888 WU JL.KARUNRUNG NO.1 CC RUMAH MAKAN

4 P2001190904001 AGAPPA FEST JL.AMANAGAPPA NO.3-5 CAFÉ

5 P2000535804005 AYAM GORENG DINAR Jl.G.Latimojong No.138 A RUMAH MAKAN

6 P2000736104008 AYAM GORENG DINAR JL.LAMADUKELLENG NO.68 RUMAH MAKAN

7 P2000847704003 AYAM GORENG DOBBY JL.LAMADUKKELLENG NO.38 (40) RESTORAN

8 P2000070104009 AYAM GORENG SULAWESI JL.INCE NURDIN NO.2 RUMAH MAKAN

9 P2000985204004 AYAM GORENG SULAWESI (IBU TINI) JL.G.LOMPOBATTANG RUMAH MAKAN

10 P2000090504006 AYAM GORENG SULAWESI BARU Jl.Pattimura No.2 RUMAH MAKAN

11 AYAM GORENG WILUJENG Jl.S.Pareman No.21 RUMAH MAKAN


P2000025204010
12 P2001220904002 AYAM PENYET PAK TJOMOT JL.PENGHIBUR NO.261 RUMAH MAKAN

13 P2001151204009 BAKSO SALEMO CAB.SUDIRMAN JL.JEND SUDIRMAN MIE

14 P2001182004009 BEAT STONE COFFEE SHOP N MUSIC Jl.Emmy Saelan No.2 RUMAH KOPI

15 P2001129704001 BEN'Z BAKERY JL.KAJAOLALIDO NO.2 C CAFÉ

16 P2001232804001 BISTROPOLIS JL.SLT.HASANUDDIN NO.18 A CAFÉ

17 BLACK CANYON CAFÉ JL.PATTIMURA NO.5 CAFÉ


P2001059004006
JL.S.SADDANG KOMP.RUKO
18 P2001247104005 BU CO'MO WARUNG NASI
LATANETE D.16
19 P2000712204003 CAFE & REST MADAM WONG JL.LAGALIGO NO.4 CAFÉ

20 P2000570404003 CAFE PESONA Jl.Lasinrang No.11 B CAFÉ

21 P2001242204001 CAFÉ THE BOSS JL.BONTOLEMPANGAN NO.51 CAFÉ

22 P2000074404001 CANDY BAKERY JL.USMAN JAFFAR CAFÉ

23 P2001085304004 CATERING RUNTONO Jl.G.Bawakaraeng No.90 CATERING

24 P2001291404003 CELEBES CAFÉ JL.ARIEF RATE NO.1 CAFE

25 P2001176604003 CHOCO BAKERY JL.LASINRANG NO.24 CAFÉ

26 COFFE SHOP LOSARI JL.PENGHIBUR CAFÉ


P2001108004002
27 COFFE SHOP RATULANGI Jl.Dr.Ratulangi CAFÉ
P2000927004003
28 P2001322704001 COFFEE SHOP KFC HASANUDDIN JL.SULTAN HASANUDDIN NO.16 CAFE

29 P2000044604004 COTO MAKASSAR Jl.G.Tinggimae No.34 COTO / SOP

30 P2001195704002 COTO MAKASSAR JL.SULTAN HASANUDDIN COTO / SOP

31 P2001327104002 CV.PUTRA SEJAHTERA / ROEMAH PODJOK JL.DATUMUSENG NO. 2 A RESTORAN

32 P2000957404006 DE SUSHI JL.PATTIMURA NO.23 RESTORAN

33 P2001038704002 DE'DE KEDAI KUE / ROTI JL.DATU MUSENG NO.32 CAFÉ

34 DONALD BAKERY Jl.Karunrung No.3 CAFÉ


P2000025904009
35 P2000788304003 PT. SELERA INTER JAYA / DUNKIN DONUTS JL.SULTAN HASANUDDIN NO.53 RESTORAN

36 P2001300804005 ES PUTAR PAPA BON JL.G.NONA NO.46 MINUMAN DINGIN

37 P2000815004008 ES TELER 77 JL.SOMBA OPU NO.277A MINUMAN DINGIN


JL.U.PANDANG NO.4 (KAMPUNG
38 P2000995104006 FASHION 55 CAFÉ
POPSA LT.2)
39 P2001291804009 GEROBAK COKLAT JL.KARUNRUNG NO.1 E CAFE
40 P2001216904001 GOLDEN SUK1 JL.SULTAN HASANUDDIN NO.6 RESTORAN

41 P2001314104003 HOLLAND BAKERY ARIEF RATE CAFE

42 P2001153004002 HOSTARIA NUMERO UNO JL.DAENG TOMPO NO.29 CAFÉ

HOTEL NOVOTEL MAKASSAR


43 P2001298304009 JL.CHAIRIL ANWAR NO.28 RESTORAN
(REST.SQUARE)

44 P2000840604001 HOTEL SANTIKA (CAFÉ KALOSI) JL.SULTAN HASANUDDIN NO.40 RESTORAN

45 P2001082204002 IKAN BAKAR ANJUNGAN JL.Penghibur No.55 WARUNG NASI

46 P2000989404006 KAMPUNG POPSA JL.U.PANDANG NO.14 RESTORAN

47 P2000998904006 KEDAI DAPOER SULAWESI JL.PATTIMURA C.5 RESTORAN

48 KFC HASANUDDIN Jl.Sultan Hasanuddin No.16 RESTORAN


P2000019504001
49 KFC LOSARI JL.PENGHIBUR RESTORAN
P2001089204002
50 KFC RATULANGI Jl.Dr.Ratulangi RESTORAN
P2000919804003
51 P2001141904006 KILLINEY BOSOWA JL.JEND.SUDIRMAN NO.5 CAFÉ

52 P2000094404008 KIOS 88 Jl.Y.Latumahina No.51 CAFÉ

53 P2000044504004 KIOS ALASKA Jl.G.Bawakaraeng No.22/6 CAFÉ

54 P2000061804003 KIOS ANUGERAH Jl.Lagaligo No.20 CAFÉ

55 P2000031304004 KIOS ASYUD Jl.G.Lompobattang No.107 (83) CAFÉ

56 P2000082904005 KIOS ATI RAJA Jl.G.Merapi No.170 CAFÉ

57 P2001070404005 KIOS ATI RAJA Jl.Gunung Nona No.4 AB CAFÉ

58 P2000663804002 KIOS FIRDA Jl.INCE NURDIN NO.1 AA CAFÉ

59 P2001312104002 KIOS HAWAI JL.RANGGONG NO.61(75) RUMAH MAKAN

60 P2000578604006 KIOS HOKKY Jl.Penghibur No.1 E CAFÉ

61 P2000077204006 KIOS INDOSARI Jl.Emmy Saelan No.15 CAFÉ


62 P2000035404003 KIOS JALANGKOTE LASINRANG Jl.Lasinrang No.11 A CAFÉ

63 P2000034704003 KIOS LAGALIGO Jl.Y.LATUMAHINA NO.1A CAFÉ

64 P2000036004004 KIOS LOMPOBATTANG Jl.G.Lompobattang No.133 (89) CAFÉ

65 P2000971304002 KIOS LOMPOBATTANG JL.RANGGONG NO.2 A CAFÉ

66 P2000038804003 KIOS MULIA Jl.Lasinrang No.8-10 CAFÉ

67 P2000052304003 KIOS NIAGARA Jl.Arief Rate No.25 CAFÉ

68 P2000042904006 KIOS NYUK NYANG Jl.Samiun No.23 MIE

69 P2000541904006 KIOS PANTAI INDAH Jl.Penghibur No.27 CAFÉ

70 P2000106804006 KIOS PELANGI INDAH Jl.Penghibur No.16 CAFÉ

71 P2000035204002 KIOS RATNA JUWITA Jl.Ranggong No.27 CAFÉ

72 P2000034804006 KIOS SEMARANG Jl.Penghibur No.20 CAFÉ

73 P2000043004002 KIOS SENTOSA Jl.Penghibur No.26 CAFÉ

74 P2000034604001 KIOS SWADAYA Jl.A.Yani No.10 CAFÉ

75 KMB HASANUDDIN Jl.Sultan Hasanuddin No.16 RESTORAN


P2000019504001
76 P2001033504003 KOPI TIAM OEY JL.ARIEF RATE NO.23 B RUMAH KOPI

77 P2001330904009 LIBERICA CAFÉ JL.BOTOLEMPANGAN NO.34 CAFÉ

78 P2000059904003 LUMPIA SULAWESI Jl.Lasinrang No.11 C CAFÉ

79 P2000108304003 MAM'S CAFE Jl.Lagaligo No.31 (2) CAFÉ

80 P2001140004006 MIE AWA JL.PATTIMURA MIE

81 P2000842604008 MIE HOKKY JL.LAMADUKELLENG NO.34 MIE

82 P2000080804005 MIE MASSE SOLO Jl.G.Merapi No.213 MIE

83 P2000041704002 MIE PANGSIT Jl.Ranggong No.53 (39) MIE


84 P2000057504004 MIE PANGSIT Jl.S.Poso No.17 MIE

85 P2001295104005 MIE PANGSIT PALU JL.GUNUNG MERAPI NO.172 MIE

86 P2000784504001 MIE TITI JL.DATUMUSENG NO.23 MIE

87 P2001025704001 MY PLACE CAFE JL.KAJAOLALIDO NO.03 CAFÉ

88 P2001295004003 NAGOYA JAPANESE FUSION RESTO JL.LASINRANG NO.28 RESTORAN

89 P2001254404008 NEW KIOS IRIAN JL.LAMADUKELLENG NO.72 RUMAH MAKAN

90 P2001298604003 NEW MAKASSAR SEAFOOD JL.ARIEF RATE NO.3 RUMAH MAKAN

91 P2000060704006 NEW SHOGUN JAPANESE RESTORANT Jl.Penghibur No.2 RESTORAN

92 P2001310104009 NUMERICCA 29 JL.BONTOLEMPANGAN NO.29 CAFE

93 P2000949404001 OBONK STEAK & REBS JL.BOTOLEMPANGAN NO.37 RESTORAN

94 P2000874604009 OTO BENTO JL.SULTAN HASANUDDIN 24 C RESTORAN

95 P2000065704004 PANGSIT MIE MEDAN Jl.G.Merapi No.234 MIE

96 P2001190804003 PELANGI CAFÉ JL.USMAN JAFFAR NO.1 CAFÉ

97 P2001146004003 PISA KAFE JL.BOTOLEMPANGAN NO.58 CAFÉ

98 P2001086804002 PISANG GORENG NUGGET Jl.Ranggong No.1 RUMAH KOPI

99 PIZZA HUT Jl.AHMAD YANI KAREBOSI LINK RESTORAN


P2000927104001
100 PIZZA HUT JL.DR.RATULANGI NO.16 RESTORAN
P2001072104003
101 P2000077304005 PIZZA RIA CAFÉ JL.G.LATIMOJONG NO.152 CAFÉ

JL.S.SADDANG KOMP.RUKO
102 P2001239804005 PT.FOODS BEVERAGES INDONESIA RESTORAN
LATANETE PLAZA

103 P2001298404002 PT.HOTEL PANTAI GAPURA JL.PASAR IKAN NO.8(10) RESTORAN

104 P2000048104006 PT.LOSARI BEACH MAKASSAR JL.PENGHIBUR NO.10 RESTORAN


PT.MEGAH PUTRA HOTEL/HOTEL ASTON JL.SULTAN HASANUDDIN NO.10
105 P2001296304001 RESTORAN
MAKASSAR LANTAI 1
PT.MEGAH PUTRA HOTEL/HOTEL ASTON JL.SULTAN HASANUDDIN NO.10
106 P2001296204001 CAFE
MAKASSAR LANTAI 19
PT.MEGAH PUTRA HOTEL/HOTEL ASTON JL.SULTAN HASANUDDIN NO.10
107 P2001296104001 RESTORAN
MAKASSAR LANTAI 20
JL.U.PANDANG NO.04 (KAMPUNG
108 P2001130704001 QUICKLY RESTORAN
POPSA)
109 P2000356704001 RATU GURIH JL.LAMADUKELLENG NO.G9 RUMAH MAKAN

110 RESTO HADE Jl.Lamadukelleng RESTORAN


P2000948404009
111 P2001291104001 RESTORAN HAMNIGA JL.SULTAN HASANUDDIN NO.31 RESTORAN

112 P2001300304001 RESTORAN HOTEL SINGGASANA JL.KAJAOLALIDO NO.16 RESTORAN

113 P2001257604002 RESTORAN PUALAM HL.MUCHTAR LUTHFI RESTORAN

114 P2001070004001 RM AROMA CELEBES Jl.Sultan Hasanuddin No.31 RUMAH MAKAN

115 P2001141804003 RM. DAPUR SEAFOOD JL.LASINRANG NO.55 RUMAH MAKAN

116 P2000731804001 RM.BAHARI JL.Y.LATUMAHINA NO.18 RUMAH MAKAN

117 P2001249404009 RM.BAKUL BAMBU JL.LAMADUKELLENG NO.4 RUMAH MAKAN

118 P2001301804010 RM.BEBEK PAK JANGGUT JL.G.LATIMOJONG NO.106 RUMAH MAKAN

119 P2001297504002 RM.CAK UCUP JL.SOMBA OPU NO.253 RUMAH MAKAN

120 P2001013004008 RM.CH SEAFOOD JL.ARIF RATE NO.2 A RUMAH MAKAN

121 RM.ISTANA LAUT Jl.Datumuseng RESTORAN


P2000023904003
122 P2000961104008 RM.LOSARI JL.LAMADUKELLENG NO.29 RUMAH MAKAN

123 P2001262804001 RM.MARINA SEAFOOD JL.LAGALIGO NO.29 RUMAH MAKAN

124 P2001140304004 RM.NASI GORENG OKE JL.G.BULUSARAUNG RUMAH MAKAN

125 P2001016904008 RM.NEW DINAR JL.LAMADUKELLENG NO.26 RUMAH MAKAN

126 P2001178204001 RM.NEW LAY JL.A.MAKKASAU NO.3 RUMAH MAKAN

127 P2001181304002 RM.NEW SINGAPORE JL.MUHTAR LUTFI RUMAH MAKAN


128 P2001294704002 RM.PALOS JL.SOMBA OPU NO.257 RUMAH MAKAN

129 P2000961304001 RM.SUNCITY JL.LASINRANG NO.11 D RUMAH MAKAN

130 P2001328404002 RM.TANJUNG JL.YOSEPH LATUMAHINA NO.6 RUMAH MAKAN

131 P2000703404001 RM.YAM MIE JL.G.NONA NO.37 RUMAH MAKAN

132 P2001048604005 ROTI OLYMPIC JL.G.MERAPI NO.187 CAFÉ


RR AUDIO PRODUCTION CV / HOTEL
133 P2001317504002 JL. DAENG TOMPO NO. 28 CAFE
IMPERIAL
134 P2000069504004 RUMAH KOPI Jl.G.Lompobattang No.190 RUMAH KOPI

