Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH INDEPENDENSI, KOMPETENSI, DAN

PENGALAMAN KERJA TERHADAP KUALITAS AUDIT

(STUDI EMPIRIS PADA AUDITOR INTERNAL DI BPK DAERAH


ISTIMEWA YOGYAKARTA)

Proposal Skripsi Mahasiswa

Disususn Oleh :
Debril Sales
NIM : 1700012136

PROGRAM STUDI AKUNTASI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA

2021

1
2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................9
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................9
D. Manfaat Penelitian................................................................................................10
BAB II.............................................................................................................................12
LANDASAN TEORI.......................................................................................................12
A. Teori Agensi (Agency Theory).............................................................................12
A. Kualitas Audit......................................................................................................13
B. Independensi........................................................................................................15
C. Kompetensi..........................................................................................................17
D. Pengalaman Kerja................................................................................................19
E. Penelitian Terdahulu.............................................................................................21
F. Perumusan Hipotesis Penelitian...........................................................................22
G. Kerangka Berfikir.................................................................................................22
BAB III............................................................................................................................23
METODE PENELITIAN.................................................................................................23
A. Jenis Penelitian.....................................................................................................23
A. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................................24
B. Variabel Penelitian...............................................................................................24
C. Definisi Operasional Variabel..............................................................................25
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data............................................................26
E. Teknik Analisis Data............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuntutan akuntabilitas di sektor publik demi tercapainya good governance

di Indonesia semakin meningkat. Hal ini berbanding lurus dengan krisis

ekonomi yang terjadi di negara berkembang khususnya di Indonesia.

Terjadinya krisis ini disebabkan oleh buruknya pemerintahan dan buruknya

birokrasi. Beberapa aspek yang membantu good governance adalah

pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan (Mardiasmo, 2005). Pengawasan

adalah kegiatan yang dilakukan oleh pihak di luar eksekutif yaitu pemerintah

kota dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), untuk memantau kinerja

pemerintah. Pengendalian adalah upaya eksekutif untuk memastikan bahwa

sistem dan pedoman yang telah ditetapkan dilaksanakan sesuai aturan

sehingga tujuan dapat tercapai.

Audit adalah kegiatan yang dilakukan oleh pihak independen untuk

memverifikasi apakah hasil kegiatan pemerintah sesuai dengan standar

yang ditetapkan. Beberapa tahun terakhir, kasus korupsi, kolusi, dan

5
nepotisme (KKN) menjadi perhatian publik di negeri ini. Bentuk-bentuk

KKN adalah penyalahgunaan kekuasaan, pajak ilegal, suap, suap atau

uang rahasia, bahkan penggunaan dana negara untuk kepentingan pribadi

yang sebagian besar dilakukan oleh mayoritas pejabat publik. Masyarakat

menyerukan pemerintahan yang bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme

dengan sistem pengendalian intern yang lebih baik dan lebih ketat (Laksita

& Sukirno, 2019).

Penatausahaan keuangan negara juga diawasi agar tidak

memberikan kesempatan kepada pejabat untuk menyalahgunakan uang.

Pengawasan yang baik harus dapat memastikan bahwa kegiatan yang

direncanakan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien (Primasari et

al., 2019). Untuk mewujudkan terwujudnya good governance, pemerintah

harus melakukan perubahan di semua sektor pemerintahan, khususnya di

bidang pengelolaan keuangan daerah. Perubahan yang akan dilakukan

adalah audit internal dan eksternal terhadap semua kegiatan yang

diselenggarakan oleh pemerintah. Dengan perubahan ini diharapkan

kegiatan yang dilakukan dapat dikembangkan secara optimal sehingga

kesalahan dan tindak pidana yang dapat merugikan negara dapat berkurang

(Ayem & Yuliana, 2019).

Salah satu hal yang dapat meningkatkan good governance di Indonesia

adalah dengan memantau dan mengaudit laporan keuangan daerah masing-

masing otoritas daerah. Laporan keuangan daerah disusun sesuai dengan

standar akuntansi pemerintahan untuk penyajian laporan keuangan tahunan

6
dan diaudit oleh badan pemerintah yang bertanggung jawab untuk

memeriksa pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan pemerintah

yaitu Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) (Yudawirawan, 2019).

Beberapa kasus penyimpangan yang terjadi dalam audit telah

menimbulkan keraguan publik tentang kualitas audit yang dilakukan oleh

auditor. Kasus tersebut menurunkan kepercayaan publik terhadap auditor.

Untuk menjaga kepercayaan publik, auditor harus dapat menjaga kualitas

audit karena audit yang berkualitas akan mampu menggambarkan

keuangan daerah dan real estate serta menerapkan tata kelola yang baik.

Hasil audit BPKl digunakan untuk menilai tata kelola keuangan yang

dilakukan oleh pemerintah. Basuki dan Krishna menemukan bahwa

kualitas ujian adalah masalah yang sangat kompleks. Dikatakan kompleks

karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas ujian, yang

tergantung dari sudut pandang masing-masing pihak (Indah Azhari et al.,

2020).

Karena ada perbedaan dalam cara mengukur kualitas tes, sulit

untuk menentukan kualitas tes, menjadikannya masalah sensitif bagi

perilaku peserta tes. Secara teori, kualitas audit mengacu pada kualifikasi

keterampilan, ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan, kecukupan bukti

audit yang kompeten dengan biaya rendah, disertai dengan pemeliharaan

sikap independen. Hasyim (2018) menunjukkan dalam penelitiannya

bahwa ada pengaruh positif antara pengalaman kerja dengan kualitas audit.

