Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu

perusahaan manufaktur yang ada dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) tahun 2017 – 2019. Sampel pada penelitian ini menggunakanvdata

sekunder yang diperoleh dalam website resmi BEI yaitu www.idx.co.id.

Pada periode ini terdapat 193 perusahaan, namun setelah dilakukan teknik

penarikan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling maka

sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini menjadi 15

Perusahaan.

4.2 Karakteristik Responden

PT Akasha Wira International Tbk (ADES) berdiri pada tahun

1985 bergerak dibidang industri air minum dalam kemasan, industri roti

dan kue, kembang gula, makaroni, kosmetik dan perdagangan besar.

Kantor pusat ADES berlokasi di Perkantoran Hijau Arkadia, Jl. TB.

Simatupang Kav. 88, Jakarta. Pada tanggal 2 Mei 1994 perusahaan ini

memperoleh pernyataan efektif oleh Bapepam-LK untuk melangsungkan

Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) kepada masyarakat sebesar

15.000.000 saham dan nilai nominal Rp1.000,- per saham, harga

penawaran perdana Rp3.850,- per saham. Saham-saham tersebut

dicatatkan Bursa Efek Indonesia (BEI) tanggal 13 Juni 1994.


Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (TPS Food) ( AISA) didirikan pada

tanggal 26 Januari 1990 dengan nama PT Asia Intiselera mulai beroperasi

secara produktif tahun 1990. Kantor pusat AISA berada di Gedung Plaza

Mutiara, LT. 16, Jl. DR. Ide Agung Gede Agung, Kav.E.1.2 No 1 & 2 (Jl.

Lingkar Mega Kuningan), Jakarta Selatan 12950. Lokasi pabrik mie

kering, biskuit dan permen terletak di Sragen, Jawa Tengah. Kegiatan TPS

Food mencakup dibidang perindustrian, perdagangan, pertanian,

peternakan, perikanan, perkebunan, dan jasa.

Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK) didirikan 06 Juni 2001

dan mulai melakukan kegiatan komersialnya pada bulan Juni 2001. BTEK

bergerak dalam bidang bioteknologi pertanian, Hak Pengelolaan Hutan

(HPH), Hutan Tanam Industri (HTI) dan perdagangan. Saat ini, kegiatan

usaha utama BTEK adalah industri pengolahan biji kakao (lemak kakao,

padatan kakao dan bubuk kakao). Kantor pusat perusahaan ini beralamat

pada Jl. Tentara Pelajar – Jakarta Selatan, Rukan Komplek Permata

Senayan, Blok E No. 38 (12210), dan lokasi pabrik asifikasi biji kakao di

Cikande, Serang Banten – Indonesia Jl. Raya Serang Km. 68 Desa Julang.

Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (sebelumnya Cahaya Kalbar

Tbk) (CEKA) didirikan 03 Februaru 1968 dengan nama CV Tjahaja

Kalbar dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1971. Kantor

pusat berada di Jl. Industri Selatan 3 Blok GG No.1, Cikarang, Bekasi

Kawasan Industri Jababeka II Jawa Barat – Indonesia (17550), dan lokasi

pabrik ada di Kawasan Industri Jababeka Cikarang Jawa Barat dan

Pontianak Kalimantan Barat. Kegiatan perusahaan ada pada bidang


industri biji tengkawang, makanan berupa industri minyak nabati (minyak

kelapa sawit beserta produk-produk turunannya), minyak nabati spesialitas

untuk industri makanan & minuman dan minyak tengkawang.

PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) lahir pada 15 Juni 1970 dan

bergerak pada bidang minuman non alcohol dan alcohol. Kegiatan utama

perusahaan ini adalah memproduksi serta menjual bir hitam dan bir

pilsener dengan merek “Carlsberg”, “Anker”, “San Miguel”, “Kuda Putih”

dan “San Mig Light”. Perusahaan ini juga memproduksi serta menjual

produk non-alkohol yang bermerek “Sodaku”.

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) lahir pada 14 Agustus

1990 dan bergerak dibidang industri makanan olahan seperti minuman

ringan, bumbu penyedap, minyak goreng, kemasan, tekstil pembuatan

karung terigu dan penggilingan biji gandum. Berkantor pusat di Jl. Jend.

