Anda di halaman 1dari 58

PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, FINANCIAL

DISTRESS, DAN LEVERAGE TEHADAP PRUDENCE


AKUNTANSI

OLEH:
ANDIKA CANDRA APRILLIANTO
3203018265

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2022

i
PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, FINANCIAL
DISTRESS, DAN LEVERAGE TERHADAP PRUDENCE
AKUNTANSI

SKRIPSI
Diajukan kepada FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Akuntansi
Jurusan Akuntansi

OLEH:
ANDIKA CANDRA APRILLIANTO
3203018265

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2021

HALAMAN PERSETUJUAN

v
SKRIPSI

PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, FINANCIAL


DISTRESS, DAN LEVERAGE TERHADAP PRUDENCE
AKUNTANSI

Oleh:
ANDIKA CANDRA APRILLIANTO
3203018265

Telah Disetujui dan Diterima dengan Baik


untuk Diajukan Kepada Tim Penguji

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Marini Purwanto, SE, Msi., Ak.) ()


NIDN. NIDN.
Tanggal: Tanggal:

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang ditulis oleh: Andika Candra Aprillianto NRP 3203018265


Telah diuji pada tanggal XXXX dan dinyatakan lulus oleh Tim Penguji

Ketua Tim Penguji:

(Nama Ketua Penguji)


NIK. XXX.XX.XXX

Mengetahui:

Dekan, Ketua Jurusan,

Dr. Lodovicus Lasdi.,MM.,Ak.,CA.,CPA. Hendra Wijaya, Dr., MM., CPMA.


NIDN. 0713097203 NIK. 0711028601

iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH DAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya sebagai mahasiswa Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya:
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Andika Candra Aprillianto
NRP : 3203018265
Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Financial Distress,
dan Leverage Terhadap Prudence Akuntansi
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah ASLI karya tulis saya. Apabila terbukti
karya ini merupakan plagiarism, saya bersedia menerima sanksi yang akan
diberikan oleh Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Saya menyetujui pula bahwa karya tulis ini dipublikasikan/ditampilkan di internet
atau media lain (digital library Perpustakaan Unika Widya Mandala Surabaya)
untuk kepentingan akademik sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan keaslian dan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya
buat dengan sebenarnya.

Surabaya,
Yang menyatakan

Materai 6000

(Andika Candra Aprillianto)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, penyertaan
dan hikmat Nya sehingga penulisan skripsi berjudul “Pengaruh Ukuran Dewan
Komisaris, Financial Distress, dan Leverage Terhadap Prudence Akuntansi”
dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi
persyaratan penyelesaian Program Pendidikan gelar S-1 Jurusan Akuntansi di
Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Dalam
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini, ada banyak pihak yang telah memberikan
bantuan, dukungan, dan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan
maupun kesalahan, segala kritik maupun saran masukan yang dapat
mengembangkan dapat diterima penulis dengan terbuka demi perbaikan skripsi
ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
peneliti selanjutnya.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS......................... v
KATA PENGANTAR...................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah.............................................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................. 5
1.5 Sistematika Penulisan............................................................................ 5
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Laju perkembangan usaha yang semakin cepat menciptakan kompetisi antar
perusahaan yang semakin ketat pula. Perusahaan akan melakukan segala cara agar bisa
mempertahankan kinerjanya. Laporan keuangan merupakan satu dari banyak faktor
yang digunakan untuk melihat kinerja perusahaan. Dikatakan juga bahwa laporan
keuangan yang disajikan perusahaan menjadi bukti bahwa pihak manajemen
perusahaan bertanggung jawab dalam mengelola semua sumber daya yang ada di
perusahaan. Menurut Deviyanti (2012), pada dasarnya laporan keuangan berisikan
informasi yang menggambarkan keadaan perusahaan yang berguna untuk membantu
pihak yang berkepentingan seperti dewan komisaris, direktur ataupun karyawan
sebagai pihak internal serta juga membantu investor maupun kreditur sebagai pihak
luar dalam mengambil keputusan investasi. (Deviyanti, 2012).

Pihak manajerial dalam penyusunan laporan keuangan harus menjadikan standar


akuntansi sebagai landasan, sehingga laporan keuangan dapat dipertanggungjawabkan
dan memenuhi aturan, tujuan serta prinsip akuntansi yang berlaku. Perusahaan juga
diberikan kebebasan dalam memilih prinsip penyajian laporan keuangan, dimana
perusahaan akan memakai metode akuntansi yang dianggap akan lebih
menguntungkan perusahaan sehingga jika terjadi kondisi dimana ekonomi perusahaan
mengalami kesulitan, perusahaan dapat meminimalisir kerugian yang didapat. Prinsip
kehati-hatian atau yang biasa disebut dengan prudence merupakan salah satu prinsip
yang dapat digunakan. Prinsip ini digunakan dengan mempertimbangkan bagaimana
jika kedepannya perusahaan dihadapkan pada kondisi ekonomi yang sulit sehingga
angka-angka dalam pengakuan, perhitungan dan pengukuran dilakukan secara
konservatif.

1
2

Istilah konservatisme akuntansi sudah tidak lagi digunakan sejak tahun 2010.
IFRS telah menerbitkan prinsip baru yaitu accounting prudence sebagai indikator
pengukuran laporan keuangan yang menggunakan current value, sehingga dapat
dimengerti, dapat diandalkan, relevan, dan sebanding sebagai substansi dari prinsip
konservatisme. Accounting prudence yang tertuang dalam IFRS ini, berhubungan
dengan revenue recognition yakni potensi pendapatan dapat diakui walaupun dalam
bentuk potensi, selama memenuhi kriteria pengakuan pendapatan (revenue
recognition) dalam IFRS. Menurut Hellman (2007), konservatisme akuntansi dan
accounting prudence memiliki kemiripan, namun dalam accounting prudence lebih
mengutamakan kehati-hatian dalam melaksanakan penilaian yang diperlukan untuk
membuat perkiraan yang akan sangat dibutuhkan ketika berada dalam kondisi
ketidakpastian, sehingga pendapatan atau aset tidak akan dilebih-lebihkan serta
kewajiban atau beban tidak berlebihan.

Perusahaan yang terindikasi accounting prudence dikatakan baik apabila,


perusahaan tersebut mengakui beban lebih tinggi, aset rendah, kondisi laba diakui
lambat, sedangkan kondisi rugi diakui lebih cepat (Givoly, 2000). Alasan mengapa
dalam penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur sub-sektor industri
konsumsi karena sektor industri barang konsumsi tercatat sebagai sektor yang
mengalami pertumbuhan paling tajam di dalam indeks sektoral. Pertumbuhan industri
barang konsumsi tersebut dipicu oleh meningkatnya kelas menengah masyarakat
Indonesia yang diikuti pula oleh meningkatnya perilaku konsumsi masyarakat
Indonesia. Terdapat beberapa kasus terkait overstate laba yang mengindikasikan
rendahnya penerapan prinsip accounting prudence. Salah satunya terjadi pada PT Tiga
Pilar Sejahtera Food Tbk di tahun 2019 hingga 2020. PT TPS Food adalah perusahaan
multinasional yg beranjak pada bidang kuliner ringan, galat satu produk andalan &
populer pada kalangan rakyat Indonesia yakni Taro. Hasil pemeriksaan Ernest &
Young dalam bulan Maret 2019, memperlihatkan bahwa PT TPS Food diduga
melakukan penggelembungan dana pada hidangan laporan keuangan sampai
Rp4.000.000.000.000,00. Dugaan pembesaran dana ditemukan dalam akun piutang
usaha, aset permanen & persediaan. Adapun dugaan lain yaitu manajemen usang PT

2
3

TPS Food sudah mengalirkan dana ke pihak terafiliasi sebanyak Rp


1.780.000.000.000,00. Tidak hanya penggelembungan sebanyak Rp
4.000.000.000.000,00 itu saja, masih ada penggelembungan lain sebanyak Rp
662.000.000.000,00 dalam akun pendapatan & sebanyak Rp 329.000.000.000,00
dalam pos keuntungan sebelum bunga, pajak, depresiasi & amortisasi pada laporan
keuangannya. Selain temuan tersebut, Ernest & Young juga menjelaskan bahwa
terdapat pencatatan data internal yang berbeda dengan pencatatan yang digunakan
auditor keuangan dalam proses mengaudit laporan keuangan (Mayangsari, 2020).

Dari contoh kasus diatas terlihat bahwa penerapan prinsip accounting prudence di
Indonesia terbilang cukup rendah. Pihak manajemen dinilai menyajikan laporan
keuangan yang kurang konservatif sehingga menyebabkan overstate laba. Perusahaan
dalam hal ini juga dinilai mendeterminasi laba dan cenderung terlalu optimis, hal ini
menyebabkan nilai laba yang lebih besar dari kenyataannya. Kasus di atas juga
menunjukan bahwa terdapat beberapa perusahaan yang masih belum menerapkan
prinsip konservatisme, yang mana pada akhirnya akan merugikan perusahaan dan
pihak terkait di dalam perusahaan tersebut. Ada pula dampak dari kurangnya
penerapan prinsip konservatisme yaitu timbulnya manipulasi laporan keuangan yang
pastinya akan menghilangkan kepercayaan pengguna laporan keuangan tersebut.

Tingkat hutang (leverage) yaitu pemakaian aset dan sumber dana (sources of
funds) oleh perusahaan yang memiliki beban tetap dengan maksud meningkatkan
keuntungan potensial pemegang saham (Sartono, 2001). Menurut Bringham (2001)
menggunakan leverage pada tingkat tertentu dapat mengurangi biaya modal suatu
perusahaan. Hal ini karena biaya pinjaman merupakan pengurangan pajak perusahaan,
menaikkan harga saham dan menguntungkan manajemen, investor, kreditur, dan
perusahaan.

Biasanya, semakin tinggi tingkat hutang, semakin besar pula kemungkinan


perusahaan tidak akan memenuhi perjanjian pinjaman, semakin perusahaan akan
berusaha untuk melaporkan laba saat ini yang lebih tinggi. Hal ini dapat dicapai
dengan mengurangi biaya yang ada. Oleh karena itu, kreditur tidak hanya dapat

3
4

mengawasi kegiatan perusahaan, tetapi juga mekanisme corporate governance dalam


mengawasi penggunaan uang kreditur oleh manajemen. Leverage memberikan
informasi tentang berapa banyak aset perusahaan yang ditutupi oleh kewajiban dan
tingkat keamanan pemberi pinjaman (Risdiyani dan Kusmuriyanto, 2015: 3).

