11.1 TINJAUAN
Earnings Management adalah pilihan bagi manajer akan kebijakan akuntansi untuk
mencapai suatu tujuan yang spesifik. Ada dua cara berpikir pelengkap tentang manajemen
pendapatan. Pertama, kita dapat memikirkannya sebagai perilaku oportunistik oleh manajer
untuk memaksimalkan utilitas mereka dalam menghadapi kompensasi dan kontrak hutang
serta biaya politik. Kedua, kita juga dapat berpikir tentang manajemen pendapatan dari
perspektif pengadaan kontrak yang efisien. Manajemen pendapatan juga memberikan pada
manajer sejumlah fleksibilitas untuk melindungi diri mereka sendiri dan perusahaan dalam
menghadapi realisasi keadaan yang tidak dapat diantisipasi, untuk menguntungkan semua
pihak yang mengadakan kontrak.
1
teknik yang telah disebutkan, dengan perkecualian pemegangan buku yang terbuka di akhir
tahun lalu, berada dalam GAAP. Dalam hal ini juga jelas bahwa ada sekumpulan akrual
diskresioner yang serupa untuk menurunkan laba bersih yang dilaporkan yang tersedia untuk
manajer hanya dengan mengubah atau membalikkan hal yang digambarkan diatas.
Studi manajemen pendapatan menghadapi beberapa masalah metodologis yang parah.
Kesulitan utamanya adalah bahwa akrual diskresioner tidak dapat diamati. Konsekuensinya,
sejumlah proxy harus digunakan. Penggunaan akrual total, seperti yang dilakukan oleh Healy,
menimbulkan kesalahan pengukuran kedalam variabel akrual diskresioner, yang membuat
lebih sulit untuk mendeteksi manajemen earning jika hal itu ada. Masalah lain timbul jika
jumlah akrual non diskresioner berkorelasi dengan laba bersih.
2
11.3.3 Motivasi Perpajakan
Pengenaan pajak pada penghasilan/income mungkin merupakan motivasi yang paling
jelas untuk manajemen earning. Tetapi, otoritas pajak cenderung memberlakukan aturan
akuntansinya sendiri untuk menghitung income yang dapat dikenai pajak, sehingga
mengurangi ruang perusahaan untuk melakukan manuver. Konsekuensinya, perpajakan
memainkan peranan yang utama dalam keputusan manajemen earning secara umum.
Dari perspektif pasar modal yang efisien, kami menduga bahwa penghematan kas
akan mendominasi pengaruh income bersih yang dilaporkan lebih rendah dibawah LIFO.
Maka, kami menduga adanya pengaruh yang menguntungkan dari harga saham perusahaan
terhadap pergeseran dari FIFO ke LIFO ketika harga meningkat. Sunder (1973) adalah yang
pertama kali mendokumentasikan pengaruh ini. Tetapi, penelitian selanjutnya, contohnya
Abdel-Khalik dan McKeown (1978) menyatakan bahwa pasar dapat bereaksi secara negatif.
Isu ini masih belum dapat diselesaikan.
11.3.4 Perubahan CEO
Berbagai macam motivasi manajemen ada disekitar waktu perubahan CEO.
Contohnya, hipotesis rencana bonus memprediksikan bahwa CEO yang mendekati pensiun
kemungkinan besar akan terlibat dalam strategi maksimisasi income, untuk meningkatkan
bonus mereka. Serupa dengan hal itu CEO dari perusahaan yang berkinerja buruk akan
berusaha memaksimalkan incomenya untuk mencegah atau menunda dia dipecat.
Alternatifnya, konsisten dengan temuan De Angelo et al (1994) seperti yang didiskusikan
diatas, CEO tersebut akan berusaha untuk meningkatkan probabilitas earning yang positif di
masa depan. Motivasi ini juga diterapkan pada CEO baru, khususnya jika penangguhan yang
besar dapat disalahkan pada CEO sebelumnya. Motivasi ini dipelajari oleh Murphy dan
Zimmerman (1993) (MZ). Mereka meneliti perilaku dari empat variabel diskresioner (dimana
variabel dengan manajemen earning yang potensial, yaitu penelitian dan pengembangan
(R&D), periklanan, pengeluaran modal dan akrual. Studi mereka menyangkut sampel besar
perubahan CEO dalam perusahaan Amerika selama periode 1971 sampai 1989.
Studi seperti MZ juga menghadapi masalah kesulitan metodologi. Contoh, ada
kemungkinan perubahan CEO dipengaruhi oleh kinerja operasi perusahaan. Tetapi kinerja
operasi juga akan mempengaruhi besarnya variabel diskresioner. Jadi piutang akan lebih
rendah jika penjualan turun, dan perusahaan yang mengalami tekanan keuangan tidak akan
mempunyai kas untuk mempertahankan pengeluaran R&D, periklanan dan pengeluaran
modal. Jika akrual yang lebih rendah, pengeluaran yang lebih rendah atas ketiga variabel
diskresioner diamati, apakah hal itu berhubungan dengan manajemen earning atau dengan
3
kinerja manajemen yang buruk? Masalah lainnya adalah bahwa sulit untuk mengatakan,
dalam masa transisi, apakah manajemen earning yang muncul itu berkaitan dengan CEO baru
atau CEO lama.
