OLEH:
ANDIKA CANDRA APRILLIANTO
3203018265
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2022
i
PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, FINANCIAL
DISTRESS, DAN LEVERAGE TERHADAP PRUDENCE
AKUNTANSI
SKRIPSI
Diajukan kepada FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Akuntansi
Jurusan Akuntansi
OLEH:
ANDIKA CANDRA APRILLIANTO
3203018265
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2021
HALAMAN PERSETUJUAN
v
SKRIPSI
Oleh:
ANDIKA CANDRA APRILLIANTO
3203018265
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui:
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH DAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya sebagai mahasiswa Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya:
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Andika Candra Aprillianto
NRP : 3203018265
Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Financial Distress,
dan Leverage Terhadap Prudence Akuntansi
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah ASLI karya tulis saya. Apabila terbukti
karya ini merupakan plagiarism, saya bersedia menerima sanksi yang akan
diberikan oleh Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Saya menyetujui pula bahwa karya tulis ini dipublikasikan/ditampilkan di internet
atau media lain (digital library Perpustakaan Unika Widya Mandala Surabaya)
untuk kepentingan akademik sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan keaslian dan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya
buat dengan sebenarnya.
Surabaya,
Yang menyatakan
Materai 6000
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, penyertaan
dan hikmat Nya sehingga penulisan skripsi berjudul “Pengaruh Ukuran Dewan
Komisaris, Financial Distress, dan Leverage Terhadap Prudence Akuntansi”
dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi
persyaratan penyelesaian Program Pendidikan gelar S-1 Jurusan Akuntansi di
Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Dalam
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini, ada banyak pihak yang telah memberikan
bantuan, dukungan, dan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan
maupun kesalahan, segala kritik maupun saran masukan yang dapat
mengembangkan dapat diterima penulis dengan terbuka demi perbaikan skripsi
ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
peneliti selanjutnya.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS......................... v
KATA PENGANTAR...................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah.............................................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................. 5
1.5 Sistematika Penulisan............................................................................ 5
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Istilah konservatisme akuntansi sudah tidak lagi digunakan sejak tahun 2010.
IFRS telah menerbitkan prinsip baru yaitu accounting prudence sebagai indikator
pengukuran laporan keuangan yang menggunakan current value, sehingga dapat
dimengerti, dapat diandalkan, relevan, dan sebanding sebagai substansi dari prinsip
konservatisme. Accounting prudence yang tertuang dalam IFRS ini, berhubungan
dengan revenue recognition yakni potensi pendapatan dapat diakui walaupun dalam
bentuk potensi, selama memenuhi kriteria pengakuan pendapatan (revenue
recognition) dalam IFRS. Menurut Hellman (2007), konservatisme akuntansi dan
accounting prudence memiliki kemiripan, namun dalam accounting prudence lebih
mengutamakan kehati-hatian dalam melaksanakan penilaian yang diperlukan untuk
membuat perkiraan yang akan sangat dibutuhkan ketika berada dalam kondisi
ketidakpastian, sehingga pendapatan atau aset tidak akan dilebih-lebihkan serta
kewajiban atau beban tidak berlebihan.
2
3
Dari contoh kasus diatas terlihat bahwa penerapan prinsip accounting prudence di
Indonesia terbilang cukup rendah. Pihak manajemen dinilai menyajikan laporan
keuangan yang kurang konservatif sehingga menyebabkan overstate laba. Perusahaan
dalam hal ini juga dinilai mendeterminasi laba dan cenderung terlalu optimis, hal ini
menyebabkan nilai laba yang lebih besar dari kenyataannya. Kasus di atas juga
menunjukan bahwa terdapat beberapa perusahaan yang masih belum menerapkan
prinsip konservatisme, yang mana pada akhirnya akan merugikan perusahaan dan
pihak terkait di dalam perusahaan tersebut. Ada pula dampak dari kurangnya
penerapan prinsip konservatisme yaitu timbulnya manipulasi laporan keuangan yang
pastinya akan menghilangkan kepercayaan pengguna laporan keuangan tersebut.
Tingkat hutang (leverage) yaitu pemakaian aset dan sumber dana (sources of
funds) oleh perusahaan yang memiliki beban tetap dengan maksud meningkatkan
keuntungan potensial pemegang saham (Sartono, 2001). Menurut Bringham (2001)
menggunakan leverage pada tingkat tertentu dapat mengurangi biaya modal suatu
perusahaan. Hal ini karena biaya pinjaman merupakan pengurangan pajak perusahaan,
menaikkan harga saham dan menguntungkan manajemen, investor, kreditur, dan
perusahaan.
3
4
4
5
Perusahaan besar pada umumnya memiliki potensi yang lebih tinggi untuk
diawasi baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Perusahaan dengan
penghasilan profit yang tinggi dan stabil secara terus menerus akan menarik
pemerintah untuk menaikkan tarif pajak serta meninggikan biaya layanan publik
kepada perusahaan, hal tersebut yang menjadi alasan penerapan konservatisme
akuntansi untuk perusahaan (Calvin, 2012). Pada penelitian yang dilakukan oleh
Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022) menghasilkan kesimpulan
bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh atas prudence akuntansi. Abbas, D.S.,
dan Hidayat., I. (2022) dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap prudence akuntansi.
5
6
2. Praktis
Bagi perusahaan, dari penelitian ini luaran yang dihasilkan diharapkan
dapat digunakan perusahaan sebagai pertimbangan penerapan prinsip
prudence untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan yang
didasarkan dari prinsip prudence akuntansi.
