Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH BULLYING TERHADAP KESEHATAN MENTAL REMAJA

Makalah yang Disusun untuk Melengkapi


Tugas Mata Kuliah
PSIKOLOGI KESEHATAN VII/2020

Oleh :

Kelompok 8

Emilianus Biffel (175050006)

Esti Praptami A S (175050035)

Dosen Pengampu :
Dr.dr.Yongky,SPKJ,MM.,M.Kes
Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Respati Indonesia
Jakarta

i
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan
Karunia-Nya kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Bullying
Terhadap Kesehatan Mental Remaja” ini dengan tepat waktu.

Makalah tentang “Pengaruh Bullying Terhadap Kesehatan Mental Remaja” ini


disusun dengan tujuan untuk melengkapi nilai dalam mata kuliah Psikologi Kesehatan. Dan
diharapkan melalui makalah ini, kami selaku penulis dapat lebih memahami tentang
Dinamika Kelompok dengan baik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam proses penyusunan makalah ini, khususnya kepada dosen Dinamika Kelompok, Ibu
Mardiani, Dra, MM yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan kami dalam
penyusunan makalah ini.

Semoga penyusunan makalah ini dapat memberikan inspirasi bagi penulis yang ada di
luar sana dan manfaat bagi pembaca.

Jakarta, 05 November 2020

Kelompok VIII

ii
DAFTAR ISI

Hal

COVER i

PRAKATA ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Definisi Strategi Belajar dalam Kelompok dan Pembelajaran 3

2.1.1 Belajar Kelompok 3

2.1.2 Metode Belajar Kelompok 3

2.1.3 Pelaksanaan Belajar Kelompok dalam Kelas 5

2.1.4 Cara Belajar Kelompok 5

2.2.5 Keuntungan dan Kelemahan Teknik Belajar Kelompok 6

2.2 Nilai Kelompok 7

2.2.1 Kelompok Sosial 7

2.2.2 Ciri-ciri Kelompok Sosial 8

2.2.3 Proses Pembentukan Kelompok Sosial 8

2.2.4 Faktor Terbentuknya Kelompok Sosial 9

2.2.5 Klasifikasi Kelompok Sosial 10

BAB III PENUTUP 13

3.1 Simpulan 13

iii
3.2 Saran 13

DAFTAR PUSTAKA 14

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu bentuk perilaku negatif yang terjadi dikalangan remaja adalah
bullying, kasus bullying terus meningkat pada masa remaja. Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) mengatakan bahwa di Indonesia kasus bullying menduduki
peringkat teratas pengaduan masyarakat selama 3 (tiga) tahun terakhir, dimana
terdapat 369 pengaduan kasus bullying dari tahun 2011-2014.
Konsep bullying pertama kali diperkenalkan oleh Olweus pada tahun 1973,
yang diartikan sebagai suatu bentuk dari perilaku agresif yang dilakukan secara
sengaja untuk menjahati atau membuat individu merasa kesusahan, terjadi berulang
kali dari waktu ke waktu dan berlangsung dalam suatu hubungan yang tidak
terdapat keseimbangan kekuasaan maupun kekuatan. Meningkatnya kasus bullying
tidak terlepas dari pihak-pihak yang terlibat dalam tindak bullying, seperti pelaku,
korban, pelaku-korban, dan pengamat atau yang dikenal dengan sebutan
bystanders. Upaya mencegah dan mengatasi bullying perlu dilakukan tindakan
intervensi pada pihak pelaku terlebih dahulu, hal ini dikarenakan pelaku bullying
cenderung melibatkan lebih dari satu orang untuk melakukan tindakan bullying,
sehingga membuat kasus bullying terus meningkat karena semakin banyaknya
individu yang menjadi pelaku. Bullying perlu mendapatkan perhatian khusus dari
semua kalangan masyarakat, hal ini dikarenakan sebagian besar tindakan bullying
terjadi di lingkungan sekolah dapat berdampak pada kesehatan mental siswa di
sekolah. Kesehatan mental merupakan suatu kondisi individu yang tidak hanya
dilihat berdasarkan ada tidaknya simptom-simptom tekanan psikologis yang
muncul tetapi juga berkaitan dengan adanya karakteristik kesejahteraan psikologis
yang berpengaruh dalam hidupnya seperti perasaan gembira, tertarik, dan dapat
menikmati hidup yang dijalaninya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan bullying?
2. Bagaimana?