135 P2000042804003 RUMAH KOPI Jl.Lasinrang No.53/43 RUMAH KOPI

136 P2000078304006 RUMAH KOPI Jl.Pasar Ikan No.25 RUMAH KOPI

137 P2000041504001 RUMAH KOPI GEMBIRA Jl.Kajaolaliddo No.16 RUMAH KOPI

138 P2000068304006 RUMAH KOPI JOHAN Jl.H.Borra No.22 RUMAH KOPI

139 P2000044904003 RUMAH KOPI SAHABAT Jl.Lagaligo No.26 RUMAH KOPI

140 P2000877804002 RUMAH MAKAN 999 JL.SOMBA OPU NO.271 RUMAH MAKAN

141 P2000012804002 RUMAH MAKAN ANUGRAH Jl.Somba Opu No.215 RUMAH MAKAN

142 P2000046804005 RUMAH MAKAN BIBI Jl.G.Lokon No.7 B WARUNG NASI

143 P2000047904002 RUMAH MAKAN BUBUR MANADO Jl.Ranggong No.71 RUMAH MAKAN
JL.SAWERIGADING NO.10
144 P2000998804001 RUMAH MAKAN COBEK COBEK RUMAH MAKAN
(EX.JL.AMANAGAPPA NO.07)
145 P2000023404002 RUMAH MAKAN FLORIDA Jl.Ranggong No.69 RUMAH MAKAN

146 P2000046104006 RUMAH MAKAN MAKASSAR Jl.Pasar Ikan No.23 RUMAH MAKAN

147 P2000995004003 RUMAH MAKAN MAS DAENG Jl.ARIEF RATE NO.25 RUMAH MAKAN

148 P2000107804002 RUMAH MAKAN NELAYAN Jl.Ali Malaka No.25 RUMAH MAKAN

149 P2000060204006 RUMAH MAKAN NYOTO Jl.Somba Opu No.140 RUMAH MAKAN
150 P2000045804004 RUMAH MAKAN PADANG Jl.G.Lompobattang No.60 (84) RUMAH MAKAN

151 P2000933604003 RUMAH MAKAN PASIR PUTIH SULAWE JL.LAGALIGO NO.1 RUMAH MAKAN

152 P2000048004004 RUMAH MAKAN RAMAYANA Jl.G.Lompobattang No.109 (85) RUMAH MAKAN

153 P2000034304002 RUMAH MAKAN RANGGONG Jl.Ranggong No.13 RUMAH MAKAN

154 P2000793604004 RUMAH MAKAN RASIAH JL.G.MERAPI NO.06 RUMAH MAKAN

155 P2000038104003 RUMAH MAKAN SARI WANGI Jl.Lasinrang No.26 RUMAH MAKAN

156 P2000996904003 RUMAH MAKAN TAMBAK IKAN Jl.ARIEF RATE NO.39 RUMAH MAKAN
Jl.Datu Museng No. 34 (Ex. Jl.Somba
157 P2000091204002 RUMAH MAKAN TERANG BARU RUMAH MAKAN
Opu No.263)
158 P2000742104003 RUMAH MIE JL.BOTOLEMPANGAN NO.35 MIE

159 P2000057904004 RUNTONO RESTORANT Jl.G.Bawakaraeng No.90 RESTORAN

160 P2001306304008 SAMUDRA SEAFOOD JL.LAMADUKELLENG NO.30 RESTORAN

161 P2001192304004 SATE GUNUNG MERAPI JL.S.POSO NO.1 RUMAH MAKAN

162 P2001172504003 SOHO CAFÉ JL.LASINRANG NO.10 CAFÉ

163 P2000035604004 SOP KONRO KAREBOSI Jl.G.Lompobattang No.135 (41) COTO / SOP

164 P2000070004006 SOTO BANJAR Jl.W.R.Supratman COTO / SOP

165 P2001180404002 SUNACHI QUALITY JL.SOMBA OPU NO.265 RESTORAN

166 P2001223504001 SUSHI HANA JL.USMAN JAFAR NO.2 D RESTORAN

167 P2001197204001 SUSHIE TEI JL.PATTIMURA NO.I BARU RESTORAN

168 P2001331504003 TERANG BULAN GRANDE JL.LAGALIGO NO.28 CAFE

169 P2000977004002 TOKYO RICE BURGER'S JL.PENGHIBUR NO.2 CAFÉ

170 P2000036504006 TURI IKAN BAKAR Jl.AMANAGAPPA NO.1 RUMAH MAKAN

171 P2000997304006 WARKOP DOTTORO JL.PATIMURA NO.19 RUMAH KOPI


172 P2001241504004 WARTEG REZA JL.G.LOMPOBATTANG NO.120 Warung Nasi

173 P2001241604004 WARUNG DAPUR AROMA JL.G.LOMPOBATTANG NO.70 Warung Nasi

174 P2001178104008 WARUNG DAPUR SELERA (RM.CEPY ) JL.DATUMUSENG NO.23 A RUMAH MAKAN

175 P2001292604002 WARUNG KALIMA (CV) JL.SULTAN HASANUDDIN NO.32 WARUNG NASI

176 P2000031804002 WARUNG MAKAN SEGAR LAE-LAE Jl.Datu Museng No.28 WARUNG NASI

177 P2001239304010 WARUNG MAKAN WENANG JL.GUNUNG LOKON NO.52 WARUNG NASI

178 P2000084704002 WARUNG PECAL Jl.Ranggong No.39 WARUNG NASI

179 P2000078404006 WARUNG PONOROGO Jl.Wahab Tarru No.21 WARUNG NASI

180 P2000085104005 WARUNG RIDWAN Jl.G.Merapi No.227 WARUNG NASI

181 P2001316304001 WOODY DO JL.ACHMAD YANI NO.7 RESTORAN

182 P2001312004006 YAMMIE JL.PENGHIBUR NO.40 MIE

183 P2001051204009 ZODIAC CAFE JL.BOTOLEMPANGAN NO.72 RUMAH KOPI

CV.PRIMA BOGA SEJAHTERA/RESTORAN JL.UJUNG PANDANG NO.2A RUKO


184 P2001333504006 RESTORAN
GARDEN POPSA
185 P2001330004001 BARCODE CAFÉ JL.AMANAGAPPA NO.5 CAFE

186 P2001345804006 PT.SEBASTIAN CITRA INDONESIA/ROTI O' JL.PENGHIBUR NO.14 CAFÉ

187 P2001346404002 RM.ATI RAJA JL.PENGHIBUR NO.54 B RUMAH MAKAN

188 P2001347804010 WARUNG OBE JL.G.LATIMOJONG NO.196 WARUNG NASI

189 P2001348804009 CV.CIPTA KREASINDO JL.EMMY SAELAN NO.17 KAFE

MAKASSAR KAFE SEJAHTERA, PT / PUBLIQ


190 P2001350304003 JL.ARIEF RATE NO.7 CAFE
CAFE

191 P2001351504010 AYAM GORENG DESO JL.G.LATIMOJONG NO.1101 WARUNG NASI

192 P2001372104003 ANALOGY/PT.INDO JAYA KAFE JL.KARUNRUNG NO.6 Cafe

193 P2001374304001 PT.CIRCLEKA INDONESIA UTAMA JL.KAJAOLALIDO NO.26 H Cafe


194 P2001374404009 PT.CIRCLEKA INDONESIA UTAMA JL.SULTAN HASANUSSIN NO.4 Cafe

195 P2001374504002 PT.CIRCLEKA INDONESIA UTAMA JL.SOMBA OPU NO.255 Cafe

196 P2001372404006 SATE ABANG JL.U.PANDANG Rumah Makan

197 P2001372504002 POD HOUSE LOSARI JL.PENGHIBUR NO.58-59 Cafe

198 P2001372604003 TOKO PASTEL LASINRANG JL.LASINRANG NO.23 Cafe

05 KECAMATAN WAJO

1 P2001299305001 AYAM PENYET SUMBA 9 JL.SUMBA NO.9 WARUNG NASI


JL.DR.WAHIDIN SUDIRO HUSODO
2 P2000933005005 BAKSO ROJA RESTORAN
NO.3
3 P2001113705007 BAKSO SALEMO JL.SALEMO NO.53 MIE

4 P2000934405003 BAKSO YOSDA JL.YOS SUDARSO NO.209 MIE

5 P2001322805002 CAFÉ RATU 2 JL.NUSANTARA NO.280 CAFE

6 P2000046405001 COTO NUSANTARA Jl.Nusantara No.34 COTO / SOP

7 CV. ANUGRAH BOGA CEMERLANG JL.A.YANI/KAREBOSI LINK CAFÉ


P2001071005001
8 CV. ANUGRAH BOGA CEMERLANG JL.SULAWESI NO.148-150 CAFÉ
P2001070705005
9 P2001293205005 CV.KARYA BERSAMA / KAN PEI JL.SULAWESI NO.22 CAFE

10 P2000933505001 D'CREPES JL.AHMAD YANI MTC KAREBOSI RESTORAN

11 P2001025205001 DONALSON BAKERY JL.SULAWESI NO.97 CAFÉ

12 EAT & OUT ( PUJISERRA ) Jl.Achmad Yani Karebosi Link RESTORAN


P2001079905001
13 FOOD COURT CARREFOUR KAR.LINK JL.A.YANI / MTC CAFÉ
P2001051705001

14 FOOD COURT KOZY-KOZY KAREBOZI LINK Jl.A.Yani RESTORAN


P2000943905001
15 FOOD COURT MTC Jl.A.Yani No.49 CAFÉ
P2000659305001
16 P2000072805001 GORENG CAKOE Jl.Lombok No.51 MIE
17 P2000076505008 IDOLA BUBUR AYAM Jl.Sangir No.84 CAFÉ

18 P2000022205008 JALANGKOTE 288 Jl.Sangir No.179 A CAFÉ

19 P2000935905001 JUAL MIE JL.TIMOR NO.107 MIE

20 KFC KAREBOSI Jl.A.Yani No.23-25 RESTORAN


P2000553005001

21 P2000094605008 KIOS 90 Jl.Sangir No.90 CAFÉ

22 P2000057105005 KIOS AIR TAHU Jl.Lombok No.43 CAFÉ

23 P2000033205005 KIOS ASIA TIMOR Jl.Timor No.67 CAFÉ

24 P2000569605008 KIOS CABANG LOMPOBATTANG Jl.Sangir No.177 A CAFÉ

25 P2000023805001 KIOS CENG JL.SULAWESI NO.42 CAFÉ

26 P2000056405001 KIOS SAVU (EX. ES BUAH) Jl.SAVU NO.22 MINUMAN DINGIN

27 P2000793105008 KIOS IDOLA JL.SANGIR NO.173 CAFÉ

28 P2001146905005 KIOS IRIAN JL.LOMBOK NO.54 CAFÉ

29 P2001157205001 KIOS LARIS MANIS JL.NUSAKAMBANGAN P-7 CAFÉ

30 P2000023005001 KIOS LOMBOK (PANGSIT MIE) Jl.Lombok No.38 RUMAH MAKAN

31 P2000938705005 KIOS LOTUS JL.LOMBOK NO.47 CAFÉ

32 P2001038605008 KIOS LUCKY JL.SANGIR NO.175 CAFÉ

33 P2001157105001 KIOS MEKAR JL.NUSANTARA NO.68 CAFÉ

34 P2001195805008 KIOS MIE ASUN JL.SANGIR NO.35 D MIE

35 P2000043405001 KIOS SATU SATU Jl.Serui No.11A CAFÉ

36 P2000022405001 KIOS SEDERHANA Jl.Serui No.57 (54) CAFÉ

37 P2000086805008 KIOS SIMPATIK Jl.Sangir No.105 CAFÉ

38 P2000063105008 KIOS SINDANG(INDAH)RASA Jl.Sangir No.35 B CAFÉ


39 P2000025005001 KIOS SURYA BARU Jl.Timor No.86 CAFÉ

40 P2000071405001 KROKET SULAWESI Jl.Sulawesi No.96 CAFÉ

41 P2001202105001 MABUAH CAFE JL.NUSANTARA NO.98-100 CAFÉ

42 P2001156405008 MAESTRO WARKOP JL.NUSANTARA NO.258 RUMAH KOPI

43 P2000093405001 MAKASSAR CAFE Jl.Bali No.92 CAFÉ

44 P2001266205002 MAKASSAR SEADFOODKU JL.BUTUNG RESTORAN

45 P2001202205001 MALIBU CAFE JL.NUSANTARA NO.98-100 CAFÉ

46 P2000115605001 MAMA Jl.Serui No.19 CAFÉ

47 P2001287605001 MAMA EXPRESS JL.AHMAD YANI MTC KAREBOSI LT.4 CAFE

48 P2000057405002 MIE GORENG Jl.Butung No.27 (108) MIE

49 P2000066905001 MIE GORENG Jl.Dr.WS.Husodo No.41 (79) MIE

50 P2000060005001 MIE GORENG ANTO Jl.Lombok No.15 MIE

51 P2000594305004 MIE GORENG ATENG Jl.Sangir No.178 MIE

52 P2000056505001 MIE GORENG AWA Jl.Bali No.97 (18) MIE

53 P2000035705002 MIE GORENG DIPONEGORO Jl.P.Diponegoro No.32 MIE

54 P2000053805002 MIE HENGKY Jl.Nusantara No.354 MIE

55 P2000078505008 MIE NYUK NYANG Jl.Sulawesi No.206 MIE

56 P2000062705008 MIE PANGSIT Jl.Dr.WS.Husodo No.153 F MIE

57 P2000043305008 MIE PANGSIT Jl.Sulawesi No.198 MIE

58 P2000977605001 MIE PANGSIT 90 JL.LEMBEH N0.64.D MIE

59 P2000052805001 MIE TITI Jl.Dr.WS.Husodo No.20 MIE

60 P2001321505001 MIE TITI JL.SULAWESI NO.90 MIE


61 P2000074605001 NASI KUNING Jl.Dr.WS.Husodo No.60 WARUNG NASI

62 P2000066205006 NASI KUNING Jl.T.Pelajar No.99 WARUNG NASI

63 P2001321405001 OCEAN SEAFOOD JL.SULAWESI NO.78 RUMAH MAKAN

64 P2001285805001 OTO BENTO JL.AHMAD YANI MTC KAREBOSI LT.4 RUMAH MAKAN

65 P2000065405004 PALLU KALOA Jl.T.Pelajar No.66 RUMAH MAKAN

66 P2000088905001 PANGSIT MIE Jl.Lembeh No.11 MIE

67 P2000052905002 PANGSIT MIE Jl.Lombok No.53 MIE

68 P2000054805008 PANGSIT MIE Jl.Sulawesi No.200 MIE

69 P2000092505001 PANGSIT MIE Jl.Timor No.20 MIE

70 P2001079505001 PANGSIT MIE "MADYA" JL.BALI NO.88 B MIE

71 P2000054305005 PANGSIT MIE 105 Jl.Timor No.105 MIE

72 P2001000105008 PANGSIT MIE 298 JL.SULAWESI NO.298 MIE

73 P2000022605001 PANGSIT MIE 93 Jl.Timor No.34 MIE

74 P2000977705008 PANGSIT MIE CAB.PALU JL.SANGIR NO.31 MIE

75 PT. PIONERINDO GOUENRT INTL Jl.Hos cokrominoto RESTORAN


P2000169105001
JL.JEND AHMAD YANI NO.49
76 P2001310305001 PT. SENANTIASA HOKI (MAKAN2 KOPI TM) RESTORAN
KAREBOSI JUNCTION LT.3
JL.JEND.AHMAD YANI (KAREBOSI
77 P2001229705001 PT.TRANS BURGER / WENDY'S RESTORAN
LINK)
PT.TRANS COFFEE/THE COFFEE BEAN & JL.JEND.A.YANI NO.49 (MTC
78 P2001273005001 RUMAH KOPI
TEA LEAF KAREBOSI)
79 P2000066605002 PUSAKO BUNDO Jl.Nusantara No.378 RUMAH MAKAN

