KELOMPOK SOSIAL
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “Makalah
Sosiologi” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari laporan ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
pelajaran Sosiologi.Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Kelompok sosial di kehidupan sehari-hari bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Terlebih dahulu, saya mengucapkan terima kasih kepada Bu Arasmatusy, S.Sos selaku
Guru mata pelajaran Sosiologi SMAN 5 Tambun Selatan yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni ini.
Kemudian, saya menyadari bahwa tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami butuhkan demi
kesempurnaan laporan ini.
i.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………… 1
ii.
BAB I
PENDAHULUAN
Kita mungkin tidak menyadari bahwa sejak lahir hingga sekarang kita senantiasa
menjadi bagian dari sebuah kelompok sosial. Namun beberapa dari kita bahkan belum
tahu apa itu kelompok sosial dan kenapa kelompok sosial itu bisa terbentuk. Jadi,
kelompok sosial merupakan suatu realitas sosial yang sangat penting dalam kehidupan
manusia karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Sejak
dilahrikan hingga sekarang, kita menjadi anggota dari bermacam-macam kelompok.
Mulai dari kelompok seperti keluarga, OSIS, Pramuka, partai politik, dan berbagai
macam kelompok sosial lainnya.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan diatas, dapat kita rumuskan beberapa
masalah yang ada, yaitu:
A. Apa itu sebuah kelompok sosial?
B. Bagaimana terbentuknya sebuah kelompok sosial?
C. Apa saja teori-teori terbentuknya sebuah kelompok sosial
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, kita bisa menyimpulkan beberapa tujuan dibuatnya
makalah ini, yaitu:
A. Untuk mengetahui apa itu sebuah kelompok sosial.
B. Untuk mengetahui bagaimana terbentuknya sebuah kelompok sosial.
C. Untuk mengetahui apa saja teori-teori terbentuknya sebuah kelompok sosial.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kelompok sosial terbentuk akibat adanya proses interaksi sosial. Apabila adanya suatu
kondisi semakin dekat jarak antara dua atau lebih orang, maka semakin mungkin
mereka untuk saling berinteraksi dan berkomunikasi satu saman lainnya. Mengutip
pendapat Vaughan dan Hogg (Sarwono 2012), terdapat sejumlah alasan mengapa
individu menjadi anggota suatu kelompok. Berikut alasan-alasan tersebut;
1. Proksimitas
2. Kesamaan
3
4. Dukungan timbal balik bersifat positif (mutual possitive support)
5. Dukungan emosional
6. Identitas sosial
4
2.2 Teori Aktivitas - Interaksi - Sentimen
5
2.4 Teori Hubungan Pribadi
A. Kebutuhan Inklusi
Inklusi adalah rasa ikut saling memiliki dalam hubungan antar individu.
kebutuhan yang mendasari adalah hubungan yang memuaskan dengan orang lain. Yang
termasuk dalam inklusi bermacam-macam, mulai dari interaksi yang intensif sampai
penarikan atau pengucilan diri sepenuhnya. Contohnya adalah hubungan orang tua
dengan anak bisa positif, dimana anak sering berhubungan dengan orang tua dan bisa
negatif, dimana anak jarang berhubungan dengan orang tua.
B. Kebutuhan Afeksi
6
C. Kebutuhan Kontrol
Kecemasan anak adalah bahwa anak tidak tahu apa yang diharapkan dari dalam
hirarki kekuasaan, bahwa ia adalah seseorang yang tidak mampu menangani persoalan -
persoalan dan bahwa ia adalah sesorang yang tidak bertanggung jawab. Hubungan
orang tua dengan anak yang ideal akan mengurangi kecemasan ini. kalau kecemasan
tersebut berlangsung terus, maka untuk mengurangi kecemasan tersebut orang yang
bersangkutan bisa mengikuti peraturan - peraturan dengan ketat atau ia mungkin
menarik diri, menolak untuk diatur dan mengatur.
Sejalan dengan itu, W.C. Schutz membagi anggota kelompok atas dua tipe, yaitu
sebagai berikut.
a. Tipe yang membutuhkan (wanted), yaitu membutuhkan inklusi (ingin diajak dan
ingin dilibatkan), membutuhkan kontrol (ingin mendapat arahan dan ingin dibimbing),
serta membutuhkan afeksi (ingin diperhatikan, dan ingin disayangi).
