Anda di halaman 1dari 20

51

BAB IV

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

tahun 2017 – 2019.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data sekunder yang diperoleh dari website resmi BEI www.idx.co.id. Pada

periode ini terdapat 193 perusahaan, akan tetapi setelah dilakukan

purposive sampling maka diperoleh sampel yang memenuhi kriteria dalam

penelitian ini sebanyak 15 Perusahaan.

4.2 Karakteristik Responden

PT Akasha Wira International Tbk (ADES) berdiri pada tahun

1985 bergerak dibidang industri air minum dalam kemasan, industri roti

dan kue, kembang gula, makaroni, kosmetik dan perdagangan besar.

Kantor pusat ADES berlokasi di Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. TB.

Simatupang Kav. 88, Jakarta. Perusahaan ini pada tanggal 2 Mei 1994,

ADES memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan

Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) ADES kepada masyarakat

sebanyak 15.000.000 saham dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham,

dengan harga penawaran perdana Rp3.850,- per saham. Saham-saham

tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Juni

1994.
52

Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (TPS Food) ( AISA) didirikan pada

tanggal 26 Januari 1990 dengan nama PT Asia Intiselera dan mulai

beroperasi secara komersial pada tahun 1990. Kantor pusat AISA berada

di Gedung Plaza Mutiara, LT. 16, Jl. DR. Ide Agung Gede Agung,

Kav.E.1.2 No 1 & 2 (Jl. Lingkar Mega Kuningan), Jakarta Selatan 12950.

Lokasi pabrik mie kering, biskuit dan permen terletak di Sragen, Jawa

Tengah. Ruang lingkup kegiatan TPS Food meliputi usaha bidang

perdagangan, perindustrian, peternakan, perkebunan, pertanian, perikanan

dan jasa.

Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK) didirikan 06 Juni 2001

dan mulai melakukan kegiatan komersialnya pada bulan Juni 2001. BTEK

bergerak dalam bidang bioteknologi pertanian, Hak Pengelolaan Hutan

(HPH), Hutan Tanam Industri (HTI) dan perdagangan. Saat ini, kegiatan

usaha utama BTEK adalah industri pengolahan biji kakao (lemak kakao,

padatan kakao dan bubuk kakao). Kantor pusat BTEK beralamat di Rukan

Komplek Permata Senayan, Blok E No. 38, Jl. Tentara Pelajar – Jakarta

Selatan 12210, sedangkan lokasi pabrik pengolahan biji kakao di Jl. Raya

Serang Km. 68 Desa Julang, Cikande, Serang Banten – Indonesia.

Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (sebelumnya Cahaya Kalbar

Tbk) (CEKA) didirikan 03 Februaru 1968 dengan nama CV Tjahaja

Kalbar dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971. Kantor

pusat CEKA terletak di Kawasan Industri Jababeka II, Jl. Industri Selatan
53

3 Blok GG No.1, Cikarang, Bekasi 17550, Jawa Barat – Indonesia,

sedangkan lokasi pabrik terletak di Kawasan Industri Jababeka, Cikarang,

Jawa Barat dan Pontianak, Kalimantan Barat. kegiatan CEKA meliputi

bidang industri makanan berupa industri minyak nabati (minyak kelapa

sawit beserta produk-produk turunannya), biji tengkawang, minyak

tengkawang dan minyak nabati spesialitas untuk industri makanan &

minuman.

PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) berdiri pada 15 Juni 1970 dan

bergerak dibidang Minuman alcohol dan non alcohol. Ruang lingkup

kegiatan DLTA yaitu terutama untuk memproduksi dan menjual bir

pilsener dan bir hitam dengan merek “Anker”, “Carlsberg”, “San Miguel”,

“San Mig Light” dan “Kuda Putih”. DLTA juga memproduksi dan

menjual produk minuman non-alkohol dengan merek “Sodaku.

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) lahir pada 14 Agustus

1990 dan bergerak dibidang industri makanan olahan, bumbu penyedap,

minuman ringan, kemasan, minyak goreng, penggilingan biji gandum dan

tekstil pembuatan karung terigu. Kantor pusat INDF berlokasi di

Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jl. Jend. Sudirman Kav. 76 –

78, Jakarta. Sedangkan pabrik dan perkebunan INDF dan anak usaha

berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi dan Malaysia. Pada tahun 1994, INDF memperoleh pernyataan

efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana


54

Saham INDF (IPO) kepada masyarakat sebanyak 21.000.000 dengan nilai

nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp6.200,- per

saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

pada tanggal 14 Juli 1994.

PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) merupakan salah

satu perusahaan yang bergerak dalam bidang industri minuman bir

di Indonesia. Perusahaan ini pertama kali didirikan dengan nama NV

Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen pada tanggal 3 Juni 1929 di

Medan, Sumatera Utara.

PT Mayora Indah Tbk (MYOR) berdiri pada tanggal 17 Februari

1977 merupakan perusahaan besar yang mempunyai inti usaha dibidang

makanan seperti biskuit, permen, wafer, cokelat, makanan kesehatan dan

juga kopi. Perusahaan ini telah tercatat di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal

4 Juli 1990.

PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) lahir pada 16 April 1974

dan bergerak dibidang pengolahan dan perdagangan hasil bumi. Kantor

pusat PSDN terletak di Gedung Plaza Sentral, Lt. 20, Jln. Jend. Sudirman

No. 47, Jakarta 12930 dan pabriknya berlokasi di Jl. Ki Kemas Rindho,

Kertapati, Palembang. Pada tahun 1994, PSDN memperoleh pernyataan

efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana

Saham (IPO) PSDN kepada masyarakat sebanyak 30.000.000 dengan nilai


55

nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp3.000,- per

saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

pada tanggal 18 Oktober 1994.

PT Sekar Bumi Tbk (SKBM) didirikan 12 April 1973 dan mulai

beroperasi secara komersial pada tahun 1974. Kantor pusat SKBM

berlokasi di Plaza Asia, Lantai 2, Jl. Jend. Sudirman Kav. Selain itu,

melalui anak usahanya, Sekar Bumi memproduksi pakan ikan, pakan

udang, mete dan produk kacang lainnya.

PT Siantar Top Tbk (STTP) lahir pada 12 Mei 1987 bergerak

dibidang industri makanan ringan, yaitu mie (snack noodle), kerupuk

(crackers) dan kembang gula (candy). Perusahaan berdomisili di Sidoarjo,

Jawa Timur dengan pabrik berlokasi di Sidoarjo (Jawa Timur), Medan

(Sumatera Utara) dan Bekasi (Jawa Barat). Kantor pusat Perusahaan

beralamat di Jl. Tambak Sawah No. 21-23 Waru, Sidoarjo.

PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ)

lahir pada tahun 1958 Susu segar, the segar dan kunyit asam. Dimulai dari

pabrik susu rumahan pada tahun 1958 di Bandung - Jawa Barat PT

Ultrajaya berkembang, hingga selanjutnya di tahun 1971 PT Ultrajaya

melebarkan sayap bisnisnya menjadi PT Ultrajaya Milk Industry &

Trading Company.
56

PT. Inti Agri Resources Tbk. (IIKP), dahulu bernama

PT. Inti Kapuas Arowana Tbk. IIKP ini adalah perusahaan peternak ikan

yang berbasis di Indonesia. Perusahaan mengembangbiakkan dan

mengoperasikan peternakan ikan naga di Pontianak, Kalimantan Barat.

Perusahaan didirikan pada tahun 1999 dan kantor pusatnya terletak di

Jakarta, Indonesia.

PT Sekar Laut Tbk (SKLT) lahir 19 Juli 1976 dan bergerak

dibidang industri pembuatan kerupuk, saos tomat, sambal dan bumbu

masak. Pada tahun 1993, SKLT memperoleh pernyataan efektif dari

Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO)

SKLT kepada masyarakat sebanyak 6.000.000 dengan nilai nominal

Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp4.300,- per saham.

Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tanggal 08 September 1993. Kantor pusat SKLT berlokasi di Wisma

Nugra Santana, Lt. 7, Suite 707, Jln. Jend. Sudirman Kav. 7-8, Jakarta

10220 dan Kantor cabang berlokasi di Jalan Raya Darmo No. 23-25,

Surabaya, serta Pabrik berlokasi di Jalan Jenggolo II/17 Sidoarjo. SKLT

tergabung dalam Sekar Grup.

PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) merupakan salah

satu perusahaan roti dengan merek dagang Sari Roti terbesar di

Indonesia. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1995 sebagai

sebuah perusahaan penanaman modal asing dengan nama PT Nippon

Indosari Corporation.
57

4.3 Deskripsi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

yaitu Debt to Equity Ratio (DER) untuk variabel struktur modal serta data

Return On Asset (ROA), Total Aset perusahaan dan dat Risk perusahaan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek

Indonesia melalui www.idx.co.id. Berupa laporan keuangan dan annual

report yang mempunyai informasi corporate governance.

4.4 Analisis Hasil

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis statistik yang menggunakan persamaan analisis linier

berganda. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan

menggunakan microsoft excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi

klasik dan pengujian menggunakan analisisis linier berganda. Pengujian

asumsi klasik dan analisis linier berganda digunakan dengan menggunakan

software SPSS versi 16. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-

variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output

sesuai dengan metode analisis data yang telah ditentukan.

4.4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi

suatu data yang dilihat dari nilai maksimum, nilai minimum, nilai rata-rata

(mean), dan nilai standar deviasi, dari variabel ukuran perusahaan(X1),

risiko bisnis (X2), profitabilitas (X3) dan struktur modal (Y).


58

Tabel 4.1
Descriptive Statistics

Std.
Variabel N Minimum Maximum Mean
Deviation
Struktur Modal 45 26,421 32,201 28,60893 1,388463
Ukuran Perusahaan 45 0,001 0,437 0,11071 0,107008
Profitabilitas 45 0,008 1,290 0,62044 0,488406
Risiko Bisnis 45 0,000 0,986 0,41013 0,289377
Valid N (listwise) 45
Sumber : Data diolah dengan SPSS Versi 16, 2020

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa :

1. Nilai minimum struktur modal adalah 26,421 dan nilai maksimum

struktur modal adalah 32,201. Sementara rata-rata adalah 28,60893 dan

std. deviation adalah 1,388463.

2. Nilai minimum ukuran perusahaan adalah 0,001 dan nilai maksimum

ukuran perusahaan adalah 0,437. Sementara rata-rata adalah 0,11071

dan std. deviation adalah 0,107008.

3. Nilai minimum profitabilitas adalah 0,008 dan nilai maksimum

profitabilitas adalah 1,290. Sementara rata-rata adalah 0,62044 dan std.

deviation adalah 0,488406.

4. Nilai minimum risiko bisnis adalah 0,000 dan nilai maksimum risiko

bisnis adalah 0,986. Sementara rata-rata adalah 0,41013 dan std.

deviation adalah 0,289377.

4.4.2 Uji Asumsi Klasik

4.4.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,


59

2016). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel

independen ukuran perusahaan, profitabilitas dan risiko bisnis dan variabel

dependen mengenai struktur modal berdistribusi normal atau tidak.

Pengujian pada uji ini dilakukan dengan pengujian one sample kolmogrov-

smirnov, dimana satu nilai kolmogrov smirnov digunakan untuk seluruh

variabel baik independen dan variabel dependen. Data dikatakan

berdistribusi normal jika nilai asymp.sig (2-tailed) > 0,05. Berikut tabel 4.2

di bawah ini menggambarkan menunjukkan hasil dari pengujian normalitas :

Tabel 4.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual
N 45
Normal Mean 0,0000000
Parametersa
Std. Deviation 0,01503264
Most Extreme Absolute 0,087
Differences Positive 0,087
Negative -0,065
Kolmogorov-Smirnov Z 0,583
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,886
Sumber : Data diolah dengan SPSS Versi 16, 2020

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa nilai Asymp.sig (2-tailed)

pada uji tersebut lebih besar dari 0,05 yaitu 0,886 sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini terdistribusi

normal, dan pengolahan data dapat dilakukan lebih lanjut.

4.4.2.2 Uji Multikolinearitas

Suatu model regresi yang baik selain data terdistribusi secara

normal juga tidak mengalami multikolinearitas. Multikolinearitas


60

merupakan korelasi antara satu variabel bebas dengan variabel bebas

lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam regresi

dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai Variance Inflasing Factor (VIF).

Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang

dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas

bebas yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Model

regresi yang bebas multikolinearitas adalah yang mempunyai VIF <10 dan

nilai tolerance > 0,1. Tabel berikut menyajikan hasil uji multikolinearitas.

