Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Persaingan dalam dunia usaha atau bisnis yang sangat ketat menjadi

pemicu pihak manajemen perusahaan untuk menampilkan performa terbaik bagi

perusahaan yang dipimpinnya, karena baik buruknya performa perusahaan akan

berdampak terhadap nilai perusahaan di pasar dan juga mempengaruhi minat

investor untuk menanam atau menarik investasinya dari sebuah perusahaan.

Selain bertanggungjawab untuk menampilkan performa terbaik perusahaan,

manajemen juga bertanggungjawab dalam menyediakan laporan keuangan bagi

semua pihak yang berkepentingan baik pihak intern atau ekstern perusahaan

dengan infomasi akuntansi perusahaan.

Akuntansi berperan penting dalam menyediakan informasi berupa laporan

keuangan kepada pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan, pihak

internal yaitu manajemen perusahaan sedangkan pihak eksternal adalah pemegang

saham, kreditor, pemerintah, pemungt pajak dan pemangku kepentingan lain di

luar perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang

berfungsi sebagai alat informasi yang menghubungkan perusahaan dengan

pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengkomunikasikan data keuangan atau

aktivitas perusahaan, yang menunjukan kondisi kesehatan keuangan dan kinerja

perusahaan.

Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan sangat mempengaruhi


1
pengambilan keputusan yang akan dilakukan pihak-pihak yang berkepentingan.

Salah satu informasi yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah


informasi laba, informasi laba bermanfaat untuk menilai perubahan potensi

sumber daya ekonomis yang mungkin bisa dikendalikan dimasa yang akan

datang, untuk menghasilkan arus kas dari sumber daya yang tersedia, dan untuk

perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan dalam memenfaatkan

sumber daya tambahan.

Informasi laba sering kali menjadi pusat perhatian untuk melihat kinerja

atau pertanggungjawaban manajemen perusahaan, kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba dimasa yang akan datang juga dilihat melalui informasi laba.

Informasi laba memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pengambilan

keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan, hal

ini menjadi penyebab manajemen berusaha mengelola laba agar perusahaan

terlihat bagus secara finansial.

Banyaknya pengguna laporan keuangan yang cenderung memusatkan

perhatiannya pada informasi laba tanpa memperhatikan prosedur yang digunakan

oleh manajemen dalam menghasilkan informasi laba tersebut mendorong pihak

manajemen untuk meningkatkan citra perusahaan dengan melakukan perilaku

yang tidak semestinya (disfunctional behavior) melalui tindakan perataan laba

(income smoothing) untuk mengatasi berbagai konflik yang terjadi antara pihak

manajemen dengan piha-pihak yang berkepentingan.

Perataan laba (income smoothing) berkaitan erat dengan manajemen laba,

perataan laba dipandang sebagai upaya untuk menstabilkan laba yang bertujuan

mengurangi variabilitas laba yang dilaporkan sehingga bisa mengurangi resiko

pasar atas saham perusahaan.


2 Harga saham perusahaan sering berubah setiap

periodenya, tergantung kesepakatan pihak manajemen. Perusahaan meyakini


bahwa laba yang meningkat secara periodik dapat mengakibatkan harga saham

ikut meningkat secara signifikan, namun disisi lain perusahaan juga menginginkan

laba yang dihasilkan tetap stabil dan tidak berfluktuatif secara berlebihan sesuai

target yang diharapkan. Perataan laba (income smoothing) tidak akan dilakukan

pihak manajemen perusahaan jika laba yang dihasilkan oleh perusahaan tidak jauh

berbeda dengan laba yang diharapkan, keputusan akan investasi dari pemegang

saham sangat dipengaruhi dari laba perusahaan sehingga pihak manajemen selalu

berusaha memberikan informasi dengan sebaik-baiknya yang diharapkan dapat

meningkatkan kepercayaan pemegang saham. Namun perataan laba juga

mengakibatkan para pemegang saham mungkin tidak memperoleh informasi yang

akurat mengenai laba yang dihasilkan perusahaan.

Tindakan perataan laba (income smoothing) dianggap sebagai tindakan

yang logis dan rasional oleh manager untuk meratakan laba dengan menggunakan

cara atau metode akuntansi tertentu, alasannya adalah karena rekayasa untuk

mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan dapat menguranngi

hutang pajak, tindakan perataan laba bisa meningkatkan kepercayaan investor

karena mendukung kestabilan penghasilan dan kebijakan deviden sesuai dengan

keinginan, tindakan perataan laba dapat mempererat hubungan antara manajer dan

karyawan, karena dinilai mampu menghindari permintaan kenaikan upah atau gaji

oleh karyawan atau pekerja.

Tindakan perataan laba (income smoothing) merupakan suatu fenomena

umum dan banyak dilakukan diberbagai perusahaan, tetapi tindakan tersebut

menyebabkan pengungkapan
3 informasi mengenai laba yang dihasilakan menjadi

menyesatkan, sehingga seringkali mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan


keputusan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan

perusahaan khususnya pihak eksternal.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka penelitian ini

mengambil judul “ Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Leverage terhadap

Perataan Laba (income smoothing) (Studi empiris pada perusahaan manufaktur

sub-sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016)” .

