Anda di halaman 1dari 35

PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, FINANCIAL

DISTRESS, DAN LEVERAGE TEHADAP PRUDENCE


AKUNTANSI

OLEH:
ANDIKA CANDRA APRILLIANTO
3203018265

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2022

i
PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, FINANCIAL
DISTRESS, DAN LEVERAGE TERHADAP PRUDENCE
AKUNTANSI

SKRIPSI
Diajukan kepada FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
untuk Memenuhi Sebagian
Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Akuntansi
Jurusan Akuntansi

OLEH:
ANDIKA CANDRA APRILLIANTO
3203018265

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS BISNIS
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2021

HALAMAN PERSETUJUAN

v
SKRIPSI

PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, FINANCIAL


DISTRESS, DAN LEVERAGE TERHADAP PRUDENCE
AKUNTANSI

Oleh:
ANDIKA CANDRA APRILLIANTO
3203018265

Telah Disetujui dan Diterima dengan Baik


untuk Diajukan Kepada Tim Penguji

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Marini Purwanto, SE, Msi., Ak.) ()


NIDN. NIDN.
Tanggal: Tanggal:

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi yang ditulis oleh: Andika Candra Aprillianto NRP 3203018265


Telah diuji pada tanggal XXXX dan dinyatakan lulus oleh Tim Penguji

Ketua Tim Penguji:

(Nama Ketua Penguji)


NIK. XXX.XX.XXX

Mengetahui:

Dekan, Ketua Jurusan,

Dr. Lodovicus Lasdi.,MM.,Ak.,CA.,CPA. Hendra Wijaya, Dr., MM., CPMA.


NIDN. 0713097203 NIK. 0711028601

iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH DAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya sebagai mahasiswa Universitas
Katolik Widya Mandala Surabaya:
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Andika Candra Aprillianto
NRP : 3203018265
Judul Skripsi : Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Financial Distress,
dan Leverage Terhadap Prudence Akuntansi
Menyatakan bahwa skripsi ini adalah ASLI karya tulis saya. Apabila terbukti
karya ini merupakan plagiarism, saya bersedia menerima sanksi yang akan
diberikan oleh Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya.
Saya menyetujui pula bahwa karya tulis ini dipublikasikan/ditampilkan di internet
atau media lain (digital library Perpustakaan Unika Widya Mandala Surabaya)
untuk kepentingan akademik sesuai dengan Undang-undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan keaslian dan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya
buat dengan sebenarnya.

Surabaya,
Yang menyatakan

Materai 6000

(Andika Candra Aprillianto)

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, penyertaan
dan hikmat Nya sehingga penulisan skripsi berjudul “Pengaruh Ukuran Dewan
Komisaris, Financial Distress, dan Leverage Terhadap Prudence Akuntansi”
dapat terselesaikan dengan baik. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi
persyaratan penyelesaian Program Pendidikan gelar S-1 Jurusan Akuntansi di
Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Dalam
menyelesaikan tugas akhir skripsi ini, ada banyak pihak yang telah memberikan
bantuan, dukungan, dan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan
maupun kesalahan, segala kritik maupun saran masukan yang dapat
mengembangkan dapat diterima penulis dengan terbuka demi perbaikan skripsi
ini. Penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
peneliti selanjutnya.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS......................... v
KATA PENGANTAR...................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah.............................................................................. 4
1.3. Tujuan Penelitian.................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................. 5
1.5 Sistematika Penulisan............................................................................ 5
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Laporan keuangan tahunan perusahaan menjelaskan kinerja dari pihak
manajemen ketika mengelola sumber daya perusahaan (Sari & Adhariani,
2009). Informasi itu dikirim melalui laporan keuangann untuk digunakan oleh
pihak internal dan eksternal dari perusahaan. Laporan keuangan harus sesuai
dengan tujuan, aturan dan regulasi Prinsip Akuntansi menurut standar yang
berlaku secara umum, Laporan keuangan yang dibuat haruslah dapat
dipertanggungjawabkan, dan berguna untuk semua pengguna laporan tersebut
(Deviyanti, 2012). Informasi pendapatan dari perusahaan merupakan pusat
pelaporan keuangan dan hal tersebut dapat menggambarkan tentang kinerja
keuangan perusahaan selama periode waktu tertentu. (Fajri Al Hayati,2013).
Akuntansi merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi
keuangan suatu organisasi mengenai posisi keuangan dan hasil usaha
perusahaan yang dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan
dalam proses pengambilan keputusan. Prinsip akuntansi memberikan
fleksibilitas bagi manajemen dalam menentukan metode maupun estimasi
akuntansi yang dapat digunakan. Dalam kondisi keuangan yang tidak stabil
seorang manajer akan mengalami keragu-raguan jika harus menerapkan
prinsip akuntansi yang bersifat konservatis (Ratna:2012).
Salah satu prinsip yang mempengaruhi penilaian laporan keuangan yaitu
konservatisme. Konservatisme adalah prinsip dalam menilai aktiva dan laba
dengan kehati-hatian oleh karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi
suatu ketidak pastian. Penerapan konservatisme pada akuntansi biasanya
terdapat dalam akun- akun tertentu seperti penilaian aset, kontrak jangka
panjang, biaya pengembangan dan lain-lain.Pro dan kontra penerapan prinsip
konservatisme ini masih terjadi. Konservatisme akuntansi dianggap sebagai
kendala yang akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan. Starling (1970)
dalam Watts (2003) menyatakan konservatisme sampai saat ini masih
memiliki peran penting dalam praktik akuntansi.

1
Seiring dengan adanya konvergensi IFRS, konsep konservatisme kini
digantikan oleh prudence, yang dimaksud dengan prudence dalam IFRS
adalah pengakuan pendapatan boleh diakui meskipun masih berupa potensi,
sepanjang memenuhi ketentuan pengakuan pendapatan (revenue recognition)
namun tetap saja menggunakan prinsip kehati-hatian dalam pengakuannya.
Setelah SAK mengadopsi IFRS, IASB mengatakan bahwa sebenarnya baik
prudence atau konservatisme bukanlah kualitas informasi akuntansi yang
diinginkan sehingga mereka menciptakan IFRS dengan harapan laporan
keuangan dapat menjadi relevan dan andal.
Fenomena kurangnya penerapan prudence akuntansi di Indonesia telah
banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan khususnya yang
bergerak di bidang manufaktur. Hal ini disebabkan oleh pemahaman
mengenai pentingnya peran prudence akuntansi bagi kelangsungan
perusahaan. Contohnya adalah manipulasi laporan keuangan di Indonesia
yaitu PT.KAI yang terdeteksi terdapat kecurangan dalam penyajian
laporan keuangannya. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT Kimia Farma
Tbk, dan PT Indofarma Tbk. PT Tiga Pilar Sejahtera Food melakukan
penggelembungan dana senilai Rp 4 triliun dan penggelembungan pendapatan
senilai Rp 662 miliar serta penggelembungan lain senilai Rp329 miliar
(Wareza, 2019). PT Kimia Farma pada tahun 2001 terkena kasus, dimana
terdapat salah satu bentuk kecurangan yaitu penyajian laba yang overstate
dengan menggelembungkan laba bersih tahunannya senilai Rp 32,668 miliar
dengan melebih sajian laba bersih yang seharusnya Rp. 99,594 miliar dicatat
senilai Rp. 132 miliar. Hal tersebut tentunya menjadi kabar buruk dan
merugikan bagi investor, kreditor dan pihak-pihak yang berkepentingan
lainnya (Sumber: Tempo).
Kasus manipulasi laporan keuangan di atas mengindikasikan
rendahnya penerapan prinsip prudence akuntansi oleh perusahaan dalam
penyusunan laporan keuangannya di Indonesia. Laba yang dibesarkan-
besarkan diatas juga merupakan dampak dari asimetri informasi karena
informasi yang diberikan berlebihan dan tidak sesuai dengan informasi yang