BAB 1. PENDAHULUAN
Dalam bagian pendahuluan, dipaparkan hal-hal yang melatarbelakangi
penelitian, perumusan masalah dalam penelitian, tujuan serta manfaat dari
penelitian.
6
7
7
8
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Teori Keagenan
Teori keagenan (Agency Theory) menimbulkan adanya ketidak seimbangan informasi (asimetri) yang
dimiliki manajer dengan pemegang saham. Asimetri informasi (information asymmetry) merupakan
ketidakseimbangan informasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi bisnis, yang mana satu pihak
memiliki lebih banyak informasi dibandingkan dengan pihak lain. Pihak-pihak yang terlibat setidaknya terdiri
dari pihak manajemen selaku penyedia informasi (prepaper) di lapangan dan pihak pemegang saham dan
stakeholder pada umumnya, sebagai pengguna atas informasi tersebut (Scott, 2009:7)
Perusahaan dinilai sebagai sekumpulan kontrak atau perjanjian yang mengikat manajer (agent) dan
pemegang saham perusahaan (prinsipal). Perjanjian ini menyatakan bahwa pemilik perusahaan atau prinsipal
akan mendelegasikan wewenang manajemen tata kelola perusahaan kepada manajer atau agent. Sesuai dengan
perjanjian dan kontraknya, manajer berkewajiban penuh untuk menyajikan laporan keuangan yang akan
digunakan pemilik perusahaan. Laporan keuangan ini juga mencerminkan kemampuan kinerja manajer,
sehingga manajer dinilai akan memiliki kecenderungan untuk melaporkan informasi yang mana akan
memaksimalkan keuntungan pribadi saja, serta mengabaikan kepentingan pemegang saham. Manajer selaku
pihak yang diberikan wewenang untuk mengelola perusahaan akan lebih banyak mengetahui informasi di
lapangan dibandingkan pemilik perusahaan.
Pada praktiknya, agen terkadang melakukan aktivitas yang tidak sejalan dengan apa yang telah disepakati
sebelumnya di dalam kontrak kerja, hal ini pun memicu konflik antara agen dan prinsipal (agency problem).
Pihak agen jauh lebih banyak mengetahui apa yang terjadi di lapangan dibandingkan dengan pihak prinsipal,
hal tersebut memicu adanya asimetri informasi. Asimetri Informasi dapat diartikan sebagai keadaan dimana
terjadi ketidak seimbangan perolehan informasi antara pihak agen sebagai penyedia informasi dengan pihak
prinsipal atau pemilik perusahaan sebagai pemakai informasi yang disediakan (Iskandar, 2016).
Penerapan accounting prudence tidak terlepas dari teori agensi (agency theory). Teori ini menyatakan,
setiap pihak di dalam perusahaan memiliki kepentingan masing masing untuk mencapai tujuan masing masing
pihak. Perbedaan interest atau kepentingan antara kedua belah pihak yaitu penyedia (agen) dan pemakai
informasi (prinsipal) ini, dapat memberikan dampak pada pelaporan kualitas laba. Manajemen memiliki
kecenderungan akan membesar-besarkan jumlah laba pada laporan keuangan dengan tujuan agar memperoleh
imbalan bonus yang lebih tinggi dan kinerja manajer akan dinilai bagus. Hal ini dapat dikurangi atau dicegah
dengan adanya implementasi accounting prudence. Implementasi accounting prudence pada laporan keuangan
sendiri akan dapat mencegah kecurangan atau manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh manajer serta
dapat mengurangi biaya agensi (Lafond & Roychowdhury, 2007).
9
2.1.2. Accounting Prudence
Konsep kehati-hatian yg terdapat pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan PSAK No. 14
mengenai Persediaan & PSAK No. 48 mengenai Penurunan Nilai Aset. PSAK No. 14 menyebutkan mengenai
penyajian persediaan pada neraca dari nilai terendah antara harga perolehan & nilai realisasi bersih, sedangkan
PSAK No.48 menyebutkan bahwa penyusutan nilai aset adalah kerugian yg wajib segera diakui pada laporan
keuangan.
Seiring dengan adanya konvergensi IFRS, konsep konservatisme telah digantikan dengan accounting
prudence, yang mana terdapat pada boleh diakuinya suatu potensi pendapatan meski pendapatan tersebut belum
tentu terjadi, melama memenuhi ketentuan pengakuan pendapatan (revenue recognition) dengan tidak
mengesampingkan prinsip yang konservatif dalam pengakuan tersebut. Setelah pengadopsian IFRS pada SAK,
IASB menyatakan bahwa accounting prudence maupun konservatisme bukanlah kualitas informasi akuntansi
yang diinginkan sehingga mereka menerbitkan IFRS dengan harapan laporan keuangan dapat menjadi lebih
relevan. Tetapi, dalam kenyataannya perusahaan-perusahaan wajib permanen menghadapi faktor
ketidakpastian ditengah era IFRS. Dengan menganut prinsip accounting prudence dalam level yg sempurna
pada laporan keuangan dipercaya relatif baik buat mengatasi ketidakpastian tersebut.
2.1.3. Leverage
Rasio leverage adalah skala yang digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya baik dalam jangka waktu panjang atau pendek kepada krediturnya sampai kewajiban tersebut ter
dilikuidasi. Tingkat hutang yang tinggi juga menjadi indikator bagi kreditur untuk memberikan pinjaman karena
perusahaan akan dinilai dapat memenuhi kewajibannya dan kinerja keuangan perusahaan dinilai mumpuni, hal
tersebut yang membuat kreditor tertarik untuk mendanai perusahaan. Kebijakan akuntansi yang tepat sangat
penting bagi perusahaan dalam meningkatkan rasio keuangan dengan nilai leverage yang tinggi.