Tingkat hutang yang terlampau berlebihan akan menempatkan perusahaan pada


risiko karena termasuk dalam kategori hutang ekstrim. Singkatnya, perusahaan jatuh
ke dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk mengurangi beban utang mereka.
Pada penelitian sebelumnya, Abbas, D.S., dan Hidayat., I. (2022) menyimpulkan
bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap prudence akuntansi. Penelitian
selanjutnya dilakukan oleh Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S.,
(2022) menghasilkan kesimpulan bahwa variabel leverage berpengaruh signifikan
positif terhadap prudence akuntansi.

Perspektif teori akuntansi positif (positive accounting theory) digunakan untuk


menjelaskan accounting prudence melalui dua hipotesis yakni bonus plan hypothesis
dan political hypothesis.Bonus plan hypothesis menyatakan bahwa, manajemen
keuntungan cenderung dilakukan oleh manajer supaya manajer memenuhi sasaran
keuntungan dan memperoleh insentif yang tinggi. Tindakan manajemen laba inilah
yang mengakibatkan pelaporan keuntungan cenderung stabil atau nir konservatif, hal
ini mengakibatkan berkurangnya earning conservatism (Ayu dan Indira 2012). Idrus,
M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022) dalam penelitiannya
menghasilkan kesimpulan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif secara
signifikan terhadap prudence akuntansi. Penelitian lainnya juga dilakukan
Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022) menghasilkan kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh terhadap prudence akuntansi.

Konteks political cost mendorong accounting prudence untuk menunda atau


mengurangi pajak dan untuk menghindar dari peraturan atau regulasi. Semakin besar
nilai political cost, maka semakin memungkinkan manajer untuk memilih prosedur
akuntansi yang melaporkan profit atau laba secara lebih rendah. Political cost juga
timbul akibat adanya konflik kepentingan antara perusahaan (manajer) dengan

4
5

pemerintah yang menimbulkan adanya political cost. Dimana diketahui bahwa


pemerintah berwenang melakukan pengalihan harta atau kekayaan menurut
perusahaan pada rakyat menggunakan aturan yang berlaku (peraturan perpajakan juga
peraturan lainnya). Untuk proses pengalihan harta tadi umumnya mempertimbangkan
informasi akuntansi misalnya laba.

Perusahaan besar pada umumnya memiliki potensi yang lebih tinggi untuk
diawasi baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat. Perusahaan dengan
penghasilan profit yang tinggi dan stabil secara terus menerus akan menarik
pemerintah untuk menaikkan tarif pajak serta meninggikan biaya layanan publik
kepada perusahaan, hal tersebut yang menjadi alasan penerapan konservatisme
akuntansi untuk perusahaan (Calvin, 2012). Pada penelitian yang dilakukan oleh
Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022) menghasilkan kesimpulan
bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh atas prudence akuntansi. Abbas, D.S.,
dan Hidayat., I. (2022) dalam penelitiannya menghasilkan kesimpulan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif secara signifikan terhadap prudence akuntansi.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, serta penelitian-penelitian terdahulu


menggunakan output penelitian yg nir-konsisten, maka penulis tertarik buat
melakukan penelitian yg serupa dengan memakai accounting prudence sebagai
variabel dependen, dan tiga variabel independen lainnya yaitu Leverage, Bonus Plan,
dan Political Cost.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah konflik leverage berpengaruh terhadap Accounting Prudence?
2. Apakah bonus plan berpengaruh terhadap Accounting Prudence?
3. Apakah political cost berpengaruh terhadap Accounting Prudence?

5
6

1.3 Tujuan Penelitian


Pada dasarnya penelitian memiliki tujuan untuk menguji dan menemukan
pembuktian hal-hal seperti:
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh leverage terhadap Accounting
Prudence.
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh bonus plan terhadap Accounting
Prudence.
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh political cost terhadap
Accounting Prudence.

1.4. Manfaat Penelitian


Kebermanfaatan yang diinginkan tercapai dalam pengujian ini adalah bagi:
1. Akademis
Dari pengujian ini luaran yang diperoleh dapat dipergunakan menjadi
literatur serta referensi kajian yang dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya terkait dengan pengaruh leverage, bonus plan, dan political
cost

2. Praktis
Bagi perusahaan, dari penelitian ini luaran yang dihasilkan diharapkan
dapat digunakan perusahaan sebagai pertimbangan penerapan prinsip
prudence untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan yang
didasarkan dari prinsip prudence akuntansi.

1.5. Sistematika Penulisan Proposal


Penulisan skripsi ini memiliki lima bab berkesinambungan:

BAB 1. PENDAHULUAN
Dalam bagian pendahuluan, dipaparkan hal-hal yang melatarbelakangi
penelitian, perumusan masalah dalam penelitian, tujuan serta manfaat dari
penelitian.

6
7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Dalam bagian ini, mencakup teoritis dan konsep untuk melandasi
penelitian, rangkuman dari penelitian terdahulu mengenai keterkaitannya
dengan penelitian, pengembangan hipotesis, serta kerangka penelitian yang
digunakan sebagai analisis model pada penelitian ini.

BAB 3. METODE PENELITIAN


Dalam bagian tersebut, memaparkan terkait bentuk penelitian, pengukuran
variabilitas dalam penelitian, serta sumber data yang diambil untuk penelitian,
populasi dan sampel penelitian berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan
bagaimana metode pengumpulan data yang diterapkan.
BAB 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bagian ini, memaparkan pembahasan terkait dengan topik bahasan
dalam skripsi ini dengan menjadikan penelitian terdahulu, jurnal ilmiah, serta
pustaka-pustaka pendukung lainnya sebagai acuan dalam penulisan bagian ini.
BAB 5. SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Dalam bagian ini, akan disimpulkan hasil dari analisis serta pembahasan
yang telah dilakukan sebelumnya agar menjadi suatu kajian yang lengkap.
Diungkapkan pula keterbatasan dari penelitian ini yang dapat digunakan sebagai
acuan yang lebih baik pada penelitian ke depannya melalui saran-saran yang
diberikan.

7
8

8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kajian Teori
2.1.1. Teori Keagenan
Teori keagenan (Agency Theory) menimbulkan adanya ketidak seimbangan informasi (asimetri) yang
dimiliki manajer dengan pemegang saham. Asimetri informasi (information asymmetry) merupakan
ketidakseimbangan informasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi bisnis, yang mana satu pihak
memiliki lebih banyak informasi dibandingkan dengan pihak lain. Pihak-pihak yang terlibat setidaknya terdiri
dari pihak manajemen selaku penyedia informasi (prepaper) di lapangan dan pihak pemegang saham dan
stakeholder pada umumnya, sebagai pengguna atas informasi tersebut (Scott, 2009:7)

Perusahaan dinilai sebagai sekumpulan kontrak atau perjanjian yang mengikat manajer (agent) dan
pemegang saham perusahaan (prinsipal). Perjanjian ini menyatakan bahwa pemilik perusahaan atau prinsipal
akan mendelegasikan wewenang manajemen tata kelola perusahaan kepada manajer atau agent. Sesuai dengan
perjanjian dan kontraknya, manajer berkewajiban penuh untuk menyajikan laporan keuangan yang akan
digunakan pemilik perusahaan. Laporan keuangan ini juga mencerminkan kemampuan kinerja manajer,
sehingga manajer dinilai akan memiliki kecenderungan untuk melaporkan informasi yang mana akan
memaksimalkan keuntungan pribadi saja, serta mengabaikan kepentingan pemegang saham. Manajer selaku
pihak yang diberikan wewenang untuk mengelola perusahaan akan lebih banyak mengetahui informasi di
lapangan dibandingkan pemilik perusahaan.

Pada praktiknya, agen terkadang melakukan aktivitas yang tidak sejalan dengan apa yang telah disepakati
sebelumnya di dalam kontrak kerja, hal ini pun memicu konflik antara agen dan prinsipal (agency problem).
Pihak agen jauh lebih banyak mengetahui apa yang terjadi di lapangan dibandingkan dengan pihak prinsipal,
hal tersebut memicu adanya asimetri informasi. Asimetri Informasi dapat diartikan sebagai keadaan dimana
terjadi ketidak seimbangan perolehan informasi antara pihak agen sebagai penyedia informasi dengan pihak
prinsipal atau pemilik perusahaan sebagai pemakai informasi yang disediakan (Iskandar, 2016).

Penerapan accounting prudence tidak terlepas dari teori agensi (agency theory). Teori ini menyatakan,
setiap pihak di dalam perusahaan memiliki kepentingan masing masing untuk mencapai tujuan masing masing
pihak. Perbedaan interest atau kepentingan antara kedua belah pihak yaitu penyedia (agen) dan pemakai
informasi (prinsipal) ini, dapat memberikan dampak pada pelaporan kualitas laba. Manajemen memiliki
kecenderungan akan membesar-besarkan jumlah laba pada laporan keuangan dengan tujuan agar memperoleh
imbalan bonus yang lebih tinggi dan kinerja manajer akan dinilai bagus. Hal ini dapat dikurangi atau dicegah
dengan adanya implementasi accounting prudence. Implementasi accounting prudence pada laporan keuangan
sendiri akan dapat mencegah kecurangan atau manipulasi laporan keuangan yang dilakukan oleh manajer serta
dapat mengurangi biaya agensi (Lafond & Roychowdhury, 2007).

9
2.1.2. Accounting Prudence

Konsep kehati-hatian yg terdapat pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan PSAK No. 14
mengenai Persediaan & PSAK No. 48 mengenai Penurunan Nilai Aset. PSAK No. 14 menyebutkan mengenai
penyajian persediaan pada neraca dari nilai terendah antara harga perolehan & nilai realisasi bersih, sedangkan
PSAK No.48 menyebutkan bahwa penyusutan nilai aset adalah kerugian yg wajib segera diakui pada laporan
keuangan.

Seiring dengan adanya konvergensi IFRS, konsep konservatisme telah digantikan dengan accounting
prudence, yang mana terdapat pada boleh diakuinya suatu potensi pendapatan meski pendapatan tersebut belum
tentu terjadi, melama memenuhi ketentuan pengakuan pendapatan (revenue recognition) dengan tidak
mengesampingkan prinsip yang konservatif dalam pengakuan tersebut. Setelah pengadopsian IFRS pada SAK,
IASB menyatakan bahwa accounting prudence maupun konservatisme bukanlah kualitas informasi akuntansi
yang diinginkan sehingga mereka menerbitkan IFRS dengan harapan laporan keuangan dapat menjadi lebih
relevan. Tetapi, dalam kenyataannya perusahaan-perusahaan wajib permanen menghadapi faktor
ketidakpastian ditengah era IFRS. Dengan menganut prinsip accounting prudence dalam level yg sempurna
pada laporan keuangan dipercaya relatif baik buat mengatasi ketidakpastian tersebut.

