Anda di halaman 1dari 18

RINGKASAN MATERI KULIAH

EARNINGS MANAGEMENT
By: William R. Scott

Rangkuman ini Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah


Teori Akuntansi

Oleh Dosen Bapak Dr. Firman Syarif, SE.,M.Si.,Ak,CA

Disusun Oleh:
Dilla Nurhidayah
217017064

PROGRAM PASCA SARJANA AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
OVERVIEW 

Scott mendefinisikan earning management sebagai pilihan yang dilakukan


oleh manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa
tujuan tertentu. Konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan
(agency theory) yang menyatakan bahwa praktek manajemen laba dipengaruhi
oleh konflik antara kepentingan manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang
timbul karena setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan
tingkat kemakmuran yang dikehendakinya.  

Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-


mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara principal dan agent. Pihak pemilik (principal) termotivasi
mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang
selalu meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan
kebutuhan ekonomi dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh
investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin
meningkat terutama karena pemilik (principal) tidak dapat memonitor aktivitas
manajemen sehari-hari untuk memastikan bahwa manajemen bekerja sesuai
dengan keinginan pemegang saham (pemilik).

Dalam hubungan keagenan, pemilik (principal) tidak memiliki informasi


yang cukup tentang kinerja agen. Agen mempunyai lebih banyak informasi
mengenai kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan.
Hal inilah yang mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang
dimiliki oleh principal dan agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang
disebut dengan asimetri informasi. Adanya asumsi bahwa individu-individu
bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri, mengakibatkan agent
memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui pemilik (principal).

Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal


dan agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya
kepada principal terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran

1
kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut
sebagai earning management.

Menurut Healy dan Wahlen menyatakan bahwa manajemen laba terjadi


ketika para manajer menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan dan
dalam melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan baik
untuk menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholder tentang kinerja
ekonomis perusahaan, ataupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang
bergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka earning management   adalah


suatu usaha atau upaya mengatur pendapatan atau keuntungan untuk kepentingan-
kepentingan tertentu yang dilandasi oleh faktor-faktor ekonomi tertentu. Ada dua
cara memahami earning management yaitu sebagai berikut:

1. Memandang manajemen laba sebagai perilaku oportunistik manajer


untuk memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi,
utang, dan kos politik.
2. Memandang manajemen laba dari perspektif kontrak efisien, artinya earning
management memberi fleksibilitas bagi manajer untuk melindungi diri
dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian tak terduga untuk
keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

Dengan demikian, manajer mungkin dapat mempengaruhi nilai pasar   


perusahaannya melalui earning management. Menurut Watt dan Zimmerman
tujuan yang akan dicapai oleh manajemen melalui earning management meliputi:
mendapatkan bonus dan kompensasi lainnya, mempengaruhi keputusan pelaku
pasar modal, menghindari biaya politik.  

PATTERNS OF EARNINGS MANAGEMENT 

Banyak cara yang dapat dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi


waktu, jumlah, atau makna transaksi dalam pelaporan keuangan dengan
melakukan pemilihan metode akuntansi dan accounting judgment. Menurut Scott
berbagai pola yang sering dilakukan manajer dalam earning management adalah:

2
1. Taking a Bath
Terjadinya taking a bath pada periode yang menjenuhkan atau reorganisasi
termasuk pengangkatan CEO baru. Bila perusahaan harus melaporkan laba
yang tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi,
konsekuensinya manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba
yang akan datang dapat meningkat. Bentuk ini mengakui adanya biaya
pada periode yang akan datang sebagai kerugian pada periode berjalan,
kelika kondisi buruk yang tidak menguntungkan tidak dapat dihindari pada
periode tersebut. Untuk itu manajemen harus menghapus beberapa aktiva
dan membebankan perkiraan biaya yang akan datang pada saat ini serta
melakukan clear the desk sehingga laba yang dilaporkan di periode yang
akan datang meningkat.
2. Income Minimization
Bentuk ini mirip dengan “taking a bath”, tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni
dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan
mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan
mengakui pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya. Pada saat profitabilitas
perusahaan sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian
secara politis, kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas
barang modal dan aktiva tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk
penelitian dan pengembangan, hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi. 
3. Income Maximization
Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk
tujuan bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada
data akuntansi mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi
tersebut guna menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus
tahunan. Jadi tindakan ini dilakukan pada saat laba menurun. Perusahaan
yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang mungkin akan
memaksimalkan pendapatan.
4. Income Smoothing 
Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan dengan
meratakan laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal,

3
terutama bagi investor karena pada umumnya investor lebih menyukai
laba yang relatif stabil.