Auditor yang kurang berpengalaman membuat lebih banyak kesalahan

7
dalam pekerjaannya daripada auditor yang berpengalaman. Penguji yang

berpengalaman dikreditkan dengan kinerja yang lebih baik dan lebih

mampu mengidentifikasi, memahami, bahkan mencari akar penyebab

kecurangan dibandingkan penguji yang tidak berpengalaman, sehingga

kualitas ujian yang dihasilkan lebih baik daripada penguji yang tidak

berpengalaman. Studi Monica (2019) menemukan bahwa orang yang

kompeten adalah seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan

luas yang ditunjukkan dalam pengalaman ujian. Pengetahuan seorang

auditor juga dapat mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan.

Perbedaan pengetahuan atau keterampilan yang mungkin dikuasai oleh

seorang auditor akan mempengaruhi cara auditor tersebut menyelesaikan

pekerjaannya (Dwi Putra & Serly, 2020). Agar dapat mendeteksi sebuah

kesalahan, seorang auditor juga harus didukung dengan pengetahuan

tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut dapat terjadi.

Hal lain juga yang tidak kalah pentingnya dengan kompetensi yang

harus dibawa oleh auditor adalah pola pikir independen. Kemandirian

merupakan sikap yang harus dijaga untuk menjaga kepercayaan

masyarakat (Ninla Elmawati Falabiba, 2019). Pola pikir ini dapat

menghindarkan auditor dari pengaruh apapun yang dapat mempengaruhi

kualitas audit yang dihasilkan. Terkait independensi, auditor internal

pemerintah menempati posisi yang rentan terhadap tekanan politik.

Intervensi politik terkadang dapat terjadi ketika hasilnya terkait dengan

8
area kebijakan. Auditor internal akan dipengaruhi oleh pengambil

kebijakan (Suryandari & Kholipah, 2019).

Pengalaman profesional, kompetensi dan independensi auditor

berkaitan erat dengan etika. Auditor diharuskan untuk mematuhi standar

etika perilaku mereka terhadap organisasi tempat mereka berada, profesi

mereka, masyarakat dan diri mereka sendiri. Menurut Sukriah, masalah

yang sulit bagi seorang auditor dalam meningkatkan kualitas suatu

pemeriksaan adalah memperbaiki sikap dan perilaku aparat pengawas

dalam melakukan pemeriksaan, sehingga pengawasan yang dilakukan adil,

efektif dan efisien (Mutiara, 2018). Berdasarkan hal tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa etika juga memberikan pengaruh yang besar juga

terhadap peningkatan Kualitas Audit.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang dilaksanakan oleh berbagai

badan, yaitu Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Pemeriksaan

Umum, Pengawasan Provinsi dan Pengawasan Kabupaten/Kota.

Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparatur Pengendalian Intern

Pemerintah (APIP) Sistem Pengendalian Intern Negara (SPIP), terdiri dari

audit, review, evaluasi, pengawasan dan kegiatan pengawasan lainnya

(Suryandari & Kholipah, 2019).

Pengawasan yang dilakukan di sini dalam rangka mencapai tujuan

organisasi dan menghindari kesalahan kompetensi dan penyimpangan

9
dalam pelaksanaan kegiatan. Inspeksi adalah bagian dari pengawasan yang

dilakukan, yang terdiri dari tindakan mengumpulkan informasi tentang

kegiatan yang dilakukan oleh organisasi, membandingkan hasil yang

diperoleh dengan standar yang ditetapkan, dan menyetujui atau menolak

hasil, disertai dengan rekomendasi tentang tindakan perbaikan (Hassan,

2019).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik

untuk mengetahui faktor – faktor yang mampu mempengaruhi kualitas

audiotar Badan Keuangan Daerah Provinsi Daerah Yogyakarta dengan

judul penelitian “Pengaruh Independensi, Kompetensi, dan Pengalaman

Kerja Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Auditor Internal di

BPK Daerah Istimewa Yogyakarta)”

B. Rumusan Masalah.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh parsial yang positif dan signifikan antara

independensi terhadap kualitas audit pada auditor internal di BPK D.I

Yogyakarta?

2. Apakah terdapat pengaruh parsial yang positif dan signifikan antara

kompetensi terhadap kualitas audit pada auditor internal di BPK D.I

Yogyakarta?

3. Apakah terdapat pengaruh parsial yang positif dan signifikan antara

independensi terhadap pengalaman kerja pada auditor internal di BPK

D.I Yogyakarta?

10
4. Apakah terdapat pengaruh simultan yang positif dan signifikan antara

independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja terhadap kualitas

audit pada auditor internal di BPK D.I Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh parsial antara independensi terhadap

kualitas audit pada auditor internal di BPK D.I Yogyakarta

2. Untuk menganalisis pengaruh parsial antara kompetensi terhadap

kualitas audit pada auditor internal di BPK D.I Yogyakarta

3. Untuk menganalisis pengaruh parsial antara pengalaman kerja terhadap

kualitas audit pada auditor internal di BPK D.I Yogyakarta

4. Untuk menganalisis pengaruh simultan antara independensi,

kompetensi, dan pengalaman kerja terhadap kualitas audit pada auditor

internal di BPK D.I Yogyakarta

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penelitian-

penelitian selanjutnya yang saling berkaitan dengan faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap kualitas audit.

b. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan tambahan referensi

bagi penelitian selanjutnya dalam pengembangan teori terkait

dengan faktro – faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit

11
c. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi pada

pengembangan literatur-literatur maupun penelitian-penelitian

di bidang auditing.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Manfaat yang dapat diperoleh peneliti yaitu, menambah

pengetahuan peneliti terkait dengan bagaimana pengaruh

independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja terhadap

kualitas audit.

b. Bagi Auditor

Diharapkan auditor dapat mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas audit dan selanjutnya mampu

meningkatkan kualitas auditnya.

c. Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan

sekaligus untuk memperluas pengetahuan dengan

mewujudkannya sebagai referensi dalam pemikiran dan

penalaran untuk merumuskan masalah yang baru dalam

penelitian selanjutnya.

