Anda di halaman 1dari 28

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Dalam penelitian ini yang dijadikan objek penelitian adalah perusahaan

makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-

2017. Populasi sebanyak 18 Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia, akan tetapi hanya 5 perusahaan yang memenuhi syarat

untuk dijadikan objek penelitian sesuai dengan kriteria-kriteria pengambilan

sampel yang sudah ditetapkan.

4.1.1 PT. Delta Djakarta Tbk.

PT Delta Djakarta Tbk, Pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun

1932 sebagai perusahaan bir jerman yang bernama “Archipel Brouweriji NY.”

Perusahaan kemudian dibeli oleh kelompok usaha Belanda dan berganti nama

menjadi NV De Oranje Brouwerij. Perusahaan menggunakan nama PT Delta

Djakarta menjadi salah satu perusahaan Indonesia pertama kali yang

mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia),

mengokohkan statusnya sebagai pemain utama di industri bir dalam negeri. PT

Jangkar Delta Indonesia, didirikan pada tahun 1998, adalah anak perusahaan PT

Delta Djakarta yang bertindak sebagai distributor tunggal, dengan jaringan

distribusi yang terbentang dari Medan dan Sumatera Utara sampai Jayapura di

Papua. Dan memperoduksi bir Pilsner an Stout berkualitas terbaik yang dijual di

pasar domestik Indonesia, dengan merk dagang Anker Bir, Anker Stout,

Carlsberg, San Miguel Pale Pilsen, San Mig Light dan Kuda Putih. Selain itu,

50
51

perusahaan ini juga memproduksi dan mengekspor bir Pilser dengan merek

dagang “Batavia.”

PT Delta Djakarta Tbk, memilki visi yaitu: menjadi nomor satu di pasar

minuman berbasis malt di Indonesia. Sedangkan misinya yaitu: memproduksi

minuman berkualitas dan aman dengan biaya optimal, yang akan memberikan

hasil terbaik untuk pelanggan, melalui karyawan dan mitra yang handal.

Memberikan keuntungan yang terbaik kepada pemegang saham. Memberi

kesempatan kepada karyawan untuk mengembangkan kemampuan diri dan

profesionalisme di lingkungan kerja. Dan peduli terhadap masyarakat sekitar dan

lingkungan perusahaan.

4.1.2 PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk didirikan di Republik Indonesia

pada tanggal 2 September 2009 berdasarkan Akta Notaris Herdimansyah

Chaidirsyah, S.H., No. 25. Perusahaan merupakan hasil pengalihan kegiatan

usaha Divisi Bumbu Penyedap PT Indofood Sukses Makmur Tbk (ISM),

pemegang saham pengendali perusahaan, dan mulai melakukan kegiatan

usahanya sejak 1 Oktober 2009. Kantor pusat Perusahaan berlokasi di Sudirman

Plaza, Indofood Tower, Lantai 23, Jalan Jenderal Sudirman, Kav. 76 - 78,

Jakarta, Indonesia.

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk memilki visi yaitu: produsen

barang-barang konsumsi yang terkemuka. Sedangkan misinya yaitu: senantiasa

melakukan inovasi, fokus pada kebutuhan pelanggan, menawarkan merek-merek

unggulan dengan kinerja yang tidak tertandingi. Menyediakan produk berkualitas

yang merupakan pilihan pelanggan. Senantiasa meningkatkan kompetensi


52

karyawan, proses produksi dan teknologi kami. Memberikan kontribusi bagi

kesejahteraan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan. Meningkatkan

stakeholder value secara berkesinambungan.

4.1.3 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk didirikan di Republik Indonesia pada

tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma, berdasarkan

Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 228. Ruang lingkup kegiatan

Perusahaan antara lain terdiri dari mendirikan dan menjalankan industri makanan

olahan, bumbu penyedap, minuman ringan, kemasan, minyak goreng,

penggilingan biji gandum dan pembuatan tekstil karung terigu. Kantor pusat

Perusahaan berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jl. Jend.

Sudirman Kav. 76–78, Jakarta, Indonesia.

PT Indofood Makmur Tbk memiliki visi yaitu: perusahaan total food

solutions. Sedangkan misinya yaitu: memberikan solusi atas kebutuhan pangan

secara berkelanjutan. Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan, proses

produksi dan teknologi kami. Memberikan kontribusi bagi kesejahteraan

masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan dan meningkatkan

shateholders values secara berkesinambungan.

4.1.4 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.

Pertama kali dengan nama Nederlandsch-Indische Bierbrouwerijen di

Medan pada tahun 1929, perusahaan ini mengoperasikan brewery kedua di

Tanggerang pada tahun 1972. Setelah sekian lama perusahaan ini bertambah

kuat dan menjadi brewer terkemuka d Indonesia saat ini. Perusahaan ini berubah
53

nama menjadi PT Multi Bintang Indonesia (MBI), ketika go public pada tahun

1981. Tercatat di BEI, MBI menjadi anak perusahaan Asia Pacfic Breweries

Limited (APB) dari singapura ketika APB mengakuisisi saham mayoritas di MBI

pada tahun 2010. MBI sinonim dengan BIR Bintang, merek bir unggulan

Indonesia. Selain menawarkan porfotolio merek bird an minuman ringan, MBI

juga meproduksi dan memasarkan Heineken, Bintang Zero dan Green Sands di

Indonesia. MBI melalui anak perusahaannya, PT Multi Bintang Indonesia Niaga

telah menetapkan pijakannya dalam bidang penjualan dan pemasaran di seluruh

kota besar di Indonesia yang terbentang dari Medan di Sumatra Utara hingga ke

Jayapura di Papua.