Manajer mungkin merasa, dengan beberapa pembenaran bahwa mereka


dapat dipecat ketika penghasilan yang dilaporkan rendah. Perataan laba dapat
mengurangi kemungkinan pelaporan pendapatan rendah. Akhirnya, perusahaan
dapat melancarkan laba bersih yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal.
Jika digunakan secara bertanggung jawab, perataan laba dapat menyampaikan ke
orang informasi dalam pasar dengan memungkinkan perusahaan untuk
mengkomunikasikan secara kredibel kekuatan penghasilan yang diharapkannya
terus-menerus. Harus jelas bahwa berbagai pola manajemen laba ini dapat
menimbulkan konflik. Seiring waktu, pola yang dipilih oleh perusahaan dapat
bervariasi karena perubahan dalam kontrak, tingkat profitabilitas, dan visibilitas
politik. Bahkan pada titik waktu tertentu, perusahaan mungkin menghadapi
kebutuhan yang saling bertentangan, katakanlah untuk mengurangi laba bersih
yang dilaporkan karena alasan politik, meningkatkannya untuk memenuhi
perkiraan analis, atau memuluskannya untuk tujuan kontrak.  

EVIDENCE OF EARNINGS MANAGEMENT FOR BONUS PURPOSES 

Sebuah catatan oleh Healy (1985) yang berjudul “The Effect of Bonus
Schemes on Accounting Decisions, “is a seminal investigation of a contractual
motivation for earnings management.” Efek skema bonus keputusan akuntansi
adalah investigasi motivasi kontrak pengelolaan pendapatan. Healy mengamati
bahwa manajer memiliki informasi dari dalam pada pendapatan bersih perusahaan
sebelum pengelolaan pendapatan atau laba. Penelitian Healy (1985) menggunakan
pendekatan program bonus manajemen, yaitu bahwa manajer akan memperoleh
bonus secara positif ketika laba berada di antara batas bawah (bogey) dan batas
atas (cap). Ketika laba berada di bawah bogey manajer tidak mendapatkan bonus,
dan ketika laba berada diatas cap manajer hanya mendapatkan bonus tetap.

Catatan Healy didasarkan pada teori akuntansi positif. Catatan tersebut


mencoba untuk menjelaskan dan meramalkan aneka pilihan para manajer penentu
kebijakan akuntansi. Lebih rinci, hal tersebut adalah suatu perluasan bonus untuk
merencanakan hipotesis, negara yang para manajer perusahaannya mendapatkan

4
bonus akan memaksimalkan laba. Dengan pemandangan lebih lekat di struktur
pola bonus, Healy sampai pada ramalan yang lebih spesifik bagaimana dan dalam
keadaan apa para manajer akan terlibat dalam manajemen laba jenis ini.

Alasan Bonus (Bonus scheme). Adanya asimetri informasi mengenai


keuangan perusahaan menyebabkan pihak manajemen dapat mengatur laba bersih
untuk memaksimalkan bonus mereka. Motivasi bonus merupakan dorongan
manajer perusahaan dalam melaporkan laba yang diperolehnya untuk memperoleh
bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. Manajer perusahaan dengan rencana
bonus lebih mungkin menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan
income yang dilaporkan pada periode berjalan.

Studi Healy telah terbatas pada perusahaan Rencana Ganti-Rugi siapa


didasarkan pada pendapatan neto dilaporkan sekarang saja. Ini disebut rencana
bonus untuk sisa bagian ini. Kita juga melihat bahwa, karena alasan pengurangan
risiko, pola bonus mempunyai nilai lebih. Untuk kemungkinan pengendalian
risiko yang mungkin berlebihan, mereka bias juga mempunyai solusi. Manajer
akan meningkatkan net income perusahaan untuk memaksimalkan bonus yang
mereka terima. Bagaimana manajer mengolah laba bersih? Healy mengasumsikan
bahwa manajer menggunakan metode akrual. Dengan formula:

Laba Bersih = Arus kas berasal dari keg. Operasi ± Akrual Bersih

Ini dapat dipecah menjadi:

Laba Bersih = Arus kas berasal dari keg. Operasi ± Akrual Con-
Diskresioner Bersih ± Akrual Diskresioner bersih

Asumsi penjelasan untuk empat poin akrual, sebagai berikut:

1. Beban Amortisasi beban amortisasi tahunan yang ditetapkan oleh


kebijakan amortisasi perusahaan dan mengestimasikan manfaat ekonomis
asset.
2. Kenaikan pada piutang Usaha Bersih berasumsi bahwa ini berasal dari
penurunan penyisihan piutang tak tertagih, yang dihasilkan dari perkiraan
konservatif dikurang dari tahun-tahun sebelumnya.

