net/publication/350653703
CITATIONS READS
0 27,410
1 author:
Anastasia Widjaja
Airlangga University
1 PUBLICATION 0 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Anastasia Widjaja on 06 April 2021.
Disusun oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
TAHUN AJARAN GENAP 2020/2021
i
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konsep ................................................................................. 4
Gambar 2. Tahap Pengambilan Keputusan Kelompok .......................................... 5
Gambar 3. GDSS ................................................................................................... 14
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kesalahan Pengambilan Keputusan ........................................................ 15
iii
iv
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
a. Menjabarkan tahapan pengambilan keputusan kelompok menurut
perspektif fungsional.
b. Menjelaskan alasan sebuah kelompok disebut sebagai pengambil keputusan
yang tidak sempurna.
c. Menjelaskan keterkaitan konsep polarisasi kelompok dengan pengambilan
keputusan kelompok.
d. Memaparkan konsep pemikiran kelompok dalam mengambil keputusan.
e. Menjelaskan aplikasi teori dan konsep pengambilan keputusan kelompok
dalam kehidupan sehari-hari.
1.4 Manfaat
Manfaat penelitian terbagi ke dalam dua konteks utama, meliputi:
a. Manfaat secara akademis, yaitu mengetahui teori dan konsep pengambilan
keputusan kelompok, termasuk tahapan pengambilan keputusan kelompok,
alasan kelompok disebut sebagai pengambil keputusan yang tidak
sempurna, polarisasi kelompok, pemikiran kelompok dalam mengambil
keputusan, dan aplikasi konsep pengambilan keputusan kelompok dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Manfaat praktis, yaitu menyediakan referensi acuan bagi pelajar dan
mahasiswa dalam memahami dinamika pengambilan keputusan kelompok
beserta contoh aplikasi konsepnya dan membantu masyarakat umum dalam
memahami ranah psikologis konsep pengambilan keputusan kelompok
secara sederhana.
3
BAB 2. METODE
Sumber Data
Diskusi
1. Buku Group Dynamics edisi
ke-5 (2010)
2. Jurnal
3. Buku referensi lain
Simpulan
Kajian Teori
Aplikasi Teori dan Konsep
a. Groups and Decisions: The
Functional Perspective 1. Penerapan Konsep Delegasi
b. Groups as Imperfect Decision dalam Desentralisasi
Maker 2. Penerapan Konsep Polarisasi
c. Group Polarization Kelompok dalam Pemilihan
d. Victims of Groupthink Anggota DPR
Diskusi Implementasi
• Definisi • Skema
masalah Keputusan
• Memori kolektif Sosial • Keadilan
• Proses prosedur
• Pertukaran informasi
perencanaan
• Pemrosesan • Partisipasi dan
informasi suara
Orientasi Keputusan
3.1.1 Orientasi
Sebuah keputusan dimulai dengan munculnya problema yang
membutuhkan solusi. Dalam fase orientasi, kelompok perlu
mengorganisasi prosedur yang akan digunakan. Di akhir fase orientasi,
anggota kelompok haruslah telah memahami tujuan, prosedur, dan
pekerjaan yang perlu dilakukan. Hasil dari fase orientasi, antara lain:
a. Pendefinisian Masalah
Model mental bersama adalah hasil utama yang diharapkan di
akhir fase orientasi. Model mental tersebut merupakan sebuah skema
kognitif yang mengorganisasi informasi deklaratif dan prosedural
terkait situasi masalah, yang dimiliki setiap anggota kelompok
(Forsyth, 2010).
b. Proses Perencanaan
Pentingnya proses perencanaan dapat dilihat dari tingkat
keberhasilan kelompok dengan perencanaan baik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok yang tidak memiliki perencanaan
(Hirokawa, 1980). Perencanaan yang melibatkan tenggat dan kendala
waktu juga mampu meningkatkan performa kelompok. Seringkali,
proses perencanaan diabaikan dan muncul bias anti-perencanaan.
Salah satunya kecenderung mengaplikasikan metode yang pernah
mereka gunakan sebelumnya untuk projek di masa kini dan bahkan di
masa mendatang (Forsyth, 2010).
3.1.2 Diskusi
Selama fase diskusi, anggota kelompok berkumpul dan memproses
informasi yang diperlukan dalam mengambil keputusan. Anggota
kelompok juga berbagi informasi, mengekspresikan persetujuan atau
ketidaksetujuan, dan mencari informasi, serta klarifikasi yang lebih
banyak. Sebuah pendekatan pemrosesan informasi berasumsi bahwa
individu berambisi untuk menetapkan keputusan yang baik dengan
memanfaatkan informasi yang relevan dan memprosesnya, sehingga
implikasi masalah dapat dipahami dengan baik. Selain itu, pendekatan
pemrosesan informasi kolektif mengasumsikan hal yang sama dengan
menambahkan bahwa terdapat kerja kognitif selama diskusi kelompok
(Forsyth, 2010). Hasil dari fase diskusi, antara lain:
a. Memori kolektif
Memori kolektif merupakan kombinasi memori kelompok,
termasuk memori anggotanya, model mental bersama, dan sistem
‘transaksi memori’. Namun, sebuah kelompok terbukti memiliki
memori yang kurang terstruktur dikarenakan fenomena free-ride.
