Anda di halaman 1dari 16

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Faktor Penentu Perspektif Fraud Pentagon Theory dan Pengaruhnya


Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pada Perusahaan
Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Heny Triastuti K.1, Sri Rahayu2, Zenni Riana3


1,2,3Fakultas
Ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara, Indonesia
henytriastuti@fe.uisu.ac.id

Abstrak Kata kunci


target keuangan; tekanan eksternal;
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini
kualitas auditor eksternal; pergantian
menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan dan
auditor
laporan tahunan perusahaan yang diterbitkan oleh Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama tahun 2016-2018. Teknik pengambilan
sampel menggunakan tahap purposive sampling. Analisis data
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik
menggunakan program software SPSS versi 22 yang
menggambarkan hubungan antara Target Keuangan, Tekanan
Eksternal, Kualitas Auditor Eksternal, Pergantian Auditor,
Pergantian Direksi, dan Frekuensi Gambar CEO sebagai
variabel independen pada variabel dependen, Laporan
Keuangan Kecurangan. Hasil penelitian ini adalah Target
Keuangan, Tekanan Eksternal, Kualitas Auditor Eksternal,
Perubahan Auditor dan Direksi tidak berpengaruh terhadap
Fraudulent Financial Statement.

I. Pendahuluan

Proses terakhir dalam suatu siklus akuntansi adalah hasil yang diperoleh berupa laporan
keuangan. Laporan keuangan mencerminkan kondisi perusahaan dalam periode waktu
tertentu. Laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Tujuan pembuatan laporan keuangan
adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas
entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pengambilan
keputusan ekonomi sebagaimana tertuang dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 2009. Oleh
menganalisis laporan keuangan perusahaan, maka hal ini akan dapat membantu pihak-pihak
yang terkait dalam mengambil keputusan.
Literasi keuangan adalah pengukuran pemahaman seseorang tentang konsep keuangan, dan
kemampuan serta kepercayaan diri untuk mengelola keuangan pribadi melalui pengambilan keputusan jangka
pendek yang tepat, perencanaan keuangan jangka panjang, dan perhatian terhadap peristiwa dan kondisi
ekonomi (Remund dalam Lubis, 2019).
Pengguna laporan keuangan terdiri dari pengguna internal dan pengguna eksternal (Nabila, 2013). Pengguna
internal ini merupakan pihak yang berhubungan langsung dengan kegiatan sehari-hari perusahaan baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Manajemen perusahaan bertindak sebagai pengguna internal karena mereka bertanggung
jawab langsung atas penyusunan laporan keuangan. Sedangkan pengguna eksternal terdiri dari investor, kreditur,
pemasok, pemerintah dan pengguna lainnya.
Tindakan memanipulasi laporan keuangan merupakan salah satu bentuk penipuan. Menurut Treadway
Commission (Hasnan et al, 2013), kecurangan pelaporan keuangan yang selanjutnya disebut kecurangan
didefinisikan sebagai “penyimpangan yang disengaja dari catatan perusahaan seperti penyalahgunaan

_______________________________________________________________

DOI:https://doi.org/10.33258/birci.v3i3.1127 1995
Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal)
Volume 3, No 3, Agustus 2020, Halaman: 1995-2010 e-
ISSN: 2615-3076(Online), p-ISSN: 2615-1715(Cetak)
www.bircu-journal.com/index.php/birci
surel:birci.journal@gmail.com

prinsip akuntansi, yang mengakibatkan laporan keuangan menyesatkan secara material”. Ernst and Young LPP (Nabila,
2013) menjelaskan bahwa menurut Association of Certified Fraud Examinners (ACFE) tahun 2002, fraud adalah suatu
tindakan penipuan atau kesalahan yang dilakukan oleh seseorang atau entitas yang mengetahui bahwa suatu
kesalahan dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak menguntungkan bagi individu atau entitas atau pihak
lain.
Kecurangan laporan keuangan yang telah terjadi di beberapa sektor industri di perusahaan
Indonesia telah dilakukan. Hal senada dikemukakan oleh Trihargo (2016) yang menyatakan bahwa
bahaya laten yang mengancam dunia adalah penipuan. Pernyataan ini didukung oleh data bahwa 5%
dari pendapatan dalam organisasi menjadi korban penipuan setiap tahun.
Penelitian yang dilakukan oleh Association of Certified Fraud Examinners (ACFE) pada tahun
2016 menjelaskan bahwa ada tiga kategori utama kecurangan yang terjadi, terdiri dari
penyelewengan aset (Asset misappropriation), korupsi (corruption), dan penipuan laporan keuangan
(Fraudulent Financial Statement). . Dari berbagai kasus penipuan yang ditemukan ACFE, 83,5%
merupakan kasus penyalahgunaan aset dengan kerugian rata-rata $125.000, persentase kasus
korupsi 35,4% dengan kerugian rata-rata $200.000 dan sisanya 9,6% merupakan kasus penipuan
keuangan. pernyataan dengan kerugian $ 975.000. Dibandingkan dengan kasus sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa persentase manipulasi laporan keuangan cukup kecil namun kerugian yang
ditimbulkan lebih banyak dibandingkan kasus kerugian lainnya.
Salah satu sektor yang terdeteksi melakukan kecurangan laporan keuangan adalah perusahaan
pertambangan. Perusahaan pertambangan menurut data ACFE World tahun 2016 juga terbukti melakukan
kecurangan laporan keuangan sebesar 0,9% sedangkan migas menduduki peringkat ke-11 dalam melakukan
kecurangan. Data tersebut terlihat dari pemberitaan kasus perusahaan pertambangan di Indonesia yang
melakukan penipuan.
Dalam permasalahan ini, peran auditor sangat dibutuhkan untuk mendeteksi kecurangan sedini mungkin, sehingga dapat mencegah terjadinya

kecurangan dan kemungkinan terjadinya skandal yang berkepanjangan. Auditor harus mampu mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kecurangan dari

berbagai perspektif. Salah satunya dengan teori yang sering digunakan untuk memperkirakan kecurangan adalah Teori Segitiga yang diperkenalkan oleh

