Anda di halaman 1dari 19

TEORI MENGENAL PEMBENTUKAN

KELOMPOK SOSIAL

Guna Menyelesaikan Tugas Kelompok Bab 1 Tentang Kelompok Sosial Mata


Pelajaran Sosiologi Bu Arasmatusy

Disusun oleh kelompok 4:


- Gabriella Bintang Maharani Santo Putri
- Irfan Syahroni
- Keysha Aulia Rabbani
- Maria Ekaristin BR.Tarigan
- Muhammad Firman Hakim
- Sabrina Earlene Khalila

Grand Wisata, Jl. Sunset Boulevard, Lambangsari, Tambun Selatan,


Lambangsari, Tambun Sel., Bekasi, Jawa Barat 17510, Indonesia
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Makalah
Sosiologi” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
pelajaran Sosiologi.Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Kelompok sosial di kehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Bu Arasmatusy, S.Sos selaku
Guru mata pelajaran Sosiologi SMAN 5 Tambun Selatan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni ini.

Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini.

i.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1

1.1 Latar Belakang ……………………………………………………………. 1


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………….... 2
1.3 Tujuan …………………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………….. 3

2.1 Teori-Teori Pembentukan ……………………………………………….... 3

2.2 Teori Aktivitas-Interaksi-Sentimen ………………………………………. 5

2.3 Teori Alasan Praktis ………………………………………………………. 5

2.4 Teori Hubungan Pribadi …………………………………………………... 6

2.5 Teori Identitas Sosial ……………………………………………………… 8

2.6 Teori Identitas Kelompok …………………………………………………. 8

2.7 Teori Kedekatan ………………………………………………………….... 10

2.8 Teori Keseimbangan ………………………………………………………. 10

2.9 Teori Pembentukan Beralasan …………………………………………….. 11

2.10 Teori Perkembangan Kelompok …………………………………………. 12

BAB III PENUTUP ……………………………………………………………... 13

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………………….. 13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….. 14

ii.
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kita mungkin tidak menyadari bahwa sejak lahir hingga sekarang kita senantiasa
menjadi bagian dari sebuah kelompok sosial. Namun beberapa dari kita bahkan belum
tahu apa itu kelompok sosial dan kenapa kelompok sosial itu bisa terbentuk. Jadi,
kelompok sosial merupakan suatu realitas sosial yang sangat penting dalam kehidupan
manusia karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Sejak
dilahrikan hingga sekarang, kita menjadi anggota dari bermacam-macam kelompok.
Mulai dari kelompok seperti keluarga, OSIS, Pramuka, partai politik, dan berbagai
macam kelompok sosial lainnya.

Proses pembentukan kelompok adalah bagaimana suatu kelompok dapat terbentuk


disertai alasan-alasan dan tujuan pembentukan kelompok itu. Terbentuknya suatu
kelompok sosial karena adanya naluri manusia yang ingin selalu hidup bersama.
Manusia sejak dilahirkan di dunia ini sudah mempunyai kecenderungan atas dasar
dorongan nalurinya secara boilogis untuk hidup berkelompok. Kelompok sosial
terbentuk dari beberapa faktor dan dari faktor ini terbentuklah beberapa teori tentang
terbentuknya sebuah kelompok sosial.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan diatas, dapat kita rumuskan beberapa
masalah yang ada, yaitu:
A. Apa itu sebuah kelompok sosial?
B. Bagaimana terbentuknya sebuah kelompok sosial?
C. Apa saja teori-teori terbentuknya sebuah kelompok sosial

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, kita bisa menyimpulkan beberapa tujuan dibuatnya
makalah ini, yaitu:
A. Untuk mengetahui apa itu sebuah kelompok sosial.
B. Untuk mengetahui bagaimana terbentuknya sebuah kelompok sosial.
C. Untuk mengetahui apa saja teori-teori terbentuknya sebuah kelompok sosial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori – Teori Pembentukan Kelompok Sosial

Kelompok sosial terbentuk akibat adanya proses interaksi sosial. Apabila adanya suatu
kondisi semakin dekat jarak antara dua atau lebih orang, maka semakin mungkin
mereka untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi satu saman lainnya. Mengutip
pendapat Vaughan dan Hogg (Sarwono 2012), terdapat sejumlah alasan mengapa
individu menjadi anggota suatu kelompok. Berikut alasan-alasan tersebut;

1. Proksimitas

Kedekatan dapat berarti kedekatan fisik maupun kedekatan emosional. Apapun


bentuknya, kedekatan meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama
yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Contohnya pelajar pelajar yang
bertempat tinggal di sebuah perumahan sangat mungkin akan berkelompok saat
berangkat sekolah atau pulang ke rumah.