Tabel 4.3
Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Ukuran Perusahaan 0,955 1,047
Profitabilitas 0,978 1,022
Risiko Bisnis 0,975 1,026

Sumber : Data diolah dengan SPSS Versi 16, 2020

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai VIF setiap variabel

dibawah 10 dan nilai tolerance setiap variabel lebih besar dari 0,1 sehingga

tidak terdapat hubungan atau korelasi antara satu variabel bebas dengan

variabel bebas lainnya. Dari tabel di atas dapat dinyatakan bahwa data

penelitian tidak mengalami multikolinearitas sehingga model regresi yang

ada layak dipakai dalam memprediksi struktur modal.

4.4.2.3 Uji Autokolerasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada peroide t


61

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model

regresi yang baik yaitu yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi

ada atau tidak autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin-Watson.

Berikut tabel 4.4 di bawah ini memaparkan hasil pengolahan uji

autokorelasi pada penelitian ini.

Tabel 4.3
Uji Autokolerasi

Kesimpulan
Durbin Watson 0,893 Tidak terjadi Autokorelasi
Sumber : Hasil pengolahan data dari mengolah SPSS v.16

Dari tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar

2.418. Hasil tersebut membuktikan bahwa -2 ≤ 0,893 ≤ 2, maka dapat

disimpulkan model regresi pada penelitian ini terbebas dari masalah

autokorelasi dan tahapan pengolahan data dapat dilanjutkan.

4.4.2.4 Uji Heterokedastisitas

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatter plot antara SRESID

pada sumbu Y, dan ZPRED pada sumbu X (Ghozali, 2013). Dasar analisis

adalah jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit),

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola

yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada

sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


62

Grafik 4.1
Scatterplot Variabel Struktur Modal

Sumber : Data diolah dengan SPSS Versi 16, 2020

Perhatikan bahwa berdasarkan Gambar 4.1, tidak terdapat pola

yang begitu jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0

pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.4.2.4 Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah variabel

independen dan variabel dependen dalam penelitian ini mempunyai

hubungan yang linear jika kenaikan skor variabel independen diikuti

kenaikan skor variabel dependen (Imam Ghozali, 2014). Kriteria yang

diterapkan untuk menyatakan kelinearan adalah dengan melihat nilai

deviation from linearity pada Sig. > 0,05


63

Tabel 4.5
Uji Linearitas

F Sig.
Y * X3 (Combined) 7,646 0,122
Linearity 17,113 0,054
Deviation from Linearity 7,415 0,126
Sumber : Data diolah dengan SPSS Versi 16, 2020

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai deviation fron

linearity pada Sig. adalah 0,126. Hal ini menandakan nilai Sig. lebih besar

dari pada 0,05 dan itu berarti variabel independen dan variabel dependen

dalam penelitian ini memiliki hubungan yang linear.

4.4.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Penelitian ini dianalisis dengan model regresi linear berganda

untuk melihat seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas

dan risiko bisnis terhadap struktur modal dengan model dasar sebagai

berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana : Y = Struktur Modal

X1 = Ukuran Perusahaan

X2 = Profitabilitas

X3 = Risiko Bisnis

a = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien regresi

e = error atau variabel gangguan


64

Tabel 4.6
Analisis Regresi Linear Berganda

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,414 0,007 190,282 0,000
Ukuran Perusahaan 0,051 0,022 0,274 2,353 0,023
Profitabilitas 0,041 0,009 0,549 4,776 0,000
Risiko Perusahaan 0,015 0,007 0,262 2,277 0,028
Sumber : Data diolah dengan SPSS Versi 16, 2020

Maka dari tabel 4.5 di atas model regresi yang didapatkan adalah :

Y = 1,414 + 0,051 + 0,041 + 0,015 + e

Keterangan :

1. Kostanta sebesar 1,414 menunjukkan bahwa apabila variabel independen

bernilai 0 maka nilai struktur modal sebesar 1,414.

