Anda di halaman 1dari 10

PENGAUDITAN INTERNAL

“KERTAS KERJA”

Oleh :

1. Ni Luh Sinar Suci Antari (21)


2. Putu Indah Adnyani Putri (33)

Dosen Pembimbing :

I Ketut Sunarwijaya, SE, M.Si

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
2021
9-1 Memahami Kertas Kerja Elektronik
 
Kertas kerja audit bisa memiliki bentuk yang berbeda dengan media tradisional
lainnya: pita, kaset, cakram, disket, film, atau media lainnya. Penggunaan kertas kerja
elektronik membantu mengurangi kompleksitas dan meningkatkan fleksibilitas
pendokumentasian. Kertas kerja yang dihasilkan system memungkinkan kapasitas yang
lebih besar untuk menelaah dan mengubah rancangan, pengembangan yang lebih cepat
saat digunakan dengan perangkat Teknik Audit Berbantuan Komputer (computer assited
audit techniques-CAAT) dan rekayasa system berbantuan computer (computer aided
system engineering-CASE) dan membuat pendokumentasian menjadi lebih rasional. 

Teknik-teknik system pendokumentasian dan analisis kandungan kertas kerja


mengandung fleksibilitas yang lebih besar untuk evaluasi pengunaan kuesioner yang
terstruktur, bagan alir system analitis, dan diagram arus data. Bukti audit bisa lebih
mudah diperoleh kembali, disimpan, dan didukung serta bisa diakses mengunakan
perangkat online. Sejak tahun 1990-an telah terjadi peningkatan dalam pengunaan media
elektronik untuk mencatat hasil-hasil audit. Dengan kertas kerja elektronik, bahan-bahan
bisa dimasukkan secara langsung kedalam komputer, dalam hal-hal tertentu materi
tersebut bisa dipindahkan dari catatan klien ke kertas kerja. Bahan-bahan dari kertas kerja
yang telah selesai dan telah dirujuk lebih awal bisa secara simultan digunakan saat
menyusun subjek kertas kerja. Kertas kerja bisa dicetak meskipun bisa disimpan dalam
bentuk elektronik dan digunakan dalam pertemuan dengan klien dan untuk penelaah
kemajuan pekerjaan. 

Halaman-halaman kertas kerja bisa secara otomatis diberi judul oleh program
komputer dan program audit tersebut bisa diperbaharui dan diberi referensi silang oleh
auditor. Struktur dari kertas kerja akan ditampil menyerupai kertas kerja yang disusun
secara manual dengan pengecualian pada lembar kerja, bagan alir dan format khusus
lainnya. Akses ke kertas kerja harus dikontrol melalui pengunaan kata rahasia
(password). Kertas kerja tersebut harus dilindungi terhadap para penyusup yang berusaha
memperoleh informasi. Juga harus diperhatikan adalah orang-orang yang tidak memiliki
otoritas.
9-2 Penelahaan Kertas Kerja Oleh Penyelia

Sebagaimana pada banyak aktivitas lainnya, kontrol terbaik adalah pengawasan oleh
penyelia memiliki pengetahuan lebih. Penelaahan ini harus dibuktikan pada setiap kertas
kerja mengguna: nama atau inisial penyelia dan tanggal penelaahan. Pertanyaan yang
muncul harus tercakup dengan setiap kelompok kertas kerja yang berhubungan, dan kertas
kerja tersebut tidak boleh dianggap sel hingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dijawab
dengan jawaban yang memuaskan penyelia.

Saat penyelia menelaah kertas kerja, mereka harus memastikan bahwa:

· Program audit diikuti dan instruksi-instruksi khusus bagi auditor telah diikuti.

· Kertas kerja tersebut akurat dan dapat diandalkan yang membuktikan pekerjaan yang
telah dilakukan dan memang mendukung temuan-temuan audit.

· Kesimpulan yang dicapai memang wajar, logis, dan valid.

· Tidak ada langkah-langkah yang belum diperiksa.

· Penelaahan dengan klien telah dilakukan dan dengan memadai telah dicatat dan bahwa
perselisihan telah diselesaikan.

· Aturan-aturan departemen audit pada kertas kerja telah diikuti.


Penyelia harus menelaah kertas kerja sesegera mungkin setelah diselesaikan. Jadi,
kekacauan kerja bisa dikurangi dan masalah-masalah diselesaikan sebelum
laporan ditulis dan auditor ditugaskan ulang.

Sebuah organisasi audit menggunakan format khusus untuk melakukan


penelaahan akhir atas kertas kerja audit. Berikut ini beberapa standar yang tercatat pada
format tersebut:

Laporan
· Temuan-temuan yang dilaporkan telah diberi referensi silang dengan memadai ke
dokumen pendukung.
· Bukti yang tersedia mendukung terlaksananya audit dengan lingkup penuh.