Sudirman Kav. 76 – 78 Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27

Jakarta. Pabrik dan perkebunan perusahaan ini serta anak usahanya

beralamat di berbagai tempat pada pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi,

Kalimantan dan Malaysia. Pada tahun 1994 medapat pernyataan efektif

dari Bapepam-LK untuk melangsungkan Penawaran Umum Perdana

Saham INDF (IPO) kepada masyarakat sejumlah 21.000.000 serta nilai

nominal Rp1.000,- per saham di harga penawaran Rp6.200,- per saham.

Saham-saham ini dicatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) tanggal 14 Juli

1994.
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) merupakan salah

satu perusahaan yang berkegiatan dibidang industri minuman bir

di Indonesia. Perusahaan ini awalnya didirikan bernama NV

Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen pada tanggal 3 Juni 1929 di

Medan, Sumatera Utara.

PT Mayora Indah Tbk (MYOR) lahir tanggal 17 Februari 1977

merupakan perusahaan besar dan kegiatan utama usaha dibidang makanan

seperti biskuit, permen, wafer, cokelat, makanan kesehatan dan juga kopi.

Perusahaan ini tercatat pada Bursa Efek Jakarta pada tanggal 4 Juli 1990.

PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) lahir pada 16 April 1974

dan bergerak dibidang perdagangan hasil bumi dan pengolahannya.

Berkantor pusat di Jln. Jend. Sudirman No. 47 Gedung Plaza Sentral, Lt.

20 Jakarta (12930). Sedangkan pabriknya beralamat di Palembang, Jl. Ki

Kemas Rindho Kertapati. Tahun 1994 perusahaan ini mendapatkan

pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melangsungkan Penawaran

Umum Perdana Saham (IPO) kepada masyarakat sebesar 30.000.000 dan

nilai nominal Rp1.000,- per saham pada harga penawaran Rp3.000,- per

saham. Saham-saham ini dicatat Bursa Efek Indonesia (BEI) tanggal 18

Oktober 1994.

PT Sekar Bumi Tbk (SKBM) didirikan 12 April 1973 dan

melakukan kegiatan secara komersial tahun 1974. Berkantor pusat di Jl.

Jend. Sudirman Kav Plaza Asia, Lantai 2. Dan melalui anak usahanya

perusahaan ini memproduksi pakan udang, pakan ikan, produk kacang dan

mete lainnya.
PT Siantar Top Tbk (STTP) ada pada 12 Mei 1987 berkegiatan

dibidang makanan ringan seperti kerupuk (crackers), kembang gula

(candy) dan mie (snack noodle). Berkantor pusat di Waru Sidoarjo Jl.

Tambak Sawah No. 21-23. Perusahaan beralamat pabrik di Medan

(Sumatera Utara), Sidoarjo (Jawa Timur), serta Bekasi (Jawa Barat).

PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ)

lahir pada tahun 1958. Perusahaan ini memproduksi kunyit asam, susu

segar dan the segar. Diawali dari susu rumahan tahun 1958 di Bandung -

Jawa Barat. Perusahaan ini terus berkembang, dan tahun 1971 PT

Ultrajaya melebarkan bisnisnya hingga menjadi PT Ultrajaya Milk

Industry & Trading Company.

PT. Inti Agri Resources Tbk. (IIKP), dahulu bernama

PT. Inti Kapuas Arowana Tbk. Perusahaan ini merupakan peternak ikan

yang berbasis yang ada di Indonesia. Perusahaan  mengoperasikan dan

mengembangbiakkan peternakan ikan naga di Pontianak, Kalimantan

Barat. Perusahaan didirikan pada tahun 1999 dan kantor pusatnya terletak

di Jakarta, Indonesia.

PT Sekar Laut Tbk (SKLT) lahir 19 Juli 1976 dan bergerak

dibidang industri pembuatan kerupuk, saos tomat, sambal dan bumbu

masak. Tahun 1993 perusahaan ini memperoleh pernyataan efektif dari

Bapepam-LK untuk melangsungkan Penawaran Umum Perdana Saham

(IPO) kepada masyarakat sebesar 6.000.000 dan nilai nominal Rp1.000,-

per saham serta harga penawaran Rp4.300,- per saham. Saham-saham ini

dicatat Bursa Efek Indonesia (BEI) tanggal 08 September 1993. Berkantor


pusat di Jln. Jend. Sudirman Kav. 7-8 Wisma Nugra Santana, Lt. 7, Suite

707 Jakarta (10220) dan Kantor cabang di Surabaya Jalan Raya Darmo

No. 23-25.

PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) merupakan salah

satu perusahaan roti yang merek dagang Sari Roti di Indonesia.

Perusahaan  ini lahir tahun 1995 sebagai sebuah perusahaan penanaman

modal asing yang bernama PT Nippon Indosari Corporation.

