Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ananda Febrina Choirunnisak

NIM : 230820301002
Kelas A : Seminar Teori dan Akuntansi Keuangan
BAB 11 EARNINGS MANAGEMENT (MANAJEMEN LABA)
 Manajemen laba adalah pilihan manajer atas kebijakan akuntansi, atau tindakan nyata, yang
mempengaruhi laba untuk mencapai tujuan laba tertentu yang dilaporkan.
 Hukum besi, seorang manajer yang mengelola laba hingga jumlah yang lebih besar daripada
yang dapat dipertahankan akan menemukan bahwa pembalikan akrual ini pada periode
berikutnya akan memaksa laba di masa depan turun, sama seperti laba saat ini meningkat.
 Pola manajemen laba, yaitu: 1) Taking a bath, Hal ini dapat terjadi selama periode tekanan
atau restrukturisasi organisasi. Jika suatu perusahaan harus melaporkan kerugian, manajemen
mungkin merasa sebaiknya melaporkan kerugian yang besar. 2) Income minimization,
Kebijakan yang menyarankan minimalisasi pendapatan mencakup penghapusan aset modal
dan aset tak berwujud secara cepat, serta pengeluaran iklan dan penelitian dan
pengembangan. 3) Income maximization, dari teori kontrak, manajer dapat melakukan pola
maksimalisasi laba bersih yang dilaporkan untuk tujuan bonus, asalkan hal ini tidak
menempatkan mereka di atas batasan. 4) Income smoothing, dari perspektif teori kontrak,
manajer yang menghindari risiko lebih memilih aliran bonus yang lebih sedikit variabelnya,
jika hal-hal lain dianggap sama.
 Manajer memiliki Informasi dari dalam pada pendapatan bersih perusahaan sebelum
pengelolaan pendapatan atau laba. Pendekatan program bonus manajemen, yaitu bahwa
manajer akan memperoleh bonus secara positif ketika laba berada di antara batas bawah dan
batas atas. Ketika laba berada di bawah, manajer tidak mendapatkan bonus, dan ketika laba
berada diatas, manajer hanya mendapatkan bonus tetap.
 Adanya asimetri Informasi mengenal keuangan perusahaan menyebabkan pihak manajemen
dapat mengatur laba bersih untuk memaksimalkan bonus mereka. Motivasi bonus merupakan
dorongan manajer perusahaan dalam melaporkan laba yang diperolehnya untuk memperoleh
bonus yang dihitung atas dasar laba tersebut. Manajer perusahaan dengan rencana bonus
lebih mungkin menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan pendapatan yang
dilaporkan pada periode berjalan.
 Motivasi kontrak atas terjadinya manajemen laba dikaitkan dengan penggunaan data
akuntansi dalam memonitor dan meregulasi kontrak atas perusahaan dan pihak-pihak lain
yang berkepentingan. Secara eksplisit maupun implisit, kontrak-kontrak yang berjenis
kompensasi manajemen banyak dikaitkan dengan kinerja keuangan perusahaan. Alasan yang
menyebabkan mengapa manajemen laba terjadi dalam konteks kontrak yaitu baik kreditur
maupun komite kompensasi yaitu komite yang menyiapkan berkas kontrak antara manajer
perusahaan, merasa bahwa upaya mengungkapkan ada tidaknya manajemen laba adalah
upaya yang mahal dan membutuhkan waktu. Kondisi ini seakan menjadi pendorong bagi
manajer untuk melakukan manajemen laba.
 Ada dua tujuan untuk menggambarkan manajemen laba dari sisi kontrak, yaitu kontrak
antara manajer dengan perusahaan, dalam hal ini perusahaan memberi kebebasan bagi
manajer untuk melakukan manajemen laba dengan tujuan agar target perusahaan dapat
tercapai dan kontrak antara perusahaan dengan kreditur, kontrak hutang antara perusahaan
dengan kreditur pada awal kontrak telah ditentukan adanya persyaratan persyaratan tertentu
antara perusahaan dengan kreditur. Adanya pelanggaran pada persyaratan kontrak akan
menyebabkan perusahaan dikenakan sanksi. Olah sebab itu untuk menghindari adanya sanksi
perusahaan cenderung meningkatkan pendapatan.
 Motivasi lain pada manajemen laba, yaitu untuk memenuhi ekspektasi investor, kegagalan
memenuhi laba yang diharapkan Investor memiliki konsekuensi yang serius. Ada akibat
langsung terhadap harga saham perusahaan dan biaya modal yang muncul ketika investor
merevisi probabilitas mereka terhadap kinerja masa akan datang. Dan juga ada akibat tidak
langsung melalul reputasi manajer. Konsekuensinya, memenuhi ekspektasi laba dan
mempertahankan reputasi adalah dorongan manajemen laba yang kuat dan untuk Initial
Public Offering (IPO) adalah penawaran perdana saham oleh perusahaan yang hendak go
public kepada Investor yang berminat. Perusahaan yang melakukan IPO masih belum
mempunyal harga pasar. Manajer mengelola laba yang tinggi untuk tujuan IPO, dan
pembalikan akrual berikutnya mengurangi laba di masa depan. Hal Ini menyarankan Investor
secara rasional mengantisipasi kehadiran perusahaan IPO yang melakukan manajemen laba
dan membangun antisipasi ke dalam jumlah yang mereka bayar untuk saham IPO.