1
3. Apa yang dimaksud kelompok sosial?
4. Bagaimana ciri-ciri, proses, faktor dan klasifikasi kelompok sosial?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian strategi belajar dalam kelompok dan pembelajaran
2. Mengetahui metode pelaksanaan, cara serta keuntungan dan kelemahan
belajar dalam kelompok
3. Mengetahui pengertian kelompok sosial
4. Mengetahui ciri-ciri, proses, faktor dan klasifikasi kelompok sosial

BAB II

PEMBAHASAN

2
2.1 Definisi Strategi Belajar dalam Kelompok dan Pembelajaran
2.1.1 Belajar Kelompok
Menurut Robert L. Cilstrap dan William R mortin belajar kelompok
adalah kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang
diorganisir untuk kepentingan belajar. Keberhasilan kerja kelompok ini
menuntut kegiatan yang kooperatif dari beberapa individu tersebut.
Belajar kelompok dilaksanakan dalam suatu proses kelompok. Para
anggota kelompok saling berhubungan dan berpartisipasi, memberikan
sumbangan untuk mencapai tujuan bersama.
Proses kelompok memiliki karakteristik atau segi-segi relasi, interaksi,
partisipasi, kontribusi, afeksi dan dinamika tiap individu berhubungan satu
sama lain, setiap individu memberikan sumbangan pikiran, tiap individu saling
mempengaruhi , tiap individu ikut aktif, tiap individu mendapat pembagian
tugas , tiap individu mengembangkan sifat-sifat sosial-moral.
Suatu kelompok yang efektif memiliki unsur-unsur sebagai berikut :
1. Adanya kebutuhan bermacam-macam para anggotanya yang
dinyatakan dalam bentuk permasalahan.
2. Para anggota mempunyai masalah yang dipahami mereka.
3. Masalah-masalah itu di ajukan dalam bentuk sejumlah pertanyaan
tentang nilai yang mengakibatkan timbulnya berbagai jawaban yang
berbeda-beda.
4. Kelompok memiliki tujuan tertentuyang sekaligus menjadi tujuan
anggota.
5. Tiap individu bertanggung jawab memberikan sumbangan tertentu
untuk mencapai tujuan kelompok.
6. Ada proses pertukaran pendapat dan pengalaman dalam kelompok
2.1.2 Metode Belajar Kelompok
Metode belajar kelompok atau belajar dalam situasi kelompok
mengandung pengertian bahwa siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu
kesatuan (kelompok) tersendiri ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil
(sub-kelompok).
1. Dasar Pengelompokan
Kelompok bisa dibuat berdasarkan :

3
a. Perbedaan individual dalam kemampuan belajar, terutama bila kelas
itu sifatnya heterogin dalam belajar.
b. Perbedaan minat belajar, dibuat kelompok yang terdiri atas siswa yang
punya minat yang sama.
c. Pengelompokan berdasarkan jenis pekerjaan yang akan kita berikan.
d. Pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal siswa, yang tinggal
alam satu wilayah dikelompokan dalam satu kelompok sehingga
memudahkan koordinasi kerja.
e. Pengelompokan secara random atau dilotre, tidak melihat faktor –
faktor lain.
f. Pengelompokan atas dasar jenis kelamin, ada kelompok pria dan ada
kelompok wanita.
Namun demikian, sebaiknya kelompok menggambarkan yang heterogin,
baik dari segi kemampuan belajar maupun jenis kelamin. Hal ini dimaksudkan
agar kelompok – kelompok tersebut tidak berat sebelah ( ada kelompok yang
baik dan ada kelompok yang kurang baik ).
2. Jenis Kelompok
Kalau dilihat dari segi proses belajarnya maka belajar kelompok ada dua
macam, yaitu kelompok :
a. Jangka pendek, artinya jangka waktu untuk belajar dalam kelompok
tersebut hanya pada saat itu saja, jadi sifatnya insidental.
b. Jangka panjang, artinya proses belajar dalam kelompok itu bukan
hanya pada saat itu saja, mungkin berlaku untuk satu periode tertentu
sesuai dengan tugas atau masalah yang akan dipecahkan.
3. Petunjuk pelaksanaan belajar kelompok
Untuk mencapai hasil yang baik, maka faktor yang harus diperhatikan
ialah :
a. Perlu adanya motif ( dorongan ) yang kuat untuk belajar pada
setiap anggota.
b. Pemecahan masalah dapat dipandang, sebagai satu unit dipecahkan
bersama, atau masalah dibagi – bagi untuk dikerjakan masing –
masing individual, hal ini bergantung kepada kompleks tidaknya
masalah yang akan dipecahkan.