Cressey (1953). Cressey (1953) mengungkapkan bahwa kecurangan pelaporan keuangan selalu terjadi diikuti oleh tiga kondisi yaitu tekanan, peluang, dan

rasionalisasi. Seiring berkembangnya penelitian, muncul teori-teori dari perkembangan teori Fraud Triangle yang ditemukan oleh Cressey. Perkembangan

pertama yang dikemukakan oleh Wolfe dan Hermansen pada tahun 2004 dikenal dengan teori Diamond Fraud. Dalam teori ini, menambahkan elemen kualitatif

yang diyakini memiliki pengaruh signifikan terhadap penipuan, yaitu kapabilitas. Dari tahun 2004 hingga 2011 hanya ada satu perkembangan teori yang

dikemukakan oleh Crowe (2011) sebagai penyempurnaan dari teori fraud dari Cressey. Crowe (2011) menemukan sebuah penelitian bahwa unsur arogansi

(kesombongan) juga berkontribusi terhadap dorongan penipuan. Penelitian yang dikemukakan oleh Crowe (2011) merupakan perluasan dari teori Fraud

Triangle dan teori Diamond Fraud, sehingga model fraud yang ditemukan oleh Crowe (2011) terdiri dari lima elemen indikator yaitu tekanan, peluang,

rasionalisasi, kompetensi, dan arogansi. . Lima elemen teori yang dikembangkan oleh Crowe (2011) disebut Pentagon Theory Fraud. Penelitian yang

dikemukakan oleh Crowe (2011) merupakan perluasan dari teori Fraud Triangle dan teori Diamond Fraud, sehingga model fraud yang ditemukan oleh Crowe

(2011) terdiri dari lima elemen indikator yaitu tekanan, peluang, rasionalisasi, kompetensi, dan arogansi. . Lima elemen teori yang dikembangkan oleh Crowe

(2011) disebut Pentagon Theory Fraud. Penelitian yang dikemukakan oleh Crowe (2011) merupakan perluasan dari teori Fraud Triangle dan teori Diamond

Fraud, sehingga model fraud yang ditemukan oleh Crowe (2011) terdiri dari lima elemen indikator yaitu tekanan, peluang, rasionalisasi, kompetensi, dan

arogansi. . Lima elemen teori yang dikembangkan oleh Crowe (2011) disebut Pentagon Theory Fraud.

Dalam teori ini, menambahkan elemen kualitatif yang diyakini memiliki pengaruh signifikan
terhadap penipuan, yaitu kapabilitas. Dari tahun 2004 hingga 2011 hanya ada satu perkembangan
teori yang dikemukakan oleh Crowe (2011) sebagai penyempurnaan dari teori fraud dari Cressey.
Crowe (2011) menemukan sebuah penelitian bahwa unsur arogansi (kesombongan) juga
berkontribusi terhadap dorongan penipuan. Penelitian yang dikemukakan oleh Crowe (2011)
merupakan perluasan dari teori Fraud Triangle dan teori Diamond Fraud, sehingga model fraud yang
ditemukan oleh Crowe (2011) terdiri dari lima elemen indikator yaitu tekanan, peluang, rasionalisasi,

1996
kompetensi, dan arogansi. Lima elemen teori yang dikembangkan oleh Crowe (2011)
disebut Pentagon Theory Fraud.

II. Review Sastra

2.1 Teori Agensi


Agency Theory atau teori keagenan secara umum adalah hubungan antara
pemegang saham sebagai pemegang saham dan manajemen sebagai agen.
Hubungan ini dimulai dengan adanya korporasi yang memisahkan secara tegas
antara kepemilikan perusahaan dan manajemen. Manajemen adalah pihak yang
dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang
saham. Menurut Jensen dan Meckling dalam (Ahmad, 2017) hubungan keagenan
muncul karena adanya kontrak antara prinsipal dan agen dengan mendelegasikan
beberapa wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Teori keagenan
menjelaskan hubungan kontraktual antara prinsipal dan agen. Agen dan prinsipal
saling berhubungan karena memiliki hubungan untuk kepentingan yang
diharapkan oleh masing-masing pihak. Sebagai agen,

2.2 Definisi Penipuan


Penipuan adalah kejahatan dengan menggunakan representasi palsu untuk
mendapatkan keuntungan yang tidak adil atau dengan paksa mengambil hak atau
kepentingan orang lain. Menurut, Sukirman dan Maylia (Taufiqotul, 2017) fraud adalah
suatu tindakan corporate fraud yaitu suatu perbuatan yang dilakukan dengan sengaja
oleh manajemen atau pemilik perusahaan untuk melakukan tindakan yang melanggar
aturan yang telah ditetapkan oleh regulator. Selain itu, banyak definisi dan pengertian
yang menjelaskan tentang fraud. Menurut The Institute of Internal Auditors (IIA)
kecurangan didefinisikan sebagai “Suatu rangkaian penyimpangan tindakan ilegal yang
ditandai dengan penipuan yang disengaja”, yang dapat diartikan sebagai serangkaian
tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar hukum yang ditandai dengan unsur
penipuan yang disengaja.

2.3 Laporan Keuangan Palsu


Menurut Priantara (2013) dalam Ahmad (2017), penipuan laporan keuangan bertujuan untuk
menipu investor dan kreditur dengan meningkatkan nilai aset dan mengakui pendapatan, dan
sebaliknya menurunkan nilai kewajiban dan membebankan biaya operasional dan biaya produksi.

SAS No. 99 menyatakan bahwa penipuan laporan keuangan dapat dikaitkan dengan hal-hal berikut:
a) Manipulasi, pemalsuan dan pengubahan data akuntansi atau dokumen pendukung
dari penyediaan laporan keuangan.
b) Kesalahan pencatatan yang disengaja dari peristiwa, transaksi atau informasi penting lainnya dalam
laporan keuangan.
c) Kesalahan yang disengaja dalam penggunaan prinsip akuntansi untuk jumlah, klasifikasi, metode
penyampaian atau pengungkapan.