12
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori keagenan adalah teori yang menjelaskan hubungan yang terjalin

antara manajemen perusahaan sebagai agen dan pemilik perusahaan

sebagai prinsipal. Klien adalah pihak yang memerintahkan pihak lain

untuk melakukan segala aktivitas atas nama klien (Dwi Putra & Serly,

2020). Pemilik perusahaan selalu ingin mengetahui semua informasi

tentang kegiatan perusahaan, termasuk kegiatan administrasi yang

berkaitan dengan pengoperasian dana yang diinvestasikan di perusahaan.

Laporan pertanggungjawaban manajemen sebagai perantara

memberikan informasi yang dibutuhkan klien dan, pada saat yang sama,

merupakan instrumen untuk mengevaluasi kinerja perantara selama

periode waktu tertentu. Namun dalam praktiknya terdapat kecenderungan

agen khususnya manajemen melakukan tindakan curang agar rekening

yang disajikan baik dan menguntungkan prinsipal sehingga kinerja agen

13
terlihat baik (Riantono, 2018). Untuk meminimalisir kejadian ini,

diperlukan bantuan pihak ketiga yang independen, yaitu auditor. Dengan

bantuan auditor, laporan keuangan yang disajikan oleh agen lebih dapat

diandalkan (Barelli et al., 2018).

Teori keagenan ini dapat membantu auditor memahami masalah yang

timbul antara agen dan prinsipal. Dalam konteks keagenan, peran pihak

ketiga berfungsi untuk memantau perilaku manajemen sebagai agen dan

memastikan bahwa agen bertindak sesuai dengan kehendak klien (Arjuna,

2017). Auditor dipandang sebagai pihak yang mampu menjembatani

prinsipal dan agen sebagai bentuk tanggung jawab agen-ke-prinsipal

(Muslim et al., 2018). Tugas dari auditor adalah untuk mengeluarkan

pendapat atas kecukupan hasil laporan tahunan yang disajikan oleh

auditor, yang masalahnya dibuktikan dalam kualitas audit yang dihasilkan

oleh auditor.

A. Kualitas Audit

Auditing adalah suatu kegiatan pengumpulan dan penilaian bukti bukti

yang menjadi pendukung informasi kuantitatif suatu entitas untuk

menentukan dan melaporkan sejauh mana kesesuaian antara informasi

kuantitatis tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan (Hassan, 2019).

Di dalam proses audit, laporan hasil pemeriksaan/audit memiliki peran

yang penting, karena laporan hasil audit merupakan output dari proses

audit. Laporan hasil audit adalah dokumen kepada pihakpihak yang

berkepentingan di organisasi auditan yang memuat hasil audit dan

14
rekomendasi dari pemeriksa (Mulyani & Munthe, 2019). Hasil

audit/pemeriksaan berupa hasil penilaian auditor terhadap kesesuaian

antara kondisi sebenarnya dibandingkan dengan kriteria dan hasil analisis

auditor bila terdapat perbedaan antara kondisi yang sebenarnya dengan

kriteria, sedangkan rekomendasi berisi saransaran dari auditor kepada

manajemen mengenai perbaikan atas kelemahan sistem pengendalian

manajemen. Artinya auditor memegang peranan penting dalam menyetujui

laporan keuangan suatu perusahaan atau instansi. Oleh karena itu, kualitas

audit merupakan aspek penting yang harus diperhatikan auditor dalam

proses audit (Ayem & Yuliana, 2019). Ini berarti auditor memiliki peranan

penting dalam pengesahan laporan keuangan suatu perusahaan atau

instansi. Maka dari itu, kualitas audit merupakan hal penting yang harus

diperhatikan oleh auditor dalam proses audit (Primasari et al., 2019).

Mengukur kualitas ujian tidak mudah karena kualitas ujian secara

objektif sulit diukur. Oleh karena itu, peneliti sebelumnya menggunakan

dimensi kualitas ujian yang berbeda. Kualitas audit mengacu pada

keyakinan auditor dalam bentuk pernyataan bahwa laporan keuangan

tahunan bebas dari salah saji material atau mengandung kecurangan.

Selanjutnya, seperti yang disarankan oleh Coram et al. dikutip, ditemukan

bahwa kualitas audit dapat dibaca dari tingkat kepatuhan auditor dalam

pelaksanaan berbagai tahapan yang harus dilakukan dalam suatu audit

(Laksita & Sukirno, 2019).

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang

15
dilakukan oleh auditor resmi adalah berkualitas jika memenuhi standar

auditing dan standar pengendalian kualitas (Yuliyana & Waluyo, 2018).