2
sesungguhnya. Karena itu penerapan prudence perlu diterapkan guna
meminimalisir asimetri informasi (Tuffour dan Oppong. 1997). Dengan
penerapan prudence yang berarti secara hati-hati mengakui pendapatan dan
beban-beban tentu saja akan membuat laba yang dihasilkan menjadi sebuah
informasi yang seolah-olah nilainya dibuat dibesar-besarkan hanya untuk
menarik minat principal. Dengan penerapan prudence akan membuat principal
lebih percaya dengan informasi yang didapatkan. Perilaku manajer atau
pemangku kewajiban memanipulasi laporan keuangan agar terlihat baik
sangat berkaitan dengan teori keagenan (Agency Theory) yang
menyatakan bahwa manajer mempunyai kecenderungan menaikkan laba
untuk menyembunyikan kinerja yang buruk.
Teori agensi merupakan teori yang dikemukakan oleh Jensen dan
Meckling pada tahun 1976, mendeskripsikan suatu hubungan antara prinsipal
(shareholder) dan agen (manajer). Prinsipal melakukan pendelegasian
wewenang kepada agen dalam pengambilan keputusan, namun dengan adanya
tujuan, situasi, kepentingan serta latar belakang berbeda dari keduanya maka
dapat menimbulkan konflik kepentingan. Selain itu, asimetri informasi dapat
terjadi karena agen yang menjalankan operasional perusahaan lebih
mengetahui banyak informasi daripada prinsipal, asimetri informasi tersebut
dapat menimbulkan dua permasalahan yakni adverse selection dan moral
hazard (Jensen dan Meckling, 1976). Perbedaan pendapat antara pihak
prinsipal dan agen di dalam teori agensi dapat mempengaruhi kualitas laba
yang akan dilaporkan oleh suatu perusahaan. Adanya penerapan prudence di
dalam laporan keuangan dapat mencegah perilaku manajer melakukan
kecurangan atau manipulasi laporan keuangan serta mengurangi biaya agensi
(Lafond & Roychowdhury, 2007).
Ukuran dewan komisaris merupakan komponen yang menjadi sorotan
dalam penerapan konservatisme. Dewan komisaris merupakan inti dari
corporate governance atau tata kelola korporat yang ditugaskan untuk
menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam
mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Pada

3
intinya, dewan komisaris merupakan suatu mekanisme mengawasi dan
mekanisme untuk memberikan petunjuk dan arahan pada pengelola
perusahaan. Dewan komisaris memegang peranan penting dalam menjalankan
tata kelola perusahaan. Seorang dewan komisaris memiliki tugas yaitu
melakukan pengawasan kepada manajemen perusahaan dalam pelaksanaan
tugas – tugasnya, khususnya dalam penyajian laporan keuangan agar akurat,
andal, dan dapat dipercaya. Ukuran dewan komisaris yang dimaksud di dalam
penelitian ini adalah banyaknya jumlah dewan komisaris yang ada di dalam
suatu perusahaan. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chrystri
(2009) menujukan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif
terhadap Prudence Akuntansi. Hasil yang berbeda ditemukan oleh Hani
(2012) yang variabel ukuran dewan komisaris tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Prudence akuntansi.
Kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah dapat memicu terjadinya
kesulitan keuangan dan apabila perusahaan tidak dapat menyelesaikannya
maka akan terjadi kepailitan. Menurut Fitriani & Ruchjana (2020), Financial
Distress merupakan keadaan perusahaan saat mengalami kondisi keuangan
yang sedang sulit yang menyebabkan perusahaan kesulitan dalam membayar
utang-utangnya. Kesulitan keuangan dimulai ketika suatu perusahaan tidak
mampu untuk memenuhi pembayaran atau ketika proyeksi arus kas
menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajibannya.
Kesulitan keuangan dapat mendorong pemegang saham untuk mengganti
manajer perusahaan apabila manajer dianggap tidak mampu untuk mengelola
perusahaan dengan baik. Hal ini akan memotivasi manajer untuk merubah laba
yang menjadi salah satu tolak ukur kinerja manajer dengan mengatur tingkat
konservatisme dari laporan keuangan (Noviantari dan Ratnadi, 2015).
Pada Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Saadiah dan Vinola
(2020), variabel financial distress tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
accounting prudence, Hasil penelitian Rivandi dan Ariska (2019)
menunjukkan bahwa financial distress memiliki pengaruh negatif signifikan
terhadap konservatisme akuntansi. Jika perusahaan memiliki indikasi financial

4
distress yang tinggi maka pihak pengelola akan membuat hasil keuntungan
yang tinggi juga agar terhindar dari desakan pihak eksternal perusahaan serta
kreditor.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi accounting prudence adalah
tingkat hutang. Tingkat hutang (leverage) adalah penggunaan asset dan
sumber dana (sources of funds) oleh perusahaan yang memiliki beban tetap
dengan maksud meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham Sartono
(2001). Menurut Bringham (2001) penggunaan hutang pada tingkat tertentu
akan dapat mengurangkan biaya modal perusahaan karena biaya atas hutang
merupakan pengurangan atas pajak perusahaan, dan dapat meningkatkan harga
saham, dimana pada akhirnya hal ini akan menguntungkan manajemen,
investor, kreditor, dan perusahaan. Pratanda dan Kusmuriyanto (2014)
menemukan bahwa leverage berpengaruh positif signifikan terhadap
prudence. Semakin tinggi leverage maka kreditor memiliki hak lebih besar
untuk mengetahui dan mengawasi penyelenggaraan operasi perusahaan. Dewi
dan Suryanawa (2014) juga menemukan bahwa leverage berpengaruh positif
signifikan terhadap prudence. Leverage dikatakan menguntungkan bila
perusahaan dapat menghasilkan laba yang melebihi biaya pembelanjaan
tetapnya (bunga obligasi dan dividen saham preferen yang konstan).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dan penelitian-
penelitian terdahulu dengan hasil penelitian yang tidak konsisten maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian yang serupa dengan menggunakan
Prudence Akuntansi sebagai variabel dependen, dan tiga variabel independent
lainnya yaitu Ukuran Dewan Komisaris, Financial Distress, dan Leverage.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Prudence
Akuntansi?

