EARNINGS MANAGEMENT
Oleh:
Kelompok III
OVERVIEW
Earnings manajemen adalah : pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam
menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu
merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan
saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan
peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.
Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Adanya
asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri,
mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Asimetri informasi
dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk
menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi
tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent
tersebut adalah yang disebut sebagai earning management
Earnings manajemen merupakan bentuk manipulasi laporan keuangan dan bis
amneurunkan kredibiltas laporan keuangan
Principal pengenya profitabilitas perusahaan meningkat labanya naik biar bsa bayar
deviden ke pemgang saham nah kalo agen pengenya dapet bonus yang banyak makanya
manajer melakukan earnings manajemen nah biasnaya mamanjer melakukan berbagai
cara agar labanya bagus atau meningkat agar bisa terlihat kinerjanya bagus nah biasanya
dia melakukan kebijakan akuntansi yaitu earnings manajemen jadi tindakanya ga
mempertimbangkan riisko
https://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/teori-earning-management-definisi-pola.html
Scott mendefinisikan earning management sebagai pilihan yang dilakukan oleh
manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan
tertentu. Konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan (agency
theory) yang menyatakan bahwa praktek manajemen laba dipengaruhi oleh konflik
antara kepentingan manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul karena
setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran
yang dikehendakinya.
Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata
termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara principal dan agent. Pihak pemilik (principal) termotivasi
mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu
meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi
dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun
kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat temtama karena pemilik
(principal) tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan
bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (pemilik).
ASIMETRI INFORMASI
Dalam hubungan keagenan, pemilik (principal) tidak memiliki informasi yang
cukup tentang kinerja agen. Agen mempunyai lebih banyak informasi mengenai
kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang
mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan
agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi.
Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya
sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang
dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui pemilik
(principal).
Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan
agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada
principal terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent.
Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai earning
management.
Menurut Healy dan Wahlen menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika
para manajer menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan dan dalam
melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan baik untuk
menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholder tentang kinerja ekonomis
perusahaan, ataupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada
angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka earning management adalah suatu
usaha atau upaya mengatur pendapatan atau keuntungan untuk kepentingan-kepentingan
tertentu yang dilandasi oleh faktor-faktor ekonomi tertentu. Ada dua cara memahami
earning management yaitu sebagai berikut:
1. Memandang manajemen laba sebagai perilaku oportunistik manajer untuk
memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, utang, dan kos
politik.
1. Motivasi bonus, yaitu manajer akan berusaha mengatur laba bersih agar dapat
memaksimalkan bonusnya.
2. Motivasi kontrak, berkaitan dengan utang jangka panjang, yaitu manajer menaikkan
laba bersih untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical default
(kekurangan dalam perjanjian pinjaman yang timbul dari kegagalan untuk menegakan
aspek persyaratan pinjaman.hal ini menunjukan bahwa peminjam mungkin dalam
kesulitan keuangan dan dapat memicu kenaikan suku bunga pinjaman penyitaan atau
peristiwa negatif lainya)
3. Motivasi politik, aspek politis ini tidak dapat dilepaskan dari perusahaan, khususnya
perusahaan besar dan industri strategis karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang
banyak. Perusahaan besar yang aktivitasnya berhubungan dengan publik atau
perusahaan yang bergerak dalam industri strategis seperti minyak dan gas akan sangat
mudah untuk diawasi. Perusahaan seperti ini cenderung untuk mengelola labanya. Pada
perioda kemakmuran perusahaan menggunakan prosedur dan praktik-praktik akuntansi
yang meminimalkan laba bersih perusahaan. Sebaliknya, publik akan mendorong
pemerintah untuk meningkatkan peraturan untuk menurunkan profitabilitas mereka.
Contoh hasil penelitian yang lain pada industri perbankan, yaitu tingkat manajemen laba
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah regulasi perbankan tentang tingkat
kesehatan, regulasi perbankan tentang kehati-hatian serta adanya asimetri informasi
yang merupakan peluang untuk dapat melakukannya (Rahmawati 2006).