Semakin tinggi rasio leverage perusahaan, kreditur akan semakin tertarik dan merasa aman untuk
mengeluarkan dana mereka karena yakin perusahaan memiliki kapabilitas untuk membayar utang jangka
panjang maupun pendek. Perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi, dapat mengalihkan aset dari kreditur
kepada pemegang saham dan manajemen, sehingga akan menimbulkan biaya keagenan yang lebih tinggi pula
(Jensen dan Meckling, 1976). Untuk mengurangi biaya keagenan, manajemen perusahaan dapat secara sukarela
mengungkapkan informasi lebih lanjut, termasuk informasi terkait dengan modal intelektual yang diperkirakan
akan meningkat dengan leverage yang lebih tinggi..
10
suatu mekanisme solusi dalam menangani potensi masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham.
Hal ini dikarena adanya separasi fungsi kontrol dan kepemilikan perusahaan (Fatmariani 2013).
Penyusunan laporan keuangan seringkali ditemukan adanya kecenderungan manajemen yang mana
berusaha melakukan manajemen laba, agar laba yang disajikan tersebut terlihat seolah olah sudah mencapai
target laba yang ditetapkan. Hal ini bisa dilakukan pihak manajemen untuk kepentingan pribadinya yaitu
mendapat imbalan yang tinggi, meskipun laporan keuangan yang disusun menjadi tidak konservatif (Jayanti dan
Sapari, 2016). Apabila kepemilikan manajer bertambah lebih banyak daripada penanam modal lainnya, maka
manajemen akan cenderung menyusun laporan keuangan lebih konservatif. Sebaliknya, apabila tingkat
kepemilikan manajerial menurun, maka permintaan diterapkannya accounting prudence semakin tinggi.
Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat biasanya lebih mengarah pada perusahaan
besar. Biaya politis meliputi transfer kekayaan atau semua biaya yang akan dibebankan ke perusahaan terkait
subsidi pemerintah, regulasi, biaya pajak, tindakan prosedur antimonopoly, tuntutan buruh, dan lain-lain (Nasir
et al, 2014). Jumlah political cost yang semakin besar, dinilai akan berbanding lurus dengan besarnya profit
yang dihasilkan perusahaan. Adanya biaya politis yang timbul dapat memicu manajer untuk memperkecil laba
agar dapat menekan potensi biaya politis (Watts dan Zimmerman, 2003).
Beberapa penelitian terdahulu mengenai Leverage, Bonus plan, Political Cost dan pengaruhnya
terhadap accounting prudence mendasari penelitian ini.
1. Abbas, D.S., dan Hidayat., I. (2022)
Penelitian Abbas, D.S., dan Hidayat., I. (2022) bertujuan untuk mengetahui bagaimana
likuiditas, leverage, ukuran bisnis, biaya politik, dan profitabilitas mempengaruhi akuntansi
prudence. Pada perusahaan utilitas, infrastruktur dan transportasi terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2017-2018, Sampel penelitian sejumlah 15 perusahaan dengan teknik pengambilan sampel
purposive. Alat untuk analisis data yang diterapkan adalah regresi data panel.
Persamaan antara penelitian Abbas, D.S., dan Hidayat., I. (2022) dengan penelitian ini adalah:
11
a. Variabel dependen penelitian Abbas, D.S., dan Hidayat., I. (2022)
Penelitian Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022) bertujuan untuk
mengkaji dan menganalisis terkait terhadap ROE, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial
hingga kehati-hatian perusahaan dalam melakukan keuangan laporan atau prudence. Perusahaan
Manufaktur Sektor Garmen dan Tekstil Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014,
dengan teknik pengambilan sampel purposive. Alat untuk analisis data yang diterapkan adalah
analisis regresi berganda.
Persamaan antara penelitian Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022) dengan
penelitian ini adalah:
a. Variabel dependen penelitian Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022)
adalah prudence akuntansi
b. Model analisis data yang digunakan Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G.,
(2022) adalah analisis regresi berganda.
Perbedaan antara penelitian Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022) dengan
penelitian ini adalah:
a. Periode penelitian yang digunakan oleh Rohmansyah, B., Soenaryo,
D., dan Siregar, I.G., (2022) adalah 2010-2014.
b. Variabel independen penelitian ini adalah Bonus Plan dan Political Cost
3. Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022)
Penelitian Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022) bertujuan untuk
menguji pengaruh kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, leverage, dan pertumbuhan peluang
pada kehati-hatian akuntansi. Perusahaan pertambangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2015-2019, dengan teknik pengambilan sampel purposive. Alat untuk analisis data yang diterapkan
adalah analisis regresi berganda.
Persamaan antara penelitian Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022) dengan
penelitian ini adalah:
12
a. Variabel dependen penelitian Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S.,
(2022) adalah prudence
b. Model analisis data yang digunakan Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam,
K.S., (2022) adalah analisis regresi berganda.
Perbedaan antara penelitian Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022) dengan
penelitian ini adalah:
a. Variabel independen penelitian ini adalah Bonus Plan dan Political
Cost
b. Periode penelitian yang digunakan oleh Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam,
K.S., (2022) adalah 2015-2019.
Penelitian Pratidina, L.A., dan Majidah (2022) bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan
manajerial, ukuran perusahaan, leverage, dan pertumbuhan peluang pada kehati-hatian akuntansi.
Perusahaan sub sektor kimia dan farmasi terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019, dengan
teknik pengambilan sampel purposive. Alat untuk analisis data yang diterapkan adalah analisis regresi data
panel.
