Anda di halaman 1dari 33

RINGKASAN MATERI KULIAH

EARNINGS MANAGEMENT

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Teori Akuntansi

Oleh:
Kelompok III

Ermida Fermiana Sonbay 176020300111026


Rosida Ibrahim 186020300111018
Annisa Geograf Puspita 186020300111046

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
RINGKASAN MATERI KULIAH
EARNINGS MANAGEMENT
By: William R. Scott

OVERVIEW
Earnings manajemen adalah : pilihan yang dilakukan oleh manajer dalam
menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan tertentu
merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan
saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan
peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.
Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi. Adanya
asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya sendiri,
mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk
menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui principal. Asimetri informasi
dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent mendorong agent untuk
menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi
tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent. Salah satu bentuk tindakan agent
tersebut adalah yang disebut sebagai earning management
Earnings manajemen merupakan bentuk manipulasi laporan keuangan dan bis
amneurunkan kredibiltas laporan keuangan
Principal pengenya profitabilitas perusahaan meningkat labanya naik biar bsa bayar
deviden ke pemgang saham nah kalo agen pengenya dapet bonus yang banyak makanya
manajer melakukan earnings manajemen nah biasnaya mamanjer melakukan berbagai
cara agar labanya bagus atau meningkat agar bisa terlihat kinerjanya bagus nah biasanya
dia melakukan kebijakan akuntansi yaitu earnings manajemen jadi tindakanya ga
mempertimbangkan riisko
https://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/teori-earning-management-definisi-pola.html
Scott mendefinisikan earning management sebagai pilihan yang dilakukan oleh
manajer dalam menentukan kebijakan akuntansi untuk mencapai beberapa tujuan
tertentu. Konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan (agency
theory) yang menyatakan bahwa praktek manajemen laba dipengaruhi oleh konflik
antara kepentingan manajemen (agent) dan  pemilik (principal) yang timbul  karena
setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertimbangkan tingkat kemakmuran
yang dikehendakinya.
Agency theory memiliki asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata
termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik
kepentingan antara principal dan agent. Pihak pemilik (principal) termotivasi
mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya dengan profitabilitas yang selalu
meningkat. Agent termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi
dan psikologisnya, antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun
kontrak kompensasi. Konflik kepentingan semakin meningkat temtama karena pemilik
(principal) tidak dapat memonitor aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan
bahwa manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (pemilik).
ASIMETRI INFORMASI
Dalam hubungan keagenan, pemilik (principal) tidak memiliki informasi yang
cukup tentang kinerja agen. Agen mempunyai lebih banyak informasi mengenai
kapasitas diri, lingkungan kerja, dan perusahaan secara keseluruhan. Hal inilah yang
mengakibatkan adanya ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh principal dan
agent. Ketidakseimbangan informasi inilah yang disebut dengan asimetri informasi.
Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan dirinya
sendiri, mengakibatkan agent memanfaatkan adanya asimetri informasi yang
dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui pemilik
(principal).
Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan
agent mendorong agent untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada
principal terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agent.
Salah satu bentuk tindakan agent tersebut adalah yang disebut sebagai earning
management.
Menurut Healy dan Wahlen menyatakan bahwa manajemen laba terjadi ketika
para manajer menggunakan keputusannya dalam pelaporan keuangan dan dalam
melakukan penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan baik untuk
menimbulkan gambaran yang salah bagi stakeholder tentang kinerja ekonomis
perusahaan, ataupun untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergantung pada
angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka earning management adalah suatu
usaha atau upaya mengatur pendapatan atau keuntungan untuk kepentingan-kepentingan
tertentu yang dilandasi oleh faktor-faktor ekonomi tertentu. Ada dua cara memahami
earning management yaitu sebagai berikut:
1. Memandang manajemen laba sebagai perilaku oportunistik manajer untuk
memaksimalkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, utang, dan kos
politik.

2. Memandang manajemen laba dari perspektif kontrak efisien, artinya earning


management memberi fleksibilitas bagi manajer untuk melindungi diri dan
perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian tak terduga untuk keuntungan
pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.
Dengan demikian, manajer mungkin dapat mempengaruhi nilai pasar
perusahaannya melalui earning management. Menurut Watt dan Zimmerman tujuan
yang akan dicapai oleh manajemen melalui earning management meliputi:
mendapatkan bonus dan kompensasi lainnya, mempengaruhi keputusan pelaku pasar
modal, menghindari biaya politik.
Catatan :
beberapa motivasi yang mendorong manajemen melakukan earning management, antara
lain sebagai berikut:

1. Motivasi bonus, yaitu manajer akan berusaha mengatur laba bersih agar dapat
memaksimalkan bonusnya.

2. Motivasi kontrak, berkaitan dengan utang jangka panjang, yaitu manajer menaikkan
laba bersih untuk mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami technical default
(kekurangan dalam perjanjian pinjaman yang timbul dari kegagalan untuk menegakan
aspek persyaratan pinjaman.hal ini menunjukan bahwa peminjam mungkin dalam
kesulitan keuangan dan dapat memicu kenaikan suku bunga pinjaman penyitaan atau
peristiwa negatif lainya)

3. Motivasi politik, aspek politis ini tidak dapat dilepaskan dari perusahaan, khususnya
perusahaan besar dan industri strategis karena aktivitasnya melibatkan hajat hidup orang
banyak. Perusahaan besar yang aktivitasnya berhubungan dengan publik atau
perusahaan yang bergerak dalam industri strategis seperti minyak dan gas akan sangat
mudah untuk diawasi. Perusahaan seperti ini cenderung untuk mengelola labanya. Pada
perioda kemakmuran perusahaan menggunakan prosedur dan praktik-praktik akuntansi
yang meminimalkan laba bersih perusahaan. Sebaliknya, publik akan mendorong
pemerintah untuk meningkatkan peraturan untuk menurunkan profitabilitas mereka.

Contoh hasil penelitian yang lain pada industri perbankan, yaitu tingkat manajemen laba
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah regulasi perbankan tentang tingkat
kesehatan, regulasi perbankan tentang kehati-hatian serta adanya asimetri informasi
yang merupakan peluang untuk dapat melakukannya (Rahmawati 2006).
4. Motivasi pajak, pajak merupakan salah satu alasan utama perusahaan mengurangi
laba bersih yang dilaporkan. LIFO. Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi
manajemen laba yang paling nyata. Namun demikian, kewenangan pajak cenderung
untuk memaksakan aturan akuntansi pajak sendiri untuk menghitung pendapatan kena
pajak. Seharusnya secara umum perpajakan tidak mempunyai peran besar dalam
keputusan manajemen laba. Penelitian Maydew (1997) membuktikan bahwa
penghematan pajak menjadi insentif bagi manajer (khususnya manajer yang mengalami
net operating loss pada tahun 1986-1991) untuk mempercepat pengakuan biaya dan
menunda pengakuan pendapatan.

5. Pergantian CEO (Chief Executive Officer), banyak motivasi yang timbul berkaitan
dengan CEO, seperti CEO yang mendekati masa pensiun akan meningkatkan bonusnya,
CEO yang kurang berhasil memperbaiki kinerjanya untuk menghindari pemecatannya,
CEO baru untuk menunjukkan kesalahan dari CEO sebelumnya.

6. Penawaran saham perdana (IPO), manajer perusahaan yang going public melakukan
earning management untuk memperoleh harga yang lebih tinggi atas sahamnya dengan
harapan mendapatkan respon pasar yang positif terhadap peramalan laba sebagai sinyal
dari nilai perusahaan.
7. Motivasi pasar modal, misalnya untuk mengungkapkan informasi privat yang
dimiliki perusahaan kepada investor dan kreditor.
PATTERNS OF EARNINGS MANAGEMENT
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi waktu,
jumlah, atau makna transaksi dalam pelaporan keuangan dengan melakukan pemilihan
metode akuntansi dan accounting judgment. Menurut Scott berbagai pola yang sering
dilakukan manajer dalam earning management adalah:
1. Taking a Bath
Terjadinya taking a bath pada periode yang menjenuhkan atau reorganisasi
termasuk pengangkatan CEO baru. Bila pemsahaan hams melaporkan laba yang
tinggi, manajer dipaksa untuk melaporkan laba yang tinggi, konsekuensinya
manajer akan menghapus aktiva dengan harapan laba yang akan datang dapat
meningkat. Bentuk ini mengakui adanya biaya pada periode yang akan datang
sebagai kerugian pada periode berjalan, kelika kondisi buruk yang tidak
menguntungkan tidak dapat dihindari pada periode tersebut. Untuk itu
manajemen harus menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraan
biaya yang akan datang pada saat ini serta melakukan clear the desk sehingga
laba yang dilaporkan di periode yang akan datang meningkat.
Pola ini terjadi pada saat terjadi reorganisasi, termasuk pengangkatan CEO
baru. Pada saat itu, perusahaan akan melaporkan kerugian dalam jumlah besar
sehingga diharapkan pada periode yang akan datang CEO tersebut dapat
menunjukkan adanya peningkatan laba.