5
2. Apakah Financial Distress berpengaruh terhadap Prudence
Akuntansi?
3. Apakah Leverage berpengaruh terhadap Prudence Akuntansi?
1.3. Tujuan Penelitian
Pada dasarnya penelitian memiliki tujuan untuk menguji dan menemukan
pembuktian akan:
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Ukuran Dewan Komisaris
terhadap Prudence Akuntansi
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Financial Distress
terhadap Prudence Akuntansi.
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Leverage terhadap
Prudence Akuntansi.
1.4. Manfaat Penelitian
Kebermanfaatan yang dinginkan tercapai dalam pengujian ini adalah bagi:
1. Akademis
Dari pengujian ini luaran yang diperoleh dapat dipergunakan menjadi
literatur serta referensi kajian yang dapat digunakan untuk penelitian
selanjutnya terkait dengan faktor yang mempengaruhi prudence
dengan kebaharuan pengukuran di dalamnya.
2. Praktis
Bagi perusahaan, dari penelitian ini luaran yang dihasilkan diharapkan
dapat digunakan perusahaan sebagai pertimbangan penerapan prinsip
prudence untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan yang
didasarkan dari prinsip prudence akuntansi.

1.5 Sistematika Penulisan Proposal

Penulisan skripsi ini memiliki lima bab yang berkesinambungan satu sama
lain sebagai berikut:
BAB 1. PENDAHULUAN

6
Dalam bagian pendahuluan, penulis memaparkan latar belakang dari
penelitian, rumusan masalah dalam penelitian, serta tujuan dan manfaat
penelitian.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bagian ini, mencakup teoritas dan konsep untuk melandasi
penelitian, rangkuman dari penelitian terdahulu mengenai keterkaitannya
dengan penelitian, pengembangan hipotesis, serta rerangka penelitian yang
digunakan sebagai analisis model pada penelitian ini.
BAB 3. METODE PENELITIAN
Dalam bagian tersebut, memaparkan terkait bentuk penelitian,
pengukuran variabilitas dalam penelitian, serta sumber data yang diambil
untuk penelitian, populasi dan sampel penelitian berdasarkan kriteria yang
ditetapkan dan bagaimana metode pengumpulan data yang diterapkan.
BAB 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Dalam bagian ini, memaparkan pembahasan terkait dengan topik
bahasan dalam skripsi ini dengan menjadikan penelitian terdahulu, jurnal
ilmiah, serta pustaka-pustaka pendukung lainnya sebagai acuan dalam
penulisan bagian ini.
BAB 5. SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
Dalam bagian ini, akan disimpulkan hasil dari analisis serta
pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya agar menjadi suatu kajian
yang lengkap. Diungkapkan pula keterbatasan dari penelitian ini yang
dapat digunakan sebagai acuan yang lebih baik pada penelitian ke
depannya melalui saran-saran yang diberikan.

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori


2.1.1. Teori Keagenan
Teori agensi merupakan teori yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling
pada tahun 1976, mendeskripsikan suatu hubungan antara prinsipal (shareholder)
dan agen (manajer). Prinsipal melakukan pendelegasian wewenang kepada agen
dalam pengambilan keputusan, namun dengan adanya tujuan, situasi, kepentingan
serta latar belakang berbeda dari keduanya maka dapat menimbulkan konflik
kepentingan. Selain itu, asimetri informasi dapat terjadi karena agen yang
menjalankan operasional perusahaan lebih mengetahui banyak informasi daripada
prinsipal, asimetri informasi tersebut dapat menimbulkan dua permasalahan yakni
adverse selection dan moral hazard (Jensen dan Meckling, 1976). Principal yang
dimaksud pada teori ini adalah pemegang saham sedangkan agen merupakan
manajemen perusahaan. Dalam aktivitasnya, manajemen perusahaan (agen)
kadangkala melakukan tindakan yang dapat mengorbankan kepentingan dari
pemilik perusahaan, hal ini disebabkan agen memiliki informasi lebih banyak
dibandingkan principal.
Menurut Anthony & Govindarajan (2005), pihak agen dianggap akan
mendapatkan kepuasan tidak sekedar imbalan keuangan saja, melainkan tambahan
yang didapat berhubungan dengan keagenan, akan tetapi principal hanya
mementingkan pengembalian uang yang didapatkan dari investasi suatu
perusahaan. Ketidakpuasan pihak agen tersebut dan kesempatan untuk melakukan
manajemen laba akan terjadi jika antara manajemen dengan pemilik mengalami
asimetri informasi yang disebabkan karena agen banyak mempunyai informasi
dan lebih mengetahui keadaan di lapangan dibandingkan principal sehingga pihak
agen akan cenderung bersifat opportunis dengan memanfaatkan kesempatan
tersebut. Konflik kepentingan dan asimetris informasi yang muncul juga dapat
dikurangi dengan mekanisme pegawasan yang tepat untuk menyelaraskan
kepentingan berbagai pihak yang ada di perusahaan. Karena sejatinya konflik

8
keagenan terjadi antara manajemen dan pemegang saham akibat kecenderungan
manajer ingin mendapatkan penghasilan tambahan untuk konsumsi pribadinya
(Jensen dan Meckling, 1976). Ketika persentase laba yang dihasilkan oleh
perusahaan lebih rendah dari pada persentase saham yang dimiliki oleh pemegang
saham maka disinilah masalah antara pihak manajer dan pemegang saham timbul.