1997
2.4 Teori Segitiga Penipuan
Mark Zimbelemen (Taufiqotul, 2017: 33) menyatakan bahwa ada tiga unsur yang muncul
secara bersamaan yang dapat mendorong seseorang untuk melakukan fraud, antara lain: Pressure,
Opportunity (kesempatan), dan Rationalization (rasionalisasi). Berikut adalah gambar skema segitiga
penipuan seperti terlihat pada gambar:

Tekanan

Peluang Rasionalisasi

Gambar 1.Teori Segitiga Penipuan oleh Cressey (1953)

sebuah. Tekanan

Kondisi yang dapat menentukan seseorang untuk melakukan fraud dikemukakan oleh Albrecht et
al dalam Ahmad (2017), tekanan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Tekanan Keuangan
Hampir 95% penipuan dilakukan karena tekanan keuangan yang biasanya diselesaikan dengan
mencuri.
2. Tekanan Wakil
Pada tekanan ini akibat dorongan untuk memuaskan kebiasaan (nafsu). Tekanan ini mendorong
pemenuhan kebiasaan buruk yang dapat dianggap sebagai hobi.
3. Tekanan Terkait Pekerjaan
Skousen (2009) ROA merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. ROA
dihitung menggunakan rumus berikut:

Tekanan Eksternal adalah tekanan yang berlebihan bagi manajemen untuk memenuhi persyaratan
atau harapan pihak ketiga. Untuk mengatasi tekanan ini perusahaan membutuhkan tambahan utang atau
sumber pembiayaan eksternal agar tetap kompetitif, termasuk pendanaan penelitian dan pengembangan
atau belanja modal. Kebutuhan pembiayaan eksternal terkait dengan kas yang dihasilkan dari pembiayaan
melalui utang (Skousen et al, 2009). Oleh karena itu tekanan eksternal dalam penelitian ini diproksikan
dengan rasio leverage (LEV). Rasio leverage dihitung menggunakan rumus berikut:

b. Peluang
Elemen kedua dari Fraud Triangle adalah peluang. Penipuan tidak mungkin terjadi jika tidak
ada peluang atau peluang di bawah kondisi yang tepat untuk menyontek. Berdasarkan

1998
Albrecht et al dalam Ahmad (2017) ada enam faktor peluang untuk melakukan fraud, antara
lain:
1. Kurangnya kontrol dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan
2. Ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja
3. Kegagalan mendisiplinkan penipu
4. Kurangnya pengawasan terhadap akses informasi
5. Ketidaktahuan dan ketidakmampuan mengantisipasi penipuan

6. Kurangnya jejak audit


Kualitas auditor eksternal ditentukan dalam pemilihan jasa audit pada kantor akuntan publik yang
ditunjuk oleh perusahaan yaitu KAP yang tergabung dalam BIG4 dan Non-BIG4. Lennox dan Pittman (2010)
menemukan bahwa KAP BIG4 memiliki sumber daya manusia yang memiliki kemampuan lebih untuk
mendeteksi kecurangan laporan keuangan dibandingkan KAP Non BIG4. Oleh karena itu penelitian ini
memproksikan Peluang dengan Kualitas Auditor Eksternal yang diukur dengan variabel dummy sebagai
berikut:

Kode 1 = Jika Anda menggunakan jasa audit KAP BIG4

Kode 0 = Jika tidak menggunakan KAP BIG4

c. Rasionalisasi
Sikap rasionalisasi merupakan unsur terakhir dalam teori segitiga menyontek yang mendasari
anggapan bahwa tindakan yang dilakukan adalah benar. Rasionalisasi merupakan alasan pembenaran
pribadi pelaku fraud atas kesalahan dari perbuatan yang merugikan pihak lain. Albrecht et al dalam
Ahmad (2017) menjelaskan bahwa rasionalisasi yang sering terjadi ketika melakukan fraud antara lain:

1. Aset tersebut sebenarnya milik saya (penipuan pelaku)


2. Saya hanya meminjam dan akan mengembalikannya
3. Tidak ada pihak yang dirugikan

4. Ini dilakukan untuk sesuatu yang mendesak


5. Pembukuan akan kami perbaiki setelah masalah keuangan ini teratasi
6. Saya bersedia mengorbankan reputasi dan integritas saya selama dapat meningkatkan taraf
hidup saya
Pergantian auditor atau pergantian auditor yang digunakan oleh perusahaan dapat dianggap sebagai bentuk
untuk menghilangkan jejak kecurangan (Fraud trail) yang ditemukan oleh auditor sebelumnya. Kecenderungan ini
mendorong perusahaan untuk mengganti auditor independennya guna menutupi kekurangan-kekurangan yang terdapat
dalam perusahaan. Oleh karena itu penelitian ini memproksikan Rationalization with Change In Auditor (CPA) yang diukur
dengan variabel dummy sebagai berikut:

Kode 1 = Terjadi perubahan KAP selama periode 2016-2018

Kode 0 = Tidak ada perubahan KAP selama periode 2016-2018

Kemajuan era bisnis tentunya sangat mempengaruhi perkembangan studi tentang fraud. Salah
satunya dilakukan oleh Wolfe dan Hermanson pada bulan Desember 2004 yang mengadopsi teori Cressey
Triangle Theory dengan tiga elemen, kemudian mengembangkannya dengan menambahkan elemen
Capability yang dikenal dengan teori Fraud Diamond. Penemuan tersebut digambarkan seperti di bawah ini:

1999
Tekanan Peluang

Rasionalisasi Kemampuan

Gambar 2.Teori Berlian Penipuan oleh Wolfe dan Hermanson (2004)

