PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan topik yang saya pilih dan latar belakang diatas , saya ingin mengungkap
beberapa permasalahan sebagai berikut.
1. Bagaimana sejarah perkembangan kota Purwokerto?
2. Bagaimana keadaan kebersihan lingkungan di Purwokerto?
3. Apa yang menyebabkan ditutupnya beberapa TPA di Purwokerto?
4. Bagaimana fungsi TPA sebenarnya?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Purwokerto adalah ibu kota Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Indonesia. Jumlah
penduduknya 292.782 jiwa pada tahun 2014. Berbagai julukan disandang kota di jalur
selatan Jawa Tengah ini dari kota wisata, kota kripik, kota transit, kota pendidikan sampai
kota pensiunan karena begitu banyaknya pejabat-pejabat negara yang pensiun dan akhirnya
menetap di kota ini. Di kota ini pula terdapat museum Bank Rakyat Indonesia, karena bank
pertama kali berdiri ada disini dan pendiri bank ini adalah Raden Bei Aria Wirjaatmadja putra
daerah Purwokerto. Purwokerto adalah sebuah kota yang tak otonom karena masih menjadi
bagian Kabupaten Banyumas sebagai pusat pemerintahan. Secara administratif, Purwokerto
terbagi menjadi 4 kecamatan dengan 27 kelurahan. Sebenarnya ada wacana pembentukan
Kota Purwokerto terlepas dari Kabupaten Banyumas terus bergulir. Kalau dilihat dari
sejarahnya, Purwokerto asalnya berstatus Kota Administratif (Kotif), di mana Kotif lainnya
di Indonesia sudah menyandang status Kota dengan otonomi tersendiri
3
Sampai dengan awal dekade 2000-an, kota ini lebih cocok disebut sebagai kota
pegawai dan anak sekolah. Mata pencaharian penduduk yang bisa diandalkan untuk hidup
cukup adalah dengan menjadi pegawai negeri maupun BUMN. Akhirnya, kota ini secara
ekonomi saat itu tidak terlalu berkembang. Perubahan secara cukup signifikan terjadi mulai
tahun-tahun 2000-an, yakni saat kota ini mulai dibanjiri mahasiswa-mahasiswa dari berbagai
kota di pulau Jawa untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi di sini (terutama di Universitas
Jenderal Soedirman dan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto UMP). Sejak saat itu,
aktivitas ekonomi rakyat yang berkenaan dengan kebutuhan mahasiswa pun menggeliat.
Ribuan kamar kos dibangun untuk disewakan kepada para mahasiswa pendatang. Ratusan
tempat makan didirikan untuk melayani kebutuhan lambung para mahasasiswa yang
menjalani siklus lapar setiap 6 jam. Kios-kios alat tulis bermunculan. Warnet tumbuh bagai
cendawan di musim semi. Bahkan, jasa pencucian baju (laundry) pun bermunculan guna
memenuhi kebutuhan pembersihan pakaian para mahasiswa yang memiliki sedikit waktu
untuk mencuci sendiri. Kondisi ini membuat perekonomian kota Purwokerto tumbuh cukup
signifikan sebagai kota jasa.
Di Akhir tahun 2011, telah berdiri Hotel bintang 5 Aston dengan 12 Lantai. Pada
pertengahan tahun 2012, telah tampak perubahan yang cukup signifikan dalam bidang
perdagangan. Bisa dilihat dari dibangunnya Rita Supermall dengan 16 lantai dan 2 basement
tepat di selatan alun-alun Purwokerto. Dan juga pemekaran Moro menjadi Mega Mall dengan
tiga tower.
4
diproduksi warga Purwokerto dibuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung Tugel
dan TPA Kaliori.
Namun, Kota Purwokerto yang asri ini tengah mengalami permasalahan. Dua bulan
terakhir, Purwokerto mengalami permasalahan mengenai sampah. Sebagai kota kecil,
ternyata permasalahan sampah sudah mulai mengemuka. Setiap hari, setidaknya ada 960 ton
sampah yang dihasilkan. Pada awalnya, terjadi penolakan terhadap pembuangan sampah ke
5
tempat pembuangan akhir (TPA) Kaliori di Desa Kaliori, Kecamatan Kalibagor, Banyumas.