4.3 Deskripsi Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Debt to Equity

Ratio (DER) , Return On Asset (ROA), Total Aset perusahaan dan data

Risk perusahaan. Data dalam penelitian ini didapat dari Bursa Efek

Indonesia pada www.idx.co.id dari laporan keuangan perusahaan per

tahunya.

4.4 Analisis Hasil

4.4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui deskripsi

sebuah data yang dapat dilihat pada nilai maksimum, nilai minimum, nilai

rata-rata (mean), dan nilai standar deviasi, dari variabel ukuran

perusahaan(X1), risiko bisnis (X2), profitabilitas (X3) dan struktur modal

(Y).

Tabel 4.1
Descriptive Statistics
Std.
Variabel N Minimum Maximum Mean
Deviation
Struktur Modal 45 26,421 32,201 28,60893 1,388463
Ukuran Perusahaan 45 0,001 0,437 0,11071 0,107008
Profitabilitas 45 0,008 1,290 0,62044 0,488406
Risiko Bisnis 45 0,000 0,986 0,41013 0,289377
Valid N (listwise) 45
Sumber : Data diolah dengan SPSS Versi 16, 2020

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa :

1. Nilai minimum struktur modal adalah 26,421 dan nilai maksimum

struktur modal adalah 32,201. Sementara rata-rata adalah 28,60893 dan

std. deviation adalah 1,388463.

2. Nilai minimum ukuran perusahaan adalah 0,001 dan nilai maksimum

ukuran perusahaan adalah 0,437. Sementara rata-rata adalah 0,11071

dan std. deviation adalah 0,107008.

3. Nilai minimum profitabilitas adalah 0,008 dan nilai maksimum

profitabilitas adalah 1,290. Sementara rata-rata adalah 0,62044 dan std.

deviation adalah 0,488406.

4. Nilai minimum risiko bisnis adalah 0,000 dan nilai maksimum risiko

bisnis adalah 0,986. Sementara rata-rata adalah 0,41013 dan std.

deviation adalah 0,289377.

4.4.2 Uji Asumsi Klasik

4.4.2.1 Uji Normalitas


Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali,

2016). Penelitian ini ditujukan untuk melihat apakah variabel independen

ukuran perusahaan, profitabilitas dan risiko bisnis dan variabel dependen

mengenai struktur modal berdistribusi normal atau tidak. Pengujian pada uji

ini dilakukan dengan pengujian one sample kolmogrov-smirnov, dimana

satu nilai kolmogrov smirnov digunakan untuk seluruh variabel baik

independen dan variabel dependen. Data dikatakan berdistribusi normal jika

nilai asymp.sig (2-tailed) > 0,05. Berikut tabel 4.2 di bawah ini

menggambarkan menunjukkan hasil dari pengujian normalitas :

Tabel 4.2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual
N 45
Normal Mean 0,0000000
Parametersa
Std. Deviation 0,01503264
Most Extreme Absolute 0,087
Differences Positive 0,087
Negative -0,065
Kolmogorov-Smirnov Z 0,583
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,886
Sumber : Data diolah dengan SPSS Versi 16, 2020

Pada tabel di atas melihatkan bahwa nilai Asymp.sig (2-tailed) pada

uji tersebut lebih besar dari 0,05 yaitu 0,886 sehingga disimpulkan bahwa

variabel-variabel dalam penelitian ini terdistribusi normal, dan pengolahan

data dapat dilakukan lebih lanjut.

4.4.2.2 Uji Multikolinearitas


Suatu model regresi yang baik selain data terdistribusi secara

normal juga tidak mengalami multikolinearitas. Multikolinearitas

merupakan korelasi antara satu variabel bebas dan variabel bebas lainnya.

Untuk melihat ada tidaknya multikolinearitas dalam regresi dengan

melihat pada nilai tolerance serta nilai Variance Inflasing Factor (VIF).

Kedua pengukuran ini menjelaskan setiap variabel bebas manakah yang

dijelaskan pada variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas

bebas yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Model

regresi yang bebas multikolinearitas adalah yang mempunyai VIF <10 dan

nilai tolerance > 0,1. Tabel berikut menyajikan hasil uji multikolinearitas.

