Anda di halaman 1dari 14

Tugas Kelompok 3

Etika Bisnis
Prinsip Prinsip Etika Bisnis

Oleh:

Putu Ngurah Budiasa (21011041)


Dewa Komang Sudarsana (21011050)
Putu Agus Putra Swandana (21011051)
Putu Ery Perdiana (21011052)
Kadek Agus Widya Barata (21011057)

Dosen Pengampu : Riana Dewi Kartika , SE., MM.

YAYASAN RATYNI GORDA


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SATYA
DHARMA SINGARAJA

School of Economics with Spiritual Insight

2022/2023

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan
laporan makalah Etika Bisnis “Prinsip-Prinsip Etika Bisnis” Laporan makalah ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Etika Bisnis yang mana merupakan tugas Kelompok dari salah
satu komponen yang harus dipenuhi pada perkuliahan semester III di Universitas STIE Satya Dharma
Singaraja.
Penyusun menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan
Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penyusun
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penyusun telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh
karenanya, tim penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan
usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Singaraja, 18 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. i


DAFATR ISI ............................................................................................................................................ ii
BAB I ..................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ....................................................................................................................................... 3
2.1 Prinsip dalam Berbisnis ............................................................................................................... 3
2.1.1 Prinsip Otonomi ................................................................................................................... 3
2.1.2 Prinsip kejujuran .................................................................................................................. 4
2.1.3 Prinsip Keadilan ................................................................................................................... 4
2.1.4 Prinsip Saling Menguntungkan ............................................................................................ 5
2.1.5 Prinsip Integritas Moral ........................................................................................................ 5
BAB III ................................................................................................................................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 19
3.2 Saran ......................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagian besar orang beranggapan bahwa dalam menjalankan bisnis seorang pebisnis
tidak perlu mengindahkan aturan-aturan, prinsip-prinsip serta nilai moral yang berlaku dalam
bisnis karena bisnis merupakan suatu persaingan, sehingga pelaku bisnis harus memfokuskan
diri untuk berusaha dengan berbagai macam cara dan upaya agar bisa menang dalam
persaingan bisnis yang ketat.

Dalam bisnis terdapat aturan yang penuh dengan persaingan dan tentunya aturan-aturan
tersebut berbeda dengan aturan moral dan sosial yang biasa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Seorang pebisnis yang ingin mematuhi atau menerapkan aturan moral atau etika
akan berada pada posisi yang tidak menguntungkan.

Namun, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar karena ternyata beberapa perusahaan
dapat berhasil karena memegang teguh kode etis dan komitmen moral tertentu. Bisnis
merupakan aktivitas yang penting dari masyarakat, sehingga norma dan nilai moral yang
dianggap baik dan berlaku di masyarakat dibawa dan diterapkan ke dalam kegiatan bisnis.

Sebuah perusahaan yang unggul sebaiknya tidak hanya tergantung pada kinerja yang
baik, pengaturan manejerial dan financial yang baik , keunggulan teknologi yang dimiliki,
sarana dan prasarana yang dimiliki melainkan juga harus didasari dengan etis dan etos bisnis
yang baik. Dengan memperhatikan etos dan etis bisnis yang baik maka kepercayaan
konsumen terhadap perusahaan tetap terjaga. Hal ini tentunya membantu perusahaan dalam
menciptakan citra bisnis yang baik dan etis.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut:

1. Apa saja prinsip-prinsip dalam berbisnis?

2. Bagaimana cara menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawab

3. Apa peranan nilai dalam etika bisnis?

4. Apa saja sumber-sumber nilai etika dalam berbisnis?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam berbisnis

2. Untuk mengetahui cara menjalankan bisnis secara etis dan bertanggung jawab

3. Untuk mengetahui peranan nilai dalam etika bisnis

4. Untuk mengetahui sumber-sumber nilai etika dalam berbisnis

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip dalam Berbisnis


Secara umum, prinsip-prinsip yang dipakai dalam bisnis tidak akan pernah lepas dari
kehidupan keseharian kita. Namun prinsip-prinsip yang berlaku dalam bisnis sesungguhnya
adalah implementasi dari prinsip etika pada umumnya.