2.1.2. Prudence Akuntansi


Prudence atau yang dikenal sebagai konservatisme merupakan suatu reaksi
yang cenderung mengarah pada sikap kehati-hatian dalam menghadapi
ketidakpastian yang melekat pada perusahaan guna memastikan bahwa
ketidakpastian, risiko lingkungan bisnis dan ekonomi sudah cukup
dipertimbangkan (Oktomegah, 2012). Jika terdapat keraguan dalam penerapan
prudence, maka pilihlah solusi yang memiliki kemungkinan sangat kecil untuk
menghasilkan pendapatan yang terlalu tinggi atas nilai dari aset bersih atau laba.
Menurut Savitri (2016), prinsip konservatisme adalah konsep yang mengakui
beban dan kewajiban sesegera mungkin meskipun ada ketidakpastian tentang
hasilnya, namun hanya mengakui pendapatan dan aset ketika sudah yakin akan
diterima. Berdasarkan prinsip konservatisme, jika ada ketidakpastian tentang
kerugian, harus cenderung mencatat kerugian. Sebaliknya, jika ada ketidakpastian
tentang keuntungan, tidak harus mencatat keuntungan. Dengan demikian, laporan
keuntungan cenderung menghasilkan jumlah keuntungan dan nilai aset yang lebih
rendah demi untuk berjaga-jaga.
Menurut Dini (2012) konservatisme merupakan pelaksanaan kehati-hatian
dalam pengakuan serta pengukuran pendapatan dan aset. Seiring dengan adanya
konvergensi IFRS, konsep konservatisme mengalami pergeseran ketika IASB
memperkenalkan sebuah prinsip baru yaitu accounting prudence. Dimana
accounting prudence merupakan prinsip kehati-hatian yang memperbolehkan
manajer mengakui pendapatan meskipun masih berupa potensi sepanjang
memenuhi ketentuan pengakuan pendapatan (revenue recognition). PSAK sebagai
standar pencatatan akuntansi di Indonesia menjadi pemicu timbulnya penerapan
prinsip prudence. Adapula Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang

9
menggunakan prinsip prudence antara lain PSAK No. 14 tahun 2017 tentang
persediaan yang menyatakan bahwa persediaan dalam neraca disajikan
berdasarkan nilai terendah antara harga perolehan dan nilai realisasi bersih, PSAK
No. 48 tahun 2017 tentang penurunan nilai aset yang menyatakan bahwa
penurunan nilai aset merupakan rugi yang harus segera diakui dalam laporan laba
rugi komprehensif, PSAK No.16 tentang aktiva tetap dan aktiva lain-lainyang
mengatur estimasi masa manfaat suatu aktiva tetap, dan PSAK No.19 tentang aset
tidak berwujud yang berkaitan dengan metode amortisasi. Dijelaskan bahwa
terdapat beberapa metode amortisasi untuk mengalokasikan jumlah penyusutan
suatu asetatas dasar yang sistematis sepanjang masa manfaatnya.

2.1.3. Ukuran Dewan Komisaris


Penerapan dan pengelolaan corporate governance yang baik atau good
corporate governance merupakan sebuah konsep yang menekankan pentingnya
hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan
tepat waktu. Sistem corporate governance yang baik akan memberikan
perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan kreditor untuk
memperoleh kembali atas investasi dengan wajar, tepat dan seefisien mungkin,
serta memastikan bahwa manajemen bertindak sebaik yang dapat dilakukannya
untuk kepentingan perusahaan. Ukuran dewan komisaris sendiri merupakan salah
satu komponen inti dari tata kelola korporat (corporate governance). Ukuran
Dewan Komisaris merupakan jumlah anggota yang bertugas untuk pengambilan
keputusan di suatu perusahaan. Pengukuran dewan komisaris diperoleh dengan
total jumlah anggota dewan komisaris yang ada di perusahaan (Indrayati, 2010).
Menurut Savitri (2016: 67-92), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
manajemen dalam melakukan konservatisme (prudence), diantaranya adalah
ukuran dewan komisaris, leverage, profitabilitas, Intensitas Modal, cash flow, dan
ukuran perusahaan. Ukuran Dewan Komisaris yang besar akan menunjukkan
adanya pengawasan yang lebih efektif dalam suatu perusahaan. Sehingga,
perusahaan dengan dewan komisaris kuat akan menjadikan proses pembuatan
laporan keuangan mendapatkan pengawasan atau monitoring oleh manajemen

10
perusahaan dengan baik pula. Dewan Komisaris akan memberi syarat adanya
penerapan konservatisme dalam akuntansi untuk mengurangi besarnya biaya
politis seperti pajak.
Teori agensi menjelaskan bahwa dewan komisaris memiliki dua fungsi,
yaitu fungsi pelayanan dan fungsi pengawasan atau kontrol terhadap manajemen.
Fungsi pelayanan yang dilakukan dewan komisaris adalah memberikan konsultasi
dan nasehat kepada manajamen dan dewan direksi. Sedangkan fungsi pengawasan
atau kontrol yang dilakukan adalah mengontrol perilaku oportunistik manajemen
sehingga dapat menyelaraskan kepentingan dari pemegang saham dan manajer.
Dewan komisaris memegang peranan penting dalam menjalankan tata kelola
perusahaan. Seorang dewan komisaris memiliki tugas yaitu melakukan
pengawasan kepada manajemen perusahaan dalam pelaksanaan tugas – tugasnya,
khususnya dalam penyajian laporan keuangan agar akurat, andal, dan dapat
dipercaya. Posisi dewan komisaris sangat penting dalam menjembatani
kepentingan principal dalam sebuah perusahaan. Dengan semakin banyaknya
anggota dewan komisaris, pengawasan terhadap dewan direksi jauh lebih baik,
masukan atau opsi yang akan didapat direksi akan jauh lebih banyak.

2.1.4. Financial Disstress


Financial Distress (kesulitan keuangan) yang dialami perusahaan
disebabkan karena penurunannya kegiatan ekonomi perusahaan. Salah satu aspek
pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah
untuk meramalkan kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan. Menurut
Beaver, dkk (2011), Financial distress didefinisikan sebagai ketidakmampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban keuangan yang sudah lewat jatuh tempo.
Prediksi akan kontinuitas sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kebangkrutan. Dengan melihat
bagaimana kondisi perusahaan, berada dalam kesulitan keuangan (financial
distress condition) atau tidak, risiko kebangkrutan dapat dihindari. Kesulitan
keuangan dapat mendorong pemegang saham untuk mengganti manajer
perusahaan apabila manajer dianggap tidak mampu untuk mengelola perusahaan

11
dengan baik. Hal ini akan memotivasi manajer untuk merubah laba yang menjadi
salah satu tolak ukur kinerja manajer dengan mengatur tingkat konservatisme dari
laporan keuangan (Noviantari dan Ratnadi, 2015). Kesulitan keuangan dimulai
ketika perusahaan tidak dapat memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi
arus kas mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut akan segera tidak dapat
memenuhi kewajibannya (Brigham, 2003). Faktor yang menyebabkan Kesulitan
Keuangan Perusahaan adalah (Eko:2008):
1. Neoclassical model Pada kasus ini kebangkrutan terjadi jika alokasi
sumber daya tidak tepat. Kasus restrukturisasi ini terjadi ketika
kebangkrutan mempunyai campuran aset yang salah. Mengestimasi
kesulitan dilakukan dengan data neraca dan laporanlaba rugi. Misalnya
profit/assets (untuk mengukur profitabilitas), dan liabilities/assets.
2. Financial model Keuangan salah dengan liquidity constraints (batasan
likuiditas). Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan
hidup dalam jangka panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka
pendek. Model ini mengestimasi kesulitan dengan indikator keuangan atau
indikator kinerja seperti turnover/total assetsrevenues/turnover, ROA,
ROE, profit margin, stock turnover, receivables turnover, cash flow/ total
equity, debt ratio, cash flow/(liabilities-reserves), current ratio, acid test,
current liquidity, short term assets/daily operating expenses, gearing ratio,
turnover per employee, coverage of fixed assets, working capital, total
equity per share, EPS ratio, dan sebagainya.
3. Corporate governance model Disini, kebangkrutan mempunyai campuran
aset dan struktur keuangan yang benar tapi dikelola dengan buruk.
Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi out of the market
sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola perusahaan yang tak
terpecahkan. Model ini mengestimasi kesulitan dengan informasi
kepemilikan. Kepemilikan berhubungan dengan struktur tata kelola
perusahaan dan goodwill perusahaan.