2. Kesamaan

Kesamaan yang dimaksud mencakup kesamaan minat, sikap, keyakinan, nilai,


usia, tingkat kecerdasan, dan karakter-karakter personal lain. Semakin banyak
kesamaan yang dimiliki seseorang dengan orang lain maka semakin besar pula
kemungkinan mereka akan membentuk kelompok sosial. Contohnya sejumlah pelajar
pecinta pramuka membentuk kelompok karena adanya kesamaan minat kepramukaan.

3. Saling Ketergantungan untuk mencapai tujuan tertentu

Adanya tujuan bersama yang hendak dicapai menyebabkan sejumlah individu


bergabung dalam suatu kelompok. Contohnya para anggota OSIS yang ingin
mengusulkan pelaksanaan suatu kegiatan akan bergabung dalam rapat demi memastikan
usulannya diterima.

3
4. Dukungan timbal balik bersifat positif (mutual possitive support)

Individu bergabung dalam berkelompok demi memperoleh dukungan positif


yang membuat dirinya merasa memiliki afiliasi atau ikatan. Contohnya seorang pelajar
yang tidak hadir bersekolah karena sakit selama beberapa hari akan memperoleh
informasi tentang tugas tugas sekolah dari teman sekelompoknya.

5. Dukungan emosional

Individu bergabung dalam kelompok untuk mendapatkan dukungan emosional


yang dibutuhkannya. Contohnya seorang remaja yang sedang sakit hati akan dihibur
oleh teman sekelompoknya dan dapat sejenak melupakan masalahnya dengan
menghabiskan waktu bersama mereka.

6. Identitas sosial

Inidividu berkelompok untuk memperoleh indetitas tertentu. Contohnya pelajar


SMA 5 Tambun Selatan, pengurus OSIS, atau anggota ekskul pramuka.

4
2.2 Teori Aktivitas - Interaksi - Sentimen

Teori yang dikemukakan oleh George C. Homans (dalam Thoha, 2008) in


menjelaskan bahwa kelompok terbentuk karena individu-individu melakukan aktivitas
bersama secara intensif sehingga memperluas wujud dan cakupan interaksi di antara
mereka. Pada akhirnya, akan muncul sentimen (emosi atau perasaan) keterikatan satu
sama lain sebagai faktor pembentuk kelompok sosial. Sebagai contoh, siswa A, B dan C
sering beraktivitas bersama sebagai pengurus inti OSIS SMA. Lambat laun, hubungan
di antara mereka tidak lagi terbatas pada kepentingan organisasi, melainkan juga
menyangkut hal- hal bersifat pribadi, misalnya saling berbagi cerita tentang masalah
dalam keluarga atau saling mendukung dalam pencapaian prestasi pribadi. Lambat laun,
dipastikan akan muncul rasa keterikatan yang membentuk kelompok persahabatan.

2.3 Teori Alasan Praktis

Teori ini menyatakan bahwa kelompok terbentuk karena kelompok cenderung


memberikan kepuasan atas kebutuhan-kebutuhan sosial yang mendasar dari orang-
orang yang berkelompok. Kebutuhan-kebutuhan sosial praktis tersebut dapat berupa
alasan ekonomi, status sosial, keamanan, politis dan alasan sosial lainnya. Teori alasan
praktis (practical theory) dari Reitz menekankan pada motif atau menelaah maksud
orang berkelompok, mengacu pada teori kebutuhan Maslow. Sehingga Teori alasan
praktis berasumsi bahwa individu bergabung dalam kelompok untuk memenuhi
kebutuhan praktis, antara lain, kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk
menyayangi dan disayangi, kebutuhan terhadap penghargaan, kebutuhan untuk
mengaktualisasi diri. Contoh : Seseorang mengelompokdisebabkan karena alasan hobi,
senasib, atau alasan-alasan sosial demikian seterusnya. Alasan-alasan praktis ini
membuat orang-orang dapat mengelompokkan diri dalam satu grup.

