Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam beberapa pemberitaan di surat kabar dan media sosial, Pemerintah Kota
Surakarta mencanangkan 16 titik prioritas pembangunan yang dikerjakan di tahun 2023.
Sejumlah proyek tersebut bisa jadi sudah masuk dalam RTRW, RUTRK, RDTR, dan
RTBL Kota Surakarta, namun dimungkinkan merupakan proyek baru yang muncul seiring
dinamika perkembangan kota. Keberadaan sejumlah proyek tersebut tentu membutuhkan
daya dukung sarana prasarana di wilayah dimana proyek tersebut dibangun. Sebagai
contoh, pembangunan Masjid Raya Syekh Zayed membangkitkan antusiasme masyarakat
Solo dan di luar daerah untuk datang dengan berbagai macam moda transportasi. Salah
satu infrastruktur transportasi yang vital di dekat masjid tersebut yaitu Viaduk Gilingan
saat ini direvitalisasi dengan dilebarkan, didalamkan agar jarak bebas ke rel kereta
bertambah, dan ditambah jalur pedestrian bagi pejalan kaki menuju masjid. Pergerakan
manusia di kawasan tersebut akan berubah. Kehadiran jamaah masjid, wisatawan, aktivitas
perdagangan, perlu diantisipasi dengan penyediaan failitas dan sarana prasarana
pendukung. Keberadaan masjid tersebut juga akan menimbulkan dampak bagi kondisi
spiritual, sosial, dan ekonomi masyarakat sekitar. Berkaca pada dinamika tersebut, maka
pada mata kuliah STUPA 6 ini akan diajarakan untuk melakukan kajian terhadap kawasan
dalam radius 0.4 km dari salah satu proyek prioritas yang akan/sedang/sudah dibangun,
melakukan analisis, dan memberikan solusi-solusi desain atas problematika yang muncul.
Sedangkan contoh lain dari 16 titik prioritas pembangunan yang belum dimulai
adalah Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Putri Cempo yang akan dibangun
didalam kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo di Kelurahan
Mojosongo, Kecamatan Jebres, Surakarta. Semakin tingginya jumlah penduduk dan
bertambahnya aktivitas dikota Solo, tidak dipungkiri lagi hal tersebut memicu semakin
tingginya produksi sampah yang dihasilkan oleh kota tersebut setiap harinya. Tanpa
adanya perhatian yang serius dari berbagai pihak terutama pemerintah, permasalahan
sampah akan menjadi persoalan besar yang yang akan sulit diatasi terutama dalam hal
pengelolaan sampah. Adanya TPA Putri Cempo yang berada di daerah tersebut sebagian
masyarakat menjadikannya sebagai tempat untuk mencari nafkah atau untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Masyarakat yang memanfaatkan TPA sebagai tempat mencukupi
kebutuhan hidup adalah pemulung dan penadah barang bekas. Meskipun digadang gadang
ketika Proyek PLTSa ini sudah berhasil dijalankan, akan banyak warga disekitar kawasan
yang mungkin kehilangan pekerjaan. Namun dengan melakukan analisis yang tepat tentu
saja keberadaan PLTSa ini dapat menjadi daya tarik tersendiri, karena merujuk pada
Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi
Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkunga, dimana
hanya 12 kota yang ditunjuk untuk mengembangkan PLTSa.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas bahwa PLTSa dikawasan TPA Putri
Cem[po yang merupak salah satu dari 16 titik prioritas pembangunan yang belum dimulai
memiliki potensi untuk dikembangkan lebih jauh. Aapun rumusan masalahnya, antara lain;
1. Bagaimana potensi yang dapat dikembangkan di PLTSa Putrin Cempo?
2. Apa saja kelemahan, kekuatan dan potensi yang dapat dikembangkan diPLTSa serta
kendala dalam mengembangkan potensi tersebut ?
3. Bagaimana merancang pembangunan desa yang ramah lingkungan dan berkelanjutan
meskipun berada dikawasan PLTSa?
4. Bagaimana konsep pengembangan dan perancangan desa dikawasan PLTSa yang
berbasis rahmatan lil alamin ?