4.

12
2.1.5. Leverage
Leverage adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansial jangka pendek maupun jangka panjang untuk mengukur sejauh mana
perusahaan diabiayai dengan hutang (Wiagustini, 2010:76). Hutang berpengaruh
bagi perusahaan untuk memiliki beban yang tetap, sehingga manajemen perlu
untuk mengelolanya dengan tepat. Leverage yang tinggi maka semakin besar pula
risiko yang akan dialami pihak kreditor maupun pemegang saham untuk
menanamkan modalnya di perusahaan. Di samping itu, leverage yang tinggi
memungkinkan perusahaan untuk melanggar perjanjian kredit, sehingga semakin
besar hak kreditur dalam mengawasi dan mengetahui penyelenggaraan operasi
akuntansi perusahaan. (Mamesah et al., 2016).
Lo (2006) dalam Deviyanti (2012) menyatakan jika perusahaan mempunyai
hutang yang tinggi, maka kreditor juga mempunyai hak untuk mengetahui dan
mengawasi jalannya kegiatan operasional perusahaan. Dengan demikian asimetri
informasi antara kreditor dan perusahaan berkurang karena manajer tidak dapat
menyembunyikan informasi keuangan yang mungkin akan dimanipulasi dengan
cara melebih-lebihkan aset yang dimiliki perusahaan. Oleh karena itu, kreditor
akan meminta manajer untuk melakukan pelaporan akuntansi secara konservatif
agar perusahaan tidak berlebihan dalam melaporkan hasil usahanya.

2.2. Penelitian Terdahulu


Penelitian tentang Prudence Akutansi telah dilakukan sebelumnya oleh
beberapa pebeliti, adapula beberapa yang mendasari penulis dalam membuat
penelitian ini yaitu:
1. Chrysti Despiana Saragih, Abdul Rohman (2019)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Chrysti Despiana Saragih,
Abdul Rohman (2019) memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh
mekanisme corporate governance terhadap prudence akuntansi. Penelitian
tersebut menggunakan populasi yang diambil dari semua perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015 –
2017. Objek yang terpilih sebagai sampel penelitian dilakukan melalui

13
purposive sampling dimana objek yang dijadikan sampel harus memenuhi
kriteria atau syarat tertentu yang telah ditetapkan. Melalui pengambilan
sample dengan menggunakan metode purposive sampling tersebut,
terdapat 143 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, 27 diantaranya
menggunakan mata uang asing, dan 28 diantaranya tidak memenuhi
kriteria dan data yang diperlukan tidak lengkap dilaporkan pada tahun
2015, 2016, dan 2017, sehingga diperoleh 88 perusahaan yang menjadi
sample dalam penelitian ini dengan total sample 264. Pengujian hipotesis
dalam penelitian ini dilakukan secara parsial dengan menggunakan uji t.
Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Chrysti Despiana
Saragih, Abdul Rohman (2019) adalah:
a. Variabel independen yang digunakan pada penelitian Chrysti
Despiana Saragih, Abdul Rohman (2019) adalah corporate
governance yang mana meliputi ukuran dewan komisaris,
independensi dewan komisari, dan tipe auditor. Ukuran dewan
komisaris pada penelitian tersebut adalah jumlah dewan komisaris
tersebut yang mana juga digunakan dalam penelitian ini.
b. Objek penelitian Chrysti Despiana Saragih, Abdul Rohman (2019).
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Chrysti Despiana
Saragih, Abdul Rohman (2019) adalah:
a. Periode sampel yang digunakan Chrysti Despiana Saragih, Abdul
Rohman (2019) adalah tahun 2015-2017
b. Variabel independen yang digunakan pada penelitian ini adalah
Ukuran Dewan Komisaris, sedangkan pada penelitian Chrysti
Despiana Saragih, Abdul Rohman (2019) adalah corporate
governance
2. Saadiah Syutiaty Putri, Vinola Herawaty (2020)
Penelitian yang dilakukan oleh Saadiah Syutiaty Putri, Vinola
Herawaty (2020) bertujuan untuk mengetahui pengaruh Financial Distress,
Risiko Litigasi, Firm Risk, terhadap Accounting Prudence dengan

14
menggunakan Firm Size sebagai variabel moderasi. Populasi penelitian
sebesar 49 perusahaan pada sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia antara tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Penelitian
ini menggunakan metode purposive sampling untuk pengambilan sampel
dan didapatkan 12 perusahaan sebagai sampel yang akan diuji. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa financial distress, firm risk, ukuran
perusahaan serta growth oppurtunities tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap accounting prudence. Risiko litigasi, leverage, dan profitabilitas
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap accounting prudence.
Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Saadiah Syutiaty Putri,
Vinola Herawaty (2020) adalah:
a. Variabel independen yang digunakan Saadiah Syutiaty Putri, Vinola
Herawaty (2020) adalah financial distress yang juga digunakan pada
penelitian ini.
b. Model analisis data yang digunakan Saadiah Syutiaty Putri, Vinola
Herawaty (2020) adalah regresi linier berganda.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Saadiah Syutiaty Putri,
Vinola Herawaty (2020) adalah:
a. Variabel dependen yang digunakan Saadiah Syutiaty Putri, Vinola
Herawaty (2020) adalah accounting prudence dengan firm size
sebagai variabel moderasi.
b. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor pertambangan
yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2015
sampai dengan tahun 2019.
3. Siti Suharni, Arini Wildaniyati, Dea Andreana (2019)
Penelitian yang dilakukan oleh Siti Suharni, Arini Wildaniyati, Dea
Andreana (2019) bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah dewan
komisaris, leverage, profitabilitas, intensitas modal, cash flow, dan ukuran
perusahaan terhadap konservatisme. Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan manufaktur yang telah tercatat dan menerbitkan laporan