2.1.3. Leverage
Rasio leverage adalah skala yang digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya baik dalam jangka waktu panjang atau pendek kepada krediturnya sampai kewajiban tersebut ter
dilikuidasi. Tingkat hutang yang tinggi juga menjadi indikator bagi kreditur untuk memberikan pinjaman karena
perusahaan akan dinilai dapat memenuhi kewajibannya dan kinerja keuangan perusahaan dinilai mumpuni, hal
tersebut yang membuat kreditor tertarik untuk mendanai perusahaan. Kebijakan akuntansi yang tepat sangat
penting bagi perusahaan dalam meningkatkan rasio keuangan dengan nilai leverage yang tinggi.

Semakin tinggi rasio leverage perusahaan, kreditur akan semakin tertarik dan merasa aman untuk
mengeluarkan dana mereka karena yakin perusahaan memiliki kapabilitas untuk membayar utang jangka
panjang maupun pendek. Perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi, dapat mengalihkan aset dari kreditur
kepada pemegang saham dan manajemen, sehingga akan menimbulkan biaya keagenan yang lebih tinggi pula
(Jensen dan Meckling, 1976). Untuk mengurangi biaya keagenan, manajemen perusahaan dapat secara sukarela
mengungkapkan informasi lebih lanjut, termasuk informasi terkait dengan modal intelektual yang diperkirakan
akan meningkat dengan leverage yang lebih tinggi.. 

2.1.4. Bonus Plan


Bonus Plan sering didefinisikan sebagai harapan ganti rugi atau imbalan yang diinginkan oleh manajer
melalui pengelolaan laba perusahaan. Kepemilikan manajerial yang semakin rendah menandakan adanya
permintaan ditetapkannya accounting prudence yang semakin tinggi. Accounting prudence timbul sebagai

10
suatu mekanisme solusi dalam menangani potensi masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham.
Hal ini dikarena adanya separasi fungsi kontrol dan kepemilikan perusahaan (Fatmariani 2013).

Penyusunan laporan keuangan seringkali ditemukan adanya kecenderungan manajemen yang mana
berusaha melakukan manajemen laba, agar laba yang disajikan tersebut terlihat seolah olah sudah mencapai
target laba yang ditetapkan. Hal ini bisa dilakukan pihak manajemen untuk kepentingan pribadinya yaitu
mendapat imbalan yang tinggi, meskipun laporan keuangan yang disusun menjadi tidak konservatif (Jayanti dan
Sapari, 2016). Apabila kepemilikan manajer bertambah lebih banyak daripada penanam modal lainnya, maka
manajemen akan cenderung menyusun laporan keuangan lebih konservatif. Sebaliknya, apabila tingkat
kepemilikan manajerial menurun, maka permintaan diterapkannya accounting prudence semakin tinggi.

2.1.5. Political Post


Biaya politis merupakan beban yang berasalkan kepentingan antar perusahaan dan kebijakan pemerintah.
Perusahaan berkepentingan melakukan penggantian aset dari perusahaan ke masyarakat, pemerintah selaku
wakil dari masyarakat, memiliki wewenang sesuai dengan aturan yang berlaku, yang mana meliputi peraturan
terkait pajak maupun aturan-aturan lainnya. Biasanya proses pengalihan aset tersebut dipedomani oleh informasi
akuntansi pada perusahaan. Pada political cost hypothesis, perusahaan kecil akan memberikan perhatian lebih
kepada biaya politis yang muncul dibandingkan dengan perusahaan besar(Watts dan Zimmerman, 1990).

Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat biasanya lebih mengarah pada perusahaan
besar. Biaya politis meliputi transfer kekayaan atau semua biaya yang akan dibebankan ke perusahaan terkait
subsidi pemerintah, regulasi, biaya pajak, tindakan prosedur antimonopoly, tuntutan buruh, dan lain-lain (Nasir
et al, 2014). Jumlah political cost yang semakin besar, dinilai akan berbanding lurus dengan besarnya profit
yang dihasilkan perusahaan. Adanya biaya politis yang timbul dapat memicu manajer untuk memperkecil laba
agar dapat menekan potensi biaya politis (Watts dan Zimmerman, 2003).

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu mengenai Leverage, Bonus plan, Political Cost dan pengaruhnya
terhadap accounting prudence mendasari penelitian ini.
1. Abbas, D.S., dan Hidayat., I. (2022)

Penelitian Abbas, D.S., dan Hidayat., I. (2022) bertujuan untuk mengetahui bagaimana
likuiditas, leverage, ukuran bisnis, biaya politik, dan profitabilitas mempengaruhi akuntansi
prudence. Pada perusahaan utilitas, infrastruktur dan transportasi terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2017-2018, Sampel penelitian sejumlah 15 perusahaan dengan teknik pengambilan sampel
purposive. Alat untuk analisis data yang diterapkan adalah regresi data panel.
Persamaan antara penelitian Abbas, D.S., dan Hidayat., I. (2022) dengan penelitian ini adalah:

11
a. Variabel dependen penelitian Abbas, D.S., dan Hidayat., I. (2022)

adalah Prudence akuntansi

b. Variabel Independen penelitian Political Cost dan Leverage


Perbedaan antara penelitian Abbas, D.S., dan Hidayat., I. (2022) dengan penelitian ini adalah:
a. Periode penelitian yang digunakan oleh Abbas, D.S., dan Hidayat., I. (2022) adalah
2017-2018.
b. Variabel independen penelitian ini adalah Leverage dan Bonus Plan.
2. Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022)

Penelitian Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022) bertujuan untuk
mengkaji dan menganalisis terkait terhadap ROE, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial
hingga kehati-hatian perusahaan dalam melakukan keuangan laporan atau prudence. Perusahaan
Manufaktur Sektor Garmen dan Tekstil Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014,
dengan teknik pengambilan sampel purposive. Alat untuk analisis data yang diterapkan adalah
analisis regresi berganda.
Persamaan antara penelitian Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022) dengan
penelitian ini adalah:
a. Variabel dependen penelitian Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022)
adalah prudence akuntansi
b. Model analisis data yang digunakan Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G.,
(2022) adalah analisis regresi berganda.
Perbedaan antara penelitian Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022) dengan
penelitian ini adalah:
a. Periode penelitian yang digunakan oleh Rohmansyah, B., Soenaryo,
D., dan Siregar, I.G., (2022) adalah 2010-2014.
b. Variabel independen penelitian ini adalah Bonus Plan dan Political Cost
3. Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022)

Penelitian Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022) bertujuan untuk
menguji pengaruh kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, leverage, dan pertumbuhan peluang
pada kehati-hatian akuntansi. Perusahaan pertambangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2015-2019, dengan teknik pengambilan sampel purposive. Alat untuk analisis data yang diterapkan
adalah analisis regresi berganda.
Persamaan antara penelitian Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022) dengan
penelitian ini adalah:

12
a. Variabel dependen penelitian Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S.,
(2022) adalah prudence
b. Model analisis data yang digunakan Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam,
K.S., (2022) adalah analisis regresi berganda.
Perbedaan antara penelitian Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022) dengan
penelitian ini adalah:
a. Variabel independen penelitian ini adalah Bonus Plan dan Political
Cost
b. Periode penelitian yang digunakan oleh Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam,
K.S., (2022) adalah 2015-2019.

4. Pratidina, L.A., dan Majidah (2022)

Penelitian Pratidina, L.A., dan Majidah (2022) bertujuan untuk menguji pengaruh kepemilikan
manajerial, ukuran perusahaan, leverage, dan pertumbuhan peluang pada kehati-hatian akuntansi.
Perusahaan sub sektor kimia dan farmasi terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019, dengan
teknik pengambilan sampel purposive. Alat untuk analisis data yang diterapkan adalah analisis regresi data
panel.

Persamaan antara penelitian Pratidina, L.A., dan Majidah (2022) dengan penelitian ini adalah:
a. Variabel dependen penelitian Pratidina, L.A., dan Majidah (2022) adalah prudence
b. Variabel Independen penelitian Leverage

Perbedaan antara penelitian Pratidina, L.A., dan Majidah (2022) dengan penelitian ini adalah:

a. Variabel independen penelitian ini adalah Bonus Plan dan Political


Cost

b. Periode penelitian yang digunakan oleh Pratidina, L.A., dan Majidah (2022) adalah 2015-2019.

Tabel 2.1.

Tabel Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Penelitian Saat Ini

13
No Nama Jenis variabilitas Objek dan Alat
peneliti periode analisis
penelitian

Dependen Independen

1. Abbas, D.S., Prudence Likuiditas, Perusahaan Analisis


dan Akuntansi Leverage, Transportasi, regresi
Hidayat., I. Company Infrastruktur data panel
(2022) Size, Political dan Utilitas
Cost. Terdaftar di
Bursa Efek
Indonesia
Periode 2017-
2018

2. Rohmansya Prudence Return On Perusahaan Analisis


h, B., Akuntansi Equity, Manufaktur regresi
Soenaryo, Kepemilikan Sektor Garmen berganda
D., dan Manajerial, dan Tekstil
Siregar, dan Ukuran Terdaftar di
I.G., (2022) Perusahaan Bursa Efek
Indonesia
Periode 2010-
2014

14
No Nama Jenis variabilitas Objek dan Alat
peneliti periode analisis
penelitian

3. Idrus, M., Prudence Kepemilikan Perusahaan Analisis


Fatimah, S., Akuntansi manajerial, Pertambangan regresi
Mukhtar, A., Ukuran Terdaftar Di berganda
dan Salam, Perusahaan, Bei Periode
K.S., (2022) Leverage, 2015-2019
Growth
Opportunities

4. Pratidina, Prudence Profitabilitas, Perusahaan Analisis


L.A., dan Akuntansi Kesulitan sub sektor Regresi
Majidah Keuangan, kimia dan Data Panel
Leverage, farmasi
Komite Audit terdaftar di
BEI Periode
2015-2019

5. Penelitian Accounting Leverage, Perusahaan Analisis


saat ini Prudence Bonus Plan Manufaktur regresi
(2022) dan Political Sektor Industri berganda
Cost Barang
Konsumsi
Terdaftar Di
Bei Periode
2018-2021.