5
2.4 Teori Hubungan Pribadi

Teori ini disebut juga teori FIRO-B (Fundamental Interpersonal Relation


Orientation Behavior) dan dikemukakan oleh Schutz (1958). Teori ini juga dipengaruhi
oleh psikoanalisis dan membahas tentang kebutuhan dasar dalam hubungan antar
individu dengan idividu lainnya. Ada tiga macam kebutuhan dasar pada manusia
sehubungan dengan hubungan antar pribadi tersebut, yaitu : inklusi, kontrol, dan
afeksi.Diantaranya :

A. Kebutuhan Inklusi

Inklusi adalah rasa ikut saling memiliki dalam hubungan antar individu.
kebutuhan yang mendasari adalah hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Yang
termasuk dalam inklusi bermacam-macam, mulai dari interaksi yang intensif sampai
penarikan atau pengucilan diri sepenuhnya. Contohnya adalah hubungan orang tua
dengan anak bisa positif, dimana anak sering berhubungan dengan orang tua dan bisa
negatif, dimana anak jarang berhubungan dengan orang tua.

B. Kebutuhan Afeksi

Afeksi adalah mengembangkan ketertarikan emosional dengan orang lain.


kebutuhan dasarnya adalah hasrat untuk disukai atau dicintai. Ekspresi tingkah lakunya
bisa positif dan juga bisa negatif. Hubungan orang tua dengan anak bisa berlangsung
dalam afeksi positif atau negatif. Kecemasan yang timbul adalah takut tidak di senangi
dan ditolak. Perilaku - perilaku untuk mengurangi kecemasan itu antara lain adalah
penarikan diri atau menghindari hubungan yang dekat. Anak yang mengalami
kekurangan afeksi memiliki kencenderungan menghindarkan diri dari hubungab pribadi
yang terlalu dekat.

6
C. Kebutuhan Kontrol

Kontrol adalah aspek pembuatan keputusan dalam hubungan antar pribadi.


Kebutuhan yang mendasari adalah keinginan untuk menjaga dan mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam kaitannya dengan wewenang dan
kekuasaan. Tingkah laku kontrol bisa bervariasi dari terlalu berdisiplin sampai terlalu
bebas dan tidak disiplin. Hubungan orang tua dengan anak juga bervariasi dari perilaku
- perilaku yang menghambat, dimana orang tua sepenuhnya mengontrol anak dan
membuat keputusan - keputusan untuk anaknya, sampai perilaku - perilaku yang serba
boleh, dimana orang tua membiarkan saja anak untuk membuat keputusan - keputusan
sendiri tanpa petunjuk dari orang tua.

Kecemasan anak adalah bahwa anak tidak tahu apa yang diharapkan dari dalam
hirarki kekuasaan, bahwa ia adalah seseorang yang tidak mampu menangani persoalan -
persoalan dan bahwa ia adalah sesorang yang tidak bertanggung jawab. Hubungan
orang tua dengan anak yang ideal akan mengurangi kecemasan ini. kalau kecemasan
tersebut berlangsung terus, maka untuk mengurangi kecemasan tersebut orang yang
bersangkutan bisa mengikuti peraturan - peraturan dengan ketat atau ia mungkin
menarik diri, menolak untuk diatur dan mengatur.

Sejalan dengan itu, W.C. Schutz membagi anggota kelompok atas dua tipe, yaitu
sebagai berikut.

a. Tipe yang membutuhkan (wanted), yaitu membutuhkan inklusi (ingin diajak dan
ingin dilibatkan), membutuhkan kontrol (ingin mendapat arahan dan ingin dibimbing),
serta membutuhkan afeksi (ingin diperhatikan, dan ingin disayangi).

b. Tipe yang memberi (expressed), yaitu memberi inklusi (mengajak dan


melibatkan orang lain), memberi kontrol (mengarahkan, memimpin, dan membimbing),
serta memberi afeksi (memperhatikan dan menyayangi).

