PENDAHULUAN
1
2
pendapatan boleh diakui meskipun belum benar benar terealisasi namun harus
memenuhi kriteria pengakuan yang berlaku. Tidak terpenuhinya kriteria yang
berlaku pada pendapatan akan membuat pendapatan tersebut tidak bisa diakui
(Risdiyani & Kusmuriyanto, 2015).
Kurangnya pemahaman mengenai pentingnya penerapan prudence akuntansi
menimbulkan berbagai fenomena kecurangan dalam pelaporan keuangan.
Fenomena kecurangan dalam pelaporan keuangan pernah menimpa PT Tiga Pilar
Sejahtera Food Tbk yang terungkap di tahun 2019 berupa praktik pembesaran
dana sebesar Rp 4 triliun pada laporan keuangan tahun 2017. Manipulasi
pendapatan senilai Rp 662 miliar dan penggelembungan lain senilai Rp 329 miliar
juga ditemukan di akun EBITDA (earning before income tax, depreciation, and
amortization) pada sektor makanan perusahaan tersebut. Di mata kreditur dan
debitur, angka laba yang terlihat besar memang akan membuat perusahaan tampak
lebih berkompeten dalam memenuhi kewajibannya, namun kecurangan akibat
kurangnya penerapan prinsip prudence berupa overstate laba justru akan lebih
merugikan perusahaan.
Kecenderungan manajemen untuk melaporkan laba yang dibesar besarkan
merupakan dampak dari asimetri informasi dimana pihak manajerial memiliki
lebih banyak informasi tentang keadaan di lapangan dibandingkan prinsipal.
Penerapan prudence diperlukan untuk meminimalisir dampak dari tidak
meratanya persebaran informasi (Tuffour & Oppong, 1997). Pengakuan
pendapatan dan beban-beban secara konservatif akan menghasilkan angka yang
wajar dalam pelaporan serta informasi yang disajikan menjadi lebih berkualitas.
Penerapan prinsip prudence juga akan meningkatkan reliabilitas laporan keuangan
dalam pembuatan keputusan oleh pemegang saham.
Penerapan konsep prudence tidak lepas dari teori agensi, teori tersebut
dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976), menjelaskan tentang relasi antara
prinsipal (shareholder) dan agen (manajer). Prinsipal mendelegasikan otoritasnya
pada agen dalam mengelolah asset perusahaan dan pembuatan keputusan, namun
manajer memiliki tujuan, serta kepentingan yang berbeda dengan pemegang
saham akan menimbulkan konflik kepentingan. Agen sebagai pemangku
3
1. Akademis
Dari pengujian ini luaran yang diperoleh dapat digunakan sebagai rujukan
maupun pustaka acuan kaji untuk penelitian berikutnya berkaitan dengan
faktor yang mempengaruhi prudence akuntansi.
2. Praktis
Bagi perusahaan, dari penelitian ini luaran yang diperoleh dapat
dipergunakan menjadi evaluasi diterapkannya prinsip prudence untuk
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan secara konservatif.
BAB 1. PENDAHULUAN
Bagian penelitian ini terdiri dari pemaparan masalah yang melatar belakangi
penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian serta manfaat penelitian.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Bagian tinjauan pustaka terdiri dari teoritis yang mendasari penelitian,
ringkasan penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini, hipotesis
penelitian, serta model dari hipotesis penelitian yang digunakan.
BAB 3. METODE PENELITIAN
Bagian metode penelitian menjelaskan tentang desain dari penelitian,
pengukuran variabel, sumber data yang digunakan, populasi dan sampel
penelitian berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan bagaimana metode
pengumpulan data yang diterapkan.
BAB 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini dipaparkan pembahasan yang berkaitan dengan pokok
bahasan skripsi ini, dengan menggunakan kajian-kajian terdahulu, jurnal
ilmiah, dan pustaka pendukung lainnya sebagai acuan dalam penulisan
bagian ini.