Fraud Diamond merupakan elemen tambahan dari fraud triangle, dimana elemen ini diharapkan
dapat meningkatkan pencegahan dan pendeteksian fraud. Segitiga penipuan dapat ditingkatkan dalam
pencegahan dan deteksi penipuan dengan mempertimbangkan elemen keempat (Wolfe dan Hermanson,
2004: 38) dalam Restu (2018). Maksud dari unsur keempat adalah kemampuan individu. Wolfe dan
Hermanson, 2004 berpendapat bahwa sifat dan kemampuan seseorang yang memiliki peran utama dalam
suatu organisasi dapat menghadirkan kecurangan, di luar tiga elemen dalam segitiga kecurangan.
Kompetensi yang dimiliki seseorang dalam perusahaan akan mempengaruhi kemungkinan seseorang
melakukan kecurangan. Wolfe dan Hermanson (2004) menyarankan bahwa perubahan direksi akan menyebabkan
periode stres yang menghasilkan lebih banyak peluang untuk penipuan. Oleh karena itu penelitian ini
memproksikan kompetensi dengan pergantian direksi perusahaan (DCHANGE) yang diukur dengan variabel
dummy sebagai berikut:

Kode 1 = Ada pergantian direksi perusahaan

Kode 0 = Tidak ada pergantian direksi perusahaan

d. Teori Penipuan Pentagon


Fraud Pentagon Theory adalah sebuah konsep yang menggambarkan faktor-faktor penyebab
terjadinya kecurangan. Dalam teori penipuan segi lima ini ditambahkan dua variabel penting lainnya di
luar tiga variabel penting dalam teori segitiga penipuan, yaitu kompetensi dan arogansi. Teori segitiga
penipuan dapat dikembangkan lebih luas menjadi teori pentagon penipuan, di mana kompetensi dan
kesombongan karyawan merupakan faktor yang diperhitungkan dalam tiga kondisi umum yang ada
sebelumnya ketika penipuan terjadi.

Gambar 3.Teori Penipuan Pentagon oleh Crowe Horwath (2012)

Horwath (2011) dalam Ahmad (2017) mengemukakan bahwa ada lima unsur arogansi
dari sudut pandang CEO, yaitu sebagai berikut (Yusof, et., Al, 2015: 130):

2000
1. Ego besar CEO lebih terlihat seperti selebriti daripada pengusaha.
2. CEO menganggap pengendalian internal tidak berlaku untuknya.
3. Memiliki ciri-ciri perilaku yang mengganggu.
4. Memiliki kebiasaan memimpin dengan berwibawa.
5. Takut kehilangan posisi atau status.
Menurut Crowe (2011), ada juga kemungkinan bahwa CEO akan melakukan apa saja untuk
mempertahankan posisi dan posisinya saat ini. Oleh karena itu penelitian ini memproksikan arogansi
dengan banyaknya foto CEO yang diukur dengan:

CEOPIC = frekuensi kemunculan gambar CEO setiap tahun

AKU AKU AKU. Metode penelitian

3.1 Populasi dan Sampel


sebuah. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2016-2018. Populasi sebanyak 46 perusahaan, diperoleh
dari website Bursa Efek Indonesia (BEI), yaitu www.idx.co.id.

b. Sampel
Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling
dengan teknik judgement sampling. Dimana sampel ditentukan berdasarkan kriteria tertentu yang
ditetapkan oleh penulis. Beberapa kriteria dalam menentukan sampel antara lain:
1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2016-2018.
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan dan laporan tahunan secara lengkap untuk tahun 2016-2018.
3. Laporan tahunan perusahaan memiliki data yang berkaitan dengan variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian untuk tahun
2016-2018

Tabel 1.Contoh Perhitungan Kriteria


Tidak Informasi Total
1. Perusahaan pertambangan tercatat di Bursa Efek
46
Indonesia selama 2016-2018.
2. Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan tahunan secara
lengkap selama tahun 2016-2018 sesuai dengan data yang (6)
dibutuhkan dalam variabel penelitian.
3. Laporan tahunan perusahaan yang tidak memiliki data terkait
variabel yang dibutuhkan dalam penelitian selama tahun (23)
2016-2018.
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel per
17
tahun
Total pengamatan penelitian 51

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah
data yang mengacu pada informasi yang diperoleh dari sumber yang ada. Hal ini dilakukan dengan mencari
dan mencatat informasi yang dibutuhkan pada data sekunder berupa laporan tahunan atau annual report
tahun 2016-2018 yang dapat diakses di situs.

2001
IV. Hasil dan Diskusi

4.1 Analisis Data


sebuah. Analisis Statistik Deskriptif
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) dari tahun 2016-2018. Populasi berjumlah 46 perusahaan, setelah dilakukan penelitian
sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling atau berdasarkan kriteria tertentu diperoleh 17
perusahaan pertambangan dalam kurun waktu 3 tahun pengamatan, sehingga jumlah sampel penelitian
adalah 51 perusahaan yang menjadi sampel penelitian. .
Untuk mengetahui data statistik yang meliputi jumlah sampel, nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata dan simpangan baku semua variabel penelitian, statistik
deskriptif dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Meja 2.Statistik deskriptif


Statistik eskriptif N Minimum Maksimum Berarti Std. Deviasi
keuangan raudulent
51 0 1 , 47 , 504
pernyataan
Target keuangan 51 - 30,76 20,68 1,6712 9.36658
Tekanan eksternal 51 , 25 , 69 , 4867 , 13072
kualitas Auditor Eksternal 51 0 1 , 55 , 503
tergantung pada Auditor 51 0 1 , 10 , 300
ergantian direksi 51 0 1 , 16 , 367
requent Nomor Gambar
51 1 7 2,96 1.166
CEO
alid N (meluruskan) 51
Sumber: Data Diolah dengan SPSS Versi 22

Berdasarkan tabel 2 hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif dapat disimpulkan
itu:
1. Penipuan Laporan Keuangan sebagai variabel terikat dengan jumlah sampel 51
memiliki nilai minimum 0, nilai maksimum 1, nilai rata-rata (mean) 0,47 dan
standar deviasi 0,504.
2. Target Keuangan sebagai variabel independen dengan ukuran sampel 51 memiliki
nilai minimum -30,76, nilai maksimum 20,68, nilai rata-rata 1,6712 dan standar
deviasi 9,36658.
3. Tekanan eksternal sebagai variabel bebas dengan jumlah sampel 51 memiliki nilai
minimum 0,25, nilai maksimum 0,69, nilai rata-rata (mean) 0,4867 dan standar
deviasi 0,13072.
4. Kualitas Auditor Eksternal sebagai variabel independen dengan jumlah sampel 51
memiliki nilai minimum 0, nilai maksimum 1, nilai rata-rata (mean) 0,55 dan standar
deviasi 0,503.
5. Perubahan Auditor sebagai variabel independen dengan ukuran sampel 51 memiliki
nilai minimum 0, nilai maksimum 1, nilai rata-rata (mean) 0,10 dan standar deviasi
0,300.
6. Pergantian Direksi sebagai variabel independen dengan jumlah sampel 51
memiliki nilai minimum 0, nilai maksimum 0, nilai rata-rata (mean) 0,16 dan
standar deviasi 0,367.
7. Frequent Number of CEO's Picture sebagai variabel independen dengan ukuran
sampel 51 memiliki nilai minimum 1, nilai maksimum 7, nilai rata-rata (mean) 2,96 dan
standar deviasi 1,166.

