Anda di halaman 1dari 3

Nama : Putri Nur Windasari

Nim : K7721051

MANAJEMEN LABA
Manajemen laba adalah pemilihan kebijakan akuntansi atau tindakar riil yang dilakukan
manajer yang mempengaruhi laba untuk mencapa beberapa tujuan khusus. Dengan demikian,
manajemen melibatkan pilihan Kebijakan akuntansi dan tindakan riil. Pilihan kebijakan
akuntansi dapa diartikan secara luas. Secara sederhana kebijakan akuntansi dibagi menja dua.
Pertama, kebijakan akuntansi murni seperti depresiasi metoda gar urus versus saldo menurun,
atau kebijakan pengakuan pendapatan.
Kedua, akrual diskresi, seperti provisi kerugian kredit, beban garansi, nila persediaan, dan
waktu dan nilai item khusus berpersisten rendah, seperti penghapusan, dan provisi untuk
restrukturisasi.
Pola Manajemen Laba
Para manajer dapat terlibat dalam berbagai pola manajemen laba Berikut ini pola-pola
manajemen laba:
1. Taking a bath.
Pola ini dijalankan ketika perusahaan dalam kondisi tertekan atau sedang melakukan
restrukturisasi. Jika perusahaan harus melaporkan rugi, manajemen mungkin merasa
lebih baik melaporkan rugi dalam jumlah yang besar sekalian, karena pada titik ini
dampak negatifnya kecil dalam arti melaporkan rugi kecil atau besar sama saja.
Akibatnya, perusahaan akan melakukan mandi besar (big bath) dengan menghapus aset,
menyediakan biaya masa depan ekspektasian, dan secara umum melakukan
pembersihan atau menyegerakan pengakuan potensi rugi (clearing the deck).
2. Minimisasi laba. Pola ini sama dengan taking a bath, namun lebih ekstrim. Pola
semacam ini kemungkinan dipilih oleh perusahaan yang secara politis terlihat selama
periode profitablitas tinggi atau ketika perusahaan mencari celah regulasi untuk
melindungi perusahaan dari kompetisi asing Kebijakan yang menegaskan bahwa
minimisan mencakup penghapusan cepat aset tetap dan aset tidak berwujud, dan
pengeluaran beban advertensi dan beban R&D
3. Maksimisasi laba. Dari teori kontrak, manajer kemungkinan menggunakan pola
maksimisasi laba untuk menaikkan bonusnya. Perusahaan yang mendekati pelanggaran
perjanjian utang juga melakukan maksimisasi laba.
4. Perataan laba. Pola ini kemungkinan merupakan pola manajemen laba yang paling
menarik. Dari perspektif teori kontrak, manajer yang risk averse lebih menyukai aliran
bonus yang kurang bervariasi atau berfluktuasi. Konsekuensinya, manajer
kemungkinan meratakan laba dari waktu ke waktu untuk menerima kompensasi yang
relatif konstan Kontrak kompensasi efisien kemungkinan mengeksploitasi pengaruh
ini, dan mentoleransi beberapa praktik perataan laba sebagai cara yang murah untuk
mencapai utilitas reservasi manajer. Dalam konteks perjanjian utang jangka panjang,
semakin volatile aliran laba semakin besar probabilitas terjadinya pelanggaran
perjanjian utang. Hal ini memberikan insentif perataan lain, yaitu untuk mengurangi
volatilitas laba bersih yang dilaporkan guna meratakan rasio perjanjian utang sepanjang
waktu. Manajer kemungkinan merasa bahwa mereka akan dipecat ketika laba yang
dilaporkan rendah. Perataan laba dapat mengurangi kecenderungan pelaporan laba yang
rendah. Perusahaan kemungkinan meratakan laba untuk tujuan pelaporan eksternal.
Jika digunakan secara bertanggung jawab, perataan dapat memberikan informasi
interen ke pasar dengan memampukan perusahaan untuk secara kredibel
mengkomunikasikan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang persisten.
Bukti Manajemen Laba Untuk Tujuan Memperoleh Bonus
Healy mengobservasi bahwa manajer mempunyai informasi interen tentang laba bersih
perusahaan sebelum dilakukannya manajemen laba Karena pihak luar perusahaan
kemungkinan tidak mampu mempelajari angka tersebut, dia memprediksi bahwa manajer akan
mengelola laba bersih untuk memaksimalkan bonus mereka dengan program kompensasi
perusahaan. Dengan melihat secara dekat pada struktur rencana bonus, Healy memprediksi
bagaimana dan dalam keadaan seperti apa manajer melakukan jenis manajemen laba.
Penelitian Healy dibatasi hanya pada perusahaan yang rencana kompensasinya berdasarkan
laba bersih yang dilaporkan pada periode sekarang.
Healy mengansumsikan bahwa manajer dalam mengelola laba bersih dapat menggunakan
akrual:
Laba Bersih = Arus kas operasi ± Akrual bersih
Persamaan ini dapat dipecah menjadi
Laba bersih = Arus kas operasi ± Akrual bersih non diskresi ± Akrual bersih diskresi.
Akrual diskresi adalah akrual yang dapat dipengaruhi oleh manajer. Jika total akrual dapat