Pada prinsipnya kualitas hasil audit di sektor publik tidak hanya

ditentukan oleh auditor/auditor yang hubungannya dengan kinerja auditor

harus independen, objektif, kompeten dan berintegritas tinggi, melainkan

kualitas hasil audit. pendengaran. Hal ini sebenarnya juga dipengaruhi

oleh pihak yang diaudit/perusahaan yang diaudit, berkenaan dengan

kelemahan pengendalian internal dan penyimpangan dari peraturan

perundang-undangan serta dengan menawarkan auditor tanpa batas dan

transparansi selama audit sehingga auditor dapat mengevaluasi dan

membuat rekomendasi yang komprehensif. Untuk mencapai kualitas audit

yang baik, auditor harus berpedoman pada kode etik auditor , standar

profesi dan standar akuntansi yang berlaku dalam menjalankan profesinya

sebagai auditor. Setiap auditor harus menjaga integritas dan objektivitas

dalam melaksanakan tugasnya dengan bertindak jujur, tegas dan bersahaja

sehingga dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi oleh pihak-pihak tertentu

demi memenuhi kepentingan pribadinya (Amanda & Ahalik, 2018)

B. Independensi

Independensi adalah salah satu komponen etika yang harus dapat

dijaga dengan baik oleh auditor. Bersikap independen berarti akuntan

publik tidak mudah untuk dipengaruhi, karena melaksanakan pekerjaan

untuk kepentingan umum (Aziz, 2018). Namun, independen berarti

seorang auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun.

16
Auditor berkewajiban untuk selalu bersikap jujur tidak hanya kepada

manajemen dan pemilik perusahaan, namun juga kepada kreditur dan

pihak lain yang meletakkan kepercayaan atas pekerjaan dari seorang

akuntan publik.

Independensi merupakan sikap mental yang diharapkan dari seorang

auditor untuk tidak mudah dipengaruhi dalam melaksanakan tugasnya.

Independensi dapat ditunjukkan menjadi empat sub variabel, yaitu lama

hubungan dengan klien (audit tenure), pemerintah Indonesia telah

membatasi masa kerja auditor paling lama hanya 3 tahun pada klien yang

sama, sedangkan untuk Kantor Akuntan Publik (KAP) boleh sampai 5

tahun (Sihombing & Triyanto, 2019). Hal tersebut dilakukan agar auditor

tidak mempunyai hubungan yang terlalu dekat dengan klien sehingga

dapat mengurangi kemungkinan terjadinya skandal akuntansi. Karna

apabila auditor terlalu dekat dengan klien akan membuat auditor puas

dengan yang telah dilakukannya sehingga prosedur audit yang yang

dilakukannya menjadi kurang tegas dan tergantung pada pernyataan

manajemen, sehingga semakin sedikit rentang waktu hubungan dengan

klien (audit tenure) akan semakin tinggi independensi auditor (Ningtyas &

Aris, 2018).

Yang kedua tekanan dari klien, hal ini biasanya muncul pada situasi

terjadi konflik antara auditor dengan klien. Hal tersebut terjadi ketika

auditor dan klien tidak sependapat dengan beberapa hasil pengujian

laporan keuangan (Amanda & Ahalik, 2018). Situasi tersebut dapat

17
membuat klien berusaha mempengaruhi auditor untuk melakukan tindakan

yang melanggar standar auditing, termasuk dalam pemberian opini yang

tidak sesuai dengan keadaan klien yang sebenarnya terjadi. Oleh karena itu

maka jika semakin rendah tekanan dari klien akan semakin tinggi

independensi auditor (Indah Azhari et al., 2020). Yang ketiga telaah dari

rekan auditor (peer review), tekanan dari klient ini dilakukan sebagai cara

untuk memonitor auditor agar dapat meningkatkan kualitas jasa akuntansi

dan audit yang menuntut transparasi pekerjaan. Pada umumnya peer

review dilakukan oleh rekan auditor dalam satu Kantor Akuntan Publik

(KAP). Jadi apabila semakin tinggi tekanan dari rekan auditor (peer

review) akan semakin tinggi independensi auditor (Ayem & Yuliana,

2019).

Standar yang berlaku untuk audit sektor publik secara umum mengacu

pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku di

Indonesia. Standar umum kedua menyatakan bahwa dalam semua hal

yang berhubungan dengan keterikatan, independensi dalam sikap mental

harus dipertahankan oleh auditor (Indah Azhari et al., 2020). Standar ini

mengharuskan auditor harus dapat bersikap independen (tidak mudah

diengaruhi), karena auditor melaksanakan tugasnya untuk kepentingan

umum.

C. Kompetensi

Standar umum pertama untuk audit sektor publik (SA seksi 210

dalam SPAP, 2001) telah menuliskan bahwa audit harus dilaksanakan

18
oleh orang yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup

sebagai seorang auditor (Siahaan & Simanjuntak, 2019). Sedangkan,

standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP, 2001) telah

menyatakan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya

seorang auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan

cermat dan seksama(Gusfiardi et al., 2019). Oleh karena itu, maka setiap

auditor wajib untuk memiliki kemahiran profesionalitas dan keahlian

dalam melaksanakan tugas – tugasnya sebagai auditor.

Ketrampilan dari seorang ahli yang memiliki tingkat ketrampilan

tertentu atau memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dalam suatu

subyek yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman serta memiliki

pengetahuan dan ketrampilan terhadap suatu prosedur yang luas yang

dapat ditunjukkan melalui pengalaman audit (Indah Azhari et al., 2020).

Pengalaman audit yang cukup eksplisit dapat melakukan audit secara

objektif, cermat dan seksama.