Persamaan antara penelitian Pratidina, L.A., dan Majidah (2022) dengan penelitian ini adalah:
a. Variabel dependen penelitian Pratidina, L.A., dan Majidah (2022) adalah prudence
b. Variabel Independen penelitian Leverage
Perbedaan antara penelitian Pratidina, L.A., dan Majidah (2022) dengan penelitian ini adalah:
b. Periode penelitian yang digunakan oleh Pratidina, L.A., dan Majidah (2022) adalah 2015-2019.
Tabel 2.1.
13
No Nama Jenis variabilitas Objek dan Alat
peneliti periode analisis
penelitian
Dependen Independen
14
No Nama Jenis variabilitas Objek dan Alat
peneliti periode analisis
penelitian
Sumber: Abbas, D.S., dan Hidayat., I. (2022); Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022);
Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022); Pratidina, L.A., dan Majidah (2022)
15
2.3. Pengembangan Hipotesis
Sumber dana yang digunakan perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan berasal dari modal awal
perusahaan tersebut dan juga dari pinjaman (loan). Menurut Gibson (2012), nilai leverage digunakan sebagai
indikator besaran nilai pinjaman yang digunakan untuk menjalankan perusahaan. Bagi perusahaan umum yang
go-public, hutang sendiri adalah aspek penting yang tidak bisa dihindari agar perusahaan dapat berkembang.
Tingginya rasio leverage pada suatu perusahaan akan memicu kreditur untuk mengawasi operasional dan
akuntansi perusahaan (Susanto & Ramadhani, 2016). Pelaksanaan monitoring oleh pihak kreditor akan
mendorong pihak manajer untuk menerapkan akuntansi yang konservatif. Pada perhitungan ini tingkat hutang
(leverage) akan dinilai dengan cara membandingkan total hutang terhadap aset yang dimiliki.
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Abbas, D.S., dan Hidayat., I. (2022) menyatakan bahwa
leverage berpengaruh negatif terhadap prudence akuntansi. Sedangkan penelitian lainnya yang dilakukan oleh
Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022) menghasilkan kesimpulan bahwa variabel
leverage berpengaruh signifikan positif terhadap prudence akuntansi.
Semakin besar kepemilikan manajerial akan menimbulkan rasa kepemilikan sebagai prinsipal, sehingga
manajemen yang awalnya hanya bertindak sebagai agent atau pengelola perusahaan, memiliki rasa kepedulian
yang lebih tinggi terhadap penerapan kebijakan akuntansi. Hal ini dikarenakan bahwa manajemen bukan hanya
sebagai agent, namun juga mencakup sebagai prinsipal atau pemilik perusahaan. Oleh karena manajemen juga
memperoleh kepemilikan perusahaan, maka konflik kepentingan antara agent dan principal dapat ditekan.
Dengan semakin rendah rentang kepentingan antara agent dan principal, maka accounting prudence juga
semakin tinggi.
16
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022)
menghasilkan kesimpulan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif secara signifikan terhadap
prudence akuntansi. Penelitian lainnya juga dilakukan Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022)
menghasilkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap prudence akuntansi.
Prinsipal tentu menginginkan performa perusahaannya tetap maksimal dan laba yang diperoleh pun tinggi.
Namun disisi lain, prinsipal memiliki kepentingan untuk menekan beban atau biaya yang dikeluarkan yang
tidak secara langsung berkaitan dengan prospek perusahaannya. Selaras dengan kepentingan prinsipal, agen
juga memiliki kepentingan yang sama terkait kestabilan laba perusahaan guna memperoleh imbalan atau bonus
dari prinsipal. Hubungan kepentingan ini mendorong penggunaan accounting prudence agar dapat menekan
atau menghindari biaya-biaya yang tidak berkaitan langsung dengan operasional perusahaan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022)
menghasilkan kesimpulan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh atas prudence akuntansi. Sedangkan
pada penelitian Abbas, D.S., dan Hidayat , I. (2022) menghasilkan kesimpulan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif secara signifikan terhadap prudence akuntansi.
Berlandaskan beberapa teori yang digunakan, penelitian terdahulu, serta pemaparan hipotesis, dapat
disusun sebuah model penelitian seperti berikut:
Konflik Bondholders-Shareholders
Accounting Prudence
Bonus Plan
Political Cost
17
Gambar 2.1 Model Penelitian
BAB 4
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa perusahaan manufaktur sub-
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2021. Bersumber
pada karakteristik pemilihan sampel (purposive sampling) yang dicantumkan pada bab sebelumnya, maka
diperoleh 16 perusahaan terlampir dalam kurun waktu 4 tahun yang dapat digunakan sebagai sampel.
Rincian kriteria dalam penentuan sampel dijabarkan dalam Tabel 4.1 berikut:
18
Tabel 4.1
Rincian Jumlah
Populasi:
3. Data Outlier
(3)
Periode penelitian 4
19
Daftar 16 perusahaan manufaktur yang dijadikan sebagai sampel penelitian ini dapat dilihat pada
lampiran.
Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran terkait variabel
yang digunakan, seperti variabel dependen yaitu Accounting Prudence (AP) serta variabel independen yaitu
Leverage (L), Bonus Plan (BP), dan Political Cost (PC). Hasil dari analisis statistik deskriptif yang telah
dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2
Penjelasan dari Tabel 4.2 mengenai hasil analisis statistik deskriptif masing-masing variabel adalah
sebagai berikut:
1. Nilai mean atau rata-rata dari variabel Leverage (L) pada perusahaan sampel adalah sebesar
0,4455. Nilai minimum atau nilai terendah sebesar 0,11 yang berasal dari PT Campina Ice Cream
Industry pada tahun 2021. Selanjutnya, nilai maximum atau nilai tertinggi untuk Leverage yakni
sebesar 0,93 yang berasal dari PT Prasidha Aneka Niaga Tbk. pada tahun 2021.