15
keuangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2012-2017. Pemilihan
Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling.
Terdapat 144 populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar pada periode
tersebut. Pemilihan sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan,
sehingga terdapat 13 sampel perusahaan.
Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Siti Suharni, Arini
Wildaniyati, Dea Andreana (2019) adalah:
a. Variabel independen yang digunakan adalah jumlah dewan komisaris
dan leverage yang mana pada penelitian ini variabel independen
ukuran dewan komisaris yang dimaksut adalah jumlah dewan
komisaris tersebut.
b. Model analisis data yang digunakan Saadiah Syutiaty Putri, Vinola
Herawaty (2020) adalah regresi linier berganda.
Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Siti Suharni, Arini
Wildaniyati, Dea Andreana (2019) adalah:
a. Variabel dependen pada penelitian Siti Suharni, Arini Wildaniyati,
Dea Andreana (2019) adalah konservatisme
b. Periode sampel yang digunakan Siti Suharni, Arini Wildaniyati,
Dea Andreana (2019) adalah tahun 2012-2017
Tabel 2.1.
Tabel Perbandingan Penelitian Terdahulu dan Penelitian Saat Ini
Objek dan
N Nama
Jenis variabilitas periode Alat analisis
o peneliti
penelitian
Dependen Independen
1. Chrysti Prudence Mekanisme Perusahaan Analisis
Despiana Akuntansi Corporate Manufaktur yang regresi linier
Saragih, Governance Terdaftar di berganda
Abdul Bursa Efek
Rohman Indonesia (BEI)
(2019) periode 2015 –
2017.
2. Saadiah Accountin Financial Perusahaan pada Analisis
Syutiaty g Distress, Sektor regresi
Putri, Prudence Risiko Pertambangan berganda
Vinola Litigasi, yang Terdaftar di

16
Objek dan
N Nama
Jenis variabilitas periode Alat analisis
o peneliti
penelitian
Dependen Independen
Herawaty Firm Risk, Bursa Efek
(2020) Indonesia
periode 2015-
2019
3. Siti Konservat Jumlah Perusahaan Analisis
Suharni, isme Dewan Manufaktur yang regresi
Arini Komisaris, telah tercatat dan berganda
Wildaniy Leverage, menerbitkan
ati, Dea Profitabilitas laporan
Andreana , Intensitas keuangan di
(2019) Modal, Cash Bursa Efek
Flow, dan Indonesia (BEI)
Ukuran periode 2012-
Perusahaan 2017.
4. Penelitian Prudence Ukuran Perusahaan Analisis
saat ini Akuntansi Dewan Manufaktur yang regresi
(2020) Komisaris, Terdaftar di BEI berganda
Financial Periode 2019-
Distress, 2021.
dan
Leverage
Sumber: Chrysti Despiana Saragih, Abdul Rohman (2019); Saadiah Syutiaty
Putri, Vinola Herawaty (2020); Siti Suharni, Arini Wildaniyati, Dea Andreana
(2019).

2.3. Pengembangan Hipotesis


2.3.1. Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Prudence Akuntansi
Dewan komisaris memegang peranan penting dalam menjalankan tata
kelola perusahaan. Seorang dewan komisaris memiliki tugas yaitu melakukan
pengawasan kepada manajemen perusahaan dalam pelaksanaan tugas – tugasnya,
khususnya dalam penyajian laporan keuangan agar akurat, andal, dan dapat
dipercaya. Ukuran dewan komisaris yang dimaksud di dalam penelitian ini adalah
banyaknya jumlah dewan komisaris yang ada di dalam suatu perusahaan. Jumlah
Dewan Komisaris yang besar akan menunjukkan adanya pengawasan yang lebih
efektif dalam suatu perusahaan. Sehingga, perusahaan dengan dewan komisaris
kuat akan menjadikan proses pembuatan laporan keuangan mendapatkan
pengawasan atau monitoring oleh manajemen perusahaan dengan baik pula.

17
Dewan Komisaris akan memberi syarat adanya penerapan konservatisme dalam
akuntansi untuk mengurangi besarnya biaya politis seperti pajak.
Di dalam penelitian sebelumnya oleh Ahmed & Duellman (2007)
menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap prudence akuntansi. dan di dalam penelitian yang dilakukan oleh Nasr &
Ntim (2018) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh
negatif terhadap prudence akuntansi. Lalu pada penelitian selanjutnya oleh
Chrysti Despiana Saragih, Abdul Rohman (2019) menyatakan bahwa ukuran
dewan komisaris secara signifikan berpengaruh terhadap prudence akuntansi
sedangkan pada penelitian Siti Suharni, Arini Wildaniyati, Dea Andreana (2019)
menyatakan bahwa jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap
konservatisme.
H1: Ukuran Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Prudence Akuntansi

2.3.2. Pengaruh Financial Distress terhadap Prudence Akuntansi

Kondisi keuangan perusahaan yang bermasalah dapat mendorong


pemegang saham melakukan penggantian manajer perusahaan, yang kemudian
juga dapat menurunkan nilai pasar manajer yang bersangkutan di pasar tenaga
kerja. Ancaman tersebut dapat mendorong manajer untuk mengatur pelaporan
laba akuntansi yang merupakan salah satu tolak ukur kinerja manajer. Kondisi
keuangan perusahaan yang bermasalah dapat mendorong manajer mengatur
tingkat prudence akuntansi.
Viola dan Diana (2016) menyatakan bahwa perusahaan akan menurunkan
tingkat prudence dalam penyajian laporan keuangan apabila kondisi keuangan
sedang sulit. Hal ini dimotivasi oleh manajer yang menghindari tekanan
pelanggaran kontrak karena dianggap tidak mampu mengelola perusahaan apabila
terjadi kesulitan keuangan. Penelitian Noviantari dan Ratnadi (2015) menyatakan
bahwa financial distress berpengaruh negatif terhadap konservatisme akuntansi
sedangkan pada penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Saadiah Syutiaty
Putri, Vinola Herawaty (2020) menyatakan bahwa financial distress tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap accounting prudence.