Tabel 4.3
Uji Multikolinearitas

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)
Ukuran Perusahaan 0,955 1,047
Profitabilitas 0,978 1,022
Risiko Bisnis 0,975 1,026

Sumber : Data diolah dengan SPSS Versi 16, 2020

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai VIF setiap variabel

dibawah 10 dan nilai tolerance setiap variabel lebih besar dari 0,1 sehingga

tidak terdapat hubungan atau korelasi antara satu variabel bebas dengan

variabel bebas lainnya. Dari tabel di atas dapat dinyatakan bahwa data

penelitian tidak mengalami multikolinearitas sehingga model regresi yang

ada layak dipakai dalam memprediksi struktur modal.

4.4.2.3 Uji Autokolerasi


Uji autokorelasi memiliki tujuan untuk melihat apakah dalam

model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

peroide t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).

Model regresi yang baik yaitu yang bebas dari autokorelasi. Untuk

mendeteksi ada atau tidak autokorelasi dapat menggunakan uji Durbin-

Watson. Berikut tabel 4.4 di bawah ini memaparkan hasil pengolahan uji

autokorelasi pada penelitian ini.

Tabel 4.3
Uji Autokolerasi

Kesimpulan
Durbin Watson 0,893 Tidak terjadi Autokorelasi
Sumber : Hasil pengolahan data dari mengolah SPSS v.16

Dari tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar

2.418. Hasil tersebut membuktikan bahwa -2 ≤ 0,893 ≤ 2, maka dapat

disimpulkan model regresi pada penelitian ini terbebas dari masalah

autokorelasi dan tahapan pengolahan data dapat dilanjutkan.

4.4.2.4 Uji Heterokedastisitas

Mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan menganalisa ada tidaknya pola tertentu digrafik scatter plot antara

SRESID pada sumbu Y, dan ZPRED pada sumbu X (Ghozali, 2016). Jika

ada pola tertentu pada grafik seperti titik-titik ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka

menjelaskan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas

serta di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.
Grafik 4.1
Scatterplot Variabel Struktur Modal

Sumber : Data diolah dengan SPSS Versi 16, 2020

Perhatikan bahwa berdasarkan Gambar 4.1, tidak terdapat pola

yang begitu jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0

pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4.4.2.4 Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk melihat apakah variabel independen

dan variabel dependen di dalam penelitian ini mempunyai hubungan yang

linear jika kenaikan skor variabel independen diikuti kenaikan skor

variabel dependen (Imam Ghozali, 2016). Kriteria yang diterapkan untuk

menyatakan kelinearan adalah dengan melihat nilai deviation from

linearity pada Sig. > 0,05

Tabel 4.5
Uji Linearitas
F Sig.
Y * X3 (Combined) 7,646 0,122
Linearity 17,113 0,054
Deviation from Linearity 7,415 0,126
Sumber : Data diolah dengan SPSS Versi 16, 2020

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai deviation fron

linearity pada Sig. adalah 0,126. Hal ini menandakan nilai Sig. lebih besar

dari pada 0,05 dan itu berarti variabel independen dan variabel dependen

dalam penelitian ini memiliki hubungan yang linear.

4.4.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Penelitian ini dianalisis dengan model regresi linear berganda

untuk melihat seberapa besar pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas

dan risiko bisnis terhadap struktur modal dengan model dasar sebagai

berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana : Y = Struktur Modal

X1 = Ukuran Perusahaan

X2 = Profitabilitas

X3 = Risiko Bisnis

a = Konstanta

b1, b2, b3 = Koefisien regresi

e = error atau variabel gangguan

Tabel 4.6
Analisis Regresi Linear Berganda
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 1,414 0,007 190,282 0,000
Ukuran Perusahaan 0,051 0,022 0,274 2,353 0,023
Profitabilitas 0,041 0,009 0,549 4,776 0,000
Risiko Perusahaan 0,015 0,007 0,262 2,277 0,028
Sumber : Data diolah dengan SPSS Versi 16, 2020

Maka dari tabel 4.5 di atas model regresi yang didapatkan adalah :

Y = 1,414 + 0,051 + 0,041 + 0,015 + e

Keterangan :

1. Kostanta sebesar 1,414 menunjukkan bahwa apabila variabel independen

bernilai 0 maka nilai struktur modal sebesar 1,414.

2. X1 adalah variabel ukuran perusahaan yang memiliki nilai koefisien

regresi sebesar 0,051. Hal ini mempunyai arti bahwa kenaikan 1% variabel

ukuran perusahaan maka struktur modal akan mengalami kenaikan sebesar

0,051 dengan asumsi variabel lain tetap

3. X2 adalah variabel profitabilitas yang memiliki nilai koefisien regresi

sebesar 0,041. Hal ini mempunyai arti bahwa kenaikan 1% variabel

profitabilitas maka struktur modal akan mengalami kenaikan sebesar 0,041

dengan asumsi variabel lain tetap.

