makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
di Bursa Efek Indonesia, akan tetapi hanya 5 perusahaan yang memenuhi syarat
1932 sebagai perusahaan bir jerman yang bernama “Archipel Brouweriji NY.”
Perusahaan kemudian dibeli oleh kelompok usaha Belanda dan berganti nama
Jangkar Delta Indonesia, didirikan pada tahun 1998, adalah anak perusahaan PT
distribusi yang terbentang dari Medan dan Sumatera Utara sampai Jayapura di
Papua. Dan memperoduksi bir Pilsner an Stout berkualitas terbaik yang dijual di
pasar domestik Indonesia, dengan merk dagang Anker Bir, Anker Stout,
Carlsberg, San Miguel Pale Pilsen, San Mig Light dan Kuda Putih. Selain itu,
50
51
perusahaan ini juga memproduksi dan mengekspor bir Pilser dengan merek
dagang “Batavia.”
PT Delta Djakarta Tbk, memilki visi yaitu: menjadi nomor satu di pasar
minuman berkualitas dan aman dengan biaya optimal, yang akan memberikan
hasil terbaik untuk pelanggan, melalui karyawan dan mitra yang handal.
lingkungan perusahaan.
Plaza, Indofood Tower, Lantai 23, Jalan Jenderal Sudirman, Kav. 76 - 78,
Jakarta, Indonesia.
Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 228. Ruang lingkup kegiatan
Perusahaan antara lain terdiri dari mendirikan dan menjalankan industri makanan
penggilingan biji gandum dan pembuatan tekstil karung terigu. Kantor pusat
Perusahaan berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jl. Jend.
Tanggerang pada tahun 1972. Setelah sekian lama perusahaan ini bertambah
kuat dan menjadi brewer terkemuka d Indonesia saat ini. Perusahaan ini berubah
53
nama menjadi PT Multi Bintang Indonesia (MBI), ketika go public pada tahun
1981. Tercatat di BEI, MBI menjadi anak perusahaan Asia Pacfic Breweries
Limited (APB) dari singapura ketika APB mengakuisisi saham mayoritas di MBI
pada tahun 2010. MBI sinonim dengan BIR Bintang, merek bir unggulan
juga meproduksi dan memasarkan Heineken, Bintang Zero dan Green Sands di
kota besar di Indonesia yang terbentang dari Medan di Sumatra Utara hingga ke
Jayapura di Papua.
saos dan bumbu masak. Pada tahun 1996, proses pembuatan krupuk telah
PT. Sekar Laut Tbk juga menangani distribusi produk-produk konsumen produksi
PT Sekar Laut Tbk memiliki visi yaitu: membuat komunitas dunia lebih
tahu akan produk-produk makanan dengan kualitas produk yang bagus, sehat
dan bergizi. Dan misinya yaitu: membantu mengolah sumber daya alam
masyarakat Indonesia
Pendanaan dengan Long Term Debt to Equity Ratio (X2), Kebijakan Dividen
dengan Divident Per Share (X3), dan Nilai Perusahaan dengan Price to Book
Value (Y). Bab ini membahas tentang analisis yang berkaitan dengan data
menggunakan dana perusahaan yang terdapat pada aset yang diharapkan dapat
dengan pengeluaran dana yang return ataupun masa kembalinya dalam waktu
tahunan dari aktiva total. Semakin besar pendapatan yang ditahan dalam
Tabel 4.1
Total Asset Growth
Perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017
Nama TAG
No Rata-rata
Perusahaan 2013 2014 2015 2016 2017
PT. Delta 0.16 0.14 0.05 0.15 0.12 0.12
1
Djakarta Tbk
PT. Indofood
2 CBP Sukses 0.20 0.17 0.07 0.09 0.09 0.12
Makmur Tbk
PT. Indofood
3 Sukses 0.32 0.10 0.07 -0.11 0.07 0.09
Makmur Tbk
PT. Multi
Bintang 0.21 0.25 -0.06 0.08 0.10 0.12
4
Indonesia
Tbk
PT. Sekar 0.21 0.10 0.14 0.51 0.12 0.21
5
Laut Tbk
MAX 0.32 0.25 0.14 0.51 0.12
Dari hasil olah data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 5 sampel
pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017 nilai rata-rata Total Asset Growth (TAG) berfluktuasi pada
56
setiap tahunnya. Pada tingkat TAG tertinggi adalah PT. Sekar Laut Tbk pada
tahun 2016 dengan nilai sebesar 0.51, sedangkan perusahaan dengan TAG
terendah adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2015 dengan nilai
sebesar -0.06.