80 P2001089305001 R.M OKE Jl.G.Bulusaraung RUMAH MAKAN

81 P2001025905002 RESTORAN JAMESON'S JL.DR.WS.HUSODO NO.147-149 RESTORAN

82 RESTORAN MAKASSAR SUKI Jl.Bali No.92 RESTORAN


P2000093505001
83 P2000023605001 RESTORAN SURYA Jl.Nusakambangan No.16 RESTORAN

84 P2001288705008 RM.AYAM GORENG KHAS SULAWESI JL.SULAWESI NO.205/201 RUMAH MAKAN

85 P2001147705004 RM.AYAM GORENG SULAWESI JL.SULAWESI NO.198 RUMAH MAKAN

86 P2001118805007 RM.H.DG.MASALLE JL.T.PELAJAR NO.71 RUMAH MAKAN

87 RM.MALABAR Jl.Sulawesi No.264 (290) RUMAH MAKAN


P2000035105008
88 P2001156305005 RM.NEW AREMA JL.TIMOR NO.54 B RUMAH MAKAN

89 RM.PATENE Jl.Sulawesi No.48 RUMAH MAKAN


P2000022105001
90 P2001172705002 RM.PUTRI MINANG 1 JL.T.PELAJAR NO.46 RUMAH MAKAN

91 P2001173605007 RM.SOTO BETAWI DAN MIE SERAM JL.T.PELAJAR NO.143 RUMAH MAKAN

92 P2000051805008 RUMAH KOPI Jl.Dr.WS.Husodo No.135 (35) RUMAH KOPI

93 P2000044205001 RUMAH KOPI Jl.Riburane No.11 RUMAH KOPI

94 P2000052105008 RUMAH KOPI Jl.Sangir No.127 RUMAH KOPI

95 P2000043505001 RUMAH KOPI Jl.Sulawesi No.92 RUMAH KOPI

96 P2000047105006 RUMAH KOPI Jl.T.Pelajar No.131 RUMAH KOPI

97 P2000091605005 RUMAH KOPI ADAM JAYA Jl.Nusantara No.262 RUMAH KOPI

98 P2000048905002 RUMAH KOPI CENTRUM Jl.P.Diponegoro No.50 RUMAH KOPI

99 P2000043605005 RUMAH KOPI ELIM Jl.Nusantara No.120 RUMAH KOPI

100 P2000057805008 RUMAH KOPI FATHENG Jl.Sulawesi No.192 RUMAH KOPI

101 P2000049905001 RUMAH KOPI SENA Jl.Dr.WS.Husodo No.3 RUMAH KOPI

102 P2000042005005 RUMAH KOPI SETIA Jl.Dr.WS.Husodo No.187 RUMAH KOPI

103 P2000681005004 RUMAH MAKAN APONG Jl.P.Diponegoro No.95 RUMAH MAKAN

104 P2000035005008 RUMAH MAKAN BUBUR SULAWESI Jl.Sulawesi No.188 RUMAH MAKAN
105 P2000050205001 RUMAH MAKAN DINDA Jl.Bali No.53 (65) RUMAH MAKAN

106 P2000023305005 RUMAH MAKAN HONGKONG Jl.Timor No.69 RUMAH MAKAN

107 P2000021705001 RUMAH MAKAN IMPERIAL Jl.Dr.WS.Husodo No.22 RUMAH MAKAN

108 P2000044705002 RUMAH MAKAN KENANGAN Jl.Lombok No.45 RUMAH MAKAN

109 P2000943405001 RUMAH MAKAN LAOTA JL.SULAWESI NO.28/6 RUMAH MAKAN

110 P2000050805001 RUMAH MAKAN LUMAYAN Jl.Samalona No.9 RUMAH MAKAN

111 P2000051205002 RUMAH MAKAN MAEMUNAH Jl.Sulawesi No.327 RUMAH MAKAN

112 P2000034905008 RUMAH MAKAN MEDAN Jl.Nusantara No.202 RUMAH MAKAN

113 P2000598305004 RUMAH MAKAN PALLU KALOA Jl.T.Pelajar No.104 WARUNG NASI

114 P2000908505001 RUMAH MAKAN SENANG JL.TIMOR NO.94 RUMAH MAKAN

115 P2001289305008 RUMAH MAKAN TANASE JL.SARAPPO NO.28C/38 RUMAH MAKAN

116 P2000050405005 RUMAH MAKAN TIMOR Jl.Timor No.114 (31) RUMAH MAKAN

117 P2000023705001 RUMAH MAKAN UJUNG PANDANG Jl.Dr.WS.Husodo No.42 RUMAH MAKAN

118 P2000071705008 SOP SAUDARA Jl.Dr.WS.Husodo No.133 COTO / SOP

119 P2000067805001 SOP SAUDARA Jl.Dr.WS.Husodo No.45 COTO / SOP

120 P2000036705004 SOP SAUDARA Jl.T.Pelajar No.60 COTO / SOP

121 P2001207705005 STUDIO 86 JL.NUSANTARA NO.86 CAFÉ

122 TEXAS LINK KAREBOSI Jl.Ahmad Yani Karebosi Link Terowongan RESTORAN
P2000939505001
123 P2000048505001 WARKOP HAI HONG Jl.Bonerate No.12 RUMAH KOPI

124 P2001330605005 WARKOP LAKOPI JL.LOMBOK NO.17 RUMAH KOPI

125 P2001285605001 WARTEG UPIE 3 JL.SULAWESI NO.23 A WARUNG NASI

126 P2000057705002 WARUNG IKAN BAKAR Jl.Kalimantan No.70 WARUNG NASI


127 P2000048805001 WARUNG KOPI Jl.Sumba No.37 RUMAH KOPI

128 P2000894405001 WARUNG KOPI DOTTORO JL.JAMPEA NO.1 RUMAH KOPI

129 P2000034505001 WARUNG KOPI PHOENAM Jl.Jampea No.5E RUMAH KOPI

130 P2000062405004 WARUNG NASI BERKAH Jl.T.Pelajar No.64 WARUNG NASI

131 P2000057205001 WARUNG NASI KUNING Jl.Riburane No.11 WARUNG NASI

132 P2000805005006 WISATA KAFE JL.NUSANTARA BARU NO.398 CAFÉ

133 P2001334505001 NEW SERBA SAMBAL JL.DR.WS.HUSODO NO.12 C RUMAH MAKAN

134 P2001340305008 KEDAI RONJI JL.LOMBOK NO.43 A WARUNG NASI

135 P2001346605001 PALLU BASA SAMALONA JL.DR.WAHIDIN SUDIRO HUSODO COTO / SOP

136 P2001346705001 NUSANTARA FOOD COURT (PT.DANKAM) JL.HOS COKROAMINOTO NO.3 RUMAH MAKAN

137 P2001351805008 ES TELER 77 PASAR BUTUNG JL.SULAWESI (PASAR BUTUNG) Minuman Dingin

138 P2001354005005 WARKOP DS (DOUBLE SHOT) JL.BALI NO.6 Rumah Kopi

139 P2001364405001 KONRO MAMINASATA JL.DR.WS.HUSODO NO. I F Coto / Sop

140 P2001364905001 MARKOBAR JL.LOMBOK Cafe

141 P2001365505001 MIE NASIONAL JL.DR.WS.HUSODO NO.31 Mie

142 P2001365705001 WARUNG AL-FATH JL.DR.WS.HUSODO NO. 2 F Warung Nasi

143 P2001365905004 SOP LIDAH JL.DR.WS.HUSODO NO.166 Coto / Sop

144 P2001369005004 PANGSIT MIE TM JL.SANGIR NO.86 Mie

145 P2001369105001 KIOS AKUI JL.SULAWESI NO.69 Cafe

146 P2001369505001 WARKOP BUNDA JL.SULAWESI NO.41 Rumah Kopi

147 P2001372705001 KEDAI AYAM TIM BU YUNITA JL.A.YANI RUKO NO.C.44 Cafe

148 P2001372805001 PT.HAENGBOK ANUGERAH JAYA JL.JENDERAL AHMAD YANI 23-25 C45 Restoran
149 P2001372905005 RM.COANG JL.BALI NO.116 Rumah Makan

150 P2001373005005 WARUNG BEBEK PINRANG JL.BALI NO.87 Warung Nasi

06 KECAMATAN BONTOALA

1 P2001182106005 COFFEE DAY JL.U.SUMOHARJO NO.1 RUMAH KOPI

2 P2000898406005 COTO DEWI JL.SUNU NO.58 COTO / SOP

3 P2001308506010 DE OXFORD CAFÉ JL.G.BAWAKARAENG NO.111 F CAFE

4 P2001299806005 IKAN BAKAR TS JL.ANDALAS NO.104 WARUNG NASI

5 KIOS HONGLEK Jl.P.Diponegoro No.74 CAFÉ


P2000031106009
6 P2000056606002 MIE GORENG Jl.Andalas No.140 MIE

7 P2000595006009 MIE GORENG SANDY Jl.P.Diponegoro No.88 MIE

8 P2000740106005 PT.CANDRA BUANA SURYA SEMESTA JL.URIP SUMOHARJO NO.1 RUMAH KOPI

9 P2001129806012 RM.ELSA JL.SUNU RUMAH MAKAN

10 P2001242906007 ROTI "O" JL.ANDALAS NO.137 CAFÉ

11 P2000068806003 RUMAH KOPI Jl.Mesjid Raya No.68 RUMAH KOPI

12 P2000047206003 RUMAH KOPI Jl.Veteran Utr No.15 RUMAH KOPI

13 P2000048206005 RUMAH KOPI ANGKASA Jl.U.Sumoharjo No.181 RUMAH KOPI

14 P2000049506007 RUMAH MAKAN BRAVO Jl.Andalas No.110 (154) RUMAH MAKAN

15 P2000083606002 RUMAH MAKAN CITRA Jl.S.Cerekang No.41 D RUMAH MAKAN

16 P2000032906002 RUMAH MAKAN JOGOYUDAN Jl.Andalas No.5/9 RUMAH MAKAN

17 P2000045106005 RUMAH MAKAN JOGOYUDAN II Jl.Sunu No.8 RUMAH MAKAN

18 P2000067006002 RUMAH MAKAN PANGKEP Jl.Andalas No.32 (54) RUMAH MAKAN

19 P2000058706005 RUMAH MAKAN SARI ASIH Jl.Pongtiku No.23 RUMAH MAKAN


20 P2000049206003 SOP KONRO BAWAKARAENG Jl.G.Bawakaraeng No.69 COTO / SOP

21 P2000077506002 SOP SAUDARA Jl.Andalas No.27 COTO / SOP

22 P2000068206001 SOP SAUDARA Jl.Andalas No.65 COTO / SOP

23 P2001151506007 WARKOP AZZAHRA JL.BANDANG NO.194 RUMAH KOPI

24 P2000903306001 WARKOP DG.SIJA JL.LOBAK NO.24C RUMAH KOPI

25 P2001229906004 WARKOP DOTTORO JL.TIMUMBU NO.230 RUMAH KOPI

26 P2001220306005 WARUNG BAKSO PONGTIKU JL.PONGTIKU NO.57 Mie

27 P2001275606012 WARUNG BAKSO SOLO JL.SUNU NO.66 MIE

28 P2001256006009 WARUNG BAMBU KUNING JL.ANDALAS NO.190 WARUNG NASI

29 P2001220206005 WARUNG DENI SOLO JL.PONGTIKU NO.10 Warung Nasi

30 P2001211906006 WARUNG D'KANDEA JL.KANDEA RAYA NO.25 WARUNG NASI

31 P2000048406005 WARUNG KOPI SETUJU Jl.U.Sumoharjo No.31 RUMAH KOPI

32 P2000053706007 WARUNG NASI PANGKEP Jl.Andalas No.6 A WARUNG NASI

33 P2001262306012 WR.BAKSO OJO LALI JL.LANGGAU MIE

34 P2001353906006 MIE RAMPOK JL.MESJID RAYA NO.29 A Mie

35 P2001354106005 WARKOP AZZAHRA JL.LACCUKANG NO.04 Rumah Kopi

36 P2001362406012 NONGKRONG CAFE JL.SUNU NO.42 Cafe

37 P2001368206005 DAPOER KOPI JL.LACCUKANG NO.16 Rumah Kopi

38 P2001368306002 WARUNG MAKAN MINI RASA JL.SUNGAI CEREKANG NO.23 Warung Nasi
CV.DUTA KARYA MAKASSAR (WARKOP
39 P2001368406005 JL.LACCUKANG NO.18 Rumah Kopi
LACCUKANG)
07 KECAMATAN TALLO

