MAKALAH
Disusun Oleh:
KELAS C
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pusat
Pertanggungajawaban : Pusat Pendapatan dan Pusat Beban” ini tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah ini berdasarkan atas materi “Sistem Pengendalian Manajemen” dengan
pokok materi yang akan dibahas mengenai “Pusat Pertanggungjawaban - Pusat Pendapatan dan Beban”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen Sitti Nurnaluri,
SE., M.Si pada mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang pusat biaya dan pusat pendapatan pada suatu perusahaan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami
susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
ii
2.7.4. Solusi dari masalah ............................................................................................................. 13
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................... 14
3.1. Kesimpulan ................................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pusat pertanggungjawaban menerima masukan atau input, dalam bentuk bahan baku,
tenaga kerja dan jasa. Dengan menggunakan modal kerja (contohnya persediaan dan
piutang), peralatan, perlengkapan pabrik dan aset lainnya, pusat pertanggungjawaban
melakukan kegiatan untuk mengubah input menjadi output baik dalam bentuk barang
atau jasa. Hasil atau output tersebut kemudian diserahkan ke pusat pertanggungjawaban
yang lain (sebagai input pusat pertanggungjawaban yang bersangkutan) atau pusat
pertanggungjawaban melemparnya ke pasar sebagai output organisasi secara
keseluruhan.
2
2.1.3. Hubungan Antara Input Dan Output
Manajemen memiliki tanggung jawab untuk mengoptimalisasi hubungan antara input
dan output. Pada beberapa pusat tanggung jawab input dan output bersifat timbal balik
dan langsung, contohnya pada departemen produksi, inputnya dalam bentuk bahan baku
masih dapat dilihat pada produk jadi. Pengendalian difokuskan pada bagaimana
memanfaatkan input minimal untuk menghasilkan output yang diinginkan yaitu sesuai
dengan ketentuan dan standar kualitas yang ditetapkan pada waktu dan kuantitas seperti
yang diinginkan. Pada beberapa kondisi, input tidak berkaitan langsung dengan output.
Misalnya, biaya promosi yang dikeluarkan untuk meningkatkan pendapatan, akan tetapi
peningkatan penjualan dipengaruhi beberapa faktor selain promosi, hubungan antara
peningkatan biaya promosi dengan peningkatan pendapatan sulit dijelaskan. Pada
kegiatan penelitian dan pengembangan, hubungan antara input dan output lebih sulit lagi
dijelaskan, hasil dari kegiatan penelitian mungkin tidak nampak pada beberapa tahun dan
jumlah biaya optimum untuk kegiatan penelitian sulit ditetapkan.
3
Efektivitas ditentukan oleh hubungan antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat
pertanggungjawaban dengan tujuan jangka pendeknya (objectives). Semakin besar output
yang dikontribusikan terhadap tujuan yang ditetapkan, maka semakin efektiflah unit
tersebut. Secara ringkas, suatu pusat pertanggungjawaban akan bersifat efisien jika
melakukan sesuatu dengan tepat, dan akan bersifat efektif jika melakukan hal-hal yang
tepat.
Pusat Pendapatan
4
Pusat Laba
Pusat Investasi
Pada Pusat pendapatan, output diukur dalam satuan moneter, pada pusat biaya input
yang diukur dalam satuan moneter, pada pusat laba input dan outputnya diukur dalam
satuan moneter dan pada pusat investasi, pengukuran dilakukan pada hubungan ntara laba
daan investasi yang digunakan. Setiap jenis pusat pertanggungjawaban memerlukan
system perencanaan dan pengendalian yang berbeda.
5
Jumlah input yang digunakan untuk menghasilkan satu unit output dapat
ditentukan secara optimum.
Pusat biaya teknik umumnya terdapat pada kegiatan produksi. Pada pusat biaya
teknik, pengukuran biaya dilakukan dengan menetapkan hasil perkalian antara output
yang dihasilkan dengan biaya standar perunit. Selisih antara biaya standar dengan biaya
sesungguhnya menunjukkan tingkat efisiensi pusat biaya teknik. Meskipun demikian,
pusat biaya teknik pengukuran kinerjanya tidak hanya dilihat dari biayanya saja tetapi
juga bertanggung jawab terhadap kualitas dan volume produk yang dihasilkan. Sehingga
biaya produksi tidak ditujukan untuk diminimumkan dengan mengabaikan kualitas.
