Anda di halaman 1dari 4

Manajemen laba terjadi ketika pertimbangan yang dilakukan oleh manajemen dalam menyusun laporan

keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi untuk mengubah laporan keuangan, sehingga dapat
menyesatkan stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang
berkaitan dengan kontrak yang sangat bergantung pada angka akuntansi (Healy dan Wallen, 1999).
Cerminan kinerja perusahaan dapat dilihat melalui laba perusahaan tersebut, perusahan dapat mengelola
secara efisien atau oportunitis laba tersebut. Secara efisien artinya dikelola untuk meningkatkan
keinformatifan informasi, dan secara opurtunitis artinya untuk meningkatkan laba sesuai dengan yang
diinginkan dan menguntungkan pihak-pihak tertentu (Kristiani, et al., 2014). Manajemen laba merupakam
suatu kondisi ketika manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunanolaporan keuangan bagi
pihak eksternal sehingga meratakan, menaikkan, dan menurunkan pelaporan laba. Manajemen laba
dilakukan untuk mempengaruhisdata-data atau angka-angka akuntansi yangodiinginkan perusahaan untuk
tujuan tertentu. Tindakan manajemen laba dilakukan dengan berbagai bentuk, menurut Scott (1977)
terdapat beberapa pola yang dilakukan manajer dalam melakukan manajemen laba, yaitu:
 Income maximization,
Pola manajemen laba ini sangat populer dilakukan oleh perushaan-perusahaan yang masih
berkembang. Teknik ini digunakan dengan cara menjadikan laba pada laporan keuangan periode
berjalan lebih tinggi daripada laba perusahaan yang sesungguhnya. Income maximization banyak
dilakukan dengan tujuan agar manajemen perusahaan dapat memperoleh bonus dan manfaat lain.
Manfaat itu dapat di terima jika manajemen dapat mencapai target yang telah di tentukan
perusahaan. Income maximization dilakukan dengan cara mempercepat pengakuan pendapatan,
dan menunda biaya-biaya yang besar / memindahkan biaya-biaya ke periode selanjutnya. yaitu
perusahaan memaksimalkan laba yang bertujuan untuk memperoleh bonus lebih besar, selain itu
tindakan ini bisa dilakukan untuk menghindari pelanggaran kontrak hutang jangka panjang.
 Income minimization,
Merupakan teknik earning management dimana perusahaan akan cenderung menurunkan nilai
laba nya pada periode dimana perusahaan memiliki profit yang sangat tinggi. Hal tersebut
dilakukan karena beberapa alasan antara lain untuk menghindari perhatian politis yang bisa
berakibat munculnya biaya politik. Alasan lain perusahaan melakukan income minimization untuk
berjaga-jaga ketika tahun mendatang laba perusahaan turun, jika hal tersebut terjadi maka
perusahaan dapat menanggulanginya karena ada pendapatan yang belum di akui di tahun berjalan
sehingga laba perusahaan yang dilaporkan kepada masyarakat di lihat konsisten dan memiliki
prospek jangka panjang. perusahaan melakukan hal ini saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi
dengan maksud untuk mengurangi kemungkinan munculnya biaya politis, seperti biaya pajak
atau jenis biaya lainnya, sehingga perusahaan akan merasa keberatan. Kebijakan yang diambil
dapat berupa penghapusan barang modal, pembebanan pengeluaran iklan serta pembebanan biaya
riset dan pengembangan yang dipercepat.
 Income smoothing,
dalam pola ini perusahaan lebih melmilih untuk menjaga stabilitas labanya, karena perusahaan
memilih untuk melaporkan trend yang stabil dalam pertumbuhan laba, tidak langsung signifikan
berubah menjadi lebih tinggi atau turun secara drastis. laba perusahaan dibuat relatif konsisten
(fluktuasi dan variasinya tidak besar) untuk tiap periode. Hal ini dilakukan dengan maksud agar
pihak-pihak di luar perusahaan dapat menarik kesimpulan bahwa kinerja perusahaan menjanjikan
dan tidak mudah di goncang oleh situasi dan keadaan perekonomian. Dalam hal ini manajemen
perusahaan melakukan peningkatan dan penurunan laba perusahaan agar tiap periode laba
peruhaan terlihat stabil. Jika pada periode yang bersangkutan perusahaan memiliki laba yang
nilainya sangat besar maka manajemen akan menurunkan laba perusahaan agar jika dibandingkan
dengan tahun lalu tidak berbeda drastic, sedangkan jika pada periode yang bersangkutan laba
perusahaan sangat rendah manajemen akan memainkan metode akuntansi yang di ijinkan untuk
menaikan laba perusahaan sampai setidaknya serupa dengan laba periode sebelumnya. Nilai laba
yang relatif konsisten biasanya cenderung lebih diminati oleh para pemegang saham di
bandingkan dengan perusahaan yang laba nya suka berfluktuasi, hal ini dikarenakan laba
perusahaan yang relatif konstan memiliki tingkat resiko yang rendah dibandingkan perusahaan
dengan laba yang berfluktuasi.
 Increasing income, perusahaan dapat melakukan hal ini dengan mempercepat pencatatan
pendapatan, menunda biaya dan memindahkan biaya untuk periode lain untuk meningkatkan
keuntungan. Pemaksimalan laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar. Selain itu,
tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindar dari pelanggaran kontrak hutang.
 Taking a bath disebut juga big baths,
Merupakan teknik earning management dimana perusahaan pada situasi dan tekanan organisasi
seperti pada saat pergantian CEO dank rises, perusahaan akan cenderung akan mengakui beban di
masa mendatang yang membuat laporan keuangannya terlihat rendah bahkan merugi. Hal tersebut
saat di paparkan ke publik akan masih terlihat realistis karena keadaan perusahaan yang sedang
berubah, sehingga tidak akan memberikan dampak negatinf yang signifikan. Tindakan ini
memang tidak memberi manfaat pada periode berjalan, namun pada tindakan taking a bath dapat
menaikan laba secara ekstrim pada periode mendatang karena sebagian besar beban dimasa
mendatang sudah di akui saat periode berjalan. Hal ini akan memberikan ekspektasi bagi pihak
eksternal bahwa perusahaan bisa tetap survive pada masa-masa sulit dan bangkit dalam waktu
yang singkat. bisa terjadi selama periode dimana terjadi tekanan dalam organisasi atau terjadi
reorganisasi, misalnya pergantian direksi. Jika teknik ini digunakan maka biaya-biaya yang ada
pada periode yang akan datang diakui pada periode berjalan. Ini dilakukan jika kondisi yang tidak
menguntungkan tidak bisa dihindari. Akibatnya, laba pada periode yang akan datang menjadi
tinggi meskipun tidak menguntungkan.