18
H2 : Financial Distress berpengaruh terhadap Prudence Akuntansi

2.3.3. Pengaruh Leverage terhadap Prudence Akuntansi


Pada perusahaan yang mempunyai utang relatif tinggi, kreditur
mempunyai hak lebih besar untuk mengetahui dan mengawasi penyelenggaraan
operasi dan akuntansi perusahaan. Hak lebih besar yang dimiliki kreditur akan
mengurangi asimetri informasi di antara kreditur dengan manajer perusahaan.
Manajer mengalami kesulitan untuk menyembunyikan informasi dari kreditur.
Semakin tinggi tingkat hutang atau leverage suatu perusahaan, maka permintaan
akan penerapan akuntasi yang konservatif semakin tinggi pula karena disini
kreditur berkepentingan terhadap keamanan dananya yang diharapkan dapat
menguntungkan bagi dirinya.
Lo (2005) dan LaFond (2007) pada penelitiannya menyatakan bahwa
leverage berpengaruh positif terhadap konservatisme akuntansi. Penelitian
selanjutnya dilakukan oleh Septian dan Anna (2014), ukuran perusahaan memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap prudence. Penemuan tersebut juga didukung
dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanto dan Ramadhani (2016) serta
Saerang dan Lambey (2015). Pada penelitian selanjutnya oleh Siti Suharni, Arini
Wildaniyati, Dea Andreana (2019) menyatakan bahwa leverage berpengaruh
negatif signifikan terhadap Prudence. Selain itu leverage Siti Suharni, Arini
Wildaniyati, Dea Andreana (2019) tidak berpengaruh terhadap konservatisme
H3 : Leverage berpengaruh terhadap Prudence Akuntansi

2.4 Model Penelitian


Berlandaskan pada teori yang digunakan pada penelitian ini , penelitian
terdahulu, dan hipotesis yang telah dipaparkan diatas, maka dapat disusun sebuah
model penelitian sebagai berikut:

Ukuran Dewan Komisaris

Financial Distress
Prudence Akuntansi
Leverage

19
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan desain kausalitas dan bertujuan untuk menguji
dan menganalisis pengaruh Ukuran Dewan Komisaris, Financial Distress, dan
Leverage terhadap Prudence Akuntansi. Tahapan dari desain hubungan kausalitas
dendiri meliputi mendefinisikan masalah penelitian, merumuskan tujuan
penelitian, menyelidiki penelitian sebelumnya yang terkait dengan pengujian
teoritis, membuat hipotesis, menentukan ukuran sampel, mengklasifikasikan dan
mendefinisikan variabel yang digunakan, dan metode pengumpulan data,
pengujian hipotesis, dan menarik kesimpulan

3.2. Identifikasi Variabel, Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

3.2.1. Identifikasi Variabel


Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu variable dependen dan
variable independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah prudence
akuntansi, sedangkan variable independen meliputi ukuran dewan komisaris,
financial distress, dan leverage.

3.2.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


1. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini, variabel independen yang digunakan adalah prudence
akuntansi. Prudence mempunyai prinsip pada hal pengaturan keuntungan dimana
prudence memakai kebijakan-kebijakan akuntansi yang lebih mengakui beban
atau kerugian terlebih dahulu meskipun belum terjadi & mengakui pendapatan
atau keuntungan hanya saat pendapatan atau keuntungan tadi telah benar benar
terjadi karena itu prudence mengakibatkan keuntungan akan sebagai lebih kecil.
Teknis penerapan prudence pada perusahaan akan menyesuaikan dengan
kebijakan-kebijakan yg diputuskan sang manajemen sendiri. Pengukuran variabel
prudence sendiri data diukur dengan rumus sebagai berikut:

20
Total akrual (seblm dep) = (Laba Bersih + Depresiasi) – Arus Kas x -1
Total Aset
2. Variabel Independen
Penelitian ini mengguanakan variable dependen yang meliputi:
a. Ukuran Dewan Komisaris
Perusahaan dengan dewan komisaris yang kuat akan menghasilkan laporan
keuangan yang termonitor dengan baik oleh manajemen senior. Dewan
komisaris yang menyerukan penggunaan konservatisme dalam akuntansi
juga dapat mengurangi political cost seperti pajak. Ukuran Dewan
Komisaris dalam penelitian ini merupakan jumlah anggota yang bertugas
untuk pengambilan keputusan di suatu perusahaan. Ukuran dewan
komisaris perusahaan didasarkan pada jumlah total anggota dewan
komisaris perusahaan tersebut (Indrayati, 2010).
b. Financial Distress
Financial Distress adalah keadaan dimana suatu perusahaan mengalami
kesulitan keuangan dan menyebabkan perusahaan kesulitan dalam
membayar hutangnya (Fitriani & Ruchjana, 2020). Pada penelitian ini
pengukuran kondisi financial distress suatu perusahaan diukur dengan
menggunakan model prediksi kebangkrutan yang disebut Z score. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Zf = 1.2Z1 + 1.4Z2 + 3.3Z3 + 0.6Z4 + 0.99Z5
Keterangan:
Z₁ = working capital / total asset
Z₂ = retained earnings / total asset
Z₃ = earnings before interest and taxes / total asset
Z₄ = Market value of equity / total liabilities
Z₅ = sales / total asset
c. Leverage
Menurut Chairunnisya, dkk (2017), leverage adalah ukuran kondisi
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya.

21
Leverage bertindak sebagai indikator tingkat keamanan penarikan dana
yang dihasilkan oleh perusahaan. Hal ini menyebabkan manajer cenderung
menambah atau mengurangi laba, dan mempercepat realisasi laba untuk
menaikkan tingkat utang diperoleh dari perusahaan agar memperoleh
kepercayaan dari kreditur dan pihak pihak yang terkait. Rumus yang
digunakan pada penelitian ini untuk mengukur tingkat leverage adaah
sebagai berikut:
Leverage: Total Dept
Total Asset

3.3. Jenis Data dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan
merupakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2019-2021. Sumber data dalam
penelitian ini diperoleh dari www.idx.co.id.

3.4. Metode Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan yaitu
metode dokumentasi dengan mengumpulkan laporan keuangan tahunan
perusahaan manufaktur terdaftar dan melaporkan laporan keuangannya di BEI
periode 2019-2021 yang diperoleh dari www.idx.co.id.

3.5. Populasi, Sampel, dan Teknik Penyampelan


Populasi pada penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur sektor industry
terdaftar di BEI periode 2019-2021. Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan menggunakan metode purposive sampling agar memperoleh sampel yang
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Adapun kriteria yang digunakan
untuk menentukan sampel perusahaan yaitu:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2019-2021
2. Memiliki laporan tahunan lengkap periode 2019-2021 yang dilaporkan di BEI
3. Mengungkapkan CSR dalam laporan tahunan
4. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah.
5. Perusahaan Manufaktur yang memiliki tingkat prudence akuntansi positif.