2002
b. Regresi logistik
Analisis regresi logistik adalah regresi yang digunakan sebagai pemodelan kemungkinan
terjadinya dengan variabel terikat (Y) tipe kategorik pilihan dua. Dalam penelitian ini, perusahaan
pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan variabel terikat (Y) dikategorikan/
dua pilihan yaitu Non Fraud 0 dan Fraud 1. Penjelasan ini dapat dilihat pada Tabel 5.2 di bawah
ini:

Tabel 3.Identifikasi Data


Nilai asli Nilai Internal
0 0
1 1
Sumber: Data Diolah dengan SPSS Versi 22

Pada penelitian ini jumlah data yang diolah adalah 51 perusahaan atau N = 51. Untuk melihat kelengkapan
data yang diolah dalam penelitian ini dan mengetahui tidak adanya kasus yang hilang dapat dilihat pada tabel 3
dibawah ini :

Tabel 4.Data Diproses


Kasus Tidak Tertimbangsebuah N Persen
Kasus yang Dipilih Termasuk dalam Analisis 51 100,0
Kasus Hilang 0 ,0
Total 51 100,0
Kasus yang Tidak Dipilih 0 ,0
Total 51 100,0
Sumber: Data Diolah dengan SPSS Versi 22

Adapun tahapan dalam pengujian menggunakan analisis regresi logistik dapat dijelaskan sebagai berikut
(Ghozali, 2011):

1. Menilai Kelayakan Model Regresi (Hosmer and Lemeshow's Goodness of fit test)

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow's


Goodness of fit test. Jika nilai Goodness of fit test Hosmer dan Lemeshow sama dengan atau
kurang dari 5% (0,05), maka hipotesis nol ditolak yang berarti terdapat perbedaan yang
signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model adalah
kurang baik karena tidak dapat memprediksi nilai observasi. Jika nilai Hosmer and
Lemeshow's Goodness of fit test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol diterima dan
berarti model tersebut mampu memprediksi nilai observasinya atau model dapat dikatakan
diterima karena cocok dengan data observasinya.

Tabel 5.Kelayakan Model Regresi


Melangkah Chi-kuadrat df Tanda tangan.

1 3.355 8 , 910
Sumber: Data Diolah dengan SPSS Versi 22

Hasil output SPSS yang disajikan pada tabel 5 menunjukkan bahwa nilai Chi-square sebesar
3,355 dengan signifikansi (p) sebesar 0,910. Berdasarkan hasil tersebut, dengan nilai signifikansi lebih
besar dari 0,05 (p>0,05), model dapat disimpulkan mampu memprediksi nilai observasi atau

2003
model dikatakan fit dengan data dan model tersebut dapat diterima sehingga model ini dapat digunakan
untuk analisis lebih lanjut.

2. Menilai Kecocokan Model Keseluruhan (Overall Model Fit)


Kemungkinan L model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan mewakili data
input. Untuk menguji hipotesis nol dan Likelihood L ditransformasikan menjadi -2Logl. Pengujian
dilakukan dengan membandingkan nilai -2Log Likehood awal (-2LogL) (nomor blok = 0) dengan nilai
-2Log Likehood (-2LogL) akhir (nomor blok = 1). Penurunan Likelihood (-2LL) menunjukkan model
regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.

Tabel 6.Tes Menilai Model Keseluruhan (Blok Nomor 0: Blok Awal)


Koefisien
Pengulangan - 2 Kemungkinan log Konstan
1
Langkah 0 70.524 - , 118
2 70.524 - , 118
Sumber: Data Diolah dengan SPSS Versi 22

Tabel 6 menunjukkan nilai -2 Log Likehood (-2LogL) pada blok pertama (nomor blok = 0),
menunjukkan nilai -2LogL sebesar 70.524. maka selanjutnya nilai -2LogL (nomor blok = 1)
ditunjukkan pada tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 7.Tes Menilai Model Keseluruhan (Blok Nomor = 1)


-2 Catatan Koefisien
Pengulangan kemungkinan Konstan X1 X2 X3 X4 X5 X6
Langkah 1 1 58.812 - 1,569 - , 058 - 1.388 , 374 1,583 - 1,042 , 685
2 58.425 - 1.797 - , 074 - 1,865 , 485 1,965 - 1,267 , 821
3 58.421 - 1,810 - , 076 - 1,929 , 499 2.012 - 1,290 , 833
4 58.421 - 1,810 - , 076 - 1.930 , 499 2.013 - 1,290 , 833
Sumber: Data Diolah dengan SPSS Versi 22

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai -2Log Likehood (-2LogL) pada blok nomor
= 1 setelah dimasukkan enam variabel independen yaitu target keuangan, tekanan eksternal,
kualitas auditor eksternal, pergantian auditor, pergantian direktur, dan jumlah foto CEO yang
sering menjadi 58.421.
Seperti yang ditunjukkan pada tabel 5.5 dan 5.6 nilai awal Log-2 (-2LogL) (nomor blok = 0) adalah
70.524 dan nilai -2 Log Likehood (-2LogL) berikutnya (nomor blok = 1) adalah 58.421. Artinya terjadi
penurunan sebesar 12.103. Penurunan nilai 2LogL menunjukkan model regresi yang lebih baik atau
dengan kata lain model tersebut dihipotesiskan fit dengan data.