1 P2000088507001 BAKSO SARI RASA Jl.Korban 40000 MIE


2 P2000087507001 KEDAI KOPI Jl.Pongtiku No.191 RUMAH KOPI

3 P2001245707005 SOP SAUDARA IKAN BAKAR JL.TEUKU UMAR RAYA NO.109 COTO / SOP

4 P2001230007008 UNO CAFÉ & RESTO JL.PONGTIKU NO.166 CAFÉ

5 P2001241107010 WARUNG KLATENG JL.RAPPOKALLING RAYA NO.41 Warung Nasi

6 P2001232607009 WARUNG SARI LAUT SUROBOYO JL.IR.JUANDA NO.20 RUMAH MAKAN

7 P2001354707008 BAKSO LEMBO JL.PONGTIKU Mie

8 P2001354807001 WARUNG SUROBOYO JL.PONGTIKU NO.207 Warung Nasi

9 P2001354907003 BAKSO GOWA (BAKSO DAENG) JL.KORBAN 40.000 JIWA NO.88 Mie

10 P2001355007001 WARUNG MBAK NURUL JL.DATUK DI TIRO NO.29 Warung Nasi

11 P2001360607009 WARUNG LALAPAN JL.IR.H.JUANDA NO.28 Warung Nasi

08 KECAMATAN UJUNG TANAH

1 P2001329208002 KOPI RONK JL.YOS SUDARSO NO.292 RUMAH KOPI

2 P2001011408003 RM. TEPI PANTAI Jl.Sabutung No.8/18 RUMAH MAKAN

3 P2001241208009 WARKOP DOTTORO JL.SATANDO NO.112 Rumah Kopi

4 P2000075108003 WARUNG PAOTERE Jl.Sabutung No.34 WARUNG NASI

09 KECAMATAN PANAKKUKANG

1 A & W CARREFOUR PENGAYOMAN JL.PENGAYOMAN NO. RESTORAN


P2001016609007
2 A & W RESTORANT Jl.Bouleverd mall panakkukang RESTORAN
P2000657009007
3 P2000805909007 ABE CAFE & RESTO JL.ADHYAKSA PANAKKUKANG SQUARE RESTORAN
JL.ADHYAKSA/PANAKKUKANG SQUARE
4 P2000894009007 AROMA PALOPO RUMAH MAKAN
LT.DASAR
5 P2001080309007 AYAM GORENG BAROKAH 02 JL.PENGAYOMAN NO.219 RUMAH MAKAN

6 P2001308709011 AYAM GORENG BERKAH JL.PENGAYOMAN NO.169 B RUMAH MAKAN


AYAM GORENG SULAWESI
7 P2001055309007 JL.TOPAZ RAYA F.55 RUMAH MAKAN
PANAKKUKANG
8 P2001328209007 AYAM PENYET PAK TJOMOT JL.ADHYAKSA PANAKKUKANG SQUARE RUMAH MAKAN

9 P2001295709007 AYAM PENYET PAK TJOMOT JL.BOULEVARD PANAKKUKANG NO.30 RUMAH MAKAN

10 P2001152909007 AYAM PENYET SURABAYA JL.HERTASNING RUKO HERTASNING RUMAH MAKAN

11 P2001017009007 BAKSO IKAN SINGAPURA JL.BOULEVARD MIE

12 P2000822909007 BAKSO IKAN SINGAPURA JL.BOULEVARD MALL DIAMOND MIE

13 P2001313809007 BAKSO KUMIS JL.ADHYAKSA PANAKKUKANG SQUARE MIE

14 P2000812309006 BAKSO LAP TEMBAK & NASI UDUK J JL.BOULEVARD JASPER 27 MIE

15 BAKSO LAPANGAN TEMBAK Jl.Bouleverd mall panakkukang MIE


P2000739209007
16 P2001001209011 BAKSO MINGGU JL.TODDOPULI RAYA NO.8 MIE

17 P2001327609007 BONCHON CHICKEN JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG RUMAH MAKAN

18 P2000826109007 BOULEVARD HOTEL JL.BOULEVARD RUKO TOPAZ F37-43 CAFÉ

19 P2001327209010 BROWCYL INDONESIA JL.AP.PETTARANI NO.9 PETAK 5 CAFE

20 P2001315809001 BROWN SUGAR JL.PETTARANI NO.40 B CAFE

21 P2001114109007 CAFÉ CHOLIK BY SIJA JL.ADHYAKSA PANAKKUKANG SQUARE CAFÉ

22 CAFÉ GIGI Jl.Pengayoman CAFÉ


P2000669609007
23 P2001031309007 CANDY BAKERY JL.PENGAYOMAN NO.50 CAFÉ
CAREFOUR(ALFA)RETAILINDO
24 Jl.Pengayoman CAFÉ
P2000400109007 PENGAYOMAN
CATERING ANGKASA NIKMAT (ULU
25 P2001300609005 JL.RACING CENTRE CATERING
JUKU)

26 P2001326509006 CHOCOLICIOUS JL.AP.PETTARANI NO.40 E RESTORAN

27 P2001231309007 CIRCLE K JL.PENGAYOMAN NO.39 CAFÉ

28 P2001231809011 CIRCLE K JL.TODDOPULI RAYA 1A-2A CAFÉ


29 P2001231609009 CIRCLE K JL.URIP SUMOHARJO NO.47 CAFÉ

30 P2001140609007 COFFEE LOVER'S JL.HERTASNING NO.39 RUMAH KOPI

31 P2001219809001 COFFEE LOVERS URIP JL.URIP SUMOHARJO KM.5 NO.5 RUMAH KOPI

32 P2001081909001 COFFEE TOFFEE JL.Perintis Kemerdekaan KM 5 RK.No.5 RUMAH KOPI

33 P2000087209001 COTO ASUHAN Jl.Abd.Dg.Sirua No.10 COTO / SOP

34 P2000842309007 COTO DAENG BEGADANG JL.PENGAYOMAN NO.33 COTO / SOP

35 P2000842409002 COTO MAKASSAR PARAIKATTE JL.A.P.PETTARANI COTO / SOP

36 P2001247509005 COTO NUSANTARA 3 JL.URIP SUMOHARJO NO.47 B COTO / SOP

37 CV. ANUGRAH BOGA CEMERLANG Jl.Boulevard Mall Panakukang CAFE


P2001070809007
38 P2001318109007 CV. REIGHT LIL ALAMIN / HOLY COW JL.PENGAYOMAN A5 NO. 9 RESTORAN

39 P2001180609007 CV.NEW APONG JL.BOULEVARD EDELWEIS BLK A3/3/52 RUMAH MAKAN

40 P2001299509007 CV.PUTRI TONYAMANG JL.KELAPA TIGA NO.29 CATERING

41 P2001193109009 DAPUR KEPITING JL.URIP SUMOHARJO RESTORAN

42 P2000908409007 D'COST SEAFOOD JL.BOULEVARD MALL P.KUKANG GD.C LT.3 RESTORAN

43 P2000812209007 D'CREPES JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG RESTORAN

44 P2001188609007 DE CHERI BOUTIQUE BACERY Jl.PENGAYOMAN No.38 C CAFÉ

45 P2001294609001 DJURIES COFFEE SHOP JL.SARIPA RAYA NO.A.12 CAFÉ

46 P2001025109007 DONALSON BAKERY JL.PENGAYOMAN F.21 C.9 CAFÉ

47 P2001194909007 D'VIMS RESTO JL.BOULEVARD NO.34 RESTORAN

48 P2000801909007 ES TELER 77 JL.ADYAKSA PANAKKUKANG SQUARE MINUMAN DINGIN

49 EXCELSO Jl.Bouleverd mall panakkukang CAFÉ


P2000608109007
50 P2001018209007 FAT DRAGON RESTAURANT JL.PENGAYOMAN NO.43 A RESTORAN
51 FOOD COURT LOTTE MART JL.BOULEVARD/ MALL PANAKKUKANG CAFÉ
P2001048509007
52 FOOD COURT MALL PANAKKUKANG Jl.Bouleverd mall panakkukang RUMAH MAKAN
P2000638609007
53 P2001004409005 FOOD COURT WOODSY GAB JL.URIP SUMOHARJO RESTORAN

JL.ADHYAKSA BARU PANAKKUKANG


54 P2001219709007 FOOD HOLIC RESTORAN
SQUARE
HYPERMART PANAKKUKANG
55 Jl.Boulevard Mall Panakukang RESTORAN
P2000857109007 MAKASSAR
56 P2000803009007 J.CO DONUTS & COFFEE JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG CAFÉ

57 P2000997809007 JALANGKOTE LASINRANG JL.PENGAYOMAN RAYA NO.8.C CAFÉ

58 P2001299109007 JF CAFÉ JL.BOULEVARD KOMP.PANAKKUKANG MAS RUMAH MAKAN

59 P2001200809009 KAFE DAENG JL.URIP SUMOHARJO NO.25 D CAFÉ

60 P2000853109005 KANTIN MITRA JL.RACING CENTRE NO.19 A RUMAH MAKAN

61 P2001193009007 KEDAI NANO JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG LT.3 RESTORAN

62 P2001308909007 KEDAI RUMAHAN JL.BOULEVARD NO. RUMAH MAKAN

63 KFC D BEST Jl.Bouleverd mall panakkukang RUMAH MAKAN


P2000591509007
64 KFC PANAKKUKANG MAS Jl.Pengayoman Mirah No.A8-9 RUMAH MAKAN
P2000026709007
65 KFC PANAKKUKANG SQUARE Jl.Adyaksa RUMAH MAKAN
P2000809109007
66 P2000994909001 KIOS ATI RAJA JL.PENGAYOMAN MIRAH II/36 CAFÉ

67 P2001286209001 KIOS ATI RAJA JL.URIP SUMOHARJO NO.202 RUMAH MAKAN

68 P2000082509007 KIOS CENG Jl.Pengayoman Mirah No.D-4 CAFÉ

69 P2000078009001 KIOS DEWATA Jl.Boulevard No.12B RUMAH MAKAN

70 P2000924509007 KIOS LAGALIGO JL.PENGAYOMAN NO.18 RUMAH MAKAN

71 P2000918909011 KIOS LOMBOK JL.PENGAYOMAN RUKO ALFA NO.18 RUMAH MAKAN

72 P2001035409007 KIOS MULIA JL.AP.PETTARANI/BUSINESS CENTRE CAFÉ


73 P2000568009007 KIOS RAJA BOGA II Jl.Pengayoman Mirah I Blk.E6 CAFÉ

74 P2000961009007 KIOS WIJAYA JL.PENGAYOMAN NO.23 CAFÉ

75 P2001154709007 KOPI OEY JL.TOPAZ RAYA F5/88 RUMAH KOPI

76 P2000801809007 KOPI OGI JL.A.P.PETTARANI RUKO JADE 6 RUMAH KOPI


Jl.AP.Pettarani Komp Ramayana RK Jade
77 P2001089809007 KOPI Q RUMAH KOPI
No.22 -23
78 P2000639309007 KOPI TIAM Jl.Boulevard Mall Panakkukang RUMAH KOPI

79 P2000797409006 KOPI ZONE JL.BOULEVARD RUKO TOPAZ F.36 RUMAH KOPI

80 P2000998209007 KRISPI KRIUK/DONALD BAKMI JL.BOULEVARD 29 CAFÉ

81 P2000541709007 KROKET SULAWESI Jl.Pengayoman Jasper III No.20 CAFÉ

82 P2001119609007 LA PIZZA CAFÉ JL.BOULEVARD RAYA NO.55 CAFÉ

83 P2001188809009 LABUANA CAFÉ Jl.U.SUMOHARJO No.3 CAFÉ

84 P2001296609007 LOPI CAFÉ JL.BOUGENVILLE NO.26 AB CAFE

85 MC. DONALD (PETTARANI MAKASSAR) JL.AP.PETTARANI NO.20 RESTORAN


P2001053509001
86 P2001241709005 MIE AWA JL.URIP SUMOHARJO NO.290 Mie

87 P2001129909007 MIE GORENG PAS JL.BOULEVARD NO.16 MIE

88 P2001225509007 MIE KQ5 JL.HERTASNING RAYA BLOK A NO.1 MIE

89 P2001153609007 MIE TARIK JL.ADYAKSA PANAKKUKANG SQUARE MIE

90 MIE TITI Jl.Boulevard No.25 MIE


P2000680709007
91 P2001328309007 MORNING COFFEE JL.ADHYAKSA NO.19 RUMAH KOPI

92 P2000879209010 NASI KUNING BEGADANG JL.MACCINI RAYA NO.217 WARUNG NASI

93 P2001153909007 NASU PALEKKO JL.ADYAKSA PANAKKUKANG SQUARE RUMAH MAKAN

94 P2001321909007 NEW BOROBUDUR JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG RUMAH MAKAN


95 P2001281809007 NEW UJUNG PANDANG JL.PENGAYOMAN F.21NO.12-13 RUMAH MAKAN

96 P2000561909007 OLA LAA CAFE Jl.Boulevard No.1 CAFÉ

97 P2001314009007 PALLU BASA ONTA JL.ADHYAKSA PANAKKUKANG SQUARE COTO/SOP

98 P2001314609006 PALLU KALOA JL.ABD.DG.SIRUA NO.95 RUMAH MAKAN

99 P2001086909006 PISANG GORENG NUGGET Jl.A.P.Pettarani No.72 A RUMAH KOPI

100 P2001310209007 PIZZA 17 JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG RESTORAN

101 PIZZA HUT Jl.A.P.Petta Rani (Komp.Ramayana) RESTORAN


P2000972609001
102 PIZZA HUT Jl.Bouleverd mall panakkukang RESTORAN
P2000612009007
103 PIZZA RIA CAFÉ Jl.Bouleverd No.12 CAFÉ
P2000077609001
104 P2001293009007 POLARIS FRIED CHICKEN JL.BOUGENVILLE C2 NO.30 RUMAH MAKAN

105 P2001256209007 PT.ASIA BOGA SEJAHTERA (BONCAFE) JL.AP.PETTARANI NO.80 CAFE

106 P2001321209007 PT.CAHAYA TIRTA RASA / TEA HOUSE JL. PENGAYOMAN - MP CAFE

PT.CATUR PUTRAHARMONIS /
107 P2001321109005 JL.AP.PETTARANI CAFE
OLDTOWN
PT.FOODS BEVERAGES INDONESIA JL.ADHYAKSA RAYA NO.1 PANAKKUKANG
108 P2001251709007 RESTORAN
(CHAT TIME) SQUARE
PT.ROYAL PANCA PERSADA
109 P2001140809007 JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG RESTORAN
ANUGRAH/ROPPAN
PT.SELERA INTER JAYA / DUNKIN
110 P2000649509007 Jl.Boulevard ( Mall Panakkukan RUMAH MAKAN
DONUTS
PT.SINAR INDONESIA HOTEL
111 P2001297309007 JL.BOULEVARD RAYA NO.55 CATERING
(BANQUET/CATERING)
PT.SRIBOGA MARUGAME INDONESIA / JL.BOULEVARD KOMP.PANAKKUKANG MAS
112 P2001291509007 RESTORAN
MARUGAME UDON & TEMPURA GEDUNG C LT. DASAR
PT.TRANS COFFEE / THE COFFEE
113 P2001183209007 Jl.Bouleverd mall panakkukang RUMAH KOPI
BEAN