1.3. Tujuan
Menciptakan kreasi rancangan arsitektur di tingkat bangunan dan Kawasan.
Menciptakan rancangan arsitektur Islami berbasis nilai rahmatan lil alamin. Mempererat
hubungan antar masyarakat dari berbagai aspek kehidupan seperti hubungan gotong
royong membangun peradaban desa dikawasan termarginalkan, memajukan ekonomi
masyarakat dan pemerintah setempat. Mempertimbangkan sebab akibat adanya PLTSa
dikawasan ini sehingga bagi masyarakat yang bergantung pada TPA ini tetap bisa bekerja
meskipun nantinya PLTSa ini sudah mulai berfungsi, supaya terjadi hubungan yang baik
dalam desa tersebut.

1.4. Metode Pembahasan


Metode yang dilakukan dalam merancang Kawasan TPA Putri Cempo dengan
menggunakan metode observasi yaitu metode dengan mengumpulkan data – data yang
diperlukan untuk pembahasan Kawasan TPA Putri Cempo.
1.4.1. Batasan
1. Pembahasan tentang penyelesaian masalah dan persoalan di Kawasan TPA Putri
Cempo dengan perancangan pembangunan.
2. Pembahasan tentang teori arsitektur dan literatur , hanya sebagai batasan
pendukung.
1.4.2. Lingkup Pembahasan
Desain Kawasan TPA Putri Cempo dengan konsep arsitektur Islami berbasis nilai
rahmatan lil alamin dengan pendekatan arsitektur tradisional di karenakan masyarakat
setempat masih memegang teguh pakem adat Jawa.

1.5. Target Produk


1. Berupa literature review kelompok
2. Proposal Survey kelompok terhadap lahan yang akan digunakan
3. Majalah dan video
4. Paper perencanaan dan perancangan individu dalam konsep makro,meso,dan mikro
secara individu
5. Gambar kerja perancangan Kompilasi produk dan konsep yang diimplementasikan
pada produk video presentasi dan poster individu.

1.6. Manfaat
1. Tingkat Hidup Masyarakat Maju dan Budaya Serta Tradisi Dapat Lestari.
2. Perekonomian masyarakat sekitar meningkat.
3. UMKM masyarakat sekitar dapat dikenal secara luas.
4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan, memberdayakan masyakat
dan meningkatkan kepedulian masyarakat.
BAB II
LITERATUR REVIEW

2.1. Arsitektur Kontekstual

Saat ini, dengan meningkatnya populasi penduduk dan perkembangan industri yang
pesat, serta terjadinya urbanisasi secara besar-besaran yang memberikan perubahan yang luar
biasa bagi tatanan kota, sistem pengelolaan sampah konvensional sudah tidak sesuai lagi.
Peningkatan sampah itu tidak hanya dari segi jumlah atau volume tetapi juga meningkat
keragaman bentuk, jenis, dan komposisinya.

Perihal mengenai sampah khususnya di Kota Solo adalah membludaknya setiap


tahunnya volume sampah yang terus meningkat (Kantor TPA Putri Cempo, 2020). Sementara
ruang untuk menampung sampah melebihi kapasitas di TPA Putri Cempo tidak ada lagi.
Hingga strategi pemerintah dalam menaggapi isu tersebut adalah pembangunan PLTSa yang
disinyalir menjadi solusi mengatasi segala problematika sampah di TPA. Melalui rencana
teknologi ramah lingkungan yang diproses oleh mesin PLTSa, direncanakan dampak buruk
yang ditimbulkan oleh PLTSa tersebut tidak akan terjadi dikarenakan terobosan menggunakan
metode gasifikasi yang dimana tidak akan mengeluarkan gas karbon (hasil AMDAL) terhadap
permukiman. Namun, muncul problematika serius yaitu dikhawatirkan dapat menggugurkan
pekerjaan masyarakat sebagai mata pencaharian dari tahun ke tahun, yang dimana sekarang
sudah terlihat masyarakat sekitar PLTSa sebagian besar sebagai pemulung membawa
sampahnya ke rumah masing-masing dan dijadikan tabungan sampah untuk disimpan di
masing-masing rumah, sehingga terjadi bentrokan antara system pengelolaan pola ruang
penyimpanan sampah di masing - masing rumah yang menjadi buruk dan kualitas lingkungan
hidup serta psikologi manusia mejadi buruk pula (Sumino, Ketua RW). Oleh karena itu, dalam
pembentukan perkampungan yang humanis dibutuhkan strategi pengembangan kawasan atau
penataan rencana pola ruang untuk masing - masing rumah masyarakat dan strategi seputar
PLTSa.