TPA tersebut merupakan tempat pembuangan setelah TPA Gunung Tugel di Kedungrandu,
Kecamatan Patikraja ditutup. Keprihatinan yang muncul saat ini banyak dilontarkan warga
yang mendiami wilayah sekitar TPA. Sampah-sampah tersebut bersumber dari seluruh kota
Purwokerto. Seluruh sampah yang terkumpul di TPA Gunung Tugel dan TPA Kaliori terdiri
dari sampah rumah tangga, sampah terminal, sampah pasar, sampah industry dan sampah
jalan raya. Bau menyengat muncul pada siang hari atau saat sampah diratakan. Pencemaran
lingkungan yang diakibatkan oleh sampah akhir-akhir ini berkembang dengan cepat. Telah
kita sadari masalah sampah sangat mengganggu kesehatan dan keseimbangan lingkungan
hidup. Untuk menanganinya perlu peran aktif masyarakat dan pemerintah khususnya
pemerintah daerah masing-masing.
Beberapa waktu lalu, sekitar 200 warga desa setempat mengadakan demo. Mereka
memblokade jalan menuju TPA Kaliori. Alasan warga memang cukup kuat, karena terjadi
pencemaran lingkungan akibat TPA tersebut. Warga menyebutkan kalau pencemaran tidak
hanya bau, tetapi juga air. Bahkan ada sumur yang biasanya dapat dimanfaatkan warga, kini
tidak bisa lagi akibat pencemaran tersebut. Kemudian air yang keluar dari TPA Kaliori juga
mencemari sawah. Banyak masyarakat sekitar TPA mengeluh seperti bau yang tidak sedap
ketika bekerja di sekitar TPA, ada yang menyatakan bahwa mengalami keluhan seperti batuk-
batuk dan juga bau tidak sedap. Kerugian yang ditimbulkan cukup besar bagi warga
setempat. Petani penggarap lahan berpendapat bahwa setiap tahunnya, satu petak sawah yang
dikerjakan petani mampu menghasilkan Rp7 juta per tahun. Kalau empat tahun, berarti ada
kerugian hingga Rp28 juta. Warga Kaliori telah sepakat untuk menutup dan memblokade
TPA setempat.
Karena timbulnya protes dari warga sekitar, akhirnya, Pemkab Banyumas tidak
memaksa pembuangan sampah ke TPA Kaliori. Pemkab juga memberikan tali asih kepada
petani yang dirugikan akibat pencemaran air TPA. Akibat blokade dan penutupan TPA di
Kaliori, membuat Pemkab Banyumas mengambil opsi berbeda yakni membuang sampah di
tempat pembuangan sementara (TPS) Tipar, Kecamatan Ajibarang, Banyumas. Padahal,
selama ini TPS Tipar merupakan tempat pembuangan untuk kecamatan-kecamatan di wilayah
barat Banyumas.
6
Pemkab mencoba untuk membuang sampah ke bekas TPA Gunung Tugel. Namun,
sama saja ada penolakan oleh warga sekitar terutama penduduk Kelurahan Karangklesem,
Kecamatan Purwokerto Selatan. Pemkab Banyumas juga tidak memaksakan pembuangan di
lokasi setempat. Berdasarkan perhitungan dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH), ada 40 truk
sampah terutama dari wilayah Kota Purwokerto yang sebagian besar masuk TPA jadi
menumpuk di tempat-tempat penampungan sementara sampah di sekitar pinggir jalan raya.
Dari 40 truk tersebut, ada tujuh truk yang dapat masuk ke tempat pengolahan sampah terpadu
(TPST). Di Purwokerto, sudah ada tujuh TPST, namun satu TPST baru mampu menampung
satu truk setiap harinya. Praktis ada 33 truk sampah yang tidak terangkut. Bahkan, kemudian
truk-truk untuk sementara tidak beroperasi. Sesungguhnya, sampah-sampah yang selama ini
masih ada di tempat-tempat penampungan sementara bisa diangkut menuju ke TPA Kaliori.
Di sisi lain, tentu saja, Pemkab bakal membenahi infrastruktur TPA supaya sampah tidak
longsor.