5
3. Kenaikan pada persediaan berasumsi bahwa ini berasal dari perusahaan
manufaktur yang kuat pada saham selama periode kapasitas produksi yang
berlebih. Hasilnya adalah termasuk biaya overhead dalam persediaan tetap
daripada sebagai penambahan beban volume yang bervariasi yang
menguntungkan.
4. Penurunan pada Utang Usaha dan Kewajiban Akrual berasumsi bahwa
ini berasal dari perusahaan yang lebih optimis tentang klaim garansi pada
produk- produknya dari yang telah di tahun-tahun sebelumnya.

OTHER MOTIVATIONS FOR EARNINGS MANAGEMENT 

Other Motivations For Earnings Management

Motivasi kontrak atas terjadinya manajemen laba dikaitkan dengan


penggunaan data akuntansi dalam memonitor dan meregulasi kontrak atas
perusahaan dan pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders). Secara
eksplisit maupun implisit, kontrak-kontrak yang berjenis kompensasi manajemen
banyak dikaitkan dengan kinerja keuangan perusahaan. Ada alasan khusus yang
menyebabkan mengapa manajemen laba terjadi dalam konteks kontrak yaitu baik
kreditor maupun komite kompensasi yaitu komite yang menyiapkan berkas
kontrak antara manajer perusahaan, merasa bahwa upaya mengungkapkan ada
tidaknya manajemen laba adalah upaya yang mahal dan membutuhkan waktu.
Kondisi ini seakan menjadi pendorong bagi manajer untuk melakukan manajemen
laba. Ada 2 tujuan untuk menggambarkan earning management dari sisi kontrak,
yaitu:

1. Kontrak antara manajer dengan perusahaan


Dalam hal ini perusahaan memberi kebebasan bagi manajer
untuk melakukan earning management dengan tujuan agar target
perusahaan dapat tercapai. Untuk mencapai tujuannya perusahaan
menawarkan bonus bagi prestasi manajer yang dapat mencapai target
perusahaan.
2. Kontrak antara perusahaan dengan kreditur 
Kontrak hutang antara perusahaan dengan kreditur pada awal kontrak telah
ditentukan adanya persyaratan-persyaratan tertentu antara perusahaan

6
dengan kreditur. Adanya pelanggaran pada persyaratan kontrak akan
menyebabkan perusahaan lerkena penalties. Oleh sebab itu untuk
menghindari adanya penalties perusahaan cenderung meningkatkan
pendapatan.

To Meet Investors’ Earnings Expectations

Pengharapan dari investor bisa dalam berbagai bentuk dan cara. Sebagai
contohnya, kemungkinan bisa didasarkan kepada laba dari periode yang sama
pada tahun sebelumnya atau analisa terkini atau perkiraan yang dilakukan oleh
perusahaan. Perusahaan yang menawarkan laba lebih besar dari nilai yang
diharapkan secara tipikal akan menikmati peningkatan share price secara
signifikan, sejalan dengan revisi investor pada probabilitas mereka dari performa
baik di masa mendatang. Sebagai kebalikannya, maka perusahaan dengan kejutan
laba negative akan mengalami penurunan share price secara signifikan. Bartov,
Givoly, dan Hayn (2002) dalam studinya, mendokumentasikan mengenai return
dari share abnormal yang secara signifikan untuk perusahaan-perusahaan yang
melebihi perkiraan analisa laba terbaru dari mereka, yang relative terhadap
perusahaan yang mengalami kegagalan dalam memenuhi perkiraan analisa laba.

Skinner dan Sloan (2002), mendokumentasikan negative share returns


untuk   perusahaan-perusahaan yang mengalami kegagalan memenuhi perkiraan
laba mereka.  Nilai ini secara signifikan adalah lebih besar jika dibandingkan
dengan return positif dari perusahaan yang mampu melebihi perkiraan laba
mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pasar akan memberikan penalti kepada
perusahaan yang mengalami kegagalan untuk memenuhi pengharapan
dibandingkan dengan reward yang mereka terima ketika melebihi ekspektasi.

