BAB II
PT. Frisian Flag Indonesia pada mulanya bernama PT. Geo Wehry Indonesia,
yang didirikan pada tahun 1917, adalah salah satu perusahaan dagang yang terbesar
yang beroperasi di Indonesia sebelum perang dunia ke-II dan bergerak sebagai
distributor barang yang berasal dari pabrik ke konsumen. Pada saat itu kegiatan
perusahaan belum menunjukan hasil yang memuaskan karena pada saat itu Indonesia
Pada tahun 1969 nama PT. Geo Wehry Indonesia, dirubah menjadi PT.
Mexim yang masih melanjutkan usaha dari PT. Geo Wehry Indonesia. Tetapi oleh
karena beberapa hal, maka pada tanggal 13 Oktober 1972 nama dari PT. Mexim
dirubah lagi menjadi PT. Borsumij Wehry Indonesia (PT. BWI) dengan akte notaris
Subandi, SH.
perusahaan dalam negeri (PMDN) seperti Frisian Flag dan Formost Indonesia.
30
perusahaan (PMDN) seperti Formost Indonesia, Anker, A dan W Root, Pepsi, Coca
Cola, Adidas, dan lain sebagainya. Beberapa perusahaan multinasional dan nasional
sebagainya. 33
Pada tanggal 1 Juli 1995 berdiri PT. Teson Mulia sebagai distributor tunggal
susu bendera produksi PT. Frisian Flag Indonesia dan PT. Formost Indonesia.
PT. Tesori Mulia adalah ex Divisi Susu dari PT. Bersumij Wehry indonesia.
Pada tanggal 1 September 2003 sesuai akte Notanis Sucipto, SH., No. 28
tanggal 3 Juli 2003 perihal akte penggabungan dari PT. Tesori Mulia, PT. Frisian
Flag Indonesia dan PT. Formost Indonesia yang didahului dengan RUPS dari ketiga
badan usaha tersebut, maka disepakati untuk menggabungkan (merger) menjadi satu
badan usaha atas nama PT Frisian Flag Indonesia yang dinyatakan pada akte notaris
33
PT. Frisian Flag Indonesia Sebagai Pemimpin Pasar Dalam Industri Susu Di Indonesia,
Http://Mandiri4evercom.Blogspot.Com/2011/03/Manajemen-Pt-Frisian-Flag-Indonesia.Html, diakses
Pada Tanggal 15 Desember 2011.
tersebut di atas. PT. Frisian Flag Indonesia terdiri dari 7 cabang besar dan di setiap
propinsi dan kota besar terdapat cabang kecil, dimana kantor pusat PT. Frisian Flag
Indonesia terletak di .Jalan Bogor Km. 5 Cijantung Jakarta Timur dan salah satu
Kantor Cabangnya di Jalan SM. Raja KM 7.3 No. 117 Medan yang membawahi
wilayah Sumatera dan mendistribusikan satu jenis produk yaitu susu bendera.
bernutrisi bagi keluarga Indonesia, PT Frisian Flag Indonesia senantiasa taat pada
susu kemasan.
memproduksi dan memasarkan berbagai jenis produk termasuk susu bubuk, susu cair
siap minum dan susu kental manis. PT Frisian Flag Indonesia telah mengoperasikan
dua fasilitas produksi yang canggih di Pasar Rebo dan Ciracas, Jakarta Timur. Pabrik
di Pasar Rebo memproduksi susu bubuk dan pabrik di Ciracas memproduksi susu cair
serta susu kental manis. Proses produksi susu di PT Frisian Flag Indonesia
menggunakan teknologi mutakhir dan praktek sterilisasi terbaik dari awal hingga
akhir untuk menghindari kontaminasi dalam proses produksinya praktek ini yang
mengikuti standar sertifikasi produksi kelas dunia tertinggi untuk memastikan hasil
produksi yang berkualitas tinggi bagi konsumen. Seluruh proses “supply chain”,
mulai dari pembelian bahan baku sampai dengan distribusi produk akhir kepada
distributor dan grosir, diawasi oleh HACCP (Hazardous Analysis Critical Control
Point) dan sistem ISO 9001; 2000 dan sistem ISO 14000.
