MANAJEMEN KEUNAGAN
ANALISIS KOMPARASI EMITEN INDF VS MYOR
Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Vina Anggilia Pustpita, S. SOS., M.M
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGENTAR…………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………..……..
1.2 RUMUSAN MASALAH …………………………………………...…………
1.3 TUJUAN PENYELESAIAN ……………………………………….…………
Perkembangan pasar modal sebagai lembaga piranti investasi memilki fungsi ekonomi dan
keuangan yang semakin di perlukan oleh masyarakat sebagai media alternatif dan penghimpun
dana (Suad Husnan, 1994:1). Sasaran utama baik perusahaan nasional maupun asing dalam
menyerap dana dari masyarakat di pasar modal adalah meningkatkan produktivitas kerja melalui
ekspansi usaha, memperbaiki struktur modal perusahaan untuk meningkatkan daya saing
perusahaan. Pasar modal memungkinkan investor untuk mempunyai beberapa pilihan investasi
yang sesuai dengan resiko mereka. Seandainya tidak ada pasar modal maka para investor mungkin
hanya bisa berinvestasi pada aktiva riil, atau pada sektor perbankan. Dalam aktivitasnya pasar
modal mempunyai dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi, pasar
modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana pihak yang memiliki kelebihan dana
(investor) kepada pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan menginvestasikan kelebihan dana
yang dimilikinya investor mengharapkan akan memperoleh imbalan, sedangkan dari sisi issuer
adanya dana tersebut akan memudahkan mereka untuk melakuan investasi tanpa harus menunggu
laba dari operasi perusahaan yang dimiliki. Fungsi keuangan, pasar modal menyediakan modal
tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan untuk investasi
tersebut.
Saham merupakan tanpa bukti penyertaan atau kepemilikian seseorang atau badan dalam
suatu perusahaan atau perseroan terbatas berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa
pemilik kertas tersebut merupakan pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut,
dengan porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan dalam suatu
perusahaan (Darmadji, 2001).
Kebutuhan manusia akan makanan dan minuman merupakan kebutuhan yang mutlak
dipenuhi, oleh karena itu makanan dan minuman ini akan selalu dikonsumsi oleh setiap manusia
sampai kapanpun. Hal ini berdampak pada terus meningkatnya kebutuhan akan barang konsumsi
ini, dan akan berdampak kepada terus berproduksinya perusahaan-perusahaan yang bergerak pada
sektor industri makanan dan minuman, sehingga prospek yang bergerak pada industri ini akan
terus meningkat. Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan penelitian ini, penulis akan
menganalisis faktor yang mempunyai return saham. Penelitian kali ini dimaksudkan mencoba
meneliti dengan menggunakan data periode 2010 sampai 2013. Dan penulis menggunakan
beberapa variabel yaitu Earning Per Share, Price to Book Value, dan Price Earning Ratio.
Berdasarkan permasalahan yang ada dan masih adanya perbedaan hasil penelitian
sebelumnya, maka masih layak dilakukan penelitian selanjutnya. Maka Makalah ini membahas
tentang : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan.
KantorPusat Sudirman Plaza, Indofood Tower, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 76-78
Jakarta, Indonesia
Tokoh Kunci Anthony Salim (Direktur Utama)
Axton Salim (Direktur)
Manuel V. Pangilinan (Komisaris Utama)
Produk Mie Instant, es krim, makanan ringan, biskuit, tepung terigu, sirup,
susu, minyak goreng, pasta
Induk First Pacific (Salim Group)
Divisi Bogasari
Agribisnis
Indofood Agri Resources Ltd
PT Salim Ivomas Pratama Tbk
Pada tahun 1970, pasar mie instan mulai diramaikan dengan berdirinya PT Sanmaru Food
Manufacturing, anak perusahaan Jangkar Jati Group yang memproduksi mie instan Indomie.P
industri mie instan di dalam negeri menjadi semakin memanas pasca PT Indofood yang tergabung
dalam perusahaan Salim Group bergabung dengan perusahaan Jangkar Jati Group pada tahun
1984. Kedua perusahaan tersebut kemudian mendirikan PT Indofood Interna Corporation. Pada
tahun 1986, PT Indofood Interna Corporation melalui anak usahanya, PT Lambang Insan Makmur
mengambil alih PT Supermie Indonesia.