Rencana

· Program audit yang memadai telah dibuat.


· Rencana pra-audit telah didokumentasikan.

· Penghilangan langkah-langkah yang diperlukan dalam program audit telah


dijelaskan dengan memadai.

· Waktu audit yang diestimasi dan yang sebenarnya telah didokumentasikan


dengan memadai.

Umum

· Bagan alir telah disiapkan, atau dibawa dari audit sebelumnya dan diperbarui.
· Rencana pengambilan sampel telah didokumentasikan dengan memadai dan
informatif.
· Bahan referensi (kebijakan, prosedur, dan lain-lain) disimpan untuk tujuan
konstruktif.
· Laporan audit sebelumnya dan jawabannya telah tercakup.
· Temuan audit sebelumnya telah diinvestigasi.

· Pertemuan setelah audit telah didokumentasikan.

· Data administratif telah diselesaikan.

Pekerjaan Lapangan
· Setiap bagian kertas kerja diringkas setelah pekerjaan dilakukan dan temuan-
temuan disusun.
· Ringkasan dirujuk silang ke bahan-bahan pendukung yang sesuai.

· Tujuan, lingkup, dan sifat pekerjaan ditentukan dengan tepat.


· Kesimpulan auditor diberikan.
Supervisi
· Semua pertanyaan penyelia telah dijawab.
· Mutu pekerjaan dinilai.
9-3 Memahami dan Membuat Kertas Kerja Audit Internal

A. Syarat Syarat Penyusunan Kertas Kerja Audit


Dalam penyusunan kertas kerja, auditor internal harus menjaga kertas kerja
menjadi:
(1) Rapih
Kertas yang rapih mencerminkan pemikiran yang rapi juga. Hal ini memberikan kesan
yang peduli dan professional.Semua nama dan judul harus dicetak secara jelas dan mudah
dibaca.
(2) Seragam
Semua kertas kerja harus disusun dalam kertas dengan ukuran dan penampilan yang
seragam. Lembar kertas kecil harus di satukan atau diikat ke lembar standar. Lembar
kertas yang lebih besar harus dilipat dengan tujuan menyederhanakan penelaahan
selanjutnya. Biasanya kertas kerja audit disatukan menggunakan binder bercincin tiga
dengan alasan menghindari hilangnya kertas kerja.
(3) Dapat dimengerti
Kertas kerja harus jelas dan dapat dimengerti. Kertas kerja tidak membutuhkan infomasi
tambahan. Siapapun yang membaca kertas kerja harus bisa menentukan apa yang auditor
tetapkan untuk dilakukan, apa yang mereka lakukan, apa yang mereka temukan, apa yang
mereka simpulkan, dan apa yang mereka putuskan untuk tidak dilakukan. Keringkasan
memang dibutuhkan, tapi tingkat kejelasan tidak boleh dikorbankan untuk menghemat
waktu dan kertas.
(4) Relevan
Kertas kerja harus dibatasi pada hal hal yang bersifat relevan dan material; kertas kerja
harus langsung berhubungan dengan tujuan audit. Catatan yang mungkin menarik tetapi
tidak secara langsung relevan harus dihapuskan. Program audit yang terorganisir dengan
baik dan intruksi pengawas yang efektif dapat membantu memastikan masuknya dokumen
dokumen yang relevan.
(5) Ekonomis
Auditor harus menghindari daftar dan penjadwalan yang tidak perlu. Untuk tujuan ini,
auditor sebaiknya menggunakan salinan dari catatan klien atau dari cetakan komputer.
(6) Lengkap
Kertas kerja tidak boleh meninggalkan sesuatu yang gantung.Tidak boleh ada pertanyaan
yang tidak terjawab.. Auditor harus memasukan “to do” list ke dalam kertas mereka.
Dalam list tersebut, mereka dapat mencatat hal yang masih harus dibahas, pemikiran baru
yang layak dikejar, dan hal hal lainya.Setiap supervisormelakukan penelaahan terhadap
kertas kerja, mereka harus memberi tanggal dan mencatat semua catatan ulasan atau
pertanyaan, dan sebaiknya dicatat di sisi kiri lembar kerja baru. Auditor harus menjawab
setiap catatan, merekam komentar jawaban mereka di sisi lain lembar tersebut.
(7) Penulisan yang Simple
Kertas kerja harus dalam bentuk siap utuk dimengerti oleh para penelaah. Jargon harus
dihindarkan dalam penulisan kertas kerja. Jika dipakai, jargon harus dijelaskan di kertas
kerja yang terpisah. Kesederhanaan dan Kejelasan di dalam kertas kerja tidak
menuntutsintaks yang sempurna
(8) Menggunakan Pengaturan Kertas Kerja yang Logis
Kertas kerja harus disusun dengan cara yang membuat kertas kerja sejajar program audit.
Setiap subjek yang berbeda harus dimasukan ke dalam segmen terpisah. Di setiap segmen
audit, auditor harus menyediakan informasi umum dalam bentuk narasi pada bagian awal
kertas kerja. Informasi yang dimaksud harus mencakup tujuan dari operasi yang diaudit
dan informasi latar belakang: organisasi, statistic volume, dan sistem kontrol.
B. Pembuatan Kertas Kerja
Ada empat teknik dasar yang digunakan dalam pembuatan kertas kerja. Keempat
teknik tersebut adalah:
a) Pembuatan heading yang berisi nama klien dan judul untuk mengidentifikasikan isi kertas
kerja, serta tanggal nerasa atau periode audit.
b) Nomer indeks yang dimaksudkan untuk memudahkan identifikasi dan referensi silang
antar kertas kerja.
c) Referansi silang (cross-refencing)
d) Tick mark yang berupa symbol-simbol yang digunakan auditor untuk membuat referensi
penjelasan naratif dimanapun dan kertas kerja
e) Pencantuman tanda tangan pembuat maupun penelaah, dan tanggal pembuatan serta
penelaahan
C. Isi Kerta Kerja
Dalam SA 339 dikemukakan bahwa kertas kerja biasanya berisi dokumentasi yang
memperlihatkan:
- Pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang menunjukkan
dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang pertama
- Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal telah diperoleh untuk
merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang telah
dilakukan
- Bukti audit telah diperoleh, prosedur pemeriksaan yang telah diterapkan dan pengujian
yang telah dilaksanakan, yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar
yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, yang
menunjukan dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
Prinsip Umum yang berkaitan dengan pembuatan dan penyimpanan kertas kerja
adalah:
 Pembuatan kertas kerja harus mempunyai maksud dan tujuan yang jelas
 Hindarkan pekerjaan salin menyalin yang tidak diperlukan
 Buktikan keterangan lisan yang diperoleh melalui pengajuan pertanyaan (inquiry)
 Jangan meninggalkan suatu pertanyaan tanpa ada jawaban yang jelas
 Tuliskan segala masalah relevan yang ditemukan pada saat audit
KESIMPULAN