11.3.5 Penawaran Publik Perdana atau Initial Public Offering (IPO)
Berdasarkan definisinya, perusahaan yang melakukan IPO masih belum mempunyai
harga pasar. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana menilai saham dari
perusahaan ini. Oleh karena itu, informasi akuntansi keuangan yang dimasukkan kedalam
prospektus menjadi sumber informasi yang berguna. Contoh, Hughes (1986) menunjukkan
secara analitis bahwa informasi seperti income bersih dapat menjadi hal yang berguna untuk
membantu memberikan tanda tentang nilai perusahaan pada investor, dan Clarkson, Dontoh,
Richardson dan Sefcik (1992) menemukan temuan empirik bahwa pasar memberikan respon
secara positif kepada peramalan earning sebagai sinyal nilai perusahaan. Hal ini
menimbulkan kemungkinan bahwa manajer dari perusahaan yang go publik mengelola
earning yang dilaporkan dalam prospektusnya dengan harapan untuk menerima harga yang
lebih tinggi untuk saham mereka.
11.3.6 Mengkomunikasikan Informasi Kepada Investor
Penggunaan manajemen earning untuk mengkomunikasikan informasi pada investor
mungkin akan dipertanyakan dalam pandangan teori pasar efisien. Investor akan memeriksa
pilihan kebijakan akuntansi perusahaan ketika mengevaluasi dan membandingkan kinerja
earning. Bagaimanapun juga ingat kembali bahwa kita telah mendefinisikan efisiensi pasar
relatif terhadap informasi yang tersedia secara umum. Jika manajemen earning dapat
mengungkapkan informasi dalam, maka hal itu dapat memperbaiki informasi pelaporan
keuangan. Untuk mencapai hal itu investor rasional biasanya tertarik dengan kinerja
perusahaan dimasa mendatang, dan menggunakan earning yang dilaporkan saa tini untuk
merevisi probabilitas mereka tentang bagaimana seharusnya kinerja di masa mendatang.
4
dimasa mendatang. Healy juga menyebutkan bahwa manajer yang income bersihnya
dibawah bogey dari rencana bonus, maka mereka akan melakukan take a bath atau
pencucian, untuk alasan yang serupa - hal ini akan memperkuat probabilitas bonus di
masa mendatang. Sebagai akibatnya, pencatatan penangguhan yang besar akan
menempatkan earning mendatang “dalam bank”.
2. Minimalisasi Income. Hal ini serupa dengan taking a bath/pencucian, tetapi kurang
ekstrim. Pola ini mungkin dipilih oleh perusahaan yang secara politis terlihat selama
periode profitabilitas yang tinggi. Kebijakan yang menyatakan minimalisasi income
mencakup penangguhan aset modal dan aset tidak berwujud secara cepat,
membebankan pengeluaran periklanan dan pengeluaran R&D, akuntansi usaha yang
sukses untuk biaya eksplorasi minyak dan gas, dan seterusnya.
3. Maksimisasi income. Seperti yang kita lihat dalam studi Healy, manajer mungkin
terlibat dalam pola maksimisasi income bersih yang dilaporkan untuk tujuan bonus,
menyediakan hal ini tidak berarti menempatkan mereka diatas cap. Perusahaan yang
mendekati pelanggaran perjanjian hutang juga dapat memaksimalkan income.
4. Smoothing/Pemulusan Income. Hal ini mungkin merupakan pola manajemen
earning yang paling menarik. Kami melihat dari Healy bahwa manajer mempunyai
insentif untuk memuluskan income sehingga mereka paling tidak tetap berada
diantara bogey dan cap.
11.5 APAKAH MANAJEMEN EARNING “BAIK” ATAU “BURUK”?
Salah satu alasannya yang ditunjukkan oleh Schipper (1989) adalah bahwa sangat
mahal bagi pihak lain untuk mencari tahu informasi dari dalam yang berasal dari manajer.
Contoh, jumlah akrual diskresioner akan sangat sulit ditemukan bahkan oleh dewan
komisaris. Teknik manajemen earning lain yang jauh lebih nampak seperti perubahan
kebijakan akuntansi, keuntungan dan kerugian modal dan cadangan untuk restrukturisasi sulit
untuk diinterpretasi oleh pihak luar.
Jones (1991) juga berpendapat bahwa konsumen individual juga merasa tidak penting
untuk mendapat informasi tentang aplikasi untuk perlindungan tarif dihadapan ITC, karena
dampak terhadap mereka berupa peningkatan harga yang mengikuti aplikasi yang sukses
cukup kecil. Bahkan ketika ITC tidak perduli untuk menginvestigasi manajemen earning jka
mereka tidak mendapat keluhan dari pelanggan.
Alasan lain untuk tetap adanya manajemen earning adalah bahwa ada sisi “baik” dari
manajemen earning. Kita dapat mempertimbangkan pro dan kontra dari manajemen earning
baik dari perspektif pengadaan kontrak maupun dari perspektif pelaporan keuangan. Dari
5
perspektif pengadaan kontrak pertanyaan apakah manajemen earning baik atau tidak
berhubungan dengan pengadaan kontrak yang efisien versus bentuk oportunistik dari teori
akuntansi positif. Dibawah pengadaan kontrak yang efisien, perlu untuk memberikan suatu
kemampuan untuk mengelola earning dalam rangka menghadapi kontrak yang tidak lengkap
dan kaku. Jadi kita harus berhati-hati untuk tidak menginterpretasi temuan atas manajemen
earning untuk alasan bonus, perjanjian hutang dan alasan politik sebagai hal yang jelek.
Interpretasi itu akan menjadi valid hanya jika manajer pergi terlalu jauh dan berperilaku
oportunistik sehubungan dengan kontrak yang ada. Jadi, kita menduga bahwa ada suatu
manajemen earning yang tetap ada untuk alasan pengadaan kontrak yang efisien.