4. Motivasi pajak, pajak merupakan salah satu alasan utama perusahaan mengurangi
laba bersih yang dilaporkan. LIFO. Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi
manajemen laba yang paling nyata. Namun demikian, kewenangan pajak cenderung
untuk memaksakan aturan akuntansi pajak sendiri untuk menghitung pendapatan kena
pajak. Seharusnya secara umum perpajakan tidak mempunyai peran besar dalam
keputusan manajemen laba. Penelitian Maydew (1997) membuktikan bahwa
penghematan pajak menjadi insentif bagi manajer (khususnya manajer yang mengalami
net operating loss pada tahun 1986-1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan
menunda pengakuan pendapatan.
5. Pergantian CEO (Chief Executive Officer), banyak motivasi yang timbul berkaitan
dengan CEO, seperti CEO yang mendekati masa pensiun akan meningkatkan bonusnya,
CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerjanya untuk menghindari pemecatannya,
CEO baru untuk menunjukkan kesalahan dari CEO sebelumnya.
6. Penawaran saham perdana (IPO), manajer perusahaan yang going public melakukan
earning management untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya dengan
harapan mendapatkan respon pasar yang positif terhadap peramalan laba sebagai sinyal
dari nilai perusahaan.
7. Motivasi pasar modal, misalnya untuk mengungkapkan informasi privat yang
dimiliki perusahaan kepada investor dan kreditor.
PATTERNS OF EARNINGS MANAGEMENT
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi waktu,
jumlah, atau makna transaksi dalam pelaporan keuangan dengan melakukan pemilihan
metode akuntansi dan accounting judgment. Menurut Scott berbagai pola yang sering
dilakukan manajer dalam earning management adalah:
1. Taking a Bath
Terjadinya taking a bath pada periode yang menjenuhkan atau reorganisasi
termasuk pengangkatan CEO baru. Bila pemsahaan hams melaporkan laba yang
tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya
manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat
meningkat. Bentuk ini mengakui adanya biaya pada periode yang akan datang
sebagai kerugian pada periode berjalan, kelika kondisi buruk yang tidak
menguntungkan tidak dapat dihindari pada periode tersebut. Untuk itu
manajemen harus menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan
biaya yang akan datang pada saat ini serta melakukan clear the desk sehingga
laba yang dilaporkan di periode yang akan datang meningkat.
Pola ini terjadi pada saat terjadi reorganisasi, termasuk pengangkatan CEO
baru. Pada saat itu, perusahaan akan melaporkan kerugian dalam jumlah besar
sehingga diharapkan pada periode yang akan datang CEO tersebut dapat
menunjukkan adanya peningkatan laba.
2. Income Minimization
Bentuk ini mirip dengan "taking a bath", tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni
dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan
mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui
pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya. Pada saat profitabilitas perusahaan
sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis,
kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva
tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan,
hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi.
Pola ini terjadi pada saat perusahaan mengalami/memperoleh laba yang
tinggi. Manajemen akan menunda sebagian laba tersebut dan melaporkannya pada
periode mendatang, jika pada periode mendatang, laba diperkirakan akan turun
drastis.
3. Income Maximization
Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan
bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi
mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna
menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan. Jadi tindakan
ini dilakukan pada saat laba menurun. Perusahaan yang melakukan pelanggaran
perjanjian hutang mungkin akan memaksimalkan pendapatan.
4. Income Smoothing
Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan dengan meratakan
laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor
karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Manajer mungkin merasa, dengan beberapa pembenaran bahwa mereka dapat
dipecat ketika penghasilan yang dilaporkan rendah. Perataan laba dapat mengurangi
kemungkinan pelaporan pendapatan rendah. Akhirnya, perusahaan dapat melancarkan
laba bersih yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal. Jika digunakan secara
bertanggung jawab, perataan laba dapat menyampaikan ke orang informasi dalam pasar
dengan memungkinkan perusahaan untuk mengkomunikasikan secara kredibel kekuatan
penghasilan yang diharapkannya terus-menerus. Harus jelas bahwa berbagai pola
manajemen laba ini dapat menimbulkan konflik. Seiring waktu, pola yang dipilih oleh
perusahaan dapat bervariasi karena perubahan dalam kontrak, tingkat profitabilitas, dan
visibilitas politik. Bahkan pada titik waktu tertentu, perusahaan mungkin menghadapi
kebutuhan yang saling bertentangan, katakanlah untuk mengurangi laba bersih yang
dilaporkan karena alasan politik, meningkatkannya untuk memenuhi perkiraan analis,
atau memuluskannya untuk tujuan kontrak.