Sumber: Abbas, D.S., dan Hidayat., I. (2022); Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022);
Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022); Pratidina, L.A., dan Majidah (2022)

15
2.3. Pengembangan Hipotesis

2.3.1. Pengaruh Leverage terhadap Accounting Prudence

Sumber dana yang digunakan perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan berasal dari modal awal
perusahaan tersebut dan juga dari pinjaman (loan). Menurut Gibson (2012), nilai leverage digunakan sebagai
indikator besaran nilai pinjaman yang digunakan untuk menjalankan perusahaan. Bagi perusahaan umum yang
go-public, hutang sendiri adalah aspek penting yang tidak bisa dihindari agar perusahaan dapat berkembang.
Tingginya rasio leverage pada suatu perusahaan akan memicu kreditur untuk mengawasi operasional dan
akuntansi perusahaan (Susanto & Ramadhani, 2016). Pelaksanaan monitoring oleh pihak kreditor akan
mendorong pihak manajer untuk menerapkan akuntansi yang konservatif. Pada perhitungan ini tingkat hutang
(leverage) akan dinilai dengan cara membandingkan total hutang terhadap aset yang dimiliki.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Abbas, D.S., dan Hidayat., I. (2022) menyatakan bahwa
leverage berpengaruh negatif terhadap prudence akuntansi. Sedangkan penelitian lainnya yang dilakukan oleh
Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022) menghasilkan kesimpulan bahwa variabel
leverage berpengaruh signifikan positif terhadap prudence akuntansi.

H1: Leverage berpengaruh positif terhadap Accounting Prudence

2.3.2. Pengaruh Bonus Plan terhadap Accounting Prudence


Menurut Ayu dan Indira (2012), kinerja dari manajer akan sesuai dengan bonus yang diperoleh manajer
tersebut. Manajemen laba yang dilakukan oleh manajer berupa manipulasi pemaksimalan laba agar target yang
ditetapkan dapat tercapai, dan pelaporan keuangan menjadi tidak konservatif. Laporan keuangan cenderung
konservatif akibat kepemilikan manajerial yang rendah, karena mengejar bonus akan lebih diutamakan oleh
manajer. Dampaknya, manajer cenderung untuk memanipulasi nilai laba semaksimal mungkin agar kinerjanya
terlihat bagus. Bonus plan dapat diproksikan dengan struktur kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial
yang rendah dinilai akan menimbulkan rasa kepemilikan yang rendah pula, hal ini menyebabkan pelaporan
keuangan yang kurang konservatif karena manajer akan lebih mengutamakan untuk mengejar bonus.

Semakin besar kepemilikan manajerial akan menimbulkan rasa kepemilikan sebagai prinsipal, sehingga
manajemen yang awalnya hanya bertindak sebagai agent atau pengelola perusahaan, memiliki rasa kepedulian
yang lebih tinggi terhadap penerapan kebijakan akuntansi. Hal ini dikarenakan bahwa manajemen bukan hanya
sebagai agent, namun juga mencakup sebagai prinsipal atau pemilik perusahaan. Oleh karena manajemen juga
memperoleh kepemilikan perusahaan, maka konflik kepentingan antara agent dan principal dapat ditekan.
Dengan semakin rendah rentang kepentingan antara agent dan principal, maka accounting prudence juga
semakin tinggi.

16
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022)
menghasilkan kesimpulan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif secara signifikan terhadap
prudence akuntansi. Penelitian lainnya juga dilakukan Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022)
menghasilkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap prudence akuntansi.

H2 : Bonus plan berpengaruh positif terhadap Accounting Prudence

2.3.3. Pengaruh Political Cost terhadap Accounting Prudence


Hipotesis Political cost menguraikan bahwa potensi biaya politis lebih besar dihadapi oleh perusahaan
besar daripada perusahaan kecil. Calvin (2012) menunjukkan bahwa faktor ukuran perusahaan memiliki
pengaruh atas accounting prudence. Ukuran perusahaan yang semakin besar akan memperbesar peluang
manajer untuk menerapkan accounting prudence. Hal itulah yang mendorong manajer menggunakan kebijakan
akuntansi konservatif untuk menahan laba. Penggunaan accounting Prudence dimaksudkan untuk menekan dan
mengurangi atau menunda pajak serta untuk menghindari peraturan yang dapat disebut juga sebagai biaya
politis (Murwaningsari dan Nugraha: 2010).

Prinsipal tentu menginginkan performa perusahaannya tetap maksimal dan laba yang diperoleh pun tinggi.
Namun disisi lain, prinsipal memiliki kepentingan untuk menekan beban atau biaya yang dikeluarkan yang
tidak secara langsung berkaitan dengan prospek perusahaannya.  Selaras dengan kepentingan prinsipal, agen
juga memiliki kepentingan yang sama terkait kestabilan laba perusahaan guna memperoleh imbalan atau bonus
dari prinsipal. Hubungan kepentingan ini mendorong penggunaan accounting prudence agar dapat menekan
atau menghindari biaya-biaya yang tidak berkaitan langsung dengan operasional perusahaan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022)
menghasilkan kesimpulan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh atas prudence akuntansi. Sedangkan
pada penelitian Abbas, D.S., dan Hidayat , I. (2022) menghasilkan kesimpulan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh positif secara signifikan terhadap prudence akuntansi.

H3 : Political cost berpengaruh negatif terhadap Accounting Prudence

2.4 Model Penelitian

Berlandaskan beberapa teori yang digunakan, penelitian terdahulu, serta pemaparan hipotesis, dapat
disusun sebuah model penelitian seperti berikut:

Konflik Bondholders-Shareholders
Accounting Prudence

Bonus Plan
Political Cost
17
Gambar 2.1 Model Penelitian

BAB 4

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa perusahaan manufaktur sub-
sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2021. Bersumber
pada karakteristik pemilihan sampel (purposive sampling) yang dicantumkan pada bab sebelumnya, maka
diperoleh 16 perusahaan terlampir dalam kurun waktu 4 tahun yang dapat digunakan sebagai sampel.
Rincian kriteria dalam penentuan sampel dijabarkan dalam Tabel 4.1 berikut:

18
Tabel 4.1

Kriteria Pemilihan Sampel

Rincian Jumlah

Populasi:

Perusahaan manufaktur sub-sektor industri barang


konsumsi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
57
periode 2018-2021

Yang tidak memenuhi kriteria:

1. Perusahaan manufaktur sub-sektor industri barang


konsumsi yang tidak menerbitkan laporan tahunan
(8)
dengan lengkap dalam periode 2018-2021

2. Perusahaan manufaktur sub-sektor industri barang


konsumsi yang kepemilikan sahamnya tidak (30)
dimiliki oleh pihak manajerial

3. Data Outlier

(3)

Perusahaan yang dapat digunakan sebagai sampel 16

Periode penelitian 4

Jumlah akhir sampel penelitian 64

Sumber: Data diolah (2022)

19
Daftar 16 perusahaan manufaktur yang dijadikan sebagai sampel penelitian ini dapat dilihat pada
lampiran.

4.2 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif pada penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran terkait variabel
yang digunakan, seperti variabel dependen yaitu Accounting Prudence (AP) serta variabel independen yaitu
Leverage (L), Bonus Plan (BP), dan Political Cost (PC). Hasil dari analisis statistik deskriptif yang telah
dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Hasil Analisis Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

L 64 0,11 0,93 0,4455 0,19461

BP 64 0,01 1,00 0,1925 0,22586

PC 64 25,12 32,13 28,4317 1,50866

AP 64 -0,59 -0,01 -0,2443 0,11572

Sumber: Data diolah (2022); Lampiran 6

Penjelasan dari Tabel 4.2 mengenai hasil analisis statistik deskriptif masing-masing variabel adalah
sebagai berikut:

1. Nilai mean atau rata-rata dari variabel Leverage (L) pada perusahaan sampel adalah sebesar
0,4455. Nilai minimum atau nilai terendah sebesar 0,11 yang berasal dari PT Campina Ice Cream
Industry pada tahun 2021. Selanjutnya, nilai maximum atau nilai tertinggi untuk Leverage yakni
sebesar 0,93 yang berasal dari PT Prasidha Aneka Niaga Tbk. pada tahun 2021.

20
2. Nilai mean atau rata-rata dari variabel Bonus Plan (BP) perusahaan sampel adalah sebesar 0,1925.
Nilai minimum atau nilai terendah sebesar 0,01 yang berasal dari beberapa perusahaan sampel.
Sedangkan untuk nilai maximum yakni sebesar 1,00 merupakan nilai dari PT Era Mandiri
Cemerlang Tbk. pada tahun 2018.

3. Nilai rata- rata (mean) dari Political Cost (PC) pada perusahaan sampel yakni sebesar 28,4317.
Nilai terendah (minimum) sebesar 25,12 merupakan nilai dari PT Era Mandiri Cemerlang Tbk.
pada tahun 2018. Sedangkan untuk nilai tertinggi (maximum) yakni sebesar 32,13 yang berasal
dari PT Gudang Garam Tbk. pada tahun 2021.

4. Nilai rata- rata (mean) dari Accounting Prudence (AP) pada perusahaan sampel yakni sebesar -
0,2443. Nilai terendah (minimum) sebesar -0,59 merupakan nilai dari PT Langgeng Makmur
Industri pada tahun 2021. Sedangkan untuk nilai tertinggi (maximum) yakni sebesar -0,01 berasal
dari PT Buyung Poetra Sembada pada tahun 2020.

4.3 Analisis Data

4.3.1 Uji Asumsi Klasik

Hasil dari uji asumsi klasik akan digunakan untuk menafsirkan ketercukupan asumsi yang digunakan pada
model regresi linear berganda. Uji asumsi klasik juga dapat mengungkapkan data yang sesuai dalam
kajiannya. Hasil uji asumsi klasik diperoleh dari: uji normalitas, uji multikolinearitas, uji
heteroskedastisitas, serta uji autokorelasi.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk menguji antara variabel independen dan variabel
dependen yang dicantumkan dalam persamaan regresi dapat terdistribusikan secara normal atau
sebaliknya. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yakni Uji Kolmogorov-smirnov (K-S).
Suatu data dapat dinyatakan terdistribusi secara normal jika angka signifikan ≥ 0,05 (berlaku
sebaliknya). Hasil dari uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas

21
Unstandardized Residual

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,200

Sumber: Data diolah (2022); Lampiran 7

Berdasarkan Tabel 4.3, hasil uji Kolmogorov-smirnov yang didapatkan menunjukan nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) sebesar 0,200, yang berarti variabel sampel dalam regresi yang digunakan telah terdistribusi
secara normal karena nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05.