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagaimana pengaruh Profitabilitas terhadap Perataan Laba?

2) Bagaimana pengaruh Leverage terhadap Perataan Laba?

3) Bagaimana Profitabilitas dan Leverage secara simultan berpengaruh

terhadap Perataan Laba?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1) Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Profitabilitas perusahaan

terhadap perataan laba.

2) Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Leverage perusahaan terhadap

perataan laba.

3) Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Profitabilitas dan Leverage

secara simultan terhadap


4 perataan laba.
1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yaitu :

a) Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba dan untuk

penelitian selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat digunakan

sebagai acuan bagi peneliti, terutama penelitian yang berkaitan dengan

praktik perataan laba (income smoothing).

b) Bagi Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan mengeni faktor-

faktor yang mempengaruhi praktik perataan laba (income smoothing)

dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam

meningkatkan kualitas dan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

pengambilan keputusan.

1.4 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis membatasi ruang lingkup

permasalahan hanya pada dua faktor yang diduga berpengaruh terhadap perataan

laba yaitu Profitabilitas dan Leverage pada perusahaan Manufaktur sub-sektor

farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan sampel tahun 2012-2016.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Agensi (Agency Theory)

Teori agensi merupakan pendekatan yang digunakan untuk menjabarkan

konsep manajemen laba yang terkait dengan perataan laba. Teori agensi

merupakan hubungan atau kontrak antara principal dengan agent dimana

diasumsikan bahwa tiap-tiap individu hanya termotivasi oleh kepentingan dirinya

sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent

( Anthony dan Govindarajan 2005:269). Dalam suatu korporasi, pemegang saham

merupakan principal dan CEO merupakan agent mereka, pemegang saham

menyewa CEO agar bertindak sesuai apa yang mereka inginkan.

Topik perataan laba (income smoothing) berhubungan dengan konsep

manajemen laba (earning management), sama halnya dengan manajemen laba

penjelasan mengenai konsep perataan laba (income smoothing) juga menggunakan

pendekatan teori keagenan (agency theory). Teori ini menyatakan bahwa

manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent)

dengan pemilik (principal)yang timbul saat semua pihak berusaha untuk

mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran perusahaan.

Teori agensi berasumsi bahwa semua individu bertindak untuk

kepentingan mereka sendiri, agent diasumsikan akan menerima kepuasan tidak

hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang terlihat dalam

hubungan suatu agensi seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang
6
menarik dan jam kerja yang fleksibel, sendangkan principal diasumsikan hanya
akan tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka

diperusahaan tersebut.

Teori keagenan (agency theory) berkaitan erat dengan usaha-usaha untuk

memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan keagenan, masalah keagenan

muncul ketika terdapat perbedaan tujuan (goals) antara agent dan principal serta

terdapat kesulitan sehingga membutuhkan biaya yang mahal bagi principal untuk

senantiasa memantau tindakan-tindakan yang diambil oleh agent.

Dalam hubungan keagenan manajer memiliki asimetri informasi terhadap

pihak eksternal perusahaan seperti kreditor dan investor, asimetri informasi terjadi

ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan relative lebih banyak dan

mengetahui informasi tersebut relative lebih cepat disbanding pihak eksternal

perusahaan. Saat terjadi kondisi seperti itu, manajer bias saja menggunakan

informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan untuk

memaksimalkan kemakmurannya. Selain hal itu masalah keagenan juga akan

terjadi jika antara agent dan principal mempunyai sikap atau pandangan yang

berbeda terhadap resiko.

Di dalam sebuah perusahaan ada tiga pihak utama (major participant)

yang memiliki kepentingan berbeda yaitu manajemen, pemegang saham (sebagai

pemilik), dan buruh atau tenaga kerja, pengambilan keputusan yang dilakukan

oleh manajer tidak didasarkan atas kepentingan manajemen (agent) namun harus

mengacu pada kepentingan pemegang saham (principal), tetapi kenyataan yang

sering kali terjadi di perusahaan adalah manajer cenderung memilih tindakan-

tindakan yang hanya akan7menguntungkan kepentingannya, misalnya yang dapat

memaksimalkan kekayaannya daripada menguntungkan pemegang saham.


Untuk mengatasi hal itu terjadi pihak pemegang saham sebagai principal

melakukan pengendalian dengan tiga cara yaitu : monitoring, kebijakan

pemberian intensif atau hukuman dengan cara menanggung secara bersama-sama

risiko yang mungkin akan terjadi.

Dalam suatu organisasi cara yang paling efektif untuk bisa mengubah

perilaku anggota organisasi agar sesuai dengan yang diingikan yaitu dengan

pemberian reward, bukan dengan pemberian hukuman (punishment), pemberian

reward berupa penghargaan atau intensif bisa memberikan dampak yang baik

sehingga perilaku yang diiinginkan tersebut besar kemungkinan akan terulang

lagi.