Tentunya, para manajer yang kehilangan laba yang yang diharapkan bisa
menawarkan penjelasan. Beberapa penjelasan jelas menghadapi masalah
perusahaan. Kegagalan memenuhi laba yang diharapkan investor memiliki
konsekuensi yang serius. Ada akibat langsung terhadap harga saham perusahaan
dan biaya modal yang muncul ketika investor merevisi probabilitas mereka
terhadap kinerja masa akan datang. Dan juga ada akibat tidak langsung melalui

7
reputasi manajer. Konsekuensinya, memenuhi ekspektasi laba dan
mempertahankan reputasi adalah dorongan manajemen laba yang kuat.

Initial Public Offerings

Berdasarkan definisinya, perusahaan yang melakukan IPO masih belum


mempunyai harga pasar. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana
menilai saham dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu, informasi akuntansi
keuangan yang dimasukkan kedalam prospektus menjadi sumber informasi yang
berguna. Contohnya, Clarkson, Dontoh, Richardson dan Sefcik (1992)
menemukan temuan/bukti empiris bahwa pasar memberikan respon secara positif
kepada peramalan earnings sebagai sinyal nilai perusahaan. Hal ini menimbulkan
kemungkinan bahwa manajer dari perusahaan yang go publik mengelola earnings
yang dilaporkan dalam prospektusnya dengan harapan untuk menerima harga
yang lebih tinggi untuk saham mereka.

Initial Public Offerings (IPO) adalah penawaran perdana saham oleh


perusahaan yang hendak go public kepada investor yang berminat, dengan
melakukan IPO perusahaan yang awalnya berbentuk privat maka menjadi
perusahaan yang go public. Fan (2007) berdasarkan sampel yang berbeda
menemukan bahwa manajer mengelola laba yang tinggi untuk tujuan IPO, dan
pembalikan akrual berikutnya mengurangi laba di masa depan. Hal ini
menyarankan investor secara rasional mengantisipasi kehadiran perusahaan IPO
yang melakukan earning management dan membangun antisipasi kedalam jumlah
yang mereka bayar untuk saham IPO.

THE GOOD SIDE OF EARNINGS MANAGEMENT

Blocked Communication

Konsep komunikasi yang terhambat/diblokir berasal dari Demski dan


Sappington (1987a) (DSa). Secara frekuen, maka agen yang memperoleh
informasi yang dispesialisasikan sebagai bagian dari keahlian mereka, dan jenis
informasi ini kemungkinan besar akan bernilai utuk berkomunikasi kepada pelaku
utama, yakni membuka komunikasi yang terhambat diantara perusahaan/manajer
dengan pemilik perusahaan atau investor.

8
DSa menunjukkan kehadiran dari komunikasi yang diblokir yang bisa
menurunkan efisiensi dari kontrak agen, karena agen kemungkinan akan
kekurangan perolehan informasi dan berkompensasi dengan bertindak. Jika hal ini
terjadi, maka pelaku utama akan menerima insentif untuk mencoba mengeliminasi
atau menurunkan blockade informasi. Ada beberapa cara untuk mengurangi
blockade. Gu dan Li (2007) melaporkan sebuah reaksi peningkatan oasar yang
positif terhadap pengungkapan strategi bisnis oleh perusahaan yang berteknologi
tinggi ketika pengungkapan didahului oleh isyarat kepercayaan dalam manajemen
perusahaan, yaitu pembelian saham. Pengungkapan barisan item mengurangi
kemampuan manajer untuk menggunakan earnings management untuk mencapai
perkiraan, dengan demikian kecurigaan investor bahwa perkiraan mungkin
dinaikkan.

Pada konteks ini, earnings management juga dapat sebagai alat


mengurangi blockade. Pembukaan atas informasi manajer melalui akrual
diskresioner yang membuat hasil yang diinginkan memiliki kepercayaan. Pasar
mengetahui bahwa para manajer akan bertindak gila-gilaan untuk melaporkan laba
yang tinggi daripada menahannya.

DSb menunjukkan bahwa arus kas operasi, atau beberapa pengukuran


kinerja tidak terolah lainnya seperti laba sebelum item yang tidak biasa,
menyatakan beberapa informasi tentang kinerja perusahaan dimasa depan.
Namun, manajemen memiliki informasi tambahan tentang kinerja masa depan,
seperti strategi perusahaan yang baru, perubafan karakteristik perusahaan, atau
perubahan kondisi pasar. Walaupun hamir relevan, informasi tersebut cukup
kompleks karena komunikasi tersebut diblokir.

Chen, Hemmer, dan Zhang (2007) menganalisa suatu model yang


mengilustrasikan interaksi antara peran penginformasian investor terhadap
earnings management yang hanya didiskusikan dan dampaknya atas kontrak
kompensasi. CHZ lalu mengenalkan akuntansi konservatif. Akuntansi konservatif
menurunkan efisiensi kontrak. Pada waktu yang sama, akuntansi konservatif
mengurangii kebutuhan menaikan earnings management.

