Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan merupakan suatu kontrak di bawah satu ataupun

lebih yang melibatkan agent untuk melaksanakan beberapa layanan bagi

mereka dengan cara melakukan pendelegasian wewenang pegambilan

keputusan kepada agent, baik agent maupun orang tidak diasumsikan

rasional secara ekonomi dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan

sendiri mendelegasikan pengambilan keputusan mengenai perusahaan

kepada manajer atau agent. Tujuan dari teori keagenan adalah untuk

menjelaskan bagaimana para pihak dalam hubungan kontraktual dapat

merancang kontrak yang bertujuan untuk meminimalkan biaya sebagai

akibat dari informasi asimetris dan ketidakpastian. Teori keagenan

berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi karena pihak –

pihak yang saling bekerja sama mempunyai tujuan yang berbeda. Teori

keagenan (agency theory) ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan

yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan (Ernati 2009).

Dalam penelitian ini, teori keagenan digunakan sebagai dasar

pemikiran. Tujuannya adalah untuk menjelaskan hubungan antara

kepemilikan institusional dan kepemilikan perusahaan terhadap integritas

laporan keuangan. Teori agensi perusahaan menyatakan bahwa jika ada

pemisahan antara manajer yang bertindak sebagai agent dan pemilik yang

13
14

bertindak sebagai principal, maka akan ada masalah agensi karena masing-

masing pihak akan selalu berusaha untuk memaksimalkan fungsi

utilitasnya. Menurut teori keagenan, kepemilikan institusional dan

kepemilikan manajerial diharapkan dapat memberikan keyakinan kepada

para investor bahwa mereka akan menerima keuntungan atas dana yang

telah mereka investasikan. Konsep-konsep ini berkaitan dengan bagaimana

para investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi

mereka, yakin bahwa manajer akan melakukan apa yang investor

(principal) inginkan seperti tidak mencuri atau menggelapkan dana yang

telah ditanamkan oleh investor. Dengan kata lain kepemilikan

institusional dan kepemilikan manajerial diharapkan dapat berfungsi

untuk menekan atau menurunkan biaya keagenan dan meningkatkan

kualitas informasi laporan keuangan sehingga pada akhirnya akan

meningkatkan integritas laporan keuangan.

2.1.3 Integritas Laporan Keuangan

Laporan Keuangan merupakan salah satu bentuk tanggung jawab

perusahaan kepada pengguna informasinya. Laporan keuangan adalah

catatan informasi keuangan suatu yang dapat menggambarkan kinerja

perusahaan. Di dalam laporan keuangan berisi informasi mengenai kondisi

keuangan perusahaan kepada pihak pengguna Dengan memahami laporan

keuangan suatu perusahaan, maka berbagai pihak yang berkepentingan

dapat melihat kondisi kesehatan keuangan suatu perusahaan. Laporan

keuangan harus sesuai kaidah akuntansi yang ada (Standar Akuntansi

Keuangan) dan tidak boleh dibuat dengan sebuah data rekayasa tanpa
15

dasar yang kuat seperti bukti transaksi dan sebagainya. Informasi

keuangan yang disajikan harus apa adanya tanpa menutup-nutupi

informasi dari segi apapun.

Laporan keuamgan juga dapat disusun secara mendadak karena dapat

digunakan oleh para penggunanya sewaktu-waktu jika mereka

membutuhkan. Oleh karena itu, laporan keuangan harus disajikan secara

berintegritas. Saad & Abdillah (2017) mengemukakan bahwa integritas

laporan keuangan dapat diartikan sebagai ukuran kebenaran dan kejujuran

suatu perusahaan dalam menyajikan semua informasi yang dibutuhkan

oleh pihak-pihak yang berkepentingan melalui laporan keuangan. Kualitas

fundamental dari laporan keuangan erat kaitannya dengan integritas

laporan keuangan, karena laporan keuangan yang berintegritas sudah pasti

memenuhi kriteria kualitas fundamental yang ditetapkan oleh IFRS, yaitu

relevance dan faithful representation. Laporan keuangan yang

berintegritas menunjukkan bahwa informasi keuangan yang terdapat

didalamnya disajikan secara jujur,wajar, akurat dan tidak mengandung

unsur-unsur atau tindakan yang disengaja dilakukan oleh pihak

manajemen dalam memanipulasi data akuntansi untuk menyesatkan para

pemakai informasi laporan keuangan. Laporan keuangan dapat dikatakan

berintegritas jika mengandung karakteristik seperti relevan, reliabilitas.