7
2.5 Teori Identitas Sosial

Teori yang dikemukakan oleh M. Billig (dalam Sarwono, 2009) ini menegaskan
bahwa kelompok terbentuk arena adanya sekumpulan orang-orang yang menyadari atau
mengetahui adanya satu identitas sosial bersama. Adapun identitas sosial dapat
dimaknai sebagai proses yang mengikatkan individu pada kelompoknya dan
menyebabkan individu menyadari diri sosial (social self) atau status yang melekat
padanya. Kesamaan identitas lantas menjadi faktor pemersatu individu hingga
membentuk suatu kelompok sosial. Sebagai contoh, Sastra menyadari identitasnya
sebagai pelajar SMA Harapan Ilmu, sehingga memutuskan bergabung dalam OSIS
SMA Harapan Ilmu.

2.6 Teori Identitas Kelompok

Pada umumnya, identitas dimengerti sebagai sebuah kesadaran akan kesatuan


dan kesinambungan pribadi dengan kelompok. Identitas kelompok merupakan suatu
kekhasan yang membedakan kelompok tersebut dengan kelompok yang lain, identitas
dalam sebuah kelompok dibentuk oleh proses-proses sosial. Proses-proses sosial yang
membentuk dan mempertahankan identitas ditentukan oleh struktur sosial kelompok itu
sendiri, suatu kelompok tidak bisa dipahami secara langsung oleh masyarakat bahwa
kelompok tersebut memiliki identitas, jika tidak ada konstruksi identitas oleh kelompok
itu sendiri kepada masyarakat, agar kelompok tersebut dapat dipahami oleh masyarakat
sebagai sebuah kelompok yang memiliki identitas.Contohnya Ikatan mahasiswa
kepulauan riau di malang,berarti yang melekat pada diri seseorang adalah anggota
kelompok tersebut berasal drai provinsi kepulauan riau.

Teori identitas kelompok dikemukakan oleh Horowitz (1985). Dalam teori ini,
Horowitz menggunakan ciri-ciri etnik untuk menentukan identitas berbagai kelompok.
Indikator pertama dari identitas etnik adalah warna kulit. Namun, warna kulit tidak
selalu menjadi indikator utama. Selain itu, Horowitz lebih menekankan kepada 3
indikator yang mempengaruhi identitas kelompok, dalam Sarwono, 2005: 25-30), yaitu:

8
A. Bahasa

Bahasa merupakan suatu alat utama untuk berkomunikasi dalam kehidupan


manusia, baik secara individu maupun kolektif sosial. Suwarna (2002: 4). Bahasa
mempunyai dua aspek mendasar, yaitu aspek bentuk yang meliputi bunyi, tulisan,
struktur serta makna, baik leksikal maupun fungsional dan struktural (Nababan, 1984:
13).

B. Budaya

Menurut E.B. Tylor dalam bukunya yang berjudul “Primitive Culture”, budaya
adalah keseluruhan kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Selain itu,
Koentjaningrat mendefinisikan budaya sebagai keseluruhan manusia dari kelakuan dan
hasil kelakukan yang teratur oleh tata kelakukan yang harus didapatkan dengan belajar
dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa budaya adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan, dan hasil
karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar yang semuanya
tersusun dalam kehidupan masyarakat. Hampir semua tindakan atau perilaku manusia
adalah sebuah kebudayaan atau budaya. (Sukidin, 2003).

C. Kebiasaan

Menurut Witherington yang dikutip oleh Djaali, 2012 mengatakan bahwa


kebiasaan adalah “an acquired way of acting which is persistent, uniform, and fairly
automatic”, yaitu merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara
berulang-ulang,yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis.

9
2.7 Teori Kedekatan (Propinquity)

Teori terbentuknya kelompok yang sangat dasar ialah teori kedekatan


(Propinquity Theory) yang dikembangkan oleh Fred Luthans (1939). Teori ini
menjelaskan tentang adanya afiliasi (perkenalan) diantara orang-orang tertentu.
Seseorang berhubungan dengan orang lain disebabkan karena kedekatan ruang dan
daerahnya. Contoh Teori Kedekatan : seorang pelajar yang duduk berdekatan dengan
seorang pelajar lain di kelas akan lebih mudah membentuk kelompok, dibanding dengan
pelajar yang berbeda kelas.

2.8 Teori Keseimbangan (Balance Theory)

Dalam pembentukan kelompok dikehidupan shari-hari, bai kebmpok formal,


kelompok informal, kelompok komando, kelompok tugas, kelompok kepentingan
maupun kelompok persahabatan membutuhkan analisis hubungan antara fakta yang satu
dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta untuk menjalin hubungan yang
baik.Maka dibutuhkan beberapa teori untuk menganalisis fenomena alamiah pada
kelompok ataupun hubungan interpersonalnya.Salah satu teori pembentukan kelompok
adalah teori keseimbangan.