Berdasarkan kondisi permasalahan yang ada tersebut, pengembangan kawasan sekitar


PLTSa Putri Cempo ini direncanakan untuk didesain menggunakan pendekatan Arsitektur
Kontekstual. Secara teori, Charitable Institute of Architectural Technologist (CIAT)
memberikan definisi bahwa Arsitektur Kontekstual itu adalah sebuah proses desain dalam
perencanaan bangunan baru, yang dituntut untuk melibatkan kondisi lingkungan dan bangunan
spesifik dimana bangunan baru akan didirikan. CIAT menjelaskan bahwa dalam upaya
perencanaan Arsitektur Kontekstual, diperlukan adanya dua variabel utama yang perlu
dipertimbangkan, yaitu: Variabel Fisik, seperti bangunan, kondisi lingkungan, vegetasi; dan
Variabel Sosio-Cultural yang menyoroti kondisi sosial masyarakat yang tinggal dan hidup di
sekitar lokasi bangunan baru akan didirikan.

Arsitektur Kontekstual ditekankan oleh Brent C. Brolin (1980) dalam bukunya


Architecture in Context, yang menjelaskan bahwa Arsitektur Kontekstual adalah suatu
keinginan dalam dalam mendesain bangunan, untuk mengaitkan antara bangunan baru dengan
lingkungan di sekitarnya. Bill Raun (dalam Fudianto, A: 2014) juga menekankan bahwa
Arsitektur Kontekstual menekankan bahwa bangunan harus memiliki keterkaitan dengan
lingkungan di sekitarnya. Keterkaitan tersebut dapat diterapkan dengan menghadirkan kembali
unsur atau elemen yang berada pada lingkungan / bangunan lama, ke dalam rancangan
bangunan baru.

Arsitektur Kontekstual harus dirancang dengan memperhatikan bentuk dan


karakteristik arsitektur dan lingkungan yang ada di sekitarnya, serta harus mempertimbangkan
perwujudan kualitas bangunan dan lingkungan. Ciri-ciri Arsitektur Kontekstual, antara lain:

1. Untuk menghadirkan bangunan yang memperhatikan kondisi sekelilingnya sehingga


keberadaannya serasi dan menyatu, dan dengan demikian potensi dalam lingkungan
tersebut tidak diabaikan.
2. Membentuk satu kesatuan citra oleh pengamat dalam suatu kawasan dan lingkungan,
yang terbentuk dari suatu komposisi bangunan dengan periode keberadaan yang
berlainan. Kesatuan citra oleh pengamat, terbentuk karena komposisi fisik yang
dilihatnya mempunyai kesinambungan, meskipun keberadaannya tidak secara
bersamaan.
3. Adanya pengulangan motif dari desain bangunan sekitar.
4. Pendekatan baik dari bentuk, pola atau irama, ornament, dan lain - lain terhadap
bangunan sekitar lingkungan, hal ini untuk menjaga karakter suatu tempat,
Meningkatkan kualitas lingkungan yang ada.
2.2. Integrated Design Kawasan

Pemerintah telah menetapkan pengembangan kawasan industri terintegrasi


sebagai salah satu langkah strategis untuk mendukung implementasi revolusi industri
generasi keempat di Tanah Air. Pasalnya, kawasan industri berperan penting dalam
memacupertumbuhan ekonomi daerah dan nasional melalui industrialisasi.

Kawasan industri terpadu dengan penyediaan berbagai infrastruktur penunjang,


dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan-perusahaan di lokasi
tersebut. Hal ini mampu menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi di dalam negeri.
kawasan industri perlu melengkapi sarana dan prasarana sesuai era digital saat ini
sehingga meningkatkan efektivitas rantai pasok manufaktur nasional agar lebih berdaya
saing global.

Pembangunan kawasan industri turut berkontribusi cukup signifikan terhadap


Produk Domestik Bruto (PDB) negara, di antaranya melalui investasi yang masuk dan
penyediaan lapangan kerja. Implementasi industri 4.0 memberikan dampak perubahan
baru terhadap pendekatan dan kemampuan yang diperlukan oleh sektor industri untuk
membangun sistem produksi yang lebih inovatif dan berkelanjutan.