4. X3 adalah variabel risiko bisnis yang memiliki nilai koefisien regresi

sebesar 0,015. Hal ini mempunyai arti bahwa kenaikan 1% variabel risiko

bisnis maka struktur modal akan mengalami penurunan sebesar

0,015 dengan asumsi variabel lain tetap.

4.4.4 Pengujian Hipotesis


Hipotesis dalam penelitian ini di uji dengan menggunakan analisis

regresi berganda oleh bantuan SPSS versi 16.0 untuk menguji pengaruh

antara variabel independen dan variabel dependen sebagai berikut :

4.4.4.1 Uji Koefisien Determinan (Uji Statistik R2)

Koefisien determinan (R2) menjelaskan dan mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Berikut tabel 4.7 di bawah ini memaparkan hasil uji koefisien determinan

(Uji Statistik R2).

Tabel 4.7

Uji Statistik R2

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square
Estimate
1 0,686a 0,470 0,432 0,015573
Sumber : Hasil pengolahan data dari mengolah SPSS v.16

Pada tabel 4.7 di atas diperoleh nilai koefisien determinasi (R Square)

sebesar 0,470. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel ukuran

perusahaan, profitabilitas dan risiko bisnis mempengaruhi struktur modal

sebesar 47%. Sedangkan sisanya sebesar 53% dipengaruhi oleh variabel lain

yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

4.4.4.2 Uji Signifikansi Pengaruh Simultan (Uji F)

Uji F ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

secara bersama-sama (simultan) variable-variabel independen (bebas)

terhadap variable dependen (terikat). Kriteria pengujian yang digunakan

adalah :
a. Jika F hitung > F tabel (n-k-1) dan Jika signifikansi< 0,05 maka secara

statistik data yang digunakan membuktikan bahwa semua variabel

independen berpengaruh terhadap nilai variabel (Y).

b. Jika F hitung < F tabel (n-k-1) dan Jika signifikansi > 0,05 maka

secara statistik data yang digunakan membuktikan bahwa semua

variabel independen tidak berpengaruh terhadap nilai variabel (Y).

Tabel 4.8
Uji F

Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
1 Regression 0,009 3 0,003 12,143 0,000a
Residual 0,010 41 0,000
Total 0,019 44
Sumber : Data diolah dengan SPSS Versi 16, 2020

Pada tabel 4.6 dapat dilihat nilai tingkat signifikansi sebesar 0,014.

Hal ini menjelaskan bahwa nilai Sig. lebih besar dari tingkat signifikan

0,05 yakni 0,014 < 0,05. Maka artinya ukuran perusahaan, profitabilitas

dan risiko bisnis memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap

struktur modal.

4.4.4.2 Pengujian Parsial (Uji T)

Uji statistik t menjelaskan seberapa jauh pengaruh satu variabel

independen (ukuran perusahaan, profitabilitas danrisiko bisnis) secara

individual atau parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen

(struktur modal). Berikut tabel 4.7 di bawah ini merupakan hasil pengujian

signifikan parameter individual (uji t).

Tabel 4.9
Pengujian Parsial (Uji T)

Model T Sig. Keretangan

1 (Constant) 190,282 0,000


Ukuran Perusahaan 2,353 0,023 Diterima
Profitabilitas 4,776 0,000 Diterima
Risiko Bisnis 2,277 0,028 Diterima
Sumber : Data diolah dengan SPSS Versi 16, 2020

4.5 Pembahasan

4.1.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal

Berdasarkan pada tabel 4.7 menunjukkan hasil pengujian hipotesis

1 yaitu variabel ukuran perusahaan memperoleh nilai t sebesar 2,353 dan

tingkat signifikan sebesar 0,023. Oleh karena itu hipotesis pertama yaitu

ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal karena

tingkat signifikansi variabel ukuran perusahaan lebih kecil dari 0,05 yakni

0,023< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.

Hal ini dapat diartikan bahwa setiap kenaikan nilai yang dialami

oleh ukuran perusahaan akan berdampak naik juga terhadap nilai struktur

modal. Menurut Nur Wahyu Shofiatin Chasanah (2017) Semakin besar

perusahaan maka kecenderungan penggunaan dana eksternal juga akan

semakin besar. Alasannya karena perusahaan yang besar memiliki

kebutuhan dana yang tinggi dengan menggunakan dana eksternal. Total

asset perusahaan dapat ditinggkatkan dengan usaha perusahaan yang

meningkatkan hutang agar besaran hutang ini menjadi pendapatan untuk

meningkatkan total asset perusahaan. Oleh karena itu maka, ukuran


perusahaan yang besar merupakan sebuah sinyal positif bagi kreditur

untuk memberikan pinjaman.