PT Multi Bintang Indonesia memiliki visi yaitu: menjadi perusahaan bir

yang terkemuka dan bertanggung jawab di Indonesia. Sedangkan misinya yaitu:

menjadi perusahaan minuman Indonesia yang memiliki reputasi baik dan

bertanggung jawab, dengan portofolio merek bird an minuman ringan terkemuka.

4.1.5 PT. Sekar Laut Tbk.

PT Sekar Laut Tbk. Adalah perusahaan yang bergerak dibidang industri,

pertanian, perdagangan, dan pembangunan, khususnya dalam industri krupuk,

saos dan bumbu masak. Pada tahun 1996, proses pembuatan krupuk telah

dikembangkan dengan teknologi modern. Pada tanggal 8 September 1993

sahamnya didaftar untuk diperdagangkan di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya.

PT. Sekar Laut Tbk juga menangani distribusi produk-produk konsumen produksi

lokal maupun impor. Jaringan distribusi melalui cabang-cabang di kota-kota

besar di daerah Jawa dan Bali.


54

PT Sekar Laut Tbk memiliki visi yaitu: membuat komunitas dunia lebih

tahu akan produk-produk makanan dengan kualitas produk yang bagus, sehat

dan bergizi. Dan misinya yaitu: membantu mengolah sumber daya alam

Indonesia yang berlimpah dengan tujuan untuk menyediakan makanan yang

bergizi dan berkualitas. Membantu memberi pangan masyarakat seluruh dunia.

Dan membantu membangun dan meningkatkan kondisi ekonomi dan sosial

masyarakat Indonesia

4.2 Deskripsi Hasil Penellitian

Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel X dan satu variabel Y

yaitu, Keputusan Investasi dengan Total Asset Growth (X1), Keputusan

Pendanaan dengan Long Term Debt to Equity Ratio (X2), Kebijakan Dividen

dengan Divident Per Share (X3), dan Nilai Perusahaan dengan Price to Book

Value (Y). Bab ini membahas tentang analisis yang berkaitan dengan data

keuangan perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2013-2017.

4.2.1 Deskripsi Variabel Keputusan Investasi (X1)

Keputusan investasi merupakan kebijakan manajemen perusahaan dalam

menggunakan dana perusahaan yang terdapat pada aset yang diharapkan dapat

memberikan laba dimasa mendatang. Proses penentuan keputusan investasi

adalah proses perancangan serta penentuan keputusan yang memiliki hubungan

dengan pengeluaran dana yang return ataupun masa kembalinya dalam waktu

yang relatif panjang, yaitu lebih dari satu tahun buku.


55

Pada penelitian ini, variabel keputusan investasi dihitung menggunakan

Total Asset Growth (TAG). TAG didefinisikan sebagai variabel perubahan

tahunan dari aktiva total. Semakin besar pendapatan yang ditahan dalam

perusahaan, berarti semakin rendah dividen yang dibayarkan kepada pemegang

saham. Rendahnya pembayaran dividen akan menjadikan perusahan semakin

kurang menarik bagi investor. Tingkat pertumbuhan yang cepat

mengidentifikasikan bahwa perusahaan sedang mengadakan ekspansi.

Tabel 4.1
Total Asset Growth
Perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017
Nama TAG
No Rata-rata
Perusahaan 2013 2014 2015 2016 2017
PT. Delta 0.16 0.14 0.05 0.15 0.12 0.12
1
Djakarta Tbk
PT. Indofood
2 CBP Sukses 0.20 0.17 0.07 0.09 0.09 0.12
Makmur Tbk
PT. Indofood
3 Sukses 0.32 0.10 0.07 -0.11 0.07 0.09
Makmur Tbk
PT. Multi
Bintang 0.21 0.25 -0.06 0.08 0.10 0.12
4
Indonesia
Tbk
PT. Sekar 0.21 0.10 0.14 0.51 0.12 0.21
5
Laut Tbk
MAX 0.32 0.25 0.14 0.51 0.12

MIN 0.16 0.10 -0.06 -0.11 0.07

Rata-rata 0.22 0.15 0.05 0.15 0.10

Sumber : Bursa Efek Indonesia, Data Diolah

Dari hasil olah data pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 5 sampel

pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2013-2017 nilai rata-rata Total Asset Growth (TAG) berfluktuasi pada
56

setiap tahunnya. Pada tingkat TAG tertinggi adalah PT. Sekar Laut Tbk pada

tahun 2016 dengan nilai sebesar 0.51, sedangkan perusahaan dengan TAG

terendah adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2015 dengan nilai

sebesar -0.06.

Pada tahun 2013 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki nilai Total

Asset Growth tertinggi sebesar 0.32, sedangkan nilai Total Asset Growth

terendah adalah pada PT. Delta Djakarta Tbk dengan nilai 0.16. Pada tahun

2014 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki nilai Total Asset Growth tertinggi

sebesar 0.25, sedangkan nilai Total Asset Growth terendah adalah pada PT.

Sekar Laut Tbk dengan nilai 0.10. Pada tahun 2015 PT. Sekar Laut Tbk memiliki

nilai Total Asset Growth tertinggi sebesar 0.14, sedangkan nilai Total Asset

Growth terendah adalah pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbk dengan nilai -

0.06. Pada tahun 2016 PT. Sekar Laut Tbk memiliki nilai Total Asset Growth

tertinggi sebesar 0.51, sedangkan nilai Total Asset Growth terendah adalah pada

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dengan nilai -0.11. Pada tahun 2017 PT.

Sekar Laut Tbk memiliki nilai Total Asset Growth tertinggi sebesar 0.12,

sedangkan nilai Total Asset Growth terendah adalah pada PT. Indofood Sukses

Makmur Tbk dengan nilai 0.07.