2. Income Minimization
Bentuk ini mirip dengan "taking a bath", tetapi lebih sedikit ekstrim, yakni
dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan
mempercepat penghapusan aktiva tetap dan aktiva tak berwujud dan mengakui
pengeluaran-pengeluaran sebagai biaya. Pada saat profitabilitas perusahaan
sangat tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis,
kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan atas barang modal dan aktiva
tak berwujud, biaya iklan dan pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan,
hasil akuntansi untuk biaya eksplorasi.
Pola ini terjadi pada saat perusahaan mengalami/memperoleh laba yang
tinggi. Manajemen akan menunda sebagian laba tersebut dan melaporkannya pada
periode mendatang, jika pada periode mendatang, laba diperkirakan akan turun
drastis.
3. Income Maximization
Tindakan ini bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan
bonus yang lebih besar. Perencanaan bonus yang didasarkan pada data akuntansi
mendorong manajer untuk memanipulasi data akuntansi tersebut guna
menaikkan laba untuk meningkatkan pembayaran bonus tahunan. Jadi tindakan
ini dilakukan pada saat laba menurun. Perusahaan yang melakukan pelanggaran
perjanjian hutang mungkin akan memaksimalkan pendapatan.
4. Income Smoothing
Bentuk ini mungkin yang paling menarik. Hal ini dilakukan dengan meratakan
laba yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal, terutama bagi investor
karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Manajer mungkin merasa, dengan beberapa pembenaran bahwa mereka dapat
dipecat ketika penghasilan yang dilaporkan rendah. Perataan laba dapat mengurangi
kemungkinan pelaporan pendapatan rendah. Akhirnya, perusahaan dapat melancarkan
laba bersih yang dilaporkan untuk tujuan pelaporan eksternal. Jika digunakan secara
bertanggung jawab, perataan laba dapat menyampaikan ke orang informasi dalam pasar
dengan memungkinkan perusahaan untuk mengkomunikasikan secara kredibel kekuatan
penghasilan yang diharapkannya terus-menerus. Harus jelas bahwa berbagai pola
manajemen laba ini dapat menimbulkan konflik. Seiring waktu, pola yang dipilih oleh
perusahaan dapat bervariasi karena perubahan dalam kontrak, tingkat profitabilitas, dan
visibilitas politik. Bahkan pada titik waktu tertentu, perusahaan mungkin menghadapi
kebutuhan yang saling bertentangan, katakanlah untuk mengurangi laba bersih yang
dilaporkan karena alasan politik, meningkatkannya untuk memenuhi perkiraan analis,
atau memuluskannya untuk tujuan kontrak.
Teknik untuk merekayasa laba dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok (Setiawati dan Na’im, 2000). Pertama yaitu memanfaatkan peluang
untuk membuat estimasi akuntansi, antara lain: estimasi tingkat piutang tak
tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak
berwujud, estimasi biaya garansi. Kedua yaitu mengubah metode akuntansi.
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi,
contoh: mengubah metode depresiasi aktiva tetap yaitu dari metode depresiasi
angka tahun ke metode depresiasi garis lurus. Ketiga yaitu menggeser periode
biaya atau pendapatan, misalnya: mempercepat atau menunda pengeluaran untuk
penelitian dan pengembangan sampai periode akuntansi berikutnya,
mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai periode akuntansi
berikutnya, mempercepat atau menunda pengiriman produk ke pelanggan,
menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba, mengatur saat
penjualan aktiva tetap yang sudah tidak dipakai.
Pendekatan lain yang digunakan dalam mengendalikan net income
(Lontoh dan Lindrawati, 2004): Pertama, dengan mengendalikan transaksi-
transaksi akrual, dimana transaksi akrual memiliki pengaruh terhadap
pendapatan dan biaya namun tidak tampil pada arus kas. Contoh: amortisasi dan
depresiasi adalah sepenuhnya dikuasai oleh perusahaan dalam hal menentukan
masa manfaatnya sehingga perusahaan dapat mengatur besarnya pembebanan
pada biaya sesuai keinginan manajemen dalam rangka mencapai hasil akhir pada
net income yang diinginkan. Terdapat dua konsep akrual yaitu: discretionary
accrual dan non discretionary accrual. Discretionary accrual adalah pengakuan
akrual laba atau beban yang bebas tidak diatur dan merupakan pilihan kebijakan
manajemen, sedangkan non discretionary accrual adalah pengakuan akrual laba
yang wajar, yang tunduk pada suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Kedua, dengan mengubah kebijakan akuntansi, manajemen juga dapat
menentukan net income yang diinginkan, namun hasrat manajemen untuk
melaksanakan hal ini tidak sekuat accrual items. Alasannya adalah manajemen
harus menjelaskannya dalam disclosure pada laporan keuangan tahunan. Dan
alasan ini adalah bahwa standar akuntansi tentang konsistensi mencegah
terjadinya perubahan kebijakan akuntansi sesering mungkin. Contohnya adalah
merubah metode pencatatan dari LIFO menjadi FIFO. Karena kalau tujuanya
pajak LIFO lebih menguntungkan jadi LIFO ASUDAH TDAK DIGUNAKAN
Earning management merupakan fenomena yang sukar dihindari karena
fenomena ini hanya dampak dari penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan
keuangan. Dasar akrual disepakati sebagai dasar penyusunan laporan keuangan karena
dasar akrual memang lebih rasional dan adil dibandingkan dasar kas. Sebagai contoh,
dengan dasar kas, pembelian aktiva tetap secara tunai senilai seratus juta rupiah mesti
dibebankan sebagai biaya pada periode saat pembelian aktiva tersebut, meskipun aktiva
tersebut akan bermanfaat bagi perusahaan selama 10 tahun. Jika laporan rugi laba
disusun dengan dasar kas, maka besar kemungkinan dalam periode tersebut perusahaan
dinyatakan mengalami rugi. Jadi pada dasarnya, basis akrual dipilih dengan tujuan
untuk menjadikan laporan keuangan lebih informatif yaitu laporan keuangan yang
benar-benar mencerminkan kondisi yang sebenarnya. Sayangnya, akrual yang ditujukan
untuk menjadikan laporan yang sesuai fakta ini sedikit dapat digerakkan
(tuned)sehingga dapat mengubah angka laba yang dihasilkan.

EVIDENCE OF EARNINGS MANAGEMENT FOR BONUS PURPOSES


Sebuah catatan oleh Healy (1985) yang berjudul “The Effect of Bonus Schemes
on Accounting Decisions,” is a seminal investigation of a contractual motivation for
earnings management. Efek skema bonus keputusan akuntansi adalah investigasi
motivasi kontrak pengelolaan pendapatan. Healy mengamati bahwa manajer memiliki
informasi dari dalam pada pendapatan bersih perusahaan sebelum pengelolaan
pendapatan atau laba. Penelitian Healy (1985) menggunakan pendekatan program bonus
manajemen, yaitu bahwa manajer akan memperoleh bonus secara positif ketika laba
berada di antara batas bawah (bogey) dan batas atas (cap). Ketika laba berada di bawah
bogey manajer tidak mendapatkan bonus, dan ketika laba berada diatas cap manajer
hanya mendapatkan bonus tetap.
Healy (1985) menunjukkan secara empiris bahwa sebelum melakukan
manajemen laba, manajer mempunyai informasi dari dalam perusahaan atas laba bersih
perusahaan. Penelitian ini juga menunjukkan kecenderungan manajemen yang secara
oportunistik mengelola laba bersih untuk memaksimalkan bonus mereka berdasarkan
program kompensasi perusahaan. Healy (1985) berusaha untuk membuktikan dan
memprediksi metoda akuntansi yang akan dipilih manajer.
Penting :
Penelitian ini merupakan perluasan dari bonus plan hypothesis. Jika pada suatu
tahun tertentu laba bersih perusahaan rendah (di bawah bogey) maka tindakan manajer
adalah menurunkan pendapatan, sehingga laba perusahaan akan menjadi lebih rendah
(taking a bath) yang bermaksud untuk mencapai bonus pada tahun berikutnya.
Sedangkan jika pada satu tahun tertentu laba bersih perusahaan tinggi (diatas cap) maka
tindakan yang dilakukan manajer adalah menurunkan pendapatan, sehingga laba
perusahaan akan menjadi lebih rendah.
LABA ITU HASIL PENGURANGAN PENDAPATAN DAN
PENGELUARAN KALO PENDAPATAN TANPA MEMPERHATIKAN FAKTOR
LIN JADI BENER BENER PENDAPATAN PERUSAHAAN SECARA
KESELURUHAN
https://www.dosenpendidikan.co.id/manajemen-laba/