Pada tahun 2013 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki nilai Total
Asset Growth tertinggi sebesar 0.32, sedangkan nilai Total Asset Growth
terendah adalah pada PT. Delta Djakarta Tbk dengan nilai 0.16. Pada tahun
2014 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki nilai Total Asset Growth tertinggi
sebesar 0.25, sedangkan nilai Total Asset Growth terendah adalah pada PT.
Sekar Laut Tbk dengan nilai 0.10. Pada tahun 2015 PT. Sekar Laut Tbk memiliki
nilai Total Asset Growth tertinggi sebesar 0.14, sedangkan nilai Total Asset
Growth terendah adalah pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbk dengan nilai -
0.06. Pada tahun 2016 PT. Sekar Laut Tbk memiliki nilai Total Asset Growth
tertinggi sebesar 0.51, sedangkan nilai Total Asset Growth terendah adalah pada
PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dengan nilai -0.11. Pada tahun 2017 PT.
Sekar Laut Tbk memiliki nilai Total Asset Growth tertinggi sebesar 0.12,
sedangkan nilai Total Asset Growth terendah adalah pada PT. Indofood Sukses
Long Term Debt to Equity Ratio (LDER). Ratio ini digunakan untuk mengukur
bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang.
Tabel 4.2
Long Term Debt to Equity Ratio
Perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017
Nama LDER
No Rata-rata
Perusahaan 2013 2014 2015 2016 2017
PT. Delta 0.05 0.05 0.06 0.05 0.05 0.05
1
Djakarta Tbk
PT. Indofood
2 CBP Sukses 0.25 0.24 0.25 0.21 0.22 0.24
Makmur Tbk
PT. Indofood
3 Sukses 0.53 0.53 0.55 0.43 0.42 0.49
Makmur Tbk
PT. Multi
Bintang 0.73 0.16 0.16 0.16 0.13 0.14
4
Indonesia
Tbk
PT. Sekar 0.26 0.24 0.43 0.35 0.38 0.33
5
Laut Tbk
MAX 0.73 0.53 0.55 0.43 0.42
Dari hasil olah data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 5 sampel
pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017 nilai rata-rata Long Term Debt to Equity Ratio (LDER)
berfluktuasi pada setiap tahunnya. Pada tingkat LDER tertinggi adalah PT. Multi
Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2013 dengan nilai sebesar 0.73, sedangkan
58
perusahaan dengan LDER terendah adalah PT. Delta Djakarta Tbk pada tahun
Pada tahun 2013 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki nilai Long
Term Debt to Equity Ratio (LDER) tertinggi sebesar 0.73, sedangkan nilai LDER
terendah adalah pada PT. Delta Djakarta Tbk dengan nilai 0.05. Pada tahun
2014 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki nilai LDER tertinggi sebesar
0.53, sedangkan nilai LDER terendah adalah pada PT. Delta Djakarta Tbk
dengan nilai 0.05. Pada tahun 2015 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki
nilai LDER tertinggi sebesar 0.55, sedangkan nilai LDER terendah adalah pada
PT. Delta Djakarta Tbk dengan nilai 0.06. Pada tahun 2016 PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk memiliki nilai LDER tertinggi sebesar 0.43, sedangkan nilai LDER
terendah adalah pada PT. Delta Djakarta Tbk dengan nilai 0.05. Pada tahun
2017 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki nilai LDER tertinggi sebesar
0.42, sedangkan nilai LDER terendah adalah pada PT. Delta Djakarta Tbk
Tabel 4.3
Dividend Per Share
Perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017
Nama DPS Rata-
No
Perusahaan 2013 2014 2015 2016 2017 rata
PT. Delta 11,500 12,000 6,000 120 180 29,656
1
Djakarta Tbk
PT. Indofood
2 CBP Sukses 186 190 222 256 154 884.8
Makmur Tbk
PT. Indofood
3 Sukses 185 142 220 168 235 762
Makmur Tbk
PT. Multi
Bintang 24,066 46,195 138 439 371 70,912.2
4
Indonesia
Tbk
PT. Sekar 3 4 5 6 5 19
5
Laut Tbk
MAX 24,066 46,195 6,000 439 371
MIN 3 4 5 6 5
Rata-rata 35,937.6 58,527.8 6,581 984.2 941
Dari hasil olah data pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 5 sampel
pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017 nilai rata-rata Dividend Per Share (DPS) berfluktuasi pada
setiap tahunnya. Pada tingkat DPS tertinggi adalah PT. Multi Bintang Indonesia
Tbk pada tahun 2014 dengan nilai sebesar 46,195, sedangkan perusahaan
dengan DPS terendah adalah PT. Sekar Laut Tbk pada tahun 2014 dengan nilai
sebesar 4.