4.2.2 Deskripsi Variabel Keputusan Pendanaan (X2)

Keputusan pendanaan merupakan keputusan yang berkaitan dengan

penetapan sumber dana yang akan digunakan, penetapan penyesuaian

pendanaan yang optimal, dan perusahaan mengaplikasikan sumber dana dari

dalam perusahaan atau akan menggunakan dana dari luar perusahaan.


57

Keputusan pendanaan membahas mengenai sumber dana yang digunakan

untuk membiayai suatu investasi yang sudah diianggap layak.

Pada penelitian ini, variabel keputusan pendanaan dihitung menggunakan

Long Term Debt to Equity Ratio (LDER). Ratio ini digunakan untuk mengukur

bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang.

Tabel 4.2
Long Term Debt to Equity Ratio
Perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017
Nama LDER
No Rata-rata
Perusahaan 2013 2014 2015 2016 2017
PT. Delta 0.05 0.05 0.06 0.05 0.05 0.05
1
Djakarta Tbk
PT. Indofood
2 CBP Sukses 0.25 0.24 0.25 0.21 0.22 0.24
Makmur Tbk
PT. Indofood
3 Sukses 0.53 0.53 0.55 0.43 0.42 0.49
Makmur Tbk
PT. Multi
Bintang 0.73 0.16 0.16 0.16 0.13 0.14
4
Indonesia
Tbk
PT. Sekar 0.26 0.24 0.43 0.35 0.38 0.33
5
Laut Tbk
MAX 0.73 0.53 0.55 0.43 0.42

MIN 0.05 0.05 0.06 0.05 0.05

Rata-rata 0.23 0.24 0.29 0.24 0.24

Sumber : Bursa Efek Indonesia, Data Diolah

Dari hasil olah data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 5 sampel

pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2013-2017 nilai rata-rata Long Term Debt to Equity Ratio (LDER)

berfluktuasi pada setiap tahunnya. Pada tingkat LDER tertinggi adalah PT. Multi

Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2013 dengan nilai sebesar 0.73, sedangkan
58

perusahaan dengan LDER terendah adalah PT. Delta Djakarta Tbk pada tahun

2013, 2014, 2016 serat 2017 dengan nilai sebesar 0.05.

Pada tahun 2013 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki nilai Long

Term Debt to Equity Ratio (LDER) tertinggi sebesar 0.73, sedangkan nilai LDER

terendah adalah pada PT. Delta Djakarta Tbk dengan nilai 0.05. Pada tahun

2014 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki nilai LDER tertinggi sebesar

0.53, sedangkan nilai LDER terendah adalah pada PT. Delta Djakarta Tbk

dengan nilai 0.05. Pada tahun 2015 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki

nilai LDER tertinggi sebesar 0.55, sedangkan nilai LDER terendah adalah pada

PT. Delta Djakarta Tbk dengan nilai 0.06. Pada tahun 2016 PT. Indofood Sukses

Makmur Tbk memiliki nilai LDER tertinggi sebesar 0.43, sedangkan nilai LDER

terendah adalah pada PT. Delta Djakarta Tbk dengan nilai 0.05. Pada tahun

2017 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki nilai LDER tertinggi sebesar

0.42, sedangkan nilai LDER terendah adalah pada PT. Delta Djakarta Tbk

dengan nilai 0.05.

4.2.3 Deskripsi Variabel Kebijakan Pembagian Dividen (X3)

Kebijakan pembagian dividen adalah keputusan direksi apakah laba yang

dihasilkan perusahaan pada akhir periode dibagikan kepada pemilik saham

(dividen) atau ditahan sebagai penambahan modal perusahaan yang akan

digunakan dalam kegiatan, atau investasi pengembangan erusahaan dimasa

mendatang. Kebijakan pembagian dividen selalu berkaitan langsung dengan

keputusan pendanaan perusahaan.

Pada penelitian ini, variabel kebijakan pembagian dividen dihitung

menggunakan Dividend Per Share (DPS). Ratio ini merupakan bagian


59

keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham yang jumlahnya

sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki.

Tabel 4.3
Dividend Per Share
Perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017
Nama DPS Rata-
No
Perusahaan 2013 2014 2015 2016 2017 rata
PT. Delta 11,500 12,000 6,000 120 180 29,656
1
Djakarta Tbk
PT. Indofood
2 CBP Sukses 186 190 222 256 154 884.8
Makmur Tbk
PT. Indofood
3 Sukses 185 142 220 168 235 762
Makmur Tbk
PT. Multi
Bintang 24,066 46,195 138 439 371 70,912.2
4
Indonesia
Tbk
PT. Sekar 3 4 5 6 5 19
5
Laut Tbk
MAX 24,066 46,195 6,000 439 371

MIN 3 4 5 6 5
Rata-rata 35,937.6 58,527.8 6,581 984.2 941

Sumber : Bursa Efek Indonesia, Data Diolah

Dari hasil olah data pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 5 sampel

pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2013-2017 nilai rata-rata Dividend Per Share (DPS) berfluktuasi pada

setiap tahunnya. Pada tingkat DPS tertinggi adalah PT. Multi Bintang Indonesia

Tbk pada tahun 2014 dengan nilai sebesar 46,195, sedangkan perusahaan

dengan DPS terendah adalah PT. Sekar Laut Tbk pada tahun 2014 dengan nilai

sebesar 4.

Pada tahun 2013 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki nilai Dividend

Per Share tertinggi sebesar 24,066, sedangkan nilai Dividend Per Share
60

terendah adalah pada PT. Sekar Laut Tbk dengan nilai 3. Pada tahun 2014 PT.

Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki nilai Dividend Per Share tertinggi sebesar

46,195, sedangkan nilai Dividend Per Share terendah adalah pada PT. Sekar

Laut Tbk dengan nilai 4. Pada tahun 2015 PT. Delta Djakarta Tbk memiliki nilai

Dividend Per Share tertinggi sebesar 6,000, sedangkan nilai Dividend Per Share

terendah adalah pada PT. Sekar Laut Tbk dengan nilai 5. Pada tahun 2016 PT.

Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki nilai Dividend Per Share tertinggi sebesar

439, sedangkan nilai Dividend Per Share terendah adalah pada PT. Sekar Laut

Tbk dengan nilai 6. Pada tahun 2017 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki

nilai Dividend Per Share tertinggi sebesar 371, sedangkan nilai Dividend Per

Share terendah adalah pada PT. Sekar Laut Tbk dengan nilai 5.

4.2.4 Deskripsi Variabel Nilai Perusahaan (Y)

Variabel nilai perusahaan dapat dihitung menggunakan ratio Price to

Book Value (PBV) yang merupakan perbandingan antara harga saham dengan

nilai buku per saham. Dalam hal ini, Price to Book Value bisa didefinisikan

sebagai hasil perbandingan antara harga pasar saham dengan nilai buku saham.

Price to Book Value (PBV) yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak

hanya pada kinerja perusahaan saat ini namu juga pada prospek perusahaan di

masa depan. Perusahaan yang dikelola dengan baik pada umumnya memiliki

nilai Price to Book Value (PBV) diatas satu. Hal ini, menggambarkan nilai saham

perusahaan lebih besar dari pada nilai buku perusahaan. Harga saham yang

tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi.


61

Tabel 4.4
Price to Book Value
Perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
periode 2013-2017
Nama PBV Rata-
No
Perusahaan 2013 2014 2015 2016 2017 rata
PT. Delta 0.18 0.16 0.10 3.95 3.21 1.52
1
Djakarta Tbk
PT. Indofood
2 CBP Sukses 0.22 0.25 0.24 0.54 0.51 0.35
Makmur Tbk
PT. Indofood
3 Sukses 0.27 0.25 0.17 0.23 0.26 0.24
Makmur Tbk
PT. Multi
Bintang 0.45 0.45 0.23 0.30 0.27 0.30
4
Indonesia
Tbk
PT. Sekar 0.89 1.35 1.68 0.70 2.47 1.42
5
Laut Tbk
MAX 0.89 1.35 1.68 3.95 3.21

MIN 0.18 0.16 0.10 0.23 0.26

Rata-rata 0.36 0.50 0.48 1.15 1.34

Sumber : Bursa Efek Indonesia, Data Diolah

Dari hasil olah data pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 5 sampel

pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2013-2017 nilai rata-rata Price to Book Value (PBV) berfluktuasi pada

setiap tahunnya. Pada tingkat PBV tertinggi adalah PT. Delta Djakarta Tbk pada

tahun 2016 dengan nilai sebesar 3.95, sedangkan perusahaan dengan PBV

terendah juga dimiliki oleh PT. Delta Djakarta Tbk pada tahun 2015 dengan nilai

sebesar 0.10.

Pada tahun 2013 PT. Sekar Laut Tbk memiliki nilai Price to Book Value

tertinggi sebesar 0.89, sedangkan nilai Price to Book Value terendah adalah

pada PT. Delta Djakarta Tbk dengan nilai 0.18. Pada tahun 2014 PT. Sekar Laut

Tbk memiliki nilai Price to Book Value tertinggi sebesar 1.35, sedangkan nilai
62

Price to Book Value terendah adalah pada PT. Delta Djakarta Tbk dengan nilai

0.16. Pada tahun 2015 PT. Sekar Laut Tbk memiliki nilai Price to Book Value

tertinggi sebesar 1.68, sedangkan nilai Price to Book Value terendah adalah

pada PT. Delta Djakarta Tbk dengan nilai 0.10. Pada tahun 2016 PT. Delta

Djakarta Tbk memiliki nilai Price to Book Value tertinggi sebesar 3.95, sedangkan

nilai Price to Book Value terendah adalah pada PT. Indofood Sukses Makmur

Tbk dengan nilai 0.23. Pada tahun 2017 PT. Delta Djakarta Tbk memiliki nilai

Price to Book Value tertinggi sebesar 3.21, sedangkan nilai Price to Book Value

terendah adalah pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dengan nilai 0.26.

4.3 Analisis data

4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data merupakan uji yang berfungsi untuk menguji apakah

pada model regresi, variabel bebas, dan variabel terikat mempunyai distribusi

normal dan tidak. Telah ditemukan bahwa uji hipotesis yang terdiri dari uji t dan

uji F mengansumsikan nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini

dilanggar, maka berarti uji statistik yang dilakukan menjadi tidak valid untuk

jumlah sampel kecil. Terdapat dua cara dalam mendeteksi apakah residual

berdistribusi normal ataupun tidak adalah dengan analisis grafik dan uji statistik.

Analisis grafik dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan program

SPSS Ver 21 For window menggunakan uji statistik non-parametik Kolmogrov-

Smirnov (K-S), seperti pada lampiran 7. Pengujian ini dilakukan dengan menilai

2-tailed significant melalui pengukuran tingkat signifikasi 5%. Data dikatakan

berdistribusi normal apabila Asymp.Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 atau 5%.
63

Berdasarkan hasil uji normalitas Kolmogrov-Smirnov bahwa data tersebut

memiliki nilai Asym. Sig. (2-tailed) sebesar 0.081. Nilai tersebut lebih besar dari

pada tingkat signifikansi yang ditentukan, yaitu 5% atau 0,05. Dapat disimpulkan

bahwa data tersebut memiliki distribusi normal.