114 P2001145909008 PT.TRANS RETAIL INDONESIA JL.ADHYAKSA BARU NO.1 CAFÉ

115 P2001330809007 PUNGOPANG ICE CREAM JL.PENGAYOMAN NO. 11 D MINUMAN DINGIN

116 P2001208509007 QUICKLY JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG RESTORAN


117 P2001058709007 R.M AYAM PENYET RIA JL.PENGAYOMAN No.3 - 3A RUMAH MAKAN

118 P2000753209001 RALLY CAFE JL.A.P.PETTARANI/ RAMAYANA RUMAH MAKAN

119 P2000909109007 RESTORAN BUMBU DESA JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG C1 RESTORAN

120 P2001070109007 RESTORAN MAMA HOTPLATE Jl.Boulevard Mall Panakkukang RESTORAN

121 P2001018409007 RICE & NOODLE JL.ADHYAKSA PANAKKUKANG SQUARE CAFÉ

122 P2001069009007 RM. HAYASIH (SHABU TEI SUKI) JL.BOULEVARD JASPER I NO.26 RESTORAN

123 P2001013609007 RM. SEDAP Jl.Pengayoman / Mall Panakukkang RUMAH MAKAN

124 P2001245109007 RM.ALABAIK JL.PENGAYOMAN RUKO JASPER NO.25 RUMAH MAKAN

125 P2000614009005 RM.CITRA MINANG Jl.Urip Sumoharjo No.278 RUMAH MAKAN

126 P2001298009007 RM.PAOTERE JL.TOPAZ RAYA BLOK F G7-G8 RUMAH MAKAN

127 P2000748709007 RM.RAJA GURIH JL.PENGAYOMAN R MIRAH II/18-19 RUMAH MAKAN

128 P2001330709007 RM.RATU GURIH JL.BOULEVARD RUMAH MAKAN

129 P2000908809007 RM.SERUNI JL.BAU MANGGA NO.23 RUMAH MAKAN

130 P2001183309007 RM.SUSHI ROCK N ROLL JL.BOULEVARD RUKO RUBY I NO.9 RUMAH MAKAN

131 P2000797209006 RM.TOPAZ JL.BOULEVARD F.34 RUMAH MAKAN

132 P2001239009007 ROTI O' JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG CAFÉ

133 P2001239109007 ROTI O' & Q TALK JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG CAFÉ

134 P2001051809007 ROTI-KUE "MAMA" JL.BOUGENVILLE NO.1 CAFÉ

135 P2000087409001 RUMAH MAKAN 17 PROPINSI Jl.Abd.Dg.Sirua No.501 RUMAH MAKAN

136 P2000558509007 RUMAH MAKAN KIAT Jl.Topaz Raya No.F-44 RUMAH MAKAN
JL.RACING CENTRE KOMP.RUKO RACING
137 P2001154609005 RUMAH MAKAN MALABAR RUMAH MAKAN
TOWN HOUSE NO.1
138 P2000683609007 RUMAH MAKAN MIRAH JL.PENGAYOMAN NO.F9 RUMAH MAKAN
139 P2000987909007 RUMAH MAKAN SAVORY JL.BOULEVARD A.III NO.7 RUMAH MAKAN

140 P2000088409001 RUMAH MAKAN WAHYU SARI Jl.U.Sumoharjo No.362 RUMAH MAKAN

141 SOLARIA RESTAURANT Jl.Boulevard Mall Panakkukang RESTORAN


P2000802009007
142 P2001112509007 SOLARIA SOSIALITA Jl.Boulevard Mall Panakkukang RESTORAN

143 P2000841709007 SOP KONRO BAWAKARAENG JL.PENGAYOMAN NO.36 COTO / SOP

144 P2000806209007 SOP SAUDARA JL.ADYAKSA PANAKKUKANG SQUARE COTO / SOP

145 P2000081409002 SOP SAUDARA Jl.Maccini Raya No.221 COTO / SOP

146 P2000866409007 SOTO AYAM SUROBOYO JL.ADHYAKSA PANAKKUKANG SQUARE COTO / SOP

147 P2000065209001 SOTO BANJAR Jl.Abd.Dg.Sirua No.206 COTO / SOP

148 P2001126309007 TEA BAR TONG JI Jl.Boulevard Mall Panakukang CAFÉ

149 P2000969209001 TERAS MARINA JL.NIKEL NO.48 CAFÉ

150 TEXAS CHICKEN Jl.Bouleverd mall panakkukang RUMAH MAKAN


P2000591009007
TEXAS CHIKEN PANAKKUKANG
151 Jl.Adyaksa Baru Panakkukang RESTORAN
P2000875009007 SQUARE
152 P2001199409007 THE PROJECT JL.PENGAYOMAN F.9/14 NO.1 CAFÉ

153 P2001299209008 THREE CUPS JL.TODDOPULI RAYA NO. CAFE

154 P2001176509007 TONGJI TEA HOUSE JL.ADYAKSA PANAKKUKANG SQUARE CAFÉ

155 P2001297609007 UD. ES KRIM GORENG YUM JL.PENGAYOMAN (KOMP.PASAR SEGAR) MINUMAN DINGIN

156 ULU JUKU Jl.Racing Centre No.99 A RUMAH MAKAN


P2000739709005
157 P2001281609011 WARKOP 212 JL.TODDOPULI RAYA UTARA BLOK.I NO.1-2 RUMAH KOPI

158 P2000812609006 WARKOP SAMI JL.BOULEVARD TOPAZ 56 RUMAH KOPI

159 P2000869909006 WARKOP SIJA JL.TOPAZ RAYA F.54 RUMAH KOPI

160 P2000960909011 WARKOP TODDOPULI JL.TODDOPULI RAYA BLOK D.29 RUMAH KOPI
161 P2000995209007 WAROENG KITA JL.PENGAYOMAN KOMP.AKIK HIJAU WARUNG NASI

162 P2001068509007 WAROENG STEAK AND SHAKE JL.BOULEVARD BLOK III NO.5 RUMAH MAKAN

163 P2000902309007 WARUNG COBEK-COBEK JL.BOULEVARD F NO.6 RUMAH MAKAN

164 P2000951309011 WARUNG KOPI 76 JL.TODDOPULI RAYA 4-5 RUMAH KOPI

165 P2000554709007 WARUNG KOPI PHOENAM Jl.Boulevard Topaz F-15 RUMAH KOPI

166 P2001267709005 WARUNG LAMONGAN JL.URIP SUMOHARJO NO.8 WARUNG NASI

167 P2001288609007 WARUNG MAREM JL.BOUGENVILLE NO.3 RUMAH MAKAN

168 P2000756909001 WARUNG MAREM JL.BOULEVARD TOPAZ F.22 RUMAH MAKAN

169 P2000071309001 WARUNG NASI SUMBER REJEKI Jl.Abd.Dg.Sirua No.66 WARUNG NASI

170 P2000109509008 WARUNG PANGKEP Jl.Hertasning Raya WARUNG NASI

171 P2000695909007 WARUNG PANGKEP JL.PENGAYOMAN NO.35 RUMAH MAKAN

172 P2000842009007 WARUNG PENGAYOMAN JL.PENGAYOMAN JASPER 3/1 RUMAH MAKAN

173 P2000986509001 WARUNG SARI LAUT " MAS JOKO " Jl.AP.Pettarani RUMAH MAKAN

174 P2001019109010 WARUNG SARI LAUT MAS JOKO JL.A.P.PETTARANI NO. RUMAH MAKAN

175 P2001075809007 WARUNG SOPONYONO Jl.Bau Mangga No.22 Makassar WARUNG NASI

176 P2000937409007 WARUNG SOTO BANJAR JL.BOULEVARD TOPAZ RAYA F.30 COTO / SOP

177 P2001329809007 WARUNG SOTO INANG JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG WARUNG NASI

178 P2001219409007 WW (WARKOP WAJO) JL.PENGAYOMAN NO.38.C RUMAH KOPI

XO SUKI CUISINE & DIMSUM MALL


179 P2001246209007 JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG RESTORAN
PANAKKUKANG

180 P2001298209007 YUMMYLICIOUS JL.PENGAYOMAN NO.15 RUMAH MAKAN

181 P2000725809006 ZAZIL BAKERY JL.A.P.PETTARANI NO.4 CAFÉ

182 P2001333109001 WARUNG NASI MBA ANGGI JL.URIP SUMOHARJO NO.18 WARUNG NASI
183 P2001335809011 LESEHAN PAK DAENG JL.ABDULLAH DG SIRUA RUMAH MAKAN

184 P2001337509007 Mr.COFFEE / WARKOP JL.TOPAZ RAYA RUMAH KOPI

185 P2001337709011 CAFÉ SEAWEED JL.ANGGREK RAYA BLOK E2 NO.25/26 CAFÉ

186 P2001336409003 BAKSO MJI JL.TAMAN MAKAM PAHLAWAN NO.17 A MIE

187 P2001338909011 AROMA PALOPO JL.PENGAYOMAN RUMAH MAKAN

188 P2001341209007 LIGAMERS CAFÉ & RESTO JL.PENGAYOMAN RESTORAN

JL.PENGAYOMAN RUKO PASAR SEGAR


189 P2001341309007 NOM NOM ICE CREAM MINUMAN DINGIN
BLOK RD NO.1
JL.PENGAYOMAN KOMP.PASAR SEGAR
190 P2001341409007 ADAPADA KEDAI RUMAH KOPI
BLOK RA 5
191 P2001342409007 WAROENG POJOK JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG RUMAH MAKAN
CV.HERO PUTRA PERKASA / SHARE
192 P2001348409007 JL.HERTASNING NO.39 MINUMAN DINGIN
TEA
193 P2001352009007 ES TELER 77 MP JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG Minuman Dingin

194 P2001354309007 J.CO DONAT & COFEE JL.BOULEVARD (MALL PANAKKUKANG LT.4) Cafe

195 P2001360309007 RM.TANASE JL.PENGAYOMAN Warung Nasi

196 P2001360409007 CV.ALFIN ALMIRAH JAYA/MIE ALFIN JL.PENGAYOMAN RUKO JASPER III NO.16 Mie

197 P2001362209010 ESPOT ICE JL.URIP SUMOHARJO NO.172 Minuman Dingin

198 P2001364709007 JOY MILK JL.BOULEVARD Cafe


JL.BOULEVARD MALL PANAKKUKANG
199 P2001365009007 CREPES SIGNATURE Restoran
GEDUNG A LANTAI DASAR UNIT IC/AI-02
200 P2001365209011 STASIUN KOPI JL.TODDOPULI RAYA NO.14 Rumah Kopi

201 P2001367109007 CAFE HOLYWINGS JL.BOULEVARD NO. 1 A Cafe

202 P2001367209008 RM.SEDERHANA JL.HERTASNING RUKO PANAIKANG Rumah Makan

203 P2001367309008 WARUNG IBU NEGARA JL.PENGAYOMAN Warung Nasi

204 P2001367409008 WARKOP APPING JL.PENGAYOMAN NO.2 Rumah Kopi


JL.TODDOPULI RAYA UTARA BLOK F3
205 P2001367509011 WARKOP TERMINAL I Rumah Kopi
NO.13/14
206 P2001367609010 MADAENG JL.PETTARANI NO.9 Rumah Makan

207 P2001367709011 RUMAH KAPURUNG JL.CENDANA NO.187 Rumah Makan

208 P2001367809008 WARKOP ALIF JL.PANDANG RAYA NO.9 Rumah Kopi

209 P2001367909011 WARKOP TERMINAL 2 JL.TODDOPULI RAYA UTARA BLOK L NO.4/5 Rumah Kopi

210 P2001368109002 NEW WARKOP BUANA JL.URIP SUMOHARJO Rumah Kopi

211 P2001368509002 SOP SAUDARA PETTARANI JL.A.P.PETTARANI NO.36 Coto / Sop

212 P2001368609001 COTO MAKASSAR CAB.SENGKANG JL.URIP SUMOHARJO Coto / Sop

213 P2001368709002 HIDANGAN SELERATA JL.A.P.PETTARANI NO.38 Rumah Makan

214 P2001368809001 WARKOP BUNDAKOE JL.URIP SUMOHARJO NO.7 Rumah Kopi


JL.PENGAYOMAN KOMP.RUKO MIRA
215 P2001368909007 RM.ANGING MAMIRI Rumah Makan
BLOK.A
216 P2001369209011 WARKOP 17 JL.ANGGREK RAYA NO.10 Rumah Kopi

217 P2001369209011 WARKOP 17 JL.ANGGREK RAYA NO.10 Rumah Kopi

218 P2001369309011 WARKOP DOTTORO 76 JL.ANGGREK RAYA NO.26/28 Rumah Kopi

219 P2001369609007 CAFE TOAST "EAT & DRINK" JL.BOULEVARD RUKO JASPER 2 NO.6 Cafe

220 P2001369709008 PAPA SAM CAFE JL.TODDOPULI RAYA Cafe


JL.PENGAYOMAN NO.34 PANAKKUKANG
221 P2001370809007 MASAKINI FOOD & GALLERY Restoran
MAS
222 P2001327809008 AYAM PENYET MBAK MEGA JL.HERTASNING NO.17 RUMAH MAKAN

223 P2001372209006 "BEBEK GOYANG SULAWESI" (BEGOS) JL.A.P.PETTARANI NO.31 (PWI) Rumah Makan

224 P2001377009009 WARKOP EMPAT TUJUH (47) JL.URIP SUMOHARJO NO. Rumah Kopi

10 KECAMATAN TAMALATE

1 A & W RESTAURANT (TRANS STUDIO) Jl.Trans Studio RESTORAN


P2001002810004
2 P2001015110004 ABE CAFE DAN RESTO Jl.Metro TB (Trans Mall) RESTORAN

3 P2000915410005 AROMA COTO DAENG JL.SULTAN ALAUDDIN COTO / SOP

4 P2001035010004 BAKMI NAGA RESTO JL.METRO T.BUNGA (TRANS STUDIO) MIE

5 P2001093210004 BAKSO LAPANGAN TEMBAK Jl.HM.DG.Patompo ( Trans Studio ) MIE

6 P2001293310004 BONCHON CHICKEN JL.HM.DG.PATOMPO TRANS STUDIO MALL RUMAH MAKAN

7 P2001288910001 CAFÉ LONDON JL.SULTAN ALAUDDIN NO.240 CAFE

JL.HM.DG.PATOMPO METRO TANJUNG


8 P2001191610004 CAFÉ MY KOPI "O" RUMAH KOPI
BUNGA
9 P2001114010001 CAFÉ THE BOSS JL.SLT.ALAUDDIN RUKO I CAFÉ

10 P2001002110004 CARREFOUR CORNER JL.H.M.DG.PATOMPO RESTORAN

11 P2001058510005 CATERING SERUNI JL.BONTODURI RAYA I No.4 - 5 CATERING

12 COFFEE BEAN Jl.Metro Tanjung Bunga (Trans Studio) RUMAH KOPI


P2000972410004
13 P2000829010006 COTO JENEBERANG JL.SULTAN ALAUDDIN NO.76 COTO / SOP

JL.DG.TATA PERMATA MUTIARA BLOK A


14 P2001268910001 DAUN COFFEE (WARKOP) RUMAH KOPI
18/20
15 P2001332610008 EN HOUSE JL.DG.TATA RAYA PER.PERMATA MUTIARA CAFE