9
Empirical Evidence of Good Earnings Management

Subramanyam (1996) menyediakan beberapa bukti pada isu ini. Dia


membagi akrual kedalam komponen diskresioner dan komponen non-
diskresioner, menggunakan model Jones. Subramanyam menemukan, setelah
pengendalian terhadap efek arus kas operasi dan akrual non-diskresioner pada
pengembalian saham, konsisten dengan para manajer, rata-rata, menggunakan
earnings management secara bertanggungjawab untuk mengungkapkan informasi
bagian dalam tentang laba masa depan.

Xie (2001) menggunakan model Jones untuk mengestimasi akrual


diskresioner dan non-diskresioner untuk setiap perusahaan yang diobservasi. Lalu
estimasi kehadiran dari dua komponen akrual tersebut. Sebagaimana yang dapat
kita prediksi, dia menemukan bahwa kehadiran dari akrual diskresioner kurang
dari non dikresioner. Dengan kata lain, daripada bereaksi terhadap akrual
diskresioner yang seolah-olah baik, pasar tampaknya lebih memilih menilainya
terlalu tinggi.

Reaksi pasar yang positif terhadap komponen akrual diskresioner,


walaupun kurang positif daripada komponen asli. Manajer menggunakan akrual
diskresioner untuk menyampaikan informasi yang berguna pada investor, juga
mendukung hasil kontrak yang efisien. Kita simpulkan bahwa ada teori yang
penting dan bukti penting bahwa earning management dapat menginformasikan
pada investor sekaligus memungkinkan adanya kontrak yang lebih efisien. Alasan
lain untuk perkembangan manajemen laba adalah bahwa ada “baik” sisi untuk itu.
Seperti disebutkan, kita dapat mempertimbangkan sisi baik dari manajemen laba
baik dari kontraktor dan perspektif   pelaporan keuangan. Dari perspektif kontrak
sejauh mana laba manajemen bisa baik   berhubungan dengan kontrak yang
efisien versus oportunistik bentuk teori akuntansi positif. Berdasarkan kontrak
yang efisien, maka diinginkan untuk memberikan manajer   beberapa kemampuan
untuk mengelola pendapatan di dalam menghadapi kontak lengkap dan kaku. Kita
harus berhati-hati untuk tidak selalu menafsirkan bukti manajemen laba untuk
bonus, perjanjian hutang, dan alasan-alasan politik sebagai buruk. Manajemen

10
laba bisa menjadi alat untuk menyampaikan informasi kepada pasar, sehingga
harga saham dapat lebih mencerminkan prospek masa depan perusahaan.

THE BAD SIDE OF EARNINGS MANAGEMENT 

Opportunistic Earnings Management 

Meskipun teori dan bukti bertanggung jawab dalam mempergunakan


manajemen laba, ada juga bukti manajemen laba yang buruk. Dari persfektif
kontrak, ini merupakan hasil dari tingkah laku oportunistik manajer.
Kecenderungan manajer untuk menggunakan manajemen laba agar
memaksimalkan bonus mereka. Investigasi mengungkapkan sejumlah motivasi
untuk manajemen laba tersebut. Yang umum adalah kedekatan dengan
pelanggaran perjanjian utang. Motif lain untuk melakukan manajemen laba yang
buruk muncul ketika manajer bermaksud untuk meningkatkan modal saham baru
dan ingin memaksimalkan hasil dari penerbitan saham baru.

Akrual diskresioner dapat digunakan untuk meningkatkan laba bersih yang


dilaporkan dalam jangka waktu pendek, seperti mempercepat pengakuan
pendapatan, memperpanjang masa manfaat aset modal, menyediakan untuk biaya
lingkungan dan pemulihan. Selama manajemen laba digunakan untuk menaikkan
harga yang tak terduga, pemilik yang sekarang dapat memanfaatkannya sampai
ada yang terbaru. perusahaan yang melakukan manajemen laba memiliki rata-rata
leverage yang lebih besar dan secara signifikan memiliki lebih banyak
pelanggaran kontrak hutang daripada pengendalian.

Hanna (1999) membahas jenis lain dari manjemen laba. Ini terjadi karena
sering munculnya biaya yang berlebihan untuk item yang tidak berulang, seperti
mencatat batas standar tes, dan ketentuan reorganisasi. Bonus manajer biasanya
berdasarkan laba sebelum item yang tidak biasa.