Permasalahan yang hingga kini masih menjadi perhatian publik adalah


pentingnya menjaga lingkungan guna keberlangsungan hidup bersama. Salah satu
permasalahan lingkungan yang tak kunjung usai berkaitan dengan sampah. Berbagai
negara berbondong-bondong memperbaiki sistem pengelolaan sampahnya. Hal tersebut
dikarenakan pengelolaan sampah berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan seperti
ekonomi, sosial, lingkungan, dan kesehatan. Sehingga negara-negara tersebut berusaha
memperbaiki sistem pengelolaan sampah agar dapat memperbaiki kualitas hidup
masyarakatnya.

Atas dasar permasalahan serta sampah yang dihasilkan oleh Indonesia diatas
tersebutlah dibutuhkan adanya pengelolaan sampah berkelanjutan. Pengelolaan sampah
berkelanjutan merupakan salah satu cara pengelolaan sampah yang bertujuan untuk
mengurangi TPA dengan cara digunakan kembali, didaur ulang, serta diolah menjadi
energi. Berdasarkan pengertiannya, pengelolaan sampah berkelanjutan dapat menjadi
solusi atas permasalahan yang sebelumnya telah dijabarkan. Namun, dalam proses
implementasi, pengelolaan sampah berkelanjutan bukanlah suatu hal yang mudah. Karena
dibutuhkan adanya kerjasama multiaktor yang tentunya dibutuhkan pula jumlah uang yang
tidak sedikit.

PLTSa merupakan pembangkit listrik yang menggunakan bahan utama sampah yang
mayoritas menggunakan sampah organik. PLTSa tidak hanya bermanfaat sebagai
pembangkit listrik saja, namun juga bermanfaat untuk menjaga kebersihan lingkungan
sebab dapat meminimalisir jumlah sampah yang ada di lingkungan. Penerapan PLTSa
tersebut juga bermanfaat dalam mengurangi emisi gas karbon di lingkungan.
Permasalahan sampah sampai saat ini perlu ditangani secara serius. Sampah yang tidak
berpotensi merusak kelestarian lingkungan dan mengganggu kesehatan masyarakat.
Pengolahan sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan
mengubah sampah menjadi bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa).

2.3. Arsitektur Islam

Allah SWT menciptakan manusia dimuka bumi ini dengan maksud


menjadikannya sebagai pemimpin (khalifah). Dan manusia akan dimintai pertanggungan
jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Ketika dahulu kala manusia dengan segala
keterbatasannya berada di alam ini, maka keseimbangan alam ini masih terjaga, karena
intervensi yang relatif minimum dari manusia. Namun ketika manusia mulai dapat
menguasai alam dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tanpa
mempertimbangkan dan memahami karakteristik alam ini (sunnatullah), maka perlahan
tapi pasti, baik disadari maupun tidak, manusia mulai merusak alam.

Dan ketika hal ini terus terjadi, maka pada saat yang tepat, sang pencipta alam
ini, Allah ’azza Wajalla, sesuai janjiNya, kemudian memberikan pelajaran kepada
manusia, yang dapat berupa berbagai bencana alam, musibah sosial dan ekonomi, agar
alam ini kembali terjaga keseimbangannya danmanusia kembali kejalan yang benar,
yang pada akhirnya diharapkan ia dapat kembali merendahkan diri dihadapan
kebesaranNya. Seperti yang Allah firmankan secara harfiah dalam Al Qur‟anul Kariim,
surat Ar-Rum ayat 41:

”Telah tampak kerusakan di darat dan laut akibat perbuatan tangan manusia;
Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Begitu pula, dalam surat Ar Rahman, ayat 7-8, Allah SWT mempertegas kepada
manusia agar tidak melampaui batas dan merusak keseimbangan.
“ Dan langit telah ditinggikanNya dan Dia ciptakan keseimbangan, agar kamu
jangan merusak keseimbangan itu.”

Dewasa ini manusia dalam berbagai ranah aktivitasnya, telah melampaui batas
keseimbangan itu, termasuk dalam konteks pembangunan perkotaan. Apabila sebuah
kota telah melampaui ambang batasnya (carrying capacity), misalnya kekurangan air
bersih, udara yang polutif, infrastruktur kota yang tidak memadai, memiliki sistem
transportasi dan sistem tata hijauyang minim, over populated, interaksi sosial yang
buruk, hilangnya budaya tolong menolong akibat munculnya budaya egoisme dan
individualistis. Dalam model kota seperti itu, hampir dapat dipastikan kota tersebut tidak
akan aman dan nyaman untuk ditinggali yang pada akhirnya menyebabkan kota tersebut
akan ditinggalkan oleh penghuninya.