4.3.2 Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Suatu variabel menunjukkan

gejala multikolonieritas bisa dilihat dari nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation

Factor) yang tinggi pada variabel-variabel bebas suatu model regresi. Nilai

tolerance < 0,1 dan VIF > 10 menunjukkan adanya gejala multikolonieritas

dengan nilai tolerance dan VIF yang terdapat pada lampiran 7.

Hasil SPSS pada uji multikolonieritas tersebut dapat dijelaskan bahwa

keempat variabel independen tidak terjadi multikolonieritas karena nilai VIF < 10

dan tolerance > 0,1. Dapat dilihat bahwa nilai tolerance pada variabel

independen (Total Asset Growth, Long Term Debt to Equity Ratio, dan Dividend

Per Share) lebih besar dari pada 0,1 sedangkan nilai VIF dari ketiga variabel

tersebut tidak terjadi multikolonieritas antar variabel independen.

4.3.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah suatu uji yang digunakan untuk menguji apakah

dalam suatu model regresi linier terdapat korelasi antara kesalahan periode t

dengan periode t-1 (sebelumnya). Untuk mengetahui ada atau tidak adanya

autokorelasi pada model regresi dapat dilakukan dengan pengujian terhadap nilai

uji Durbin Waston (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:


64

a. Angka DW dibawah -2 ada Autokorelasi positif

b. Angka DW diantara -2 sampai 2 yang berarti tidak ada Autokorelasi

c. Angka DW diatas angka 2 berarti Autokorelasi negatif

Pada hasil uji regresi melalui SPSS Ver 21 For Windows yang terdapat

pada lampiran 7 menghasilkan nilai Durbin Waston 1.494 yang artinya nilai

tersebut mengartikan tidak terjadi autokorelasi yang sesuai dengan kriteria

bahwa nilai Durbin Waston masih diantara -2 sampai 2 dan dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi autokorelasi.

4.3.4 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu ke pengamatan lain.

Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik adalah yang Homokedastisitas atau tidak terjadi

Heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas menghasilkan grafik pola penyebaran titik

(scatterplot). Hal tersebut dapat dilihat dalam grafik scatterplot yang terdapat

pada lampiran 7. Berdasarkan gambar tersebut dapat diketahui bahwa titik-titik

dalam gambar menyebar secara teracak dan juga tersebar baik diatas maupun

dibawah angka 0 pada sumbu Y. Berdasarkan hal tersebut menjelaskan bahwa

tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi, sehingga variabel

independen (Total Asset Growth, Long Term Debt to Equity Ratio, dan Dividend

Per Share) dapat digunakan untuk memprediksi Price to Book Value pada
65

perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2013-2017.

4.3.5 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi berganda dapat dilihat dari tabel uji koefisiensi regresi

terhadap ke tiga variabel independen yaitu Total Asset Growth (TAG), Long Term

Debt to Equity Ratio (LDER), dan Dividend Per Share (DPS) terhadap Price to

Book Value (PBV), sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:

Y = a + bX1 + bX2 + bX3

Keterangan :

Y : Nilai Perusahaan
a : Konstanta (nilai Y apabila X=0)
b : Koefisien regresi (nilai peningkatan atau penurunan)
X1 : Keputusan Investasi
X2 : Keputusan Pendanaan
X3 : Kebijakan Dividen

Dari hasil olah data SPSS didapat hasil regresi yang ditunjukkan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5
Uji Regresi Linier Berganda

Variabel Koefisiensi Sig.


(Constant) 1.188 0.018

X1 1.361 0.464

X2 -1.906 0.180
X3 -3.148 0.169
F 0.412

R2 .125
66

Berdasarkan tabel 4.5, maka model ragresi yang di gunakan adalah

sebagai berikut:

Y = 1.188 + 1.361X1 – 1.906X2 – 3.148X3

Berdasarkan persamaan regresi, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta (a) sebesar 1.188. Artinya adalah apabila Total Asset

Growth (TAG), Long Term Debt to Equity Ratio (LDER), dan Dividend Per

Share (DPS) diasumsikan nol (0), maka Price to Book Value bernilai

1.188.

2. Nilai koefisien regresi variabel Total Asset Growth bernilai 1.361. Artinya

setiap peningkatan Total Asset Growth sebesar 1%, maka Price to Book

Value akan meningkat sebesar 1.361 maka sebaliknya jika setiap

penurunan Total Asset Growth sebesar 1%, maka Price to Book Value

akan menurun sebesar 1.361 dengan asumsi variabel lain tetap.

3. Nilai koefisien regresi variabel Long Term Debt to Equity Ratio bernilai

-1.906. Artinya setiap peningkatan Long Term Debt to Equity Ratio

sebesar 1%, maka Price to Book Value akan menurun sebesar -1.906

maka sebaliknya jika setiap penurunan Long Term Debt to Equity Ratio

sebesar 1%, maka Price to Book Value akan meningkat sebesar -1.906

dengan asumsi variabel lain tetap.

4. Nilai koefisien regresi variabel Dividend Per Share bernilai -3.148. Artinya

setiap peningkatan Dividend Per Share sebesar 1%, maka Price to Book

Value akan menurun sebesar -3.148 maka sebaliknya jika setiap

penurunan Dividend Per Share sebesar 1%, maka Price to Book Value

akan meningkat sebesar -3.148 dengan asumsi variabel lain tetap.


67

4.3.6 Hasil Uji t (Uji Parsial)

Uji t adalah uji statistik yang digunakan untuk mengetahui seberapa jauh

pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menjelaskan variasi

variabel terikat (Imam Ghozali, 2005). Dalam pengolahan data menggunakan

program komputer yaitu SPSS yang terdapat pada lampiran 7, pengaruh secara

individual dtunjukkan dari nilai signifikan uji t. Jika nilai sifnifikan uji t < 0,05 maka

dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan secara individual masing-

masing variabel.