2. Uji Heteroskedastisitas

Dilakukannya uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini bertujuan untuk mencermati ada dan tidaknya
kesamaan antar varian dari residual (pengacau) antara pengamatan yang satu dan lainnya dalam suatu
persamaan regresi. Suatu data dikatakan homoskedastisitas apabila varian dari residual (antara
pengamatan yang satu dan lainnya) bernilai tetap. Sedangkan dikatakan heteroskedastisitas apabila
varian dari residual (pengacau) antara pengamatan yang satu dan lainnya tidak tetap. Dapat dikatakan
baik sebuah persamaan apabila tidak terjadi heteroskedastisitas dan homoskedastisitas (Ghozali, 2013).
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada dan tidaknya heteroskedastisitas dalam
sebuah penelitian yakni dilakukannya uji Glejser, dimana Uji Heteroskedastisitas memiliki penarikan
kesimpulan jika nilai signifikansi < 0.05, maka terjadi Heteroskedastisitas dalam model regresi dan
sebaliknya. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut berikut:

22
Tabel 4.4

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Model Sig.

L 0,204

BP 0,924

PC 0,257

Sumber: Data diolah (2022); Lampiran 7

Tabel 4.4 menunjukan bahwa masing-masing variabel memiliki nilai signifikansi diatas 0,05 sehingga
dapat dikatakan model regresi bebas dari heteroskedastisitas dan bisa disimpulkan tidak terjadi
heteroskedastisitas dalam persamaan regresi.

3. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk meninjau antar variabel independen dalam persamaan regresi
memiliki hubungan linier yang sesuai (tepat) atau tidak. Tujuan dilakukan uji Multikolinieritas yaitu
untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan pada uji parsial variabel
independen terhadap variabel dependen. Model regresi yang baik tentunya tidak terdapat kesamaan
diantara masing-masing variabel independennya (Ghozali, 2013). Untuk mengidentifikasi terjadi atau
tidaknya multikolinieritas dalam suatu variabel dapat dilakukan dengan melihat nilai TOL (Tolerance)
serta VIF (Variance Inflation Factor) masing-masing variabel dengan penarikan kesimpulan sebagai
berikut:

A. Jika nilai tolerance ≤ 0.10 dan VIF ≥ 10, maka model regresi terjadi
multikolinearitas antar variabel independen

B. Jika nilai tolerance > 0.10 dan VIF < 10, maka model regresi tidak terjadi multikolinieritas
antar variabel independen

23
Hasil dari uji multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikolinieritas

Var Toleranc VIF Simpulan


iab e
el

L 0,887 1,128 Tidak terjadi multikolinieritas

BP 0,966 1,035 Tidak terjadi multikolinieritas

PC 0,877 1,141 Tidak terjadi multikolinieritas

Sumber: Data diolah (2022); Lampiran 7

Penjelasan pada Tabel 4.5 menunjukan bahwa nilai TOL dari L sebesar 0,887, nilai TOL dari BP
sebesar 0,966, dan nilai TOL dari PC sebesar 0,877 (masing-masing variabel menunjukkan nilai TOL
> 0,10). Sedangkan nilai VIF dari L sebesar 1,128, BP sebesar 1,035, serta PC sebesar 1,141 (masing-
masing variabel menunjukkan nilai VIP < 10). Berdasarkan nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa
model regresi yang digunakan terbebas dari tanda-tanda multikolinieritas.

4.3.2 Analisis Regresi Linier Berganda

Pengujian pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda yang memiliki tujuan untuk
menyelidiki besar kecilnya nilai alterasi pada faktor yang digunakan sebagai model penelitian terkait
pengaruh Leverage (L), Bonus Plan (BP), dan Political Cost (PC) terhadap Accounting Prudence (AP).
Sampel penelitian didapatkan melalui data beberapa perusahaan manufaktur sub-sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2021 yang kemudian diuji menggunakan
aplikasi SPSS versi 23. Hasil analisis menggunakan uji t dengan hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.8
berikut

24
Tabel 4.6

Hasil Uji t

Variabel Koefisien Regresi Signifikansi Kesimpulan


Independen

Konstanta -0,623 0,036

KBS 0,049 0,511 Tidak Berpengaruh

BP -0,176 0,006 Berpengaruh Positif

PC 0,14 0,162 Tidak Berpengaruh

Sumber: Data diolah (2022); Lampiran 8

Dari hasil uji t pada Tabel 4.6, persamaan regresi berganda yang digunakan yakni:

AP = -0,623 + 0,049 KBS + (-0,176) BP + 0,14 PC + e

Penjelasan dari persamaaan regresi diatas beserta hasil analisis hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1. Konstanta bernilai negatif, yakni sebesar -0,623 menunjukan bahwa apabila seluruh variabel
independen diartikan dalam keadaan tetap (konstan) atau sama dengan nol, maka rata-rata
penurunan nilai penerapan Accounting Prudence adalah sebesar 0,623 persen.

2. Koefisien L bernilai positif, yakni sebesar 0,049 dan nilai signifikansinya sebesar 0,511. Hal
tersebut menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang searah antara variabel L dengan variabel
AP. Bertambahnya hutang suatu perusahaan, tidak selalu diikuti makin tingginya tingkat
penerapan Accounting Prudence oleh perusahaan. Diketahui nilai signifikansi > 0,05, maka H 1
yang menyatakan bahwa Leverage berpengaruh terhadap Accounting Prudence ditolak.

3. Koefisien BP bernilai negatif, yakni sebesar -0,176 dan nilai signifikansinya sebesar 0,006. Hal
tersebut menyatakan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel BP dengan variabel AP.

25
Laporan keuangan cenderung konservatif akibat kepemilikan manajerial yang rendah, karena
mengejar bonus akan lebih diutamakan oleh manajer. Dampaknya, manajer akan melakukan
manajemen laba semaksimal mungkin agar target laba tercapai. Bonus plan dapat diproksikan
dengan struktur kepemilikan manajerial. Kepemilikan manajerial yang rendah dapat menyebabkan
laporan keuangan cenderung tidak konservatif, karena manajer akan lebih mengutamakan untuk
mengejar bonus. Diketahui nilai signifikansi > 0,05, maka H2 yang menyatakan bahwa Bonus Plan
berpengaruh terhadap Accounting Prudence diterima.

4. Koefisien PC bernilai positif, yakni sebesar 0,014 dan nilai signifikansi nya 0,162. Hal tersebut
membuktikan bahwa tidak adanya hubungan searah antara variabel PC dengan variabel AP.
Demikian dapat diinterpretasikan apabila nilai variabel PC meningkat, maka tidak selalu nilai dari
variabel AP juga meningkat dan sebaliknya. Jika nilai signifikansi > 0,05, maka H 3 yang
menyatakan bahwa Political Cost berpengaruh terhadap Accounting Prudence ditolak.

4.3.3 Uji Kelayakan Model

Uji kelayakan model yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara
variabel bebas dan variabel terikat secara simultan. Dilakukannya uji kelayakan model yakni dengan
melakukan uji F simultan dengan tingkat signifikansi:

a. Probabilitas (sig) < dari α = 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.

b. Probabilitas (sig) > dari α = 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Berikut merupakan hasil dari pengujian kelayakan model dengan uji f yang ditunjukkan pada Tabel 4.7:

Tabel 4.7

Hasil Uji F

26
Keterangan F Signifikansi

Regression 3,815 0,014

Sumber: Data diolah (2022); Lampiran 9

Berdasarkan Tabel 4.7, dapat dilihat bahwa tingkat signifikansi sebesar 0,014 atau 0,01%, dimana nilai
tersebut < 0,05%. Sehingga dapat disimpulkan model tersebut layak untuk diuji.

4.4 Pembahasan

Berdasarkan pengujian yang sudah dilaksanakan, maka disimpulkan bahwa hanya variabel Bonus Plan
saja yang berpengaruh signifikan terhadap Accounting Prudence. Sedangkan variabel Leverage serta
Political Cost tidak memiliki pengaruh terhadap Accounting Prudence. Hal ini akan dijelaskan secara
terperinci hasil analisis tersebut sebagai berikut.

4.4.1 Pengaruh Leverage Terhadap Accounting Prudence

Pada Tabel 4.6, menunjukan tidak adanya pengaruh yang bergerak secara signifiikan baik positif maupun
negatif antara Leverage terhadap Accounting Prudence. Penelitian ini menunjukan kesesuaian dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Pratidina, L.A., dan Majidah (2022) yang menghasilkan
kesimpulan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh terhadap accounting prudence. Hasil Uji t
menjelaskan bahwa, besarnya utang perusahaan tidak menjamin perusahaan untuk lebih berhati-hati dalam
mengambil keputusan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena prinsip prudence yang merupakan sikap
kehati-hatian dalam menghadapi lingkungan yang tidak pasti maka perusahaan akan selalu menggunakan
prinsip ini tidak peduli apakah hutangnya tinggi atau rendah.

Leverage bukan merupakan merupakan suatu sinyal kepada pihak kreditur agar menjadi alasan untuk
memonitoring aktivitas operasional dan akuntansi perusahan. Karena dengan ada atau tidaknya suatu
pengawasan yang dilakukan oleh kreditor hal tersebut tidak akan mempengaruhi manajer untuk
menerapkan akuntansi yang konservatif. Bisa saja, dengan intensifnya pengawasan yang diberikan oleh
pihak kreditor, hal tersebut malah membuat manajer menjadi terbebani, sehingga laporan keuangan yang
dibuat menjadi sesuai harapan pihak kreditor, meskipun dengan cara curang.

4.4.2 Pengaruh Bonus Plan Terhadap Accounting Prudence

27
Pada Tabel 4.6, menunjukan adanya pengaruh yang bergerak secara signifikan antara Bonus Plan terhadap
Accounting Prudence. Hasil dari penelitian ini menunjukan kesesuaian dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., dan Salam, K.S., (2022) yang menghasilkan
kesimpulan bahwa bonus plan berpengaruh positif secara signifikan terhadap prudence akuntansi.
Berdasarkan hasil uji t, Hasil penelitian ini mengikuti teori keagenan yang menjelaskan bahwa pemilik
perusahaan (prinsipal) memberikan wewenang pengelolaan perusahaan kepada manajemen (agen).
Kewenangan pengelolaan perusahaan oleh manajer meliputi: memilih metode akuntansi yang dapat
digunakan. Besar kecilnya kepemilikan manajer dalam perusahaan dapat mempengaruhi pemilihan metode
akuntansi untuk menyusun laporan keuangan perusahaan. Ketika kepemilikan manajer rendah, manajer
akan memanfaatkan asimetri informasi untuk melaporkan laporan keuangan yang tidak menerapkan prinsip
kehati-hatian. Manajer akan ingin menunjukkan kinerja yang baik kepada pihak eksternal untuk
mendapatkan bonus yang tinggi (bonus plan hypothesis). Adanya asimetri informasi mendorong manajer
untuk memaksimalkan utilitas dengan mengorbankan kepentingan prinsipal.