Kertas kerja audit bisa memiliki bentuk yang berbeda dengan media tradisional
lainnya: pita, kaset, cakram, disket, film, atau media lainnya. Penggunaan kertas kerja
elektronik membantu mengurangi kompleksitas dan meningkatkan fleksibilitas
pendokumentasian. Kertas kerja yang dihasilkan system memungkinkan kapasitas yang
lebih besar untuk menelaah dan mengubah rancangan, pengembangan yang lebih cepat
saat digunakan dengan perangkat Teknik Audit Berbantuan Komputer (computer assited
audit techniques-CAAT) dan rekayasa system berbantuan computer (computer aided
system engineering-CASE) dan membuat pendokumentasian menjadi lebih rasional. 

Sebagaimana pada banyak aktivitas lainnya, kontrol terbaik adalah pengawasan oleh
penyelia memiliki pengetahuan lebih. Penelaahan ini harus dibuktikan pada setiap kertas
kerja mengguna: nama atau inisial penyelia dan tanggal penelaahan. Dengan
menggunakan kertas kerja yang relevan diharapkan dapat membantu pelaksanakan audit
dengan baik. Peningkatan kinerja dan efisiensi perawatan yang diperoleh melalui laporan
kinerja masing-masing. Dari laporan ini dapat memaksimalkan unit-unit tersebut untuk
saling memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kinerja unitnya masing-masing.
Mencegah penggunaan sumber daya yang berlebihan artinya melalui audit dapat
menghemat pengeluaran dan juga penggunaan sumber daya seminimal mungkin sehingga
dapat meningkatkan jumlah pendapatan.
DAFTAS PUSTAKA

https://akuntansiz.blogspot.com/2018/03/kertas-kerja-pemeriksaan-audit-internal.html
https://www.slideshare.net/mariasofiii/kertas-kerja-audit-57561310
https://123dok.com/document/y6945r4y-kertas-kerja-working-papers.html
https://www.scribd.com/document/346322600/Kerta-Kerja-Elektronik-docx
https://www.academia.edu/35306908/KERTAS_KERJA

Anda mungkin juga menyukai