4
c. Persaingan yang sehat antar kelompok biasanya mendorong anak
untuk belajar.
d. Situasi yang menyenangkan antar anggota banyak menentukan
berhasil tidaknya belajar kelompok.
2.1.3 Pelaksanaan Belajar Kelompok dalam Kelas
Dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip:
1. Pelaksanaan belajar kelompok berangkat dari tujuan , rencana dan
masalah tertentu
2. Belajar kelompok dimulai dengan menghimpun sumbang saran semua
anggota kelompok
3. Belajar kelompok dilakukan berdasarkan pembagian tanggung jawab
antara panitia dan para anggota
4. Belajar kelompok menyediakan kesempatan kepada anggota untuk
mempelajaari cara berpartisipasi secara efektif
5. Belajar kelompok dilakukan berdasarkan cara kerja demokratis dalam
rangka penyaluran pendapat, penyelesaian konflik dan pembuatan
keputusan
6. Belajar kelompok hendaknya memberikan penghargaan kepada anggota
kelompok.
2.1.4 Cara Belajar Kelompok
Belajar kelompok pada dasarnya memecahkan persoalan secara bersama.
Artinya setiap orang turut memberikan sumbangan pikiran dalam
memecahkan persoalan tersebut sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Pikiran dari banyak orang biasanya lebih sempurna daripada satu orang.
Diskusi merupakan cara yang paling baik dalam belajar bersama. Beberapa
petunjuk untuk belajar bersama antara lain :
a. Pilih teman anda yang paling cocok untuk bergabung dalam satu
kelompok yang terdiri dari 3 – 5 orang. Anggota yang terlalu banyak
biasanya kurang efektif.
b. Tentukan dan sepakati bersama kapan, dimana dan apa yang akan
dibahas, serta apa yang perlu disiapkan untuk keperluan diskusi tersebut.
Lakukan secara rutin minimal satu kali dalam seminggu.
c. Setelah berkumpul secara bergilir tetapkan siapa pimpinan kelompok yang
akan mengatur diskusi dan siapa penulis yang mencatat hasil diskusi.

5
d. Rumuskan pertanyaan atau permasalahan yang akan dipecahkan bersama
dan batasi ruang lingkupnya agar pembahasan tidak menyimpang.
e. Bahas dan pecahakan setiap persoalan satu persatu sampai tuntas dengan
cara memberi kesempatan setiap anggota mengajukan pendapatnya. Dari
setiap pendapat yang muncul dikaji secara bersama manakah yang paling
tepat. Kesimpulan jawaban yang jelas disepakati bersama dicatat oleh
penulis.
f. Bila ada persoalan yang tidak dapat dipecahkan atau tidak ada
kesepakatan diantara para anggota, tanyakan saja untuk dimintakan
pendapatnya kepada guru atau dosen.Lanjutkan saja pada persoalan
berikutnya supaya tidak membuang waktu.
g. Kesimpulan hasil diskusi dicatat penulis, lalu dibagikan kepada anggota
kelompok untuk dipelajari lebih lanjut dirumah masing-masing.
2.1.5 Keuntungan dan Kelemahan Teknik Belajar Kelompok
1. Keuntungan penggunaan teknik belajar kelompok
a. Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk
menggunakan kertampilan bertanya dan membahas sesuatu.
b. Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk lebih intensif
mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.
c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan
ketrampilan diskusi.
d. Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka
lebih aktif berpartisipasi dalam berdiskusi.
e. Mengajarkan siswa untuk menghormati dan menghargai pendapat
orang lain
f. Berbagi informasi dan pengalaman suatu masalah.
g. Meningkatkan pemahaman terhadap masalah yang penting dalam
pembelajaran.
h. Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi.
i. Membina kerja sama yang sehat dalam kelompok.
2. Kelemahan teknik belajar kelompok
a. Belajar kelompok sering hanya melibatkan kepada siswa yang
mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka
yang kurang.