Berdasarkan pemahaman tersebut maka kiranya penerapan konsep arsitektur


islam pada pengembangan sebuah kawasan sangatlah penting untuk keberhasilan usaha
membangun dan meningkatkan interaksi antara sistem ekonomi, manusia atau
masyarakat dan lingkungan hidup beserta sumber daya alam yang ada didalamnya dalam
satu ekosistem.

Secara garis besar, konsep arsitektur Islam merujuk pada ayat-ayat ‘Quraniyah’
(berasal dari Al-Quran) dan ‘Kauniyah’ (bentuk hukum alam). Jadi, dalam penerapannya
konsep arsitektur pada pengembangan Kawasan harus mampu memenuhi akan konsep
The law of God dan ‘The Law of Nature’. Konsep arsitektur Islam adalah olahan yang
mempunyai sifat tidak merusak alam dan harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan
Dalam beraktivitas apapun termasuk dalam merancang, seorang arsitek muslim harus
selalu berpegang kepada al-Qur‟an dan as-Sunnah agar hasil rancangannya memberikan
manfaat. Oleh karena itu, dalam merancang mestinya seorang arsitek mengacu kepada
prinsip-prinsip di atas dalam merancang arsitektur.
2.4. Penataan Kawasan pada TPA Putri Cempo

Penataan Kawasan pada daerah PLTSA Putri cempo terlihat sangat tidak tertata, dikarenakan
bangunan rumah lama tersebut sudah ada sejak tahun 1980-an warga lokal. Penataan Kawasan pada
daerah ini harus sangat di perhatikan karena TPA dan PLTSa bersangkutan dengan hall yang terlihat
kotor.

Maka dari itu pemukiman warga lebih diperhatikan karena belum ada area terpisah antara
daerah kotor dan daerah bersih yang layak huni. Terdapat Rusunawa Putri Cempo Blok A-C
diakarenakan jumlah sampah yang meningkat setiap tahunya dan jumlah penduduk yang
bertambah.

Konsep Dasar Penataan Ruang Kawasan kumuh

Undang undang nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, yaitu melalui
kegiatan peremajaan,pemugaran dan pemeliharaan (pasal 27 ayat 2)

Terdapat beberapa tipologi di Kawasan tersebut :

1. Kumuh
2. Kumuh sedang
3. Kumuh berat

Hal yang harus dilakukan pada tipologi Kawasan tersebut :

1. Kumuh ringan
Dilakukan kegiatan pemeliharaan
2. Kumuh sedang
Dilakukan pemugaran
3. Kumuh berat
Dilakukan peremajaan

Diperhatikan pada penataan Kawasan tersebut selain untuk mengembalikan fungsi


Kawasan sebagai kawasan penduduk yang sehat agar aktivitas dapat berjalan dengan baik.
BAB III
TINJAUAN LOKASI
3.1. Data Eksisting
3.1.1. Kota Surakarta

Gambar 3.1.1. Peta Kota Surakarta


Sumber : https://tse1.mm.bing.net/th?id=OIP.plveEplbnk5WGMI-
xq2vAwAAAA&pid=Api&P=0
Kota Surakarta merupakan kawasan perkotaan terbesar kedua di
Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, kota Surakarta memiliki lokasi yang strategis
berada dijalur persimpangan jurusan Yogyakarta dengan semarang. Kota
Surakarta juga termasuk di dalam kawasan strategis SUBOSUKA
WONOSRATEN (Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri,
Sragen dan Klaten) yang dapat mendukung perkembangan pembangunan di
wilayah Surakarta.
Sebagai kota terbesar kedua di Jawa Tengah, kota Surakarta terletak
diantara 4 (empat) Kabupaten/Kota yang berbatasan langsung secara
administratif sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar
b. Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
d. Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten
Boyolali