4.4.3 Pengaruh Political Cost Terhadap Accounting Prudence

Pada Tabel 4.6, menunjukan tidak adanya pengaruh yang bergerak secara signifikan baik positif maupun
negatif antara Political Cost terhadap Accounting Prudence. Hasil dari penelitian ini menunjukan
kesesuaian dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar,
I.G., (2022) yang menghasilkan kesimpulan bahwa political cost tidak berpengaruh terhadap prudence
perusahaan manufaktur sub-sektor industri konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Hasil uji t menunjukkan, bahwa perusahaan tidak terlalu mempertimbangkan ukurannya untuk melakukan
penerapan prinsip prudent akuntansi. Artinya, perusahaan besar maupun kecil lebih memilih penerapan
prinsip liberal (agresif) dibandingkan dengan accounting prudence. Perusahaan menganggap bahwa prinsip
accounting prudence tidak menguntungkan bagi perusahaan atau berdampak negatif. Hasil tidak sesuai
dengan hipotesis yang menyatakan bahwa perusahaan besar cenderung memiliki biaya politis yang besar
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Sehingga untuk mengurangi biaya politis tersebut perusahaan
menerapkan accounting prudence. Dan sebaliknya, perusahaan kecil cenderung menerima dampak yang
cukup besar karena adanya biaya politis sehingga menerapkan accounting prudence.

28
BAB 5

SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menguji terkait Pengaruh Leverage, Bonus Plan, dan
Political Cost terhadap Accounting Prudence. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dan dijelaskan
pada pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Leverage tidak berpengaruh terhadap Accounting Prudence. Hal ini dikarenakan bertambahnya
hutang suatu perusahaan, tidak selalu diikuti dengan semakin tingginya tingkat penerapan
Accounting Prudence oleh perusahaan. Justru perusahaan akan menyajikan laporan keuangan yang
cenderung tidak konservatif jika mereka memiliki hutang yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan
perusahaan akan lebih memilih menggunakan kebijakan akuntansi yang dirasa dapat memperbaiki
rasio keuangan serta mengurangi kemungkinan pemutusan perjanjian hutang.

2. Bonus Plan berpengaruh positif terhadap Accounting Prudence. Hal tersebut dikarenakan adanya
kepemilikan saham oleh manajerial baik besar maupun kecil nilainya tentunya dapat
mempengaruhi tingkat konservatisme dalam pelaporan keuangan suatu perusahaan. Persentase
jumlah saham yang tinggi juga akan membuat manajer tidak memikirkan bonus yang diperoleh
saja, melainkan manajer juga akan membuat perusahaan lebih berkembang dengan menggunakan
cadangan tersembunyi yang tentunya dapat meningkatkan jumlah investasi perusahaan tersebut.

3. Political Cost tidak memiliki pengaruh terhadap Political Cost. Tentunya hal ini dikarenakan
semakin besar perusahaan maka tidak selalu menjadi peluang bagi seorang manajer untuk
menerapkan accounting prudence pada perusahaan tersebut. Adanya laba yang tinggi dapat
mendorong pemerintah untuk menaikkan pajak serta meminta layanan publik yang lebih tinggi
terhadap perusahaan. Hal ini membuat manajer-manajer perusahaan cenderung memilih metode
akuntansi yang menunda pelaporan laba untuk mengurangi tanggungan nilai politis perusahaan
tersebut.

5.2 Keterbatasan

Dilaksanakannya penelitian tentunya memiliki beberapa keterbatasan yang dapat disampaikan sebagai
berikut:

29
1. Masih banyaknya perusahaan manufaktur sub-sektor industri barang konsumsi yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini belum menerbitkan laporan tahunan dengan lengkap sehingga tidak
bisa mewakili secara keseluruhan perusahaan manufaktur sub-sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Periode yang digunakan dalam penelitian ini terbatas di 4 tahun saja, yaitu pada tahun 2018-2021,
sehingga kemungkinan belum menunjukan jawaban yang sebagaimana mestinya jika dibandingkan
dengan penelitian-penelitian terdahulu yang menggunakan tahun pengamatan yang relatif lebih
panjang

5.3 Saran

Melalui penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang dapat dicantumkan oleh peneliti,
yaitu:

1. Saran Akademis

Disarankan untuk menambahkan variabel lainnya yang dapat digunakan dalam pengujian penelitian
berikutnya seperti tingkat intensitas modal dan sebagainya. Kemudian juga disarankan untuk
menambah jumlah sampel penelitian serta menambah periode pengamatan yang lebih panjang dengan
tujuan agar hasil yang diperoleh dapat lebih valid serta dapat menyajikan kondisi atau pola yang
dibutuhkan sesungguhnya.

2. Saran Praktis

a. Untuk perusahaan disarankan untuk terus meningkatkan kinerja perusahaannya dalam bidang
keuangan serta kontribusinya terhadap perusahaan serta kehidupan sekitar sehingga dapat
meningkatkan kualitas perusahaan, terutama dalam prinsip pengambilan keputusan.

b. Untuk masyarakat atau investor disarankan untuk dapat lebih mencermati informasi yang
diberikan perusahaan terkait kinerja perusahaan dalam berbagai macam aspek, yang kemudian
dapat dijadikan referensi dalam menentukan keputusan berinvestasi.

30
Aristiya, M. M., & Budiharta, P. (2013). Analisis perbedaan tingkat konservatisme akuntansi
laporan keuangan sebelum dan sesudah konvergensi IFRS. Skripsi, Tidak Dipublikasi,
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Ekonomi, Yogyakarta

Ayu Martaning Yogi Ardina. dan Indira Januarti. 2012. Penggunaan Prespektif Positive
Accounting Theory Terhadap Konservatisme Akuntansi di Indonesia. Diponegoro Journal
Of accounting. Vol. 1, No. 1

Brigham, Eugene F dan Daves, Philip R. 2003. Intermediate Financial Management. USA:
Thompson South Western.

Calvin Oktamegah. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konservatisme pada Perusahaan


Manufaktur di BEI”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Akuntansi. Vo. 1, No. 2 Januari

Dahlia Sari. 2004. Hubungan Antara Konservatisme dengan Konflik Bondholders-Shareholders


Seputar Kebijakan Dividen dan Peringkat Obligasi. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia. Vol. 1, No. 2 Desember

Fatmariani., 2013. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Debt Covenant dan Growth Opportunities
terhadap Konservatisme Akuntansi Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Padang.

Gibson, C. H. (2012). Financial Reporting And Analysis. Retrieved From


Https://Books.Google.Co.Id/Books?Id= Gmd_Wkk2in0c

Givoly, Dan, dan Carla Hayn. "The changing time-series properties of earnings, cash flows and
accruals: Has financial reporting become more conservative?" Journal of accounting and
economics 29.3 (2000): 287-320.

38

31
39

Ghozali, I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Universitas Diponegoro

Healy, K. P., 1990. “Effectiveness of accounting-based divident covenants”.


Journal of Accounting and Economics, 12,1-3,97-123.

Hellman, Niclas. 2007. Conservatism Under IFRS.

Idrus, M., Fatimah, S., Mukhtar, A., & Salam, K. N. (2022). Examining the
Factors Affecting Accounting Prudence. Atestasi: Jurnal Ilmiah
Akuntansi, 5(1), 62–76.
Iskandar, Okto Reyhansyah. 2016. “Pengaruh Debt Covenant, Bonus Plan, dan Political Cost
terhadap Konservatisme Akuntansi (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
Subsektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2015)”, STIE
Indonesia Banking School.

Jayanti, Anna dan Sapari. 2016. “Pengaruh Positive Accounting Theory, Profitabilitas, dan
Operating Cash Flow terhadap Penerapan Konservatisme”, Jurnal Ilmu dan Riset
Manajemen, Vol. 5 No. 10.

Jensen, M. C., dan Meckling, W. H. 1976. Theory of the firm: Managerial behavior, agency costs
and ownership structure. Journal of financial economics, 3(4), 305-360.

Lafond, R., & Roychowdhury, S. (2007). Managerial ownership and accounting conservatism.
Journal of Accounting Research, 46(1), 101–135. https://doi.org/10.1111/j.1475-
679X.2008.00268.x

Mayangsari, S. dan Wilopo, 2002. “Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan Discretionary
Accruals: Implikasi Model Feltham-Olhson (1996).” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
September 2002, 291- 310.

Murwaningsari, Etty dan Ardhy Purna Caesa Nugraha.2010. Relevansi Nilai Konservatisme
Beserta Beberapa Faktor yang Mempengaruhi.Jurnal informasi, Perpajakan, Akuntansi
dan Keuangan Publik.Vol.5 No.1 halaman 21-39.

Nasir, Azwir. Elfi Ilham dan Yusniati. 2014. “Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial, Risiko
Litigasi, Likuiditas, dan Political Cost terhadap Konservatisme Akuntansi”, Jurnal
Ekonomi, Vol. 22 No. 2.

Pratidina, L.A., dan Majidah (2022) Pengaruh Profitabilitas, Kesulitan Keuangan, Leverage Dan
Komite Audit Terhadap Akuntansi Prudence (studi Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor
Kimia Dan Farmasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2019). ISSN:
2355-9357. e-Proceeding of

39
40

Management: Vol.9, No.1 Februari 2022.


Risdiyani, F., & Kusmuriyanto, K. (2015). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan
Konservatisme Akuntansi. Accounting Analysis Journal, 4(3).

Rohmansyah, B., Soenaryo, D., dan Siregar, I.G., (2022). Pengaruh Return On Equity,
Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan Terhadap Prudent Akuntansi

Scott, W. R. (2009). Financial Accounting Theory. Canada: Pearson Prentice Hall.

Smith, C. and J. Warner., 1979. “On financial contracting: An analysis of bond covenants”.

Journal of Financial Economics, Vol. 7, 117-161

Sulistyanto, Sri. 2008. Manajemen Laba (Teori dan Model Empiris). Jakarta: Grasindo

Susanto, B., & Ramadhani, T. (2016). Faktor-Faktor Yang Memengaruhi konserva


Konservatisme (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI 2010-
2014). Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, 23(2), 142–151.