Empat tahun berselang, tepatnya pada 14 Agustus 1990, berdiri satu lagi perusahaan mie
instan bernama PT Panganjaya Intikusuma. Dua tahun berikutnya, saham perusahaan ini diambil
alih oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa sebesar 51%. Pada tahun yang sama, Salim Group
mengambil alih seluruh saham Jangkar Jari Group. Indofood juga ikut mencabut produknya dari
jaringan distributor PT Wicaksana Overseas dan dialihkan ke Indomarco. Alhasil, industri mie
instan di Indonesia dikuasai oleh PT Indofood dengan merek produk Indomie, Sarimie, dan
Supermie.
Pada tahun 1994, Indofood berganti nama menjadi PT Indofood Sukses Makmur dan
mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia. Setahun berikutnya, Indofood mengakuisisi pabrik
penggilingan gandum Bogasari. Pada tahun 1997, Indofood kembali memperluas integrasi
bisnisnya dengan mengakuisisi grup perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan, agribisnis
dan distribusi. Indofood juga mengembangkan bisnisnya dengan mengakuisisi perusahaan
perkapalan PT Pelayaran Tahta Bahtera.
Pada tahun 2007, Indofood mencatatkan saham Grup Agribisnis, Indofood Agri Resources
Ltd. (“IndoAgri”) di Singapore Stock Exchange (SGX).G Agribisnis itu kemudian memperluas
perkebunannya dengan mengakuisisi PT PP London Sumatra Indonesia Tbk, sebuah perusahaan
perkebunan yang sahamnya tercatat di BEI. Setahun berikutnya, Grup Agribisnis tersebut memulai
kegiatan usaha gula dengan mengakuisisi PT Lajuperdana Indah.G Consumer Branded Products
(CBP) juga ikut memasuki kegiatan usaha dairy dengan mengakuisisi PT Indolakto, salah satu
produsen produk dairy terkemuka di Indonesia.
Pada tahun 2013, Grup Agribisnis memperluas kegiatan usaha gulanya ke Brasil dan
Filipina melalui penyertaan saham di Companhia Mineira de Açúcar e Álcool Participações dan
Roxas Holdings Inc. Setahun berikutnya, Grup CBP mulai memasuki bidang usaha air minum
dalam kemasan (AMDK) dengan mengakuisisi aset AMDK, termasuk merek Club. Pada tahun
2018, Grup CBP kembali mengakuisisi seluruh kepemilikan saham pada anak perusahaannya di
bidang minuman dan produk kuliner serta memperluas pendistribusian produk kegiatan
usaha paper diaper. Selain itu, Grup CBP juga memperluas pasa mie instan hingga ke Afrika,
Timur Tengah dan Eropa Tenggara. Itulah mengapa kamu bisa menemukan produk Indomie di
beberapa negara di dunia.
PT Mayora Indah Tbk atau Mayora Indah (Mayora) (IDX: MYOR) serta Mayora Group
(melakukan bisnis sebagai PT Torabika Eka Semesta) adalah salah satu kelompok bisnis produk
konsumen di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 17 Februari 1977. Perusahaan ini telah tercatat
di Bursa Efek Jakarta sejak tanggal 4 Juli 1990. Saat ini mayoritas kepemilikan sahamnya dimiliki
oleh PT Unita Branindo sebanyak 32,93. PT. Mayora Indah Tbk didirikan dengan akta No. 204
tanggal 17 Februari 1977 dari notaris Poppy Savitri Parmanto SH. Sebagai pengganti dari notaris
Ridwan Suselo SH. Akta pendirian ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. Y.A.5514 tanggal 3 januari 1978 dan telah
didaftarkan pada Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tangerang No. 2PNTNG1978 tanggal
10 januari 1978.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan yang terakhir
dengan akta notaris Adam Kasdarmadji SH. No. 448 tanggal 27 Juni 1997, antara lain mengenai
maksud dan tujuan perusahaan. Akta perubahan ini telah mendapat persetujuan dari Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-620.HT.01.04.TH98 tanggal 6
Pebruari 1998. Perusahaan berdomisili di Tangerang dengan pabrik berlokasi di tangerang dan
Bekasi kantor Pusat Perusahaan berlokasi di Gedung Mayora, Jl. Tomang Raya No. 21-23, Jakarta.