BAB 5. SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Bagian ini menyatukan hasil analisis dan pembahasan sebelumnya menjadi
kajian yang komprehensif. Keterbatasan penelitian ini juga dikemukakan,
dimana saran yang diberikan dapat digunakan sebagai referensi yang lebih
baik untuk penelitian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Teori Keagenan
Teori agensi pertama kali dinyatakan oleh Jensen dan Meckling tahun
1976, mendeskripsikan tentang relasi yang terbentuk diantara 2 pihak yaitu
principal sebagai pemegang saham serta agen sebagai manajer. Teori Agensi
sendiri dimaksudkan untuk menganalisa perilaku dan kepentingan antara dua
pihak yaitu pihak yang bertindak sebagai pembuat keputusan dengan pihak lain
yang bertindak sebagai pemberi wewenang kepada pihak pembuat keputusan yang
dimaksudkan agar pihak pembuat keputusan bertindak sesuai dengan kepentingan
pemberi wewenang.
8
9
Prinsip prudence, dalam penerapannya tidak akan terlepas dari teori agensi.
Teori ini menyatakan bahwa setiap pihak di dalam perusahaan memiliki
kepentingan masing masing untuk mencapai tujuan masing masing pihak.
Perbedaan kepentingan ini akan berdampak pada kualitas informasi yang
dilaporkan. Manajemen sebagai pihak agen akan cenderung untuk memanipulasi
angka laba pada laporan keuangan demi tercapainya target dan mendapatkan
bonus yang lebih tinggi. Hal tersebut dapat dicegah dengan pengimplementasian
prinsip prudence.
laba, dan mempercepat pengakuan pendapatan, serta menilai asset yang memiliki
taksiran paling rendah, namun menilai kewajiban dengan taksiran paling tinggi.
2.1.5. Leverage
Tabel 2.1.
Objek dan
N Nama
o
Jenis variabilitas periode Alat analisis
peneliti
penelitian
Dependen Independen
Objek dan
N Nama
o
Jenis variabilitas periode Alat analisis
peneliti
penelitian
Dependen Independen
Objek dan
N Nama
o
Jenis variabilitas periode Alat analisis
peneliti
penelitian
Dependen Independen
Sumber: Astri Fitria (2022), Abdul Rohman (2019); Saadiah Syutiaty Putri
Vinola Herawaty (2020, Budi Rohmansyah, Dede Soenaryo, Indra Gunawan Siregar
(2019). Mukhammad Idrus, Siti Fatimah, Afiah Mukhtar, Karta Negara Salam
(2022).
tersebut menjadi aset pribadi pihak manajer, sehingga manajer tidak akan
menanggung resiko untuk kehilangan kekayaan tersebut yang mana terikat dengan
aset perusahaan.
Penelitian serupa, dilakukan oleh Budi Rohmansyah, Dede Soenaryo,
Indra Gunawan Siregar (2019) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak
berpengaruh terhadap prudence akuntansi. Penelitian serupa juga dilakukan oleh
Fitri Yunia Choirunnissa (2022) yang juga menyatakan bahwa kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap prudence akuntansi.
H1: Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif terhadap Prudence
Akuntansi
untuk menerapkan prudence akuntansi demi menjaga kinerjanya agar tampak baik
di depan kreditur.
H2-
Financial Distress
Prudence Akuntansi
H3+
Leverage
30
31
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
PRUDENCE 104 -.885 -.002 -.22044 0.121888
KPM.
104 .000 .485 .13191 0.115007
MANAJERIAL
FINANCIAL
104 .903 16.234 4.14877 2.739629
DISTRESS
LEVERAGE 104 .130 .827 .39746 0.169358
Valid N (listwise) 104
Sumber: Data diolah (2022); Lampiran 6
Penjelasan dari Tabel 4.2 mengenai hasil analisis statistik deskriptif masing-
berasal dari PT. Kimia Farma Tbk. Sedangkan untuk nilai maximum yakni
sebesar 16,234 merupakan nilai dari PT. Unilever Indonesia Tbk.
3. Nilai rata- rata (mean) dari Leverage pada perusahaan sampel yakni sebesar
0,397. Nilai terendah (minimum) sebesar 0,130 merupakan nilai dari PT.
Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk. pada tahun 2018. Sedangkan
untuk nilai tertinggi (maximum) yakni sebesar 0,827 yang berasal dari PT.
Merck Tbk. pada tahun 2019.
4. Nilai rata- rata (mean) dari Prudence pada perusahaan sampel yakni sebesar -
0,220. Nilai terendah (minimum) sebesar -0,885 merupakan nilai PT. Merck
Tbk. pada tahun 2018. Sedangkan untuk nilai tertinggi (maximum) yakni
sebesar -0,002 berasal dari PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. pada tahun
2019.