20
2. Nilai mean atau rata-rata dari variabel Bonus Plan (BP) perusahaan sampel adalah sebesar 0,1925.
Nilai minimum atau nilai terendah sebesar 0,01 yang berasal dari beberapa perusahaan sampel.
Sedangkan untuk nilai maximum yakni sebesar 1,00 merupakan nilai dari PT Era Mandiri
Cemerlang Tbk. pada tahun 2018.
3. Nilai rata- rata (mean) dari Political Cost (PC) pada perusahaan sampel yakni sebesar 28,4317.
Nilai terendah (minimum) sebesar 25,12 merupakan nilai dari PT Era Mandiri Cemerlang Tbk.
pada tahun 2018. Sedangkan untuk nilai tertinggi (maximum) yakni sebesar 32,13 yang berasal
dari PT Gudang Garam Tbk. pada tahun 2021.
4. Nilai rata- rata (mean) dari Accounting Prudence (AP) pada perusahaan sampel yakni sebesar -
0,2443. Nilai terendah (minimum) sebesar -0,59 merupakan nilai dari PT Langgeng Makmur
Industri pada tahun 2021. Sedangkan untuk nilai tertinggi (maximum) yakni sebesar -0,01 berasal
dari PT Buyung Poetra Sembada pada tahun 2020.
Hasil dari uji asumsi klasik akan digunakan untuk menafsirkan ketercukupan asumsi yang digunakan pada
model regresi linear berganda. Uji asumsi klasik juga dapat mengungkapkan data yang sesuai dalam
kajiannya. Hasil uji asumsi klasik diperoleh dari: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, serta uji autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji antara variabel independen dan variabel
dependen yang dicantumkan dalam persamaan regresi dapat terdistribusikan secara normal atau
sebaliknya. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yakni Uji Kolmogorov-smirnov (K-S).
Suatu data dapat dinyatakan terdistribusi secara normal jika angka signifikan ≥ 0,05 (berlaku
sebaliknya). Hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3
21
Unstandardized Residual
Berdasarkan Tabel 4.3, hasil uji Kolmogorov-smirnov yang didapatkan menunjukan nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) sebesar 0,200, yang berarti variabel sampel dalam regresi yang digunakan telah terdistribusi
secara normal karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05.
2. Uji Heteroskedastisitas
Dilakukannya uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini bertujuan untuk mencermati ada dan tidaknya
kesamaan antar varian dari residual (pengacau) antara pengamatan yang satu dan lainnya dalam suatu
persamaan regresi. Suatu data dikatakan homoskedastisitas apabila varian dari residual (antara
pengamatan yang satu dan lainnya) bernilai tetap. Sedangkan dikatakan heteroskedastisitas apabila
varian dari residual (pengacau) antara pengamatan yang satu dan lainnya tidak tetap. Dapat dikatakan
baik sebuah persamaan apabila tidak terjadi heteroskedastisitas dan homoskedastisitas (Ghozali, 2013).
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada dan tidaknya heteroskedastisitas dalam
sebuah penelitian yakni dilakukannya uji Glejser, dimana Uji Heteroskedastisitas memiliki penarikan
kesimpulan jika nilai signifikansi < 0.05, maka terjadi Heteroskedastisitas dalam model regresi dan
sebaliknya. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut berikut:
22
Tabel 4.4
Model Sig.
L 0,204
BP 0,924
PC 0,257
Tabel 4.4 menunjukan bahwa masing-masing variabel memiliki nilai signifikansi diatas 0,05 sehingga
dapat dikatakan model regresi bebas dari heteroskedastisitas dan bisa disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas dalam persamaan regresi.
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk meninjau antar variabel independen dalam persamaan regresi
memiliki hubungan linier yang sesuai (tepat) atau tidak. Tujuan dilakukan uji Multikolinieritas yaitu
untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan pada uji parsial variabel
independen terhadap variabel dependen. Model regresi yang baik tentunya tidak terdapat kesamaan
diantara masing-masing variabel independennya (Ghozali, 2013). Untuk mengidentifikasi terjadi atau
tidaknya multikolinieritas dalam suatu variabel dapat dilakukan dengan melihat nilai TOL (Tolerance)
serta VIF (Variance Inflation Factor) masing-masing variabel dengan penarikan kesimpulan sebagai
berikut:
A. Jika nilai tolerance ≤ 0.10 dan VIF ≥ 10, maka model regresi terjadi
multikolinearitas antar variabel independen
B. Jika nilai tolerance > 0.10 dan VIF < 10, maka model regresi tidak terjadi multikolinieritas
antar variabel independen
23
Hasil dari uji multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.5
Penjelasan pada Tabel 4.5 menunjukan bahwa nilai TOL dari L sebesar 0,887, nilai TOL dari BP
sebesar 0,966, dan nilai TOL dari PC sebesar 0,877 (masing-masing variabel menunjukkan nilai TOL
> 0,10). Sedangkan nilai VIF dari L sebesar 1,128, BP sebesar 1,035, serta PC sebesar 1,141 (masing-
masing variabel menunjukkan nilai VIP < 10). Berdasarkan nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa
model regresi yang digunakan terbebas dari tanda-tanda multikolinieritas.