Catatan Healy didasarkan pada teori akuntansi positif. catatan tersebut mencoba
untuk menjelaskan dan meramalkan aneka pilihan para manajer penentu kebijakan
akuntansi. Lebih rinci, hal tersebut adalah suatu perluasan bonus untuk merencanakan
hipotesis, negara yang para manajer perusahaannya mendapatkan bonus akan
memaksimalkan laba. Dengan pemandangan lebih lekat di struktur pola bonus, Healy
sampai pada ramalan yang lebih spesifik bagaimana dan dalam keadaan apa para
manajer akan terlibat dalam manajemen laba jenis ini.
Alasan Bonus (bonus scheme). Adanya asimetri informasi mengenai keuangan
perusahaan menyebabkan pihak manajemen dapat mengatur laba bersih untuk
memaksimalkan bonus mereka. Motivasi bonus merupakan dorongan manajer
perusahaan dalam melaporkan laba yang diperolehnya untuk memperoleh bonus yang
dihitung atas dasar laba tersebut. Manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih
mungkin menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan income yang
dilaporkan pada periode berjalan. BIAR DAPET BONUS MAKA LABANYA HARUS
BANYAK DAN PERHITUNGAN BINUS ADA YANG BERDASA DENGN LABA
TERHANTUNG PERUSAHAAN BEDA BEDA
Studi Healy telah terbatas pada perusahaan Rencana Ganti-Rugi siapa
didasarkan pada pendapatan neto dilaporkan sekarang saja. Ini disebut rencana bonus
untuk sisa bagian ini. Kita juga melihat bahwa, karena alasan pengurangan risiko, pola
bonus mempunyai nilai lebih. Untuk kemungkinan pengendalian risiko yang mungkin
berlebihan, mereka bias juga mempunyai solusi. Manajer akan meningkatkan net
income perusahaan untuk memaksimalkan bonus yang mereka terima. Bagaimana
manajer mengolah laba bersih? Healy mengasumsikan bahwa manajer menggunakan
metode akrual. Dengan formula:
Laba Bersih = Arus kas berasal dari keg. Operasi ± Akrual Bersih
Ini dapat dipecah menjadi:
Laba Bersih = Arus kas berasal dari keg. Operasi ± Akrual Non-
Diskresioner(Akrual nondiskresioner adalah bagian akrual yang variasinya dapat
dijelaskan oleh variasi fenomena ekonomik perusahaan) Bersih ± Akrual
Diskresioner (akrual akibat dari kebijakan manajemen) Bersih
https://arie.studio/2012/04/08/akrual-diskresioner/
Basis akrual melakukan pencatatan berdasarkan apa yang seharusnya menjadi
pendapatan dan beban perusahaan pada suatu periode.Dengan demikian, suatu
perusahaan akan mencatat pendapatannya berdasarkan seluruh pendapatan yang
telah menjadi hak perusahaan, terlepas apakah hak ini telah diwujudkan dalam
bentuk penerimaan kas atau tidak demikian juga dengan beban.
Asumsi penjelasan untuk empat poin akrual, sebagai berikut:
1. Beban Amortisasi beban amortisasi tahunan yang ditetapkan oleh kebijakan
amortisasi perusahaan dan mengestimasikan manfaat ekonomis asset.
2. Kenaikan pada Piutang Usaha Bersih berasumsi bahwa ini berasal dari
penurunan penyisihan piutang tak tertagih, yang dihasilkan dari perkiraan
konservatif dikurang dari tahun-tahun sebelumnya.
3. Kenaikan pada Persediaan berasumsi bahwa ini berasal dari perusahaan
manufaktur yang kuat pada saham selama periode kapasitas produksi yang
berlebih. Hasilnya adalah termasuk biaya overhead dalam persediaan tetap
daripada sebagai penambahan beban volume yang bervariasi yang
menguntungkan.
4. Penurunan pada Utang Usaha dan Kewajiban Akrual berasumsi bahwa ini
berasal dari perusahaan yang lebih optimis tentang klaim garansi pada produk-
produknya dari yang telah di tahun-tahun sebelumnya.

OTHER MOTIVATIONS FOR EARNINGS MANAGEMENT


Other Motivations For Earnings Management
Motivasi kontrak atas terjadinya manajemen laba dikaitkan dengan penggunaan
data akuntansi dalam memonitor dan meregulasi kontrak atas perusahaan dan pihak-
pihak lain yang berkepentingan (stakeholders). Secara eksplisit maupun implisit,
kontrak-kontrak yang berjenis kompensasi manajemen banyak dikaitkan dengan kinerja
keuangan perusahaan. Ada alasan khusus yang menyebabkan mengapa manajemen laba
terjadi dalam konteks kontrak yaitu baik kreditor maupun komite kompensasi yaitu
komite yang menyiapkan berkas kontrak antara manajer perusahaan, merasa bahwa
upaya mengungkapkan ada tidaknya manajemen laba adalah upaya yang mahal dan
membutuhkan waktu. Kondisi ini seakan menjadi pendorong bagi manajer untuk
melakukan manajemen laba. Ada 2 tujuan untuk menggambarkan earning management
dari sisi kontrak, yaitu:
1. Kontrak antara manajer dengan perusahaan
Dalam   hal   ini   perusahaan   memberi   kebebasan   bagi   manajer untuk
melakukan earning management dengan tujuan agar target perusahaan dapat
tercapai. Untuk mencapai tujuannya perusahaan menawarkan bonus bagi
prestasi manajer yang dapat mencapai target perusahaan.
2. Kontrak antara perusahaan dengan kreditur
Kontrak hutang antara perusahaan dengan kreditur pada awal kontrak telah
ditentukan adanya persyaratan-persyaratan tertentu antara perusahaan dengan
kreditur. Adanya pelanggaran pada persyaratan kontrak akan menyebabkan
perusahaan lerkena penalties. Oleh sebab itu untuk menghindari adanya
penalties perusahaan cenderung meningkatkan pendapatan.

To Meet Investors’ Earnings Expectations


Pengharapan dari investor bisa dalam berbagai bentuk dan cara.   Sebagai
contohnya, kemungkinan bisa didasarkan kepada laba dari periode yang sama pada
tahun sebelumnya atau analisa terkini atau perkiraan yang dilakukan oleh perusahaan.
Perusahaan yang menawarkan laba lebih besar dari nilai yang diharapkan secara tipikal
akan menikmati peningkatan share price secara signifikan, sejalan dengan revisi
investor pada probabilitas mereka dari performa baik di masa mendatang.  Sebagai
kebalikannya, maka perusahaan dengan kejutan laba negative akan mengalami
penurunan share price secara signifikan. Bartov, Givoly, dan Hayn (2002) dalam
studinya, mendokumentasikan mengenai return dari share abnormal yang secara
signifikan untuk perusahaan-perusahaan yang melebihi perkiraan analisa laba terbaru
dari mereka, yang relative terhadap perusahaan yang mengalami kegagalan dalam
memenuhi perkiraan analisa laba.
Skinner dan Sloan (2002), mendokumentasikan negative share returns untuk
perusahaan-perusahaan yang mengalami kegagalan memenuhi perkiraan laba mereka. 
Nilai ini secara signifikan adalah lebih besar jika dibandingkan dengan return positif
dari perusahaan yang mampu melebihi perkiraan laba mereka.  Hal ini menunjukkan
bahwa pasar akan memberikan penalti kepada perusahaan yang mengalami kegagalan
untuk memenuhi pengharapan dibandingkan dengan reward yang mereka terima ketika
melebihi ekspektasi.
Tentunya, para manajer yang kehilangan laba yang yang diharapkan bisa
menawarkan penjelasan. Beberapa penjelasan jelas menghadapi masalah perusahaan.
Kegagalan memenuhi laba yang diharapkan investor memiliki konsekuensi yang serius.
Ada akibat langsung terhadap harga saham perusahaan dan biaya modal yang muncul
ketika investor merevisi probabilitas mereka terhadap kinerja masa akan datang. Dan
juga ada akibat tidak langsung melalui reputasi manajer. Konsekuensinya, memenuhi
ekspektasi laba dan mempertahankan reputasi adalah dorongan manajemen laba yang
kuat.