4.3 Analisis Data
4.3.1 Uji Asumsi Klasik
Hasil dari uji asumsi klasik akan digunakan untuk menafsirkan
ketercukupan asumsi yang digunakan pada model regresi linear berganda. Uji
asumsi klasik juga dapat mengungkapkan data yang sesuai dalam kajiannya. Hasil
uji asumsi klasik diperoleh dari: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heterokedastisitas, serta uji autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji antara variabel
independen dan variabel dependen yang dicantumkan dalam persamaan
regresi dapat terdistribusikan secara normal atau sebaliknya. Uji normalitas
yang digunakan dalam penelitian ini yakni Uji Kolmogorov-smirnov (K-S).
Suatu data dapat dinyatakan terdistribusi secara normal jika angka
signifikansinya ≥ 0,05 (berlaku sebaliknya). Hasil dari uji normalitas dapat
dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas
Unstandarized Residual
Monte Carlo Sig. (2-tailed) 0,413
33
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk meninjau antar variabel independen
dalam persamaan regresi memiliki hubungan linier yang sesuai (tepat) atau
tidak. Tujuan dilakukan uji Multikolinieritas yaitu untuk menghindari
kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan pada uji parsial variabel
independen terhadap variabel dependen. Model regresi yang baik tentunya
tidak terdapat kesamaan diantara masing-masing variabel independennya
(Ghozali, 2013). Untuk mengidentifikasi terjadi atau tidaknya
multikolinieritas dalam suatu variabel dapat dilakukan dengan melihat nilai
TOL (Tolerance) serta VIF (Variance Inflation Factor) masing-masing
variabel dengan penarikan kesimpulan sebagai berikut:
A. Jika nilai tolerance ≤ 0.10 dan VIF ≥ 10, maka model regresi terjadi
multikolinieritas antar variabel independent
B. Jika nilai tolerance > 0.10 dan VIF < 10, maka model regresi tidak terjadi
multikolinieritas antar variabel independen
Hasil dari uji multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF Simpulan
KPM. Manajerial 0,965 1,036 Tidak terjadi multikolinieritas
Penjelasan pada Tabel 4.5 menunjukan bahwa nilai TOL dari Kepemilikan
Manajerial sebesar 0,965, nilai TOL dari Financial Distress sebesar 0,973,
dan nilai TOL dari Leverage sebesar 0,991 (masing-masing variabel
menunjukkan nilai TOL > 0,10). Sedangkan nilai VIF dari Kepemilikan
35
Tabel 4.6
Hasil Uji t
Variabel Koefisien Signifikansi T Kesimpulan
Independen Regresi
Konstanta 0,266 0,000 26,847
KPM -0,080 0,004 -2,932 Signifikan Negatif
FD -0,001 0,651 -0,454 Tidak Signifikan
L -0,011 0,553 -0,595 Tidak Signifikan
Sumber: Data diolah (2022); Lampiran 8
Dari hasil uji t pada Tabel 4.6, persamaan regresi berganda yang digunakan
yakni:
Berdasarkan Tabel 4.7, dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,027
atau 2%, dimana nilai tersebut < 5%. Sehingga dapat disimpulkan model
tersebut layak untuk diuji.
4.4 Pembahasan
Berdasarkan pengujian yang sudah dilakasanakan, maka disimpulkan bahwa
hanya variabel Bonus Plan saja yang berpengaruh signifikan terhadap Accounting
Prudence. Sedangkan variabel Leverage serta Political Cost tidak memiliki
pengaruh terhadap Accounting Prudence. Hal ini akan dijelaskan secara terperinci
hasil analisis tersebut sebagai berikut.
4.4.1 Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Prudence
Pada Tabel 4.6, menunjukan adanya pengaruh yang bergerak secara
signifikan antara Kepemilikan Manajerial terhadap Prudence. Penelitian ini
menunjukan hasil yang sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Hotimah (2020) yang menghasilkan kesimpulan bahwa Kepemilikan Manajerial
berpengaruh negatif secara signifikan terhadap prudence.
Presentase kepemilikan saham yang rendah oleh pihak manajer akan
membuat perusahaan untuk lebih berfokus untuk meningkatkan laba yang
dihasilkan untuk dilaporkan. Hal tersebut akan menyebabkan perusahaan
kekurangan cadangan dana investasi. Perusahaan yang memfokuskan peningkatan
laba tersebut tidak akan mempunyai simpanan dana untuk menambah investasi.