Pada tahun 2013 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki nilai Dividend
Per Share tertinggi sebesar 24,066, sedangkan nilai Dividend Per Share
60
terendah adalah pada PT. Sekar Laut Tbk dengan nilai 3. Pada tahun 2014 PT.
Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki nilai Dividend Per Share tertinggi sebesar
46,195, sedangkan nilai Dividend Per Share terendah adalah pada PT. Sekar
Laut Tbk dengan nilai 4. Pada tahun 2015 PT. Delta Djakarta Tbk memiliki nilai
Dividend Per Share tertinggi sebesar 6,000, sedangkan nilai Dividend Per Share
terendah adalah pada PT. Sekar Laut Tbk dengan nilai 5. Pada tahun 2016 PT.
Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki nilai Dividend Per Share tertinggi sebesar
439, sedangkan nilai Dividend Per Share terendah adalah pada PT. Sekar Laut
Tbk dengan nilai 6. Pada tahun 2017 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki
nilai Dividend Per Share tertinggi sebesar 371, sedangkan nilai Dividend Per
Share terendah adalah pada PT. Sekar Laut Tbk dengan nilai 5.
Book Value (PBV) yang merupakan perbandingan antara harga saham dengan
nilai buku per saham. Dalam hal ini, Price to Book Value bisa didefinisikan
sebagai hasil perbandingan antara harga pasar saham dengan nilai buku saham.
Price to Book Value (PBV) yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak
hanya pada kinerja perusahaan saat ini namu juga pada prospek perusahaan di
masa depan. Perusahaan yang dikelola dengan baik pada umumnya memiliki
nilai Price to Book Value (PBV) diatas satu. Hal ini, menggambarkan nilai saham
perusahaan lebih besar dari pada nilai buku perusahaan. Harga saham yang
Tabel 4.4
Price to Book Value
Perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017
Nama PBV Rata-
No
Perusahaan 2013 2014 2015 2016 2017 rata
PT. Delta 0.18 0.16 0.10 3.95 3.21 1.52
1
Djakarta Tbk
PT. Indofood
2 CBP Sukses 0.22 0.25 0.24 0.54 0.51 0.35
Makmur Tbk
PT. Indofood
3 Sukses 0.27 0.25 0.17 0.23 0.26 0.24
Makmur Tbk
PT. Multi
Bintang 0.45 0.45 0.23 0.30 0.27 0.30
4
Indonesia
Tbk
PT. Sekar 0.89 1.35 1.68 0.70 2.47 1.42
5
Laut Tbk
MAX 0.89 1.35 1.68 3.95 3.21
Dari hasil olah data pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 5 sampel
pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017 nilai rata-rata Price to Book Value (PBV) berfluktuasi pada
setiap tahunnya. Pada tingkat PBV tertinggi adalah PT. Delta Djakarta Tbk pada
tahun 2016 dengan nilai sebesar 3.95, sedangkan perusahaan dengan PBV
terendah juga dimiliki oleh PT. Delta Djakarta Tbk pada tahun 2015 dengan nilai
sebesar 0.10.
Pada tahun 2013 PT. Sekar Laut Tbk memiliki nilai Price to Book Value
tertinggi sebesar 0.89, sedangkan nilai Price to Book Value terendah adalah
pada PT. Delta Djakarta Tbk dengan nilai 0.18. Pada tahun 2014 PT. Sekar Laut
Tbk memiliki nilai Price to Book Value tertinggi sebesar 1.35, sedangkan nilai
62
Price to Book Value terendah adalah pada PT. Delta Djakarta Tbk dengan nilai
0.16. Pada tahun 2015 PT. Sekar Laut Tbk memiliki nilai Price to Book Value
tertinggi sebesar 1.68, sedangkan nilai Price to Book Value terendah adalah
pada PT. Delta Djakarta Tbk dengan nilai 0.10. Pada tahun 2016 PT. Delta
Djakarta Tbk memiliki nilai Price to Book Value tertinggi sebesar 3.95, sedangkan
nilai Price to Book Value terendah adalah pada PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk dengan nilai 0.23. Pada tahun 2017 PT. Delta Djakarta Tbk memiliki nilai
Price to Book Value tertinggi sebesar 3.21, sedangkan nilai Price to Book Value
terendah adalah pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dengan nilai 0.26.
