Anda di halaman 1dari 6

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

Rendahnya Partisipasi Pendidikan Di Desa Sidodadi Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Oleh :

SYAFRIYADI 0916011057

Problem Pendidikan Di Desa Sidodadi Desa Sidodadi adalah salah satu desa yang ada di Kecamatan Padang Cermin yang termasuk dalam Kabupaten Pesawaran ,Luas Desa Sidodadi adalah 1.400 Ha,daerah Desa Sisodadi berupa tanah datar,penggunugan,dan laut. Jarak dengan ibukota Provinsi Lampung yaitu Bandar Lampung maka untuk menjangkau Desa Sidodadi melalui jalan darat dengan menggunkan kendaraan pribadi dengan motor dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 35 Menit,sementara apabila menggunakan angkutan umum memerlukan waktu tempuh kurang lebih satu jam dengan ongkos pulang pergi Rp15.000/Orang buat umum,untuk menggunakan angkutan umum untuk mencapai Desa Sidodadi maka diperlukan dua kali ganti angkutan umum. Jumlah penduduk Sidodadi secara keseluruhan adalah 2968 Jiwa ,dengan komposisi berdasarkan jenis kelamin Laki-laki berjumlah 1477 jiwa dan Perempuan berjumlah 1491 Jiwa. Bila membicarakan persoalan pendidikan di Desa Sidodadi maka partisipasi pendidikan di Desa ini bisa dikatakan juga masih rendah,hal tersebut bisa kitalihat melalui data kuantitatif di bawah ini : Tingkat Pendidikan Tidak Tamat SD Tamat SD-SMP Tamat SMA Ak/PT Jumlah 105 235 139 4

Data tersebut diatas sudah menunjukan bahwa ada hal yang salah dalam dunia pendidikan Di Sidodadi sehingga Desa Sidodadi bisa dikatakan tingkat partisipasi penduduknya masih rendah dalam bindang pendidikan hal ini karna kurangnya fasilitas pendidikan Di Sidodadi karna untuk diketahui bahwa Di Desa Sidodadi hanya memiliki 1 SD , 2 PAUD dan Pendidikan Non Formal 3 buah,sementara untuk warga yang ingin melanjutkan pendidikannya pada tingkat SMP dan SMA maka harus menuju Desa Hanura selaku desa tetangga yang terdapat SMP-SMA dengan menempuh jarak kurang lebih 3 Km dan waktu 10-30 menit dengan angkutan umum terlebih

untuk melanjutkan ke perguruan tinggi maka harus menuju ke ibukota Provinsi Lampung yakni Bandar Lampung ,yang seperti telah diunggkapkan diatas bahwa untuk menuju ke Bandar Lampung dapat ditempuh dengan waktu kurang lebih 35 Menit,sementara apabila menggunakan angkutan umum memerlukan waktu tempuh kurang lebih satu jam dengan ongkos pulang pergi Rp15.000/Orang,hal itu terasa cukup memberatkan bagi warga Sidodadi karna rata-rata mereka bekerja sebagai buruh dan hal itu diperparah oleh inflansi biaya pendidikan tiap tahunnya yang minimal 10% tiap tahunnya. Pendidikan Dalam Pembangunan Seperti kita ketahui bahwa pendidikan berperan penting dalam pembangunan karna untuk mengukur keberhasilan pembangunan suatu Negara maka dilihat dari HDI (Human Devopment Index) atau IPM(Indeks Pembangunan Manusia) untuk melihatnya bisa kita lihat melaului pendidikan warganya. Pendidikan adalah salah satu cara memberdayakan masyarakat dan salah satu cara pembangunan yang berpusat pada manusia ,karna begitu sadarnya pemerintah bahwa permasalahan pendidikan adalah hal yang utama ,maka pemerintah menggelontorkan dana pada Kementrian dan Kebudayaan sebesar Rp.286,6 trilliun pada tahun 2012 yang sebelumnya pada tahun 2011 hanya berjumlah Rp.266,9 trilliun ini atau sekitar 20% dari APBN ,dan dari dana tersebut sekitar 10% dipergunakan untuk perbaikan dan pembangunan fisik sarana pendidikan. Karna sekarang telah diberlakukan otonomi daerah maka dana pendidikan tersebut dikelola oleh Dinas Pendidikan di kabupaten atau kota di bawah pemda masing-masing provinsi sehingga daerah tau provinsi bertanggung jawab membiayai sektor pendididikan dengan APBD-nya dan pemerintah juga pada tahun 2011 lalu juga mengarkan dana BOS sebesar Rp.27,67 trilliun yang mengalami kenaikan dari Rp.16,6 triliun. Jika membicarakan Sidodadi,sebenarnya Desa Sidodadi juga telah mendapatkan bantuan BOS untuk sekolah mereka satu-satunya akan tetapi untuk program WAJAR 9 sebagai upaya pemerintah untuk menaikkan idenks pembangunan manusia melalui pendidikan sepertinya program tersebut belum menyentuh warga Desa Sidodadi karna seperti telah dikemukakan diatas bahwa Sidodadi hanya memiliki satu sekolah yakni hanya satu sekolah dasar,sehingga untuk meningkatkan partisipasi pendidikan Desa Sidodadi maka diperlukan pembangunan secara fisik