Ketentuan reorganisasi tidak mempengaruhi bonus atau kemampuan untuk


memenuhi perkiraan pendapatan dan pengurangan beban di masa depan yang
meningkatkan laba masa depan yang dievaluasi oleh manajer. Dye
mengungkapkan bahwa manajer yang bertindak sebagai pemegang saham

11
memiliki kemampuan dan insentif untuk mengelola laba sehingga
memaksimalkan harga jual agar dapat diterima oleh pemegang saham sekarang.

Manajemen laba dalam konteks internasional dipelajari oleh Leuz, Nanda, dan
Wysocki (2003). Menurut mereka, manajemen laba berbeda dengan pendekatan
akrual yang dikemukakan oleh Jones. Salah satu ukuran didasarkan pada korelasi
antara akrual dan arus kas yang berkorelasi rendah, misalnya bahwa perusahaan-
perusahaan di suatu negara dapat mengakui pendapatan sebelum diterima secara
tunai. Sebuah ukuran ketiga adalah besarnya total akrual, total akrual tinggi
mengandung akrual tetapan tinggi, mirip dengan penalaran Healy.

 Menurut Healy (1999), manajemen laba mengaburkan informasi kinerja


ekonomis perusahaan karena ada kondisi dimana manajer perusahaan
memiliki akses informasi secara langsung sementara sebagian stakeholder
tidak. Ada sebagian informasi yang tidak tersampaikan ke stakeholder.
Manajer disisi lain, memang dapat menggunakan kebijakan untuk
membuat laporan keuangan lebih informative, mencerminkan kinerja
perusahaan sesungguhnya, misalnya melalui pemilihan metode akuntansi
atau estimasi untuk memberikan sinyal yang memadai bagi penilaian
kinerja perusahaan. Akan tetapi kebijakan akuntansi untuk membuat
laporan keuangan lebih informatif kepada pengguna tidak masuk dalam
definisi.
 Kontroversi muncul ketika manajemen laba dikaitkan dengan moral/etika,
apakah tindakan manajer melakukan manajemen laba tidak akan
menyesatkan pemakai laporan keuangan. Apalagi karena laba merupakan
komponen penting yang dipantau para pemakai laporan keuangan.
Ditinjau dari legalitas, tidak ada yang dilanggar karena pemilihan metode
akuntansi tidak melanggar standar akuntansi yang berlaku di samping
merupakan kewenangan manajer untuk memilih metode akuntansi yang
akan dipakai. Menilai etis atau tidaknya manajemen laba dapat dilihat dari
sudut pandang pencapaian keseimbangan antara kepentingan individu
(manajer) dengan kewajiban terhadap pihak-pihak yang terkait dengan
perusahaan (stakeholder). Yang dimaksud dengan stakeholder adalah

12
pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, kreditur dan investor.
Penilaian tersebut hanya dapat dilakukan kalau manajer melakukannya
secara sadar, artinya menyadari implikasi jangka panjang yang
ditimbulkan. Tekanan persaingan untuk menghasilkan laba yang tinggi
bisa menyebabkan perilaku tidak etis, terutama untuk perusahaan yang
menggunakan angka akuntansi untuk penilaian kinerja secara mutlak.
Manajer dengan kinerja keuangan yang buruk dan perusahaan dengan laba
rendah lebih mudah melakukan tindakan tidak etis dibandingkan manajer
dengan kinerja keuangan baik dan perusahaan dengan laba.

Do Managers Accept Securities Market Effieciency?

Teknik manajemen laba yang dijelaskan, termasuk Cortel, tidak selalu


konsisten dengan efisiensi pasar sekuritas. Mereka mengandalkan buruknya
pengungkapan dan keterbatasan perhatian dari in5estor untuk menjaga tingkat
manajemen laba sebagai informasi pihak internal.

Schrand dan Walther (2000) melaporkan lagi bentuk manajemen laba.


Mereka menganalisis sampe perusahaan yang melaporkan materi, keuntungan
yang tidak   berulang atau kerugian atas penjualan property, pabrik, dan peralatan
pada kuartal tahun sebelumnya tetapi tidak ada keuntungan tersebut atau kerugian
pada kuartal yang sama tahun berjalan. Laba proforma mencerminkan bentuk lain
dari manajemen laba terhadap pertanyaan penerimaan manajer atas efisiensi pasar.
Manajer yang menekankan pada klaim laba proforma bahwa ukuran ini lebih baik
untuk menggambarkan kinerja perusahaan dari laba bersih GAAP. Namun, ketika
laporan laba-rugi yang didasarkan oleh GAAP tersedia, pasar yang efisien akan
menyesuaikan secara cepat untuk item yang dihilangkan dari pengumuman laba
proforma. Konsekuensinya, tekanan manajer atas laba proforma menyarankan
mereka untuk tidak menerima efisiensi. Kebijakan manajemen laba tidak masuk
akal jika pasar sekuritas efisien. Konsekuensinya, manajer yang terikat pada hal
tersebut, mereka seharusnya tidak menerima secara penuh tentang efisiensi.