3. Kepegawaian
penjualan dan perwakilan di seluruh Indonesia, dan mempekerjakan lebih dari 1600
(reliable), berdedikasi tinggi (dedicated) dan selalu berusaha memberi yang terbaik
(execellence) senantiasa dipegang teguh di hati dan pikiran para karyawan agar terus
fokus pada tujuan dan mencapai yang terbaik. PT Frisian Flag Indonesia percaya
bahwa para karyawan adalah aset terbesar dan ingin tumbuh bersama dengan
4. Prestasi
penghargaan dari berbagai organisasi dan bangga akan apa yang telah di capai.
percaya kesuksesan ini akan menjadi motivasi untuk melakukan yang lebih baik lagi
di masa yang akan datang. Penghargaan-penghargaan yang telah diterima antara lain:
1). Penghargaan sebagai Penanam Modal Asing Terbaik Untuk Industri Skala
Indonesia.
Group
4). Indonesia Platinum Brand 2007 dari SWA Magazine & MARS
5). Indonesia Golden Brand Award 2005/2006 dari SWA Magazine & MARS
6). Indonesia Best Brand Award 2005 dari SWA Magazine & MARS
Dalam penelitian tesis ini menfokuskan pada kedudukan hukum para pihak
Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga sebagai salah satu Distributor yang ada di
Kota Medan.
Sesuai data yang di peroleh dari PT Frisian Flag Indonesia dengan Distributor
kerjasama dalam bidang pendistribusian atau penjualan produk susu yang berkualitas
PT. Permata Niaga adalah suatu perseroan terbatas yang dibentuk, didirikan
Deli Serdang, berkantor pusat di Jl. Platina No.2, KIM-I, Percut Sei Tuan, Deli
Serdang, dalam hal ini diwakili oleh Fadjar Halim, yang bertindak dalam
34
Penghargaan PT Frisian Flag Indonesia, http://www.frisianflag.com/id/penghargaan,
diakses pada tanggal 10 Desember 2011.
PT. Permata Niaga berdiri sejak tahun 1999, yang didirikan dihadapan
Soeparno, SH, Notaris di Medan, dengan akta tertanggal 12 Juni 1999, Nomor 37.
Maksud dan tujuan dari perseroan tersebut adalah bergerak dalam perdagangan
Sebagai modal dasar dari perseroan terbatas PT. Permata Niaga tersebut
adalah sebesar Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah), terbagi atas 1.000 (seribu
rupiah)
Pada awal berdirinya PT. Permata Niaga hanya memfokuskan pada distributor
peralatan dapur, makanan ringan (snack) dan permainan anak-anak. Namun dalam
perjalanan usahanya, untuk lebih mengembangkan potensi yang ada, maka pada
tahun 2007 PT. Permata Niaga melakukan kerjasama dengan PT Frisian Flag
Frisian Flag Indonesia dengan dilakukan penandatangan surat kontrak dagang antara
keduanya.
C. Hak dan Kewajiban PT. Frisian Flag Indonesia Sebagai Prinsipal Sesuai
Hukum Yang Berlaku
hubungan hukum dari suatu perikatan, yaitu dalam bentuk hak dan kewajiban.
Pemenuhan hak dan kewajiban inilah yang merupakan salah satu bentuk dari
pada akibat hukum suatu kontrak/perjanjian. Kemudian hak dan kewajiban ini
tidak lain adalah hubungan timbal balik dari para pihak, maksudnya adalah
kewajiban di pihak pertama merupakan hak bagi pihak kedua, begitu pun sebaliknya,
kewajiban dipihak kedua merupakan hak bagi pihak pertama. Dengan demikian
akibat hukum di sini tidak lain adalah pelaksanaan dari pada suatu kontrak/perjanjian
itu sendiri.35
Hak adalah wewenang yang diberikan hukum objektif kepada subjek hukum
Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi para pihak dalam suatu
kontrak. Prestasi pokok tersebut dapat berwujud: benda, tenaga atau keahlian, tidak
terbagi kepada tiga macam: menyerahkan sesuatu, berbuat sesuatu dan tidak berbuat
sesuatu.39
perjanjian suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang lain, atau dimana
dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu.40 Dalam perjanjian hal yang
35
Daeng Naja, Contract Drafting: Seri Keterampilan Merancang Kontrak Bisnis, Cet 2,
Bandung, Citra Aditya Bakti, 2006, hal. 21
36
Ade Didik Irawan, Pengantar Ilmu Hukum, http://www.mypulau.com/adedidikirawan/
blog/731632, diakses tanggal 20 Januari 2011.
37
Ibid.
38
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2010, hal. 68.