Incremental Budgeting
Model ini menggunakan biaya kebijakan yang terjadi pada saat ini digunakan
sebagai dasar untuk membuat anggaran tahun berikutnya. Jumlah anggaran
disesuaikan dengan tingkat inflasi, antisipasi perubahan beban kerja untuk kegiatan
yang berkelanjutan, kegiatan tertentu, dan apabila diperoleh data, dapat digunakan
6
untuk kegiatan sejenis yang biayanya dapat diperbandingan. Incremental budgeting
mempunyai dua kelemahan yaitu: 1) Biaya kebijakan pada saat ini diterima begitu
saja tanpa pengujian untuk proses pembuatan anggaran. 2) Pada umumnya manajer
pada pusat biaya kebijakan mempunyai kecenderungan meningkatkan pelayanannya,
sehingga meminta tambahan sumberdaya yang mengakibatkan anggaran biaya
kebijakan selalu meningkat.
Zero Base Review adalah pendekatan alternatif yaitu dengan melakukan review
anggaran biaya kebijakan minimal lima tahun sekali. Berbeda dengan incremental
budgeting, pada pendekatan ini anggaran di review dari awal, yaitu dengan menguji
apakan sumberdaya yang digunakan memang diperlukan pada pusat biaya. Pada
analisa ini menetapkan dasar yang baru, dimana anggaran tahunan diupayakan pada
biaya yang layak sampai pada review berikutnya. Berikut ini adalah pertanyaan dasar
yang dilakukan pada analisa Zero Base:
Informasi dari sumber lain, misalnya pusat biaya yang sejenis atau dari luar
organisasi dapat digunakan sebagai bahan perbandingan. Zero base Review
membutuhkan waktu yang panjang, dan juga membuat trauma manajer yang
kegiatannya di review. Selain itu manajer tidak selalu melakukan yang terbaik dalam
memenuhi anggaran, tetapi juga mencegah terjadinya kegiatan yang kurang
menyenangkan karena adanya Zero Base Review.
2. Variabilitas Biaya
Tidak seperti pada biaya teknik, yang besarnya dipengaruhi perubahan volume,
biaya kebijakan tidak berfluktuasi dalam jangka pendek. Manajemen akan menyetujui
perubahan biaya untuk mengantisipasai perubahan volume penjualan, misalnya
mengijinkan penambahan karyawan apabila volume kegiatan cenderung meningkat
7
4. Pengukuran Kinerja
Tugas utama manajer biaya kebijakan adalah menetapkan bagaimana output yang
diinginkan. Pengeluaran yang dilakukan sesuai dengan anggaran adalah yang
seharusnya dilakukan, apabila lebih besar dari anggaran berarti ada yang perlu diuji,
sedangkan apabila lebih kecil dari anggaran berarti ada kegiatan yang tidak
dilakukan. Kinerja manajernya tidak dinilai dari efisiensinya. Tetapi pengendaliannya
ditekankan pada pengukuran kinerja non financial. Misalnya kualitas jasa yang dilihat
dari kepuasan pengguna jasa.
Penyusunan Anggaran
Usulan anggaran dari pusat administrasi terdiri dari komponen berikut ini:
8
2.5. Pusat Penelitian Dan Pengembangan
2.5.1. Masalah Pengendalian
1. Kesulitan menghubungkan hasil dengan input
Pada pusat penelitian sulit mengukur hasilnya secara kuantitatif. Tetapi berbeda
dengan pusat administrasi, pada pusat penelitian, hasilnya paling tidak dalam bentuk
output yang tidak berwujud seperti, paten, produk baru, proses produksi baru, tetapi
hubungan input dan outputnya sulit ditetapkan secara tahunan, karena waktu yang
diperlukan dalam kegiatan penelitian sangat bervariasi.
2. Kesulitan untuk mencapai goal congruence
Sama seperti pada pusat administrasi. Manajer penelitian menginginkan
melakukan penelitian yang terbaik yang mungkin cukup mahal bagi organisasi. Selain
itu mungkin karyawan dibagian penelitian tidak cukup kemampuannya untuk
melakukan penelitian yang optimum sesuai dengan kebutuhan organisasi.