7
2.5 Teori Identitas Sosial
Teori yang dikemukakan oleh M. Billig (dalam Sarwono, 2009) ini menegaskan
bahwa kelompok terbentuk arena adanya sekumpulan orang-orang yang menyadari atau
mengetahui adanya satu identitas sosial bersama. Adapun identitas sosial dapat
dimaknai sebagai proses yang mengikatkan individu pada kelompoknya dan
menyebabkan individu menyadari diri sosial (social self) atau status yang melekat
padanya. Kesamaan identitas lantas menjadi faktor pemersatu individu hingga
membentuk suatu kelompok sosial. Sebagai contoh, Sastra menyadari identitasnya
sebagai pelajar SMA Harapan Ilmu, sehingga memutuskan bergabung dalam OSIS
SMA Harapan Ilmu.
Teori identitas kelompok dikemukakan oleh Horowitz (1985). Dalam teori ini,
Horowitz menggunakan ciri-ciri etnik untuk menentukan identitas berbagai kelompok.
Indikator pertama dari identitas etnik adalah warna kulit. Namun, warna kulit tidak
selalu menjadi indikator utama. Selain itu, Horowitz lebih menekankan kepada 3
indikator yang mempengaruhi identitas kelompok, dalam Sarwono, 2005: 25-30), yaitu:
8
A. Bahasa
B. Budaya
Menurut E.B. Tylor dalam bukunya yang berjudul “Primitive Culture”, budaya
adalah keseluruhan kompleks yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain serta
kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Selain itu,
Koentjaningrat mendefinisikan budaya sebagai keseluruhan manusia dari kelakuan dan
hasil kelakukan yang teratur oleh tata kelakukan yang harus didapatkan dengan belajar
dan yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari penjelasan diatas dapat
disimpulkan bahwa budaya adalah keseluruhan sistem, gagasan, tindakan, dan hasil
karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar yang semuanya
tersusun dalam kehidupan masyarakat. Hampir semua tindakan atau perilaku manusia
adalah sebuah kebudayaan atau budaya. (Sukidin, 2003).
C. Kebiasaan
9
2.7 Teori Kedekatan (Propinquity)
Teori ini dirumuskan oleh Fritz Heider (1946) dalam bukunya “the psychology
of interpersonal relations”.Teori keseimbangan (balance theory) dari Heider membahas
mengenai hubungan-hubungan antarpribadi (interpersonal) antara individu-individu
sebagai bagian dari struktur sosial dengan memusatkan perhatiannya pada "daya tarik"
seseorang, yaitu semua keadaan kognitif yang berhubungan dengan perasaan suka dan
tidak suka terhadap individu-individu dan objek-objek lain.Keadaan-keadaan
antarpribadi tertentu akan mempengaruhi pola-pola hubungan dalm suatu kelompok.
Tiga simbol yang sangat penting dam sistem Heider, yaitu symbol “p” yang
menunjukan orang (persons), "O" yang berarti orang lain atau kelompok lain dan ‘x’
yang berarti objek fisk (benda), gagasan, atau peristiva.
10
Fokus Heider ialah bagaimana hubungan diantara ketiga Entias ini di
organisasikan dalam benak seseorang (P). Heider memebedakan dua jenis hubungan di
antara Ketiga Entitas ini, hubungan kesukaan (L) dan hubungan Unit (U). Dalam
paradigma Heider, "Keadaan Seimbang Hadir Apabik Hubungan Ketiganya Positif
Dalm Segal Hal tau Apabila dua Negatif dan satu Positif". Semua Kombinasi lain
adalah tidak seimbang. Heider (1958) Dia mengatakan bahwa "Konsep Keadaan
Seimbang Menunjukan Sebuah Situasi Yang di dalamnya Unit-unit Yang Ada Dan
Sentimen-sentimen Yang Di Alami "Hidup" berdampingan tanpa tekanan".