3. Koefisien Determinasi (Cox dan Snell's R Square)


Besarnya koefisien determinasi dalam model regresi logistik ditunjukkan dengan
nilai Nagelkerke R Square. Nilai R2 Nagelkerke dapat diartikan seperti nilai R2 pada
regresi berganda. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan
variasi variabel terikat sangat terbatas. Nilai yang mendeteksi satu berarti bahwa variabel
independen menyediakan hampir semua informasi yang diperlukan untuk memprediksi
variasi variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel 8 di
bawah ini:

2004
Tabel 8.Uji Koefisien Determinasi
Cox & Snell R
Melangkah - 2 Kemungkinan log Kotak Nagelkerke R Square
1 58.421 sebuah , 211 , 282
Sumber: Data Diolah dengan SPSS Versi 22

Berdasarkan tabel 8 dapat diketahui bahwa nilai Nagelkerke R Square adalah 0,282. Artinya
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah 28,2%.
Sedangkan sisanya sebesar 71,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini
seperti stabilitas keuangan, sifat industri, dan laporan audit.

4. Uji Matriks Klasifikasi


Uji matriks klasifikasi menunjukkan kekuatan prediksi model regresi untuk
memprediksi kemungkinan perusahaan membuat keputusan laporan keuangan yang
curang. Pada output regresi logistik angka ini dapat dilihat pada tabel klasifikasi. Hasil uji
matriks klasifikasi dapat dilihat pada tabel 9:

Tabel 9.Tes Klasifikasi Matriks


Diprediksi

Laporan Keuangan Palsu


Persentase
Diamati 0 1 Benar
Langkah 1 Curang Finansial0 21 6 77,8
Penyataan
1 8 16 66,7
Persentase Keseluruhan
72,5

Sumber: Data Diolah dengan SPSS Versi 22

Berdasarkan tabel 9 di atas terlihat kekuatan model regresi untuk memprediksi


kemungkinan tingkat prediksi model adalah 72,5%, dimana 77,8% non-fraud dan 66,7% fraud
telah mampu diprediksi oleh model. Ini berarti bahwa kemampuan prediksi model dengan
variabel target keuangan, tekanan eksternal, kualitas auditor eksternal, pergantian auditor,
pergantian direksi dan jumlah gambar CEO yang sering secara statistik dapat memprediksi 66,7%.

Kekuatan prediksi model regresi untuk memprediksi kemungkinan kecurangan laporan


keuangan adalah 66,7%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi yang
digunakan, terdapat 34 perusahaan (66,7%) diprediksi melakukan kecurangan laporan keuangan dari
total 51 perusahaan yang melakukan kecurangan laporan keuangan. Kekuatan prediksi model
perusahaan yang dinyatakan tidak melakukan kecurangan (non-fraud) adalah sebesar 77,8% yang
berarti dengan model regresi yang digunakan terdapat 40 perusahaan (77,8%) dari total 51
perusahaan yang melakukan tidak melakukan kecurangan laporan keuangan. Sehingga akurasi
klasifikasi secara keseluruhan sebesar 72,5%.

5. Uji Hipotesis Penelitian


a) Pengujian hipotesis dilakukan untuk membandingkan nilai signifikansi (sig) pada variabel tabel dalam
persamaan dengan 5%. Aturan pengambilan keputusan adalah:
b) Jika nilai probabilitas (sig) < = 5%, maka hipotesis diterima
c) Jika nilai probabilitas (sig) > = 5% maka hipotesis ditolak

2005
Hasil uji hipotesis penelitian dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini:

Tabel 10.Uji Hipotesis Penelitian


B SE Wald df Tanda tangan. Berakhir (B)

Langkah 1sebuah Target Keuangan - , 076 , 047 2.580 1 , 108 , 927


Tekanan Eksternal - 1.930 2,837 , 463 1 , 496 , 145
Kualitas Auditor Eksternal , 499 , 719 , 482 1 , 487 1,647
Perubahan Auditor 2.013 1,262 2.545 1 , 111 7.484
Pergantian Direksi - 1,290 , 975 1,749 1 , 186 , 275
Nomor Sering Dari
, 833 , 372 5.024 1 , 025 2,301
Foto CEO
Konstan - 1,810 1,931 , 879 1 , 349 , 164
Sumber: Data Diolah dengan SPSS Versi 22

Berdasarkan tabel 10 di atas dapat disimpulkan bahwa:


H1: Financial Target tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Berdasarkan tabel 5.9 hasil pengujian variabel independent target financial memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,108 lebih besar dari = 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan - 0,076. Hal
ini menunjukkan bahwa hipotesis H1 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
pengaruh financial target terhadap kecurangan laporan keuangan.
H2: External Pressure tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan tabel 5.9
Hasil pengujian variabel independent external pressure memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,496 lebih
besar dari = 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan -1,930. Hal ini menunjukkan bahwa H2 ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh external pressure terhadap kecurangan
laporan keuangan.
H3 : Kualitas Auditor Eksternal tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Berdasarkan tabel 5.9 hasil pengujian variabel independen kualitas auditor eksternal memiliki tingkat
signifikansi sebesar 0,487 lebih besar dari = 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan adalah 0,499. Hal
ini menunjukkan bahwa H3 ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kualitas
auditor eksternal terhadap kecurangan laporan keuangan.
H4 : Perubahan Auditor tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan tabel 5.9
hasil pengujian variabel independen perubahan auditor memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,111 lebih
besar dari = 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan sebesar 2,013. Hal ini menunjukkan bahwa H4
ditolak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pergantian auditor terhadap
kecurangan laporan keuangan.
H5 : Perubahan Direksi tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan tabel 5.9
hasil pengujian variabel independen perubahan direksi memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,186 lebih
besar dari = 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan -1.290. Hal ini menunjukkan bahwa H5 ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pergantian direksi terhadap kecurangan
laporan keuangan.
H6: Seringnya Jumlah Gambar CEO berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Berdasarkan tabel 5.9 hasil pengujian variabel frequent of CEO's picture variabel independen
memiliki tingkat signifikansi 0,025 lebih kecil dari = 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan
adalah 0,833. Hal ini menunjukkan bahwa H6 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada pengaruh seringnya jumlah foto CEO terhadap kecurangan laporan keuangan.