Sebaliknya jika menggunakan hukuman, pengaruh yang bisa timbul yaitu

munculnya rasa tertekan, tidak tenang dan sebagainya. Adanya asimetri informasi

antara manajemen dengan pemilik memberikan kesempatan kepada manajer untuk

bertindak oportunis guna memaksimalkan keuntungan pribadi (Ujiyantho dan

Pramuka, 2007).

Satu-satunya informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja yang

selanjutnya diinginkan sebagai dasar dalam pemberian reward adalah informasi

akuntansi karena informasi ini dianggap lebih objektif daripada informasi lainnya,

informasi akuntansi juga digunakan oleh para principal untuk menilai kinerja para

manajer, yang selanjutnya akan dijadikan sebagai dasar dalam pemberian reward

biasanya dalam bentuk bonus.

Konsekuensi logis dari penggunaan informasi akuntansi sebagai satu-

satunya dasar dalam pemberian


8 reward tersebut adalah munculnya perilaku tidak

semestinya (dysfunctional behavior) dikalangan manajer, manajer cenderung


melakukan perataan (smoothing) dengan memanipulasi informasi sedemikian rupa

agar kinerjanya tampak bagus.

Teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu : (1)

manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia

memiliki daya piker terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded

rationality), (3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Berdasarkan

asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia kemungkinan besar

akan bertindak berdasarkan sifat oportunistik, yaitu mengutamakan kepentingan

pribadinya (Haris, 2004).

2.2 Teori Akuntansi Positif

Selain teori agensi teori lain yang digunakan sebagai pendekatan untuk

melihat tindakan perataan laba yang dilakukan adalah Teori Akuntansi Positif,

Teori ini merupakan teori yang memprediksi tindakan pemilihan kebijakan

akuntansi oleh manajer dan motivasi atau tujuan manajer itu sendiri dalam

melakukan tindakan yang mengarah pada praktik perataan laba.

Terdapat tiga hipotesis yang diaplikasikan untuk melakukan prediksi

dalam teori akuntansi positif mengenai motivasi manajemen melakukan

pengelolaan laba.

Tiga hipotesis tersebut adalah sebagai berikut :

1). Hipitesis rencana bonus (bonus plan hypothesis)

Hipotesis ini beranggapan bahwa perusahaan yang menggunakan bonus

plan akan cenderung menggunakan metode-metode akuntansi yang dapat


9
meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode berjalan dari laba di masa
depan. Hal ini dilakukan untuk memaksimumkan bonus yang akan mereka

peroleh karena seberapa besar tingkat laba yang dihasilkam seringkali

dijadikan dasar dalam mengukur keberhasilan kinerja.

Jika besarnya bonus tergantung pada besarnya laba, maka perusahaan

tersebut dapat menigkatkan bonusnya dengan meningkatkan laba setinggi

mungkin. Salah satu pendekatan untuk melakukan ini adalah dengan memilih

kebijakan akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan pada periode

tersebut. Dengan demikian, perkiraan bahwa perusahaan yang mempunyai

kebijakn pemberian bonus yang berdasarkan pada laba akuntansi, akan

cenderung memilih prosedur akuntansi yang meningkatkan laba tahun berjalan.

2). Hipotesis perjanjian utang (debt convenant hypothesis)

Hipotesis ini terkait dengan syarat-syarat dan kesepakatan yang harus

dipenuhi perusahaan didalam perjanjian utang (debt convenant). Sebagian

perjanjian utang mempunyai syarat-syarat yang harus dipenuhi peminjam

selama masa perjanjian, jika kesepakatan semacam itu dikhianati, perjanjian

utang tersebut bisa memberikan /mengeluarkan penalty seperti pembatasan

deviden atau tambahan pinjaman. Dinyatakan juga jika perusahaan mulai

mendekati suatu pelanggaran terhadap (debt convenant), makaperusahaan

tersebut akan berusaha menghindari terjadinya (debt convenant) dengan cara

memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba. Berdasarkan hipotesis

kesepakatan utang, ketika perusahaan mendekati pelanggaran perjanjian utang

akan lebih cenderung untuk melakukan hal ini.

10
3). Hipotesis biaya politik (Political cost hypothesis)

Hipotesis ini menyatakan bahwa semakin besar biaya politis yang dihadapi

oleh perusahaan tersebut maka semakin besar pula kecenderungan perusahaan

menggunakan pilihan akuntansi yang dapat mengurangi laba, karena

perusahaan yang memiliki tingkat laba yang tinggi dinilai akan mendapat

perhatian yang luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya juga

akan menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga akan menyebabkan

terjadinya biaya politis, diantaranya adalah muncul intervensi pemerintah,

pengenaan pajak yang lebih tinggi, dan berbagai macam tuntutan lain yang

dapat meningkatan biaya politis (Belkaoui, 2007: 189).

2.3 Manajemen laba

Manajemen laba merupakan tindakan yang dilakukan oleh pihak

manajemen perusahaan untuk mempengaruhi informasi laba yang dilaporkan yang

sebenarnya tidak dialami perusahaan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan

kepercayaan pemegang saham terhadap manajer, karena tingkat keuntungan

dikaitkan dengan kinerja manajemen sehingga mempengaruhi besar atau kecilnya

intensif yang diterima manajemen.