16 P2000999510004 ES TELER 77 JL.METRO T.BUNGA (TRANS STUDIO) MINUMAN DINGIN

17 P2001152010004 EXCELSO Jl.HM.DG.Patompo ( Mall Trans Studio ) CAFÉ

18 P2001119710004 FAT DRAGON Jl.HM.DG.Patompo ( Mall Trans Studio ) RESTORAN

19 P2001153510004 FIREFLIES Jl.HM.DG.Patompo ( Mall Trans Studio ) RESTORAN

20 P2001206010004 HOLLAND BAKERY JL.METRO TANJUNG BUNGA KAV.9 CAFÉ

21 P2000662810001 KANTIN YANTI Jl.Slt.Alauddin No.267 CAFÉ

22 P2001294010008 KEDAI DAENG JIA JL.DG.TATA RAYA NO.50 CATERING

23 KFC TALASALAPANG Jl.Slt.Alauddin No.261 RESTORAN


P2000559410001
24 KFC TANJUNG BUNGA Jl.Tanjung Bunga GMTD RUMAH MAKAN
P2000695610001
25 P2000094910002 KIOS DEVI Jl.Kumala No.104 CAFÉ

26 P2001270910002 KIOS MAPPAODDANG JL.MAPPAODANG NO.78 CAFÉ

27 P2001146710005 KOI HOTEL CLARION JL.AP.PETTARANI RESTORAN


JL.DG.TOMPO (TRANS STUDIO MALL)
28 P2001266310004 MAKASSAR SEADFOODKU RESTORAN
STREET KITCHEN
JL.H.M.DG.PATOMPO (TRANS STUDIO
29 P2001270510004 MIE AWA (STRAITH KITCHEN) MIE
MALL)
JL.SLT.ALAUDDIN RUKO PLAZA ALAUDDIN
30 P2001113910001 MIE GORENG AWA MIE
BA1
31 P2001275510004 PEPPER LUNCH TSM JLMETRO TANJUNG BUNGA TSM RESTORAN

32 PIZZA HUT ALAUDDIN Jl.Sultan Alauddin No.234 RESTORAN


P2001080010001
33 P2001326910004 PT. J.CO DONUT & COFFEE JL.HM.DG.PATOMPO TRANS STUDIO MALL RESTORAN

34 P2001327910004 PT.PANCA BOGA PARAMITA/TAWAN JL.HM.DG.PATOMPO MALL TRANS RESTORAN

35 P2001229610004 PT.TRANS BURGER / WENDY'S JL.METRO TJ.BUNGA (TSM) RESTORAN

36 P2001130610003 QUICKLY Jl.HM.DG.Patompo ( Mall Trans Studio ) RESTORAN

37 RESTAURAN SOLARIA Jl.Metro Tanjung Bunga (Trans Studio) RESTORAN


P2000971010004
JL.METRO TANJUNG BUNGA (TRANS
38 P2001002910004 RESTORAN BUMBU DESA RESTORAN
STUDIO )
39 P2001211210004 RESTORAN MADAM RICH JL.METRO TANJUNG BUNGA MALL TRANS RESTORAN

40 P2001294110004 RESTORAN PANCIOUS JL.HM.DG.PATOMPO TRANS STUDIO MALL RESTORAN

41 P2001034810004 RESTORAN X.O SUKI & CUISINE JL.HM.DG.TOMPO / TRANS MALL RESTORAN

42 P2001069910005 RM. GUSUNG PAOTERE Jl.A.P.Pettarani RUMAH MAKAN

43 P2001245010005 RM.ALABAIK JL.MANURUKI RAYA NO.45 A RUMAH MAKAN

44 P2001289610001 RM.ALABAIK JL.MAPPAODDANG NO.20 RUMAH MAKAN

45 P2001204610001 RM.ANUGRAH JL.SULTAN ALAUDDIN NO.64 RUMAH MAKAN


46 RM.AYAM GORENG WONG SOLO Jl.Slt.Alauddin No.226 RUMAH MAKAN
P2000673910001
47 P2001242710004 ROTI "O" JL.DG.PATOMPO METRO TJ.BUNGA CAFÉ

48 P2000067510002 RUMAH KOPI Jl.Kumala No.2 RUMAH KOPI

49 P2000912910001 RUMAH KOPI ALAUDDIN JL.SULTAN ALAUDDIN NO.148 RUMAH KOPI

50 P2001329710003 RUMAH MAKAN KAYANGAN JL.H.M.DG.PATOMPO KAV H 1593 RUMAH MAKAN

51 P2000058810001 RUMAH MAKAN NUSANTARA Jl.Slt.Alauddin No.315 G.Sari RUMAH MAKAN

52 P2001024410004 SABOGA JL.METRO T.BUNGA (TRANS STUDIO) RUMAH MAKAN


JL.H.M.DG.PATOMPO (TRANS STUDIO
53 P2001270610004 SEAFOOD CHUEN (STRAITH KITCHEN) RUMAH MAKAN
MALL)
54 P2001158010004 SHARE TEA Jl.HM.DG.PATOMPO TRANS STUDIO LGC/22 RESTORAN
JL.HM.DG.PATOMPO TRANS STUDIO MALL
55 P2001157010004 SHIHLIN TAIWAN STREET SNACKS CAFÉ
LOWER GROUND A.37
56 P2001242310006 SOP SAUDARA ANDALAS JL.SULTAN ALAUDDIN NO.58 COTO / SOP

57 STARBUCKS COFFEE JL.HM.DG.PATOMPO (TRANS STUDIO) RUMAH KOPI


P2001073510004
58 P2001146810005 SUNACHI HOTEL JL.AP.PETTARANI RESTORAN

59 P2001126210004 TEA HOUSE TONG JI Jl.HM.DG.Patompo ( Mall Trans Studio ) CAFÉ

60 P2001147110010 TELAGA BAROMBONG JL.BAROMBONG RUMAH MAKAN

61 P2001302010004 UPPER HILLS (BAMBUDEN) JL.TANJUNG METRO RESTORAN


WARKOP LAGALIGO (STRAITH JL.H.M.DG.PATOMPO (TRANS STUDIO
62 P2001270710004 RUMAH KOPI
KITCHEN) MALL)
JL.DG.TATA RAYA RUKO PERMATA
63 P2001247310001 WARKOP OM BEN RUMAH KOPI
MUTIARA BLOK B.39
64 P2000572410002 WARUNG KOPI Jl.Kumala No.36 RUMAH KOPI

65 P2001035810004 WARUNG LEKO JL.METRO T.BUNGA (TRANS STUDIO) RUMAH MAKAN

66 P2001223110001 WARUNG PANGKEP SOP SAUDARA JL.SULTAN ALAUDDIN NO.38/168 COTO / SOP

67 P2001205910001 WARUNG PANGKEP TALASALAPANG JL.SULTAN ALAUDDIN NO.64 COTO / SOP


68 P2001007410005 WARUNG SOLO JUTA RASA JL.SLT.ALAUDDIN NO.90 WARUNG NASI

69 P2000085810008 WARUNG SURABAYA Jl.Dg.Tata No.77 WARUNG NASI

70 P2001157910004 XO SUKI 2 CUISINE & DIMSUM Jl.HM.DG.PATOMPO TRANS STUDIO RESTORAN

71 P2001122010004 ZAFFERANO Jl.HM.DG.Patompo ( Mall Trans Studio ) RESTORAN


JL.HM.DG.PATOMPO TANJUNG BUNGA LT
72 P2001333410004 ICHIBAN SUSHI RESTORAN
LGB 12
73 P2001332910009 RM.BUNGAYA JL.MAPPAODDANG NO.78 B RUMAH MAKAN

74 P2001333010009 RUMAH MAKAN PRESTO JL.MAPPAODDANG NO.80 RUMAH MAKAN

75 P2001334210008 RM.SAUNG BAMBU JL.DG.TATA NO.5 RUMAH KOPI


JL.DG.TATA RAYA RUKO PERMATA
76 P2001334610008 RM.AROMA LUWU RUMAH MAKAN
MUTIARA
77 P2001334710005 CATERING 99 JL.BT.SUNGGU NO.21 A CATERING

78 P2001335710008 WARUNG PAJALA SEAFOOD JL.DG.TATA RAYA NO.46 WARUNG NASI


JL.METRO TANJUNG BUNGA (TRANS
79 P2001337610004 CALAIS TEA AND COFFEE CAFE
STUDIO MALL)
80 P2001337910005 CV.TIGA PUSPA (CATERING) JL.BONTO SUNGGU NO.11 CATERING

81 P2001338010008 COTO REZKI JL.DG.TATA RAYA NO.35 COTO / SOP

82 P2001338110001 DQUEEN RESTO DAN CAFÉ JL.SULTAN ALAUDDIN NO.212 CAFÉ

JL.DG.TATA KOMP.PERMATA MUTIARA


83 P2001339010009 SEVENTY EIGHT CAFÉ AND RESTO CAFE
BLOK.A
84 P2001340210006 WARKOP 37 JL.SULTAN ALAUDDIN NO.1 RUMAH KOPI

85 P2001015910004 KOPITIAM KILLINEY Jl.Metro TB (Trans Mall) RUMAH KOPI

86 P2001342310004 RESTORAN SHABUKI JL.HM.DG.PATOMPO TRANS STUDIO MALL RESTORAN

87 P2001336110002 WARTEG REZA JL.DG.NGEPPE (DEPAN RS.HAJI) WARUNG NASI


CV.BOGA YAKIN CEMERLANG/NANNY
88 P2001346310004 JL.HM.DG.PATOMPO / TRANS STUDIO MALL RUMAH MAKAN
PAVILLON
89 P2001349410003 MIE BANGKA EDY EDDY JL.METRO TANJUNG BUNGA MIE
90 P2001353710003 CV.HARAPAN TUNGGAL / HONG TANG JL.HM.DG.PATOMPO / TRANS STUDIO MALL Minuman Dingin

91 P2001354610001 BRAVO JL.SULTAN ALAUDDIN NO.27 Rumah Makan

92 P2001364610002 WARTEG UPIE 2 JL.MAPPAODDANG Warung Nasi

JL.HM.DG.PATOMPO (TRANS STUDIO MALL)


93 P2001365110004 CREPES SIGNATURE Restoran
LOWER GROUND FLOOR

94 P2001365310007 WARKOP 90 JL.KUMALA NO.90 Rumah Kopi


JL.MAPPAODDANG NO. 8 E RUKO GRIYA
95 P2001365410002 FOOD STATION 86 Warung Nasi
PERMATA
96 P2001365610008 KIOS 93 JL.DG.TATA RAYA NO.93 Warung Nasi

97 P2001364210008 AYAM BALAP JL.ABDUL KADIR NO Rumah Makan

98 P2001369410001 WARUNG MAS JOKO JL.SULTAN ALAUDDIN NO.34 Warung Nasi


JL.METRO TANJUNG BUNGA RUKO AA
99 P2001372310004 RM.RAJAWALI Rumah Makan
NO.37 A
11 KECAMATAN BIRINGKANAYA

1 P2001285911001 ABE CAFE & RESTO JL.PARUMPA (DAYA FESTIVAL) RUMAH MAKAN

2 P2001309311004 C'BEST FRIED CHICKEN JL.POROS PACCERAKANG RUMAH MAKAN

3 P2001266411006 CHEFATHI JL.P.KEMERDEKAAN KM.17 NO. RUMAH MAKAN

4 P2001174611006 DAPUR MALIOBORO JL.POROS DAYA RUMAH MAKAN

5 P2001257911001 DAYA FESTIVAL JL.KAPASA RAYA RESTORAN

6 FOOD COURT ALFA TAMALANREA Jl.P.Kemerdekaan KM.08 NO.234 CAFÉ


P2000758311001
7 P2001323611006 KFC COFFEE SHOP JL.P.KEMERDEKAAN NO.14 A CAFE

8 P2001321611006 KFC PERINTIS JL.PERINTIS KEMERDEKAAN RESTORAN

9 P2000797111001 KIOS DEWATA JL.P.KEMERDEKAAN RUMAH MAKAN

10 P2001039611006 PT.PAREWA JAYA CATERING JL.P.KEMERDEKAAN KM.19 RK.237 NO.1-2 CATERING


PT.TRANS RETAIL
11 P2001316211001 INDONESIA/TRANSMART DRAND DAYA JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KM.14 CAFE
MAKASSAR
RESTORAN CINTRA PALACE
12 P2000089811002 Jl.P.Kemerdekaan No.17 RUMAH MAKAN
(Ex.KANTIN SINAR LESTARI)
13 P2001318011001 RM. MIE TITI JL.P.KEMERDEKAAN KM. 15 MIE

14 P2001269411001 RM.AROMA LUWU JL.P.KEMERDEKAAN KM.11 RUMAH MAKAN

JL.PERINTIS KEMERDEKAAN NO.21-22


15 P2001320611001 RM.AYAM PENYET PAK TJOMOT DAYA RUMAH MAKAN
DAYA

16 P2001239611001 RM.CAK NUR JL.PERINTIS KEMERDEKAAN NO.59 RUMAH MAKAN


JL.P.KEMERDEKAAN KM.9 NO 5-6 RUKO
17 P2001172911006 RM.PUTRI MINANG 2 RUMAH MAKAN
MANDAI
18 P2000844011004 RUMAH MAKAN 17 PROPINSI JL.P.KEMERDEKAAN KM.16 RUMAH MAKAN
JL.P.KEMERDEKAAN KM.16 KOMP.KIMA
19 P2001327411001 RUMAH MAKAN NELAYAN DAYA RUMAH MAKAN
SQUARE E7
20 P2001224711001 WARKOP 51 JL.PERINTIS KEMERDEKAAN NO.27 RUMAH KOPI