Lebih spesifik terdapat 5 (lima) tahapan yang membedakan proses

keahlian seorang auditor, yaitu (Falatah & Sukirno, 2018):

a. Tahap Novice yaitu suatu tahapan dalam mengenali kenyataan dan

membuat pendapat hanya dengan berdasarkan aturan - aturan yang

tersedia. Keahlian tahap pertama ini biasanya dimiliki oleh keahlian para

staf audit pemula yang baru lulus dari perguruan tinggi.

b. Tahap advanced beginner, pada tahap ini seorang auditor akan sangat

bergantung pada aturan dan tidak mempunyai cukup kemampuan untuk

19
merasionalkan segala tindakan audit, namun demikian, auditor pada

tahap ini mulai dapat membedakan aturan yang sesuai dengan suatu

tindakan.

c. Tahap Competence, pada tahap ini seorang auditor harus mempunyai

cukup pengalaman untuk dapat menghadapi situasi yang kompleks.

Tindakan yang diambil disesuaikan dengan tujuan yang ada dalam

pikirannya dan kurang sadar terhadap pemilihan, penerapan, dan

prosedur aturan audit.

d. Tahap Profiency, pada tahap ini segala sesuatu yang dilakukan oleh

auditor menjadi rutin, sehingga dalam bekerja auditor cenderung

tergantung pada pengalaman yang lalu. Disini instuisi mulai digunakan

dan pada akhirnya pemikiran audit akan terus berjalan sehingga diperoleh

analisis yang substansial.

e. Tahap expertise, pada tahap ini auditor dapat mengetahui sesuatu karena

kematangannya dan pemahamannya terhadap praktek audit yang ada.

Pada tahap ini seorang auditor sudah dapat membuat keputusan atau

menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan demikian segala tindakan

auditor pada tahap ini akan sangat rasional dan auditor akan bergantung

pada instuisinya bukan pada peraturan - peraturan yang ada.

D. Pengalaman Kerja

Menurut Loehoer, pengalaman adalah akumulasi gabungan dari

semua yang telah diperoleh melalui berhadpan dan berinteraksi secara

20
berulang-ulang dengan keadaan, gagasan, dan melalui pengindraan.

Untuk membuat suatu audit judgement, pengalaman merupakan salah satu

komponen keahlian audit yang penting dan merupakan faktor yang sangat

vital dan dapat mempengaruhi suatu judgement yang kompleks (Gusfiardi

et al., 2019).

Pengalaman sangat penting bagi seorang auditor dalam melaksanakan

tugas sesuai dengan standar umum audit yang berlaku. Dimulai dari

pendidikan formal akan diperoleh pengetahuan kemudian memperluasnya

dengan pengalaman melalui praktek audit. Namun, juga diperlukan

pelatihan yang cukup untuk meningkatkan profesionalitas sebagai seorang

auditor.

Pengalaman merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh auditor,

hal ini terbukti dengan tingkat kesalahan yang dibuat oleh auditor yang

tidak berpengalaman lebih banyak dari pada auditor yang telah

berpengalaman. Seorang karyawan yang telah memiliki pengalaman

kerja yang tinggi akan dapat memiliki keunggulan dalam beberapa hal

yaitu : 1) mendeteksi kesalahan, 2) memahami kesalahan dan 3)

mencari penyebab munculnya kesalahan (Amanda & Ahalik, 2018).

Kelebihan yang dimiliki oleh seseorang dalam berbagai pengalaman

dapat bermanfaat untuk keahlian dalam melaksanakan tugas.

Lama masa kerja akan dapat menentukan kualitas sumber daya

manusia, karena lebih lama masa kerja tentunya auditor telah lebih

berpengalaman dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu masalah

21
(Yudawirawan, 2019). Pengalaman kerja seseorang akan menunjukkan

jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan

peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih

baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin terampil

seseorang dalam melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pula pola

berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan (Ningtyas & Aris, 2018).

E. Penelitian Terdahulu.

1. Akmal (2019) melakukan penelitian tentang pengaruh pengalaman

kerja, independensi, integritas, dan kompetensi terhadap kualitas audit.

Responden penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang

bekerja pada Inspektorat Provinsi Bali dengan teknik penentuan

sampel yaitu purposive sampling. Hasil penelitian ini menyatakan

bahwa pengalaman kerja, dan kompetensi berpengaruh positif

terhadap kualitas hasil pemeriksaan dan independensi dan integritas

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil

pemeriksaan.

2. Yudi dan Tama (2018) meneliti tentang pengaruh independensi,

pengalaman kerja, dan akuntabilitas auditor terhadap kualitas audit

pada Kantor Akuntan Publik Di Yogyakarta. Responden dalam

penelitian ini adalah sebanyak 65 auditor. Berdasarkan hasil

penelitian diketahui bahwa secara parsial independensi, pengalaman

kerja, dan akuntabilitas auditor berpengaruh positif signifikan

22
terhadap kualitas audit.

3. Arfian dan Adam (2019) melakukan penelitian tentang pengaruh

kompetensi dan independensi pemeriksa terhadap kualitas hasil audit

dalam pengawasan keuangan daerah. Berdasarkan hasil penelitian,

dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi dan independensi secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Auditor harus

dapat mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan dalam

pengambilan keputusan audit dimana hal tersebut harus didukung

dengan sikap independen. Dengan independensi yang tinggi berarti

semakin baik kualitas hasil auditnya. Kemudian semakin baik tingkat

kompetensi, maka akan semakin baik kualitas audit yang dimiliki

auditor dan dapat menjamin bahwa dapat melakukan audit secara

berkualitas.

F. Perumusan Hipotesis Penelitian

1. H1 : Independensi berpengaruh parsial secara positif dan signifikan

terhadap kualitas audit.