Dalam hubungan keagenan, manajemen (agent) memiliki asimetri

informasi terhadap pihak-pihak eksternal perusahaan, seperti investor dan kreditor

(principal). Asimetri informasi terjadi ketika pemilik sebagai principal tidak

memonitor langsung aktivitas manajemen sehari-hari untuk memastikan

manajemen bekerja sesuai dengan keinginan pemilik atau dengan kata lain

11
principal tidak memiliki ninformasi yang cukup mengenai kinerja agen.
Intervensi manajemen yang mengandung kejahatan moral (moral hazard)

dengan memanfaatkan asimetri informasi disebut sebagai manajemen laba.

Manajemen laba sebagai suatu proses mengambil langkah yang disengaja dalam

batas prinsip akuntansi untuk menghasilkan tingkat laba yang diinginkan, baik

didalam maupun diluar batas GAAP (Nani, 2006).

Menurut Indrawati (2007), perataan laba merupakan salah satu strategi

yang digunakan dalam manajemen laba. Perataan laba merupakan perilaku yang

rasional, didasarkan pada asumsi dalam positive theory of accounting, bahwa

agent adalah individual rasional yang memerhatikan kepentingannya. Dalam

pendekatan positive theory of accounting, berusaha menjelaskan praktek akuntansi

yang berlaku saat ini dan kebijakan manajemen dalam memilih prosedur

akuntansi dan mengapa prosedur akuntansi tersebut diganti kemudian hari.

Menurut Scott (2000) manajemen laba dapat dibagi menjadi empat bentuk yaitu :

1). Income Minimazition

Manajemen laba ini dilakukan pada saat perusahaan mempunyai keuntungan

yang tinggi dan tujuan perusahaan adalah untuk menghindari atau

meminimalisasi pajak.

2). Income Maximization

Pola ini dilakukan saat manajemen berusaha meningkatkan pendapatan

dengan melaporkan laba bersih yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih

besar, yaitu dengan cara mengakui pendapatan periode berikutnya ke periode

sekarang atau mengakui beban periode sekarang keperiode mendatang.

12
3). Taking Bath

Pola ini biasanya dilakuakan pada saat perusahaan mengalami tekanan atau

restrukturisasi, yaitu dengan mengakui biaya yang sebenarnya baru akan

terjadi di periode yang akan datang ke periode sekarang. Hal tersebut

dilakukan untuk mendapat keuntungan yang tinggi pada periode mendatang.

4). Income Smoothing

Manajemen memiliki insentif untuk melakukan perataan penghasilan untuk

mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan sehingga perusahaan terlihat stabil.

2.4 Perataan Laba

Perataan laba adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun

dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang lebih tinggi

pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan (Belkaoui, 2011).

Sebagai akibatnya laporan keuangan yang disajikan kepada para pengguna

laporan keuangan tidak dapat diandalkan. Dalam hal ini perataan laba

menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi

abnormal laba dalam batas-batas yang diizinkan dalam praktek akuntansi dan

prinsip manajemen yang wajar. Perataan laba (income smoothing) dapat

didefinisikan sebagai usaha untuk memperkecil jumlah laba yang dilaporkan jika

laba actual lebih besar dari laba normal dan usaha untuk memperbesar jumlah laba

yang dilaporkan jika laba actual lebih kecil dari laba normal. Selain itu, perataan

laba didefinisikan sebagai pengurangan yang disengaja terhadap fluktuasi pada

beberapa level laba supaya dianggap normal bagi perusahaan.


13
Praktek perataan laba dilakukan oleh manajemen perusahaan yang dapat

menyebabkan pengungkapan laba pada laporan keuangan menjadi tidak memadai,


bahkan terkesan menyesatkan (Oliviani, 2014). Hal ini berakibat investor tidak

memiliki informasi yang akurat tentang laba, sehingga investor gagal dalam

menaksir risiko investasi mereka. Pemilihan metode akuntansi yang menyajikan

adanya laba yang rata dari tahun ke tahun merupakan salah satu hal yang sangat

disukai oleh manajemen dan para investor, karena laba yang rata mengindikasikan

bahwa perusahaan tersebut kuat dan stabil (Atik, 2008).

Menurut Sugiarto (2003) berbagai teknik yang dilakukan dalam perataan

laba diantaranya adalah sebagai berikut :

1). Perataan laba melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi

pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi

melalui kebijakan manajemen sendiri (akrual).

2).Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode

tertentu,yaitumengalokasikanPendapatan atau beban untuk periode tertentu.

3). Perataan melalui klasifikasi, manajemen mengklasifikasikan pos-pos rugi laba

Dalam kategori yang berbeda.

2.5 Ciri-Ciri Perusahaan yang Melakukan Perataan Laba

Deteksi atas kemungkinan dilakukannya perataan laba (income smoothing)

dalam laporan keuangan perusahaan dapat dilihat melalui penggunaan akrual.