Teknik untuk merekayasa laba dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok (Setiawati dan Na’im, 2000). Pertama yaitu memanfaatkan peluang
untuk membuat estimasi akuntansi, antara lain: estimasi tingkat piutang tak
tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak
berwujud, estimasi biaya garansi. Kedua yaitu mengubah metode akuntansi.
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi,
contoh: mengubah metode depresiasi aktiva tetap yaitu dari metode depresiasi
angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. Ketiga yaitu menggeser periode
biaya atau pendapatan, misalnya: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk
penelitian dan pengembangan sampai periode akuntansi berikutnya,
mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi
berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan,
menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur saat
penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai.
Pendekatan lain yang digunakan dalam mengendalikan net income
(Lontoh dan Lindrawati, 2004): Pertama, dengan mengendalikan transaksi-
transaksi akrual, dimana transaksi akrual memiliki pengaruh terhadap
pendapatan dan biaya namun tidak tampil pada arus kas. Contoh: amortisasi dan
depresiasi adalah sepenuhnya dikuasai oleh perusahaan dalam hal menentukan
masa manfaatnya sehingga perusahaan dapat mengatur besarnya pembebanan
pada biaya sesuai keinginan manajemen dalam rangka mencapai hasil akhir pada
net income yang diinginkan. Terdapat dua konsep akrual yaitu: discretionary
accrual dan non discretionary accrual. Discretionary accrual adalah pengakuan
akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan
manajemen, sedangkan non discretionary accrual adalah pengakuan akrual laba
yang wajar, yang tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Kedua, dengan mengubah kebijakan akuntansi, manajemen juga dapat
menentukan net income yang diinginkan, namun hasrat manajemen untuk
melaksanakan hal ini tidak sekuat accrual items. Alasannya adalah manajemen
harus menjelaskannya dalam disclosure pada laporan keuangan tahunan. Dan
alasan ini adalah bahwa standar akuntansi tentang konsistensi mencegah
terjadinya perubahan kebijakan akuntansi sesering mungkin. Contohnya adalah
merubah metode pencatatan dari LIFO menjadi FIFO. Karena kalau tujuanya
pajak LIFO lebih menguntungkan jadi LIFO ASUDAH TDAK DIGUNAKAN
Earning management merupakan fenomena yang sukar dihindari karena
fenomena ini hanya dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan
keuangan. Dasar akrual disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan karena
dasar akrual memang lebih rasional dan adil dibandingkan dasar kas. Sebagai contoh,
dengan dasar kas, pembelian aktiva tetap secara tunai senilai seratus juta rupiah mesti
dibebankan sebagai biaya pada periode saat pembelian aktiva tersebut, meskipun aktiva
tersebut akan bermanfaat bagi perusahaan selama 10 tahun. Jika laporan rugi laba
disusun dengan dasar kas, maka besar kemungkinan dalam periode tersebut perusahaan
dinyatakan mengalami rugi. Jadi pada dasarnya, basis akrual dipilih dengan tujuan
untuk menjadikan laporan keuangan lebih informatif yaitu laporan keuangan yang
benar-benar mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Sayangnya, akrual yang ditujukan
untuk menjadikan laporan yang sesuai fakta ini sedikit dapat digerakkan
(tuned)sehingga dapat mengubah angka laba yang dihasilkan.