2. H2 : Kompetensi berpengaruh parsial secara positif dan signifikan

terhadap kualitas audit.

3. H3 : Pengalaman Kerja berpengaruh parsial secara positif dan

signifikan terhadap kualitas audit.

4. H4 : Independensi, kompetensi, dan pengalaman kerja berpengaruh

simultan secara positif dan signifikan terhadap kualitas audit.

23
G. Kerangka Berfikir

Independensi (X1)

Kompetensi (X2) Kualitas Audit (Y)

Pengalaman Kerja (X3)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif dengan pendektan asosiatif. Teknik pengumpulan

data pada penelitian ini menggunakan kuisioner sebagai instrumen

penelitian.

Menurut Sugiyono metode penelitian kuantitatif dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,

24
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data

bersifat statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan (Apuke, 2017).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Menurut (Fischler, 2017) populasi merupakan wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor di

BPK Yogyakarta sehingga dapat dikatakan populasi dalam penelitian ini

jumlahnya tidak terbatas atau tidak diketahui (infinite population).

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi

yang diteliti (Apuke, 2017). Teknik pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah teknik random sampling.

C. Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono variabel adalah gejala yang menjadi fokus

penelitian untuk diamati (Apuke, 2017). Variabel pada penelitian ini

terdiri dari 3 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Variabel bebas terdiri

dari: Independensi (X1), Kompetensi (X2), Pengalaman Kerja (X3) dan

sebagai variabel terikat adalah kualitas audit (Y).

D. Definisi Operasional Variabel.

1. Independensi

25
Independensi dalam penelitian ini adalah berarti sikap mental auditor

yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak

tergantung pada orang lain. Independensi diukur dengan indikator :

Audit tenure, tekanan dari klient, peer review

2. Kompetensi

Kompetensi pada penelitian ini adalah kecakapan dan kemampuan

seorang auditor dalam menjalankan suatu pekerjaan atau profesinya.

Orang yang kompeten berarti orang yang dapat menjalankan

pekerjaannya dengan kualitas hasil yang baik. Kompetensi diukur

dengan indikator : ilmu/pengetahuan (knowledge), dan keterampilan

(skill) yang mencakupi, serta mempunyai sikap dan perilaku (attitude)

yang sesuai untuk melaksanakan pekerjaan atau profesinya.

3. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja merupakan akumulasi gabungan dari semua yang

diperoleh melalui berhadpan dan berinteraksi secara berulang-ulang

dengan sesama benda alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan.

Untuk membuat audit judgement, pengalaman merupakan komponen

keahlian audit yang penting dan merupakan faktor yang sangat vital

dan mempengaruhi suatu judgement yang kompleks. Indikator untuk

mengukur pengalaman kerja adalah : 1) lama waktu/ masa kerja 2)

tingkat pengetahuan auditor dan 3) penguasaan terhadap pekerjaan.

4. Kualitas Audit

Kualitas audit mengacu pada standar yang berkenaan pada kriteria

26
atau ukuran-ukuran mutu pelaksanaan serta dikaitkan dengan tujuan

yang hendak dicapai dengan menggunakan prosedur yang berkaitan.

Kualitas sangat penting untuk menghasilkan bahwa profesi

bertanggung jawab kepada klien, masyarakat umum dan aturan-

aturan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas audit pada

penelitian ini adalah standar umum auditor, standar pekerjaan, dan

standar pelaporan.

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan

metode angket atau kuesioner. Angket atau kuisioner adalah sebuah

daftar pertanyaan tertulis yang dibagikan kepada responden dengan

harapan dapat diisi sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Alasan

digunakannya kuisioner sebagai instrumen pengumpulan data karena

kuesioner mempunyai kemampuan mengungkap potensi yang dimiliki

oleh responden.

Untuk memperoleh data, pembuatan instrument terlebih dahulu

dilakukan inventarisasi indikator masing–masing variabel. Aspek–

aspek yang akan diungkap pada penelitian ini adalah aspek–aspek yang

berkaitan dengan masing – masing variabel. Penyusunan angket

selanjutnya menggunakan skala likert. Skala likert ini digunakan untuk

mengukur sikap atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang.

Skala ini berisikan sifat-sifat bipolar (dua kutub) yang berada pada titik

ekstrim yang berlawanan yang digunakan untuk menentukan reaksi

27
responden terhadap objek tertentu. Pada penelitian ini, setiap jawaban

responden diberi nilai dengan skala likert dengan interval skor 1

(sangat setuju) sampai dengan 5 (sangat tidak setuju sekali).

F. Teknik Analisis Data

1) Uji Validitas dan Reabilitas

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

ini sebelumnya akan diuji coba. Pelaksanaan uji coba dilakukan pada

sumber data yang bukan merupakan anggota dalam sampel penelitian. Hal

tersebut dilakukan untuk mendapatkan instrumen yang valid dan variabel.

Hasil dari uji validitas dan reabilitas selanjutnya digunakan untuk

mendapatkan data penelitian. Uji validitas dan reabilitas dilakukan dengan

bantuan komputer dengan menggunakan aplikasi SPSS 25.

2) Uji Statistik Deskriptif

Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, langkah selanjutnya

adalah melakukan analisis terhadap semua data yang telah terkumpul. Cara

yang ditempuh oleh penulis adalah dengan memberikan skor untuk tiap

jawaban per item soal pada kuisioner dan kemudian seluruh skor

dijumlahkan lalu dilakukan analisis secara statistik. Teknik analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis korelasi sederhana

dan uji korelasi berganda yang akan dilakukan dengan bantuan komputer

menggunakan aplikasi program SPSS 25.