Konsep akrual yang tercermin dalam perhitungan laba terdiri dari discretionary

accrual dan nondiscretionary accrual.Discretionary accrual adalah pengakuan

laba akrual atau beban yang bebas, tidak diatur, dan merupakan pilihan kebijakan

manajemen, sedangkan nondiscretionary accrual merupakan pengakuan laba

akrual yang wajar, tidak 14


dipengaruhi kebijakan manajemen serta tunduk pada

suatu standar atau prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan jika standar itu
dilanggar akan mempengaruhi kualitas laporan keuangan (Hidayati dan Zulaikha,

2003).

Adanya ketidaksamaan insentif antara manajer dan pemegang saham dapat

menyebabkan manajer menggunakan fleksibilitas yang diperbolehkan dalam

pernyataan akuntansi yang berlaku umum untuk melakukan perataan laba secara

oportunistik, sehingga menciptakan distori dalam laba yang dilaporkan.

2.6 Motivasi dan alasan Perataan Laba

Ketatnya persaingan dalam dunia bisnis cenderung berdampak kurang baik

terhadap tingkah laku manajerial. Segala macam cara diupayakan untuk

mendapatkan kepercayaan diri pemilik modal. Perataan laba merupakan salah satu

contohnya. Beberapa alasan seorang manajer melakukan praktik perataan laba

(Syahrina, 2006) dalam (Rahmawati, 2012) adalah sebagai berikut :

1.) Aliran laba yang merata dapat meningkatan keyakinan para investor karena

laba yang stabil akan mendukung kebijaksanaan deviden yang stabil pula

sebagaimana yang diinginkan para investor.

2.) Penyusunan pos pendapatan dan biaya secara bijaksana yang melalui periode

beberapa metode tertentu, manajemen dapat mengurangi kewajiban

perusahaan secara keseluruhan.

3.) Perataan laba dapat meningkatkan hubungan antara manajer dan pekerja

karena kenaikan yang tajam dalam laba yang dilaporkan dapat menimbulkan

permintaan upah yang lebih tinggi bagi para karyawan.

4.) Aliran laba ynag merata dapat memiliki pengaruh psikologis pada ekonomi

15 penurunan dapat dihindarkan serta rasa pesimis dan


dalam hal kenaikan atau

optimis dapat dikurangi.


2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dan mendorong manajer

untuk melakukan tindakan perataan laba (income smoothing).

1.) Profitabilitas

Profitabilitas didefinisikan sebagai rasio pengukuran efektivitas

manajemen berdasarkan laba yang dihasilkan. Informasi mengenai laba

perusahaan seringkali dijadikan ukuran dalam menilai perusahaan oleh

investor, yang kemudian dapat mempengaruhi keputusan investor untuk

melakukan kegiatan investasi (Salno dan Baridwan, 2004). Profitabilitas

seringkali digunakan kreditor dan investor sebagai tolak ukur dalam

menilai seberapa efektif perusahaan mengelola sumber-sumber yang

dimilikinya dan juga merupakan bahan pertimbangan utama bagi investor

dan kreditor dalam mengambil keputusan baik dalam menginvestasikan

dana maupun dalam meminjamkan dana pada suatu perusahaan.

Jenis-jenis rasio Profitabilitas adalah sebagai berikut :

a. Gross Profit Margin (Margin laba kotor)

Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi

pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan

kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien

(Sawir, 2009:18).

b. Net Profit Margin (Margin laba bersih)

Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan,


16
semakin tinggi Net Profit Margin semakin baik operasi suatu

perusahaan.
c. Rentabilitas ekonomi/ daya laba besar/ basic earning power

Rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan laba sebelum pajak

terhadap total asset.

d. Return on asset (ROA)

Return on asset digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba.

e. Return on investment (ROI)

Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih

setelah pajak dengan total aktiva.

f. Return on equity (ROE)

Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah

pajak dengan total ekuitas.

g. Earning per share (EPS)

Earning per share adalah rasio yang menunjukan berapa besar

kemampuan perlembar saham dalam menghasilkan laba.

2.) Leverage

Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh

mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang, semakin besar laverage maka

perusahaan cenderung melakukan perataan laba (Suranta & Merdistusi

2004).

Jenis-jenis leverage adalah sebagai berikut :

a. Debt to assets ratio (Debt ratio)


17
Debt to assets ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk

mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.


b. Long term debt to equity (LTDtER)

Long term debt to equity merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur perbandingan antara utang jangka panjang dengan total

modal sendiri.

c. Times interest earned

Times interest earned merupakan rasio antara laba sebelum bunga dan

pajak dengan beban bunga.

d. Debt to equity ratio

Debt to equity ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk

mengukur perbandingan antara total utang dengan total modal.

3.) Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan skala untuk menentukan seberapa

besar kecilnya perusahaan dilihat dari berbagai cara yaitu total aktiva, nilai

pasar saham, dan lain-lain.

4.) Devidend payout ratio

Devidend payout ratio merupakan rasio pendistribusian laba yang

dibagikan kepada pemegang saham dengan mempertimbangkan besarnya

laba yang akan ditahan. Sartono, (2004) dalam Budiasih (2009)

mengatakan bahwa Devidend payout ratio merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi praktik perataan laba.