7
Protes warga juga mungkin diakibatkan karena adanya keresahan yag dirasakan akibat
kondisi yang ada pada TPA gunung Tugel dan TPA Kaliori yaitu menimbulkan bau yang
sangat tajam terutama pada tempat timbunan sampah dan berbahaya bagi orang yang sangat
sensitive dengan bau yang tajam karena dapat menimbulkan rasa pusing, mual hingga
muntah. Kondisi ini dapat mengganggu kesehatan para pekerja, pengunjung (dalam jangka
pendek), dan masyarakat yang bertempat tinggal di dekat kedua TPA tersebut. Kegiatan
pembakaran sampah dapat berakibat buruk karena adanya kandungan Dioxin. Dioxin adalah
salah satu zat beracun,zat kimia yang terbentuk dari hasil pembakaran sampah komersial atau
sampah dari perkotaan. terjadi terutama pada wajah dan tubuh bagian atas, pada kulit lainnya,
perubahan warna kulit, bulu pada tubuh yang berlebihan, dan kerusakan organ tubuh lainnya
seperti: ginjal dan saluran pencernaan. Dampak penyakit yang mengancan manusia di
lingkungan Tempat Pembuangan Akhir antara lain penyakit diare, kolera, tifus menyebar
dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat
bercampur air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga meningkat
dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya kurang memadai. Penyakit jamur dapat
juga menyebar (misalnya jamur kulit), serta adanya kemungkinan terjangkit penyakit yang
dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya adalah suatu penyakit yang
dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernaaan
binatang ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan atau sampah.
Kira-kira apa yang menyebabkan penumpukan sampah yang terjadi di beberapa TPA
di Purwokerto? Apa yang menyebabkan penimbunan sampah dibeberapa pinggir jalan di
Purwokerto? Padahal kebiasaan dan kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya sudah semakin baik. Seperti beberapa orang yang saya perhatikan di kawasan
Alun-Alun Kota Purwokerto. Banyak orang yang berkunjung ke alun-alun dan tetap menaati
aturan yang ada yaitu membuang sampah pada tempatnya. Ketersediaan tempat sampah di
beberapa titik di kawasan Purwokerto pun sesungguhnya sudah mumpuni. Mungkin,
penyebab adanya penumpukan sampah tersebut diakibatkan karena adanya gaya hidup
masyarakat yang kian lama kian malas. Malas disini dalam hal untuk mengolah kembali
sampah dan menggunakan kembali.
8
masyarakat Indonesia yakni kesadaran dalam menjaga, memelihara dan mengelola
lingkungan hidup, sehingga akan tercipta suatu lingkungan hidup yang baik. Salah satu
penyebab dari semua pencemaran lingkungan hidup adalah barang-barang bekas yang sudah
tidak terpakai atau nama populernya adalah sampah. Dengan demikian meningkatnya jumlah
penduduk, timbulnya tempattempat pemukiman penduduk baru ditunjang dengan kemajuan
teknologi, maka volume sampah juga akan meningkat seirama dengan kegiatan manusia
tersebut, sehingga apabila penangulangan dan pengelolaan tidak baik akan menimbulkan
masalah besar dalam pelestarian lingkungan hidup.
Dilain sisi, sampah botol minum, gelas pelastik dan sedotan juga merupakan sampah
pelastik yang menumpuk di Purwokerto. Gaya hidup masyarakat yang enggan untuk
membawa minum dengan menggunakan botol minum merupakan salah satu penyebab
maraknya sampah pelastik dari minuman kemasan. Ya, gelas pelastik ini juga merupakan
perubahan gaya hidup yang datang dari beberapa rumah makan yang ada di Purwokerto.
Beberapa rumah makan tidak mau menyajikan minum pada pelanggannya menggunakan
gelas dengan alas an kepraktisan sehngga mendorong rumah makan untuk menggunakan
gelas pelastik yang habis pakai tinggal buang. Selain itu, penggunaan sedotan kini semakin
sering, walaupun mungkin sedotan ini kecil namun jika penggunaannya sering maka akan
menghasilkan jumlah yang banyak. Kebanyakan rumah makan selalu menyajikan minuman
beserta dengan sedotannya karena kebanyakan pelangganpun lebih suka minum melalui
sedotan dari pada minum langsung dari gelasnya.