Sesuai dengan pasal 3 anggaran dasar perusahaan ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah
menjalankan usaha dalam bidang industri, perdagangan serta agen atau perwakilan. Perusahaan
mulai beroperasi secara komersial pada bulan Mei 1978. Jumlah karyawan perusahaan dan anak
perusahaan hingga saat ini sebanyak 5300 karyawan. Didukung oleh jarring distribusi yang kuat,
produk PT Mayora Indah Tbk tidak hanya ada di Indonesia namun juga dapat kita jumpai di Negara
seberang lautan seperti Malaysia, Thailand, philiphines, Vietnam, Singapore, Hong Kong, Saudi
Arabia, Australia, Africa, America dan Italy.
2.2.1 Profil PT Mayora Indah Tbk
Pabrik:
• Kopi : Torabika
• Mi instan: Mi Gelas
• Minuman: Vitazone
Pendapatan 14 triliun IDR (2014)
Laba operasi Red Arrow Down.svg 93,5 miliar IDR (-28.40%) (2005)
Laba bersih 1 triliun IDR (2018)
Karyawan 5.300 orang
Situs web Mayoraindah.co.id
PT. Mayora Indah Tbk didirikan pada tanggal 17 Februari 1977 dan mulai beroperasi
secara komersial pada bulan Mei 1978. Kantor pusat Mayora Indah Tbk awalnya berlokasi di
Gedung Mayora lantai 8, Jl. Tomang Raya 21-23, Jakarta, Indonesia dan pabrik terletak di
Tangerang dan Bekasi. Jogi Hendra Atmadja merupakan pendiri awal PT. Mayora Indah Tbk yang
dilahirkan di Jakarta pada tahun 1946. Berlatar belakang pendidikan di Fakultas Kedokteran
Universitas Trisakti. Setelah lulus Jogi Hendra Atmadja bersama dengan Raden soedibjo Daniel
Darmawan Kurnia mendirikan PT. Mayora Indah Tbk pada tanggal 17 Februari tahun 1977 di
Jakarta.
PT. Mayora Indah Tbk yang keduanya dirikan memproduksi makanan ringan yang
kemudian menjadi andalan perusahaan. Sejak berdiri, Jogi Hendra Atmadja sudah menjabat
sebagai komisaris utama di PT. Mayora Indah Tbk. Jabatan yang sama juga ia pegang di tiga
perusahaan lain seperti di PT Unita Branindo, PT Torabika Eka Semesta dan PT Kanomas
Gemilang. Sejak berdiri produk makanan ringan yang menjadi andalan perusahaan adalah Biskuit
Roma Kelapa yang booming pada akhir tahun 1970-an. Roma Kelapa kemudian dikenal sebagai
biskuit sejuta umat yang bersaing ketat dengan biskuit Khong Guan yang kala itu sudah banyak
beredar di pasaran.
Pada akhir tahun 1980-an PT. Mayora Indah Tbk melakukan ekspansi bisnis dengan
mengeluarkan produk permen Kopiko yang menjadi permen rasa kopi pertama di Indonesia.
Dengan cepat produk permen Kopiko naik ke posisi atas sebagai produk terlaris karena ketika itu
belum ada produk yang sama yang beredar di pasaran. Selain produk makanan ringan PT. Mayora
Indah Tbk juga merambah ke produk minuman kemasan seperti Teh Pucuk Harum. Demi
menggaet pasar minuman yang ketika itu dikuasai oleh Teh Botol Sosro. Untuk produk Air mineral
kemasan PT. Mayora Indah Tbk bekerja sama dengan PT Tirta fresindo Jaya mengeluarkan produk
air mineral kemasan merk Le minerale.