18
5.) Reputasi Auditor

Reputasi auditor dapat diketahui dari besarnya perusahaan audit

yang melaksanakan pengauditan laporan keuangan tahunan, bersandar

pada apakah Kantor Akuntan Publik (KAP) berafiliasi denga the big four

atau tidak.

6.) Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan

yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi,

bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain (Tarjo, 2008).

7.) Stable Shareholding

Stable Shareholding adalah saham yang tidak diperjualbelikan.

Saham ini dimiliki oleh internal dari perusahaan atau perusahaan induk

yang lebih besar.

8.) Jenis Usaha / Sektor industry

Perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat

dikategorikan ke dalam tiga kelompok besar yaitu : Perusahaan

manufaktur, perusahaan nonmanufaktur selain usaha bank dan lembaga

keuangan lainnya, kelompo usaha bank dan lembaga keuangan (Suwito

dan Arleen, 2005).

19
2.8 Penelitian Terdahulu

Untuk mendapatkan acuan dan gambaran dari arah penelitian ini serta

untuk membandingkan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka ditampilkan

tiga penelitian terdahulu, seperti dibawah ini

NO Peneliti Variabel, alat analisis Hasil


1 Made Yustiari dan Dewi I Variabel Dependen : Ukuran Perusahaan dan
Ketut Sujana (2014), Pengaruh Perataan Laba Profitabilitas berpengaruh
Ukuran Perusahaan dan Variabel Independen: terhadap praktik perataan
Profitabilitas Pada Praktik Ukuran, Perusahaan, laba sedangkan jenis
Perataan Laba Dengan Jenis Profitabilitas, Jenis industri tidak dapat
Industri Sebagai Variabel Industry. memoderasi ukuran
Pemoderasi Di Bursa Efek Alat Analisis : Regresi perusahaan dan
Indonesia Logistik profitabilitas pada praktik
perataan laba.
2 Taufik, Muhammad, Haryetti, Variabel Dependen : Profitabilitas berpengaruh
Ahmad Fauzan Fathoni (2014), Perataan Laba signifikan negatif terhadap
The Influence Profitability, Variabel Independen : perataan laba, financial
Financial Laverage, and Firm Ukuran Perusahaan, leverage berpengaruh
Size on Income Smoothing Profitabilitas, Financial signifikan positif terhadap
Empirical studies on banking Leverage perataan laba, dan ukuran
companies listed on stock Alat Analisis : Regresi perusahaan berpengaruh
exchange in Indonesia 2009- berganda signifikan positif terhadap
2012 perataan laba.
3 Gandi sukmajati wicaksono Variabel Dependen : Ketiga variabel yang diuji
(2012), Pengaruh Profitabilitas, Perataan Laba yaitu
leverage, dan ukuran Variabel Independen : Profitabilitas,Leverage,
perusahaan terhadap perataan Profitabilitas,Leverage, Ukuran Perusahaan, hanya
laba pada perusahaan yang Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh
terdaftar dalam jakarta Islamic Alat Analisis : Regresi signifikan terhadap
index, Universitas Indonesia Logistik terjadinya perataan laba
pada perusahaan yang
terdaftar dalam kelompok
JII.

20
2.9 Kerangka Pikir

Perataan laaba (Income Smoothing) merupakan bagian dari manajemen

laba, perataan laba merupakan usaha pihak manajemen perusahaan untuk

mengurangi fluktuasi laba yang akan dilaporkan perusahaan. Perataan laba dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor yang bisa mendorong manajer untuk melakukan

tindakan perataan laba, faktor-faktor tersebut antara lain Profitabilitas dan

Leverage. Perusahaan yang memiliki Profitabilitas tinggi cenderung untuk

melakukan perataan laba karena manajemen lebih mengetahui kemampuan

perusahaan untuk mendapatkan laba pada masa yang akan datang dan semakin

tingginya pajak yang akan dibayar perusahaan, semakin tinggi Leverage

perusahaan maka perusahaan cenderung akan melakukan perataan laba, karena

jika rasio Leverage semakin besar maka nilai hutang perusahaan semakin besar

dibandingkan dengan aktivanya, sehingga perusahaan memiliki resiko yang besar.

Berdasarkan pemikiran yang diuraikan diatas, maka diperoleh kerangka

pemikiran yang menggambarkan bahwa, Profitabilitas dan Leverage merupakan

faktor yang diduga mempengaruhi tindakan praktik perataan laba. Oleh karena itu

dibuat kerangka pemikiran penelitian ini sebagai berikut :

H1
Profitabilitas (ROA) X 1
Perataan Laba y
H2
Leverage (DTA) X 2

H3
21

Gambar 2.1
Kerangka Pikir
2.10 Perumusan Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan atau tuduhan bahwa sementara masalah

penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu benar) sehingga harus

diuji secara empiris,, Erwan Agus Purwanto dan Dyah Ratih Sulistyastuti

(2007:137). Berdasarkan pada penjelasan yang telah diuraikan di latar belakang,

rumusan masalah, tujuan dan manfaat peneliltian , landasan teori, penelitian

terdahulu, serta kerangka pemikiran teoritis dan perumusan hipotesis, maka dapat

dirumuskan hipotesis dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Hipotesis 1

H1 : Profitabilitas (ROA) berpengaruh terhadap perataan laba.