Berbagai kasus manajemenolaba terbukti telah mengakibatkan hancurnya tatanan ekonomi, etika, moral
akibat masih ada perbedaan pandangan dan pemahaman terhadap aktivitas rekayasa manajerial. Terdapat
kontrovesi dalam memandang dan memahami manajemen laba. Dua perspektif penting yang dapat
dipergunakan untuk menjelaskan mengapa manajemen laba dilakukan oleh seorang manajer, yaitu
opportunistic behavior perspective dan efficiency contracting perspective.
a. opportunistic behavior perspective
Manajemen laba dipandang sebagai opportunistic behavior perspective mengasumsikan bahwa
manajer memilih kebijakan akuntansi untuk maksimasi utilitas ekspektasian (expected utility)
manajer relatif terhadap renumerasi yang mereka terima (bonus plan hypothesis), kontrak hutang
(debt covenant hypothesis) dan biaya politik untuk mengelabui investor dan memaksimalkan
kesejahteraannya karena menguasai informasi lebih banyak dibandingkan dengan pihak lain.
Manajer sebagai pengelola perusahaan merupakan satu-satunya pihak yang menguasai seluruh
informasi yang diperlukan untuk menyusun laporan keuangan. Manajer dapat menjelaskan secara
rinci mengapa dan untuk apa informasi itu ada. Manajer juga mengetahui dan memahami
hubungan antara satu informasi dengan informasi lain. Situasi tersebut membuat manajer
cenderung menjadi pihak yang lebih superior dalam menguasai informasi dibandingkan pihak
lain. Kesenjangan informasi ini yang mendorong manajer berperilaku oportunis dalam
mengungkapkan informasi-informasi penting mengenai perusahaan.
Godfrey (1997) menyatakan bahwa perspektif opportunistik disebut ex-post karena pemilihan
metode akuntansi dilakukan setelah faktanya diketahui. Misalnya dalam bonus plan hypothesis,
manajer memilih amortisasi garis lurus dibandingkan saldo menurun. Dampak dari pilihan
manajer ini adalah meningkatnya laba perusahaan sehingga akan meningkatkan renumerasi atau
bonus bagi manajer sehingga dengan sudut pandang ini manajer dianggap oportunistik. Contoh
lain juga dapat terjadi pada debt covenant hypothesis, apabila perusahaan dalam bahaya
melanggar kontrak perjanjian hutangnya maka manajer akan menurunkan persediaan perusahaan
dengan menggunakan metode LIFO. Pilihan kebijakan ini akan berdampak pada kenaikan laba
perusahaan dan hal in dipandang sebagai hal yang oportunistik.
b. efficiency contracting perspective
Efficiency contracting perspective merupakan pandangan yang menyatakan bahwa manajemen
laba merupakan kebijakan manajerial untuk mengungkapkan harapan pribadi manajer tentang
arus kas perusahaan dimasa depan untuk melindungi diri manajer dan perusahaan dalam
menghadapi realisasi keadaan yang tidak dapat diantisipasi untuk menguntungkan semua pihak
yang terlibat dalam kontrak (Scoot, 1997). Efficiency contracting perspective dilakukan dengan
mempengaruhi informasi yang memanfaatkan kebebasan untuk memilih, menggunakan, dan
mengubah berbagai metode dan prosedur akuntansi yang ada. Penggunaan metode dan prosedur
yang berbeda akan menghasilkan nilai yang berbeda pula. Sebagai contoh adalah metode FIFO,
LIFO, dan rata-rata untuk menentukan harga pokok penjualan atau metode depresiasi garis lurus,
saldo menurun, dan jumlah angka tahun untuk mengalokasikan harga perolehan aktiva tetap.
Misalnya pilihan untuk menerapkan LIFO ketika perusahaan menghadapi pelanggaran kontrak
hutang yang timbul dari kondisi perekonomian akibat penurunan aktivitas bisnis, maka reduksi
persediaan bisa menjadi strategi bisnis yang efisien untuk meningkatkan laba, khususnya apabila
perusahaan berada dalam posisi tax loss.
Dalam proses penerapannya earning management memang secara akuntansi tidak menyalahi prinsip
akuntansi yang diterima secara umum, namun dalam penggunaannya earning management di nilai
memiliki pengaruh yang dapat menurunkan kepercayaan para masyarakat khususnya pihak-pihak di luar
perusahaan yang berkepentingan terhadap perusahaan. Jika kepercayaan para pihak berkepentingan diluar
perusahaan menurun, pihak eksternal akan cenderung lebih menutup diri (melindungi diri) dan bersikap
konservatif terhadap perusahaan yang bersangkutan. Hal ini akan memberikan dampak yang kurang baik
bagi perusahaan jika investor bersikap konservatif , investor akan menilai perusahaan lebih rendah dan
cenderung akan menarik modalnya dari perusahaan (Scott, 2009). Menurut scott terdapat 3 hal penting
yang berhubungan dengan penggunaan atau pemanfaatan earning management antara lain :