Initial Public Offerings


Berdasarkan definisinya, perusahaan yang melakukan IPO masih belum
mempunyai harga pasar. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana menilai
saham dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu, informasi akuntansi keuangan yang
dimasukkan kedalam prospektus menjadi sumber informasi yang berguna. Contohnya,
Clarkson, Dontoh, Richardson dan Sefcik (1992) menemukan temuan/bukti empiris
bahwa pasar memberikan respon secara positif kepada peramalan earnings sebagai
sinyal nilai perusahaan. Hal ini menimbulkan kemungkinan bahwa manajer dari
perusahaan yang go publik mengelola earnings yang dilaporkan dalam prospektusnya
dengan harapan untuk menerima harga yang lebih tinggi untuk saham mereka.
Initial Public Offering (IPO) adalah penawaran perdana saham oleh perusahaan
yang hendak go public kepada investor yang berminat, dengan melakukan IPO
perusahaan yang awalnya berbentuk privat maka menjadi perusahaan yang go public.
Fan (2007), berdasarkan sampel yang berbeda menemukan bahwa manajer mengelola
laba yang tinggi untuk tujuan IPO, dan pembalikan akrual berikutnya mengurangi laba
di masa depan. Hal ini menyarankan investor secara rasional mengantisipasi kehadiran
perusahaan IPO yang melakukan earning management dan membangun antisipasi
kedalam jumlah yang mereka bayar untuk saham IPO.

THE GOOD SIDE OF EARNINGS MANAGEMENT


Blocked Communication
Konsep komunikasi yang terhambat/diblokir berasal dari Demski dan
Sappington (1987a) (DSa).  Secara frekuen, maka agen yang memperoleh informasi
yang dispesialiasikan sebagai bagian dari keahlian mereka, dan jenis informasi ini
kemungkinan besar akan bernilai untuk berkomunikasi kepada pelaku utama, yakni
membuka komunikasi yang di terhambat diantara perusahaan/manajer dengan pemilik
perusahaan atau investor.
DSa menunjukkan kehadiran dari komunikasi yang diblokir yang bisa
menurunkan efisiensi dari kontrak agen, karena agen kemungkinan akan kekurangan
perolehan informasi dan berkompensasi dengan bertindak. Jika hal ini terjadi, maka
pelaku utama akan menerima insentif untuk mencoba mengeliminasi atau menurunkan
blockade informasi. Ada beberapa cara untuk mengurangi blockade. Gu dan Li (2007)
melaporkan sebuah reaksi peningkatan pasar yang positif terhadap pengungkapan
strategi bisnis oleh perusahaan yang berteknologi tinggi ketika pengungkapan didahului
oleh isyarat kepercayaan dalam manajemen perusahaan, yaitu pembelian saham.
Pengungkapan barisan item mengurangi kemampuan manajer untuk menggunakan
earnings management untuk mencapai perkiraan, dengan demikian kecurigaan investor
bahwa perkiraan mungkin dinaikkan.
Pada konteks ini, earnings management juga dapat sebagai alat mengurangi
blockade. Pembukaan atas informasi manajer melalui akrual diskresioner yang membuat
hasil yang diinginkan memiliki kepercayaab. Pasar mengetahui bahwa para manajer
akan bertindak gila-gilaan untuk melaporkan laba yang tinggi daripada menahannya.
DSb menunjukan bahwa arus kas operai, atau beberapa pengukuran kinerja tidak terolah
lainnya seperti laba sebelum item yang tidak biasa, menyatakan beberapa informasi
tentang kinerja perusahaan di masa depan. Namun, manajemen memiliki informasi
tambahan tentang kinerja masa depan, seperti strategi perusahaan yang baru, perubahan
karakteristik perusahaan, atau perubahan kondisi pasar. Walaupun hampir relevan,
informasi tersebut cukup kompleks karena komunikasi tersebut diblokir.
Chen, Hemmer, dan Zhang (2007) menganalisa suatu model yang
mengilustrasikan interaksi antara peran penginformasian investor terhadap earnings
management yang hanya didiskusikan dan dampaknya atas kontrak kompensasi. CHZ
lalu mengenalkan akuntansi konservatif. Akuntansi konservatif menurunkan efisiensi
kontrak. Pada waktu yang sama, akuntansi konservatif mengurangi kebutuhan menaikan
earnings management.

Empirical Evidence of Good Earnings Management


Subramanyam (1996) menyediakan beberapa bukti pada isu ini. Dia membagi
akrual kedalam komponen diskresioner dan komponen non-diskresioner, menggunakan
model Jones. Subramanyam menemukan, setelah pengendalian terhadap efek arus kas
operasi dan akrual non-diskresioner pada pengembalian saham, konsisten dengan para
manajer, rata-rata, menggunakan earnings management secara bertanggungjawab untuk
mengungkapkan informasi bagian dalam tentang laba masa depan.
Xie (2001) menggunakan model Jones untuk mengestimasi akrual diskresioner
dan non-diskresioner untuk setiap perusahaan yang diobservasi. Lalu estimasi kehadiran
dari dua komponen akrual tersebut. Sebagaimana yang dapat kita prediksi, dia
menemukan bahwa kehadiran dari akrual diskresioner kurang dari non dikresioner.
Dengan kata lain, daripada bereaksi terhadap akrual diskresioner yang seolah-olah baik,
pasar tampaknya lebih memilih menilainya terlalu tinggi.
Reaksi pasar yang positif terhadap komponen akrual diskresioner, walaupun
kurang positif daripada komponen asli. Manajer menggunakan akrual diskresioner
untuk menyampaikan informasi yang berguna pada investor, juga mendukung hasil
kontrak yang efisien. Kita simpulkan bahwa ada teori yang penting dan bukti penting
bahwa earning management dapat menginformasikan pada investor sekaligus
memungkinkan adanya kontrak yang lebih efisien. Alasan lain untuk perkembangan
manajemen laba adalah bahwa ada "baik" sisi untuk itu. Seperti disebutkan, kita dapat
mempertimbangkan sisi baik dari manajemen laba baik dari kontraktor dan perspektif
pelaporan keuangan. Dari perspektif kontrak sejauh mana laba manajemen bisa baik
berhubungan dengan kontrak yang efisien versus oportunistik bentuk teori akuntansi
positif. Berdasarkan kontrak yang efisien, maka diinginkan untuk memberikan manajer
beberapa kemampuan untuk mengelola pendapatan di dalam menghadapi kontak
lengkap dan kaku. Kita harus berhati-hati untuk tidak selalu menafsirkan bukti
manajemen laba untuk bonus, perjanjian hutang, dan alasan-alasan politik sebagai
buruk. Manajemen laba bisa menjadi alat untuk menyampaikan informasi kepada pasar,
sehingga harga saham dapat lebih mencerminkan prospek masa depan perusahaan.