Pengujian pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yang memiliki tujuan untuk
menyelidiki besar kecilnya nilai alterasi pada faktor yang digunakan sebagai model penelitian terkait
pengaruh Leverage (L), Bonus Plan (BP), dan Political Cost (PC) terhadap Accounting Prudence (AP).
Sampel penelitian didapatkan melalui data beberapa perusahaan manufaktur sub-sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2021 yang kemudian diuji menggunakan
aplikasi SPSS versi 23. Hasil analisis menggunakan uji t dengan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.8
berikut
24
Tabel 4.6
Hasil Uji t
Dari hasil uji t pada Tabel 4.6, persamaan regresi berganda yang digunakan yakni:
Penjelasan dari persamaaan regresi diatas beserta hasil analisis hipotesisnya adalah sebagai berikut:
1. Konstanta bernilai negatif, yakni sebesar -0,623 menunjukan bahwa apabila seluruh variabel
independen diartikan dalam keadaan tetap (konstan) atau sama dengan nol, maka rata-rata
penurunan nilai penerapan Accounting Prudence adalah sebesar 0,623 persen.
2. Koefisien L bernilai positif, yakni sebesar 0,049 dan nilai signifikansinya sebesar 0,511. Hal
tersebut menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang searah antara variabel L dengan variabel
AP. Bertambahnya hutang suatu perusahaan, tidak selalu diikuti makin tingginya tingkat
penerapan Accounting Prudence oleh perusahaan. Diketahui nilai signifikansi > 0,05, maka H 1
yang menyatakan bahwa Leverage berpengaruh terhadap Accounting Prudence ditolak.
3. Koefisien BP bernilai negatif, yakni sebesar -0,176 dan nilai signifikansinya sebesar 0,006. Hal
tersebut menyatakan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel BP dengan variabel AP.
25
Laporan keuangan cenderung konservatif akibat kepemilikan manajerial yang rendah, karena
mengejar bonus akan lebih diutamakan oleh manajer. Dampaknya, manajer akan melakukan
manajemen laba semaksimal mungkin agar target laba tercapai. Bonus plan dapat diproksikan
dengan struktur kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial yang rendah dapat menyebabkan
laporan keuangan cenderung tidak konservatif, karena manajer akan lebih mengutamakan untuk
mengejar bonus. Diketahui nilai signifikansi > 0,05, maka H2 yang menyatakan bahwa Bonus Plan
berpengaruh terhadap Accounting Prudence diterima.
4. Koefisien PC bernilai positif, yakni sebesar 0,014 dan nilai signifikansi nya 0,162. Hal tersebut
membuktikan bahwa tidak adanya hubungan searah antara variabel PC dengan variabel AP.
Demikian dapat diinterpretasikan apabila nilai variabel PC meningkat, maka tidak selalu nilai dari
variabel AP juga meningkat dan sebaliknya. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka H 3 yang
menyatakan bahwa Political Cost berpengaruh terhadap Accounting Prudence ditolak.
Uji kelayakan model yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel bebas dan variabel terikat secara simultan. Dilakukannya uji kelayakan model yakni dengan
melakukan uji F simultan dengan tingkat signifikansi:
Berikut merupakan hasil dari pengujian kelayakan model dengan uji f yang ditunjukkan pada Tabel 4.7:
Tabel 4.7
Hasil Uji F
26
Keterangan F Signifikansi
Berdasarkan Tabel 4.7, dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,014 atau 0,01%, dimana nilai
tersebut < 0,05%. Sehingga dapat disimpulkan model tersebut layak untuk diuji.
4.4 Pembahasan
Berdasarkan pengujian yang sudah dilaksanakan, maka disimpulkan bahwa hanya variabel Bonus Plan
saja yang berpengaruh signifikan terhadap Accounting Prudence. Sedangkan variabel Leverage serta
Political Cost tidak memiliki pengaruh terhadap Accounting Prudence. Hal ini akan dijelaskan secara
terperinci hasil analisis tersebut sebagai berikut.
Pada Tabel 4.6, menunjukan tidak adanya pengaruh yang bergerak secara signifiikan baik positif maupun
negatif antara Leverage terhadap Accounting Prudence. Penelitian ini menunjukan kesesuaian dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pratidina, L.A., dan Majidah (2022) yang menghasilkan
kesimpulan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh terhadap accounting prudence. Hasil Uji t
menjelaskan bahwa, besarnya utang perusahaan tidak menjamin perusahaan untuk lebih berhati-hati dalam
mengambil keputusan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena prinsip prudence yang merupakan sikap
kehati-hatian dalam menghadapi lingkungan yang tidak pasti maka perusahaan akan selalu menggunakan
prinsip ini tidak peduli apakah hutangnya tinggi atau rendah.
Leverage bukan merupakan merupakan suatu sinyal kepada pihak kreditur agar menjadi alasan untuk
memonitoring aktivitas operasional dan akuntansi perusahan. Karena dengan ada atau tidaknya suatu
pengawasan yang dilakukan oleh kreditor hal tersebut tidak akan mempengaruhi manajer untuk
menerapkan akuntansi yang konservatif. Bisa saja, dengan intensifnya pengawasan yang diberikan oleh
pihak kreditor, hal tersebut malah membuat manajer menjadi terbebani, sehingga laporan keuangan yang
dibuat menjadi sesuai harapan pihak kreditor, meskipun dengan cara curang.
27
Pada Tabel 4.6, menunjukan adanya pengaruh yang bergerak secara signifikan antara Bonus Plan terhadap
Accounting Prudence. Hasil dari penelitian ini menunjukan kesesuaian dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022) yang menghasilkan
kesimpulan bahwa bonus plan berpengaruh positif secara signifikan terhadap prudence akuntansi.