Kota Surakarta memiliki 5 kecamatan dan 54 kelurahan Per tahun 2010,


jumlah penduduk di lima kecamatan Surakarta adalah 500.642 yang terdiri atas
243.363 pria dan 257.279 wanita dengan tingkat kepadatan penduduk di
Surakarta adalah 11.370 jiwa/km², yang merupakan kepadatan tertinggi di Jawa
Tengah. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya diperkirakan sebesar 562.269
jiwa dan luas wilayah 46,01 km² dengan kepadatan 12.220 jiwa/km².
Kelurahan yang berada paling barat adalah Karangasem, Laweyan, lalu
yang paling utara Kadipiro, banjarsari, sedangkan paling timur yaitu Jebres,
Jebres, dan paling selatan Joyotakan, Serengan. Kota Surakarta dan kabupaten
disekelilingnya seperti Sukoharjo, Boyolali, Karanganyar, Wonogiri, Sragen,
dan Klaten secara kolektif masih disebut sebagai eks-Karesidenan Surakarta.

Tabel 3.1.1. Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 2021


Sumber: https://surakartakota.bps.go.id/

3.1.2. Kecamatan Jebres

Gambar 3.1.2. Peta Wilayah Kecamatan Jebres


Sumber : Google maps
Kecamatan Jebres adalah kecamatan di Kota Surakarta yang terletak di
bagian timur. Kecamatan Jebres merupakan salah satu kecamatan yang sangat
strategis untuk pengembangan kota dan dapat meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi serta perdagangan yang nantinya akan berpengaruh terhadap sektor-
sektor lainnya. Hal ini mengakibatkan munculnya penggunaan lahan ke arah
pinggiran kota yang berdampak pada perubahan penggunaan lahan. Kecamatan
Jebres merupakan salah satu dari lima Kecamatan yang berada di Kota
Surakarta yang terletak di 110º BT - 111º BT serta 7,6º LS - 8º LS. Batas-batas
wilayah Kecamatan Jebres adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kecamatan Gondangrejo, Karanganyar
b. Sebelah Timur : Kecamatan Jaten, Karanganyar dan Kecamatan
Mojolaban, Sukoharjo
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Pasar Kliwon
d. Sebelah Barat : Kecamatan Banjarsari

Kecamatan Jebres memiliki luas wilayah sebesar 14,38 km² dengan


jumlah penduduk pada tahun 2021 sebanyak 148.992 jiwa yang terdiri dari
73.856 penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 75.136 penduduk berjenis
kelamin perempuan serta tingkat kepadatan sebesar 11.418 Jiwa/km2.
Sedangkan pada tahun 2008, banyaknya jumlah penduduk dikecamatan Jebres
sebanyak 142.292 jiwa yang terdiri dari 70.466 penduduk berjenis kelamin laki-
laki dan 71.826 penduduk berjenis kelamin perempuan dengan tingkat
kepadatan 11.131 Jiwa/km2. Hal ini menunjukkan bahwa kecamatan jebres
mengalami kenaikan jumlah penduduk dan diikuti naiknya jumlah kepadatan
penduduk.

Tabel 3.1.2. Jumlah Penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2021


Sumber: https://surakartakota.bps.go.id/
3.1.3. Kelurahan Mojosongo
Gambar 3.1.3. Peta Wilayah Kelurahan Mojosongo
Sumber : Google maps
Kelurahan Mojosongo berada di kecamatan Jebres, kota Surakarta. Luas
wilayah kelurahan Mojosongo yakni 532.297 Ha yang terbagi menjadi 37
Rukun Warga dan 186 Rukun Tetangga, kelurahan Mojosongo memiliki letak
geografis antara 100º BT - 111º BT dan berada pada ketinggian 80 – 130 diatas
permukaan laut. Di kelurahan Mojosongo terdapat sebuah dusun yang lahannya
digunakan untuk (tempat pembuangan akhir) TPA yaitu dusun Jatirejo.
Dusun Jatirejo merupakan salah satu dusun yang ada di kelurahan
mojosongo. Di dusun Jatirejo terdapat (tempat pembuangan akhir) TPA yang
dikenal dengan PLTSA Putri Cempo, Secara administratif wilayah Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo terletak dikelurahan Mojosongo,
Kecamatan Jebres dengan batas-batas administrasi sebagai berikut yaitu :
a. Sebelah Utara : Desa Plesungan, Karanganyar
b. Sebelah Timur : Desa Ketekan, Karanganyar
c. Sebelah Selatan : Desa Randusari
d. Sebelah Barat : Desa Jantirejo
3.2. Analisis Wilayah Berdasarkan SWOT
STRENGH
· Ukuran lahan yang luas
TPA putri cempo memiliki lahan yang terbilang cukup luas. Maka dari itu, sampah
sampah yang di tampung di TPA itupun tidak hanya berasal dari wilayah mojosongo,
namun dari berbagai belahan solo raya lainnya. Apalagi dengan adanya PLTSA ini
tentunya konsumsi sampah yang dibutuhkan dalam proses tersebut tentu akan
bertambah dari daerah luar solo.