THE BAD SIDE OF EARNINGS MANAGEMENT


Opportunistic Earnings Management
Meskipun teori dan bukti bertanggung jawab dalam mempergunakan manajemen
laba, ada juga bukti manajemen laba yang buruk. Dari persfektif kontrak, ini merupakan
hasil dari tingkah laku oportunistik manajer. Kecenderungan manajer untuk
menggunakan manajemen laba agar memaksimalkan bonus mereka. Investigasi
mengungkapkan sejumlah motivasi untuk manajemen laba tersebut. Yang umum adalah
kedekatan dengan pelanggaran perjanjian utang. Motif lain untuk melakukan
manajemen laba yang buruk muncul ketika manajer bermaksud untuk meningkatkan
modal saham baru dan ingin memaksimalkan hasil dari penerbitan saham baru.
Akrual diskresioner dapat digunakan untuk meningkatkan laba bersih yang
dilaporkan dalam jangka waktu pendek, seperti mempercepat pengakuan pendapatan,
memperpanjang masa manfaat aset modal, menyediakan untuk biaya lingkungan dan
pemulihan. Selama manajemen laba digunakan untuk menaikkan harga yang tak
terduga, pemilik yang sekarang dapat memanfaatkannya sampai ada yang terbaru.
Perusahaan yang melakukan manajemen laba memiliki rata-rata leverage yang lebih
besar dan secara signifikan memiliki lebih banyak pelanggaran kontrak hutang daripada
pengendalian.
Hanna (1999) membahas jenis lain dari manajemen laba. Ini terjadi karena
sering munculnya biaya yang berlebihan untuk item yang tidak berulang, seperti
mencatat batas standar tes, dan ketentuan reorganisasi. Bonus manajer biasanya
berdasarkan laba sebelum item yang tidak biasa.
Ketentuan reorganisasi tidak mempengaruhi bonus atau kemampuan untuk
memenuhi perkiraan pendapatan dan pengurangan beban di masa depan yang
meningkatkan laba masa depan yang dievaluasi oleh manajer. Dye mengungkapkan
bahwa manajer yang bertindak sebagai pemegang saham memiliki kemampuan dan
insentif untuk mengelola laba sehingga memaksimalkan harga jual agar dapat diterima
oleh pemegang saham sekarang.
Manajemen laba dalam konteks internasional dipelajari oleh Leuz, Nanda, dan
Wysocki (2003). Menurut mereka, manajemen laba berbeda dengan pendekatan akrual
yang dikemukakan oleh Jones. Salah satu ukuran didsarkan pada korelasi antara akrual
dan arus kas yang berkorelasi rendah, misalnya, bahwa perusahaan – perusahaan di
suatu negara dapat mengakui pendapatan sebelum diterima secara tunai. Sebuah ukuran
ketiga adalah besarnya total akrual, total akrual tinggi mengandung akrual tetapan
tinggi, mirip dengan penalaran Healy.
 Menurut Healy (1999), manajemen laba mengaburkan informasi kinerja
ekonomis perusahaan karena ada kondisi dimana manajer perusahaan memiliki
akses informasi secara langsung sementara sebagian stakeholder tidak. Ada
sebagian informasi yang tidak tersampaikan ke stakeholder. Manajer disisi lain,
memang dapat menggunakan kebijakan untuk membuat laporan keuangan lebih
informatif, mencerminkan kinerja perusahaan sesungguhnya, misalnya melalui
pemilihan metode akuntansi atau estimasi untuk memberikan sinyal yang
memadai agi penilaian kinerja perusahaan. Akan tetapi kebijakan akuntansi
untuk membuat laporan keuangan lebih informatif kepada pengguna tidak
masuk dalam definisi.
 Kontroversi muncul ketika manajemen laba dikaitkan dengan moral/etika,
apakah tindakan manajer melakukan manajemen laba tidak akan menyesatkan
pemakai laporan keuangan. Apalagi karena laba merupakan komponen penting
yang dipantau para pemakai laporan keuangan. Ditinjau dari legalitas, tidak ada
yang dilanggar karena pemilihan metode akuntansi tidak melanggar standar
akuntansi yang berlaku di samping merupakan kewenangan manajer untuk
memilih metode akuntansi yang akan dipakai. Menilai etis atau tidaknya
manajemen laba dapat dilihat dari sudut pandang pencapaian keseimbangan
antara kepentingan individu (manajer) dengan kewajiban terhadap pihak-pihak
yang terkait dengan perusahaan (stakeholder). Yang dimaksud dengan
stakeholder adalah pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, kreditur
dan investor. Penilaian tersebut hanya dapat dilakukan kalau manajer
melakukannya secara sadar, artinya menyadari implikasi jangka panjang yang
ditimbulkan. Tekanan persaingan untuk menghasilkan laba yang tinggi bisa
menyebabkan perilaku tidak etis, terutama untuk perusahaan yang menggunakan
angka akuntansi untuk penilaian kinerja secara mutlak. Manajer dengan kinerja
keuangan yangburuk dan perusahaan dengan laba rendah lebih mudah
melakukan tindakan tidak etisdibandingkan manajer dengan kinerjakeuangan
baik dan perusahaan dengan laba.

Do Managers Accept Securities Market Efficiency?


Teknik manajemen laba yang dijelaskan, termasuk Nortel, tidak selalu konsisten
dengan efisiensi pasar sekuritas. Mereka mengandalkan buruknya pengungkapan dan
keterbatasan perhatian dari investor untuk menjaga tingkat manajemen laba sebagai
informasi pihak internal.
Schrand dan Walther (2000) melaporkan lagi bentuk manajemen laba. Mereka
menganalisis sampe perusahaan yang melaporkan materi, keuntungan yang tidak
berulang atau kerugian atas penjualan property, pabrik, dan peralatan pada kuartal tahun
sebelumnya tetapi tidak ada keuntungan tersebut atau kerugian pada kuartal yang sama
tahun berjalan. Laba proforma mencerminkan bentuk lain dari manajemen laba terhadap
pertanyaan penerimaan manajer atas efisiensi pasar. Manajer yang menekankan pada
klaim laba proforma bahwa ukuran ini lebih baik untuk menggambarkan kinerja
perusahaan dari laba bersih GAAP. Namun, ketika laporan laba-rugi yang didasarkan
oleh GAAP tersedia, pasar yang efisien akan menyesuaikan secara cepat untuk item
yang dihilangkan dari pengumuman laba proforma. Konsekuensinya, tekanan manajer
atas laba proforma menyarankan mereka untuk tidak menerima efisiensi. Kebijakan
manajemen laba tidak masuk akal jika pasar sekuritas efisien. Konsekuensinya, manajer
yang terikat pada hal tersebut, mereka seharusnya tidak menerima secara penuh tentang
efisiensi.

Analyzing Managers’ Speech to Detect Bad Earnings Management


Dalam Bagian 11.4.2, kami mengacu pada penelitian reaksi analis oleh Barton
dan Mercer tahun 2005 terhadap alasan-alasan manajer karena hasil keuangan yang
mengecewakan. Baru-baru ini, program komputer canggih digunakan untuk
menganalisis kata-kata tertulis dan lisan manajer untuk isyarat yang dapat
mengungkapkan keyakinan mereka tentang kinerja perusahaan di masa depan dan
apakah mereka jujur dalam mengkomunikasikan keyakinan ini.
Kami telah melihat contoh-contoh studi berbasis komputer berskala besar.
Dalam Teori dalam Praktik 3.3, Li (2010) menganalisis "nada" dari sejumlah besar MD
& As. Dia menemukan bahwa nada dari MD & A perusahaan berguna untuk
memprediksi pendapatan kuartal mendatang. Dalam Bagian 3.6.4 kami meninjau studi
2011 tentang Brown dan Tucker, yang menggunakan perangkat lunak komputer untuk
menganalisis sampel besar MD & As untuk perubahan susunan kata dari satu tahun ke
tahun berikutnya. Mereka melaporkan hubungan positif antara besarnya perubahan kata-
kata dan aktivitas ekonomi perusahaan (misalnya, laba per saham), dan antara kata ganti
ini berubah dan kinerja berbagi perusahaan. Hasil ini menunjukkan bahwa lebih sedikit
boiler berimplikasi pada kinerja pangsa yang lebih baik.
Di sini, kami menguraikan studi lain seperti itu, oleh Hobson, Mayew, dan
Venkatachalam (HMV; 2012), yang berorientasi pada deteksi kesalahan penyajian
manajer dari kinerja keuangan selama panggilan konferensi yang biasanya menyertai
rilis informasi laba.
Penelitian HMV didasarkan pada teori perilaku disonansi kognitif. Berdasarkan
teori ini, disonansi muncul ketika seseorang berperilaku dengan cara yang bertentangan
dengan persepsi diri orang itu. Sebagai contoh, seorang manajer mungkin percaya
bahwa dia adalah anggota masyarakat yang jujur dan bertanggung jawab. Jika manajer
itu menekankan selama panggilan konferensi bahwa peningkatan penjualan kuartal saat
ini diperkirakan akan terus berlanjut ketika penjualan sebenarnya telah menurun dan
peningkatan ini karena memaksa agen dan distributor untuk menerima lebih banyak
produk daripada yang mereka butuhkan ("menjejali saluran" ), manajer itu akan merasa
bersalah — artinya, akan mengalami disonansi kognitif.
Teori ini memprediksikan bahwa seorang individu yang tunduk pada disonansi
akan mencoba untuk menguranginya. Salah satu caranya adalah mengubah
keyakinannya. Lain adalah untuk mundur agak dari pernyataan membuat disonansi.
Jadi, jika manajer kami ditanya mengapa penjualan akan terus meningkat, dia mungkin
mencoba mengubah keyakinannya dengan memberikan alasan yang meyakinkan, atau
mungkin memenuhi syarat pernyataan sebelumnya dengan menunjukkan, misalnya,
bahwa itu tergantung pada penerimaan pasar produk baru. Sejauh penjelasan manajer
memberikan petunjuk seperti ini bahwa dia menderita disonansi kognitif, ini membuat
pernyataan awal menjadi mencurigakan. Perangkat lunak canggih mampu memindai
ucapan yang direkam pengelola untuk mendeteksi petunjuk ini.
HMV menggunakan program semacam itu untuk menganalisis pidato manajer
selama lima menit pertama pertanyaan dan jawaban21 setelah 1.572 presentasi laba
kuartalan selama 2007, memperoleh skor disonansi kognitif untuk setiap manajer.
Pertanyaannya kemudian adalah, apakah skor disonansi memprediksi misreporting
manajer?
Untuk menjawab pertanyaan ini, HMV memeriksa laporan keuangan masa
depan setiap perusahaan sampel untuk bukti penyesuaian pendapatan yang menurun
pendapatan. Mereka melaporkan bahwa skor disonansi mereka membantu memprediksi
perusahaan-perusahaan yang membuat penyesuaian tersebut.
Dengan demikian tampaknya analisis pidato manajer memegang janji untuk prediksi
manajemen laba yang buruk. Namun, perlu diketahui bahwa setelah para manajer
menyadari pidato mereka sedang dianalisis, mereka kemungkinan akan mempelajari
strategi untuk menghindari mengungkapkan apa yang mereka coba sembunyikan. Hasil
yang mungkin adalah urutan perangkat lunak yang semakin canggih sebagai respons
terhadap strategi counter-strategi yang terus ditingkatkan.