22
3.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda. Selain itu juga menggunakan uji asumsi klasik meliputi uji
normalitas, multikolonieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas.
A. Uji Asumsi Klasik
Uji hipotesis klasik ini merupakan uji prasyarat yang dilakukan sebelum
dilakukan analisis lebih lanjut terhadap data yang terkumpul. Pengujian
hipotetis ini bertujuan untuk memastikan bahwa persamaan regresi yang
dihasilkan akurat, tidak bias, dan konsisten dalam estimasinya. Perhatikan
bahwa data aktual mungkin tidak memenuhi semua asumsi klasik ini.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk melakukan ini uji variabel dependen
dan apakah variabel tersebut merupakan variabel dalam model regresi
Apakah keduanya terdistribusi normal secara independen (Ghozali (2012).
Uji statistik yang digunakan pengujian sebaran normal residu merupakan
uji statistik non-plametris. Kolmogorovsmirnov (KS). Jika nilai
Kolmogorov Smirnov memiliki tingkat signifikan di atas α > 0,05 berarti
regresi memenuhi asumsi normalitas
2. Uji Multikolonieritas.
Pengujian ini didasarkan pada model regresi untuk menentukan korelasi
antar variabel bebas (Variabel Independen). Model regresi yang baik harus
menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara variabel independen. Jika
variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel tersebut tidak ortogonal.
Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi,
Anda dapat memeriksa besaran nilai Tolerance dan VIF-nya (Variance
Inflation Factor). Regresi bebas dari masalah multikolonieritas jika nilai
Tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF < 10, (Ghozali, 2011).
3. Uji Autokorelasi

23
Pengujian ini bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi antara noise
error periode t dan noise error periode t1 dalam model regresi linier. Jika
terdapat korelasi, maka disebut masalah autokorelasi. Uji autokorelasi
digunakan dalam model regresi data deret waktu. Suatu metode untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi menggunakan uji Durbin-Watson
(DW test). Kriteria tes untuk Durbin Watson adalah:
a. Jika 0 < d < d1, maka tidak ada autokorelasi positif
b. Jika d1 ≤ d ≤ du, maka tidak ada autokorelasi positif
c. Jika 4-d1 < d < 4, maka tidak ada korelasi negative
d. Jika 4-du ≤ d ≤ 4-d1, maka tidak ada korelasi negative
e. Jika du < d < 4-du, maka tidak ada autokorelasi positif dan negative
4. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroksiditas dimaksudkan untuk menguji apakah residual suatu
pengamatan berbeda dengan pengamatan lainnya dengan metode regresi.
Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroksiditas
(ketidakseragaman) adalah dengan menjalankan uji Glejser. Tes Glejser
menunjukkan bahwa nilai absolut dari residu variabel independen ditarik.
Jika nilai signifikan melebihi tingkat kepercayaan 5%, hasil probabilitas
harus cukup besar.
B. Pengujian Hipotesis
Pada penelitian ini uji hipotesis dilakukan menggunakan metode regresi linier
berganda dengan tujuan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen.
1. Model Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda adalah analisis fenomena yang menunjukkan
hubungan sebab akibat dimana variabel terikat ditentukan oleh beberapa
variabel bebas. analisis regresi berganda merupakan analisis terhadap
suatu fenomena yang menunjukan hubungan sebab dan akibat dimana
suatu variabel terikat ditentukan oleh lebih dari satu variabel bebas
(Santoso, 2007:289). Adapun persamaan regresi berganda yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitusebagai berikut (Sugiyono, 2017:275):

24
𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + 𝑏3𝑋3 + e
dimana,
𝑌 : accounting prudence
𝑎 : konstanta
𝑏1−𝑏3 : koefisien regresi
𝑋1 : Insentif pajak
𝑋2 : growth opportunity
𝑋3 : leverage
𝑒 : error
2. Uji Simultan (Uji F)
Uji-F menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama dengan variabel terikat
(Ghozali, 2018:98) . Hipotesis yang hendak diuji adalah sebagai berikut
a. Probabilitas (sig) < dari α = 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
b. Probabilitas (sig) > dari α = 0,05, maka Ho diterima dan Ha
ditolak.
3. Uji Parsial (Uji t)
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen (Ghozali, 2018:98-99). Kriteria untuk pengambilan
keputusan pada uji t ini yaitu:
a. Jika probabilitas (sig) > 0,05 (α) maka hipotesis ditolak.
b. Jika probabilitas (sig) <0,05 (α) maka hipotesis diterima.

25
DAFTAR PUSTAKA

Christine R., Vinola H. 2019. “Pengaruh Manajemen Laba, Sales Growth,


Profitabilitas, Leverage, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Prudence
Dengan Moderasi Kepemilikan Manajerial”. Magister Akuntansi
Universitas Trisakti

Siti S., Arini W., Dea A. 2019. “Pengaruh Jumlah Dewan Komisaris, Leverage,
Profitabilitas, Intensitas Modal, Cash Flow, Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Konservatisme (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2017)” . Jurnal Ilmu
Ekonomi, Manajemen, dan Akuntansi; ISSN: 2302 - 4747

Chrysti D. S., Abdul R. 2019. “Analisis Pengaruh Corporate Governance


Terhadap Accounting Prudence”. Volume 8, Nomor 3, Tahun 2019,
Halaman 1-8 ISSN (Online): 2337-3806

Saadiah S. P., Vinola H. 2020. “Pengaruh Financial Distress, Risiko Litigasi,


Firm Risk, Terhadap Accounting Prudence dengan menggunakan Frim
Size Sebagai Variabel Moderasi”. Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Trisakti

Savitri. 2016. Konservatisme Akuntansi : Cara Pengukuran, Tinjauan Empiris,


dan Faktor faktor yang Mempengaruhinya. Yogyakarta : Pustaka Sahila
Yogyakarta.

Adiwibowo. 2018. Pengaruh Manajemen Laba, Ukuran Perusahaan dan Leverage


terhadap Return Saham dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel
Moderasi. Jurnal Ilmiah Universitas Pamulang, Vol 6, No 2, 203-222.

26
Priambodo. 2015. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Konservatisme Akuntansi di Indonesia. Universitas Diponegoro.

Indrayati, M. R. (2010). Pengaruh Karakteristik Dewan Komisaris Terhadap


Tingkat Konservatisme Akuntansi. Skripsi.

Lo, Eko Widodo. 2005. Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan


terhadap Konservatisme Akuntansi.Makalah Simposium Nasional
Akuntansi VIII, Solo

Watts, R. L., 2003. Conservatism in Accounting Part 1 Explanation and


implications. William E. Simon Graduate School of Business
Administration Universty of Rochester
Noviantari, Ni Wayan dan Ni Made Dwi Ratnadi. 2015. Pengaruh Financial
Distress, Ukuran Perusahaan, dan Leverage pada Konservatisme
Akuntansi.E-Jurnal Akuntansi 11.3:646-660. ISSN: 2302-8556.
Universitas Udayana

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariant dengan Program SPSS. Edisi
2. Semarang: UNDIP.

Ghozali, I. dan Chariri, A. 2007. Teori Akuntansi Edisi Ketiga. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, I. (2011). “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS
21. Edisi Ketujuh. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

27
Lafond, R., & Roychowdhury, S. (2007). Managerial ownership and accounting
conservatism. Journal of Accounting Research, 46(1), 101–135.
https://doi.org/10.1111/j.1475-679X.2008.00268.x

Mayangsari, S. & W. (2002). “Konservatisme Akuntansi, Value Relevance dan


Discretionary Accruals: Implikasi Model Feltham-Ohlson (1996).”
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, September 2002, 291-310.

28

Anda mungkin juga menyukai