2. X1 adalah variabel ukuran perusahaan yang memiliki nilai koefisien

regresi sebesar 0,051. Hal ini mempunyai arti bahwa kenaikan 1% variabel

ukuran perusahaan maka struktur modal akan mengalami kenaikan sebesar

0,051 dengan asumsi variabel lain tetap

3. X2 adalah variabel profitabilitas yang memiliki nilai koefisien regresi

sebesar 0,041. Hal ini mempunyai arti bahwa kenaikan 1% variabel

profitabilitas maka struktur modal akan mengalami kenaikan sebesar 0,041

dengan asumsi variabel lain tetap.

4. X3 adalah variabel risiko bisnis yang memiliki nilai koefisien regresi

sebesar 0,015. Hal ini mempunyai arti bahwa kenaikan 1% variabel risiko
65

bisnis maka struktur modal akan mengalami penurunan sebesar

0,015 dengan asumsi variabel lain tetap.

4.4.4 Pengujian Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini di uji menggunakan analisis regresi

berganda dengan bantuan SPSS versi 16.0 untuk menguji pengaruh antara

variabel independen dengan variabel dependen sebagai berikut :

4.4.4.1 Uji Koefisien Determinan (Uji Statistik R2)

Koefisien determinan (R2) menjelaskan dan mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Berikut tabel 4.7 di bawah ini memaparkan hasil uji koefisien determinan

(Uji Statistik R2).

Tabel 4.7

Uji Statistik R2

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square
Estimate
1 0,686a 0,470 0,432 0,015573
Sumber : Hasil pengolahan data dari mengolah SPSS v.16

Pada tabel 4.7 di atas diperoleh nilai koefisien determinasi (R Square)

sebesar 0,470. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel ukuran

perusahaan, profitabilitas dan risiko bisnis mempengaruhi struktur modal

sebesar 47%. Sedangkan sisanya sebesar 53% dipengaruhi oleh variabel lain

yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

4.4.4.2 Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji F)


66

Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

secara bersama-sama (simultan) variable-variabel independen (bebas)

terhadap variable dependen (terikat). Kriteria pengujian yang digunakan

adalah :

a. Jika F hitung > F tabel (n-k-1) dan Jika signifikansi< 0,05 maka secara

statistik data yang digunakan membuktikan bahwa semua variabel

independen berpengaruh terhadap nilai variabel (Y).

b. Jika F hitung < F tabel (n-k-1) dan Jika signifikansi > 0,05 maka

secara statistik data yang digunakan membuktikan bahwa semua

variabel independen tidak berpengaruh terhadap nilai variabel (Y).

Tabel 4.8
Uji F

Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
1 Regression 0,009 3 0,003 12,143 0,000a
Residual 0,010 41 0,000
Total 0,019 44
Sumber : Data diolah dengan SPSS Versi 16, 2020

Pada tabel 4.6 dapat dilihat nilai tingkat signifikansi sebesar 0,014.

Hal ini menjelaskan bahwa nilai Sig. lebih besar dari tingkat signifikan

0,05 yakni 0,014 < 0,05. Maka artinya ukuran perusahaan, profitabilitas

dan risiko bisnis memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap

struktur modal.

4.4.4.2 Pengujian Parsial (Uji T)

Uji statistik t menjelaskan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen (ukuran perusahaan, profitabilitas danrisiko bisnis) secara


67

individual atau parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen

(struktur modal). Berikut tabel 4.7 di bawah ini merupakan hasil pengujian

signifikan parameter individual (uji t).

Tabel 4.9

Pengujian Parsial (Uji T)

Model t Sig. Keretangan

1 (Constant) 190,282 0,000


Ukuran Perusahaan 2,353 0,023 Diterima
Profitabilitas 4,776 0,000 Diterima
Risiko Bisnis 2,277 0,028 Diterima
Sumber : Data diolah dengan SPSS Versi 16, 2020

4.5 Pembahasan

4.1.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal

Berdasarkan pada tabel 4.7 menunjukkan hasil pengujian hipotesis

1 yaitu variabel ukuran perusahaan memperoleh nilai t sebesar 2,353 dan

tingkat signifikan sebesar 0,023. Oleh karena itu hipotesis pertama yaitu

ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal karena

tingkat signifikansi variabel ukuran perusahaan lebih kecil dari 0,05 yakni

0,023< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.