Fenomena tersebut dapat dilihat dari kurangnya usaha anggota
kelompok dalam mengingat detail karena anggapan bahwa anggota
7
3.1.3 Keputusan
Skema keputusan sosial adalah metode kelompok untuk
menggabungkan individu. Skema keputusan sosial adalah sebuah strategi
atau aturan yang digunakan dalam kelompok untuk memilih satu alternatif
dari berbagai alternatif yang diusulkan dan dibahas selama musyawarah
kelompok. Hal ini termasuk aturan keputusan yang diakui secara eksplisit
(kelompok menerima alternatif yang disukai oleh mayoritas) dan prosedur
keputusan implisit (kelompok menerima alternatif yang disukai oleh
masukan anggota paling kuat dalam satu keputusan kelompok). Beberapa
skema keputusan sosial yang umum adalah sebagai berikut (Hastie &
Kameda, 2005).
a. Delegating decisions
Seorang individu, subkelompok, atau pihak eksternal membuat
keputusan untuk kelompok. Di bawah skema otoritas, pemimpin,
presiden, atau individu lain membuat keputusan akhir dengan atau
tanpa masukan dari anggota kelompok. Bentuk delegasi lain termasuk
meminta seorang ahli untuk menjawab (anggota yang paling tahu)
atau membentuk subkomite yang terdiri dari beberapa anggota untuk
mempelajari masalah dan mencapai kesimpulan.
b. Averaging decisions
Setiap anggota kelompok membuat keputusannya sendiri-
sendiri (baik sebelum atau sesudah diskusi kelompok) dan
rekomendasi pribadi ini dirata-ratakan bersama untuk menghasilkan
keputusan kelompok nominal. Dalam prosesnya, tidak perlu selalu
berinteraksi dengan anggota.
8
c. Plurality decisions
Anggota mengekspresikan preferensi individu mereka dengan
pemungutan suara, baik secara terbuka ataupun dengan pemungutan
suara rahasia. Dalam kebanyakan kasus, kelompok memilih alternatif
yang disukai oleh mayoritas anggota (skema aturan mayoritas yang
sangat umum), tetapi dalam beberapa kasus pluralitas yang lebih
substansial (seperti skema mayoritas dua pertiga) diperlukan sebelum
keputusan menjadi final.
d. Unanimous decisions (konsensus)
Kelompok membahas masalah tersebut hingga mencapai
kesepakatan tanpa suara. Keputusan ini diberlakukan pada banyak juri
di Amerika Serikat.
e. Random decisions
Kelompok menentukan keputusan akhir dengan kebetulan,
contohnya dengan melempar koin.
3.1.4 Implementasi
Apabila keputusan dibuat, dua pekerjaan penting tetap harus
dilakukan. Pertama, keputusan harus dilaksanakan. Kedua, kualitas
keputusan harus dievaluasi. Faktor yang mempengaruhi implementasi
(Forsyth, 2010), antara lain:
1. Procedural justice
Mengandung persepsi tentang keadilan dan legitimasi metode
yang digunakan untuk membuat keputusan, menyelesaikan perselisihan,
dan mengalokasikan sumber daya, penggunaan prosedur yang adil, dan
tidak memihak. Termasuk evaluasi anggota grup tentang keadilan dalam
proses yang digunakan grup untuk membuat keputusannya.
2. Participation and voice
Banyak faktor yang memengaruhi persepsi tentang keadilan
prosedural, tetapi ketika individu percaya bahwa mereka memiliki suara
dalam masalah tersebut dan dapat mengungkapkan kekhawatiran yang
mereka miliki, serta adanya orang lain yang mendengarkan dan
menanggapi, maka mereka cenderung lebih terlibat dalam pelaksanaan
keputusan akhir.