Relevan artinya jika informasi yang memuat dalam laporan keuangan

dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna informasi yaitu

membantu pengguna dalam mengevaluasi kejadian masa lampau dan masa

kini. Reliabilitas menunjukan sejauh mana informasi secara akurat


16

mencerminkan sumber daya perusahaan. Reliabilitas artinya memiliki sifat

yang dapat di percaya.

Informasi akuntansi yang memiliki karakteristik integritas yang

tinggi dapat diandalkan karena merupakan suatu penyajian yang jujur

sehingga memungkinkan pemakai informasi akuntansi bergantung pada

informasi tersebut, sehingga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi

keputusan pengguna laporan keuangan untuk membantu membuat

keputusan yang tepat. Ukuran integritas laporan keuangan secara intuitif

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu diukur dengan konservatisme serta

manajemen laba. Smith et al,.. (2011) mengungkapakan bahwa perspektif

perilaku oportunistik teori akuntansi positif, perusahaan yang mengalami

kegagalan manajemen akan menutupi masalah kinerja perusahaan dengan

meningkatkan pendapatan serta aktiva bersih, maka untuk menghindari

adanya manipulasi.

2.1.3.1 Konservatisme Akuntansi

Konservatisme akuntansi diartikan sebagai reaksi yang hati-

hati dalam menghadapi ketidakpastian yang melekat pada perusahaan

untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan

risiko dalam lingkungan bisnis yang sudah cukup dipertimbangkan.

konservatisme akuntansi merupakan perbedaan persyaratan verifikasi pada

proses pengakuan laba akuntansi terhadap kerugian atau merupakan

kebijakan akuntansi yang mengurangi laba ketika mendapatkan berita

buruk, akan tetapi tidak menambah laba ketika mendapat berita baik.
17

Dalam perkembangannya kasus konservatisme akuntansi masih

banyak terjadi yang disebabkan oleh rendahnya penerapan prinsip

konservatisme oleh perusahaan dalam penyusunan pelaporan

keuangan. Misalnya penerapan prinsip konservatisme yang kurang

tepat dapat terlihat apabila perusahaan memiliki modal tinggi dan

menggunakan tingkat konservatisme yang lebih rendah untuk

menghindari penurunan harga saham. Hal ini merupakan penyebab

terjadinya tidak menggunakan prinsip konservatisme akuntansi.

Tingkat konservatisme akuntansi dalam perusahaan itu berbeda. hal ini

disebabkan karena terdapat pilihan metode akuntansi dan perbedaan

kondisi masing-masing perusahaan. Adanya metode pencatatan

akuntansi, akan memungkinkan perusahaan dapat menghasilkan

laporan keuangan yang konservatif. Laporan keuangan yang

konservatif lebih baik karena dapat menurunkan kemungkinan

manajemen perusahaan melakukan manipulasi laporan keuangan.

Apabila laporan keuangan tersebut menghasilkan laporan keuangan

yang optimis dapat memberikan harapan yang tidak pasti di masa

depan hingga menyesatkan pengguna laporan keuangan.

2.1.4 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan Institusional merupakan proporsi kepemilikan saham

yang dimiliki oleh dalam suatu perusahaan. Institusi tersebut dapat berupa

institusi pemerintah, institusi swasta, domestik maupun asing.

Kepemilikan insititusional dalam melakukan pengawasan dapat

menghindari dari kegiatan manipulasi laporan keuangan yang dapat


18

dilakukan oleh perusahaan agar menarik minat investor (Suciani, 2018).

Rata-rata investor yang berasal dari institusi-institusi ini memiliki hak

suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) sehingga manajer

cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan serta menerapkan

kebijakan-kebijakannya. Pada dasarnya, tindakan pengawasan yang

dilakukan oleh investor institusional dapat mendorong manajer untuk lebih

meningkatkan kinerja perusahaan dan mengurangi perilaku opportunistic.

Dalam hubungannya dengan fungsi monitoring, investor

institusional dianggap memiliki kemampuan untuk memonitor tindakan

manajemen lebih baik dibandingkan investor individual (Nicolin, 2013).

