Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan hasil dari suatu proses pencatatan
keseluruhan atas transaksi keuangan perusahaan yang terjadi selama satu periode
tahun buku. Fungsi laporan keuangan sebagai kunci yang menampilkan gambaran
kondisi suatu perusahaan dalam kondisi baik atau buruk. Sehingga dari gambaran
tersebut pihak eksternal bisa mendapatkan informasi mengenai kinerja
perusahaan.
Penyusunan laporan keuangan merupakan tanggung jawab manajemen
kepada para pemilik modal dan pihak yang terkait. Pihak yang terkait tersebut
seperti kreditur, investor dan yang memiliki kepentingan atas informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan. Oleh karena itu manajemen wajib
mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya kepada para pemiliki modal. Dari
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen juga akan mencerminkan kinerja
manajemen tersendiri khususnya pada laporan laba rugi. Kinerja manajemen akan
tercermin pada akun laba di laporan laba rugi suatu perusahaan. Dalam
penyusunan laporan keuangan terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi
kualitas laporan keuangan. Sehingga biasanya manajemen memberikan kebijakan
dalam proses penyusunan laporan keuangan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam buku Scott yang berjudul “Financial Acoounting Theory”
diungkapan bahwa kebijakan akuntansi yang disusun atau dibuat untuk tujuan
tertentu dalam laporan keuangan biasa disebut dengan manajemen laba.
Manajemen laba merupakan fenomena yang biasa terjadi dalam sebuah
perusahaan. Dalam praktiknya, manajemen laba biasa dilakukan oleh manajemen
untuk tujuan tertentu baik secara legal maupun illegal. Manajemen melakukan
manajemen laba secara legal berarti proses penyusunan laporan keuangan hingga
mendapatkan angka laba tersebut tidak bertentangan dengan aturan pelaporan
keuangan dalam Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), khususnya dalam
Standar Akuntansi yang berlaku. Manajemen laba secara legal ini biasa
manajemen lakukan dengan beberapa cara diantaranya dengan memanfaatkan
peluang untuk membuat estimasi akuntansi, melakukan perubahan metode
akuntansi ataupun dengan menggeser periode pendapatan atau biaya. Sedangkan
manajemen laba yang dilakukan secara illegal oleh manajemen yaitu proses
penyusunan laporan keuangan hingga mendapatkan angka laba tersebut dengan
cara yang bertentangan dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU),
maupun Standar Akuntansi. Manajemen laba yang dilakukan secara illegal oleh
manajemen biasa dilakukan dengan cara melaporkan transaksi pendapatan atau
biaya fiktif baik dengan menambahkan atau biasa disebut dengan mark up ataupun
dengan mengurangi atau yang biasa disebut dengan mark down nilai transaksi
tersebut. Sehingga dari proses illegal tersebut akan menghasilkan laba pada
tingkat tertentu. Dampak dari adanya manajemen laba secara illegal akan
berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan tersebut. Manajemen laba tidak
akan merugikan perusahaan baik manajemen maupun pemilik modal apabila
dilakukan secara legal dan sesuai dengan aturan. Oleh karena itu dalam makalah
ini akan memberikan wawasan baik bagi penulis maupun pembaca terkait dengan
informasi manajemen laba
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Konsep Manajamen Laba

Good earnings
management

Patterns of Motivations Implications


earnings for earnings for
management management accounting

Bad earnings
management

Dalam buku Scott yang berjudul “Financial Accounting Theory”