Implications for Accountants


Implikasi bagi akuntan yang ingin mengurangi manajemen laba yang buruk,
bagaimanapun tidak menolak efisiensi pasar, tetapi untuk meningkatkan keterbukaan.
Pengungkapan penuh membantu para investor untuk mengevaluasi laporan keuangan,
sehingga mengurangi kerentanan mereka terhadap bias perilaku dan mengurangi
kemampuan manajer untuk mengeksploitasi tata kelola perusahaan yang buruk dan
inefisiensi pasar. Cara lain untuk meningkatkan pengungkapan mencakup pelaporkan
dampak pada pendapatan inti yang secara umum, membantu investor dan komite
kompensasi untuk mendiagnosis kelemahan item.

CONCLUSIONS ON EARNINGS MANAGEMENT


Manajemen laba dimungkinkan oleh fakta bahwa pendapatan bersih yang benar
tidak ada. Selanjutnya, GAAP tidak sepenuhnya membatasi pilihan kebijakan manajer
dan prosedur akuntansi. Konsekuensi ekonomi dibuat ketika perubahan GAAP
mempengaruhi kemampuan manajer untuk bermain. Artinya, manajer akan bereaksi
terhadap perubahan aturan yang mengurangi flesibilitas pilihan akuntansi mereka.
Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk
mencapai tujuan khusus. Terdapat dua cara yang saling melengkapi dalam berfikir
tentang manajemen laba. Pertama, perilaku oportunistik manajemen untuk
memaksimumkan utulitasnya dalam kompensasi, kontrak, dan kos politik. Kedua,
perspektif kontrak efisien ketika manajemen laba dilakukan untuk menguntungkan
semua yang terlibat dalam kontrak. Earnings management sebagai intervensi dalam
proses pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan memperoleh beberapa kebutuhan
pribadi. Earnings management terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan
tertentu dalam pelaporan keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi yang mengubah
laporan keuangan hal ini bertujuan untuk menyesatkan para stakeholder tentang kondisi
kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk mempengaruhi penghasilan kontraktual yang
mengendalikan angka akuntansi yang dilaporkan. Ada tiga sasaran yang dapat dicapai
oleh manajer dalam melakukan manajemen laba meliputi: minimalisasi biaya politik
(political cost minimization), maksimalisasi kesejahteraan manager (manager wealth
maximization), dan minimalisasi kas pendanaan (minimization of financing cost).
Berbagai bentuk manajemen laba seperti taking a bath, perataan laba (income
smoothing), maksimalisasi atau minimalisasi pendapatan dapat dilakukan oleh pihak
manajemen dengan memanfaatkan peluang yang ada dalam standar akuntansi seperti
penerapan kebijakan akuntansi atau pemilihan metode akuntansi yang digunakan.
Adanya kemungkinan manipulasi ini karena adanya fleksibilitas yang diberikan oleh
GAAP dan karena sulit untuk menekankan pelaporan keuangan yang fleksibel.
Meskipun pengurangan keandalan dan sensivitas yang sering muncul menyertai
manajemen laba, argument yang kuat dapat dibuat bahwa itu berguna jika masih dalam
batas-batas. Pertama, memberikan manajer fleksibilitas untuk berekasi terhadap realisasi
negara yang tak terduga ketika kontrak yang tidak lengkap. Kedua, manajemen laba
dapat berfungsi sebagai komunikasi informasi yang kredibel untuk investor. Terakhir,
argument ini konsisten dengan pasar sekuritas efisien dan versih efisiensi teori
akuntansi positif.
Apakah manajemen laba yang baik atau buruk tergantung pada bagaiman
penggunaannya. Akuntan dapat mengurangi tingkat manajemen laba yang buruk dengan
membuka ke public. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan pengungkapan yang
rendah.
Pertanyaan :
1. Jelaskan mengapa manajer perusahaan mungkin percaya pada efisiensi pasar
efek dan terlibat dalam manajemen laba.
Jawab :
Beberapa alasan mengapa manajemen perusahaan mungkin percaya pada
efisiensi pasar efek dan terlibat dalam manajemen laba adalah:
 Manajemen laba dapat menjadi cara yang kredibel untuk
mengkomunikasikan informasi orang dalam perusahaan tentang
keuntungan jangka panjang yang diharapkan ke pasar.
 Pengungkapan yang buruk. Manajer mungkin merasa dia dapat
mengelola pendapatan secara oportunis tetapi bersembunyi di balik
pengungkapan yang buruk untuk mencegah pasar yang efisien untuk
mendeteksinyaUntuk strategi manajemen laba untuk take a bath,
kemungkinan manajer menerima bonus di tahun mendatang meningkat.
Jelaskan mengapa. (CGA-Kanada).
 Sisanya bonus plan tax dll
 Pajak penghasilan. Perusahaan mungkin dapat menunda pembayaran
pajak jika dapat meminimalkan pendapatan yang dilaporkan, misalnya
dengan mengelola akrual, atau menggunakan LIFO (jika diizinkan oleh
otoritas pajak).
 Paket bonus manajerial. Seperti yang didokumentasikan Healy, manajer
memiliki insentif untuk memaksimalkan bonus mereka, konsisten
dengan teori kontrak dan agensi. Akibatnya, jika manajemen laba sulit
dideteksi (mis., Discretionary accruals), mereka dapat mengadopsi
kebijakan akuntansi untuk meningkatkan laba bersih yang dilaporkan,
atau untuk mengurangi laba bersih yang dilaporkan jika di bawah bogey
atau di atas batas dari paket bonus
 Perjanjian dalam perjanjian pinjaman. Manajer dapat mengadopsi
kebijakan untuk meningkatkan laba bersih yang dilaporkan, atau variabel
laporan keuangan lainnya, untuk menghindari pelanggaran perjanjian
atau bahkan untuk menghindari terlalu dekat dengan pelanggaran.
Perjanjian pinjaman juga dapat menyebabkan perilaku perataan laba.
Urutan halus dari laba bersih yang dilaporkan akan mengurangi
kemungkinan pelanggaran perjanjian.
 Urutan pendapatan yang lancar dapat meningkatkan kesediaan pemberi
pinjaman dan pemasok untuk memberikan kredit jangka pendek. Ini
khususnya terjadi jika perusahaan memiliki kontrak implisit dengan para
pemangku kepentingan ini.
 Alasan politik. Dengan mengurangi laba bersih yang dilaporkan
perusahaan dapat mencegah intervensi pemerintah yang mungkin terjadi
jika publik merasa perusahaan mendapatkan keuntungan yang
berlebihan. Soal 8 dari Bab 8 menggambarkan hal ini. Begitu juga
dengan studi Jones (Bagian 11.3).
Tidak ada alasan di atas yang tidak konsisten dengan kepercayaan manajemen terhadap
efisiensi pasar efek. Alasan 1 hingga 4 berasal dari pertimbangan kontrak. Alasan 5
berasal dari pertimbangan politik, bukan pasar sekuritas. Alasan 6 mengasumsikan
secara implisit bahwa pasar sekuritas efisien, sehingga pasar sadar akan motivasi untuk
mengkomunikasikan kekuatan penghasilan yang persisten. Alasan 7 konsisten dengan
efisiensi pasar sekuritas (semi-kuat) jika pasar tidak mengetahui pengungkapan
manajemen yang bu
2. Untuk strategi manajemen pendapatan untuk mandi, kemungkinan manajer
menerima bonus di tahun mendatang meningkat. Jelaskan mengapa. (CGA-
Kanada)
Jawab :
Jawab : Pola ini terjadi pada saat terjadi reorganisasi, termasuk pengangkatan CEO
baru. Pada saat itu, perusahaan akan melaporkan kerugian dalam jumlah besar sehingga
diharapkan pada periode yang akan datang CEO tersebut dapat menunjukkan adanya
peningkatan laba.