Hasil penelitian ini bertolakbelakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nur Wahyu Shofiatin Chasanah pada tahun 2017 dan

penelitian yang dilakukan oleh Nancy Enni Apriani Pakpahan pada tahun

2018. Mereka menyatakan bahwa variabel ukuran perusahaan tidak

memiliki pengaruh signifikan terhadap struktur modal. Namun demikian

hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu

Nita Septiani (2018) dan penelitian yang dilakukan Stenyverens J.D Lasut

(2018) yang menyatakan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur

modal.

4.1.2 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal

Berdasarkan pada tabel 4.7 menunjukkan hasil pengujian hipotesis

2 yaitu variabel profitabilitas memperoleh nilai t sebesar 4,776 dan tingkat

signifikan sebesar 0,000. Oleh karena itu hipotesis kedua yaitu

profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal karena

tingkat signifikansi variabel profitabilitas lebih besar dari 0,05 yakni

0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.

Hasil ini mengindikasikan bahwa pada tingkat profitabilitas yang

rendah perusahaan enggan menggunakan hutang untuk membiayai

operasionalnya, sebaliknya pada tingkat profitabilitas yang tinggi

perusahaan menambah penggunaan hutang, karena perusahaan dengan

return on assets yang tinggi berarti laba bersih yang dimiliki perusahaan

juga tinggi, maka kemampuan perusahaan dalam membayar bunga tetap


juga tinggi, sehingga dapat menarik investor agar menanamkan dananya

guna pengembangan perusahaan (Irma Wahyuni, 2017). Profitabilitas

(ROA) merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh dan

menghasilkan laba. Stabilnya tingkat profitabilitas yang dimiliki sebuah

perusahaan merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan

manajer di dalam pemilihan struktur modal. Semakin stabil profitabilitas

berarti semakin kecil pinjaman yang dilakukan perusahaan.

Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Made

Rusmala Dewi S (2016) dan penelitian yang dilakukan oleh Nancy Enni

Apriani Pakpahan (2018) yang menyatakan bahwa profitabilitas

berpengaruh terhadap struktur modal.

4.1.3 Pengaruh Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal

Berdasarkan pada tabel 4.7 menunjukkan hasil pengujian hipotesis

3 yaitu variabel risiko bisnis memperoleh nilai t sebesar 2,277 dan tingkat

signifikan sebesar 0,028. Oleh karena itu hipotesis ketiga yaitu risiko

bisnis berpengaruh signifikan terhadap struktur modal karena tingkat

signifikansi variabel risiko bisnis lebih kecil dari 0,05 yakni 0,028 < 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak.

Perusahaan risiko bisnis yang tinggi maka akan memilih target

struktur modal yang rendah. Hal ini disebabkan karena perusahaan dengan

tingkat risiko bisnis yang tinggi akan menggunakan hutang lebih kecil

dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki risiko bisnis rendah

(Melisa Rahmadianti dan Yuliandi, 2020). Semakin tinggi risiko bisnis

dan penggunaan hutang yang besar maka dapat mempersulit suatu


perusahaan dalam mengembalikan hutangnya. Hal ini dikarenakan

perusahaan harus menilai risiko bisnis perusahaanya karena ini merupakan

salah satu faktor potensial yang dapat mengancam kelangsungan hidup

dan pertumbuhan perusahaan. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi

akan kesulitan dalam menentukan target laba dalam perusahaan karena

laba pada perusahaan tersebut cenderung fluktuatif. Perusahaan yang

memiliki risiko bisnis yang tinggi akan cenderung menggunakan rasio

hutang yang rendah, hal ini dikarenakan tingkat ketidakpastian pendapatan

semakin tinggi dan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam

mengambalikan hutang-hutang perusahaan tersebut. Risiko bisnis

merupakan tingkat asset perusahaan jika perusahaan tersebut tidak

menggunakan utang.

Penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Made

Rusmala Dewi S (2016) dan penelitian yang dilakukan oleh Nancy Enni

Apriani Pakpahan (2018) yang menyatakan bahwa risiko bisnis

berpengaruh terhadap struktur modal.

Anda mungkin juga menyukai