mendefinisikan earning management sebagai opsi yang dilakukan oleh manajer
dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu.
Konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan (agency
theory) yang menyatakan bahwa praktek manajemen laba dipengaruhi oleh
konflik antara kepentingan manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang
timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan
tingkat kemakmuran yang dikehendakinya. Dengan demikian, manajemen laba
memiliki makna sebagai tindakan manajemen dalam mempengaruhi laba yang
dilaporkan dan dapat memberikan manfaat ekonomi yang keliru pada perusahaan,
sehingga apabila dilakukan dalam jangka waktu yang lama akan membahayakan
perusahaan tersebut.
Praktik manajemen laba tercemin dalam suatu teori yaitu Agency theory
yang memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi
oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan
antara principal dan agent. Pihak pemilik (principal) termotivasi mengadakan
kontrak untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu
meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan
ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi,
pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat
temtama karena pemilik (principal) tidak dapat memonitor aktivitas manajemen
sehari-hari untuk memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan
pemegang saham (pemilik).
Fenomena asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara
principal dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak
sebenarnya kepada principal* terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan
pengukuran kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah yang
disebut sebagai earning management. Berdasarkan teori dan fenomena yang ada di
atas maka dapat disimpulkan bahwa earning management adalah suatu usaha atau
upaya mengatur pendapatan atau keuntungan untuk kepentingan-kepentingan
tertentu yang dilandasi oleh faktor-faktor ekonomi tertentu. Ada dua cara
memahami earning management yaitu sebagai berikut:
a. Manajemen laba dipandang sebagai perilaku oportunistik manajer untuk
memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, utang,
dan kos politik.
b. Manajemen laba dari perspektif kontrak efisien, artinya earning
management memberi fleksibilitas bagi manajer untuk melindungi diri dan
perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian tak terduga untuk
keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak
2. Pembahasan atas Analisis
Manajemen laba dapat terjadi karena penyusunan statemen keuangan
menggunakan dasar akrual. Dengan menggunakan dasar akrual, transaksi atau
peristiwa lain diakui pada saat transaksi atau peristiwa lain tersebut terjadi bukan
pada saat kas atau setara kas diterima atau dikeluarkan. Sebagai konsekuensi
penggunaan dasar akrual ini, dalam statemen keuangan, laba dalam suatu perioda
dapat mengandung unsur kas dan akrual (non kas).
Unsur akrual dapat terjadi berdasarkan kebijakan manajemen
(discretionary accruals) atau non-kebijakan manajemen (nondiscretionary
accruals). Peningkatan penjualan secara kredit seiring dengan pertumbuhan
perusahaan (tanpa perubahan kebijakan) dapat merupakan contoh
nondiscretionary accruals, sedangkan perubahan biaya kerugian piutang yang
disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen
dalam penentuan biaya kerugian piutang dapat dijadikan contoh discretionary
accruals. Dasar akrual ini mempunyai implikasi bahwa laba akuntansi antara lain
ditentukanoleh besaran akrual baik yang discretionary maupun nondiscretionary
Manajemen laba dilakukan dengan tujuan tertentu. Misalnya, manajemen
laba yang dilakukan dengan menggunakan akrual yang menaikan laba untuk
tujuan mendapatkan harga saham yang relatif tinggi pada waktu penerbitan
saham. Hasil penelitian bahwa terdapat manajemen laba dalam statemen keuangan
perusahaan sebagai go public dengan menggunakan akrual yang menaikan laba.
Manajemen laba dapat juga dilakukan dengan tujuan mendapatkan
keuntungan terkait dengan kepemilikan saham manajemen. Hal ini dapat
dilakukan, misalnya, dalam rangka program opsi saham karyawan. Dalam
program ini, harga pengambilan opsi biasanya ditentukan pada saat penawaran
program. Hal ini mendorong menajemen untuk melakukan manajemen laba
sebelum tanggal hibah opsi yaitu penurunkan laba agar supaya mempengaruhi
harga saham dan dengan demikian manajemen dapat menerima opsi pada waktu
harga saham relatif rendah. Manajemen laba juga dapat dilakukan untuk tujuan-
tujuan tertentu yang lain:
a. Dalam rangka mendapatkan bonus berbasis laba.