21 P2000971611001 WARUNG LAMONGAN JL.P.KEMERDEKAAN KM.16 WARUNG NASI

22 P2001172611006 WARUNG LESEHAN MAS SUHUD JL.P.KEMERDEKAAN KM.17 WARUNG NASI

23 P2001176211006 WARUNG MAREM JL.KIMA SQUARE B / NO.36 RUMAH MAKAN

24 P2001229011002 WG FRIED CHICKEN JL.GOARIA NO.4 SUDIANG WARUNG NASI

25 P2001333211004 ABE CAFE & RESTO JL.PERINTIS KEMERDEKAAN RESTORAN

26 P2001334011004 METRO CAFÉ JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KM.13 NO.1-2 CAFÉ

27 P2001334311004 CATERING UKHUWAH JL.P.KEMERDEKAAN CATERING


RM.AYAM GORENG / BAKAR
28 P2001334411001 JL.P.KEMERDEKAAN RUMAH MAKAN
BASMALAH
JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KM (DPN AURI
29 P2001349311001 R.M REZKY MUTIARA PAOTERE RUMAH MAKAN
)
PT.MAKASSAR REZKY MANAGEMENT / JL.P.KEMERDEKAAN MALL DAYA GRAND
30 P2001353611001 Restoran
D'TERRACE FOOD COUR SQUARE

31 P2001373211004 WARUNG OJOLALI JL.PACERAKKANG NO.111 Warung Nasi

12 KECAMATAN MANGGALA

1 P2001317712004 C'BEZT FRIED CHICKEN JL.TAMANGAPA RAYA BLOK. B NO. 40 RUMAH MAKAN
JASA BOGA / CATERING CV.DIRGA
2 P2001299912001 JL.PURI TAMAN SARI CATERING
UTAMA
3 P2001292712001 KIOS ATI RAJA JL.ANTANG RAYA RUMAH MAKAN

4 P2001241312005 KIOS YOSUA JL.BORONG RAYA NO.3 Café

JL.ANTANG RAYA RUKO BEVERLY HILLS


5 P2001260312001 MIE TITI MIE
NO.19

6 P2001241412005 WARUNG MAKAN JL.BORONG RAYA NO.5 Warung Nasi

7 P2001260512005 WARUNG PANGKEP JL.BORONG RAYA NO.7 COTO / SOP

8 P2001284812006 WARUNG SUKA SUKI JL.TODDOPULI 7 NO.6 WARUNG NASI

9 P2001262112006 WR.DAPUR PALOPOTA JL.BORONG RAYA NO. RUMAH MAKAN


JL.RAYA BARUGA KOMP.MARINA MAS II
10 P2001335512001 C'BEZT FRIED CHICKEN RUMAH MAKAN
NO.30
JL.ANTANG RAYA RUKO BAVERLY HILLS
11 P2001343112001 RM.BAKSO KEPALA SAPI MIE
NO.1
12 P2001346512006 WARUNG PANGKEP JL.TODDOPULI RAYA NO.28 C COTO / SOP

13 KECAMATAN RAPPOCINI

1 P2001315113006 AL-BOOR JL.AROEPALA NO.122 CAFE

2 P2001314313004 BAKSO MAS PRIE JL.AP.PETTARANI RUKO ZAMRUD MIE

3 BAKSO SALEMO JL.Mon.Emmy Saelan MIE


P2001113613006
4 P2001257813004 BAKSO SEJATI JL.RAPPOCINI RAYA MIE

5 P2001000713004 BAKSO YOSDA JL.PELITA RAYA C.27 MIE

6 P2001310713010 BLACK CANYON COFFEE JL.LETJEN HERTASNING NO.38 CAFE

7 P2001327313001 BROWNIS PISANG JL.HERTASNING CAFE

8 P2001329113004 CAFÉ RICH JL.RAPPOCINI RAYA NO.219 K CAFE

9 P2001330113008 CANGKIR BAKERY & CAFÉ JL.LANDAK BARU NO.9 RUMAH KOPI

10 P2001068913008 CATERING GLORY JL.FAISAL XII NO.8 CATERING


CHATIME (PT.FOODS BEVERAGES
11 P2001270213010 JL.A.P.PETTARANI RESTORAN
INDONESIA)
12 COFFEE SHOP PETTARANI JL.AP.PETTARANI CAFÉ
P2001097413010
13 P2001220113004 COTO PETTARANI JL.PETTARANI NO. Coto / Sop

14 P2001284613007 CV.SINAR TEGAR PUTRA TUNGGAL JL.TEMBUSAN TAMALATE II N6/2C CATERING

15 P2001276313010 D'PENYETZ JL.HERTASNING RAYA NO.88/88 A RUMAH MAKAN

16 P2000892813004 KAFE KAMPOENG JL.A.P.PETTARANI NO.A.2 CAFÉ

17 P2001308813009 KEDAI RUMAHAN JL.PELITA RAYA NO.26 RUMAH MAKAN

18 KFC PETTARANI JL.AP.PETTARANI RESTORAN


P2001097313010
19 P2001254513006 KIOS ATI RAJA JL.RUKO ALAUDDIN PLAZA BLOK BA NO.6 RUMAH MAKAN

20 P2000544713008 KIOS JALANGKOTE LANDAK BARU Jl.Landak Baru No.49 CAFÉ

21 P2000656013005 KIOS RAPPOCINI Jl.Rappocini No.192 CAFÉ

22 P2000070613004 KIOS SIMPATI JL.RAPPOCINI RAYA NO.159 B CAFÉ

23 P2001309213006 LESEHAN ALAUDDIN JL.SULTAN ALAUDDIN WARUNG NASI

24 MC. DONALD'S JL.SULTAN ALAUDDIN NO.255 RESTORAN


P2001073813006
JL.PALM RAYA PERMATA HIJAU PERMAI
25 P2001271013001 MIE GALANG MIE
BLOK D/25
26 P2001154513006 NEW KAISAR JL.SLT.ALAUDDIN NO.177 RUMAH MAKAN

27 P2001253613006 OMCHICK JL.TALASALAPANG RUKO I MAKASSAR RUMAH MAKAN


PALLUBASA SERIGALA
28 P2001222113001 JL.HERTASNING BARU Coto / Sop
CAB.HERTASNING
JL.AP.PETTARANI (LIVING PLAZA
29 P2001299713005 PANBAKERS RESTORAN
PETTARANI)

30 P2001204513002 PEMPEK PALEMBANG DOEL MULUK JL.HERTASNING NO.78 RUMAH MAKAN


PT.PELITA MAHKOTA
31 P2001285213004 JL.PELITA RAYA NO.8 CAFE
HOTELINDO/FAVE HOTEL
32 P2001228613002 R.M.KHARISMA JL.TAMALATE I NO.40 RUMAH MAKAN
33 P2001331813006 REAL CAFÉ JL.SKARDA N NO.3 B RUMAH KOPI

34 P2001197313010 RESTORAN DE'SUSHI JL.HERTASNING NO.88 D RESTORAN

35 P2000996813009 RM. ADA RASA JL.AP.PETTARANI NO.90 RUMAH MAKAN

36 P2001002213008 RM. TAKANA JUO JL.FAISAL RUMAH MAKAN

37 P2000831713006 RM.AROMA LUWU JL.SULTAN ALAUDDIN NO.21 RUMAH MAKAN

38 P2001143113008 RM.AROMA MAKASSAR JL.LANDAK BARU No.50 RUMAH MAKAN

39 P2001303013006 RM.MIE TITI JL.HERTASNING RAYA MIE

40 P2001153313001 RM.MINASA BAJI JL.HERTASNING BARU/ARUPALA RUMAH MAKAN

41 P2001299613010 RM.PRASMANAN E.SAELAN JL.MON.EMMY SAELAN RUMAH MAKAN

42 P2001226113010 RM.SOP SAUDARA JL.HERTASNING BARU Coto / Sop

43 P2000035313005 RUMAH MAKAN CERIA SOLO Jl.Pelita Blk.A5 No.8 RUMAH MAKAN

44 P2000052713005 RUMAH MAKAN NYOTO Jl.Rappocini Raya No.202 RUMAH MAKAN

JL.HERTASNING RAYA KOMP.PALM MAS


45 P2001319613004 RUMAH MAKAN PADANG SAIYO RUMAH MAKAN
NO.2
46 P2001144213001 SARI LAUT MAS RIZKY JL.HERTASNING BARU NO. WARUNG NASI

47 P2000090613005 SOP IKAN BAKAR Jl.Tamalate I COTO / SOP

48 P2001282713008 SOTO AYAM LAMONGAN CAK HAR JL.LANDAK BARU NO.95A-95B RUMAH MAKAN

49 P2001300513007 TOKO ADI JAYA JL.TAMALATE 1 BLOK 5 NO.23 CAFE

50 P2001331913001 UD.BAKMI JAWA JL.HERTASNING BARU NO.30 MIE

51 P2001309413003 WARKOP BUNDU JL.AEROPALA RUMAH KOPI


JL.TALASALAPANG KOMP.RUKO BPH PLAZA
52 P2001151413006 WARKOP BUNDU TALASALAPANG RUMAH KOPI
NO.1
53 P2000939313006 WARKOP CAPPO JL.SULTAN ALAUDDIN NO.235 A RUMAH KOPI

54 P2001260413004 WARKOP DOTTORO JL.RAPPOCINI RAYA NO.112 RUMAH KOPI


55 P2000805613006 WARKOP ILHAM JL.SULTAN ALAUDDIN RUMAH KOPI

56 P2001332013006 WARKOP PA'DE COFFEE JL.SULTAN ALAUDDIN NO.191 RUMAH KOPI

57 P2001265513006 WARKOP PATRA HL.HERTASNING BARU AROEPALA RUMAH KOPI

JL.AROEPALA KOMP.PERMATA HIJAU


58 P2001331713001 WARUNG LESEHAN PAK DANI RUMAH MAKAN
PERMAI I/45

59 P2001232713006 WARUNG MAREM JL.SLT.ALAUDDIN RUKO SOHO WARUNG NASI

60 P2001243813006 WARUNG MAS JOKO JL.TALASALAPANG NO.8 WARUNG NASI

61 P2001226013004 WARUNG MAS SUHUD JL.PELITA NO.12 Warung Nasi

62 P2001265413003 WARUNG MBAK ATIK JL.TALASALAPANG WARUNG NASI

63 P2001262413001 WARUNG POJOK JL.HERTASNING BARU NO.I RUMAH KOPI

64 P2000544613008 WARUNG RAOS Jl.Landak Baru No.71 WARUNG NASI

65 P2001220013004 WARUNG SOLO JL.PELITA RAYA NO.1 (A.5 NO.9) Warung Nasi

66 P2000971213008 WARUNG SOPOYONO JL.FAISAL WARUNG NASI

WARUNG SUROBOYO MAS GATOT


67 P2001243713006 JL.TALASALAPANG NO.11 WARUNG NASI
SUKOCO
68 P2001232913006 WARUNG TEGAL UPIE 5 JL.TALASALAPANG NO.32 B WARUNG NASI

69 P2001338813006 LA KOFFIE JL.SLT.ALAUDDIN. ALAUDDIN PLAZA BB.17 CAFÉ

RM.BEBEK & AYAM GORENG LANDAK


70 P2001340413008 JL.LANDAK BARU NO.29 RUMAH MAKAN
BARU
71 P2001340513006 KA'DAENG JL.SULTAN ALAUDDIN RUMAH MAKAN

72 P2001341513007 LE MOON PIZZA IN CAFÉ JL.AROEPALA NO.5 HERTASNING CAFÉ

73 P2001348913006 POIN HOUSE JL.A.P PETTARANI NO.2 RUMAH KOPI

74 P2001349113009 HAI - HONG KOPITIAM JL.PELITA RAYA NO.36 RUMAH KOPI

75 P2001352113001 WARUNG PANGKEP "HJ.ANNY" JL.HERTASNING BARU Coto / Sop

76 P2001352313008 WARUNG UPNORMAL JL.LANDAK BARU NO.72 Restoran


77 P2001357713010 DJ DONUT JL.HERTASNING RAYA 88 H Cafe

78 P2001360213006 BAKSO GENIT JL.AROEPALA NO.96 Mie

79 P2001362013006 RM.FEBRI JL.AROEPALA NO.60 Rumah Makan

80 P2001365813001 AYAM KREMES TORA JL.TODDOPULI RAYA NO.36 Warung Nasi

81 P2001371513008 BAKSO ALAM INDAH JL.R.S.FAISAL RUKO NO.1 Mie


PT.BERKAT KANA ABADI / DEMIT
82 P2001376713010 JL.HERTASNING RAYA NO.6 Restoran
STEAK HOUSE
83 P2001377113008 BAKSO DG.NYAU JL.KOMP.PEMDA MAPPALA Mie

14 KECAMATAN TAMALANREA
"W CAFÉ" R.S PRIVATE CARE
1 P2001143614001 JL.P.KEMERDEKAAN KM.10 CAFÉ
CENTRE
2 P2000875114001 ABE CAFE & RESTO JL.P.KEMERDEKAAN KM 8 MKS TOWN SQUARE RESTORAN

3 P2001001014004 BAKSO MINGGU JL.P.KEMERDEKAAN KM.9 MIE

4 P2001000414004 BAKSO PERINTIS JL.P.KEMERDEKAAN KM.9 MIE

5 P2001239914001 C'BEZT FRIED CHICKEN JL.TAMALANREA BLOK C NO.34 RESTORAN

6 P2000982214001 COTO PARAIKATTE JL.P.KEMERDEKAAN KM.9 COTO / SOP

7 CV. ANUGRAH BOGA CEMERLANG JL.P.KEMERDEKAAN M.TOS CAFÉ


P2001070514003
DONA DONI BARU
8 P2001304914003 JL.PERINTIS KEMERDEKAAN 9 CAFE
CAB.CENDRAWASIH
PT.SELERA INTER JAYA /DUNKIN
9 P2000909014004 JL.P.KEMERDEKAAN KM 8 M'TOS CAFÉ
DONUTS
10 P2000920714004 ES BUAH 99 JL.PERINTIS KEMERDEKAAN LT.3 RESTORAN

11 P2000956814001 ES TELER 77 JL.P.KEMERDEKAAN M TOS MINUMAN DINGIN


JALANGKOTE & LUMPIA
12 P2001282614001 JL.BTP POROS NO.1 C CAFÉ
LASINRANG
13 KFC MAKASSAR TOWN SQUARE Jl.P.Kemerdekaan KM 8 RUMAH MAKAN
P2000872614004
14 P2000866114001 KIOS RAJA BOGA JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KM.11 RUMAH MAKAN
15 P2001281314001 KIOS SULAWESI JL.POROS BTP BLOK.M NO.9 RUMAH MAKAN