H0 : Profitabilitas (ROA) tidak berpengaruh terhadap perataan laba.

2. Hipotesis 2

H1 : Leverage (DTA) berpengaruh terhadap perataan laba.

H0 : Leverage (DTA) tidak berpengaruh terhadap perataan laba.

3. Hipotesis 3

H1 : Terdapat pengaruh secara simultan antara Profitabilitas (ROA)

dan Leverage (DTA) terhadap perataan laba.

H0 : Tidak terdapat pengaruh secara simultan antara Profitabilitas

(ROA) dan Leverage (DTA) terhadap perataan laba.

22
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksplanatori

(explanatory research). Penelitian eksplanatori (explanatory research) adalah

penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu

variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel memepengaruhi

variabel lainnya.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur sub-sektor farmasi

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012-2016. Penelitian ini

mengambil data-data laporan keuangan yang telah disediakan di website Bursa

Efek Indonesia.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan

manufaktur sub-sektor farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

periode penelitian yaitu dari tahun 2012-2016, populasi dalam penelitian ini

sebanyak sepuluh perusahaan. Dari populasi yang ada akan diambil sejumlah

sampel untuk digunakan dlaam penelitian dengan metode purposive sampling,

dengan kriteria sebagai beerikut :

1) Perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sampai dengan 31

Desember 2016, yang menerbitkan laporan keuangan per 31 Desember

23
pada periode 2012-2016 serta mempunyai laporan keuangan lengkap

sesuai dengan data yang diperlukan dalam variabel penelitian.


2) Perusahaan yang memperoleh laba selama tahun 2012-2016

3) Perusahaan tidak melakukan akuisisi atau merger selama periode

pengamatan. Jika perusahaan melakukan akuisisi dan merger selama

periode pengamatan akan mengakibatkan variabel-variabel dalam

penelitian mengalami perubahan yang tidak sebanding dengan periode

sebelumnya. Sedangkan jika perusahaan dilikuidasi maka hasil penelitian

tidak akan berguna karena perusahaan tersebut di masa mendatang tidak

lagi beroperasi.

Adapun perusahaan manufaktur sub-sektor farmasi yang menjadi sampel

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Darya-Varia Laboratoria Tbk (DVLA)

2. Kalbe Farma Tbk (KLBF)

3. Indofarma (Persero) Tbk (INAF)

4. Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF)

5. Merck Tbk (MERK)

6. Pyridam Farma Tbk (PYFA)

7. Industri Jamu Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO)

8. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk (SQBB)

9. Tempo Scan Pasific Tbk (TSPC)

3.4 Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan variabel terikat (dependen) dan variabel bebas

(independen). Variabel terikat merupakan variabel yang dijelaskan oleh variabel

bebas. Variabel terikat dalam


24 penelitian ini adalah perataan laba, sedangkan
variabel bebas merupakan variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah, Profitabilitas dan Leverage.

3.4.1Variabel Dependen

Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perataan

laba (income smoothing) (y). Perataan laba yaitu tindakan manajemen yang

melakukan pengurangan fluktuasi laba dari tahun ke tahun dengan memindahkan

pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang

kurang menguntungkan, yang diukur dengan menggunakan (Indeks eckel) adalah

sebagai berikut :

Indeks perataan laba =

di mana:
CV = Coefficient of variation (Koefisien variasi) dari variabel yaitu standar

deviasi dibagi nilai yang diharapkan, nilai yang diharapkan dalam hal ini

adalah nilai rata-rata.

S = perubahan penjualan (sales) dalam satu periode.

I = perubahan laba bersih (income) dalam satu periode

Perusahaan dianggap sebagai perata laba apabila Indeks eckelnya lebih

kecil dari 1 dan dianggap bukan perata laba apabila Indeks eckelnya lebih dari 1

dan dapat di hitung sebagai berikut :

25
Sedangkan CV =

Dimana :

= Perubahan laba (I) atau perubahan penjualan (S) antara tahun ke n-1 ke

tahun n.

= Rata-rata perubahan laba (I) atau Penjualan (S)

N = Banyaknya tahun yang diamati

3.4.2 Variabel Independen

1) Profitabilitas (X1)

Profitabilitas merupakan tingkatan keuntungan bersih yang dicapai

perusahaan. Rasio Profitabilitas yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah ROA (return on asset), yang diteliti dengan rumus sebagai berikut :

ROA =

2) Leverage (X2)

Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai oleh utang. Ragio leverage yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to asset (DTA), yang diteliti

dengan rumus sebagai berikut :

=
Leverage

3.5 Jenis dan Sumber Data26


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi, telah diolah, dan yang

telah dipublikasikan. Data keuangan diperoleh dari laporan keuangan auditan

murni maupun yang telah diolah, Penelitian ini mengambil data-data laporan

keuangan yang telah disediakan di website Bursa Efek Indonesia.