 Sisi baik manajemen laba yaitu dapat membuka komunikasi yang diblokir. Konsep
komunikasi yang terhambat menunjukkan kehadiran dari komunikasi yang diblokir yang bisa
menurunkan efisiensi dari kontrak agen, karena agen kemungkinan akan kekurangan
perolehan Informasi. Jika hal ini terjadi, maka pelaku utama akan menerima insentif untuk
mencoba mengeliminasi atau menurunkan blokade informasi. Pada konteks ini, manajemen
laba juga dapat sebagai alat mengurangi blokade informasi. Pembukaan atas informasi
manajer melalui akrual diskresioner membuat hasil yang diinginkan memiliki kepercayaan.
Pasar mengetahui bahwa para manajer akan bertindak untuk melaporkan laba yang tinggi.
Manajemen memiliki informasi tambahan tentang kinerja masa depan, seperti strategi
perusahaan yang baru. perubahan karakteristik perusahaan, atau perubahan kondisi pasar.
Walaupun hampir relevan, informasi tersebut cukup kompleks karena komunikasi tersebut
diblokir.
 Manajer menggunakan akrual diskresloner untuk menyampaikan Informasi yang berguna
pada Investor, juga mendukung hasil kontrak yang efisien. Disimpulkan bahwa ada teori dan
bukti yang penting bahwa manajemen laba dapat menginformasikan pada Investor sekaligus
memungkinkan adanya kontrak yang lebih efisien. Alasan lain untuk perkembangan
manajemen laba adalah bahwa ada sisi baik untuk itu. Berdasarkan kontrak yang efisien,
manajer diberikan beberapa kemampuan untuk mengelola pendapatan. Manajemen laba bisa
menjadi alat untuk menyampaikan Informasi kepada pasar, sehingga harga saham dapat lebih
mencerminkan prospek masa depan perusahaan.
 Temuan Sweeny, bahwa perusahaan yang gagal memenuhi perjanjian hutang menggunakan
akrual diskresioner yang meningkatkan pendapatan tingkat tinggi dapat ditafsirkan sebagai
oportunistik atau efisien, tergantung pada apakah perusahaan yang bangkrut berusaha untuk
menunda atau menyembunyikan kesulitan keuangan mereka. atau apakah perusahaan-
perusahaan yang pada dasarnya mampu membayar utang berusaha menghindari dampak
penurunan aktivitas ekonomi yang bersifat sementara terhadap rasio perjanjian.
 Dari perfektif kontrak, manajemen laba merupakan hasil dari tingkah laku oportunistik
manajer, kecenderungan manajer untuk menggunakan manajemen laba agar memaksimalkan
bonus mereka. Akrual diskresioner dapat digunakan untuk meningkatkan laba bersih yang
dilaporkan dalam jangka waktu pendek, seperti mempercepat pengakuan pendapatan,
memperpanjang masa manfaat aset modal, serta penyediaan blaya lingkungan dan
pemulihan. Selama manajemen laba digunakan untuk menaikkan harga yang tak terduga,
pemilik saham saat ini dapat memanfaatkannya. Perusahaan yang melakukan manajemen
laba memiliki rata-rata leverage yang lebih besar dan secara signifikan memiliki lebih
banyak pelanggaran kontrak hutang daripada pengendalian.
 Teknik manajemen laba tidak selalu konsisten dengan efisiensi pasar sekuritas. Mereka
mengandalkan buruknya pengungkapan dan keterbatasan perhatian dari investor untuk
menjaga tingkat manajemen laba sebagai informasi pihak Internal. ketika laporan laba-rugl
yang didasarkan oleh PABU tersedia, pasar yang efisien akan menyesuaikan secara cepat
untuk Item yang dihilangkan dari pengumuman laba proyeksi. Konsekuensinya, tekanan
manajer atas laba proyeksi menyarankan mereka untuk tidak menerima efisiensi. Kebijakan
manajemen laba tidak masuk akal jika pasar sekuritas efisien. Konsekuensinya, manajer yang
terikat pada hal tersebut, mereka seharusnya tidak menerima secara penuh tentang efisiensi.
 Implikasi bagi akuntan yang ingin mengurangi manajemen laba yang buruk, bagaimanapun
tidak menolak efisiensi pasar, tetapi untuk meningkatkan keterbukaan. Pengungkapan penuh
membantu para investor untuk mengevaluasi laporan keuangan, sehingga mengurangi
kerentanan mereka terhadap bias perilaku dan mengurangi kemampuan manajer untuk
mengeksploitasi tata kelola perusahaan yang buruk dan inefisiensi pasar.
 Manajer akan bereaksi terhadap perubahan aturan yang mengurangi fleksibilitas teknik
akuntansi mereka. Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer untuk
mencapai tujuan khusus. Terdapat dua cara yang saling melengkapi dalam berfikir tentang
manajemen laba. Pertama, perilaku oportunistik manajemen untuk memaksimumkan
utilitasnya. Kedua, perspektif kontrak efisien ketika manajemen laba dilakukan untuk
menguntungkan semua yang terlibat dalam kontrak.
 Manajemen laba terjadi ketika manajemen menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan
keuangan dan penyusunan transaksi-transaksi yang mengubah laporan keuangan untuk
menyesatkan para stakeholder tentang kondisi kinerja ekonomi perusahaan, serta untuk
mempengaruhi penghasilan kontraktual yang mengendalikan angka akuntansi yang
dilaporkan, Adanya kemungkinan manipulasi ini karena adanya fleksibilitas yang diberikan
oleh PABU dan karena sulit untuk menekankan pelaporan keuangan yang fleksibel.

Anda mungkin juga menyukai