Berdasarkan tabel 4.5 dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Total Asset Growth

Total Asset Growth (TAG) memiliki koefisien yang bernilai 1.361. Hasil

estimasi variabel TAG sebesar nilai t = 0.745 yang berarti TAG berpengaruh

positif terhadap PBV dengan nilai signifikan sebesar 0.464 lebih besar dari 0,05,

sehingga hipotesis yang diajukan H 0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa

variabel TAG berpengaruh positif tidak signifikan terhadap PBV.

2. Long Term Debt to Equity Ratio

Long Term Debt to Equity Ratio (LDER) memiliki koefisien yang bernilai -

1.906. Hasil estimasi variabel LDER sebesar t = -1.388 yang berarti LDER

berpengaruh negatif terhadap PBV dengan nilai signifikan sebesar 0.180 lebih

besar dari 0,05, sehingga hipotesis yang diajukan H 0 diterima dan Ha ditolak,

yang berarti bahwa variabel LDER berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap PBV.

3. Dividend Per Share

Dividend Per Share (DPS) memiliki koefisien yang bernilai -3.148. Hasil

estimasi variabel DPS sebesar t = -1.425 yang berarti DPS berpengaruh negatif
68

terhadap PBV dengan nilai signifikan sebesar 0.169 lebih besar dari 0,05,

sehingga hipotesis yang diajukan H 0 diterima dan Ha ditolak, yang berarti bahwa

variabel DPS berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap PBV.

4.3.7 Hasil Uji F (Uji Simultan)

Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel independen

secara bersama-sama signifikan berpengaruh terhadap variabel dependen.

Langkah uji F sebagai berikut:

1. Menentukan Hipotesis

Ho : β = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

2. Menentukan Tingkat Signifikan

Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5% artinya risiko mengambil

keputusan 5%.

3. Pengambilan Keputusan

a. Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) maka H 0 diterima, artinya tidak ada

pengaruh signifikan dari variabel independen terhadap variabel

dependen.

b. Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) maka H 0 ditolak, artinya ada

pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel

dependen.

Pada tabel hasil uji F dapat dilihat pada lampiran 7, menunjukkan nilai F

sebesar 1.000 dengan signifikasi sebesar 0.412. Nilai signifikasi tersebut lebih
69

besar dari nilai yang ditetapkan yaitu sebesar 0,05, sehingga H 0 diterima dan Ha

ditolak yang berarti secara simultan variabel Total Asset Growth, Long Term Debt

to Equity Ratio, dan Dividend Per Share secara bersama-sama tidak

berpengaruh dan tidak signifikan terhadap Price to Book Value.

4.3.8 Hasil Uji R2 (Koefisiensi Determinasi)

Nilai R square (R2) koefisien determinasi digunakan untuk mengukur

seberapa jauh variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat. Nilai

koefisien determinasi antara nol sampai satu. Semakin besar nilai koefisien

determinasi (mendekati nilai satu) semakin mampu variabel bebas memberikan

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel terikat. Sebaliknya

semakin kecil nilai koefisien determinasi (mendekati nol), semakin terbatas

kemampuan variabel-variabel bebas menjelaskan variabel terikat, untuk

mengetahui koefisien determinasi dapat dilihat pada lampiran.

Hasil uji koefisien determinasi pada lampiran 7 tersebut menunjukkan nilai

R2 sebesar 0.125 mempunyai arti bahwa dapat diketahui bahwa pengaruh yang

diberikan oleh ketiga variabel independen dalam penelitian ini yaitu Total Asset

Growth, Long Term Debt to Equity Ratio, dan Dividend Per Share sebesar 12.5%

sedangkan sisanya sebesar 87,5% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian

ini.

4.4 Pembahasan

4.4.1 Pengaruh Variabel Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan

Keputusan investasi adalah keputusan melepaskan dana saat sekarang

dengan harapan untuk dapat menghasilkan arus dana dimasa mendatang


70

dengan jumlah yang lebih besar dari dana yang dilepaskan pada saat investasi

awal. Total Asset Growth merupakan perhitungan dari keputusan investasi,

dimana TAG didefinisikan sebagai variabel perubahan tahunan dari aktiva total.

Semakin besar pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, berarti semakin

rendah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham. Rendahnya

pembayaran dividen akan menjadikan perusahan semakin kurang menarik bagi

investor. Tingkat pertumbuhan yang cepat mengidentifikasikan bahwa

perusahaan sedang mengadakan ekspansi.

Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keputusan investasi

memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan dengan

tingkat signifikansi sebesar 0.464, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05. Hal

ini menunjukkan bahwa pertumbuhan aset yang baik akan memberikan sinyal

positif bagi para investor yang akan menanamkan dananya dan pertumbuhan

aset akan tumbuh dimasa yang akan datang pada nilai perusahaan, akan tetapi

pertumbuhannya tidak signifikan. Berdasarkan lampiran 1 dan 4 menunjukkan

bahwa PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) tahun 2015 nilai TAG

sebesar 0.07 dan PBV sebesar 0.24, sedangkan pada tahun 2016 nilai TAG

sebesar 0.09 dan PBV sebesar 0.54. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun

2016 TAG naik sebesar 33% dari tahun 2015, sedangkan PBV naik sebesar

125%. Pada PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI) tahun 2013 nilai TAG

sebesar 0.21 dan PBV sebesar 0.26 dan pada tahun 2014 nilai TAG sebesar

0.25 dan PBV sebesar 0.45. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2014 TAG

naik sebesar 19% dari tahun 2013, sedangkan PBV mengalami peningkatan

sebesar 78%.
71

Berdasarkan lampiran 1 dan 4, pertumbuhan TAG dan PBV berfluktuasi.