· Sirkulasi jalan.
TPA putri cempo memiliki beberapa cabang akses keluar masuk kendaraan besar.
Hal ini tentu sangat berguna untuk kemudahan sirkulasi kendaraan, baik itu pribadi
maupun kendaraan pengangkut sampah. Pada jam jam tertentu, jalan utama yang
menjadi sirkulasi utama ke PLTSA/TPA akan dipadati truck dan kendaraan
pengangkut sampah yang masuk, diantaranya pada pagi dan sore hari

· Mata pencaharian warga sekitar.


Banyaknya sampah yang ada, ternyata menjadikan warga sekitar memiliki mata
pencaharian. Banyak warga sekitar TPA yang berprofesi menjadi pemulung hingga
pengepul sampah yang tinggal di sekitaran TPA Putri Cempo, ada juga dari beberapa
mata pencaharian penduduk merupakan peternak sapi dan domba yang dikembalakan
di daerah TPA Putri Cempo tersebut.

· Membawa kota solo selangkah lebih maju.


Dengan adanya PLTSA, seperti peraturan presiden mengebai percepatan transisi
energi terbarukan PLTSA diharapkan dapat memebrikan dampak yang positif bagi
penggunaan serta pengelelolaan energi terbarukan yaitu merubah sampah menjadi
energi plastik. Namun hal ini perlu diimbangi dengan kondisi serta peraturan yang
berlaku di Solo karena 2024 kota Solo berusaha meminimalisi penggunaan sampah
plastik sekali pakai.
WEAKNESS
· Muatan sampah yang overload.
Keterbatasannya lahan, banyaknya sampah, dan kurangnya pengolahan menjadikan
penumpukan sampah terus bertambah pada TPA ini. Apalagi dengan adanya PLTSA
yang membutuhkan sampah berkali lipat lebih banyak dari pasokan sampah yang ada
di TPA Putri Cempo. Dan hal ini menjadi salah satu point yang perlu diperhatikan
dalam pengelolaan kawasan tersebut.

· Pemukiman padat.
Padatnya pemukiman pada daerah sekitar TPA sangat membahayakan dan
menimbulkan kemungkinan untuk bencana bencana ekologi seperti kebakaran, banjir,
dan longsoran sampah yang sewaktu waktu mengintai warga. Apalagi dengan TPA
Putri Cempo yang mana kawasan tersebut merupakan salah satu tempat bertemunya
lebih dari seratus warga yang menggantungkan hidupnya dari sampah.

· Sanitasi
Kurangnya pengolahan sampah juga mempengaruhi kualitas sanitasi yang ada. Pada
lokasi sekitar TPA, air yang di dapat sangat berbau dan kadang berwarna coklat
kehitaman. Dan hal ini tentunya secara tidak disadari amat sangat berbahaya bagi
masyrakat yang tinggal dan makhluk hidup yang ada dikawasan tersebut. Karena zat
zat timbal yang ada akan meresap ke tanah serta air tanah yang mana dua hal tersebut
merupakan hal yang vital bagi kehidupan masyarakat.

· Kurangnya dukungan warga untuk PLTSA


Warga yang bermata pencaharian sebagai peternak sapid dan pengepul sampah kurang
mendukung adanya pembuatan PLTSA. Hal ini di duga karna mereka takut mata
pencahariannya hilang. Karena tentunya tempat yang biasa ia gunakan sebagai
pengganung hidupnya akan hilang karena keberadaan PLTSA ini. Dan tentunya ada
beberapa warga yang mendukung pula mengenbai PLTSA ini. Namun berdasarkan
riset yang ada oleh WALHI kemungkinan besar mata pencaharian penduduk akan
hilang dan pemkot serta CBB (Chinese Contruction Bank) selaku pemodal dalam
pengembanganb PLTSA ini harus tetap memperhatikan masyrakat yang
menggantungkan hidupnya di TPA Putri Cempo.
OPPORTUNITIES