3) Uji Prasyarat Analisis

28
Uji prasyarat analisis dilakukan untuk mengetahui apakah data

yang dikumpulkan memenuhi persyaratan untuk diuji dengan teknik yang

telah direncanakan atau tidak. Uji prasyarat yang akan dilakukan pada

penelitian ini adalah:

a. Uji Normalitas.

Ghozali (2013: 114) menyatakan bahwa “uji normalitas adalah

pengujian tentang kenormalan distribusi data”. Dalam penelitian ini,

menggunakan uji Kolmogrov-smirnov menggunakan program SPSS

dengan pedoman sebagai berikut:

 Ho diterima jika nilai p-value pada kolom Asymp. Sig.

(2-tailed) > level of significant (α = 0,05)

 Ho ditolak jika nilai p-value pada kolom Asymp. Sig. (2-

tailed) < level of significant (α = 0,05)

b. Uji Multikolinieritas.

Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent).

Menurut Gozali (2013: 80) model regresi mengasumsikan variabel-

variabel bebas tidak memiliki hubungan linier satu sama lain. Sebab,

jika terjadi hubungan linier antar variabel bebas akan membuat prediksi

atas variabel terikat menjadi bias karena terjadi masalah hubungan di

antara para variabel bebasnya.

Salah satu alat untuk mendeteksi ada atau tidaknya

multikolinieritas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai

29
tolerance dan lawannya serta nilai Variance Inflation Faktor (VIF).

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang

tidak dijelaskan oleh variabel dependen lainnya. Nilai cut off yang

umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai

tolerance ≤ 0,10.

c. Uji Heterokadisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji terjadinya

perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode

pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi adanya kasus

heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat diagram plot residual

terhadap variabel dependen yang distandarisasi.

4) Uji Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini meliputi uji parsial dan uji

simultan.

a. Uji Parsial.

Uji parsial digunakan untuk mengetahui seberapa jauh

pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual

dalam menerapkan variasi variabel dependen. Pengujian ini

bertujuan untuk menguji apakah variabel bebas terhadap variabel

terikat berpengaruh parsial atau terpisah. Untuk melihat apakah

pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen dapat

diketahui dengan melihat probabilitas signifikasi.

30
Apabila angka probabilitas signifikasi >0,05 artinya variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara

parsial.

Apabila angka probabilitas signifikasi <0,05 maka variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara parsial.

b. Uji Simultan

Pengujian secara simultan dilakukan untuk menguji

signifikansi korelasi ganda tentang hubungan antar dua atau lebih

variabel bebas dengan satu variabel terikat. Hasil dari uji simultan ini

dapat diketahui dengan cara melihat angka probabilitas signifikannya

yaitu:

1) Apabila angka probabilitas signifikasi >0,05 maka variabel

independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen secara

bersama-sama.

2) Apabila angka probabilitas signifikasi <0,05 maka variabel

independen berpengaruh terhadap variabel dependen secara

bersama-sama.

31
32
DAFTAR PUSTAKA

Amanda, M. A., & Ahalik. (2018). Kualitas Audit Ditinjau dari Kompetensi ,

Independensi , Pengalaman Kerja , Workload , dan Spesialisasi Auditor.

Jurnal Online Insan Akuntan, 3(2), 101–110.

Apuke, O. D. (2017). Quantitative Research Methods : A Synopsis Approach.

Kuwait Chapter of Arabian Journal of Business and Management Review,

6(11), 40–47. https://doi.org/10.12816/0040336

Arjuna; (2017). Jurnal Akuntansi. Jurnal Akuntansi, 3(2), 1–13.

33
Ayem, S., & Yuliana, D. (2019). Pengaruh Independensi Auditor, Kualitas Audit,

Manajemen Laba, Dan Komisaris Independen Terhadap Integritas Laporan

Keuangan (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI

Periode 2014-2017). Akmenika: Jurnal Akuntansi Dan Manajemen, 16(1).

https://doi.org/10.31316/akmenika.v16i1.168

Aziz, A. (2018). Pengaruh Akuntabilitas, Kompetensi Dan Independensi Auditor

Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Surabaya. Jurnal

Manajemen Dan Keuangan, 1(1), 44–58.

Barelli, L., Bidini, G., Cinti, G., Zhang, H. H., Wang, L., Van, J., Mar, F.,

Desideri, U., Khalil, A., Tauler, C. M., Pantou, S., Nr, S., Ouyang, L., Ma,

M., Huang, M. S., Duan, R., Wang, H., Sun, L., Zhu, M., … Intl, S. (2018).