6
b. Strategi belajar kelompok kadang-kadang menuntut pengaturan
tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda
pula.
c. Keberhasilan belajar kelompok ini tergantung kepada kemampuan
siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.
d. Dalam pengembangan belajar kelompok memerlukan waktu yang
cukup panjang dan sangat tergantung dengan kemampuan siswa
tersebut.
e. Menggantungkan terhadap peer teaching yang efektif, agar apa yang
seharusnya dipelajari dan dipahami siswa dapat tercapai.
f. Penilaian dalam belajar kelompok diberikan terhadap hasil kerja
kelompok, jadi kemampuan masing-masing individu tidak dapat
terlihat.
g. Melalui belajar kelompok ada kesulitan untuk menggabungkan cara
belajar, bekerjasama siswa dengan membangun kepercayaan diri
siswa.

2.2 Nilai Kelompok


2.2.1 Kelompok Sosial
Kelompok sosial adalah sejumlah orang yang memiliki norma nilai,
harapan, dan keteraturan hidup. Untuk konteks ini, Koenblum pernah
mengatakan bahwa kelompok sosial adalah perilaku berulang- ulang yang
menciptakan hubungan antar individu dan antar kelompok dalam suatu
masyarakat. Seperti halnya kelas sosial, status, dan peran, kelompok sosial
juga menjadi satu hal yang berdampak pada perilaku kita.
Ketika kita berada dalam sebuah kelompok, mau tidak mau kita
mempunyai semacam kewajiban untuk mengikuti harapan dari anggota
kelompok yang lainnya. Meskipun ke ikutsertaan kita tidak selalu ada
pengaruhnya langsung pada perilaku kita. Misalnya saja apabila kita
tergabung dalam suatu kelompok pecinta buku.
2.2.2 Ciri-ciri Kelompok Sosial
Ciri-ciri umum kelompok sosial:

7
a. Merupakan satuan yang nyata dan dapat dibedakan dari kesatuan manusia
yang lain. Suatu kelompok manusia akan dapat dibedakan dengan
kelompok sosial yang lain, misalnya kelompok formal dan informal.
b. Memiliki struktur sosial, yang setiap anggotanya memiliki status dan
peran tertentu. Setiap anggota dalam kelompok sosial tentunya memiliki
peran masing-masing, baik itu secara tertulis atau secara tidak tertulis.
c. Memiliki norma-norma yang mengatur diantara hubungan para
anggotanya. Dalam hubungan antar anggota dalam suatu kelompok sosial
ada norma, hukum, paraturan, maupun kode etik sesuai dengan jenis
kelompok sosialnya.
d. Memiliki kepentingan bersama, kelompok sosial terbentuk pastinya ada
tujuan yang melatarbelakangi yang salah satunya adalah kesamaan
kepentingan, sehingga diharapkan dengan kepentingan yang sama tersebut
dapat diusahakan secara bersama-sama.
e. Adanya interaksi dan komunikasi diantara para anggotanya, kelompok
sosial dapat lahir, tumbuh, dan berkembang tidak terlepas dengan adanya
komunikasi sosial dan interaksi sosial. Dengan adanya interaksi dan
komunikasi sosial, masing-masing undividu dapat menyampaikan ide/
gagasannya demi mencapai tujuan bersama dalam kelompok sosial
tersebut. Maka kelompok sosial dapat dibedakan kedalam dua bentuk,
yaitu sosial kecil dan kelompok sosial besar.
2.2.3 Proses Pembentukan Kelompok Sosial
Untuk menjadi anggota dalam sebuah kelompok, tentu saja diawali
dengan niat yang murni yang muncul dari keinginan diri sendiri atau secara
kebetulan. Suatu pengelompokan manusia biasanya di latar belakangi oleh
faktor-faktor tertentu, diantaranya yaitu:
a. Keyakinan bersama akan perlunya diadakan pengelompokan
b. Harapan yang hayati oleh anggota- anggota kelompok
c. Ideologi- ideologi yang mengikat seluruh anggota kelompok
d. Setiap anggota kelompok sadar bahwa dia adalah bagian dari kelompok
tersebut
e. Adanya hubungan timbal balik antar anggota kelompok satu dengan
lainnya