Hal ini dapat diartikan bahwa setiap kenaikan nilai yang dialami

oleh ukuran perusahaan akan berdampak naik juga terhadap nilai struktur

modal. Menurut Nur Wahyu Shofiatin Chasanah (2017) Semakin besar

perusahaan maka kecenderungan penggunaan dana eksternal juga akan

semakin besar. Alasannya karena perusahaan yang besar memiliki


68

kebutuhan dana yang tinggi dengan menggunakan dana eksternal.

Perusahaan dituntut meningkatkan hutang agar dapat memanfaatkan

besaran hutang menjadi pendapatan untuk meningkatkan total asset

perusahaan (Sartono, 2010:247). Oleh karena itu maka, ukuran perusahaan

yang besar merupakan sebuah sinyal positif bagi kreditur untuk

memberikan pinjaman.

Hasil penelitian ini bertolakbelakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nur Wahyu Shofiatin Chasanah pada tahun 2017 dan

penelitian yang dilakukan oleh Nancy Enni Apriani Pakpahan pada tahun

2018. Mereka menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal. Namun demikian

hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu

Nita Septiani (2018) dan penelitian yang dilakukan Stenyverens J.D Lasut

(2018) yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur

modal.

4.1.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal

Berdasarkan pada tabel 4.7 menunjukkan hasil pengujian hipotesis

2 yaitu variabel profitabilitas memperoleh nilai t sebesar 4,776 dan tingkat

signifikan sebesar 0,000. Oleh karena itu hipotesis kedua yaitu

profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal karena

tingkat signifikansi variabel profitabilitas lebih besar dari 0,05 yakni

0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.

Profitabilitas dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan,

dimana perusahaan yang menghasilkan laba lebih besar cenderung


69

mempunyai laba ditahan lebih besar sehingga dapat memenuhi kebutuhan

dananya untuk melakukan ekspansi dari sumber internal perusahaan

(Brigham dan Houston, 2011:43). Profitabilitas (ROA) merupakan

kemampuan perusahaan dalam memperoleh dan menghasilkan laba

(Irawati, 2006:59). Stabilnya tingkat profitabilitas yang dimiliki sebuah

perusahaan merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan

manajer di dalam pemilihan struktur modal. Semakin stabil profitabilitas

berarti semakin kecil pinjaman yang dilakukan perusahaan.

Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Made

Rusmala Dewi S (2016) dan penelitian yang dilakukan oleh Nancy Enni

Apriani Pakpahan (2018) yang menyatakan bahwa profitabilitas

berpengaruh terhadap struktur modal.

4.1.3 Pengaruh Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal

Berdasarkan pada tabel 4.7 menunjukkan hasil pengujian hipotesis

3 yaitu variabel risiko bisnis memperoleh nilai t sebesar 2,277 dan tingkat

signifikan sebesar 0,028. Oleh karena itu hipotesis ketiga yaitu risiko

bisnis berpengaruh signifikan terhadap struktur modal karena tingkat

signifikansi variabel risiko bisnis lebih kecil dari 0,05 yakni 0,028 < 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.

Menurut Irawati (2006:46) yang menyatakan bahwa risiko bisnis

adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dari hubungan langsung

antara keuntungan saat ini dan keuntungan masa depan yang diharapkan.

Hal ini disebabkan karena perusahaan harus memperhitungkan risiko

bisnisnya karena hal ini merupakan faktor potensial yang mengancam


70

kelangsungan hidup perusahaan. Perusahaan dengan risiko bisnis yang

tinggi akan kesulitan dalam menentukan target laba dalam perusahaan

karena laba pada perusahaan tersebut cenderung fluktuatif. Perusahaan

yang memiliki risiko bisnis yang tinggi akan cenderung menggunakan

rasio hutang yang rendah, hal ini dikarenakan tingkat ketidakpastian

pendapatan semakin tinggi dan dapat mempengaruhi kemampuan

perusahaan dalam mengambalikan hutang-hutang perusahaan tersebut.

Risiko bisnis merupakan tingkat asset perusahaan jika perusahaan tersebut

tidak menggunakan utang (Brigham dan Houston, 2011:157).

Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Made

Rusmala Dewi S (2016) dan penelitian yang dilakukan oleh Nancy Enni

Apriani Pakpahan (2018) yang menyatakan bahwa risiko bisnis

berpengaruh terhadap struktur modal.

Anda mungkin juga menyukai