6. Uji Koefisien Regresi Logistik


Regresi logistik berfungsi untuk menguji apakah probabilitas kemunculan variabel terkait
dapat diprediksi dengan variabel independen. Dalam penelitian ini uji regresi logistik digunakan
untuk melihat pengaruh target keuangan, tekanan eksternal, kualitas audit eksternal,

2006
pergantian auditor, pergantian direktur dan seringnya jumlah foto CEO pada laporan keuangan
yang curang. Untuk membuat persamaan persamaan regresi logis dapat dilihat pada tabel 5.9.
Bentuk persamaan dari analisis regresi logistik adalah sebagai berikut:

PENIPUAN = -1,810 + -0,076ROA + -1,930LEV + 0,499AUD + 2,013CPA + -1.290DCHANGE


+ 0,833CEOPIK +

4.2 Evaluasi Data


sebuah. Pengaruh Financial Targets Terhadap Laporan Keuangan Pada Perusahaan Pertambangan
Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variabel independent target financial memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,108 lebih besar dari = 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan -0,076.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh financial target terhadap kecurangan laporan
keuangan.
Hasil ini menunjukkan bahwa financial target berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kecurangan laporan keuangan. Target keuangan adalah target keuangan yang ingin
dicapai perusahaan. Pengelola tidak menganggap target keuangan sebagai target keuangan
yang sulit dicapai sehingga besarnya target keuangan tidak memicu kecurangan laporan
keuangan yang dibuat oleh manajemen.

b. Pengaruh Tekanan Eksternal Terhadap Laporan Keuangan Pada Perusahaan Pertambangan


Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variabel bebas tekanan eksternal memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,496 lebih besar dari = 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan -1,930.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh external pressure terhadap kecurangan
laporan keuangan.
Hasil ini menunjukkan bahwa tekanan eksternal berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan. Tekanan eksternal adalah biaya tetap yang digunakan untuk mendanai perusahaan. Biaya tersebut dapat
menguntungkan perusahaan apabila dapat dikelola dengan baik sehingga menghasilkan pendapatan yang lebih besar dari biaya
tetap yang dikeluarkan. Sehingga manajemen tidak perlu melakukan kecurangan laporan keuangan untuk mengembalikan
hutang yang digunakan untuk mendanai perusahaan.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian berkah (2013) dan Asmaranti Yuztiya (2016) yang
menyatakan bahwa tekanan eksternal tidak berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.

c. Pengaruh Kualitas Auditor Eksternal Terhadap Laporan Keuangan Pada Perusahaan


Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variabel independen kualitas auditor eksternal
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,487 lebih besar dari = 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan
adalah 0,499. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kualitas auditor eksternal
terhadap kecurangan laporan keuangan.
Hasil ini menunjukkan bahwa kualitas auditor eksternal berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kecurangan laporan keuangan. Kualitas auditor eksternal yang menggunakan KAP BIG4 maupun
yang tidak menggunakan KAP BIG4 tidak menjadi acuan bagi suatu perusahaan untuk melakukan
kecurangan laporan keuangan.

d. Pengaruh Perubahan Auditor Terhadap Laporan Keuangan Pada Perusahaan Pertambangan


Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variabel independen perubahan auditor
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,111 lebih besar dari = 0,05. Koefisien beta yang dihasilkan

2007
nilai 2,013. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pergantian auditor terhadap kecurangan
laporan keuangan.
Hasil ini menunjukkan bahwa pergantian auditor berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kecurangan laporan keuangan. Perusahaan melakukan pergantian auditor bukan karena
ingin mengurangi pendeteksian laporan keuangan oleh auditor lama, tetapi karena perusahaan
mematuhi Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 pasal 11 ayat 1 yang
menyatakan bahwa pemberian jasa audit atas laporan keuangan suatu perusahaan oleh akuntan
publik dibatasi 5 (lima) tahun berturut-turut.

e. Pengaruh Pergantian Direksi Terhadap Kecurangan Laporan Keuangan Pada Perusahaan


Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variabel independen pergantian direksi memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,186 lebih besar dari = 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan -1.290.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh pergantian direksi terhadap kecurangan
laporan keuangan.
Hasil ini menunjukkan bahwa pergantian direksi berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kecurangan laporan keuangan. Perusahaan mengganti direksi bukan karena ingin
menutupi kecurangan yang dilakukan direksi sebelumnya. Namun pemangku kepentingan
tertinggi di perusahaan menginginkan peningkatan kinerja perusahaan dengan merekrut direktur
yang dianggap lebih kompeten dari direktur sebelumnya.

f. Pengaruh Frekuensi Gambar CEO terhadap Laporan Keuangan Pada


Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa variabel frekuensi gambar CEO variabel
independen memiliki tingkat signifikansi 0,025 lebih kecil dari = 0,05. Nilai koefisien beta yang
dihasilkan adalah 0,833. Hal ini menunjukkan bahwa H6 diterima. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh seringnya jumlah foto CEO terhadap kecurangan laporan keuangan.

Hasil ini menunjukkan bahwa seringnya jumlah foto CEO berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan.
Tingkat arogansi yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya fraud karena dengan arogansi dan superioritas yang dimiliki
seorang CEO membuat CEO tersebut merasa bahwa pengendalian internal apapun tidak akan berlaku padanya karena
status dan posisinya.

IV. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Target Keuangan, Tekanan Eksternal,
Kualitas Auditor Eksternal, dan Pergantian Auditor, Pergantian Direksi dan Frekuensi Gambaran
CEO berpengaruh terhadap Laporan Keuangan pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan pengujian dengan menggunakan metode analisis regresi logistik (logistic regression), diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
1. Financial Targets tidak berpengaruh terhadap Financial Statement Fraudulent.
2. Tekanan Eksternal tidak berpengaruh terhadap Laporan Keuangan.
3. Kualitas Auditor Eksternal tidak berpengaruh terhadap Laporan Keuangan.
4. Perubahan Auditor tidak mempengaruhi Laporan Keuangan.
5. Perubahan Direksi tidak berpengaruh terhadap Laporan Keuangan.
6. Seringnya Jumlah Gambar CEO mempengaruhi Laporan Keuangan.