38
BAB 5
SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji terkait Pengaruh
Kepemilikan Manajerial, Financial Distress dan Leverage terhadap Prudence.
Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dan dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif terhadap Prudence. Hal tersebut
dikarenakan adanya kepemilikan saham oleh manajerial baik besar ataupun
kecil nilainya tentunya dapat mempengaruhi tingkat prudence dalam
pelaporan keuangan suatu perusahaan. Persentase jumlah saham yang tinggi
juga akan membuat manajer tidak memikirkan bonus yang diperoleh saja,
melainkan manajer juga akan membuat perusahaan lebih berkembang dengan
menggunakan cadangan tersembunyi yang tentunya dapat meningkatkan
jumlah investasi perusahaan tersebut
2. Financial Distress tidak berpengaruh terhadap terhadap Prudence. Hal ini
diduga karena rata-rata perusahaan tidak mengalami financial distress
sehingga manajer perusahaan dalam menyusun laporan keuangan tidak
memperhatikan prudence akuntansi. Perusahaan juga ingin menunjukkan
bahwa ketika dihadapkan pada kemungkinan kesulitan keuangan, perusahaan
tidak berusaha untuk menerapkan prinsip akuntansi konservatif, karena
perusahaan ingin mempertahankan kepercayaan para pemangku kepentingan
bahwa perusahaan akan tetap bertahan meskipun dalam keadaan seperti itu.
3. Leverage tidak berpengaruh terhadap Prudence. Prinsip kehati-hatian adalah
untuk mengantisipasi ketidakpastian masa depan dengan mengabaikan
leverage sebagai metrik kunci untuk menerapkan akuntansi yang hati-hati.
Selain itu, utang yang meningkat akan memberi insentif kepada manajer dan
pemilik untuk mengambil langkah-langkah pengelolaan pendapatan yang
bertujuan untuk melaporkan kinerja yang lebih tinggi. Perusahaan akan
41
5.2 Keterbatasan
Dilaksanakannya penelitian tentunya memiliki beberapa keterbatasan yang
dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Masih banyaknya perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi
yang dijadikan sampel dalam penelitian ini belum menerbitkan laporan
tahunan dengan lengkap sehingga tidak bisa mewakili secara keseluruhan
perusahaan manufaktur sub-sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
2. Periode yang digunakan dalam penelitian ini terbatas di 4 tahun saja, yaitu
pada tahun 2018-2021, sehingga kemungkinan belum menunjukan jawaban
yang sebagaimana mestinya jika dibandingkan dengan penelitian-penelitian
terdahulu yang menggunakan tahun pengamatan yang relatif lebih panjang.
5.3 Saran
Melalui penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat
dicantumkan oleh peneliti, yaitu:
1. Saran Akademis
Disarankan untuk menambahkan variabel-variabel yang dapat digunakan
untuk menguji penelitian selanjutnya seperti, intensitas modal, risiko litigasi,
derajat kepemilikan publik. Selain itu, diusulkan untuk menambah jumlah
sampel survei dengan memperluas bidang penelitian dengan mendaftarkan
perusahaan dari berbagai industri di Bursa Efek Indonesia. Tujuannya adalah
untuk mengeneralisasikannya ke perusahaan di industri lain. Memperpanjang
periode observasi ke periode yang lebih panjang juga direkomendasikan
untuk menyajikan kondisi dan model yang sebenarnya.
42
2. Saran Praktis
a. Untuk perusahaan diharapkan untuk terus meningkatkan kinerja
perusahaannya di bidang keuangan dan kontribusinya bagi perusahaan dan
kehidupan sekitarnya, untuk meningkatkan kualitas perusahaan terutama
dalam prinsip keputusan, dan berdasarkan hasil penelitian ini, itu
diharapkan perusahaan lebih meningkatkan penerapan prinsip kehati-
hatian. Menghindari kesalahan dalam proses pengambilan keputusan
investor dan calon investor.
b. Untuk masyarakat maupun investor diharapkan untuk lebih
memperhatikan informasi yang diberikan oleh perusahaan mengenai
kinerja perusahaan dalam berbagai aspek. Hal ini dapat dijadikan acuan
dalam pengambilan keputusan investasi.