Mandi melibatkan penghapusan aset terhadap operasi tahun berjalan, seperti dalam
biaya lebih rendah atau pasar dan penurunan nilai uji writedowns dan / atau pencatatan
kewajiban yang timbul untuk reorganisasi, PHK, dan peristiwa tidak biasa lainnya.
Akibatnya, laba tahun-tahun mendatang yang dilaporkan dibebaskan dari amortisasi,
dan kewajiban yang dicatat untuk biaya di masa depan dapat menyerap barang-barang
yang seharusnya dibebankan terhadap pendapatan di masa depan. Lebih jauh, jika
penghapusan berlebihan, pembalikan kelebihan akan meningkatkan laba yang
dilaporkan di masa mendatang.
Akibatnya, laba tahun-tahun mendatang yang dilaporkan akan lebih tinggi (atau
kerugian lebih rendah) daripada yang seharusnya, dan kemungkinan manajer menerima
bonus juga akan meningkat.

3. Seorang manajer meningkatkan laba yang dilaporkan sebesar $ 1.300 tahun ini.
Ini dilakukan dengan mengurangi penyisihan kerugian kredit sebesar $ 500 di
bawah jumlah yang diharapkan dan mengurangi akrual untuk biaya biaya
garansi menjadi $ 800 di bawah jumlah yang diharapkan. Jelaskan mengapa,
hal-hal lain sama, ini akan menurunkan pendapatan tahun depan sebesar $ 1.300.
Jawab :
Penghasilan tahun depan akan berkurang $ 1.300 karena "hukum besi"
pembalikan akrual. Sehubungan dengan kerugian kredit, ada bantalan $ 500
lebih rendah untuk menyerap kerugian kredit pada tahun berikutnya. Akibatnya,
biaya kerugian kredit tahun depan akan menjadi $ 500 lebih tinggi, hal-hal lain
sama. Sehubungan dengan biaya garansi, argumen serupa berlaku. Semakin
rendah kewajiban yang masih harus dibayar untuk biaya-biaya ini, semakin
rendah bantal untuk menyerap pembayaran untuk biaya garansi pada tahun
berikutnya. Akibatnya, biaya biaya garansi tahun depan akan menjadi $ 800
lebih tinggi, hal-hal lain sama.
4.  Anda adalah CEO yang beroperasi di bawah rencana bonus yang serupa dengan
yang diasumsikan oleh Healy (Bagian 11.3). Jelaskan apakah Anda akan
bereaksi positif atau negatif terhadap draf eksposur perubahan yang diusulkan
dalam GAAP yang memiliki efek berikut pada laporan keuangan Anda dan,
sebagai hasilnya, pada bonus Anda. Perlakukan setiap efek sebagai independen
dari yang lain.
Yg dibutuhkan
a. Efeknya akan meningkatkan kewajiban. Contoh dari perubahan GAAP
tersebut adalah perluasan persyaratan untuk kapitalisasi sewa (Bagian
7.3.2).
Jawab : Anda akan bereaksi negatif. Jika kewajiban meningkat, debit yang
dikompensasi akan mengurangi laba bersih yang dilaporkan, baik saat ini
atau di masa depan, atau keduanya. Ini akan mengurangi bonus Anda.
Reaksi Anda akan kurang negatif jika laba bersih sebelum perubahan
standar yang diusulkan berada di atas momok dari rencana kompensasi
Anda.
 Alasan lain untuk reaksi yang kurang negatif adalah bahwa komite
kompensasi dapat mengabaikan efek dari perubahan standar yang diusulkan
pada laba bersih. Kemungkinan ini akan lebih mungkin jika biaya awal
yang dihasilkan dari kewajiban baru adalah item satu kali, tidak berulang
(persistensi rendah). Dalam hal ini, lihat bukti Gaver dan Gaver (1998) di
Bagian 10.6, yang melaporkan bahwa keuntungan luar biasa cenderung
dimasukkan dalam penentuan bonus tunai tetapi bukan kerugian luar biasa.)
b. Efeknya akan meningkatkan volatilitas laba bersih yang dilaporkan.
Contohnya adalah standar yang mengharuskan keuntungan dan kerugian
yang belum direalisasi pada aset modal dan sekuritas untuk dimasukkan
dalam laba bersih.
Jawab : Anda mungkin akan bereaksi negatif. Jika Anda menghindari risiko,
peningkatan volatilitas laba bersih akan meningkatkan volatilitas dari aliran
yang Anda harapkan dari bonus masa depan, sehingga menurunkan utilitas
yang diharapkan. Jawaban alternatifnya adalah bahwa peningkatan
volatilitas akan meningkatkan peluang bahwa laba bersih yang dilaporkan
akan jatuh di bawah momok atau di atas batas dari rencana bonus. Jika ini
terjadi, Anda harus memanipulasi akrual atau melepaskan bonus Anda.
c. Efeknya akan memberikan tekanan ke bawah pada laba bersih yang
dilaporkan. Contohnya termasuk pengeluaran opsi saham karyawan (Bagian
8.6), uji penurunan nilai untuk properti, pabrik, dan peralatan (Bagian
7.3.5), dan niat baik yang dibeli (Bagian 7.11.2).
Jawab :
Anda akan bereaksi negatif karena bonus yang Anda harapkan akan
diturunkan, tanpa kompensasi penurunan volatilitas bonus.
d. Efeknya akan menghilangkan cara-cara alternatif akuntansi untuk hal yang
sama. Sebagai contoh, standar baru mungkin memerlukan akuntansi nilai
wajar untuk properti, pabrik, dan peralatan, daripada opsional saat ini di
bawah IAS 16 (Bagian 7.3.4).
Jawab :
Anda akan bereaksi negatif terhadap pengurangan kemampuan Anda untuk
memilih dari kebijakan akuntansi yang berbeda, karena ini akan mengurangi
kemampuan Anda untuk mengelola laba yang dilaporkan melalui pilihan
kebijakan akuntansi. Secara khusus, kemampuan Anda untuk mengatur
pendapatan bersih untuk tujuan bonus akan berkurang.
Anda akan mempertimbangkan negatif terhadap Kebijakan Kemampuan
Anda untuk memilih dari kebijakan akuntansi yang berbeda, karena ini akan
mengurangi kemampuan Anda untuk mengelola laba yang mendukung
melalui pilihan kebijakan akuntansi. Bonus khusus untuk bonus akan
berkurang.
5. Perusahaan-perusahaan dalam studi Healy tentang manajemen laba (Bagian
11.3) akan menggunakan dasar biaya historis dari akuntansi. Mengingat bahwa
standar akuntansi telah pindah ke peningkatan penggunaan akuntansi nilai wajar
untuk instrumen keuangan, seperti yang dijelaskan dalam Bagian 7.4, 7.5, dan
7.9, akankah ini pindah ke nilai wajar meningkatkan atau mengurangi potensi
manajemen laba oportunistik untuk tujuan bonus? Menjelaskan.TIDAK
Jawab :
Sulit untuk membuat pernyataan umum tentang dampak akuntansi nilai wajar
untuk instrumen keuangan pada manajemen laba oportunistik, karena beberapa
aspek pengukuran nilai wajar membatasi manajemen laba, dan lainnya
meningkatkannya. Poin-poin berikut dapat dibuat:
 Ketika keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi dari perubahan
nilai wajar dimasukkan dalam laba bersih, akuntansi nilai wajar
membatasi kemampuan untuk mengelola pendapatan melalui
perdagangan instrumen keuangan, karena jumlah dan waktu perubahan
nilai wajar dan menghasilkan keuntungan dan kerugian yang belum
direalisasi kemudian berkurang di bawah kendali manajemen. Memicu
keuntungan dan kerugian yang direalisasi melalui penjualan aktual tidak
akan efektif jika aset dan liabilitas yang terlibat sudah dicatat dalam laba
bersih pada nilai wajar.
 Berdasarkan IFRS 9, aset keuangan yang dinilai dengan biaya perolehan
diamortisasi akan mengalami penurunan nilai. Jika penurunan nilai
diwajibkan, menentukan nilai baru yang diharapkan membutuhkan
pertimbangan manajer yang cukup. Ini dapat memungkinkan
manajemen untuk mengelola laba bersih yang dilaporkan.
 Berdasarkan IFRS 9, aset keuangan yang dinilai dengan biaya perolehan
diamortisasi dapat ditransfer ke dasar nilai wajar akuntansi, yang
menghasilkan laba atau rugi yang belum direalisasi dalam laba bersih.
Namun, ini akan membutuhkan perubahan dalam model bisnis
perusahaan, yang IFRS 9 harapkan akan jarang terjadi. Tampaknya tidak
mungkin bahwa taktik ini dapat digunakan untuk mengelola pendapatan.
 Di bawah standar saat ini di Amerika Serikat, laba bersih dapat dikelola
dengan hanya mentransfer aset dari, katakanlah, dimiliki hingga jatuh
tempo ke dimiliki untuk diperdagangkan. Namun, standar tersebut
mengandung disinsentif kuat untuk perilaku semacam itu.
 Sejauh keuntungan dan kerugian nilai wajar yang belum direalisasi
termasuk dalam pendapatan komprehensif lainnya, bentuk perdagangan
keuntungan dimungkinkan karena menjual aset keuangan yang
mengalami peningkatan nilai akan memicu transfer dari penghasilan
komprehensif lain ke laba bersih. Ini mengasumsikan bahwa, untuk
tujuan bonus, laba bersih adalah ukuran kinerja daripada pendapatan
komprehensif.
 Opsi nilai wajar dapat digunakan untuk mengelola pendapatan. Namun,
di bawah IFRS 9, penggunaan untuk tujuan ini dibatasi, karena opsi
hanya dapat digunakan untuk mengurangi ketidakcocokan. Opsi nilai
wajar FASB lebih fleksibel, karena penggunaannya tidak terbatas pada
situasi ketidakcocokan. Dengan demikian menawarkan potensi
manajemen pendapatan yang lebih besar.
 Standar akuntansi nilai wajar umumnya membutuhkan banyak
pengungkapan tambahan. Jika manajemen laba berdasarkan akuntansi
nilai wajar dilakukan, pengungkapan ini membuatnya lebih sulit bagi
manajer untuk menyembunyikan manajemen laba.
 Poin sebelumnya mengasumsikan bahwa nilai pasar yang berfungsi
dengan baik tersedia. Asumsi ini akan dipenuhi secara wajar untuk
banyak aset dan liabilitas keuangan. Jika nilai pasar semacam itu tidak
tersedia, beberapa kemampuan untuk mengelola keuntungan dan
kerugian yang belum direalisasi tetap ada, karena nilai wajar kemudian
harus diperkirakan (mis., Penilaian Tingkat 3 — lihat Bagian 7.2). Juga,
model untuk memperkirakan nilai wajar, seperti Black-Scholes,
membutuhkan input parameter dan estimasi waktu latihan awal. Ini
mungkin dapat dimanipulasi, memberikan beberapa potensi untuk
mengelola pendapatan yang belum direalisasi, dan direalisasikan.
 Berdasarkan IFRS 9 dan ASC 815-20, mungkin ada beberapa potensi
manajemen laba dalam keputusan apakah akan menunjuk instrumen
keuangan sebagai lindung nilai atau tidak. Namun, fleksibilitas ini
berkurang karena keputusan penunjukan harus dibuat pada awal lindung
nilai dan, setelah ditunjuk, tidak dapat secara surut tidak ditunjuk.
Kesimpulan yang masuk akal adalah bahwa standar akuntansi nilai wajar mencoba
untuk mencegah manajemen laba oportunistik. Namun, ada kemungkinan bahwa para
manajer akan mencari cara untuk mengatasi perlindungan yang ada dalam standar-
standar ini.
6. Yg dibutuhkan
A. Hitung berbagai akrual berdasarkan item-per-item. Untuk setiap akrual,
tunjukkan sejauh mana akrual itu dapat mengandung komponen diskresioner dan
jelaskan secara singkat alasannya.
Catatan: Siswa sering mengurangi akrual $ 1 dari laba bersih untuk kenaikan
biaya pengembangan yang ditangguhkan di neraca. Ini membuat mereka tidak
seimbang. Tidak ada informasi yang cukup pada laporan laba rugi untuk
mengetahui apakah biaya pengembangan yang ditangguhkan diamortisasi.
Tampaknya tidak. Penjelasan yang paling mungkin untuk kenaikan item ini
adalah bahwa hal itu disebabkan oleh transaksi non-operasional, seperti
pembayaran tunai untuk beberapa biaya pengembangan yang dikapitalisasi.