Berdasarkan hasil uji t, Hasil penelitian ini mengikuti teori keagenan yang menjelaskan bahwa pemilik
perusahaan (prinsipal) memberikan wewenang pengelolaan perusahaan kepada manajemen (agen).
Kewenangan pengelolaan perusahaan oleh manajer meliputi: memilih metode akuntansi yang dapat
digunakan. Besar kecilnya kepemilikan manajer dalam perusahaan dapat mempengaruhi pemilihan metode
akuntansi untuk menyusun laporan keuangan perusahaan. Ketika kepemilikan manajer rendah, manajer
akan memanfaatkan asimetri informasi untuk melaporkan laporan keuangan yang tidak menerapkan prinsip
kehati-hatian. Manajer akan ingin menunjukkan kinerja yang baik kepada pihak eksternal untuk
mendapatkan bonus yang tinggi (bonus plan hypothesis). Adanya asimetri informasi mendorong manajer
untuk memaksimalkan utilitas dengan mengorbankan kepentingan prinsipal.
Pada Tabel 4.6, menunjukan tidak adanya pengaruh yang bergerak secara signifikan baik positif maupun
negatif antara Political Cost terhadap Accounting Prudence. Hasil dari penelitian ini menunjukan
kesesuaian dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar,
I.G., (2022) yang menghasilkan kesimpulan bahwa political cost tidak berpengaruh terhadap prudence
perusahaan manufaktur sub-sektor industri konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Hasil uji t menunjukkan, bahwa perusahaan tidak terlalu mempertimbangkan ukurannya untuk melakukan
penerapan prinsip prudent akuntansi. Artinya, perusahaan besar maupun kecil lebih memilih penerapan
prinsip liberal (agresif) dibandingkan dengan accounting prudence. Perusahaan menganggap bahwa prinsip
accounting prudence tidak menguntungkan bagi perusahaan atau berdampak negatif. Hasil tidak sesuai
dengan hipotesis yang menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung memiliki biaya politis yang besar
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Sehingga untuk mengurangi biaya politis tersebut perusahaan
menerapkan accounting prudence. Dan sebaliknya, perusahaan kecil cenderung menerima dampak yang
cukup besar karena adanya biaya politis sehingga menerapkan accounting prudence.
28
BAB 5
5.1 Kesimpulan
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji terkait Pengaruh Leverage, Bonus Plan, dan
Political Cost terhadap Accounting Prudence. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dan dijelaskan
pada pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Leverage tidak berpengaruh terhadap Accounting Prudence. Hal ini dikarenakan bertambahnya
hutang suatu perusahaan, tidak selalu diikuti dengan semakin tingginya tingkat penerapan
Accounting Prudence oleh perusahaan. Justru perusahaan akan menyajikan laporan keuangan yang
cenderung tidak konservatif jika mereka memiliki hutang yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan
perusahaan akan lebih memilih menggunakan kebijakan akuntansi yang dirasa dapat memperbaiki
rasio keuangan serta mengurangi kemungkinan pemutusan perjanjian hutang.
2. Bonus Plan berpengaruh positif terhadap Accounting Prudence. Hal tersebut dikarenakan adanya
kepemilikan saham oleh manajerial baik besar maupun kecil nilainya tentunya dapat
mempengaruhi tingkat konservatisme dalam pelaporan keuangan suatu perusahaan. Persentase
jumlah saham yang tinggi juga akan membuat manajer tidak memikirkan bonus yang diperoleh
saja, melainkan manajer juga akan membuat perusahaan lebih berkembang dengan menggunakan
cadangan tersembunyi yang tentunya dapat meningkatkan jumlah investasi perusahaan tersebut.
3. Political Cost tidak memiliki pengaruh terhadap Political Cost. Tentunya hal ini dikarenakan
semakin besar perusahaan maka tidak selalu menjadi peluang bagi seorang manajer untuk
menerapkan accounting prudence pada perusahaan tersebut. Adanya laba yang tinggi dapat
mendorong pemerintah untuk menaikkan pajak serta meminta layanan publik yang lebih tinggi
terhadap perusahaan. Hal ini membuat manajer-manajer perusahaan cenderung memilih metode
akuntansi yang menunda pelaporan laba untuk mengurangi tanggungan nilai politis perusahaan
tersebut.
5.2 Keterbatasan
Dilaksanakannya penelitian tentunya memiliki beberapa keterbatasan yang dapat disampaikan sebagai
berikut:
29
1. Masih banyaknya perusahaan manufaktur sub-sektor industri barang konsumsi yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini belum menerbitkan laporan tahunan dengan lengkap sehingga tidak
bisa mewakili secara keseluruhan perusahaan manufaktur sub-sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Periode yang digunakan dalam penelitian ini terbatas di 4 tahun saja, yaitu pada tahun 2018-2021,
sehingga kemungkinan belum menunjukan jawaban yang sebagaimana mestinya jika dibandingkan
dengan penelitian-penelitian terdahulu yang menggunakan tahun pengamatan yang relatif lebih
panjang
5.3 Saran
Melalui penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat dicantumkan oleh peneliti,
yaitu:
1. Saran Akademis
Disarankan untuk menambahkan variabel lainnya yang dapat digunakan dalam pengujian penelitian
berikutnya seperti tingkat intensitas modal dan sebagainya. Kemudian juga disarankan untuk
menambah jumlah sampel penelitian serta menambah periode pengamatan yang lebih panjang dengan
tujuan agar hasil yang diperoleh dapat lebih valid serta dapat menyajikan kondisi atau pola yang
dibutuhkan sesungguhnya.