39
Pasal 1234 KUHPerdata
dengan PT. Permata Niaga telah mengatur mengenai hak dan kewajiban para pihak
perikatan itu paling banyak diterbitkan oleh suatu perjanjian disamping perikatan
lahir dari undang-undang, hak dan kewajiban timbul berdasarkan perjanjian, setiap
perjanjian berisi kewajiban pokok yang menjadi dasar perjanjian tersebut. Suatu
perjanjian harus menjadi perbuatan kedua belah pihak, tiap-tiap yang berjanji untuk
mematuhi prestasi kepada pihak lainnya harus memperoleh pula pemenuhan prestasi
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu dari pihak lain dan pihak
Sesuai dengan sistem terbuka yang dianut dalam hukum perjanjian, para pihak
bebas untuk membuat perjanjian sesuai dengan kehendak dan kepentingan masing-
untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan dalam perjanjian, tetapi juga untuk
segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan (diwajibkan) oleh kepatutan,
Dalam Pasal 1339 KUHPerdata tersebut, bahwa adat kebiasaan telah ditunjuk
sini, bila terdapat suatu adat kebiasaan yang berlainan atau menyimpang dari undang-
undang, meskipun sudah ada suatu adat kebiasaan yang menyimpang, masih tetap
41
Abdulkadir Muhammad, Op.cit, hal. 94.
42
Pasal 1339 KUHPerdata
berlaku dan barang siapa pada suatu hari menunjuk pada peraturan undang-undang
yurisprudensi suatu perkara terkenal antara seorang penyewa rumah dan pemilik
dengan apa yang ditentukan oleh Pasal 1393 KUHPerdata. Supaya uang sewa diantar
ke rumahnya. Memang, menurut pasal tersebut segala piutang yang berupa uang,
harus dibayar di rumah atau tempat tinggal si berpiutang (kreditur), dengan kata lain
menurut adat kebiasaan dimana-mana, uang sewa rumah itu ditagih atau dipungut di
Penyewa rumah tersebut di atas, yang juga memegang teguh pada peraturan
adat kebiasaan ini, membandel dan tidak suka mengantarkan uang sewa ke rumah
untuk si pemilik. Akhirnya, setelah uang sewa menunggak cukup banyak, si penyewa
tunggakan uang sewa kepada pemilik rumah. Tetapi ia oleh pengadilan juga dihukum
untuk membayar biaya perkara. Dengan kata lain, si penyewa itu dianggap salah dan
pemilik rumah dianggap pihak yang benar. Sebab menurut Hukum Acara
Perdata, biaya perkara itu selalu dibebankan kepada pihak yang dianggap oleh hakim
bersalah.
yang benar, sekalipun sudah ada suatu adat kebiasaan yang berlaku tetapi
atas, dapat ditetapkan bahwa ada tiga sumber norma yang ikut mengisi suatu
menimbulkan tanggung jawab hukum bagi para pihak yang terlibat dalam perjanjian
tersebut. Konsep tanggung jawab hukum merupakan bagian dari konsep kewajiban
hukum. “Kewajiban hukum berasal dari suatu norma trasendental yang mendasari
a. Contract Liability
Contract Liability atau pertanggungjawaban kontrak adalah tanggung jawab
perdata atas dasar perjanjian/kontrak dari pelaku usaha (baik barang maupun
jasa), atas kerugian yang dialami konsumen akibat mengkonsumsi barang
yang dihasilkan atau memanfaatkan jasa yang diberikan.
b. Product Liability
Product Liability atau tanggung jawab produk adalah tanggung jawab para
produsen untuk produk yang dibawanya ke dalam peredaran, yang
menimbulkan atau menyebabkan kerugian karena cacat yang melekat pada
produk tersebut.
c. Profesional Liability
Profesional Liability atau tanggung jawab profesional adalah tanggung jawab
hukum (legal liability) dalam hubungan dengan jasa profesional yang
diberikan kepada klien.
d. Criminal Liability
Criminal Liability adalah tanggung jawab pidana yang mengatur tentang
tindak atau perbuatan pidana dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen
43
Subekti, Op.cit, hal. 39-40.
44
Ibid, hal. 40-41.
45
Theo Huijbers, Op.cit., hal. 281.
Pasal 61, 62, dan Pasal 63, di mana maksimum sanksi pidananya penjara lima
tahun atau denda dua miliar.46
Klausul dari suatu perjanjian distributor yang sudah dibakukan antara lain
mengenai wilayah penjualan produk, produk yang didistribusikan, hak dan kewajiban
para pihak, pembatasan tanggung jawab distributor, potongan harga, dan syarat
pemberian jaminan.