sekolah ,baik untuk tingkat yang lebih tinggi,karna dari pemaparan saya diatas dapat disimpulkan bahwa dampak dari rendahnya partisipasi penduduk terhadap pendidikan secara nasional ,karna untuk diketahui bahwa di Indonesia hanya 56% saja partisipasi pendidikan lanjutan untuk tingkat SD-SMP,sehingga dari 56% tersebut Desa Sidodadi turut andil di dalamnya ,sedangkan untukwarga desa tersebut sendiri karna tidak mengenyam pendidikan yang tinggi maka mereka hanya bisa bekeja pada sektor informal ,buruh tani bagi yang pria atau pembantu rumah tangga yang bekerja di Bandar Lampung untuk yang wanita. Pembangunan Sosial Model Kebutuhan Dasar Pendidikan dalam pembangunan merupakan indicator nonekonomi yang digunakan dalam memaknai pembagunan,seperti yang telah saya katakan diatas bahwa IPM dilihat salah satunya dari factor pendidikan,dan pendidikan menurut teori pembangunan merupakan upaya untuk memecahan kemskinan,untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan di Sidodadi maka diperlukan solusi praktis dan solusi strategis sebagai berikut : Solusi Praktis : Solusi praktis adalah solusi atau langkah nyata yang dapat dilihat atas penyelesaian suatu masalah. 1. Dikarnakan Di Desa Sidodadi mengalami keterbatasan jumlah sekolah maka upaya utama untuk meningkatkan partisipasi penduduknya dalam bidang pendidikan sehingga mendorong kenaikkan IPM maka diperlukan pembangunan dengan model pertumbuhan dasar yakni sekolah. Untuk membangun sekolah di Desa Sidodadi ini maka seperti juga yang telah saya paparkan diatas bahwa anggaran dana pendidikan yang bersumber dari APBN dikelola oleh Pemda dalam hal ini berat apabila akan dibangun sekolah Di Sidodadi untuk meningkatkan IPM maka dalam hal yang bertaggung jawab adalah pemerintah Kabupaten Pesawaran. Untuk membangun sektor pendidikan di Desa Sidodadi harus tetap memperhatikan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UU Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional No 25 tahun 2004,maksudnya adalah seperti dalam pembangunan di sektor manapun

maka harus memiliki perencanaan yang matang dan memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan yakni : Kebersamaan Berkeadilan Berkelajutan Berwawasan Lingkungan Kemandirian dan berwawasan lingkungan Selain memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan dalam UU SPPN No 25 Tahun 2005 ,dalam pembanggunan sektor pendidikan secara fisik yakni pembangunan sekolah Di Sidodadi ,menenurut saya pendakatan yang sesuai dengan hal ini adalah pendekatan partisifatip dan pendekatan bottom-up dimana dalam pendekatan ini ide pembangunan berasal dari pemerintah lalu dikenalkan kepada masyarakat sehingga diharapkan masyarakat Sidodadi dapat berpatisipasi baik itu dalam memberikan informasi yang berkaitan tentang isu-isu di lapangan maupun masyarakat karna sejatinya masyrakat mengetahui apa yang mereka butuhkan selain itu masyarakat juga membatu dalam halhal lain yang ada dalam fungsi manajemen misalkan pengawasan agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pembagunan sekolah tersebut. 2. Solusi praktis yang kedua adalah dengan cara melakukan melakukan semacam pemetaan maupun semacam survey mengenai apakah program pembangunan sekolah baru di Sidodadi mampu meningkatakan partisipasi pendidikan atau tidak atau melalui wawancara struktur kita bisa mengetahui bagaiamana pendapat atau tanggapan masyrakat melalui program tersebut. Solusi Strategis Solusi strategis adalah solusi yang bertujuan untuk bagaimana cara yang ditempuh untuk menyelesaikan suatu permasalahan,solusi yang dimaksud adalah bukan diwujudkan dalam bentuk bentuk fisik tapi lebih ke caranya. Untuk permasalahan rendahnya partisipasi pendidikan Desa Sidodadi solusi strategis untuk permasalahan tersebut adalah :

Dari sudut pandang sosiologi maka menurut Saya hal utama adalah karna pengaruh lingkungan dan pola pikir masyarakat Desa Sidodadi tersebut,maksudnya adalah selain sekolah yang jauh dari tempat tinggal mereka ,juga banyak warga tersebut yang tidak sekolah sehingga membuat warga lainnya bila sesorang yang tidak sekolah dinilai suatu kewajaran ditambah pula masalah utama tersebut yakni sekolah jauh,selain itu anak-anak usia sekolah disana lebih memilih untuk bekerja di sektor informal seperti buruh tani bagi pria dan pembantu rumah tangga di kota bagi wanita untuk meningkatan ekonomi keluarga mereka sehingga sekolah menjadi hal yang tidak penting bagi mereka. Solusi strategis untuk permasalahan tersebut adalah dengan cara melakukan sosialisasi tentang pendidikan,atau pameran pendidikan dib alai desa dengan media Musyawarah Antar Dusun (MAD).

Anda mungkin juga menyukai