2. Saran Praktis
a. Untuk perusahaan disarankan untuk terus meningkatkan kinerja perusahaannya dalam bidang
keuangan serta kontribusinya terhadap perusahaan serta kehidupan sekitar sehingga dapat
meningkatkan kualitas perusahaan, terutama dalam prinsip pengambilan keputusan.
b. Untuk masyarakat atau investor disarankan untuk dapat lebih mencermati informasi yang
diberikan perusahaan terkait kinerja perusahaan dalam berbagai macam aspek, yang kemudian
dapat dijadikan referensi dalam menentukan keputusan berinvestasi.
30
Aristiya, M. M., & Budiharta, P. (2013). Analisis perbedaan tingkat konservatisme akuntansi
laporan keuangan sebelum dan sesudah konvergensi IFRS. Skripsi, Tidak Dipublikasi,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Ekonomi, Yogyakarta
Ayu Martaning Yogi Ardina. dan Indira Januarti. 2012. Penggunaan Prespektif Positive
Accounting Theory Terhadap Konservatisme Akuntansi di Indonesia. Diponegoro Journal
Of accounting. Vol. 1, No. 1
Brigham, Eugene F dan Daves, Philip R. 2003. Intermediate Financial Management. USA:
Thompson South Western.
Fatmariani., 2013. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Debt Covenant dan Growth Opportunities
terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Padang.
Givoly, Dan, dan Carla Hayn. "The changing time-series properties of earnings, cash flows and
accruals: Has financial reporting become more conservative?" Journal of accounting and
economics 29.3 (2000): 287-320.
38
31
39
Ghozali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Universitas Diponegoro
Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., & Salam, K. N. (2022). Examining the
Factors Affecting Accounting Prudence. Atestasi: Jurnal Ilmiah
Akuntansi, 5(1), 62–76.
Iskandar, Okto Reyhansyah. 2016. “Pengaruh Debt Covenant, Bonus Plan, dan Political Cost
terhadap Konservatisme Akuntansi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
Subsektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015)”, STIE
Indonesia Banking School.
Jayanti, Anna dan Sapari. 2016. “Pengaruh Positive Accounting Theory, Profitabilitas, dan
Operating Cash Flow terhadap Penerapan Konservatisme”, Jurnal Ilmu dan Riset
Manajemen, Vol. 5 No. 10.
Jensen, M. C., dan Meckling, W. H. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs
and ownership structure. Journal of financial economics, 3(4), 305-360.
Lafond, R., & Roychowdhury, S. (2007). Managerial ownership and accounting conservatism.
Journal of Accounting Research, 46(1), 101–135. https://doi.org/10.1111/j.1475-
679X.2008.00268.x
Mayangsari, S. dan Wilopo, 2002. “Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan Discretionary
Accruals: Implikasi Model Feltham-Olhson (1996).” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
September 2002, 291- 310.
Murwaningsari, Etty dan Ardhy Purna Caesa Nugraha.2010. Relevansi Nilai Konservatisme
Beserta Beberapa Faktor yang Mempengaruhi.Jurnal informasi, Perpajakan, Akuntansi
dan Keuangan Publik.Vol.5 No.1 halaman 21-39.
Nasir, Azwir. Elfi Ilham dan Yusniati. 2014. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial, Risiko
Litigasi, Likuiditas, dan Political Cost terhadap Konservatisme Akuntansi”, Jurnal
Ekonomi, Vol. 22 No. 2.
Pratidina, L.A., dan Majidah (2022) Pengaruh Profitabilitas, Kesulitan Keuangan, Leverage Dan
Komite Audit Terhadap Akuntansi Prudence (studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor
Kimia Dan Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019). ISSN:
2355-9357. e-Proceeding of
39
40
Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022). Pengaruh Return On Equity,
Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan Terhadap Prudent Akuntansi
Smith, C. and J. Warner., 1979. “On financial contracting: An analysis of bond covenants”.
Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba (Teori dan Model Empiris). Jakarta: Grasindo
Watts, R. L., 2003. Conservatism in Accounting Part 1 Explanation and implications. William E.
Simon Graduate School of Business Administration Universty of Rochester.
40
Lampiran 1 Daftar 16 Perusahaan yang Dijadikan Sampel Penelitian
41
41
42
42
43
43
44
44
45
45
46
46
47
47
48
48
49
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
L 64 .11 .93 .4455 .19461
BP 64 .01 1.00 .1925 .22586
PC 64 25.12 32.13 28.4317 1.50866
AP 64 -.59 -.01 -.2443 .11572
Valid N
64
(listwise)
54
55
UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 64
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.
.10604978
Deviation
Most Extreme Absolute .092
Differences Positive .044
Negative -.092
Test Statistic .092
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
UJI HETERO
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .481 .170 2.822 .006
L -.056 .044 -.168 -1.283 .204
BP -.003 .036 -.012 -.095 .924
PC -.013 .006 -.303 -2.296 .257
a. Dependent Variable: ABS_RES
UJI MULTIKORELASI
Coefficientsa
55
Standardize
Unstandardized d Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Std.
Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant
-.623 .290 -2.150 .036
)
L .049 .075 .083 .662 .511 .887 1.128
BP -.176 .062 -.343 -2.854 .006 .966 1.035
PC .014 .010 .179 1.417 .162 .877 1.141
a. Dependent Variable: AP
SIMULTAN
ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .135 3 .045 3.815 .014b
Residual .709 60 .012
Total .844 63
a. Dependent Variable: AP
b. Predictors: (Constant), PC, BP, KBS