PENGARUH INDEPENDENSI, PENGALAMAN KERJA, DUE

PROFESSIONAL CARE, AKUNTABILITAS, DAN KOMPETENSI

TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi. Energies, 6(1), 1–8.

http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/1120700020921110%0Ahttps://

doi.org/10.1016/j.reuma.2018.06.001%0Ahttps://doi.org/10.1016/

j.arth.2018.03.044%0Ahttps://reader.elsevier.com/reader/sd/pii/

S1063458420300078?

token=C039B8B13922A2079230DC9AF11A333E295FCD8

Dwi Putra, R., & Serly, V. (2020). Pengaruh Karakteristik Komite Audit Dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Financial Distress. Jurnal Eksplorasi

Akuntansi, 2(3), 3160–3178. https://doi.org/10.24036/jea.v2i3.275

34
Falatah, H. F., & Sukirno, S. (2018). PENGARUH KOMPETENSI,

INDEPENDENSI DAN MORAL REASONING AUDITOR TERHADAP

KUALITAS AUDIT (Studi Pada Kantor Inspektorat Daerah Di Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta). Nominal, Barometer Riset Akuntansi Dan

Manajemen, 7(1). https://doi.org/10.21831/nominal.v7i1.19361

Fischler, A. S. (2017). Quantitative Research Methods. Experiential Teaching for

Public Health Practice, 97–108.

https://doi.org/10.2174/9781681083872117010018

Gusfiardi, R., Cheisvyanny, C., & Fitria Sari, V. (2019). Pengaruh Kompetensi,

Profesionalisme, Dan Pengalaman Kerja Auditor Terhadap Kualitas Audit

Internal Pada Perusahaan Swasta Dan Bumn Di Padang. Jurnal Eksplorasi

Akuntansi, 1(4), 1828–1844. https://doi.org/10.24036/jea.v1i4.179

Hassan, R. (2019). Terhadap Pendeteksian Fraud Dengan Profesionalisme. 145–

172.

Indah Azhari, S. R., Junaid, A., & Tjan, J. S. (2020). Pengaruh Kompetensi,

Independensi, Dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit Dengan

Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. Invoice : Jurnal Ilmu Akuntansi,

2(2), 139–184. https://doi.org/10.26618/inv.v2i2.4116

Laksita, A. D., & Sukirno, S. (2019). Pengaruh Independensi, Akuntabilitas, Dan

Objektivitas Terhadap Kualitas Audit. Nominal: Barometer Riset Akuntansi

Dan Manajemen, 8(1), 31–46. https://doi.org/10.21831/nominal.v8i1.24497

Mulyani, S. D., & Munthe, J. O. (2019). Pengaruh Skeptisme Profesional,

35
Pengalaman Kerja, Audit Fee Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit

Pada Kap Di Dki Jakarta. Jurnal Akuntansi Trisakti, 5(2), 151.

https://doi.org/10.25105/jat.v5i2.5229

Muslim, M., AR Pelu, M. F., & KS, M. (2018). Pengaruh Kompetensi Auditor,

Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas Terhadap Audit Judgment.

Bongaya Journal for Research in Accounting (BJRA), 1(2), 08–17.

https://doi.org/10.37888/bjra.v1i2.78

Mutiara, I. (2018). PENGARUH KOMPETENSI DAN INDEPENDENSI

AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT DENGAN ETIKA AUDITOR

SEBAGAI VARIABEL MODERASI.

Ningtyas, W. A., & Aris, M. A. (2018). INDEPENDENSI, KOMPETENSI,

PENGALAMAN KERJA, DAN DUE PROFESSIONAL CARE:

PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AUDIT YANG

DIMODERASI DENGAN ETIKA PROFESI (Studi Empiris pada Kantor

Akuntan Publik se-Jawa Tengah dan DIY). Riset Akuntansi Dan Keuangan

Indonesia, 1(1), 75–88. https://doi.org/10.23917/reaksi.v1i1.1971

Ninla Elmawati Falabiba. (2019). PENGARUH INDEPENDENSI, KOMPETENSI

DAN PENGALAMAN KERJA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT.

Primasari, A., Mulyadi, J., & Ahmar, N. (2019). Pengaruh Independensi, Audit

Tenure, Beban Kerja, dan Tekanan Waktu terhadap Kemampuan Auditor

dalam Mendeteksi Kecurangan dengan Variabel Moderasi Pemahaman

Kondisi Entitas dan Supervisi. Jurnal Inovasi Manajemen Ekonomi Dan

36
Akuntansi, 1(1), 23–30.

http://journal.univpancasila.ac.id/index.php/jimea/article/download/880/561/

Riantono, I. E. (2018). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Judgment: Studi

Empiris Big Four Di Jakarta. Jurnal Kajian Akuntansi, 2(2), 178.

https://doi.org/10.33603/jka.v2i2.1747

Siahaan, S. B., & Simanjuntak, A. (2019). Pengaruh Kompetensi, Independensi,

Integritas dan Profesionalisme Auditor terhadap Kualitas Audit Dengan Etika

Auditor Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada Kantor Akuntan

Publik Di Kota Medan). Jurnal Manajemen, 5(1), 81–92.

Sihombing, Y. A., & Triyanto, D. N. (2019). THE EFFECT OF

INDEPENDENCE, OBJECTIVITY, KNOWLEDGE, WORK

EXPERINECE, INTEGRITY , ON AUDIT QUALITY (Study On West Java

Provincial Inspectorate In 2018). Jurnal Akuntansi, 9(2), 141–160.

https://doi.org/10.33369/j.akuntansi.9.2.141-160

Suryandari, D., & Kholipah, S. (2019). Factors that Influence Auditor Switching

Financial Companies on the IDX for the Period 2015-2017. Jurnal

Akuntansi, 9(2), 83–96. https://doi.org/10.33369/j.akuntansi.9.2.83-96

Yudawirawan, Y. (2019). Telaah Independensi Auditor : 2(2), 171–180.

https://doi.org/10.5281/zenodo.2628078

Yuliyana, S., & Waluyo, I. (2018). Pengaruh Framing Dan Independensi Auditor

Terhadap Audit Judgment. Nominal, Barometer Riset Akuntansi Dan

Manajemen, 7(2). https://doi.org/10.21831/nominal.v7i2.21348

37
38

Anda mungkin juga menyukai