Catatan Healy didasarkan pada teori akuntansi positif. catatan tersebut mencoba
untuk menjelaskan dan meramalkan aneka pilihan para manajer penentu kebijakan
akuntansi. Lebih rinci, hal tersebut adalah suatu perluasan bonus untuk merencanakan
hipotesis, negara yang para manajer perusahaannya mendapatkan bonus akan
memaksimalkan laba. Dengan pemandangan lebih lekat di struktur pola bonus, Healy
sampai pada ramalan yang lebih spesifik bagaimana dan dalam keadaan apa para
manajer akan terlibat dalam manajemen laba jenis ini.
Alasan Bonus (bonus scheme). Adanya asimetri informasi mengenai keuangan
perusahaan menyebabkan pihak manajemen dapat mengatur laba bersih untuk
memaksimalkan bonus mereka. Motivasi bonus merupakan dorongan manajer
perusahaan dalam melaporkan laba yang diperolehnya untuk memperoleh bonus yang
dihitung atas dasar laba tersebut. Manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih
mungkin menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan income yang
dilaporkan pada periode berjalan. BIAR DAPET BONUS MAKA LABANYA HARUS
BANYAK DAN PERHITUNGAN BINUS ADA YANG BERDASA DENGN LABA
TERHANTUNG PERUSAHAAN BEDA BEDA
Studi Healy telah terbatas pada perusahaan Rencana Ganti-Rugi siapa
didasarkan pada pendapatan neto dilaporkan sekarang saja. Ini disebut rencana bonus
untuk sisa bagian ini. Kita juga melihat bahwa, karena alasan pengurangan risiko, pola
bonus mempunyai nilai lebih. Untuk kemungkinan pengendalian risiko yang mungkin
berlebihan, mereka bias juga mempunyai solusi. Manajer akan meningkatkan net
income perusahaan untuk memaksimalkan bonus yang mereka terima. Bagaimana
manajer mengolah laba bersih? Healy mengasumsikan bahwa manajer menggunakan
metode akrual. Dengan formula:
Laba Bersih = Arus kas berasal dari keg. Operasi ± Akrual Bersih
Ini dapat dipecah menjadi:
Laba Bersih = Arus kas berasal dari keg. Operasi ± Akrual Non-
Diskresioner(Akrual nondiskresioner adalah bagian akrual yang variasinya dapat
dijelaskan oleh variasi fenomena ekonomik perusahaan) Bersih ± Akrual
Diskresioner (akrual akibat dari kebijakan manajemen) Bersih
https://arie.studio/2012/04/08/akrual-diskresioner/
Basis akrual melakukan pencatatan berdasarkan apa yang seharusnya menjadi
pendapatan dan beban perusahaan pada suatu periode.Dengan demikian, suatu
perusahaan akan mencatat pendapatannya berdasarkan seluruh pendapatan yang
telah menjadi hak perusahaan, terlepas apakah hak ini telah diwujudkan dalam
bentuk penerimaan kas atau tidak demikian juga dengan beban.
Asumsi penjelasan untuk empat poin akrual, sebagai berikut:
1. Beban Amortisasi beban amortisasi tahunan yang ditetapkan oleh kebijakan
amortisasi perusahaan dan mengestimasikan manfaat ekonomis asset.
2. Kenaikan pada Piutang Usaha Bersih berasumsi bahwa ini berasal dari
penurunan penyisihan piutang tak tertagih, yang dihasilkan dari perkiraan
konservatif dikurang dari tahun-tahun sebelumnya.
3. Kenaikan pada Persediaan berasumsi bahwa ini berasal dari perusahaan
manufaktur yang kuat pada saham selama periode kapasitas produksi yang
berlebih. Hasilnya adalah termasuk biaya overhead dalam persediaan tetap
daripada sebagai penambahan beban volume yang bervariasi yang
menguntungkan.
4. Penurunan pada Utang Usaha dan Kewajiban Akrual berasumsi bahwa ini
berasal dari perusahaan yang lebih optimis tentang klaim garansi pada produk-
produknya dari yang telah di tahun-tahun sebelumnya.