Kian berkembang PT. Mayora Indah Tbk kemudian membuka 5 pabrik lain yang didirikan
di Makassar, Medan, Pasuruan, Ciawi, Sukabumi. Dan tahun 2016 dibangun 2 pabrik di
Palembang serta Cianjur sebagai langkah memperkuat produksi guna bersaing dengan merek air
mineral lain. Hingga kini PT. Mayora Indah Tbk telah memproduksi banyak produk makanan dan
minuman olahan dengan berbagai merek yang dapat dengan mudah kita temui di pasar dengan
mudah. Tidak hanya pasar dalam negeri, produk PT. Mayora Indah Tbk juga dapat ditemukan dan
telah beredar luas di pasar global di 5 benua.
Aktiva Lancar
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 = Hutang Lancar x 100%
Rp. 42.816.745.000.000
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 = x 100% = 170,5%
Rp. 25.107.538.000.000
Rasio rata-rata diperoleh dari penjumlahan hasil rasio selama periode 2017 sampai dengan
2022 atau 5 tahun kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah periode yaitu 5 tahun. PT Indofood
Sukses Makmur Tbk dan PT Mayora Indah Tbk pada periode tahun 2017-2022 dapat disimpulkan
bahwa rata-rata current rasio PT Indofood Sukses Makmur Tbk selama 5 tahun memiliki rata-rata
current ratio sebesar 258,8%. Artinya perusahaan berada di atas standar rata-rata industri maka
dari itu perusahaan mampu membayar kewajiban jangka pendek. PT Mayora Indah Tbk memiliki
current Ratio sebesar 279,8% . Artinya perusahaan memiliki kinerja yang baik karena diatas rata-
rata angka standar industri 200%. Artinya perusahaan mampu membayar kewajiban finansial
jangka pendek. Dilihat dari perbandingan rasio maka PT. Mayora Indah Tbk lebih baik dari PT.
Indofood Sukses Makmur Tbk
b. Quick Ratio
Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat likuiditasnya paling rendah, sering
mengalami fluktuasi harga, dan sering menimbulkan kerugian jika terjadi likuidasi. Oleh karena
itu, dalam perhitungan rasio cair (quick ratio), nilai persediaan dikeluarkan dari aktiva lancar.
Aktiva Lancar − persediaan
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = x 100%
hu tan g Lancar
Rp. 42.816.745.000.000−Rp. 7.627.360.000
𝑄𝑢𝑖𝑐𝑘 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = x 100% = 140,1%
Rp. 25.107.538.000.000
Rasio rata-rata diperoleh dari penjumlahan hasil rasio selama periode 2017 sampai dengan
2022 atau 5 tahun kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah periode yaitu 5 tahun. Dapat
disimpulkan bahwa rata-rata quick rasio PT Indofood Sukses Makmur Tbk rata-rata quick rasio
rata-rata sebesar 99,4% dapat dikatakan bahwa semalam 6 tahun periode perusahan kurang baik
karena masih dibawah rata-rata standar industri disebabkan karena menumpuknya persediaan
disetiap tahun dan meningkatnya kewajiban lancar. Sedangkan PT Mayora Indah Tbk selama 5
tahun dicapai sebesar 203,2% dapat dikatakan baik karena sudah diatas rata-rata standar industri
yaitu sebesar 150% yang berarti perusahaan bisa membayar kewajiban jangka pendeknya.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
𝑅𝑝. 48.709.933.000.000
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑅𝑝. 91.831.526.000.000 𝑥 100% = 53.0%
Rasio rata-rata diperoleh dari penjumlahan hasil rasio selama periode 2017 sampai dengan
2022 atau 5 tahun kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah periode yaitu 5 tahun. Dari hasil
perhitungan dapat disimpulkan secara keseluruhan rata-rata debt to asset pada PT Indofoos Sukses
Makmur Tbk memiliki rata-rata debt to asset ratio sebesar 48,2% dikatakan bahwa kinerja keungan
perusahaan kurang baik karena berada diatas rata-rata indutri. PT Mayora Indah Tbk sebesar
49,7%. Berada di atas standar industri yaitu 3,5% hal ini menunjukkan kinerja keuangan
perusahaan dikatakan kurang baik. Makait dari itu dapat disimpulkan bahwa kedua perusahaan
tidak mampu menutupi total hutang dengan asset yang dimiliki.