5. Delegate
Apabila kelompok telah berfungsi secara mandiri tanpa
pemimpinnya, maka ia dapat menyerahkan masalah tersebut pada
kelompok. Kelompok mencapai keputusan tanpa keterlibatan
langsung pemimpin, tetapi pemimpin memberikan dukungan, arahan,
klarifikasi, dan sumber daya seperti yang diinginkan oleh kelompok.
lebih lanjut dengan berbagai kelompok lainnya. Pada tahun 1969, para
peneliti menemukan bukti bahwa individu dapat bergerak menuju dua
pilihan sekaligus setelah berdiskusi kelompok, yang memungkinkan
cautious dan risky shift terjadi secara bersamaan (Doise, 1969). Selain itu,
peneliti menemukan bahwa hasil dari diskusi kelompok tidak hanya
menguatkan pilihan antara berhati-hati atau mengambil risiko, melainkan
juga mempengaruhi perilaku, kepercayaan, dan pandangan individu
terkait masalah yang dibahas (Myers, 1962). Salah satu contoh yang
disebut oleh Moscovici dan Zavalloni (1969) adalah orang-orang di Eropa
yang secara umum menyukai pemerintahan di sana dan sangat tidak
menyukai orang Amerika. Dengan melakukan diskusi, perilaku menyukai
pemerintah semakin meningkat dan perilaku tidak menyukai orang
Amerika semakin memburuk (Moscovici & Zavalloni, 1969).
Beberapa waktu kemudian, para peneliti menyadari bahwa
munculnya risky shift setelah diskusi kelompok adalah bagian dari proses
yang umum. Arah pergeseran tersebut bergantung pada preferensi awal
rata-rata kelompok. Misalnya, ketidaksukaan cara mengajar guru tertentu
dalam sekumpulan pelajar akan semakin bertumbuh setelah diskusi. Hal
ini yang disebut oleh Myers dan Lamm (1976) sebagai group polarization
atau polarisasi kelompok, yaitu kondisi saat rata-rata respon postgroup
cenderung ekstrem ke arah yang sama dengan rata-rata tanggapan
kelompok (Myers & Lamm, 1976).
3.5.2 Who
Pertanyaan who dapat dijawab dengan memaparkan siapa tokoh
utama konsep pengambilan keputusan kelompok beserta biografi
singkatnya. Dua tokoh utama konsep pengambilan keputusan kelompok
adalah Victor H. Vroom dan Irving Lester Janis. Victor H. Vroom lahir
pada tanggal 9 Agustus 1932 di Montreal, Quebec. Vroom merupakan
lulusan University of Michigan dengan gelas PhD. Kemudian, Vroom
berkarir sebagai seorang profesor bisnis di Yale School of Management.
Teorinya dikenal dengan nama Model Kontinum Kepemimpinan (1973)
dan Normative Model of Decision Making (2003).
Tokoh kedua dalam pengambilan keputusan kelompok adalah Irving
Lester Janis, yang lahir pada tanggal 26 Mei 1918 di Buffalo, New York.
Janis merupakan lulusan Columbia University pada tahun 1948 dengan
gelar doktor. Kemudian, Janis berkarir sebagai seorang psikolog
penelitian di Yale University. Janis dikenal dengan teorinya yang bernama
Grouthink (1977).
3.5.3 When
Pertanyaan when dapat dijawab dengan menyertakan tahun
munculnya konsep pengambilan keputusan kelompok. Konsep
pengambilan keputusan kelompok berkembang sejak tahun 1970-an
dengan munculnya Model Kontinum Kepemimpinan dan Normative
Model of Decision Making karya Victor H. Vroom yang pertama kali.
Disusul dengan munculnya konsep dan penelitian Irving Lester Janis,
yaitu Groupthink, yang turut memperluas kajian pengambilan keputusan
kelompok. Bersamaan dengan itu, konsep dari tokoh-tokoh lain seperti
Marjorie Shaw, R. Hastie, dan T. Kameda, turut melengkapi kajian
pengambilan keputusan kelompok di dunia psikologi.
24
3.5.4 Where
Pertanyaan where dapat dijawab dengan menyebutkan negara di
mana konsep lahir dan berkembang. Lokasi berkembangnya konsep
pengambilan keputusan kelompok dapat diwakili oleh tokoh utama,
Victor H. Vroom dan Irving Lester Janis, yaitu di Amerika Serikat.
3.5.5 Why
Pertanyaan why dapat dijawab dengan menjabarkan pentingnya
mempelajari topik tersebut. Topik pengambilan keputusan kelompok
perlu dipahami karena tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari, seperti
membuat tugas kelompok, proyek, menyelenggarakan event, dan lain
sebagainya. Dengan mengetahui bias yang rawan terjadi, kelompok juga
mampu menghindari hasil keputusan yang tidak bijaksana. Selain itu,
topik ini juga mengajarkan pentingnya menumbuhkan kesadaran anggota
kelompok untuk berpartisipasi dalam pekerjaan kelompok, melatih
kemampuan mengatur waktu, bagaimana menyampaikan pandangan dan
pendapat pada anggota lain dengan baik, berani bertanya agar dapat
memahami materi, serta berkomitmen sesuai kesepakatan kerja yang telah
disetujui bersama.