Watts, R. L., 2003. Conservatism in Accounting Part 1 Explanation and implications. William E.
Simon Graduate School of Business Administration Universty of Rochester.

40
Lampiran 1 Daftar 16 Perusahaan yang Dijadikan Sampel Penelitian

NO KODE NAMA PERUSAHAAN


1 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk.

2 CAMP Campina Ice Cream Industry Tbk.

3 DMND Diamond Food Indonesia Tbk.

4 GGRM Gudang Garam Tbk.

5 GOOD Garudafood Putra Putri Jaya Tbk.

6 HOKI Buyung Poetra Sembada Tbk.

7 IKAN Era Mandiri Cemerlang Tbk.

8 KINO Kino Indonesia Tbk.

9 LMPI Langgeng Makmur Industri Tbk.

10 MYOR Mayora Indah Tbk.

11 PEHA Phapros Tbk.

12 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk

13 SKBM Sekar Bumi Tbk.

14 SKLT Sekar Laut Tbk.

15 ULTJ Ultra Jaya Milk Industry & Trading Company Tbk.

16 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk.

41

41
42

Lampiran 2 Tabulasi Data Leverage

KODE PERIODE TOTAL HUTANG TOTAL ASET LEVERAGE


2018 722,716,844,799 1,109,843,522,344 0.65
2019 722,719,563,550 1,103,450,087,164 0.65
ALTO
2020 732,991,334,916 1,105,874,415,256 0.66
2021 725,373,304,291 1,089,208,965,375 0.67
2018 118,853,215,128 1,004,275,813,783 0.12
2019 122,136,752,135 1,057,529,235,985 0.12
CAMP
2020 125,161,736,939 1,086,873,666,641 0.12
2021 124,445,640,572 1,147,260,611,704 0.11
2018 1,288,051,000,000 4,213,314,000,000 0.31
2019 2,287,060,000,000 5,570,651,000,000 0.41
DMND
2020 1,025,042,000,000 5,680,638,000,000 0.18
2021 1,277,906,000,000 6,297,287,000,000 0.20
2018 23,963,934,000,000 69,097,219,000,000 0.35
2019 27,716,516,000,000 78,647,274,000,000 0.35
GGRM
2020 19,668,941,000,000 78,191,409,000,000 0.25
2021 30,676,095,000,000 89,964,369,000,000 0.34
2018 1,722,999,829,003 4,212,408,305,683 0.41
2019 2,297,546,907,499 5,063,067,672,414 0.45
GOOD
2020 3,713,983,005,151 6,670,943,518,686 0.56
2021 3,735,944,249,731 6,766,602,280,143 0.55
2018 195,678,977,792 758,846,556,031 0.26
2019 207,108,590,481 848,676,035,300 0.24
HOKI
2020 244,363,297,557 906,924,214,166 0.27
2021 320,458,715,888 989,119,315,334 0.32
2018 69,436,529,340 81,315,831,386 0.85
2019 62,280,498,161 95,848,982,883 0.65
IKAN
2020 63,404,922,846 132,538,615,751 0.48
2021 58,357,126,496 129,081,871,589 0.45
2018 1,405,264,079,012 3,592,164,205,408 0.39
KINO
2019 1,992,902,779,331 4,695,764,958,883 0.42

42
43

2020 2,678,123,608,810 5,255,359,155,031 0.51


2021 2,683,168,655,955 5,346,800,159,052 0.50
2018 456,214,088,287 786,704,752,983 0.58
2019 448,320,875,981 737,642,257,697 0.61
LMPI
2020 451,757,472,151 698,252,022,979 0.65
2021 476,065,519,926 704,070,618,412 0.68
2018 9,049,161,944,940 17,591,706,426,634 0.51
2019 9,137,978,611,155 19,037,918,806,473 0.48
MYOR
2020 8,506,032,464,592 19,777,500,514,550 0.43
2021 8,557,621,869,393 19,917,653,265,528 0.43
2018 1,078,865,209,000 1,868,663,546,000 0.58
2019 1,275,109,831,000 2,096,719,180,000 0.61
PEHA
2020 1,175,080,321,000 1,838,539,299,000 0.64
2021 1,097,562,036,000 1,915,989,375,000 0.57
2018 454,760,270,998 697,657,400,651 0.65
2019 587,528,831,446 763,492,320,252 0.77
PSDN
2020 645,223,998,886 765,375,539,783 0.84
2021 660,177,282,573 708,894,784,885 0.93
2018 730,789,419,438 1,771,365,972,009 0.41
2019 784,562,971,811 1,820,383,352,811 0.43
SKBM
2020 806,678,887,419 1,768,660,546,754 0.46
2021 977,942,627,046 1,970,428,120,056 0.50
2018 408,057,718,435 747,293,725,435 0.55
2019 410,463,595,860 790,845,543,826 0.52
SKLT
2020 366,908,471,713 773,863,042,440 0.47
2021 347,288,021,564 889,125,250,792 0.39
2018 780,915,000,000 5,555,871,000,000 0.14
2019 953,283,000,000 6,608,422,000,000 0.14
ULTJ
2020 3,972,379,000,000 8,754,116,000,000 0.45
2021 2,268,730,000,000 7,406,856,000,000 0.31
2018 250,337,111,893 1,255,573,914,558 0.20
WIIM
2019 266,351,031,079 1,299,521,608,556 0.20

43
44

2020 428,590,166,019 1,614,442,007,528 0.27


2021 572,784,572,607 1,891,169,731,202 0.30

44
45

Lampiran 3 Tabulasi Data Bonus Plan

JUMLAH KPM. KPM.


KODE PERIODE MANAJERIAL TOTAL SAHAM MANAJERIAL
2018 49,000,000 2,191,870,558 0.02
2019 49,000,000 2,191,870,558 0.02
ALTO
2020 49,000,000 2,191,870,558 0.02
2021 49,000,000 2,191,870,558 0.02
2018 35,200,000 5,885,000,000 0.01
2019 35,200,000 5,885,000,000 0.01
CAMP
2020 35,200,000 5,885,000,000 0.01
2021 35,200,000 5,885,000,000 0.01
2018 1,030,355,000 2,052,500,000 0.50
2019 4,121,420,000 8,210,000,000 0.50
DMND
2020 3,752,768,286 9,468,359,000 0.40
2021 3,752,768,286 9,468,359,000 0.40
2018 12,946,930 1,924,088,000 0.01
2019 12,946,930 1,924,088,000 0.01
GGRM
2020 12,946,930 1,924,088,000 0.01
2021 12,946,930 1,924,088,000 0.01
2018 1,247,083,501 7,379,580,291 0.17
2019 1,250,218,001 7,379,580,291 0.17
GOOD
2020 752,102,701 7,344,805,491 0.10
2021 3,742,513,505 36,533,854,955 0.10
2018 35,717,472 2,374,834,620 0.02
2019 35,717,472 2,378,405,500 0.02
HOKI
2020 35,817,472 2,419,438,170 0.01
2021 145,269,888 9,677,752,680 0.02
2018 20,000 20,000 1.00
2019 220,640,000 500,000,000 0.44
IKAN
2020 220,640,000 833,333,000 0.26
2021 220,640,000 833,333,000 0.26
KINO 2018 153,623,000 1,428,571,500 0.11

45
46

2019 142,541,000 1,428,571,500 0.10


2020 178,441,300 1,428,571,500 0.12
2021 179,984,400 1,428,571,500 0.13
2018 688,574,515 1,008,517,669 0.68
2019 688,574,515 1,008,517,669 0.68
LMPI
2020 688,574,515 1,008,517,669 0.68
2021 688,574,515 1,008,517,669 0.68
2018 5,638,834,400 22,358,699,725 0.25
2019 5,638,834,400 22,358,699,725 0.25
MYOR
2020 5,638,834,400 22,358,699,725 0.25
2021 5,643,777,700 22,358,699,725 0.25
2018 77,613,800 840,000,000 0.09
2019 77,613,800 840,000,000 0.09
PEHA
2020 76,079,150 840,000,000 0.09
2021 76,493,550 840,000,000 0.09
2018 65,984,333 1,440,000,000 0.05
2019 65,984,333 1,440,000,000 0.05
PSDN
2020 65,984,333 1,440,000,000 0.05
2021 65,984,333 1,440,000,000 0.05
2018 38,304,991 1,726,003,217 0.02
2019 38,304,991 1,726,003,217 0.02
SKBM
2020 38,304,991 1,730,103,217 0.02
2021 38,304,991 1,730,103,217 0.02
2018 5,687,044 621,666,450 0.01
2019 5,687,044 621,666,450 0.01
SKLT
2020 5,687,044 621,666,450 0.01
2021 5,817,044 621,675,350 0.01
2018 3,967,948,900 11,553,528,000 0.34
2019 4,160,913,460 11,553,528,000 0.36
ULTJ
2020 5,565,634,360 11,553,528,000 0.48
2021 5,598,964,960 11,553,528,000 0.48
WIIM 2018 522,976,776 2,099,873,760 0.25

46
47

2019 522,976,776 2,099,873,760 0.25


2020 806,848,726 2,099,873,760 0.38
2021 811,184,626 2,099,873,760 0.39

47
48

Lampiran 4 Tabulasi Data Political Cost

KODE PERIODE TOTAL ASET UKURAN PERUSAHAAN


2018 1,109,843,522,344 27.74
2019 1,103,450,087,164 27.73
ALTO
2020 1,105,874,415,256 27.73
2021 1,089,208,965,375 27.72
2018 1,004,275,813,783 27.64
2019 1,057,529,235,985 27.69
CAMP
2020 1,086,873,666,641 27.71
2021 1,147,260,611,704 27.77
2018 4,213,314,000,000 29.07
2019 5,570,651,000,000 29.35
DMND
2020 5,680,638,000,000 29.37
2021 6,297,287,000,000 29.47
2018 69,097,219,000,000 31.87
2019 78,647,274,000,000 32.00
GGRM
2020 78,191,409,000,000 31.99
2021 89,964,369,000,000 32.13
2018 4,212,408,305,683 29.07
2019 5,063,067,672,414 29.25
GOOD
2020 6,670,943,518,686 29.53
2021 6,766,602,280,143 29.54
2018 758,846,556,031 27.36
2019 848,676,035,300 27.47
HOKI
2020 906,924,214,166 27.53
2021 989,119,315,334 27.62
2018 81,315,831,386 25.12
2019 95,848,982,883 25.29
IKAN
2020 132,538,615,751 25.61
2021 129,081,871,589 25.58
2018 3,592,164,205,408 28.91
KINO
2019 4,695,764,958,883 29.18