Tindakan dilakukan secara sengaja karena adanya tujuan tertentu


Tindakan dilakukan karena manajemen memiliki kewenangan
Beberapa metode tidak dilarang dan diatur menurut standar akuntansi umum

Dalam bukunya, Scott dalam bukunya Financial Accounting Theory menjabarkan motivasi mengapa
manajemen dapat melakukan kegiatan earning management yang antara lain sebagai berikut:

Motivasi Politik
Faktor pendorong ini biasanya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan dengan skala dan ukuran yang
besar dimana perusahaan-perusahaan seperti ini mengambil peran penting dalam sebagian kehidupan di
masyarakat dan sering di jadikan sebagai target politik. Namun hal ini akan meningkatkan political cost
sehingga untuk menekan biaya ini, perusahaan cenderung menurunkan tingkat labanya atau dengan kata
lain perusahaan menyembunyikan kekuatan yang perusahaan tersebut miliki sehingga dapat menghindar
dari target politik.

Motivasi Pajak
Dalam berjalananya kegiatan perekonomian perusahaan tentunya banyak biaya yang harus perusahaan
keluarkan guna mendukung dalam keberlangsungan perusahaan. Salah satu biaya yang perusahaan
bayarkan adalah pajak penghasilan perusahaan. Teknik earning management bisa menjadi salah satu jalan
bagi manajemen perusahaan guna untuk mengurangi pajak penghasilan perusahaan dengan menggunakan
metode akuntansi dalam perhitungan nilai persediaan, depresiasi, dan cadangan-cadangan yang di ijikan
dalam peraturan akuntasi umum.

Motivasi Kontrak
Salah satu faktor yang mendorong manajemen untuk melakukan kegiatan earning management adalah
dengan adanya kontrak bonus, dimana ketika manajemen berhasil mencapai tujuan yang di targetkan
perusahaan atau bahkan melebihi target yang diinginkan perusahaan, perusahaan akan memberikan
reward berupa bonus sehingga manajemen akan cenderung ingin membuat pelaporan tingkat laba
perusahaan sesuai dengan nilai / target perusahaan guna menerima bonus atau reward .

Motivasi pengantian CEO (Chief Executive Officer)


Manajemen perusahaan memiliki wewenang dan akses terhadap laporan keuangan perusahaan. Untuk
mempertahankan eksistensi nya di suatu perusahaan para CEO sebagai salah satu pihak yang punya akses
terhadap laporan keuangan akan termotivasi melakukan tindakan earning management untuk
mempertahankan posisinya dalam suatu perusahaan supaya tidak di gantikan oleh orang lain.

Anda mungkin juga menyukai