8
f. Ada suatu faktor yang di miliki bersama sehingga hubungan antar
anggota bertambah erat
Pembentukan kelompok biasanya diawali dengan adanya kontak dan
komunikasi sosial yang selanjutnya menghasilkan proses sosial dalam suatu
interaksi sosial. Kontrak sosial merupakan suatu bentuk tindakan atau pun
usaha merupakan suatu reaksi pertama, namun belum tentu akan terbentuk
komunikasi yang berketerusan.
Komunikasi merupakan suatu proses interaksi yang menjadikan suatu
rangsangan yang di jawab oleh orang lain sebagai respon. Baik respon
secara lisan, tertulis, maupun secara sikap dan isyarat. Dari komunikasi
tersebut menghasilkan interaksi sosial dan proses sosial yang dapat
melahirkan suatu kelompok.
2.2.4 Faktor Terbentuknya Kelompok Sosial
Secara umum, ada beberapa dasar yang melandasi seseorang untuk
membentuk suatu kelompok sosial, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Faktor kepentingan yang sama (common interest)
Adanya kesamaan suatu kepentingan dapat mendorong sekelompok
orang untuk membentuk sebuah kelompok sosial. Searah dengan
perkembangan masyarakat modern, kelompok- kelompok sosial
berdasarkan kepentingan yang sama semakin berkembang, misalnya saja
kelompok arisan, kelompok seniman dan kelompok olahragawan.
b. Faktor keturunan dan darah yang sama (common ancestry)
Keturunan yang sama sejak zaman dahulu merupakan dasar persatuan
dan tali persaudaraan yang kuat bagi seluruh umat manusia.
Berdasarkan keturunan yang sama, individu- individu yang tinggal
dalam suatu masyarakat yang merasa memiliki latar belakang suku
bangsa atau nenek moyang yang sama kemudian membentuk sebuah
kelompok sosial, misalnya saja kelompok keturunan Arab atau
kelompok keturunan China.
c. Faktor geografis
Adanya jarak yang dekat dapat pula menjadikan individu- individu untuk
saling bertemu, melakukan kontak fisik, dan mengadakan interaksi sosial
sehingga tercipta sebuah kelompok sosial. Misalnya saja, individu-
individu yang hidup di sekitar daerah pantai, mereka akan bekerja sama

9
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga kelompok tercipta
sebuah kelompok nelayan.
Begitu pula dengan masyarakat yang hidup di pedesaan yang bermata
pencaharian sebagai petani, maka di mungkinkah untuk terbentuk
kelompok- kelompok tani.
2.2.5 Klasifikasi Kelompok Sosial
1. Klasifikasi Berdasarkan Cara Terbentuknya
A. Kelompok semu, yaitu: kelompok yang terbentuk secara spontan
 Tidak direncanakan
 Tidak teroganisir
 Tidak ada interaksi secara terus menerus
 Tidak ada kesadaran berkelompok
 Kehadirannya tidak konstan
Kelompok semu dibagi menjadi tiga yakni crowd(kerumunan), public dan
massa:
1. Crowd (kerumunan), dibagi menjadi:
a. Formal audiency/ pendengar formal: orang-orang yang
mendengarkan khotbah, orang-orang nonton dibioskop.
b. Inconvenient causal crowds adalah: kerumunan yang sifatnya terlalu
sementara tetapi ingin menggunakan fasilitas-fasilitas yang sama,
contoh: orang antri tiket kereta api.
c. Panic causal crowds adalah: kerumunan yang terjadi karena suasana
panik akan menyelamatkan diri dari bahaya.
d. Spectator causal crowds adalah kerumunan orang yang terbentuk
karena ingin menyaksikan peristiwa tertentu.
e. Lawless crowds adalah kerumunan yang tidak tunduk pada
pemerintah, atau aksi demo.
f. Immoral low less crowds adalah kerumunan orang-orang tak
bermoral
2. Massa
Massa merupakan kelompok semu yang memiliki ciri-ciri hampir
sama dengan kerumunan, tetapi kemungkinan terbentuknya disengaja
dan direncanakan. Contoh: Demo