Beberapa data menunjukkan bahwa terdapat TAG dan PBV secara bersama-

sama mengalami peningkatan, begitupun sebaliknya terdapat TAG dan PBV

secara bersama-sama mengalami penurunan. Akan tetapi juga terdapat data

yang menunjukkan bahwa ketika TAG mengalami peningkatan, variabel PBV

mengalami penurunan. Begitupun sebaliknya ketika TAG mengalami penurunan,

variabel PBV mengalami peningkatan. Data yang menunjukkan hasil TAG naik

sedangkan PBV turun dan sebaliknya sebesar 45%. Berdasarkan data yang

telah diolah, variabel keputusan investasi (TAG) berpengaruh positif tetapi tidak

signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV).

Dengan demikian hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Jones dan Sharma (2001) yang menyatakan bahwa variabel

keputusan investasi tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

4.4.2 Pengaruh Variabel Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan

Keputusan pendanaan adalah keputusan terkait sumber dana yang akan

digunakan oleh perusahaan. Adapun sumber dana dalam hal ini dapat terbagi

menjadi dua yaitu sumber dana yang diperoleh dari dalam perusahaan (internal)

dan sumber dana yang diperoleh dari luar perusahaan (eksternal). Sumber dana

internal yang dimaksud yaitu penggunaan modal sendiri, sedangkan sumber

dana eksternal yang dimaksud yaitu penggunaan utang. Dalam menetapkan

komposisi pendanaan yang optimal yang nantinya akan mempengaruhi nilai

perusahaan, seorang manajer perusahaan haruslah mampu untuk

menyesuaikankan komposisi antara penggunaan utang dengan modal sendiri.

Dalam penggunaan utang, dapat digunakan untuk mengendalikan free cash flow
72

secara berlebihan oleh manajemen perusahaan yang nantinya akan menghindari

investasi yang sia-sia dan akan meningkatkan nilai perusahaan. Rasio utang

perusahaan yang mengalami peningkatan merupakan sinyal positif bagi investor

dengan asumsi bahwa cash flow perusahaan di masa yang akan datang akan

terjaga dan dengan adanya utang juga akan memperlihatkan optimisme dari

manajemen perusahaan dalam melakukan investasi, sehingga diharapkan

bahwa di masa yng akan datang prospek suatu perusahaan semakin cerah.

Berdasarkan data yang sudah diolah menunjukkan bahwa keputusan

pendanaan memiliki pengaruh yang negatif dan tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa tinggi atau rendahnya hutang yang

dimiliki oleh perusahaan tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan

tingkat signifikansi sebesar 0.180, dimana nilai tersebut lebih besar dari 0.05,

maka dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya suatu hutang yang dimiliki

perusahaan tidak selalu diperhatikan oleh para pemegang saham, akan tetapi

pemegang saham akan lebih melihat bagaimana perusahaan menggunakan

dana tersebut dengan efektif dan efisien dalam mencapai nilai tambah bagi

perusahaan itu sendiri. Pada lampiran 2 dan 4 menunjukkan PT. Indofood

Sukses Makmur Tbk (INDF) tahun 2016 nilai LDER sebesar 0.43 dan nilai PBV

sebesar 0.23 dan pada tahun 2017 nilai LDER sebesar 0.42 dan nilai PBV

sebesar 0.26. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2017 LDER mengalami

penurunan sebesar 3% dibanding tahun 2016 sedangkan PBV naik sebesar 9%.

Pada PT. Sekar Laut Tbk (SKLT) tahun 2013 nilai LDER sebesar 0.26 dan nilai

PBV sebesar 0.89 dan pada tahun 2014 nilai LDER sebesar 0.24 dan nilai PBV

sebesar 1.35. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2016 LDER mengalami

penurunan sebesar 9% sedangkan PBV naik sebesar 52%. Penurunan LDER


73

pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) tahun 2017 dan PT. Sekar Laut

Tbk (SKLT) tahun 2014 tersebut berbanding terbalik dengan nilai PBV yang

justru mengalami peningkatan.

Berdasarka lampiran 2 dan 4, pertumbuhan LDER dan PBV berfluktuasi.

Beberapa data menunjukkan bahwa LDER mengalami peningkatan, sedangkan

PBV mengalami penurunan. Begitupun sebaliknya terdapat LDER yang

mengalami penurunan, sedangkan PBV mengalami peningkatan. Akan tetapi

juga terdapat data yang menunjukkan bahwa LDER dan PBV secara bersama-

sama mengalami peningkatan. Begitupun sebaliknya, terdapat LDER dan PBV

yang secara bersama-sama mengalami penurunan. Data yang menunjukkan

hasil bahwa LDER dan PBV bersama-sama mengalami peningkatan dan

sebaliknya sebesar 35%. Maka berdasarkan data yang telah diolah dapat

disimpulkan bahwa besar kecilnya hutang yang dimiliki oleh perusahaan tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Dengan demikian hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Martin dan Duran (2012) yang mengatakan bahwa keputusan

pendanaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

4.4.3 Pengaruh Variabel Kebijakan Pembagian Dividen Terhadap Nilai

Perusahaan

Kebijakan pembagian dividen adalah suatu keputusan yang berhubungan

dengan penggunaan keuntungan yang menjadi hak para investor. Keuntungan

yang diperoleh perusahaan tersebut dapat dibagikan sebagai dividen atau

disimpan sebagai laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali (Husnan,

2013). Apabila suatu perusahaan lebih memilih untuk membagikan keuntungan


74

perusahaan sebagai dividen, maka hal tersebut akan menyebabkan

berkurangnya laba yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi jumah

sumber dana internal. Sebaliknya apabila keuntungan yang diperoleh suatu

perusahaan difungsikan sebagai laba ditahan, dapat berpengaruh pada

kemampuan pembentukan dana internal perusahaan yang akan semakin besar

(Ningsih dan Iin, 2012).