Analyzing Managers’ Speech to Detect Bad Earnings Management

13
Dalam bagian 11.4.2, kami mengacu pada penelitian reaksi analis oleh
Barton dan Mercer tahun 2005 terhadap alasan-alasan manajer karena hasil
keuangan yang mengecewakan. Baru-baru ini, program komputer canggih
digunakan untuk menganalisis kata-kata tertulis dan lisan manajer untuk isyarat
yang dapat mengungkapkan keyakinan mereka tentang kinerja perusahaan di masa
depan dan apakah mereka jujur dalam mengkomunikasikan keyakinan ini.

Kami telah melihat contoh-contoh studi berbasis komputer berskala besar.


Dalam Teori dalam praktik 3.3, Li (2010) menganalisis “nada” dari sejumlah
besar MD & As. Dia menemukan bahwa nada dari MD & A perusahaan berguna
untuk memprediksi pendapatan kuartal mendatang. Dalam Bagian 3.6.4 kami
meninjau studi 2011 tentang Brown dan Tucker, yang menggunakan perangkat
lunak komputer untuk menganalisis sampel besar MD & As untuk perubahan
susunan kata dari satu tahun ke tahun berikutnya. Mereka melaporkan hubungan
positif antara besarnya perubahan kata- kata dan aktivitas ekonomi perusahaan
(misalnya, laba per saham), dan antara kata ganti ini berubah dan kinerja berbagi
perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa lebih sedikit boiler berimplikasi pada
kinerja pangsa yang lebih baik.

Di sini, kami menguraikan studi lain seperti itu, oleh Hobson, Mayew, dan
Venkatachalam (HMV;2012), yang berorientasi pada deteksi kesalahan penyajian
manajer dari kinerja keuangan selama panggilan konferensi yang biasanya
menyertai rilis informasi laba.

Penelitian HMV didasarkan pada teori perilaku disonansi kognitif.


Berdasarkan teori ini, disonansi muncul ketika seseorang berperilaku dengan cara
yang bertentangan dengan persepsi diri orang itu. Sebagai contoh, seorang
manajer mungkin percaya bahwa dia adalah anggota masyarakat yang jujur dan
bertanggung jawab. Jika manajer itu menekankan selama panggilan konferensi
bahwa peningkatan penjualan kuartal saat ini diperkirakan akan terus berlanjut
ketika penjualan sebenarnya telah menurun dan peningkatan ini karena memaksa
agen dan distributor untuk menerima lebih banyak   produk daripada yang mereka
butuhkan (“menjejali saluran”), manajer itu akan merasa bersalah - artinya, akan
mengalami disonansi kognitif.

14
Teori ini memprediksikan bahwa seorang individu yang tunduk pada
disonansi akan mencoba untuk menguranginya. Salah satu caranya adalah
mengubah keyakinannya. Lain adalah untuk mundur agak dari pernyataan
membuat disonansi. Jadi, jika manajer kami ditanya mengapa penjualan akan
terus meningkat, dia mungkin mencoba mengubah keyakinannya dengan
memberikan alasan yang meyakinkan, atau mungkin memenuhi syarat pernyataan
sebelumnya dengan menunjukkan, misalnya, bahwa itu tergantung pada
penerimaan pasar produk baru. Sejauh penjelasan manajer memberikan petunjuk
seperti ini bahwa dia menderita disonansi kognitif, ini membuat pernyataan awal
menjadi mencurigakan. Perangkat lunak canggih mampu memindai ucapan yang
direkam pengelola untuk mendeteksi petunjuk ini.

HMV menggunakan program semacam itu untuk menganalisis pidato


manajer selama lima menit pertama pertanyaan dan jawaban setelah 1.572
presentasi laba kuartalan selama 2007, memperoleh skor disonansi kognitif untuk
setiap manajer. Pertanyaannya kemudian adalah, apakah skor disonansi
memprediksi misreporting manajer?