Uji normalitas data merupakan uji yang berfungsi untuk menguji apakah
pada model regresi, variabel bebas, dan variabel terikat mempunyai distribusi
normal dan tidak. Telah ditemukan bahwa uji hipotesis yang terdiri dari uji t dan
uji F mengansumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini
dilanggar, maka berarti uji statistik yang dilakukan menjadi tidak valid untuk
jumlah sampel kecil. Terdapat dua cara dalam mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal ataupun tidak adalah dengan analisis grafik dan uji statistik.
Smirnov (K-S), seperti pada lampiran 7. Pengujian ini dilakukan dengan menilai
berdistribusi normal apabila Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 atau 5%.
63
memiliki nilai Asym. Sig. (2-tailed) sebesar 0.081. Nilai tersebut lebih besar dari
pada tingkat signifikansi yang ditentukan, yaitu 5% atau 0,05. Dapat disimpulkan
gejala multikolonieritas bisa dilihat dari nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation
Factor) yang tinggi pada variabel-variabel bebas suatu model regresi. Nilai
tolerance < 0,1 dan VIF > 10 menunjukkan adanya gejala multikolonieritas
keempat variabel independen tidak terjadi multikolonieritas karena nilai VIF < 10
dan tolerance > 0,1. Dapat dilihat bahwa nilai tolerance pada variabel
independen (Total Asset Growth, Long Term Debt to Equity Ratio, dan Dividend
Per Share) lebih besar dari pada 0,1 sedangkan nilai VIF dari ketiga variabel
Uji autokorelasi adalah suatu uji yang digunakan untuk menguji apakah
dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan periode t
dengan periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui ada atau tidak adanya
autokorelasi pada model regresi dapat dilakukan dengan pengujian terhadap nilai
Pada hasil uji regresi melalui SPSS Ver 21 For Windows yang terdapat
pada lampiran 7 menghasilkan nilai Durbin Waston 1.494 yang artinya nilai
bahwa nilai Durbin Waston masih diantara -2 sampai 2 dan dapat disimpulkan
Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
Heteroskedastisitas.
(scatterplot). Hal tersebut dapat dilihat dalam grafik scatterplot yang terdapat
dalam gambar menyebar secara teracak dan juga tersebar baik diatas maupun
independen (Total Asset Growth, Long Term Debt to Equity Ratio, dan Dividend
Per Share) dapat digunakan untuk memprediksi Price to Book Value pada
65
periode 2013-2017.
Analisis regresi berganda dapat dilihat dari tabel uji koefisiensi regresi
terhadap ke tiga variabel independen yaitu Total Asset Growth (TAG), Long Term
Debt to Equity Ratio (LDER), dan Dividend Per Share (DPS) terhadap Price to
Keterangan :
Y : Nilai Perusahaan
a : Konstanta (nilai Y apabila X=0)
b : Koefisien regresi (nilai peningkatan atau penurunan)
X1 : Keputusan Investasi
X2 : Keputusan Pendanaan
X3 : Kebijakan Dividen
Dari hasil olah data SPSS didapat hasil regresi yang ditunjukkan pada tabel 4.5.
Tabel 4.5
Uji Regresi Linier Berganda
X1 1.361 0.464
X2 -1.906 0.180
X3 -3.148 0.169
F 0.412
R2 .125
66
sebagai berikut:
1. Nilai konstanta (a) sebesar 1.188. Artinya adalah apabila Total Asset
Growth (TAG), Long Term Debt to Equity Ratio (LDER), dan Dividend Per
Share (DPS) diasumsikan nol (0), maka Price to Book Value bernilai
1.188.