Teori ini dirumuskan oleh Fritz Heider (1946) dalam bukunya “the psychology
of interpersonal relations”.Teori keseimbangan (balance theory) dari Heider membahas
mengenai hubungan-hubungan antarpribadi (interpersonal) antara individu-individu
sebagai bagian dari struktur sosial dengan memusatkan perhatiannya pada "daya tarik"
seseorang, yaitu semua keadaan kognitif yang berhubungan dengan perasaan suka dan
tidak suka terhadap individu-individu dan objek-objek lain.Keadaan-keadaan
antarpribadi tertentu akan mempengaruhi pola-pola hubungan dalm suatu kelompok.

Tiga simbol yang sangat penting dam sistem Heider, yaitu symbol “p” yang
menunjukan orang (persons), "O" yang berarti orang lain atau kelompok lain dan ‘x’
yang berarti objek fisk (benda), gagasan, atau peristiva.

10
Fokus Heider ialah bagaimana hubungan diantara ketiga Entias ini di
organisasikan dalam benak seseorang (P). Heider memebedakan dua jenis hubungan di
antara Ketiga Entitas ini, hubungan kesukaan (L) dan hubungan Unit (U). Dalam
paradigma Heider, "Keadaan Seimbang Hadir Apabik Hubungan Ketiganya Positif
Dalm Segal Hal tau Apabila dua Negatif dan satu Positif". Semua Kombinasi lain
adalah tidak seimbang. Heider (1958) Dia mengatakan bahwa "Konsep Keadaan
Seimbang Menunjukan Sebuah Situasi Yang di dalamnya Unit-unit Yang Ada Dan
Sentimen-sentimen Yang Di Alami "Hidup" berdampingan tanpa tekanan".

Tujuan teori keseimbangan sendiri adalah untuk melihat kelompok yang


mempunyai hubungan dengan keadaan antarpribadi yang berkaitan dengan dimensi
struktural dari perasaan suka. Teori ini juga bermanfaat agar terjalin komunikasi yang
terbuka di dalam kelompok. Contoh kasus, sekelmpok siswa yang sedang membuat
tugas kelompok mereka, terdiri dari 4 orang/kelompok. Masing-masing memiliki sifat
yang berbeda dan ada keadaan individu yg kurang disukai oleh individu lainnya, namun
untuk menghasilkan tugas yang baik maka mereka harus bekerja sama satu sama lain.
Sehingga timbul situasi yang seimbang diantara individu dengan saling bekerja sama.

2.9 Teori Pembentukan Beralasan

Teori ini dikembangkan oleh Dowin Cartwright dan Alvin Zander (dalam
Santoso 2010). Intinya adalah terdapat sejumlah alasan atau dasar mengapa suatu
kelompok bisa terbentuk. Alasan atau dasar tersebut adalah sebagai berikut:

A. Deliberate Formation

Kelompok dibentuk berdasarkan pertimbangan tertentu, seperti mendukung pencapaian


tujuan. Contohnya dibentuk kelompok tani yang bercirikan tolong menolong dan
gotong royong untuk meningkatkan kesejahteraan para petani di suatu desa.

11
B. Spontaneous Formation

Kelompok dibentuk secara Spontan tanpa adanya perencanaan terlebih dahulu.


Contohnya siswa siswi yang mengelompok secara suka rela untuk mengerjakan
penugasan dari guru.

C. External Designation

Pembentukan kelompok didasarkan atas hal hal tertentu yang dapat digunakan sebagai
patokan. Contohnya orang orang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia,
pekerjaan/jabatan, agama, pendidikan, minat dan sebagainya.

2.10 Teori Perkembangan Kelompok

Teori ini dikembangkan oleh W.. Bennis dan H. A. Sheppard (dalam Sarwono,
2009). Intinya adalah bahwa individu bergabung dengan suatu kelompok untuk
dipimpin atau mencari otoritas. Adapun tahap perkembangan kelompok dapat
dibedakan menjadi beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.

a. Tahap Otoritas

Tahap otoritas ini terdiri atas beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut.