3.5.6 How
Pertanyaan how dapat dijawab dengan menjelaskan bagaimana
perkembangan konsep pengambilan keputusan kelompok. Penjelasan
konsep dimulai dari definisi, tahap pengambilan keputusan kelompok,
bias dan kesalahan yang dapat terjadi, polarisasi kelompok, serta diakhiri
dengan konsep diskusi dalam pengambilan keputusan kelompok.
Keseluruhan konsep yang dijelaskan dalam makalah ini merupakan versi
sederhana dari penjelasan konsep secara menyeluruh oleh para ahli.
25
BAB 5. SIMPULAN
BAB 6. DISKUSI
BAB 7. REFLEKSI
BAB 8. PENUTUP
Puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmat-Nya penyusunan makalah kajian literatur Pengaruh Sosial dan Dinamika
Kelompok dengan judul ”Pengambilan Keputusan Kelompok” dapat terselesaikan
dengan baik. Terima kasih kami ucapkan untuk dosen pengajar Prof. Dr. Cholichul
Hadi, Drs., M.Si., Psikolog atas kesempatan yang beliau berikan agar kami dapat
mengembangkan wawasan melalui penyusunan makalah ini. Kami meminta maaf
yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan
makalah ini maupun untuk kata-kata yang kurang berkenan. Terima kasih kami
ucapkan atas perhatian dan waktu yang Anda luangkan untuk membaca makalah
ini.
31
DAFTAR PUSTAKA
Burnstein, E., & Vinkour, A. (1977). Persuasive arguments and social comparison as
determinants of attitude polarization. Journal of Experimental Social
Psychology, 13, 315-332.
Castore, C. H., & Murnighan, J. K. (1978). Determinants of Support for Group
Decisions. Organizational Behavior and Human Performance, 22, 75-92.
DeSantics, G., & Gallupe, R. B. (1987). A Foundation for the Study of Group Decision
Support Systems. Management Science, 33: (5), 589-609.
Doise, W. (1969). Intergroup relations and polarization of individual and collective
judgement. Journal of Personality and Social Psychology, 12, 136-143.
Forsyth, D. R. (2010). Group Dynamics (4th Edition). Amerika: Cengage Learning,
Wadsworth.
Friendkin, N. E. (1999). Choice shift and group polarization. American Sociological
Review, 64, 856-875.
Hastie, R., & Kameda, T. (2005). The Robust Beauty of Majority Rules in Group
Decisions. Psychological Review, 112, 494-508.
Hirokawa, R. Y. (1980). A Comparative Analysis of Communication Paterns within
Effective and Ineffective Decision-making Groups. Communication
Monographs, 47, 312-321.
Kameda, T., Takezawa, M., Tindale, R. S., & Smith, C. M. (2002). Social Sharing and
Risk Reduction: Exploring a Computational Algorithm fo the Psychology of
Windfall Gains. Evolution and Human Behavior, 23, 11-33.
Kaplan, M. F., & Miller, C. E. (1987). Group Decision Making and Normative versus
Informational Influence: Effects of Type of Issue and Assigned Decision Rule.
Journal of Personality and Social Psychology, 53, 306-313.
Mann, L. (1986). Cross-cultural Studies of Rules for Determining Majority and
Minority Decision Rights. Australian Journal of Psychology, 38, 319.
Moscovici, S., & Zavalloni, M. (1969). The group as a polarizer of attitudes. Journal
of Personality and Social Psychology, 12, 125-135.
Myers, A. E. (1962). Team competition, succsess, and the adjustment of group
members. Journal of Abnormaland Social Psychology, 65, 325-332.
Myers, D. G., & Lamm, H. (1976). Discussion effects on racial attitudes. Science, 169,
778-789.
Simandjuntak, R. (2015). Sistem Desentralisasi dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia: Perspektif Yuridis Konstitusional de Jure. Jurnal Syariah dan
Hukum, 7: (1), 57-67.
Stasser, G., & Dietz-Uhler, B. (2001). Collective Choice, Judgment, and Problem
Solving. In R. S. M. A. Hogg, Blacwell Handbook of Social Psychology: Group
Process (pp. 31-55). Malden: Blackwell.
Vroom, V. H. (2003). Educating Managers in Decision Making and Leadership.
Management Decision, 10, 968-978.
Vroom, V. H., & Jago, A. G. (1988). The New Leadership: Managing Participation in
Organizations. Upper Saddle River: Prentice Hall.
Vroom, V. H., & Jago, A. G. (2007). The Role of the Situation in Leadership. American
Psychologist, 63, 17-24.
Vroom, V. H., & Yetton, P. W. (1973). Leadership and Decision Making. Pittsburgh:
University of Fittsburgh Press.
Weigold, M. F., & Schlenker, B. R. (1991). Accountability and risk taking. Personality
and Social Psychology Bulletin, 17, 25-29.
32