Mandi melibatkan penghapusan aset terhadap operasi tahun berjalan, seperti dalam
biaya lebih rendah atau pasar dan penurunan nilai uji writedowns dan / atau pencatatan
kewajiban yang timbul untuk reorganisasi, PHK, dan peristiwa tidak biasa lainnya.
Akibatnya, laba tahun-tahun mendatang yang dilaporkan dibebaskan dari amortisasi,
dan kewajiban yang dicatat untuk biaya di masa depan dapat menyerap barang-barang
yang seharusnya dibebankan terhadap pendapatan di masa depan. Lebih jauh, jika
penghapusan berlebihan, pembalikan kelebihan akan meningkatkan laba yang
dilaporkan di masa mendatang.
Akibatnya, laba tahun-tahun mendatang yang dilaporkan akan lebih tinggi (atau
kerugian lebih rendah) daripada yang seharusnya, dan kemungkinan manajer menerima
bonus juga akan meningkat.
3. Seorang manajer meningkatkan laba yang dilaporkan sebesar $ 1.300 tahun ini.
Ini dilakukan dengan mengurangi penyisihan kerugian kredit sebesar $ 500 di
bawah jumlah yang diharapkan dan mengurangi akrual untuk biaya biaya
garansi menjadi $ 800 di bawah jumlah yang diharapkan. Jelaskan mengapa,
hal-hal lain sama, ini akan menurunkan pendapatan tahun depan sebesar $ 1.300.
Jawab :
Penghasilan tahun depan akan berkurang $ 1.300 karena "hukum besi"
pembalikan akrual. Sehubungan dengan kerugian kredit, ada bantalan $ 500
lebih rendah untuk menyerap kerugian kredit pada tahun berikutnya. Akibatnya,
biaya kerugian kredit tahun depan akan menjadi $ 500 lebih tinggi, hal-hal lain
sama. Sehubungan dengan biaya garansi, argumen serupa berlaku. Semakin
rendah kewajiban yang masih harus dibayar untuk biaya-biaya ini, semakin
rendah bantal untuk menyerap pembayaran untuk biaya garansi pada tahun
berikutnya. Akibatnya, biaya biaya garansi tahun depan akan menjadi $ 800
lebih tinggi, hal-hal lain sama.
4. Anda adalah CEO yang beroperasi di bawah rencana bonus yang serupa dengan
yang diasumsikan oleh Healy (Bagian 11.3). Jelaskan apakah Anda akan
bereaksi positif atau negatif terhadap draf eksposur perubahan yang diusulkan
dalam GAAP yang memiliki efek berikut pada laporan keuangan Anda dan,
sebagai hasilnya, pada bonus Anda. Perlakukan setiap efek sebagai independen
dari yang lain.
Yg dibutuhkan
a. Efeknya akan meningkatkan kewajiban. Contoh dari perubahan GAAP
tersebut adalah perluasan persyaratan untuk kapitalisasi sewa (Bagian
7.3.2).
Jawab : Anda akan bereaksi negatif. Jika kewajiban meningkat, debit yang
dikompensasi akan mengurangi laba bersih yang dilaporkan, baik saat ini
atau di masa depan, atau keduanya. Ini akan mengurangi bonus Anda.
Reaksi Anda akan kurang negatif jika laba bersih sebelum perubahan
standar yang diusulkan berada di atas momok dari rencana kompensasi
Anda.
Alasan lain untuk reaksi yang kurang negatif adalah bahwa komite
kompensasi dapat mengabaikan efek dari perubahan standar yang diusulkan
pada laba bersih. Kemungkinan ini akan lebih mungkin jika biaya awal
yang dihasilkan dari kewajiban baru adalah item satu kali, tidak berulang
(persistensi rendah). Dalam hal ini, lihat bukti Gaver dan Gaver (1998) di
Bagian 10.6, yang melaporkan bahwa keuntungan luar biasa cenderung
dimasukkan dalam penentuan bonus tunai tetapi bukan kerugian luar biasa.)
b. Efeknya akan meningkatkan volatilitas laba bersih yang dilaporkan.