Investor institusional diasumsikan dapat menganalisa dengan baik

sehingga tidak mudah diperdaya oleh manipulasi manajemen dalam

penerbitan laporan keuangan. dapat disimpulkan bahwa kepemilikan

institusional yang tinggi akan membatasi manajer dalam melakukan

kecurangan dan dapat meningkatkan integritas laporan keuangan. Institusi

yang memiliki saham dalam suatu perusahaan tersebut akan menuntut

manajemen untuk mebuat laporan keuangan itu dengan baik. Kepemilikan

institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisir

konflik yang terjadi antara manajer dan investor. Keberadaan investor

institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang

efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini

disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang

strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi laba

(Permanasari, 2018).
19

2.1.5 Kepemilikan Manajerial

Menurut Pasaribu (2016:156) ia menyatakan bahwa kepemilikan

manajerial adalah pemilik atau pemegang saham oleh pihak manajemen

perusahaan yang secara aktif berperan dalam pengambilan keputusan

perusahaan. Definisi lainnya kepemilikan manajerial adalah proporsi

saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen yang diukur dari

persentase jumlah saham manajemen. Dengan adanya kepemilikan

manajerial dapat menekan masalah keagenan, dan semakin besar

kepemilikan manajerial dalam perusahaan maka manajemen akan lebih

fokus untuk meningkatkan kinerjanya karena manajemen mempunyai

tanggung jawab sebagai pemenuh keinginan dari pemegang saham atau

dirinya sendiri dengan mengurangi resiko keuangan perusahaan melalui

penurunan tingkat hutang. Kepemilikan manajerial menunjukkan adanya

peran ganda seorang manajer pada suatu perusahaan, yakni menjadi

manajer serta menjadi pemegang saham. Perusahaan memberikan

kesempatan pada manajer untuk mempunyai sebagian saham

perusahaan. Keputusan ini dilakukan untuk mempertahankan manajer

yang memiliki kinerja baik serta mengarahkan manajer supaya

bertindak sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu menaikkan kesejahteraan

pemegang saham. menurut Mahariana & Ramantha (2014), secara teoritis

pihak manajemen yang memiliki presentase yang tinggi dalam

kepemilikan saham akan bertindak layaknya seseorang yang

memengang kepentingan dalam perusahaan. Manajer yang memegang

saham perusahaan akan ditinjau oleh pihak-pihak yang terkait dalam


20

kontrak yang akan menciptakan permintaan untuk pelaporan keuangan

berkualitas oleh pemegang saham, kreditur, dan pengguna laporan

keuangan untuk memastikan efisiensi kontrak yang dibuat, dengan

demikian manajemen akan termotivasi untuk mempersiapkan

laporan keuangan berkualitas, oleh karena itu dengan adanya

kepemilikan manajerial, diharapkan dapat meningkatkan integritas

laporan keuangan perusahaan dikarenakan manajemen memiliki

tanggung jawab untuk membuat perusahaan tetap bertahan dalam

jangka waktu yang panjang.

2.1.6 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah suatu skala dimana dapat

diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, dimana

ukuran perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar,

perusahaan menengah, dan perusahaan kecil (Suwito dan Herawati,2005).

Riyanto (2001) menyatakan bahwa ukuran perusahaan menggambarkan

besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukan pada total aktiva, jumlah

penjualan, rata-rata penjualan dan total aktiva. Sedangkan menurut

Bringham dan Houston (2006:25) bahwa ukuran perusahaan adalah suatu

rata-rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai

dengan beberapa tahun.

Ukuran perusahaan merupakan suatu skala yang dapat dihitung

dengan tingkat total aset dan penjualan yang dapat menunjukkan kondisi

perusahaan dimana perusahaan lebih besar akan mempunyai kelebihan


21

dalam sumber dana yang diperoleh untuk membiayai investasinya dalam

memperoleh laba. Ukuran perusahaan dapat digunakan untuk mewakili

karakteristik keuangan perusahaan. Perusahaan besar yang sudah well

estabilished akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal

dibanding dengan perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut

berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar.

2.1.7 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam

menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset

dan modal saham tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dinilai

melalui berbagai cara tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang

akan diperbandingkan satu dengan lainya. Kasmir (2011) menyatakan

bahwa profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio keuntungan atau

profitability ratios adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi

penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, biasanya

semesteran,triwulan,dan lain-lain untuk melihat kemampuan perusahaan

dalam beroperasi secara efisien.

Menurut Harahap (2009) Profitabilitas menggambarkan

kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui seluruh kemampuan

dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah

karyawan, jumlah cabang perusahaan, dan lain sebagainya. Profitabilitas


22

merupakan pendapatan bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan.

Profitabilitas dapat ditetapkan dengan menghitung berbagai tolak ukur

yang relevan. Salah satu tolak ukur tersebut adalah dengan rasio keuangan

sebagai salah satu analisis dalam menganalisa kondisi keuangan, hasil

operasi dan tingkat profitabilitas suatu perusahaan. (Brigham dan Houston:

2006).

Rasio Profitabilitas sangat diperlukan dalam dunia akuntansi.