2008
Referensi

Ahmad, Al Badrus. (2017). “Model Pendeteksian Laporan Keuangan Kecurangan


Menggunakan Analisis Fraud Pentagon.” Skripsi Program S1. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Hidayatullah.
Albrecht, WS, Albrect, C., & Albrect, CC (2008). Tren Penipuan Saat Ini dan
Deteksi. Jurnal Keamanan Informasi: Perspektif Global, 2-12
Amara, Ines AB (2013). Deteksi Fraud dalam Laporan Keuangan: Perusahaan Prancis sebagai
Studi kasus. Jurnal Internasional Penelitian Akademik dalam Bisnis dan Ilmu Sosial,
459-472.
Ardiyani, Susmita dan Nanik S.U. (2015). Analisis Determinan Laporan Keuangan Melalui
pendekatan Segitiga Penipuan. Jurnal Analisis Akuntansi. AAJ 4 (1).
Arens, A Alvin, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. (2008). Audit dan Jasa Assurance.
Jilid 1 Edisi 12. Jakarta.
Asosiasi Penguji Penipuan Bersertifikat, (2016). Laporkan ke negara tentang penipuan pekerjaan
dan penyalahgunaan (studi penipuan global 2016). Diperoleh dari http://www.acfe.com/rttn/
rttn-2016.pdf.
Beneish, Messod D, Charles MC Lee dan Craig Nichols. (2012). Deteksi Penipuan dan
Pengembalian yang Diharapkan. 31 Januari 2012.
Beneish, Messod D. (1999). Deteksi Manipulasi Laba. analisa keuangan
Jurnal. Juni 1999.
Berita Lima. (2016). Direksi PT Cakra Mineral Tbk Dilaporkan ke BEI dan OJK. Diakses pada
tanggal Jumat, 27 Desember 2019. https://beritalima.com
Cressey, DR (1953). Uang Orang Lain. Montclair, NJ: Patterson Smith, ppl-300. Crowe
Horwarth. (2010). “Panduan Praktik IIA: Penipuan dan Audit Internal”.
Crowe Horwarth. (2010). Artikel tentang Penipuan.
Ekonomi.okezone.com. (2012). Bumi Resources Manipulasi Laporan Keuangan?. Diakses
pada tanggal Jumat, 27 Desember 2019
Harian Ekonomi Neraca. (2013). Bei Jatuhkan Sanksi Garda Tujuh Buana-Manipulasi Laporan
keuangan. Diakses pada tanggal Jumat, 27 Desember 2019. www.neraca.co.id Huang, SY,
Lin, C.-C., Chiu, A.-A., & Yen, DC (2016). Deteksi Penipuan Menggunakan Penipuan
Faktor Risiko Segitiga. Ilmu Pegas.
Jansen, Michael C, dan William H. Mackling. (1976). Teori Perusahaan: Manajerial
Perilaku, Biaya Agensi dan Struktur Kepemilikan. Jurnal Ekonomi Keuangan Vol.
3:305-306.
Lano P F. (2015). Fungsi untuk Menurunkan Sikap Arogansi Pegawai. Jurnal
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Jil, 4 No.1. Universitas Tribhuawana Tunggadewi. Lin,
C.-C., Chiu, A.-A., Huang, SY, & Yen, DC (2015). Mendeteksi Laporan Keuangan
Fraud: Analisis Perbedaan Teknik Data Mining dan Expert's Judgment. Elsevier:
Sistem Berbasis Pengetahuan.
Lubis, A. (2019). Anteseden Pengaruh Keuangan Inklusif Bagi Masyarakat Sumatera Utara.
Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal). H. 401-
408
Majalah Tambang.com. (2016). PT Timah Diduga Buat Laporan Keuangan Fiktif. Diakses
pada tanggal Jumat, 27 Desember 2019. https://www.tambang.co.id
Norbarani, Listiana. (2012). “Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Dengan Analisis
Fraud Triangle Yang Diadopsi Dalam SAS No 99.” Skripsi Program S1. Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro. Semarang.
Priantara, D. (2013). Audit & Investigasi Penipuan. Jakarta: Mitra Wacana Media.

2009
Rezaee, Z. (2002). Penipuan Laporan Keuangan: Pencegahan dan Deteksi. New York: John
Wiley & Sons, Inc.
Sihombing, Kennedy Samuel dan Shiddiq Nur Raharjo. (2014). Analisis Fraud Diamond
Dalam Mendeteksi Kecurangan Laporan Keuangan: Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2012. Jurnal
Akuntansi Diponegoro. Semarang: FEB UNDIP.
Taufiqotul, Yusroniyah. (2017). “Pendeteksian Laporan Keuangan Penipuan Melalui
Crowe's Fraud Pentagon Theory Pada Perusahaan BUMN Yang Terdaftar Di BEI.” Skripsi
Program S1. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.
Tessa, CG & Harto (2016). Pelaporan Keuangan Penipuan: Pengujian Teori Fraud Pentagon
Pada Sektor Keuangan Dan Perbankan Di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi
XIXI, Lampung.
Tuanokotta, TM (2010). Akuntansi Forensik & Audit Investigatif, Edisi 2. Jakarta: Salemba
Empat.
Situs Bursa Efek Indonesia. http://www.idx.co.id
Wolfe, DT, & Hermanson, DR (2004). Berlian Penipuan: Mempertimbangkan Empat
Unsur Penipuan. Jurnal BPA.
Yesiariani, Merissa dan Isti Rahayu. (2016). Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi
Penipuan Laporan Keuangan (Studi Empiris pda Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2010-2014). Simposium Nasional Akuntansi XIX, Lampung: Simposium
Nasional Akuntansi XIX.
Zimbelman, Mark F, dkk. (2014). Akuntansi Forensik. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.

2010

Anda mungkin juga menyukai