Sementara yang menjadi hak dan kewajiban dari PT. Permata Niaga selaku
46
Johannes Gunawan dalam Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Tentang
Perlindungan Konsumen, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hal. 25.
tertulis terlebih dahulu dari PT. Frisian Flag Indonesia atas ketentuan-
ketentuan kontrak tersebut;
d. mengubah, mempengaruhi, memindahkan, menutup atau mencampuri
pemberian tanda atau plat nama atau tanda-tanda lain mengenai sumber
asal barang-barang yang dapat ditempatkan oleh PT. Frisian Flag Indonesia
atas produk;
e. membuat pernyataan palsu atau secara salah membawa PT. Frisian Flag
Indonesia atau produk dalam kegiatan promosi dan penjualan produk dan
tetap menjaga agar PT. Frisian Flag Indonesia tetap tergantikan atas segala
kerugian, klaim, kewajiban dan biaya yang dapat timbul atau diakibatkan
dari pernyataan tersebut.
distributor, terdapat beberapa larangan yang harus dipatuhi dalam penjualan produk.
Selain itu adanya kewajiban distributor dalam hal memenuhi target penjualan.
Apabila pihak distributor menjual barang yang dibeli untuk suatu maksud
atau keperluan lain dari tujuan penjualan yang seharusnya atau untuk tujuan lain yang
Contohnya, Distributor yang di tunjuk untuk menjual produk dari PT. Frisian Flag
Indonesia telah melanggar perjanjian kerjasama dagang menjual produk dari prinsipal
dapat dilakukan oleh prinsipal pada umumnya tertulis, sekalipun secara lisan tidak
ada larangan, tetapi pada saat ini hubumgan distributor dengan prinsipal biasanya
Pada dasarnya kerjasama dagang berawal dari perbedaan atau ketidak samaan
kerjasama dagang).
kerjasama dagang disiapkan oleh PT. Frisian Flag Indonesia dalam bentuk yang telah
ditetapkan (baku). Bentuk perjanjian baku tersebut merupakan konsep yang telah
dipersiapkan oleh kantor pusat, yang mana setiap perjanjian yang dibuat oleh
perwakilan PT. Frisian Flag Indonesia yang ada diseluruh Indonesia memakai
perjanjian baku tersebut, tanpa ada kesempatan pihak distributor untuk mengusulkan
PT. Permata Niaga sudah sah dan mengikat berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata
47
Felix Oentoeng Soebagijo, Beberapa Aspek Hukum Perjanjian Keagenan dan Distribusi,
dalam Hukum Ekonomi, Penyunting Soemantoro, U.I. Press, Jakarta, 1996, hal. 243
48
Wawancara dengan Dedi Hendarwan, Bisnis Area Manager Medan PT Frisian Flag
Indonesia, pada tanggal 20 Desember 2011.
umumnya adalah suatu perjanjian konsensual Artinya ia sudah sah dan mengikat pada
detik tercapainya sepakat mengenai unsur-unsur pokoknya yaitu barang dan harga. 49
perjanjian kerjasama dagang antara PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata
Niaga berarti kedua belah pihak telah menyetujui isi dan maksud perjanjian dan
demikian berlaku Pacta Sunt Servanda yaitu perjanjian tersebut mengikat kedua
berhubungan dengan akibat perjanjian dan tersimpul dalam kalimat “berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya” pada akhir Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata. Dengan demikian, perjanjian kerjasama dagang yang dibuat secara sah
oleh para pihak mengikat para pembuatnya sebagai undang-undang. Dari kalimat ini
pula tersimpul larangan bagi semua pihak termasuk di dalamnya “hakim” untuk
mencampuri isi perjanjian kerjasama dagang yang telah dibuat secara sah oleh para
pihak tersebut.
Oleh karenanya asas ini disebut juga asas kepastian hukum, Asas ini dapat
dagang lahir pada detik tercapainya kesepakatan atau persetujuan antara kedua belah
pihak mengenai hal-hal yang pokok dari apa yang menjadi obyek perjanjian. Sepakat
49
Subekti, Op.cit, hal. 40.
50
Try Widiyono, Aspek Hukum Operasionalisasi Produk Perbankan di Indonesia, Simpanan,
Jasa, Kredit, Ghalia Indonesia, Bogor, 2006, hal. 18.
adalah suatu persesuaian paham dan kehendak antara dua pihak tersebut. Apa yang di
kehendaki antara pihak yang satu, juga yang dikehendaki oleh pihak yang lain,
meskipun tidak sejurusan tetapi sacara timbal-balik. Kedua kehendak itu bertemu satu
sama lain.