2. Nilai koefisien regresi variabel Total Asset Growth bernilai 1.361. Artinya
setiap peningkatan Total Asset Growth sebesar 1%, maka Price to Book
penurunan Total Asset Growth sebesar 1%, maka Price to Book Value
3. Nilai koefisien regresi variabel Long Term Debt to Equity Ratio bernilai
sebesar 1%, maka Price to Book Value akan menurun sebesar -1.906
maka sebaliknya jika setiap penurunan Long Term Debt to Equity Ratio
sebesar 1%, maka Price to Book Value akan meningkat sebesar -1.906
4. Nilai koefisien regresi variabel Dividend Per Share bernilai -3.148. Artinya
setiap peningkatan Dividend Per Share sebesar 1%, maka Price to Book
penurunan Dividend Per Share sebesar 1%, maka Price to Book Value
Uji t adalah uji statistik yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
program komputer yaitu SPSS yang terdapat pada lampiran 7, pengaruh secara
individual dtunjukkan dari nilai signifikan uji t. Jika nilai sifnifikan uji t < 0,05 maka
masing variabel.
Total Asset Growth (TAG) memiliki koefisien yang bernilai 1.361. Hasil
estimasi variabel TAG sebesar nilai t = 0.745 yang berarti TAG berpengaruh
positif terhadap PBV dengan nilai signifikan sebesar 0.464 lebih besar dari 0,05,
sehingga hipotesis yang diajukan H 0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa
Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) memiliki koefisien yang bernilai -
1.906. Hasil estimasi variabel LDER sebesar t = -1.388 yang berarti LDER
berpengaruh negatif terhadap PBV dengan nilai signifikan sebesar 0.180 lebih
besar dari 0,05, sehingga hipotesis yang diajukan H 0 diterima dan Ha ditolak,
yang berarti bahwa variabel LDER berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap PBV.
Dividend Per Share (DPS) memiliki koefisien yang bernilai -3.148. Hasil
estimasi variabel DPS sebesar t = -1.425 yang berarti DPS berpengaruh negatif
68
terhadap PBV dengan nilai signifikan sebesar 0.169 lebih besar dari 0,05,
sehingga hipotesis yang diajukan H 0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa
1. Menentukan Hipotesis
keputusan 5%.
3. Pengambilan Keputusan
a. Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) maka H 0 diterima, artinya tidak ada
dependen.
dependen.
Pada tabel hasil uji F dapat dilihat pada lampiran 7, menunjukkan nilai F
sebesar 1.000 dengan signifikasi sebesar 0.412. Nilai signifikasi tersebut lebih
69
besar dari nilai yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05, sehingga H 0 diterima dan Ha
ditolak yang berarti secara simultan variabel Total Asset Growth, Long Term Debt
koefisien determinasi antara nol sampai satu. Semakin besar nilai koefisien
R2 sebesar 0.125 mempunyai arti bahwa dapat diketahui bahwa pengaruh yang
diberikan oleh ketiga variabel independen dalam penelitian ini yaitu Total Asset
Growth, Long Term Debt to Equity Ratio, dan Dividend Per Share sebesar 12.5%
sedangkan sisanya sebesar 87,5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian
ini.
4.4 Pembahasan
dengan jumlah yang lebih besar dari dana yang dilepaskan pada saat investasi
dimana TAG didefinisikan sebagai variabel perubahan tahunan dari aktiva total.
memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan dengan
tingkat signifikansi sebesar 0.464, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05. Hal
ini menunjukkan bahwa pertumbuhan aset yang baik akan memberikan sinyal
positif bagi para investor yang akan menanamkan dananya dan pertumbuhan
aset akan tumbuh dimasa yang akan datang pada nilai perusahaan, akan tetapi
bahwa PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) tahun 2015 nilai TAG
sebesar 0.07 dan PBV sebesar 0.24, sedangkan pada tahun 2016 nilai TAG
sebesar 0.09 dan PBV sebesar 0.54. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun
2016 TAG naik sebesar 33% dari tahun 2015, sedangkan PBV naik sebesar
125%. Pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) tahun 2013 nilai TAG
sebesar 0.21 dan PBV sebesar 0.26 dan pada tahun 2014 nilai TAG sebesar
0.25 dan PBV sebesar 0.45. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2014 TAG
naik sebesar 19% dari tahun 2013, sedangkan PBV mengalami peningkatan
sebesar 78%.