b. Untuk menghindari pelanggaran kontrak utang
c. Menghindari biaya politis (political cost).
d. Mengkomunikasikan informasi privat secara efesien.
Manajemen laba mempunyai dampak pada kebermanfaatan informasi laba
dalam pengambilan keputusan. Perusahaan yang menggunakan kebijakan
akuntansi agresif (positive discretionary accruals) mempunyai biaya modal lebih
tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang menerapkan kebijakan akuntansi
konservatif (negative discretionary accruals).
Manajemen laba dapat sinkron dengan kebermanfaatan informasi laba
dalam pengambilan keputusan tetapi dapat juga tidak. Oleh sebab itu, diperlukan
berbagai alternatif solusi atas masalah yang timbul akibat manajemen laba yang
dapat tidak sesuai dengan kebermanfaatan laba dalam pengambilan keputusan,
dan solusi tersebut tidak menimbulkan masalah baru.
Salah satu alternatif adalah pemberlakuan standar akuntansi yang lebih
ketat tetapi masih memberi peluang bagi manajemen dalam melakukan pemilihan
kebijakan akuntansi dalam batas wajar untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu,
misalnya untuk mengkomunikasikan informasi privat yang dapat meningkatkan
keinformasian laba, atau untuk tujuan efficient contracting berbasis laba. Standar
akuntansi yang lebih ketat dapat meningkatkan kualitas laba, tetapi perlu
diperhatikan bahwa standar akuntansi yang lebih atau terlalu ketat dapat
meningkatkan manajemen laba total (manajemen laba akuntansi dan manajemen
laba real) serta meningkatkan biaya manajemen laba.
KESIMPULAN
Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk
mencapai tujuan khusus. Terdapat dua cara yang saling melengkapi dalam berfikir
tentang manajemen laba, yaitu :
a. Perilaku oportunistik manajemen untuk memaksimumkan utilitasnya
dalam kompensasi, kontrak, dan kos politik.
b. Kedua, perspektif kontrak efisien ketika manajemen laba dilakukan untuk
menguntungkan semua yang terlibat dalam kontrak. Earnings management
sebagai intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan
tujuan memperoleh beberapa kebutuhan pribadi.
Earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan
tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi yang
mengubah laporan keuangan hal ini bertujuan untuk menyesatkan para
stakeholder tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk
mempengaruhi penghasilan kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi
yang dilaporkan.
Meskipun pengurangan keandalan dan sensivitas yang sering muncul
menyertai manajemen laba, argument yang kuat dapat dibuat bahwa itu berguna
jika masih dalam batasbatas, dengan :
a. Pertama, memberikan manajer fleksibilitas untuk berekasi terhadap
realisasi negara yang tak terduga ketika kontrak yang tidak lengkap.
b. Kedua, manajemen laba dapat berfungsi sebagai komunikasi informasi
yang kredibel untuk investor.
c. Terakhir, argument ini konsisten dengan pasar sekuritas efisien dan
bersih efisiensi teori akuntansi positif.
Sehingga dapat disimpulkan apakah manajemen laba yang baik atau buruk
tergantung pada bagaiman penggunaannya. Akuntan dapat mengurangi tingkat
manajemen laba yang buruk dengan membuka ke public. Hal ini dapat dicapai
dengan meningkatkan pengungkapan yang rendah.
Implikasi bagi akuntan yang ingin mengurangi manajemen laba yang
buruk, bagaimanapun tidak menolak efisiensi pasar, tetapi untuk meningkatkan
keterbukaan. Pengungkapan penuh membantu para investor untuk mengevaluasi
laporan keuangan, sehingga mengurangi kerentanan mereka terhadap bias perilaku
dan mengurangi kemampuan manajer untuk mengeksploitasi tata kelola
perusahaan yang buruk dan inefisiensi pasar. Cara lain untuk meningkatkan
pengungkapan mencakup pelaporkan dampak pada pendapatan inti yang secara
umum, membantu investor dan komite kompensasi untuk mendiagnosis
kelemahan item.
DAFTAR PUSTAKA
Scott, William R, 2009. Financial Accounting Theory. Fifth Edition. Canada Prentice Hall.

Subramanyam, K.R. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Kesepuluh. Buku Dua.
Penerbit Salemba Empat: Jakarta.

Healy, P.M. & Wahlen, J.M. (1999). A review of the earnings management literature and
its implications for standard setting. Accounting Horizons 13 (4): 365-383

Balsam, S., J. Khrisnan, dan J. S. Yang. 2003. Auditor industry specialization and earnings
quality. Auditing 22 (2): 71-97.

Cheng, Q., dan T. D. Warfield. 2005. Equity incentives and earnings management.

Gumanti, T. A. 2001. Earnings management dalam pena¬waran saham perdana di Bursa

Schipper, K., dan L. Vincent. 2003. Earnings quality. Accounting Horizons 17: 97-110

Anda mungkin juga menyukai