PT. Permata Niaga di samping telah sepakat dan disetujui kedua belah pihak juga
dibuat dengan tertulis dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak yakni sifatnya
wawancara penulis dengan informan Bayu Staff Administrasi PT. Permata Niaga
sampai sejauh ini perjanjian kerjasama dagang antara PT. Frisian Flag Indonesia dan
PT. Permata Niaga belum pernah dilakukan dengan akta Notaris, alasannya apabila
memakai jasa Notaris akan ada penambahan biaya yang harus dikeluarkan oleh
PT Frisian Flag Indonesia dengan PT. Permata Niaga, sebagaimana yang dimaksud
Pasal 4
Wilayah
51
Wawancara dengan Dedi Hendarwan, Bisnis Area Manager Medan PT Frisian Flag
Indonesia, pada tanggal 11 Nopember 2011.
Pasal 5
Harga
1. PT Frisian Flag Indonesia akan menjual produk kepada distributor pada harga
sebagaimana yang telah diatur dalam perjanjian ini yang akan disusun dan
diperbaharui oleh PT Frisian Flag Indonesia dari waktu ke waktu (“Daftar
Harga”).
2. PT Frisian Flag Indonesia akan memberikan kepada distributor pedoman
harga jual produk yang direkomendasikan (“Usulan Harga Jual”) dari waktu
kewaktu sebagaimana diatur dalam perjanjian ini, dan distributor akan
menggunakan usulan harga jual tersebut sebagai pedoman untuk menentukan
harga jual atas produk.
3. PT Frisian Flag Indonesia dari waktu ke waktu dapat menambah atau
mengubah usulan harha jual dengan memperhitungkan fluktuasi pada unsur
biaya di pasar-pasar lokal domestik dan variasi mata uang.
Berdasarkan pasal-pasal dalam perjanjian kerjasama tersebut diatas, maka
dapat dilihat kedudukan hukum PT. Permata Niaga tidak dalam posisi
penjualan produk untuk wilayah yang telah ditentukan sebelumnya yaitu khusus
untuk wilayah Kota Medan dan selain itu pihak distributor tidak dapat menentukan
harga jual karena telah ditentukan sebelumnya oleh pihak PT. Frisian Flag Indonesia
Klausul lain dalam perjanjian kerjasama dagang antara PT. Frisian Flag
Indonesia dengan PT. Permata Niaga yang tidak memihak untuk kepentingan
distributor dan pada akhirnya dirasakan sangat memberatkan pihak distributor, yaitu
adanya klausul mengenai pengalihan hak dan tanggung jawab kepada distiributor
apabila terjadi kerusakan yang timbul pada produk selama maupun akibat proses
bongkar muat barang pengiriman. Pengalihan hak dan tanggung jawab tersebut
Pasal 7 ayat 4
Distributor bertanggung jawab untuk melakukan bongkar muat atas produk dari
kendaraan-kendaraan pengiriman pengangkut. Segala kerusakan yang timbul pada
produk selama dan akibat proses bongkar muat tersebut merupakan tanggung
jawab penuh distributor.
Ayat 6
PT Frisian Flag Indonesia tidak bertanggung jawab atas produk yang rusak
atau cacat, yang tidak dilaporkan kepada PT Frisian Flag Indonesia dan
disetujui oleh pengangkutan sesuai dengan ketentuan Pasal 4 perjanjian ini.
Dengan ketentuan tersedianya laporan tersebut, hak dan risiko produk tersebut
dianggap telah dialihkan kepada distributor pada saat produk telah diterima oleh
distributor.
Adanya klausul berat sebelah ini yaitu mengenai pengalihan hak dan tanggung
jawab kepada distiributor apabila terjadi kerusakan yang timbul pada produk selama
maupun akibat proses bongkar muat barang pengiriman, maka dapat dikatakan
bahwa kedudukan distributor dalam perjanjian kerjasama tersebut dalam posisi yang
lemah dan tidak memiliki posisi tawar yang baik dalam perjanjian kerjasama yang
dibuat.
Bagaimanapun juga perjanjian baku hanya dapat digunakan jika tidak dilarang
oleh undang-undang dan tidak bertentangan dengan kesusilaan, dan jika terjadi
sengketa mengenai tanggung jawab tersebut, terhadap pihak yang dirugikan dapat
yang ditetapkan pengusaha itu adalah layak, tidak dilarang oleh undang-undang, dan