9
1. Perbandingan antara peramalan terakhir (forecast) dari total biaya dengan jumlah
yang disetujui pada setiap projek, untuk menentukan apakah diperlukan adanya
perubahan pada setiap projek yang dilakukan.
2. Perbandingan antara anggaran biaya dengan biaya sesungguhnya, untuk
meyakinkan bahwa biaya yang terjadi sesuai dengan yang disepakati.
Dari laporan tersebut, tujuan utamanya adalah untuk menilai efektifitas kegiatan
penelitian.
10
2.7. Ilustrasi Kasus
2.7.1. Konteks Kasus
Bank Rakyat Indonesia adalah sebuah perusahaan perbangkan milik Negara yang
terbesar di Indonesia berdiri pada tahun 1895, pendapatan Bank Rakyat Indonesia dari
nasabah telah mengalami kenaikan yang sangat pesat karena kehadiran inovasi-inovasi
baru yang mereka berikan kepada para nasabah, Tahun 2014 mereka meraup Laba
sebesar (24 Triliun), 2015 (25 triliun), 2016 (25,8 Triliun), 2017 (13,4 Triliun)
www.irbri.com. Kenaikan Laba yang sangat pesat ini berkaitan dengan meningkatnya
pertanggungjawaban manajer dalam megelola keuangan secara baik untuk kelangsungan
perusahaan. Dengan kenaikan pada sisi penerimaan tersebut, upaya yang ada dipusatkan
untuk pertanggungjawaban dalam pelaporan di segala aspek, serta peningkatan
pengendalian untuk mengelola sisi biaya secara ketat demi kelangsungan hidup
perusahaan, maka sebaiknya perlu dilakukan pengendalian terhadap biaya-biaya yang
akan dikeluarkan dan mengurangi biaya biaya yang tidak efektif dalam kegiatannya.
Perusahaan perlu menerapkan akuntansi pertanggungjawaban guna menunjang
pengendalian biaya. Semakin baik penerapan akuntansi pertanggungjawaban pada
perusahaan maka akan semakin baik pengendalian biaya, sedangkan pengendalian
biaya yang baik akan memudahkan penerapan akuntansi pertanggungjawaban dalam
perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai, (Adharawati, 2010). Dengan
adanya akuntansi pertanggungjawaban, pimpinan dapat mendelegasikan wewenang dan
tanggung jawab ke tingkat pimpinan di bawahnya dengan lebih efisien tanpa memantau
secara langsung seluruh kegiatan perusahaan. Akuntansi pertanggungjawaban juga perlu
dievaluasi agar berlangsung dengan baik sehingga manajemen dapat dengan mudah
menghubungkan biaya yang timbul dengan manajer pusat pertanggungjawaban yang
bertanggung jawab (Adharawati,2010).
Mendorong perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan. Biaya dalam sistem
akuntansi pertanggung jawaban dihubungkan dengan manajer yang memiliki wewenang
untuk mengkonsumsi sumber daya. Karena sumber daya yang digunakan harus
dinyatakan dalam satuan uang dan itu merupakan biaya, maka sistem akuntansi
pertanggungjawaban merupakan satu metode pengendali biaya yang memungkinkan
manajemen untuk melakukan pengelolaan biaya. (Adharawati,2010).
Salah satu fasilitas yang di berikan PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Ampera
Merauke kepada masyarakat yaitu fasilitas kredit dimana seorang debitur melakukan
perjanjian kredit ritel untuk modal usaha terhadap pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Unit
Ampera Merauke dengan jaminan sertifikat rumah dan telah dilakukan pengecekan pada
objek jaminan tersebut. Dalam masa pengasuran, debitur mengalami kendala dalam
melakukan pembayaran bunga kredit. Masalah debitur tersebut menjadi kredit macet
sehingga pihak PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Ampera Merauke melakukan penyitaan
terhadap jaminan debitur tersebut. Pada saat pemasangan plang penyitaan objek jaminan
yang menjadi jaminan tersebut objeknya tidak sesuai dengan jaminan yang diberikan
11
debitur kepada pihak Bank. Dimana yang menjadi jaminan hak tanggungan berbeda
dengan objek yang berada di lokasi.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas dan melihat pentingnya pengendalian
akuntansi pertanggung jawaban dalam aspek kinerja manajerial dalam mengatur
perusahaan sehingga tidak menimbulkan penumpukuan biaya yang terjadi di Bank
Rakyat Indonesia Unit Ampera Merauke, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai, “Penerapan Akuntansi Pertanggungjawaban sebagai Alat penilaian
kinerja pusat biaya pada PT Bank Rakyat Indonesia Unit Ampera Merauke (Studi Kasus
pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Ampera Merauke).