Tujuan dari rasio profitabilitas adalah:

a. Menghitung pemasukan laba perusahaan dalam suatu periode

akuntansi, menghitung perkembangan laba yang diperoleh,

dibandingkan dengan periode akuntansi yang lalu.

b. Menghitung kemampuan perusahaan untuk mengembangkan

modal yang digunakan, baik berasal dari pinjaman maupun modal

sendiri.

c. Menghitung laba bersih dari perusahaan setelah dikurangi pajak

dengan modal sendiri, menilai posisi laba yang didapat oleh

perusahaan pada periode sebelumnya.

2.1.8 Leverage

Leverage merupakan pinjaman modal atau utang guna

menghasilkan keuntungan baik bagi perusahaan. Modal menjadi sumber

utama bagi perusahaan agar terus dapat beroperasi dan bertahan. Menurut

Kasmir, (2017) rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya

besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai


23

kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri.

Fahmi (2015) mengemukakan bahwa leverage adalah mengukur seberapa

besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu

tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk

dalam kategori extreme leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak

dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang

tersebut. Schiper dalam

Fajaryani (2015:70) menyatakan bahwa untuk menghilangkan

keraguan kreditur akan kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajibannya, perusahaan perlu mengungkapkan informasi dengan

integritas yang tinggi. Apabila perusahaan mempunyai hutang yang relatif

tinggi, maka kreditur mempunyai hak lebih besar untuk mengetahui dan

mengawasi penyelenggaraan operasi dan akuntansi perusahaan karena

kreditur memiliki kepentingan dengan perusahaan. dalam hal mengetahui

kemampuan perusahaan untuk mengembalikan dana yang telah dipinjam.

Otoritas Jasa keuangan (OJK) mengemukakan bahwa leverage adalah

penjumlahan dari eksposur asset dalam laporan posisi keuangan (neraca).

Leverage juga seringkali diartikan sebagai jumlah utang yang digunakan

untuk membiayai atau membeli aset perusahaan, tujuannya tentu agar

keuntungan bisnis bisa semakin maksimal alias ROI (return on

investment). Leverage sendiri merupakan kebalikan dari modal atau

ekuitas. Dengan memperbesar modal, maka penggunaan leverage bisa

dikurangi, begitu juga sebaliknya.

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya


24

Beberapa penelitian dengan topik yang sama telah dilakukan oleh peneliti

sebelumnya. Berikut peneliti merangkum hasil-hasil penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari, et al,.(2022) tentang Pengaruh

Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Profitabilitas,

Leverage Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas Laporan Keuangan

Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Periode 2018-2020.

Teknik analisis yang digunakan adalah Teknik analisis regresi logistik

dengan hasil Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial, Ukuran

Perusahaan, Leverage tidak memiliki pengaruh terhadap Integritas

Laporan Keuangan, sedangkan Profitabilitas berpengaruh positif terhadap

Integritas Laporan Keuangan.

Rivandi & Pramudita (2022) meneliti tentang Pengaruh

Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan Terhadap Integritas

Laporan Keuangan Pada Perusahaan Propertydan Real Estate. Teknik

analisis yang digunakan adalah Teknik analisis regresi data panel dengan

hasil Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap Integritas

Laporan Keuangan Pada Perusahaan Propertydan Real Estate. Teknik

analisis yang digunakan adalah Teknik analisis regresi data panel dengan

hasil Kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap Integritas

Laporan Keuangan sedangkan Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap

Integritas Laporan Keuangan.

Penelitian oleh Putri, et al,.(2022) tentang Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Integritas Laporan Keuangan (Studi Kasus Pada


25

Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode

2017-2020). Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi

linier berganda dengan hasil Ukuran perusahaan, Kepemilikan

institusional, leverage berpengaruh positif terhadap integritas laporan

keuangan sedangkan kepemilikan manajerial dan kualitas audit tidak

berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Novianti & Isynuwardhana (2021)

tentang Pengaruh Komisiaris Independen, Leverage dan Kepemilikan

Institusional terhadap Integritas laporan keuangan. Teknik analisis yang

digunakan adalah teknik analisis statistik deskriptif dan teknik analisis

regresi data panel dengan hasil Leverage berpengaruh positif terhadap

integritas laporan keuangan sedangkan komisiaris independen dan

kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan tehadap integritas

laporan keuangan.

5. Penelitian oleh Hifnelda dan Sasongko (2021) tentang analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi integritas laporan keuangan. Teknik analisis

yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier berganda dengan hasil

kepemilikan manajerial berpengaruh tehadap integritas laporan keuangan

sedangkan kepemilikan institusional, leverage, ukuran perusahaan, dan

kualitas audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.