71
Beberapa data menunjukkan bahwa terdapat TAG dan PBV secara bersama-
variabel PBV mengalami peningkatan. Data yang menunjukkan hasil TAG naik
sedangkan PBV turun dan sebaliknya sebesar 45%. Berdasarkan data yang
telah diolah, variabel keputusan investasi (TAG) berpengaruh positif tetapi tidak
Dengan demikian hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Jones dan Sharma (2001) yang menyatakan bahwa variabel
digunakan oleh perusahaan. Adapun sumber dana dalam hal ini dapat terbagi
menjadi dua yaitu sumber dana yang diperoleh dari dalam perusahaan (internal)
dan sumber dana yang diperoleh dari luar perusahaan (eksternal). Sumber dana
Dalam penggunaan utang, dapat digunakan untuk mengendalikan free cash flow
72
investasi yang sia-sia dan akan meningkatkan nilai perusahaan. Rasio utang
dengan asumsi bahwa cash flow perusahaan di masa yang akan datang akan
terjaga dan dengan adanya utang juga akan memperlihatkan optimisme dari
bahwa di masa yng akan datang prospek suatu perusahaan semakin cerah.
pendanaan memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa tinggi atau rendahnya hutang yang
tingkat signifikansi sebesar 0.180, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05,
maka dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya suatu hutang yang dimiliki
perusahaan tidak selalu diperhatikan oleh para pemegang saham, akan tetapi
dana tersebut dengan efektif dan efisien dalam mencapai nilai tambah bagi
Sukses Makmur Tbk (INDF) tahun 2016 nilai LDER sebesar 0.43 dan nilai PBV
sebesar 0.23 dan pada tahun 2017 nilai LDER sebesar 0.42 dan nilai PBV
sebesar 0.26. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2017 LDER mengalami
penurunan sebesar 3% dibanding tahun 2016 sedangkan PBV naik sebesar 9%.
Pada PT. Sekar Laut Tbk (SKLT) tahun 2013 nilai LDER sebesar 0.26 dan nilai
PBV sebesar 0.89 dan pada tahun 2014 nilai LDER sebesar 0.24 dan nilai PBV
sebesar 1.35. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2016 LDER mengalami
pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) tahun 2017 dan PT. Sekar Laut
Tbk (SKLT) tahun 2014 tersebut berbanding terbalik dengan nilai PBV yang
juga terdapat data yang menunjukkan bahwa LDER dan PBV secara bersama-
sebaliknya sebesar 35%. Maka berdasarkan data yang telah diolah dapat
disimpulkan bahwa besar kecilnya hutang yang dimiliki oleh perusahaan tidak
Dengan demikian hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Martin dan Duran (2012) yang mengatakan bahwa keputusan
Perusahaan
perhitungan Dividend Per Share (DPS). Berdasarkan data yang telah diolah,
diperoleh bahwa DPS memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
nilai perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar 0.169 lebih besar dari 0,05.
Hal ini menujukkan bahwa setip adanya kenaikan rasio Dividend Per Share maka
perusahaan semakin besar, sehingga hal itu tidak akan menarik minat sebagian
turunnya nilai perusahaan. Dengan menahan laba dalam jumlah yang lebih
besar, maka dapat diartikan bahwa akan lebih sedikit dana yang tersedia untuk
pembagian dividen saat ini. Maka, hal utama dari kebijakan pembagian dividen
dan 4 pada PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA) tahun 2016 nilai DPS sebesar 120
dan nilai PBV sebesar 3.95 dan pada tahun 2017 nilai DPS sebesar 180 dan nilai
PBV sebesar 3.21. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2017 DPS
75
mengalami peningkatan sebesar 50% dari tahun 2016, akan tetapi penurunan
PBV sebesar 19%. Pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) pada
tahun 2014 nilai DPS sebesar 190 dan nilai PBV sebesar 0.25 dan pada tahun
2015 nilai DPS sebesar 222 dan nilai PBV sebesar 0.24. Hal ini menunjukkan
bahwa pada tahun 2015 DPS mengalami peningkatan sebesar 17% dari tahun
2014, akan tetapi penurunan PBV sebesar 6%. Setiap kenaikan dividen yang
dibagikan kepada para investor tidak selalu diikuti dengan nilai perusahaan yang
juga meningkat.
juga terdapat data menunjukkan bahwa DPS dan PBV secara bersama-sama
sebesar 55%. Maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan pembagian dividen tidak
Dengan demikian, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Miller dan Modligiani yang menyatakan bahwa kebijakan pembagian dividen tidak
saham. Meningkatnya nilai dividen tidak selalu diikuti dengan meningkatnya nilai
investasinya.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yuniarti (2010) dan Rehman (2016) yang menyatakan hasil bahwa kebijakan
signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0.412, hal tersebut menandakan
dilakukan oleh Suroto (2015), dan Fenandar dan Surya (2012), yang
perusahaan secara simultan yaitu variabel keputusan risiko, tingkat suku bunga,