Kebijakan PT. Bank RJakyat Indoesia Merauke Unit Ampera Merauke yang berhubungan
dengan Biaya
Penilaian Kinerja Manager Pusat Biaya PT. Bank Rakyat Indonesia Merauke Unit Ampera
Penilaian kinerja perusahaan dilakukan untuk mengevaluasi rencana kerja yang telah
ditetapkan perusahaan selama satu tahun. Setiap bulan, perusahaan melakukan evaluasi terhadap
kinerja pusat biaya pada bagian accounting, dan untuk penilaian kinerja perusahaan ini dilakukan
pada saat pencapaian target perusahaan sudah tercapai, sedangkan penilaian kinerja pada bagian
teller dan CS ( customer services ) dinilai langsung dari pusat Bank Rakyat Indonesia sesuai
standar pelayanan. Tujuan adanya penilaian kinerja dalam perusahaan ini adalah untuk
mendorong perilaku kerja yang baik dan para karyawan perusahaan melalui suatu proses kerja
yang terprogram sehingga dapat meningkatkan nilai tambah perusahaan untuk ke depannya.
Perusahaan menjadikan anggaran sebagai standar untuk menilai kinerja pusat biaya.
Penilaian kinerja pusat biaya dilakukan berdasarkan perbandingan antara realisasi biaya dengan
anggaran biaya yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Untuk memotivasi para karyawan serta
12
bagian pemasaran PT Bank Rakyat Indonesia Unit Ampera Merauke menetapkan suatu
kebijakan pemberian Reward atau punishment, Reward diberikan berupa bonus uang atau
kenaikan jabatan. Sedangkan punishment yang diberikan berupa
Akuntansi Pertanggungjawaban
PT Bank Rakyat Indonesia Unit Ampera Merauke telah melaksanakan pencatatan dan
otorisasi untuk pengeluaran biaya yang memadai, hal ini terlihat:
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Maka dapat disimpulkan bahwa, pusat tanggung jawab merupakan organisasi
yang di pimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap aktivitas yang di
lakukan. Pada hakikatnya, perusahaan merupakan sekumpulan pusat-pusat tanggung
jawab, yang masing-masing di wakili oleh sebuah kotak dalam bagan organisasi pusat-
pusat tanggung jawab tersebut kemudian membentuk suatu hierarki. Pada tingkatan
terendah adalah pusat untuk seksi-seksi, pergeseran kerja (workshift) dan unit organisasi
kecil lainnya.departemen bisnis yang memiliki beberapa unit organisasi yang lebih kecil
menduduki posisi yang lebih tinggi dalam hierarki.
Ada empat jenis pusat tanggung jawab, digolongkan menurut sifat input dan atau
output moneter yang diukur untuk tujuan pengendalian : pusat pendapatan, pusat beban,
pusat laba, dan pusat investasi. Masing-masing pusat tanggungjawab tersebut
membutuhkan perencanaan dan sistem pengendalian yang berbeda. Ditinjau dari ringkas
perencanaan dan teknik-teknik pengendalian yang digunakan di pusat pendapatan, dan
kemudian beralih ke diskusi yang lebih luas mengenai teknik-teknik yang digunakan
dalam pusat beban.
14
DAFTAR PUSTAKA
Syahputra, Heri Enjang. 2019. Modul Pengendalian Manajemen. Universitas Sari Mutiara
Indonesia: MEDAN
Setiana, Rani. Dkk, 2020. Pusat Pertanggungjawaban : Pusat Biaya dan Pusat Pendapatan
(Jurnal)
15