B. Jelaskan secara singkat dua cara lain yang telah digunakan peneliti untuk
memperkirakan akrual diskresioner.
Jawab :Gunakan model Jones, yang merupakan persamaan regresi untuk
memperkirakan akrual non-diskresioner setelah memungkinkan tingkat aktivitas
bisnis dan investasi modal (non-diskresioner). Setelah model regresi diestimasi,
gunakan untuk memprediksi akrual total periode berjalan. Discretionary accrual
kemudian diambil sebagai perbedaan antara estimasi ini dan total akrual.
Gunakan total akrual, karena total akrual mengandung akrual diskresioner
C. Seorang manajer, yang bonusnya terkait dengan laba bersih yang dilaporkan,
menemukan bahwa laba bersih untuk tahun itu (sebelum bonus) berada di bawah
momok dari rencana insentif. Apa jenis manajemen laba yang mungkin
dilibatkan oleh manajer? Manakah dari akrual di bagian a yang paling cocok
untuk tujuan ini? Menjelaskan. Jawab :
Manajer dapat mandi, dengan mencatat penurunan nilai untuk investasi dalam
aset modal dan mencatat kewajiban untuk biaya masa depan seperti reorganisasi
dan PHK. Ini akan mengurangi laba bersih yang dilaporkan tahun ini, tetapi
kemungkinan pendapatan bersih yang tinggi di tahun-tahun mendatang
meningkat, karena biaya amortisasi di masa depan akan lebih rendah dan
pembayaran di masa depan untuk reorganisasi dan PHK dapat dibebankan pada
kewajiban daripada terhadap laba bersih di masa depan.
Selain itu, jika penghapusan dan kewajiban ternyata lebih tinggi dari yang
sebenarnya dibutuhkan, kelebihan jumlah tersebut dapat dibalik ke operasi
tahun-tahun mendatang. Namun, taktik melebih-lebihkan penurunan nilai dan
ketentuan mungkin tidak diinginkan karena standar akuntansi sekarang melarang
pernyataan berlebihan tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan penyajian kembali
laporan keuangan sebelumnya dan, sangat mungkin, tuntutan hukum dan
tuntutan dari regulator sekuritas
Atau, manajer dapat memaksimalkan pendapatan, sehingga dapat meningkatkan
laba bersih di atas momok. Namun, taktik ini tidak mungkin digunakan kecuali
penghasilan pra-bonus hanya sedikit di bawah bogey. Jelas, akrual yang paling
cocok di atas adalah yang memiliki kebijaksanaan terbesar, dan relatif tidak
terlihat. Untuk menurunkan laba bersih yang dilaporkan, ini termasuk
memaksimalkan kewajiban yang masih harus dibayar, pengakuan pendapatan
yang lebih konservatif, minimalisasi biaya dibayar di muka, penyisihan piutang
ragu-ragu, dan persediaan. Namun, pengaruhnya terhadap laba bersih taktik ini
mungkin tidak cukup untuk mencapai tujuan mandi besar. Perubahan dalam
kebijakan amortisasi dan perkiraan masa manfaat aset modal adalah
kemungkinan. Namun, mereka cukup terlihat dan tidak dapat digunakan terlalu
sering. Akrual yang paling mungkin adalah menyediakan reorganisasi dan PHK.
Namun, mengingat standar akuntansi saat ini mengenai item khusus tersebut,
manajer harus berhati-hati untuk tidak melebih-lebihkan.

Anda mungkin juga menyukai