· Dari beberapa analisi ditemukan adanya potensi pada TPA tersebut dimana dapat
dimanfaatkan sebagai sarana penggembalaan ternak sapi potong, mengingat
jumlah sampah organik (Bahan Kering) yang dibuang ke TPA yang secara
kuantitatif cukup besar yakni 15,81 – 16,56 ribu ton /tahun dan secara kaulitatif
masih mengandung nutrien yang cukup baik yang dapat dimanfaatkan oleh sapi
potong. Sampah organik di TPA ”Putri cempo” tercemar oleh Timbal atau
Plumbum (Pb), tetapi tidak tercemar oleh Mercury atau Hydrogyrum (Hg).
·
THREATS
· Sumber penyakit
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Putri Cempo, baik yang di wilayah Solo
maupun Karanganyar, memberikan ancaman berbagai penyakit. Hal ini dipicu dengan
adanya kondisi lingkungan yang tidak sehat yang dimana diakibatkan oleh sampah
yang tidak ditangani secara tepat. Dan hal tersebut akan dialami masyarakat yang
menggantungkan hidupnya di TPA. Dan tentunya jika pengelolaan sampah tidak
berjalan dengan baik maka kondisi lingkungan akan mengakibatkan hal hal yang fatal,
diantaranya akan munculnya berbagai macam penyakit yang ada.

· Meluasnya sumber negatif


Kembali lagi kepada sumber penyakit dimana bakteri dan virus negatif yang didapat
juga meluas sehingga akan berkelanjutan jika terjadi overload sampah. Dikarenakan
meskipun TPA ini berada di wilayah Solo, namun dambaknya bisa meluas hingga
karanganyar

· Pencemaran Lingkungan berkelanjutan


Pencemaran lingkungan memiliki efek berkepanjangan yang sangat merugikan dari
generasi ke generasi. Dimana pencemaran lingkungan yang diciptakan seperti kualitas
lingkungan alami menurun, polusi udara dan timbulan debu, penyumbatan saluran
drainase dan sungai akibat kapasitas TPA yang telah overload, rendahnya nilai tanah
dan properti yang dibangun di sekitar lokasi TPA serta Potensi peternakan sapi
pemakan sampah organik, gangguan kesehatan pernafasan, pencernaan, dan iritasi.
Yang mana hal ini menjadi ancaman yang amat mengancam kelangsungan kehidupan
masyarakat serta makhluk hidup yang ada di kawasan tersebut.

· Minimnya masyarakat berkemajuan


Dengan banyaknya masyarakat sekitar yang bekerja sebagai pemulung dan pemilah
sampah, makan masyarakat lebih susah untuk beranjak dari profesi sebelumnya.
Sehingga banyak. Karena kebanyaka masyarakat bergantung hidupnya pada TPA ini
dan ini merupakan dampak dari pandemi Covid-19 yang berkepanjanganb yang
mengankbatkan PHK masal dan masyarakat lebih banyak memilih untuk memulung
sampah sebagai mata pencahariannya.
List pembagian paper STUPA 6

BAB 1 PENDAHULUAN (Latar belakang, rumusan masalah,tujuan,metode


pembahasan,batasan, lingkup pembahasan, target produk, dan manfaat)

- Zulfahmi Fachri Al_D300200067

- Irfan Saputra_D300200136

BAB 2 GAMBARAN UMUM OJEK DAN KAWASAN

-JOHARA DAMARJATI_D300200173

-Roland Patria Aldiano_D300170084

-Riko setyabadi_D300170074

-Maisye Medina Arya Rashieka_D300200234

BAB 3 TINJAUAN LAPANGAN (data eksisting,pemetaan wilayah bedasarkan SWOT,


dasar pertimbangan pengembangan)

- Aliefian Al Ghofiri_D300190001

- Santiko Teguh Pramono_D300190193

- FARRAS NURIL AZRA_D300200229

-Andre Nanda Laviola_D300200086

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN (Analisa SWOT, gagasan


pengembangan,penentuan kawasan prioritas)

- Arif Hidayatullah _ D300200123

- Moonfries Salsabil Latifahrira_D300190043

- Vina Apriliani Affandi_D300200134

Gabungin,ngerapin, bikin daftar isi, daftar pustaka dan buat cover

-Nisa salsabila_D300200013

Anda mungkin juga menyukai