b. Debt To Equity Ratio
Digunakan untuk mengetahui perbandingan antara total utang dengan modal sendiri.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢 tan 𝑔
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑥 100%
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝑅𝑝. 48.709.933.000.000
𝐷𝑒𝑏𝑡 𝑡𝑜 𝑒𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑅𝑝. 43.121.593.000.000 𝑥 100% = 112,9%
Rasio rata-rata diperoleh dari penjumlahan hasil rasio selama periode 2017 sampai dengan
2022 atau 5 tahun kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah periode yaitu 5 tahun. PT Indofood
Sukses Makmur Tbk memiliki debt to equity ratio sebesar 94,1%. Artinya perusahaan kurang baik
karena rata-rata industri melebihi rata-rata standar industri. Sedangkan pada tahun 2019
mengalami keadaan yang baik karena pada tahun tersebut debt to equity ratio berada di bawah
standar industri yaitu sebesar 77,5% maka dari itu perusahaan harus berusaha agar debt equity
ratio bernilai rendah atau berada dibawah standar industri. Semakin besar nilai debt to equity ratio,
maka dapat diartikan bahwa sumber keuangan perusahaan akan semakin besar dibiayai oleh
pemberi utang, bukan oleh sumber keuangannya sendiri. Berbeda dengan PT Mayora Indah Tbk
memiliki debt to equity ratio sebesar 100,1% berada di atas rata-rata standar indutri yaitu 80%
walaupun rata-rata rasio perusahaan berada di atas rata-rata bukan berarti perusahaan kinerja
keuangannya perusahaan baik akan tetapi kinerja keungan perusahaan selama 5 tahun dalam
keadaan kurang baik karena semakin tinggi rasio solvabilitas akan menunjukkan kinerja keungan
yang buruk bagi perusahaan.
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Perputaran Total Aktiva = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣
𝑅𝑝. 64.061.947.000.000
Perputaran Total Aktiva = 𝑅𝑝. 91.831.526.000.000 = 0,69
Rasio rata-rata diperoleh dari penjumlahan hasil rasio selama periode 2017 sampai dengan
2022 atau 5 tahun kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah periode yaitu 5 tahun. Dilihat dari
hasil rata-rata total asset turnover PT Indofood Sukses Makmur Tbk total asset turnover sebesar
0,72 kali yang berati selama 5 tahun kinerja perusahaan kurang baik karena di bawah standar
industri yang berarti perusahaan belum mampu dalam penjualannya.sedangkan PT Mayora Indah
Tbk sebesar 1,33 kali yang berarti selama 5 tahun kinerja keuangan perusahaan kurang baik karena
dibawah standar industri. Hal ini berarti kedua perusahaan harus meningkatankan total penjualan
disetiap periodenya
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 = 𝑥 100%
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
𝑅𝑝. 37.095.010.000.000
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 =𝑅𝑝. 43.121.593.000.000 𝑥 100% = 0,86%
Rasio rata-rata diperoleh dari penjumlahan hasil rasio selama periode 2017 sampai dengan
2022 atau 5 tahun kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah periode yaitu 5 tahun. Dapat
disimpulkan bahwa rata-rata return on equity sebesar 21,3%. Berada di bawah standar industri
40%. Maka dari itu return on equity pada perusahaan PT Mayora Indah Tbk kurang baik
dikarenakan dibawah standar industri. Sedangkan PT Indofood Sukses Makmur Tbk rata-rata
return on equity sebesar 10,7% yang berarti perusahaan kurang baik dikarenakan dibawah standar
industri.
b. Return On Asset
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan
asetnya untuk memperoleh laba.
𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 = 𝑥 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
𝑅𝑝. 37.095.010.000.000
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡 = 𝑅𝑝. 91.831.526.000.000 𝑥 100% = 0,40%
Rasio rata-rata diperoleh dari penjumlahan hasil rasio selama periode 2017 sampai dengan
2022 atau 5 tahun kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah periode yaitu 5 tahun. Dapat
disimpulkan bahwa rata-rata return on asset pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk rata-rata return
on asset sebesar 5,7% sedangkan PT Mayora Indah Tbk sebesar 10,7% yang berarti berada di
bawah rata-rata standar industri maka dari itu return on asset pada perusahaan kurang baik. Sama
halnya PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang berarti kedua perusahaan tersebut belum maksimal
mendapatkan laba.. Cara meningkatkan return on asset yaitu dengan meningkatkan profit margin
dan mempertahankan perputaran aktiva perusahaan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Mayora Indah Tbk tingkat rasio likuiditas
menggunakan Current rasio perusahaannya mengalami fluktuasi setiap periodenya dan
berada di atas rata-rata standar industri dan dapat dikatan perusahaan liquid, dari sisi
Quick Ratio PT Indofood Sukses Makmur Tbk dalam kondisi ilikuid PT Mayora Indah
Tbk dalam kondisi likuid.
2) Cash Ratio PT Indofood Sukses Makmur Tbk dalam kondisi likuid kecuali pada tahun
2020 perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk mengalami Ilikuid yaitu sebesar
28,2% dan PT Mayora Indah Tbk dalam kondisi likuid. Pada PT Indofood Sukses
Makmur Tbk rasio solvabilitas perusahaan mengalami fluktuasi dan berada diatas rata-
rata standar rata-rata industri kecuali pada tahun 2021 pada debt to equity ratio
mengalami penurunan sebesar 77,5% sehingga perusahaan dapat dikatakan mengalami
solvable. PT Mayora Indah Tbk diketahui tingkat rasio solvabilitas mengalami
fluktuasi dan hasil perhitungannya berada diatas standar industri sehingga perusahaan
dapat dikatakan insovable.
3) PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Mayora Indah Tbk diketahui tingkat rasio
aktivitas mengalami fluktuasi dan hasil perhitungannya berada dibawah rata-rata
standar industri sehingga perusahaan dapat dikatakan un-efisien.
4) Indofood Sukses Makmur Tbk mengalami penurunan dan berada di bawah rata-rata
standar industri, perusahaan dapat juga dikatakan non-profit. Sama halnya dengan PT
Mayora Indah Tbk diketahui tingkat rasio profitabilitas perusahaan disetiap periodenya
berada di bawah rata-rata standar industri yang berarti perusahaan mengalami non-
profit.
Kedua perusahaan yaitu PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Mayora Indah Tbk
berdasarkan nilai dari rata-rata kedua perusahaan maka PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT
Mayora Indah Tbk dapat dibandingkan bahwa kedua kinerja keuangan perusahaan kurang cukup
baik ditinjau dari solvabilitas, aktivita dan rasio profitabilitas dikarnakan dibawah standar rata-rata
industri.
3.2 Saran
Saat akan membeli saham sebaiknya kita menentukan dahulu perusahaan mana yang akan
dipilih dengan memperhatikan :
1. Fundamental Perusahaan
Pilih perusahaan yang tepat, yaitu dengan melihat laporan keuangan dari perusahaan. Dari
laporan tersebut kita bisa menilai peningkatan omzet ataupun profit yang terus menerus,
jumlah hutang, penambahan bentuk usaha, dan lain sebagainya. Dari laporan fundamental
perusahaan, kita bisa menilai layak tidaknya perusahaan tersebut untuk menjadi tujuan
berinvestasi.
2. Melakukan Riset
Kita wajib melakukan riset terkait saham dari perusahaan yang emitennya ingin dibeli. Jika
menunjukkan peningkatan yang positif sejak dari IPO maka artinya perusahaan tersebut
memiliki fendamental keuangan yang baik.
3. Analisis teknikal saham.
Bukan hanya laporan keuangannya saja yang perlu kita nilai, grafik saham dari perusahaan
tersebut pun perlu dianalisis. Naik turunnya grafik saham adalah hal yang lumrah, namun
kita perlu melihat perubahan tersebut terjadi secara ekstrem atau cenderung stabil.
Dari hasil analisis perbandingan emiten PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan PT Mayora
Indah Tbk yang sudah kami lakukan, kami menyarankan untuk membeli saham emiten perusahaan
PT Mayora Indah Tbk dengan pertimbangan dari hasil yang sudah kami cantumkan di kesimpulan.