16 P2000805514001 LESEHAN DAMAI JL.PERINTIS KEMERDEKAAN RUMAH MAKAN

17 P2001140114001 LESEHAN DAMAI 2 JL.P.KEMERDEKAAN RUMAH MAKAN

18 P2000816714001 LESEHAN PAK DANI JL.P.KEMERDEKAAN RUMAH MAKAN

19 P2001184814004 MAMA HOTPLATE JL.P.KEMERDEKAAN M'TOS RESTORAN

20 P2000934914001 PESONA JALANGKOTE JL.RAYA BTP CAFÉ

21 P2001140214001 PISANG GORENG NUGGET JL.P.KEMERDEKAAN KM.9 RUMAH KOPI

22 P2001266514001 PISANG GORENG NUGGET JL.TAMALANREA RAYA NO.1.B (BLOK.1) RUMAH KOPI
PIZZA HUT MAKASSAR TOWN JL.PERINTIS KEMERDEKAAN LINK
23 P2001131814003 RESTORAN
SQUARE TAMALANREA JAYA
24 PIZZA RIA CAFÉ TAMALANREA JL.P.KEMERDEKAAN KM.10 RESTORAN
P2001052714003
25 P2001247014004 PLANET COFFEE JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KM.9 RUMAH KOPI
PT.HERO SUPERMARKET Tbk
26 P2001248914001 JL.P.KEMERDEKAAN II NO.242 RESTORAN
(GFC)
27 P2001234614001 PT.PIONERINDO (CFC) UNHAS JL.P.KEMERDEKAAN PINTU 2 UNHAS RESTORAN

28 P2001200914003 PT.PUTRA PRIMA HOTEL (CAFÉ) JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KM.16 CAFÉ

29 P2000920914001 RESTORAN PADANG SEDERHANA JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KM.8 NO.9 RESTORAN

30 P2001003214004 RM. MIE TITI JL.P.KEMERDEKAAN KM.9 MIE

31 P2001248414004 RM. SOP SAUDARA JL.P.KEMERDEKAAN KM.9 NO.79 COTO / SOP

32 P2001118714003 RM.AYAM PENYET RIA JL.P.KEMERDEKAAN NO.57 RUMAH MAKAN

33 P2001229814001 RM.COBEK-COBEK DESA JL.P.KEMERDEKAAN KM.9 NO.89 RUMAH MAKAN

34 P2000973714001 RM.LESEHAN PAK DANI JL.P.KEMERDEKAAN KM.9 RUMAH MAKAN

35 P2001230714003 RM.MAKASSAR BOGA JL.P.KEMERDEKAAN KM.11 RUMAH MAKAN


JL.P.KEMERDEKAAN TAMALANREA RAYA RUKO
36 P2000818914001 RM.MIE TITI RUMAH MAKAN
I
37 P2001182714003 RM.PAOTERE JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KM.9 RUMAH MAKAN

38 P2001238914001 ROTI O' JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KM.8 CAFÉ

39 P2001188914004 RTE RAMAYANA M'TOS JL.P.KEMERDEKAAN KM.8 M'TOS RESTORAN

40 P2000084514001 RUMAH MAKAN PONDOK LESEHAN Jl.P.Kemerdekaan Bumi Tamalanrea Blk.G 15 RUMAH MAKAN

41 P2001006014001 RUMAH MAKAN SERUNI JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KM.12 RUMAH MAKAN

42 SOLARIA RESTAURANT Jl.P.Kemerdekaan KM.8 MTOS RESTORAN


P2000903214001
43 P2001157514003 TOFFEE COFFEE JL.P.KEMERDEKAAN KM.9 RUMAH KOPI

44 P2001247214001 WARKOP DG.SIJA BTP JL.TAMALANREA RAYA BLOK M NO.8 RUMAH KOPI
JL.P.KEMERDEKAAN BUKIT KHATULISTIWA
45 P2001219514001 WARKOP KHATULISTIWA RUMAH KOPI
BLOK.A1 NO.1
46 P2000978514001 WARKOP KOTA DAENG JL.P.KEMERDEKAAN KM. RUMAH KOPI

47 P2001269214003 WARUNG ARUMDALU JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KM.9 WARUNG NASI

48 P2001245914001 WARUNG BAKSO MAS TOTO JL.BTP RAYA BLOK. A NO.33 MIE

49 P2000978314001 WARUNG KAMPUNG JAWA JL.POROS BTP RAYA NO.44 A WARUNG NASI

50 P2000971514001 WARUNG KOPI PHOENAM JL.POROS BTP RAYA RUMAH KOPI

51 P2001242114003 WARUNG PANGKEP HJ.ANNY JL.P.KEMERDEKAAN NO.74 COTO / SOP

52 P2001281714001 WARUNG SULASTRI JL.PERINTIS KEMERDEKAAN NO.162 WARUNG NASI

53 P2001270414005 WARUNG WONOSARI JL.RAYA KAPASA WARUNG NASI

54 P2001008514003 ZAZIL BAKERY JL.P.KEMERDEKAAN KM.10 CAFÉ

55 P2001335914003 BU CO'MO JL.PERINTIS KEMERDEKAAN KM.9 RUMAH MAKAN

56 P2001335314001 RM.ANGKRINGAN JL.RUKO GUNUNG MAS RUMAH MAKAN

57 P2001339114001 INFINITE COFFEE JL.POROS BTP BLOK C/43 RUMAH KOPI


WARUNG PANGKEP / SOP
58 P2001348714001 JL.PERINTIS KEMEDEKAAN WARUNG NASI
SAUDARA
59 P2001349514003 D'JURIES JL.BTP BLOK M NO.1 CAFE

60 P2001351914003 KEDAI KOPI TEH JL.BTP BLOK. I NO.1 Rumah Kopi

61 P2001352214003 ALAM JAYA JL.BTP RAYA Warung Nasi

62 P2001360514004 RM.TEN TEN JL.P.KEMERDEKAAN BLOK. AB NO.5 Warung Nasi

JUMLAH TOTAL WAJIB PAJAK RESTORAN = 1107


Lampiran 1

Tabel. 1. Latent Variable Correlations

AksesPasar&Pe AksesPermo By HakKepemilik SearchCos


ConclCost DesainKelem KIK Kebij&Prog NegoCost PEK
masaran dalan Transaksi an t

AksesPasar&Pemasa
1.000000
ran

AksesPermodalan -0.112344 1.000000

By Transaksi 0.172387 0.152031 1.000000

ConclCost 0.164730 0.103594 0.900412 1.000000

DesainKelem 0.785468 0.289707 0.274398 0.232632 1.000000

HakKepemilikan 0.410476 0.333820 0.206970 0.165478 0.776367 1.000000

KIK 0.354768 0.133051 0.060329 0.028735 0.503689 0.447616 1.000000

Kebij&Prog 0.134365 0.346354 0.215253 0.175591 0.580746 0.310172 0.264104 1.000000

NegoCost 0.184389 0.227889 0.882870 0.688447 0.347940 0.292769 0.131707 0.274518 1.000000

PEK 0.511072 0.240371 0.169927 0.119438 0.770519 0.802588 0.825608 0.324198 0.279122 1.000000

SearchCost 0.077628 0.041552 0.824522 0.636671 0.099485 0.048183 -0.025549 0.095385 0.583276 0.007139 1.000000
Lampiran 2
Tabel. 2. Model Pengukuran (Outer Model)

AVE communality R Square Composite Reliability Cronbachs Alpha redundancy

AksesPasar&Pemasaran 0.412947 0.412946 0.861735 0.821292

AksesPermodalan 0.816694 0.816695 0.899032 0.778757

By Transaksi 0.474584 0.474584 0.999839 0.888405 0.856956 0.272545

ConclCost 0.667470 0.667470 0.857451 0.750487

DesainKelem 0.243584 0.243584 0.998149 0.844200 0.806262 0.147225

HakKepemilikan 0.613694 0.613694 0.826494 0.684945

KIK 0.704092 0.704092 0.260263 0.922359 0.894448 -0.011663

Kebij&Prog 0.720466 0.720466 0.911467 0.872729

NegoCost 0.638434 0.638434 0.840585 0.719191

PEK 0.532792 0.532792 0.850200 0.819284 0.711701 0.000869

SearchCost 0.584947 0.584947 0.808180 0.649821


Lampiran 3

Tabel. 3 Path Coefficients

By
AksesPasar&Pemasaran AksesPermodalan ConclCost DesainKelem HakKepemilikan KIK Kebij&Prog NegoCost PEK SearchCost
Transaksi

AksesPasar&Pemasaran 0.590357

AksesPermodalan 0.106333

-
By Transaksi 0.004533
0.084224

ConclCost 0.412180

DesainKelem 0.526800 0.473757

HakKepemilikan 0.392170

KIK 0.586708

Kebij&Prog 0.342954

NegoCost 0.411112

PEK

SearchCost 0.322307
Lampiran 4

Tabel 4. Outer Weights

AksesPasar AksesPermo HakKepemilika SearchCos


By Transaksi ConclCost DesainKelem KIK Kebij&Prog NegoCost PEK
&Pemasaran dalan n t

Aksespermodalan 0.361961

Aksespermodalan 0.122845

Baca Pasar 0.193217

Baca Pasar 0.117418

HaKI 0.431915

HaKI 0.170256

HaKI 0.292784

Izin Usaha 0.413889

Izin Usaha 0.135964

KenalPesaing 0.218196

KenalPesaing 0.125326

KenalProduk 0.128118

KenalProduk 0.073189

Konsumen 0.175119

Konsumen 0.081834

Kualitas 0.129432

Kualitas 0.072634

Modal Investor 0.619715

Modal Investor 0.074639

Modal Perbankan 0.483525

Modal Perbankan 0.045677


Pasca1 0.386808

Pasca1 0.119797

Pasca2 0.486896

Pasca2 0.193224

Pasca3 0.396524

Pasca3 0.160990

Penetrasi 0.152942

Penetrasi 0.088013

Penyiapanlokasiusaha
danpenyediaaninforma 0.312281
si

Penyiapanlokasiusaha
danpenyediaaninforma 0.101787
si

Permintaan 0.116176

Permintaan 0.079561

PertumbLaba 0.227968

Pertumb Modal 0.245829

PertumbPasar 0.232661

PertumbPenjualan 0.240960

Pra1 0.385460

Pra1 0.130585

Pra2 0.324833

Pra2 0.140463

Pra3 0.396917

Pra3 0.166487
Program &Pembinaan 0.260232

Program &Pembinaan 0.094205

Regulasi 0.240103

Regulasi 0.086402

SDM 0.208892

SDM 0.161214

SDM 0.287075

Skalaekonomi 0.229662

Skalaekonomi 0.138134

Standar1 0.528690

Standar1 0.171197

Standar2 0.429037

Standar2 0.171033

Standar3 0.432894

Standar3 0.183832

TempatProduksi 0.431320

TempatProduksi 0.172750

TempatProduksi 0.307521

TenagaKerja 0.245546

Total KIK 0.464280


Lampiran 5

By
AksesPasar&Pemasaran AksesPermodalan ConclCost DesainKelem HakKepemilikan KIK Kebij&Prog NegoCost PEK SearchCost
Transaksi

Aksespermodalan 1.131507

Aksespermodalan 0.788147

Baca Pasar 0.790072

Baca Pasar 0.588169

HaKI 0.916431

HaKI 0.745046

HaKI 0.860347

Izin Usaha 1.078625

Izin Usaha 0.801066

KenalPesaing 0.823197

KenalPesaing 0.657834

KenalProduk 0.634877

KenalProduk 0.393013

Konsumen 0.790248

Konsumen 0.541788

Kualitas 0.655018

Kualitas 0.390678

Modal Investor 1.120978

Modal Investor 0.350993

Modal Perbankan 1.050611

Modal Perbankan 0.271082


Pasca1 0.816939

Pasca1 0.579979

Pasca2 0.906344

Pasca2 0.866228

Pasca3 0.907919

Pasca3 0.765973

Penetrasi 0.762012

Penetrasi 0.465841

Penyiapanlokasiusahadanpenyediaaninformasi 1.072577

Penyiapanlokasiusahadanpenyediaaninformasi 0.612379

Permintaan 0.588538

Permintaan 0.361198

PertumbLaba 0.930971

Pertumb Modal 1.048300

PertumbPasar 0.999757

PertumbPenjualan 0.982229

Pra1 0.758120

Pra1 0.593778

Pra2 0.758478

Pra2 0.570213

Pra3 0.904318

Pra3 0.777645

Program &Pembinaan 1.106284

Program &Pembinaan 0.570392

Regulasi 0.964590
Regulasi 0.466688

SDM 0.598547

SDM 0.620936

SDM 0.725358

Skalaekonomi 0.604843

Skalaekonomi 0.668803

Standar1 0.852690

Standar1 0.793900

Standar2 0.855303

Standar2 0.756450

Standar3 0.826265

Standar3 0.823008

TempatProduksi 1.051495

TempatProduksi 0.813587

TempatProduksi 0.917824

TenagaKerja 0.878154

Total KIK 0.226824


Tabel 5. Measurement Model (restandardised)
Lampiran 6

Gambar. 1. Full Model (Uji Reliabilitas)


Lampiran 7

Gambar 2. Full Model (Uji Validitas)


Lampiran 8

Tabel. 8 T-Statistic (Model Struktural)

By
AksesPasar&Pemasaran AksesPermodalan ConclCost DesainKelem HakKepemilikan KIK Kebij&Prog NegoCost PEK SearchCost
Transaksi

AksesPasar&Pemasaran 4.487175

AksesPermodalan 1.617884

By Transaksi 0.755270 0.116839

ConclCost 16.913967

DesainKelem 6.143746 6.514190

HakKepemilikan 6.705852

KIK 8.643825

Kebij&Prog 3.502239

NegoCost 9.853152

PEK

SearchCost 7.862175
Lampiran 9

Tabel 9. Path Coefficients (Mean, STDEV, T-Values)

Standard Deviation Standard Error T Statistics


Original Sample (O) Sample Mean (M)
(STDEV) (STERR) (|O/STERR|)

AksesPasar&Pemasaran ->DesainKelem 0.590357 0.576267 0.131565 0.131565 4.487175

AksesPermodalan ->DesainKelem 0.106333 0.100208 0.065723 0.065723 1.617884

By Transaksi -> KIK -0.084224 -0.087090 0.111515 0.111515 0.755270

By Transaksi -> PEK 0.004533 0.000384 0.038796 0.038796 0.116839

ConclCost -> By Transaksi 0.412180 0.409641 0.024369 0.024369 16.913967

DesainKelem -> KIK 0.526800 0.528331 0.085746 0.085746 6.143746

DesainKelem -> PEK 0.473757 0.457159 0.072727 0.072727 6.514190

HakKepemilikan ->DesainKelem 0.392170 0.376040 0.058482 0.058482 6.705852

KIK -> PEK 0.586708 0.601569 0.067876 0.067876 8.643825

Kebij&Prog ->DesainKelem 0.342954 0.317575 0.097924 0.097924 3.502239

NegoCost -> By Transaksi 0.411112 0.403793 0.041724 0.041724 9.853152

SearchCost -> By Transaksi 0.322307 0.325413 0.040995 0.040995 7.862175

Anda mungkin juga menyukai