Tanpa banyak masyarakat ketahui pula, sesungguhnya TPA memiliki beberapa fungsi
yang kerap kali tidak kita sadari. Fungsi tersebut antara lain sebagai prasarana drainase,
berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan dengantujuan untuk memperkecil
aliran yang masuk ke timbunan sampah. Drainase ini umumnya dibangun di sekeliling blok
atau zona penimbunan. Fasilitas penerimaan, yaitu tempat pemeriksaan sampah yang datang,
pencatatan data,dan pengaturan kedatangan truk sampah. Biasanya berupa pos pengendali di
pintumasuk TPA. Lapisan kedap air, berfungsi mencegah rembesan air lindi yang terbentuk
di dasar TPA ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Biasanya lapisan tanah lempung setebal
10
50cm atau lapisan sintesis lainnya. Fasilitas pengamanan gas, yaitu pengendalian gas agar
tidak lepas ke atmosfer. Gas yang dimaksud berupa karbon dioksida atau gas metan. Fasilitas
pengamanan lindi, berupa perpipaan lubang-lubang, saluran pengumpul. Alat berat, berupa
bulldozer, excavator, dan loader. Penghijauan, dimaksudkan untuk peningkatan estetika,
sebagai buffer zone untuk pencegahan bau dan lalat. Fasilitas penunjang, seperti pemadam
kebakaran, mesin pengasap (mist blower),kesehatan/keselamatan kerja, toilet, dan lain-lain.
Berdasarkan fungsi dari fasilitas-fasilitas yang ada pada TPA tersebut menandakan bahwa
TPA merupakan tempat sampah yang telah direncanakan dengan baik dengan meninjausegala
dampak dan manfaat bagi lingkungan sekitar TPA.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat kerap kali tidak terima dengan bau sampah yang menyengat dan adanya
perusakan lingkungan akibat sampah, namun kesadaran dari dalam diri mereka masih kurang.
Sebaiknya untuk keberlangsungan hidup dimasa yang datang kita bisa lebih peduli dengan
kebersihan lingkuangan terlebih dari benda kecil bernama sampah. Apabila kita mampu
memanfaatkan sampah-sampah seperti untuk mendaur ulangnya untuk dijadikan tas atau
pupuk mungkin permasalahan ini akan sedikit teratasi. Dengan begitu kita juga bisa
membantu pemerintah untuk meringankan permasalahan lingkungan yang timbul.
Jika dari dalam diri kita bisa memupuk rasa kepedulian yang tinggi terhadap
kebersihan dan kenyamanan lingkungan, maka akan tercipta juga lingkungan yang bersih dan
nyaman. Kita bisa saling gotong-royong membersihkan lingkungan dan mencari solusi
terbaik dalam mengatasi permasalahan sampah tersebut. Dengan tidak saling menyalahkan
dan menuduh kita dapat memperoleh jawaban dari persoalan yang sedang dihadapi. Terlebih
masalah sampah adalah masalah yang kian lama kian menimbulkan persoalan di setiap
daerah, namun dengan kerjasama antar masyarakat dan pemerintah pasti persoalan tersebut
dapat teratasi dan lingkungan menjadi tetap terjaga.
3.2 Saran
12
dan perlu adanya aturan hukum/perda yang mengayomi tentang permasalahan
sampah, sehingga bagi pelanggar dapat diberikan sanksi yang tegas.
- Peningkatan koordinasi antar dinas-dinas terkait dan peningkatan sarana dan
prasarana di dalam pengelolaan sampah.
- Peningkatan sosialisasi kepada masyarakat secara persuasif, serta melakukan
pelatihan/training pada masyarakat tentang pengelolaan sampah dengan
mengkedepankan prinsip 4R, sehingga sampah dapat dikelola menjadi benda yang
bermanfaat, sekaligus meningkatkan pendapatan warga, mulai dari tingkat RT
atau RW.
- Memberikan reward kepada warga yang peduli terhadap masalah sampah dan
lingkungan.
- Perlu dilakukan penelitian lain guna mengkaji kendala dan permasalahan yang
dihadapi oleh para stakeholder dalam pengelolaan sampah.
13
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Purwokerto_(kota)
http://www.mongabay.co.id/2018/05/29/banyumas-darurat-sampah-ada-apa/
https://www.liputan6.com/regional/read/3542174/mengurai-benang-kusut-sampah-di-kota-
purwokerto
http://blogkuyago.blogspot.com/2011/06/pengamatan-kondisi-di-tpa-gunung-tugel.html
https://www.gatra.com/rubrik/nasional/pemerintahan-daerah/324633--TPA-Kaliori-Diblokir-Warga-
Purwokerto-Darurat-Sampah
14
LAMPIRAN
TPS Sumampir
15
TPA Gunung Tugel
TPA Kaliori
16
Saluran Pembuangan Air di depan TPS
Sumampir
17
Sampah di sekitar pusat keramaian
18