Danuta & Wijaya (2020) meneliti tentang pengaruh kepemilikan

manajerial, leverage, dan kualitas audit terhadap integritas laporan

keuangan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi


26

linier berganda dengan hasil kepemilikan manajerial dan kualitas audit

tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan sedangkan

leverage berpengaruh negative terhadap integritas laporan keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Wardhani dan Samrotun (2020)

tentang pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

ukuran perusahaan dan leverage terhadap integritas laporan keuangan.

Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier

berganda dengan hasil kepemilikan institusional berpengaruh terhadap

integritas laporan keuangan sedangkan kepemilikan manajerial, ukuran

perusahaan, dan leverage tidak memiliki pengaruh terhadap integritas

laporan keuangan.

Penelitian oleh Saad dan Abdilah (2019) tentang analisis pengaruh

ukuran perusahaan, leverage, audut tenure, dan financial distress terhadap

integritas laporan keuangan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik

analisis regresi linier berganda dengan hasil yaitu ukuran perusahaan dan

financial distress berpengaruh positif dan signifikan terhadap integritas

laporan keuangan sedangkan leverage dan audit tenure berpengaruh

negative dan signifikan terhadap integritas laporan keuangan.

Penelitian oleh Suciani dan Supratiningrum (2019) tentang analisis

faktor-faktor yang mempengaruhi integritas laporan keuangan (studi

empiris pada Perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di BEI

periode 2014-2017). Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis

regresi linier berganda dengan hasil kepemilikan institusional, ukuran


27

perusahaan, kualitas audit, dan dewan komisiaris independen berpengaruh

positif terhadap integritas laporan keuangan sedangkan kepemilikan

manajerial dan leverage berpengaruh negatif terhadap integritas laporan

keuangan.

Penelitian yang dilakukan oleh Kartika dan Nurhayati (2018)

tentang determinan integritas laporan keuangan: kajian empiris pada

Perusahaan Manufaktur di Indonesia. Teknik analisis yang digunakan

adalah teknik analasisis regresi linier berganda dengan hasil kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, pergantian auditor, spesialisasi

industri auditor berpengaruh positif signifikan terhadap integritas laporan

keuangan sedangkan komisaris independen, komite audit, ukuran KAP

bepengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan.

Wahyudi, et al,.(2022) melakukan penelitian tentang pengaruh

komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional,

kepemilikan manajerial dan leverage terhadap integritas laporan keuangan.

Teknik analisis yang di gunakan adalah regresi linier berganda, dengan

hasil penelitian proporsi komisaris independen, komite audit dan leverage

tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan sedangkan

kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif

terhadap integritas laporan keuangan.

Susanti, et al,.(2019) melakukan penelitian mengenai pengaruh

corporate governancedan ukuran perusahaan terhadap integritas laporan

keuangan. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi data panel. Hasil
28

penelitian menunjukan corporate governancedan ukuran perusahaan

berpengaruh positif terhadap integritas laporan keuangan.

Yudiawan, et al,.(2022) melakukan penelitian mengenai pengaruh

komisaris independen, komite audit, kepemilikan institusional, leverage

dan ukuran perusahaan terhadap integritas laporan keuangan pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2018-2020. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier

berganda. Hasil penelitian menunjukan komisaris independen, komite

audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan, sedangkan

kepemilikan institusional, leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh

positif terhadap integritas laporan keuangan.

Himawan (2019) melakukan penelitian tentang pengaruh good

corporate governance, profitabilitas dan leverage terhadap integritas

laporan keuangan dengan moderasi kualitas audit pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.

Teknik analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Hasil penelitian

menunjukan bahwa kepemilikan institusional, komisaris independen,

leverage dan profitabilitas bepengaruh signifikan terhadap integritas

laporan keuangan, tetapi hasil penelitian menunjukan bahwa penelitian

menunjukan dengan variabel moderasi kualitas audit memperlemah

pengaruh variabel kepemilikan institusional, komisaris independen dan

profitabilitas dengan asumsi bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP Big

Four memiliki laporan keuangan yang berkualitas dan berhati-hati dalam

menyajikan laporan keuangannya.


29

Rahmaniah (2022) meneliti tentang pengaruh corporate

governance dan profitabilitas terhadap integritas laporan keuangan di

Bank Umum Syariah periode 2014-2019. Teknik analisis yang digunakan

adalah analisis regresi linier berganda. Objek penelitian yaitu laporan

tahunan Bank Umum Syariah. Hasil penelitian menunjukan bahwa

kepemilikan manajerial dan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap

integritas laporan keuangan, sedangkan dewan komisaris independen dan

kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan

keuangan.

Anda mungkin juga menyukai