48
49

2020 5,255,359,155,031 29.29


2021 5,346,800,159,052 29.31
2018 786,704,752,983 27.39
2019 737,642,257,697 27.33
LMPI
2020 698,252,022,979 27.27
2021 704,070,618,412 27.28
2018 17,591,706,426,634 30.50
2019 19,037,918,806,473 30.58
MYOR
2020 19,777,500,514,550 30.62
2021 19,917,653,265,528 30.62
2018 1,868,663,546,000 28.26
2019 2,096,719,180,000 28.37
PEHA
2020 1,838,539,299,000 28.24
2021 1,915,989,375,000 28.28
2018 697,657,400,651 27.27
2019 763,492,320,252 27.36
PSDN
2020 765,375,539,783 27.36
2021 708,894,784,885 27.29
2018 1,771,365,972,009 28.20
2019 1,820,383,352,811 28.23
SKBM
2020 1,768,660,546,754 28.20
2021 1,970,428,120,056 28.31
2018 747,293,725,435 27.34
2019 790,845,543,826 27.40
SKLT
2020 773,863,042,440 27.37
2021 889,125,250,792 27.51
2018 5,555,871,000,000 29.35
2019 6,608,422,000,000 29.52
ULTJ
2020 8,754,116,000,000 29.80
2021 7,406,856,000,000 29.63
2018 1,255,573,914,558 27.86
WIIM
2019 1,299,521,608,556 27.89

49
50

2020 1,614,442,007,528 28.11


2021 1,891,169,731,202 28.27

50
51

Lampiran 5 Tabulasi Data accounting prudence

ARUS KAS TOTAL


KODE PERIODE LABA BERSIH DEPRESIASI OPERASI TOTAL ASET AKRUAL
2018 -33,021,220,862 230,817,518,295 7,723,486,943 1,109,843,522,344 -0.17
2019 -7,383,289,239 256,402,603,983 33,552,221,386 1,103,450,087,164 -0.20
ALTO
2020 -10,506,939,189 246,034,180,497 30,788,406,788 1,105,874,415,256 -0.19
2021 -8,932,197,718 265,857,902,659 41,942,240,191 1,089,208,965,375 -0.20
2018 61,947,295,689 482,697,095,022 103,821,716,191 1,004,275,813,783 -0.44
2019 76,758,829,457 533,925,676,972 158,440,399,915 1,057,529,235,985 -0.43
CAMP
2020 44,045,828,313 603,141,794,378 202,642,422,392 1,086,873,666,641 -0.41
2021 100,066,615,090 669,648,139,919 213,482,549,779 1,147,260,611,704 -0.48
2018 318,113,000,000 996,107,000,000 210,562,000,000 4,213,314,000,000 -0.26
2019 366,863,000,000 1,122,009,000,000 433,254,000,000 5,570,651,000,000 -0.19
DMND
2020 205,589,000,000 1,216,694,000,000 523,739,000,000 5,680,638,000,000 -0.16
2021 351,470,000,000 1,322,574,000,000 570,500,000,000 6,297,287,000,000 -0.18
2018 7,793,068,000,000 17,789,611,000,000 11,224,700,000,000 69,097,219,000,000 -0.21
2019 10,880,704,000,000 20,111,276,000,000 11,174,403,000,000 78,647,274,000,000 -0.25
GGRM
2020 7,647,729,000,000 22,658,887,000,000 17,477,714,000,000 78,191,409,000,000 -0.16
2021 5,605,321,000,000 25,246,115,000,000 5,325,167,000,000 89,964,369,000,000 -0.28
2018 425,481,597,110 1,319,940,176,142 656,583,909,022 4,212,408,305,683 -0.26
2019 435,766,359,480 1,393,882,879,919 474,666,272,987 5,063,067,672,414 -0.27
GOOD
2020 245,103,761,907 1,789,347,822,524 873,840,286,375 6,670,943,518,686 -0.21
2021 492,637,672,186 2,018,055,942,006 709,767,241,234 6,766,602,280,143 -0.27
2018 90,195,136,265 29,168,264,789 -86,260,187,510 758,846,556,031 -0.27
2019 103,723,133,972 36,958,053,324 -103,037,657,405 848,676,035,300 -0.29
HOKI
2020 38,038,419,405 46,439,404,837 78,181,287,748 906,924,214,166 -0.01
2021 12,533,087,704 69,953,566,437 13,949,428,441 989,119,315,334 -0.07
2018 2,498,925,453 16,026,398,693 -10,396,333,287 81,315,831,386 -0.36
2019 4,694,444,802 17,497,462,685 1,289,423,927 95,848,982,883 -0.22
IKAN
2020 -1,087,117,567 19,708,996,508 -39,547,433,819 132,538,615,751 -0.44
2021 1,599,675,921 22,062,377,481 8,025,011,162 129,081,871,589 -0.12
KINO 2018 150,116,045,042 430,520,303,779 160,526,205,538 3,592,164,205,408 -0.12

51
52

2019 515,603,339,649 593,827,631,158 17,379,083,127 4,695,764,958,883 -0.23


2020 113,665,219,638 638,804,023,514 -71,182,500,389 5,255,359,155,031 -0.16
2021 100,649,538,230 731,700,551,101 591,719,438,701 5,346,800,159,052 -0.05
2018 -46,390,704,290 374,854,658,706 29,060,369,596 786,704,752,983 -0.38
2019 -41,669,593,909 391,891,120,204 18,147,515,192 737,642,257,697 -0.45
LMPI
2020 -41,331,271,519 404,142,176,361 30,879,382,236 698,252,022,979 -0.48
2021 -14,362,302,768 421,147,910,794 -6,098,636,403 704,070,618,412 -0.59
2018 1,760,434,280,304 4,296,368,133,427 459,273,241,788 17,591,706,426,634 -0.32
2019 2,039,404,206,764 4,843,364,769,063 3,303,864,262,122 19,037,918,806,473 -0.19
MYOR
2020 2,098,168,514,645 5,567,196,018,777 3,715,832,449,186 19,777,500,514,550 -0.20
2021 1,211,052,647,953 6,399,975,298,761 1,041,955,003,348 19,917,653,265,528 -0.33
2018 133,292,514,000 186,317,040,000 -140,032,643,000 1,868,663,546,000 -0.23
2019 102,310,124,000 221,171,318,000 -2,481,802,000 2,096,719,180,000 -0.16
PEHA
2020 48,665,150,000 264,454,632,000 259,484,562,000 1,838,539,299,000 -0.03
2021 11,296,951,000 304,029,072,000 189,923,155,000 1,915,989,375,000 -0.07
2018 -46,599,426,588 292,412,872,530 17,812,366,089 697,657,400,651 -0.33
2019 -25,762,573,884 311,296,621,558 57,339,523,786 763,492,320,252 -0.30
PSDN
2020 -52,304,824,027 327,103,528,286 -27,550,576,454 765,375,539,783 -0.40
2021 -81,182,064,990 343,276,578,712 48,155,002,081 708,894,784,885 -0.30
2018 15,954,632,472 177,677,230,002 -55,800,390,845 1,771,365,972,009 -0.14
2019 957,169,058 217,937,736,630 -80,895,531,759 1,820,383,352,811 -0.16
SKBM
2020 5,415,741,808 238,853,718,811 19,707,485,134 1,768,660,546,754 -0.13
2021 29,707,421,605 281,520,926,115 -44,012,427,508 1,970,428,120,056 -0.18
2018 31,954,131,252 148,713,985,724 14,653,378,405 747,293,725,435 -0.22
2019 44,943,627,900 168,120,781,516 55,384,490,789 790,845,543,826 -0.20
SKLT
2020 42,520,246,722 193,528,579,158 99,975,050,847 773,863,042,440 -0.18
2021 84,524,160,228 216,440,052,787 127,778,774,118 889,125,250,792 -0.19
2018 701,607,000,000 1,565,521,000,000 575,823,000,000 5,555,871,000,000 -0.30
2019 1,035,865,000,000 1,672,942,000,000 1,096,817,000,000 6,608,422,000,000 -0.24
ULTJ
2020 1,109,666,000,000 1,796,625,000,000 1,217,063,000,000 8,754,116,000,000 -0.19
2021 1,276,793,000,000 1,953,105,000,000 1,414,447,000,000 7,406,856,000,000 -0.25
WIIM 2018 51,142,850,919 379,249,832,385 140,978,069,476 1,255,573,914,558 -0.23

52
53

2019 27,328,091,481 434,730,900,013 199,249,244,086 1,299,521,608,556 -0.20


2020 172,506,562,986 490,061,944,420 215,554,537,768 1,614,442,007,528 -0.28
2021 176,877,010,231 542,313,844,109 181,246,163,814 1,891,169,731,202 -0.28

53
54

Lampiran 6 Hasil Uji Statisik Deskriptif

Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation
L 64 .11 .93 .4455 .19461
BP 64 .01 1.00 .1925 .22586
PC 64 25.12 32.13 28.4317 1.50866
AP 64 -.59 -.01 -.2443 .11572
Valid N
64
(listwise)

54
55

Lampiran 7 Hasil Uji Asumsi Klasik

UJI NORMALITAS
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 64
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std.
.10604978
Deviation
Most Extreme Absolute .092
Differences Positive .044
Negative -.092
Test Statistic .092
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

UJI HETERO

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .481 .170 2.822 .006
L -.056 .044 -.168 -1.283 .204
BP -.003 .036 -.012 -.095 .924
PC -.013 .006 -.303 -2.296 .257
a. Dependent Variable: ABS_RES

UJI MULTIKORELASI

Coefficientsa

55
Standardize
Unstandardized d Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Std.
Model B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant
-.623 .290 -2.150 .036
)
L .049 .075 .083 .662 .511 .887 1.128
BP -.176 .062 -.343 -2.854 .006 .966 1.035
PC .014 .010 .179 1.417 .162 .877 1.141
a. Dependent Variable: AP

Lampiran 8 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda


UJI T PARSIAL
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -.623 .290 -2.150 .036
L .049 .075 .083 .662 .511
BP -.176 .062 -.343 -2.854 .006
PC .014 .010 .179 1.417 .162
a. Dependent Variable: AP

Lampiran 9 Hasil Uji Kelayakan Model UJI F

SIMULTAN

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .135 3 .045 3.815 .014b
Residual .709 60 .012
Total .844 63
a. Dependent Variable: AP
b. Predictors: (Constant), PC, BP, KBS

Anda mungkin juga menyukai