Contohnya adalah standar yang mengharuskan keuntungan dan kerugian
yang belum direalisasi pada aset modal dan sekuritas untuk dimasukkan
dalam laba bersih.
Jawab : Anda mungkin akan bereaksi negatif. Jika Anda menghindari risiko,
peningkatan volatilitas laba bersih akan meningkatkan volatilitas dari aliran
yang Anda harapkan dari bonus masa depan, sehingga menurunkan utilitas
yang diharapkan. Jawaban alternatifnya adalah bahwa peningkatan
volatilitas akan meningkatkan peluang bahwa laba bersih yang dilaporkan
akan jatuh di bawah momok atau di atas batas dari rencana bonus. Jika ini
terjadi, Anda harus memanipulasi akrual atau melepaskan bonus Anda.
c. Efeknya akan memberikan tekanan ke bawah pada laba bersih yang
dilaporkan. Contohnya termasuk pengeluaran opsi saham karyawan (Bagian
8.6), uji penurunan nilai untuk properti, pabrik, dan peralatan (Bagian
7.3.5), dan niat baik yang dibeli (Bagian 7.11.2).
Jawab :
Anda akan bereaksi negatif karena bonus yang Anda harapkan akan
diturunkan, tanpa kompensasi penurunan volatilitas bonus.
d. Efeknya akan menghilangkan cara-cara alternatif akuntansi untuk hal yang
sama. Sebagai contoh, standar baru mungkin memerlukan akuntansi nilai
wajar untuk properti, pabrik, dan peralatan, daripada opsional saat ini di
bawah IAS 16 (Bagian 7.3.4).
Jawab :
Anda akan bereaksi negatif terhadap pengurangan kemampuan Anda untuk
memilih dari kebijakan akuntansi yang berbeda, karena ini akan mengurangi
kemampuan Anda untuk mengelola laba yang dilaporkan melalui pilihan
kebijakan akuntansi. Secara khusus, kemampuan Anda untuk mengatur
pendapatan bersih untuk tujuan bonus akan berkurang.
Anda akan mempertimbangkan negatif terhadap Kebijakan Kemampuan
Anda untuk memilih dari kebijakan akuntansi yang berbeda, karena ini akan
mengurangi kemampuan Anda untuk mengelola laba yang mendukung
melalui pilihan kebijakan akuntansi. Bonus khusus untuk bonus akan
berkurang.
5. Perusahaan-perusahaan dalam studi Healy tentang manajemen laba (Bagian
11.3) akan menggunakan dasar biaya historis dari akuntansi. Mengingat bahwa
standar akuntansi telah pindah ke peningkatan penggunaan akuntansi nilai wajar
untuk instrumen keuangan, seperti yang dijelaskan dalam Bagian 7.4, 7.5, dan
7.9, akankah ini pindah ke nilai wajar meningkatkan atau mengurangi potensi
manajemen laba oportunistik untuk tujuan bonus? Menjelaskan.TIDAK
Jawab :
Sulit untuk membuat pernyataan umum tentang dampak akuntansi nilai wajar
untuk instrumen keuangan pada manajemen laba oportunistik, karena beberapa
aspek pengukuran nilai wajar membatasi manajemen laba, dan lainnya
meningkatkannya. Poin-poin berikut dapat dibuat:
Ketika keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi dari perubahan
nilai wajar dimasukkan dalam laba bersih, akuntansi nilai wajar
membatasi kemampuan untuk mengelola pendapatan melalui
perdagangan instrumen keuangan, karena jumlah dan waktu perubahan
nilai wajar dan menghasilkan keuntungan dan kerugian yang belum
direalisasi kemudian berkurang di bawah kendali manajemen. Memicu
keuntungan dan kerugian yang direalisasi melalui penjualan aktual tidak
akan efektif jika aset dan liabilitas yang terlibat sudah dicatat dalam laba
bersih pada nilai wajar.
Berdasarkan IFRS 9, aset keuangan yang dinilai dengan biaya perolehan
diamortisasi akan mengalami penurunan nilai. Jika penurunan nilai
diwajibkan, menentukan nilai baru yang diharapkan membutuhkan
pertimbangan manajer yang cukup. Ini dapat memungkinkan
manajemen untuk mengelola laba bersih yang dilaporkan.