Untuk menjawab pertanyaan ini, HMV memeriksa laporan keuangan masa


depan setiap perusahaan sampel untuk bukti penyesuaian pendapatan yang
menurun pendapatan. Mereka melaporkan bahwa skor disonansi mereka
membantu memprediksi perusahaan-perusahaan yang membuat penyesuaian
tersebut. Dengan demikian tampaknya analisis pidato manajer memegang janji
untuk prediksi manajemen laba yang buruk. Namun, perlu diketahui bahwa
setelah para manajer menyadari pidato mereka sedang dianalisis, mereka
kemungkinan akan mempelajari strategi untuk menghindari mengungkapkan apa
yang mereka coba sembunyikan. Hasil yang mungkin adalah urutan perangkat
lunak yang semakin canggih sebagai respons terhadap strategi counter-strategi
yang terus ditingkatkan.

Implications for Accountants

Implikasi bagi akuntan yang ingin mengurangi manajemen laba yang


buruk, bagaimanapun tidak menolak efisiensi pasar, tetapi untuk meningkatkan
keterbukaan. Pengungkapan penuh membantu para investor untuk mengevaluasi

15
laporan keuangan, sehingga mengurangi kerentanan mereka terhadap bias perilaku
dan mengurangi kemampuan manajer untuk mengeksploitasi tata kelola
perusahaan yang buruk dan inefisiensi pasar. Cara lain untuk meningkatkan
pengungkapan mencakup pelaporkan dampak pada pendapatan inti yang secara
umum, membantu investor dan komite kompensasi untuk mendiagnosis
kelemahan item.

CONCLUSIONS ON EARNINGS MANAGEMENT

Manajemen laba dimungkinkan oleh fakta bahwa pendapatan bersih yang


benar tidak ada. GAAP tidak sepenuhnya membatasi pilihan kebijakan manejer
dan prosedur akuntansi. Konsekuensi ekonomi dibuat ketika perubahan GAAP
mempengaruhi kemampuan manajer untuk bermain. Artinya, manajer akan
bereaksi terhadap perubahan aturan yang mengurangi flesibilitas pilihan akuntansi
mereka.

Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk


mencapai tujuan khusus. Terdapat dua cara yang saling melengkapi dalam berfikir
tentang manajemen laba. Pertama, perilaku oportunistik manajemen
untuk memaksimumkan utulitasnya dalam kompensasi, kontrak, dan kos politik.
Kedua, perspektif kontrak efisien ketika manajemen laba dilakukan untuk
menguntungkan semua yang terlibat dalam kontrak. Earnings management
sebagai intervensi dalam proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan
memperoleh beberapa kebutuhan pribadi. Earnings management terjadi ketika
manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan
penyusunan transaksi-transaksi yang mengubah laporan keuangan hal ini
bertujuan untuk menyesatkan para stakeholder tentang kondisi kinerja ekonomi
perusahaan, serta untuk mempengaruhi penghasilan kontraktual yang
mengendalikan angka akuntansi yang dilaporkan. Ada tiga sasaran yang dapat
dicapai oleh manajer dalam melakukan manajemen laba meliputi: minimalisasi
biaya politik (political cost minimization), maksimalisasi kesejahteraan manager
(manager wealth maximization), dan minimalisasi kas pendanaan (minimization
of financing cost). Berbagai bentuk manajemen laba seperti taking a bath,
perataan laba (income smoothing), maksimalisasi atau minimalisasi pendapatan

16
dapat dilakukan oleh pihak manajemen dengan memanfaatkan peluang yang ada
dalam standar akuntansi seperti penerapan kebijakan akuntansi atau pemilihan
metode akuntansi yang digunakan. Adanya kemungkinan manipulasi ini karena
adanya fleksibilitas yang diberikan oleh GAAP dan karena sulit untuk
menekankan pelaporan keuangan yang fleksibel.

Meskipun pengurangan keandalan dan sensivitas yang sering muncul


menyertai manajemen laba, argument yang kuat dapat dibuat bah3a itu berguna
jika masih dalam batas-batas. Pertama, memberikan manajer fleksibilitas untuk
berekasi terhadap realisasi negara yang tak terduga ketika kontrak yang tidak
lengkap. Kedua, manajemen laba dapat berfungsi sebagai komunikasi informasi
yang kredibel untuk investor. Terakhir, argument ini konsisten dengan pasar
sekuritas efisien dan versih efisiensi teori akuntansi positif.

Apakah manajemen laba yang baik atau buruk tergantung pada bagaimana
penggunaannya. Akuntan dapat mengurangi tingkat manajemen laba yang buruk
dengan membuka ke public. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan
pengungkapan yang rendah.

17

Anda mungkin juga menyukai