1) Ketergantungan pada Otoritas

Tahap in merupakan tahap paling awal dari suatu kelompok yang sedang
terbentuk. Anggota kelompok mash mengharapkan dan membutuhkan adanya arahan
dari orang-orang tertentu yang dianggap sebagai otoritas untuk membantunya
menyesuaikan diri serta memulai partisipasi, misalnya pimpinan yang membantu
bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan dan anggota senior yang membantu
juniornya dalam jalannya suatu event atau acara.

12
2) Pemberontakan

Ketika orang yang dianggap sebagai otoritas dipandang tidak mampu atau tidak
sesuai dengan harapan anggota maka orang tersebut akan diabaikan atau bahkan
disingkirkan. Kemudian, akan dipilih otoritas baru atau kelompok dibiarkan informal
ulu untuk sementara waktu. Misalnya, seorang pemimpin di sebuah partai tidak
melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin maka ia diturunkan
jabatannya dan anggotanya memilih seorang pemimpin baru.

3) Pencairan

Pada tahap in ada dua kemungkinan. Pertama adalah terpilihnya otoritas baru,
sehingga kelompok akan terus berlanjut. Adapun kemungkinan yang kedua adalah tidak
terpilihnya otoritas baru, sehingga kelompok akan terpecah atau bubar. Misalnya,
karena seorang pemimpin lalai dalam melakukan tugasnya, maka ia diturunkan
jabatannya sehingga anggota memilih pemimpin baru atau membubarkan kelompok
sosial tersebut karena tidak adanya pemimpin baru.

b. Tahap Pribadi

Tahap in merupakan tahap pemantapan saling ketergantungan antar anggota kelompok.


Tahap ini terdiri atas beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.

1) Tahap Harmoni

Pada tahap ini semua pihak merasa puas, semua bahagia karena ada rasa saling percaya
dan mampu saling memenuhi harapan. Misalnya, saat terjadinya kesepakatan dalam
suatu keputusan yang bisa menguntungkan bagi kelompok sosial tersebut.

13
2) Tahap Identitas Pribadi

Pribadi-pribadi mulai merasa tertekan oleh kelompok. Masing-masing pribadi


menginginkan identitas pribadinya diberi peluang untuk berkembang. Kelompok
terbelah dua, antara yang ingin mempertahankan situasi sebagaimana adanya (status-
quo) dan yang berniat mencari aktivitas individual walau masih tetap dalam kelompok.
Sebagai contoh, seorang anggota OSIS tetap menjadi anggota kelompok OSIS tersebut,
namun tidak aktif mengikuti kegiatan-kegiatan OSIS.

3) Tahap Pencairan Masalah Pribadi

Setiap anggota kelompok telah mengetahui persis posisi masing-masing, sudah dapat
saling menerima dan berkomunikasi dengan baik. Setiap anggota diberi peran sesuai
dengan kemampuan serta sifatnya. Individu tidak kehilangan identitas diri dan
kebebasannya walau tetap terikat pada keanggotaan kelompok. Sebagai contoh,
anggota-anggota dalam sebuah organisasi dapat menjalankan tugas mereka sesuai
dengan porsinya masing-masing tanpa merasa iri dengan anggotanya yang lain.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setelah menyelesaikan penulisan tentang terbentuknya kelompok sosial, kita bisa


menyimpulan bahwa;

1. Kelompok sosial adalah kumpulan indvidu yang saling berhubungan dan saling
berinteraksi karena sebuah tujuan atau kepentingan yang sama
2. Kelompok sosial terbentuk karena adanya rasa saling ingin berinteraksi sehingga
mengakibatkan adanya rasa kebersamaan.
3. Terbentuknya sebuah kelompok sosial dapat terjadi karena adanya rasa
keinginan bagi satu individu dengan individu lain untuk berhubungan dan saling
bergantung
4. Sebuah kelompok sosial dapat terbentuk karena adanya keinginan untuk selalu
berhubungan dan di dasari oleh beberapa teori yang mendukung terbentuknya
kelompok sosial.

15
DAFTAR ISI

http://scholar.unand.ac.id/44310/2/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf
https://www.academia.edu/37729689/PROSES_TERBENTUKNYA_KELOMPOK_SO
SIAL
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214111410021.pdf

Anda mungkin juga menyukai