3.6 Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain

1.
Dokumentasi

Data keuangan yang telah tersedia di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2.
Literatur

Buku-buku, artikel, jurnal, maupun hasil penelitian terdahulu yang

27 pembahasan dari penelitian ini.


berkaitan dengan topik
3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran mengenai

deskripsi variabel-variabel.

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

Penggunaan model analisis regresi berganda dapat dilakukan dengan

pertimbangan tidak ada pelanggaran terhadap asumsi klasik. Asumsi klasik yang

harus dipenuhi antara lain data harus normal, non-multikolinier, homokedastisitas

dan non-autokorelasi.

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data digunakan untuk menghindari terjadinya bias. Oleh karena

itu, data yang digunakan harus berdistribusi normal. Pengujian dilakukan

dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, Analisis ini dilakukan

dengan bantuan program SPSS, dengan kriteria pengujian :

a. angka signifikan (SIG) > 0,05, maka data berdistribusi normal

b. angka signifikan (SIG) < 0,05, maka data berdistribusi tidak normal

2. Uji Multikolinieritas

Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinier antar variabel bebas, salah satu

cara yang dapat dilakukan adalah dengan melihat dari Variance Inflation

Factor (VIF) dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

Jika VIF lebih kecil dari 0,10 atau lebih besar dari 10 maka terjadi
28
multikolinieritas. Sebaliknya, tidak terjadi multikolinieritas antar variabel
bebas apabila VIF berada pada kisaran 0,10 sampai 10, Ghozali (2001)

dalam Fauziyah (2007).

3. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah adanya korelasi antara variabel itu sendiri pada

pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Asumsi korelasi didefinisikan

sebagai terjadinya korelasi di antara data pengamatan, dimana munculnya

suatu data dipengaruhi oleh data sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi, maka

dinamakan problem autokorelasi yang menyebabkan koefisien korelasi yang

diperoleh kurang aktual. Identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala

autokorelasi dapat dilakukan dengan menghitung nilai Durbin Watson yairu

nilai dianggap tidak berbahaya jika terletak di daerah dU < DW < 4-dU.

4. Uji Heteroskedasitisitas

Uji heteroskedasitisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi

Ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain.

Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,

maka disebut homokedasitisitas, dan jika varian berbeda disebut

heteroskedasitisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi

heteroskedasitisitas, Ghozali (2001) dalam Fauziyah (2007). Salah satu cara

yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedasitisitas

adalah dengan melihat grafik scatter plot antara nilai variabel terikat dengan

residualnya. Dasar analisis yang digunakan menurut Ghozali (2001) dalam

Fauziyah (2007) adalah


29 :
a. jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka

telah terjadi heteroskedasitisitas.\

b. jika tidak ada ppola yang jelas, serta titik-titik yang ada menyebar diatas

dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedasitisitas.

3.7.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk melakukan pengujian hipotesis faktor-faktor yang mempengaruhi

perataan laba, maka penulis melakukan pengujian regresi melalui persamaan

regresi linier berganda dengan menggunakan 2 variabel independen.

3.7.4 Uji T

Uji T digunakan untuk menguji signifikansi pengaruh variabel-variabel bebas

secara individu (parsial) terhadap variabel terikat. Apabila t hitung lebih kecil dari

t tabel (t hitung < t tabel ), maka H0 diterima. Sedangkan apabila t hitung lebih

t tabel (t hitung > t tabel), maka H0 ditolak. Untuk menghitung t hitung


besar dari

menggunakan rumus sebagai berikut, Supranto (2000) : t =

dimana :

30

t = t hitung yang diperoleh


b = bobot regresi

sb = standar deviasi dari variabel bebas

Pengukuran hipotesis :

a.
H0 : β1 : β2 : β3 = 0, maka tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel

bebas X1, X2, X3 terhadap variabel terikat Y.

b.
H0 : β1 : β2 : β3 ≠ 0, maka ada pengaruh secara parsial antara variabel bebas

X1, X2, X3 terhadap variabel terikat Y

c.
Level of significant (α) sebesar 5 %

d.
Ketentuan yang digunakan adalah (berdasarkan probabilitas) Jika p < 0,05,

maka H0 diterima Jika p > 0,05, maka H0 ditolak.

3.7.5 Uji F

Uji simultan atau disebut juga unji F dalam analisis regresi berganda
31

bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) secara bersama-sama atau
serempak (simultan) berpengaruh terhadap variabel terikat (Y). Uji F dapat

dilakukan dengan membandingkan F hitung dengan tabel F, Jika F hitung > F tabel

Ho ditolak dan Ha diterima.

3.7.6 Uji Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

variabilitas variabel-variabel independen mampu memperjelas variabilitas variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi merupakan modifikasi dari koefisien

Nagelkerke untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini

dilakukan dengan cara membagi nilai Nagelkerke R Square dengan nilai

maksimumnya. Nilai koefisien determinasi dapat diinterprestasikan seperti nilai R

Square pada multiple regression.

32
33
34

Anda mungkin juga menyukai