dihitung dengan mudah yaitu selisih antara laba bersih dan arus kas operasi, maka
mengestimasi besarnya akrual diskresi merupakan pekerjaan yang tidak mudah.
Poin utama yang perlu dicatat adalah bahwa manajer memiliki serangkaian diskresi untuk
mengelola laba bersih. Menghitung perubahan dalam saldo akun merupakan hal yang mudah,
namun pekerjaan yang sulit bagi akuntan dan peneliti adalah menentukan penyebab perubahan
tersebut, sehingga dapat diidentifikasi manakah perubahan yang masuk kelompok diskresi dan
non-diskresi. Selain itu, bagi sebagian akrual diskresi, tidak mudah bagi auditor untuk
menentukan adanya manajemen laba, atau jika bisa menemukan, tidak mudah juga untuk
menolaknya karena hampir semua teknik di atas masih sesuai dengan standar akuntansi yang
berterima umum. Demikian pula untuk kasus yang sebaliknya.
Motivasi Lain Manajemen Laba
1. Motivasi Kontrak
Kontrak utang biasanya bergantung pada variabel akuntansi, yang timbul dari persoalan
moral hazard antara manajer dan pemberi pinjamang Untuk mengendalikan masalah
ini, kontrak pinjaman jangka panjang biasanya berisi perjanjian untuk melindungi dari
tindakan oleh manajer yang bertentangan dengan kepentingan terbaik pemberi
pinjaman, seperti dividen yang berlebihan, pinjaman tambahan, atau membiarkan
modal kerja atau ekuitas pemegang saham jatuh di bawah tingkat yang ditentukan, yang
semuanya mendilusi sekuritas utang yang ada.
2. Untuk Memenuhi Ekspektasi Laba Investor
Ekspektasi laba investor dapat dibentuk dengan berbagai cara, seperti laba untuk
periode yang sama tahun lalu atau peramalan analis atau perusahaan saat ini.
Perusahaan yang melaporkan laba lebih besar dibanding yang diharapkan (yaitu, laba
kejutan positif) biasanya menikmati kenaikan harga saham, karena investor merevisi ke
atas probabilitas kinerja yang baik di masa depan. Sebaliknya, perusahaan dengan laba
kejutan negatif menderita penurunan harga saham yang signifikan. Bartov, Givoly, dan
Hayn (2002), dalam penelitian untuk tahun 1983-1997, mendokumentasikan tingkat
pengembalian saham abnormal yang lebih besar untuk perusahaan itu melebihi
perkiraan laba analis, relatif terhadap perusahaan yang gagal memenuhi ekspektasi
3. Penawaran Saham
4. Manipulasi Aktivitas Rill
Sisi Baik Manajemen Laba
Manajemen laba dapat menjadi hal yang baik dapat pula menjadi yang buruk. Manajemen laba
menjadi hal yang buruk atau negatif karena akan mengakibatkan reliabilitas menurun.
Manajemen laba dapat menjadi hal yang baik karena manajemen laba berfungsi sebagai alat
untuk mengkomunikasikan informasi yang berlebih yang didapat manajemen (manajemen
yang legal).
Penelitian yang bertujuan untuk memberikan bukti empiris manajemen laba yang dilakukan
perusahaan mempengaruhi keputusan investasinya telah diteliti oleh Wira (2011). Manajemen
laba disini diukur dengan menggunakan discretionary revenue. Keputusan investasi yang
dimaksud disini adalah tingkat investasi perusahaan yang dillihat dari nilai capital expenditure.
Reaksi Pasar Saham dengan Adanya Manajemen Laba
Penelitian Subramanyam (1996) memberikan beberapa kejadian yang berkaitan dengan isu
manajemen laba dengan harga saham. Hasil penelitian tersebut tergantung pada interprestasi
yang berbeda. Penelitian tersebut memberikan pengujian yang ekstensif meskipun tergantung
pada dukungan pasar merespon secara efisien dengan adanya akrual pertimbangan.
Tantangan metodologi merupakan suatu hal yang dapat meningkatkan kejadian reaksi pasar
positif dengan adanya manajemen laba, berkaitan dengan hal itu manajer menggunakannya
secara efisien.
Manajemen laba dibuat memungkinkan karena adanya fakta GAAP tidak secara
lengkap membatasi manajer untuk memilih kebijakan dan prosedur akuntansi. Pilihan yang
banyak dan kompleks lebih menantang untuk menyeleksi kebijakan dan prosedur yang
membuat informasi kepada investor lebih baik. Pilihan kebijakan akuntansi oleh manajer sering
didorong oleh pertimbangan strategis seperti halnya kontrak yang tergantung pada variabel
akuntansi, manager retirement, perlindungan tarif dsb. Akibatnya, pilihan kebijakan akuntansi
merupakan ciri suatu permainan. Kosekuensi ekonomi terjadi ketika perubahan GAAP
mempengaruhi kemampuan manajer untuk memainkan permainan. Laporan keuangan
sesungguhnya merupakan suatu kompromi antara keinginan dua pengguna utama

Anda mungkin juga menyukai