Berdasarkan IFRS 9, aset keuangan yang dinilai dengan biaya perolehan
diamortisasi dapat ditransfer ke dasar nilai wajar akuntansi, yang
menghasilkan laba atau rugi yang belum direalisasi dalam laba bersih.
Namun, ini akan membutuhkan perubahan dalam model bisnis
perusahaan, yang IFRS 9 harapkan akan jarang terjadi. Tampaknya tidak
mungkin bahwa taktik ini dapat digunakan untuk mengelola pendapatan.
Di bawah standar saat ini di Amerika Serikat, laba bersih dapat dikelola
dengan hanya mentransfer aset dari, katakanlah, dimiliki hingga jatuh
tempo ke dimiliki untuk diperdagangkan. Namun, standar tersebut
mengandung disinsentif kuat untuk perilaku semacam itu.
Sejauh keuntungan dan kerugian nilai wajar yang belum direalisasi
termasuk dalam pendapatan komprehensif lainnya, bentuk perdagangan
keuntungan dimungkinkan karena menjual aset keuangan yang
mengalami peningkatan nilai akan memicu transfer dari penghasilan
komprehensif lain ke laba bersih. Ini mengasumsikan bahwa, untuk
tujuan bonus, laba bersih adalah ukuran kinerja daripada pendapatan
komprehensif.
Opsi nilai wajar dapat digunakan untuk mengelola pendapatan. Namun,
di bawah IFRS 9, penggunaan untuk tujuan ini dibatasi, karena opsi
hanya dapat digunakan untuk mengurangi ketidakcocokan. Opsi nilai
wajar FASB lebih fleksibel, karena penggunaannya tidak terbatas pada
situasi ketidakcocokan. Dengan demikian menawarkan potensi
manajemen pendapatan yang lebih besar.
Standar akuntansi nilai wajar umumnya membutuhkan banyak
pengungkapan tambahan. Jika manajemen laba berdasarkan akuntansi
nilai wajar dilakukan, pengungkapan ini membuatnya lebih sulit bagi
manajer untuk menyembunyikan manajemen laba.
Poin sebelumnya mengasumsikan bahwa nilai pasar yang berfungsi
dengan baik tersedia. Asumsi ini akan dipenuhi secara wajar untuk
banyak aset dan liabilitas keuangan. Jika nilai pasar semacam itu tidak
tersedia, beberapa kemampuan untuk mengelola keuntungan dan
kerugian yang belum direalisasi tetap ada, karena nilai wajar kemudian
harus diperkirakan (mis., Penilaian Tingkat 3 — lihat Bagian 7.2). Juga,
model untuk memperkirakan nilai wajar, seperti Black-Scholes,
membutuhkan input parameter dan estimasi waktu latihan awal. Ini
mungkin dapat dimanipulasi, memberikan beberapa potensi untuk
mengelola pendapatan yang belum direalisasi, dan direalisasikan.
Berdasarkan IFRS 9 dan ASC 815-20, mungkin ada beberapa potensi
manajemen laba dalam keputusan apakah akan menunjuk instrumen
keuangan sebagai lindung nilai atau tidak. Namun, fleksibilitas ini
berkurang karena keputusan penunjukan harus dibuat pada awal lindung
nilai dan, setelah ditunjuk, tidak dapat secara surut tidak ditunjuk.
Kesimpulan yang masuk akal adalah bahwa standar akuntansi nilai wajar mencoba
untuk mencegah manajemen laba oportunistik. Namun, ada kemungkinan bahwa para
manajer akan mencari cara untuk mengatasi perlindungan yang ada dalam standar-
standar ini.
6. Yg dibutuhkan
A. Hitung berbagai akrual berdasarkan item-per-item. Untuk setiap akrual,
tunjukkan sejauh mana akrual itu dapat mengandung komponen diskresioner dan
jelaskan secara singkat alasannya.