Teori ini dikembangkan oleh Dowin Cartwright dan Alvin Zander (dalam
Santoso 2010). Intinya adalah terdapat sejumlah alasan atau dasar mengapa suatu
kelompok bisa terbentuk. Alasan atau dasar tersebut adalah sebagai berikut:
A. Deliberate Formation
11
B. Spontaneous Formation
C. External Designation
Pembentukan kelompok didasarkan atas hal hal tertentu yang dapat digunakan sebagai
patokan. Contohnya orang orang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia,
pekerjaan/jabatan, agama, pendidikan, minat dan sebagainya.
Teori ini dikembangkan oleh W.. Bennis dan H. A. Sheppard (dalam Sarwono,
2009). Intinya adalah bahwa individu bergabung dengan suatu kelompok untuk
dipimpin atau mencari otoritas. Adapun tahap perkembangan kelompok dapat
dibedakan menjadi beberapa tahap, yaitu sebagai berikut.
a. Tahap Otoritas
Tahap otoritas ini terdiri atas beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut.
Tahap in merupakan tahap paling awal dari suatu kelompok yang sedang
terbentuk. Anggota kelompok mash mengharapkan dan membutuhkan adanya arahan
dari orang-orang tertentu yang dianggap sebagai otoritas untuk membantunya
menyesuaikan diri serta memulai partisipasi, misalnya pimpinan yang membantu
bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan dan anggota senior yang membantu
juniornya dalam jalannya suatu event atau acara.
12
2) Pemberontakan
Ketika orang yang dianggap sebagai otoritas dipandang tidak mampu atau tidak
sesuai dengan harapan anggota maka orang tersebut akan diabaikan atau bahkan
disingkirkan. Kemudian, akan dipilih otoritas baru atau kelompok dibiarkan informal
ulu untuk sementara waktu. Misalnya, seorang pemimpin di sebuah partai tidak
melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin maka ia diturunkan
jabatannya dan anggotanya memilih seorang pemimpin baru.
3) Pencairan
Pada tahap in ada dua kemungkinan. Pertama adalah terpilihnya otoritas baru,
sehingga kelompok akan terus berlanjut. Adapun kemungkinan yang kedua adalah tidak
terpilihnya otoritas baru, sehingga kelompok akan terpecah atau bubar. Misalnya,
karena seorang pemimpin lalai dalam melakukan tugasnya, maka ia diturunkan
jabatannya sehingga anggota memilih pemimpin baru atau membubarkan kelompok
sosial tersebut karena tidak adanya pemimpin baru.
b. Tahap Pribadi
1) Tahap Harmoni
Pada tahap ini semua pihak merasa puas, semua bahagia karena ada rasa saling percaya
dan mampu saling memenuhi harapan. Misalnya, saat terjadinya kesepakatan dalam
suatu keputusan yang bisa menguntungkan bagi kelompok sosial tersebut.
13
2) Tahap Identitas Pribadi
Setiap anggota kelompok telah mengetahui persis posisi masing-masing, sudah dapat
saling menerima dan berkomunikasi dengan baik. Setiap anggota diberi peran sesuai
dengan kemampuan serta sifatnya. Individu tidak kehilangan identitas diri dan
kebebasannya walau tetap terikat pada keanggotaan kelompok. Sebagai contoh,
anggota-anggota dalam sebuah organisasi dapat menjalankan tugas mereka sesuai
dengan porsinya masing-masing tanpa merasa iri dengan anggotanya yang lain.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kelompok sosial adalah kumpulan indvidu yang saling berhubungan dan saling
berinteraksi karena sebuah tujuan atau kepentingan yang sama
2. Kelompok sosial terbentuk karena adanya rasa saling ingin berinteraksi sehingga
mengakibatkan adanya rasa kebersamaan.
3. Terbentuknya sebuah kelompok sosial dapat terjadi karena adanya rasa
keinginan bagi satu individu dengan individu lain untuk berhubungan dan saling
bergantung
4. Sebuah kelompok sosial dapat terbentuk karena adanya keinginan untuk selalu
berhubungan dan di dasari oleh beberapa teori yang mendukung terbentuknya
kelompok sosial.
15
DAFTAR ISI
http://scholar.unand.ac.id/44310/2/BAB%20I%20Pendahuluan.pdf
https://www.academia.edu/37729689/PROSES_TERBENTUKNYA_KELOMPOK_SO
SIAL
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/BAB214111410021.pdf