10
3. Public
Public adalah sebagai kelompok semu mempunyai cirri-ciri hampir
sama dengan massa, perbedaannya public kemungkinan terbentuknya
tidak ada pada suatu tempat yang sama. Terbentuknya public karena
ada perhatian yang disatukan oleh alat-alat komunikasi, seperti: radio,
tv, surat kabar, jejaring sosial dan lain-lain.
B. Kelompok nyata, mempunyai beberapa cirri khusus sekalipun
mempunyai berbagai macam bentuk, kelompok nyata mempunyai 1 ciri
yang sama, yaitu kehadirannya selalu konstan.
1. Kelompok statistical group
Kelompok statistic, yaitu kelompok yang bukan organisasi, tidak
memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis diantaranya, contoh:
kelompok penduduk usia 10-15 tahun disebuah kecamatan.
2. Societal group/ kelompok kemasyarakatan
Kelompok societal memiliki kesadaran akan kesamaan jenis, seperti
jenis kelamin, warna kulit, kesatuan tempat tinggal, tetapi belum ada
kontak dan komunikasi diantara anggota dan tidak terlihat dalam
organisasi
3. Kelompok sosial/social groups

Para pengamat sosial sering menyamakan antara kelompok sosial


dengan masyarakat dalam arti khusus, kelompok sosial terbentuk
karena adanya unsure-unsur yang sama seperti tempat tinggal,
pekerjaan, kedudukan, atau kegemaran yang sama. Kelompok sosial
memiliki anggota-anggota yang beronteraksi dan berkomunikasi
secara terus menerus, contoh:ketetanggan, teman sepermainan,
teman seperjuangan, kenalan, dan sebagainya.

4. Kelompok asosiasi/associational group

Kelompok asosiasi adalah kelompok yang teroganisir dan memiliki


struktur formal (kepengurusan).

11
Ciri-ciri kelompok asosiasi:

1. Direncanakan

2. Terorganisir

3. Ada interaksi terus-menerus

4. Ada kesadarn kelompok

5. Kehadiranya konstan

BAB III

PENUTUP

12
3.1 SIMPULAN

Dari paparan di atas dapat kita ambil inti pokok pembahasan adalah:

Menurut Robert L. Cilstrap dan William R mortin belajar kelompok adalah


kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir
untuk kepentingan belajar. Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan
yang kooperatif dari beberapa individu tersebut.

Belajar kelompok dilaksanakan dalam suatu proses kelompok. Para anggota


kelompok saling berhubungan dan berpartisipasi, memberikan sumbangan untuk
mencapai tujuan bersama.

Proses kelompok memiliki karakteristik atau segi-segi relasi, interaksi,


partisipasi, kontribusi, afeksi dan dinamika tiap individu berhubungan satu sama
lain, setiap individu memberikan sumbangan pikiran, tiap individu saling
mempengaruhi , tiap individu ikut aktif, tiap individu mendapat pembagian
tugas , tiap individu mengembangkan sifat-sifat sosial-moral.

Kelompok sosial mengandung pengertian suatu kumpulan dari individu-individu


yang saling berinteraksi sehingga menumbuhkan perasaan bersama.

Secara teoritis manusia sama derajatnya, tetapi dalam kenyataan hidup di


masyarakat ada penghargaan yang berbeda terhadap sekelompok manusia
berdasarkan kelebihan yang dimiliki seperti: kekayaan, kekuasaan, pendidikan
dan keturunan. Adanya penilaian yang berbeda ini menimbulkan terjadinya
pengelompokan masyarakat yang selanjutnya dikenal dengan nama golongan
sosial (istilah sosiologinya: stratifikasi sosial/ pelapisan sosial).

3.2 SARAN
Menurut kelompok kami sebagai makhluk sosial memang sebaiknya kita
saling menghargai satu sama lain agar terciptanya keadaan yang harmonis dan
seimbang. Karena kita sebagai makhluk sosial saling membutuhkan satu sama lain,
maka kerjasama dalam kelompok harus ditanamkan didalam diri setiap individu.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/equality/article/download/1950/1454

13
2. http://etheses.iainponorogo.ac.id/8256/1/BAB%20I-BAB%20VI.pdf
3.

14

Anda mungkin juga menyukai