Catatan: Siswa sering mengurangi akrual $ 1 dari laba bersih untuk kenaikan
biaya pengembangan yang ditangguhkan di neraca. Ini membuat mereka tidak
seimbang. Tidak ada informasi yang cukup pada laporan laba rugi untuk
mengetahui apakah biaya pengembangan yang ditangguhkan diamortisasi.
Tampaknya tidak. Penjelasan yang paling mungkin untuk kenaikan item ini
adalah bahwa hal itu disebabkan oleh transaksi non-operasional, seperti
pembayaran tunai untuk beberapa biaya pengembangan yang dikapitalisasi.
B. Jelaskan secara singkat dua cara lain yang telah digunakan peneliti untuk
memperkirakan akrual diskresioner.
Jawab :Gunakan model Jones, yang merupakan persamaan regresi untuk
memperkirakan akrual non-diskresioner setelah memungkinkan tingkat aktivitas
bisnis dan investasi modal (non-diskresioner). Setelah model regresi diestimasi,
gunakan untuk memprediksi akrual total periode berjalan. Discretionary accrual
kemudian diambil sebagai perbedaan antara estimasi ini dan total akrual.
Gunakan total akrual, karena total akrual mengandung akrual diskresioner
C. Seorang manajer, yang bonusnya terkait dengan laba bersih yang dilaporkan,
menemukan bahwa laba bersih untuk tahun itu (sebelum bonus) berada di bawah
momok dari rencana insentif. Apa jenis manajemen laba yang mungkin
dilibatkan oleh manajer? Manakah dari akrual di bagian a yang paling cocok
untuk tujuan ini? Menjelaskan. Jawab :
Manajer dapat mandi, dengan mencatat penurunan nilai untuk investasi dalam
aset modal dan mencatat kewajiban untuk biaya masa depan seperti reorganisasi
dan PHK. Ini akan mengurangi laba bersih yang dilaporkan tahun ini, tetapi
kemungkinan pendapatan bersih yang tinggi di tahun-tahun mendatang
meningkat, karena biaya amortisasi di masa depan akan lebih rendah dan
pembayaran di masa depan untuk reorganisasi dan PHK dapat dibebankan pada
kewajiban daripada terhadap laba bersih di masa depan.
Selain itu, jika penghapusan dan kewajiban ternyata lebih tinggi dari yang
sebenarnya dibutuhkan, kelebihan jumlah tersebut dapat dibalik ke operasi
tahun-tahun mendatang. Namun, taktik melebih-lebihkan penurunan nilai dan
ketentuan mungkin tidak diinginkan karena standar akuntansi sekarang melarang
pernyataan berlebihan tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan penyajian kembali
laporan keuangan sebelumnya dan, sangat mungkin, tuntutan hukum dan
tuntutan dari regulator sekuritas
Atau, manajer dapat memaksimalkan pendapatan, sehingga dapat meningkatkan
laba bersih di atas momok. Namun, taktik ini tidak mungkin digunakan kecuali
penghasilan pra-bonus hanya sedikit di bawah bogey. Jelas, akrual yang paling
cocok di atas adalah yang memiliki kebijaksanaan terbesar, dan relatif tidak
terlihat. Untuk menurunkan laba bersih yang dilaporkan, ini termasuk
memaksimalkan kewajiban yang masih harus dibayar, pengakuan pendapatan
yang lebih konservatif, minimalisasi biaya dibayar di muka, penyisihan piutang
ragu-ragu, dan persediaan. Namun, pengaruhnya terhadap laba bersih taktik ini
mungkin tidak cukup untuk mencapai tujuan mandi besar. Perubahan dalam
kebijakan amortisasi dan perkiraan masa manfaat aset modal adalah
kemungkinan. Namun, mereka cukup terlihat dan tidak dapat digunakan terlalu
sering. Akrual yang paling mungkin adalah menyediakan reorganisasi dan PHK.
Namun, mengingat standar akuntansi saat ini mengenai item khusus tersebut,
manajer harus berhati-hati untuk tidak melebih-lebihkan.