Dalam penelitian ini kebijakan pembagian deviden menggunakan

perhitungan Dividend Per Share (DPS). Berdasarkan data yang telah diolah,

diperoleh bahwa DPS memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap

nilai perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar 0.169 lebih besar dari 0,05.

Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel kebijakan pembagian

dividen mempunyai hubungan yang berlawanan arah dengan nilai perusahaan.

Hal ini menujukkan bahwa setip adanya kenaikan rasio Dividend Per Share maka

akan berpengaruh pada penurunan nilai perusahaan sebesar -1.425. semakin

sedikit pembagian deviden menunjukkan bahwa laba yang ditahan oleh

perusahaan semakin besar, sehingga hal itu tidak akan menarik minat sebagian

investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut, yang akan berdampak pada

turunnya nilai perusahaan. Dengan menahan laba dalam jumlah yang lebih

besar, maka dapat diartikan bahwa akan lebih sedikit dana yang tersedia untuk

pembagian dividen saat ini. Maka, hal utama dari kebijakan pembagian dividen

perusahaan yaitu menetapkan alokasi keuntungan yang tepat antara pembagian

dividen dengan penambahan laba ditahan perusahaan. Berdasarkan lampiran 3

dan 4 pada PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA) tahun 2016 nilai DPS sebesar 120

dan nilai PBV sebesar 3.95 dan pada tahun 2017 nilai DPS sebesar 180 dan nilai

PBV sebesar 3.21. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2017 DPS
75

mengalami peningkatan sebesar 50% dari tahun 2016, akan tetapi penurunan

PBV sebesar 19%. Pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) pada

tahun 2014 nilai DPS sebesar 190 dan nilai PBV sebesar 0.25 dan pada tahun

2015 nilai DPS sebesar 222 dan nilai PBV sebesar 0.24. Hal ini menunjukkan

bahwa pada tahun 2015 DPS mengalami peningkatan sebesar 17% dari tahun

2014, akan tetapi penurunan PBV sebesar 6%. Setiap kenaikan dividen yang

dibagikan kepada para investor tidak selalu diikuti dengan nilai perusahaan yang

juga meningkat.

Berdasarka lampiran 3 dan 4, pertumbuhan DPS dan PBV berfluktuasi.

Beberapa data menunjukkan bahwa DPS mengalami peningkatan, sedangkan

PBV mengalami penurunan. Begitupun sebaliknya terdapat DPS yang

mengalami penurunan, sedangkan PBV mengalami peningkatan. Akan tetapi

juga terdapat data menunjukkan bahwa DPS dan PBV secara bersama-sama

mengalami peningkatan. Begitupun sebaliknya, terdapat DPS dan PBV yang

secara bersama-sama mengalami penurunan. Data yang menunjukkan hasil

bahwa DPS dan PBV bersama-sama mengalami peningkatan dan sebaliknya

sebesar 55%. Maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan pembagian dividen tidak

mempengaruhi nilai perusahaan.

Dengan demikian, hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

Miller dan Modligiani yang menyatakan bahwa kebijakan pembagian dividen tidak

mempengaruhi nilai perusahaan karena menurut mereka rasio pembagian

dividen hanyalah rincian dan tidak mempengaruhi kesejahteraan pemegang

saham. Meningkatnya nilai dividen tidak selalu diikuti dengan meningkatnya nilai

perusahaan. Karena nilai perusahaan ditentukan hanya oleh kemampuan


76

perusahaan menghasilkan laba dari aset-aset perusahaan atau kebijakan

investasinya.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yuniarti (2010) dan Rehman (2016) yang menyatakan hasil bahwa kebijakan

pembagian dividen memiliki pengaruh positif signifikan terhadap nilai

perusahaan. Hasil yang tidak signifikan menandakan bahwa semakin kecil

membagikan dividen kepada pemegang saham akan memberikan pengaruh

yang negatif terhadap nilai perusahaan.

4.4.4 Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan

Pembagian Dividen Terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai sebesar 1.000 dengan nilai

signifikansi yang lebih besar dari 0,05 yaitu 0.412, hal tersebut menandakan

bahwa variabel independen tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel

dependen, sehingga variabel bebas yang terdiri dari Keputusan Investasi,

Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Pembagian Dividen tidak mampu

menjelaskan variabel terikat yaitu Nilai Perusahaan.

Dengan demikian, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Suroto (2015), dan Fenandar dan Surya (2012), yang

menunjukkan bahwa variabel Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan

Kebijakan Pembagian Dividen menunjukkan pengaruh secara simultan terhadap

Nilai Perusahaan. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengambilan

variabel Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Pembagian

Dividen tidak mempengaruhi Nilai Perusahaan. Berdasarkan nilai R2 pada

penelitian ini sebesar 0.125, berarti variabel Keputusan Investasi, Keputusan


77

Pendanaan, dan Kebijakan Pembagian Dividen hanya mempengaruhi Nilai

Perusahaan sebesar 12,5%. Sedangkan sisanya sebesar 87.5% dipengaruhi

oleh variabel lain. Berdasarkan penelitian terdahulu, yang mempengaruhi nilai

perusahaan secara simultan yaitu variabel keputusan risiko, tingkat suku bunga,

struktur modal, kebijakan hutang, dan profitabilitas.

Anda mungkin juga menyukai