2.1.1 Prinsip Otonomi


Saat seseorang ataupun perusahaan mampu memenuhi prinsip ini, maka kehidupan
bisnisnya menjadi lebih hidup. Prinsip ini dapat menentukkan dan mengetahui sikap dan
kemampuan manusia dalam mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan kesadarannya
sendiri.
Orang bisnis yang otonom sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi kewajibannya dalam
dunia bisnis. la akan sadar dengan tidak begitu saja mengikuti saja norma dan nilai moral
yang ada, namun juga melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik, karena
semuanya sudah dipikirkan dan dipertimbangkan secara masak-masak. Dalam kaitan ini
salah satu contohnya perusahaan memiliki kewajiban terhadap para pelanggan, diantaranya
adalah:
(1) Memberikan produk dan jasa dengan kualitas yang terbaik dan sesuai dengan
tuntutan mereka.
(2) Memperlakukan pelanggan secara adil dalam semua transaksi,
termasuk pelayanan yang tinggi dan memperbaiki ketidakpuasan mereka.
(3) Membuat setiap usaha menjamin mengenai kesehatan dan keselamatan pelanggan,
demikian juga kualitas Iingkungan mereka, akan dijaga kelangsungannya dan
ditingkatkan terhadap produk dan jasa perusahaan.
(4) Perusahaan harus menghormati martabat manusia dalam menawarkan,
memasarkan dan mengiklankan produk.

Untuk bertindak otonom, diandaikan ada kebebasan untuk mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan keputusan yang menurutnya terbaik. karena kebebasan adalah unsur
hakiki dari prinsip otonomi ini. Dalam etika, kebebasan adalah prasyaratan utama untuk
bertindak secara etis, walaupun kebebasan belum menjamin bahwa seseorang bertindak
secara otonom dan etis. Unsur lainnya dari prinsip otonomi adalah tanggung jawab, karena

3
selain sadar akan kewajibannya dan bebas dalam mengambil keputusan dan tindakan
berdasarkan apa yang dianggap baik, otonom juga harus bisa mempertanggungjawabkan
keputusan dan tindakannya (di sinilah dimung-kinkan adanya pertimbangan moral).
Kesediaan bertanggungjawab merupakan ciri khas dari makhluk bermoral, dan
tanggungjawab disini adalah tanggungjawab pada diri kita sendiri dan juga tentunya
pada stakeholder.

2.1.2 Prinsip kejujuran


Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran. Terdapat tiga lingkup
kegiatan bisnis yang berkaitan dengan kejujuran:
(1) Kejujuran relevan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Pelaku
bisnis disini secara a priori saling percaya satu sama lain, bahwa masing-masing
pihak jujur melaksanakan janjinya. Karena jika salah satu pihak melanggar, maka
tidak mungkin lagi pihak yang dicuranginya mau bekerjasama lagi, dan pihak
pengusaha lainnya akan tahu dan tentunya malas berbisnis dengan pihak yang
bertindak curang tersebut.
(2) Kejujuran relevan dengan penawaran barang dan jasa dengan mutu dan harga yang
baik. Kepercayaan konsumen adalah prinsip pokok dalam berbisnis. Karena jika
ada konsumen yang merasa tertipu, tentunya hal tersebut akan rnenyebar yang
menyebabkan konsumen tersebut beralih ke produk lain.
(3) Kejujuran relevan dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan
yaitu antara pemberi kerja dan pekerja, dan berkait dengan kepercayaan.
Perusahaan akan hancur jika kejujuran karyawan ataupun atasannya tidak terjaga.

2.1.3 Prinsip Keadilan


Prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan
yang adil dan kriteria yang rasional objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Keadilan
berarti tidak ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya. Salah satu teori mengenai
keadilan yang dikemukakan oleh Aristoteles adalah:
(1) Keadilan legal. Ini menyangkut hubungan antara individu atau kelompok
masyarakat dengan negara. Semua pihak dijamin untuk mendapat perlakuan yang
sama sesuai dengan hukum yang berlaku. Secara khusus dalam bidang bisnis,
keadilan legal menuntut agar Negara bersikap netral dalam memperlakukan semua
pelaku ekonomi, negara menjamin kegiatan bisnis yang sehat dan baik dengan

4
mengeluarkan aturan dan hukum bisnis yang berlaku secara sama bagi semua
pelaku bisnis.
(2) Keadilan komunitatif. Keadilan ini mengatur hubungan yang adil antara orang
yang satu dan yang lain. Keadilan ini menyangkut hubungan vertikal antara negara
dan warga negara, dan hubungan horizontal antar warga negara. Dalam bisnis
keadilan ini berlaku sebagai kejadian tukar, yaitu menyangkut pertukaran yang fair
antara pihak-pihak yang terlibat.
(3) Keadilan distributif. Atau disebut juga keadilan ekonomi, yaitu distribusi ekonomi
yang merata atau dianggap adil bagi semua warga negara. Dalam dunia bisnis
keadilan ini berkaitan dengan prinsip perlakuan yang sama sesuai dengan aturan
dan ketentuan dalam perusahaan yang juga adil dan baik.

2.1.4 Prinsip Saling Menguntungkan


Prinsip ini menuntut agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama
lain. Dalam dunia bisnis, prinsip ini menuntut persaingan bisnis haruslah bisa melahirkan
suatu win-win situation.

Pada dasarnya, seseorang melakukan kegiatan bisnis untuk mencari keuntungan


semaksimal mungkin, disamping kita pun harus memenuhi dan menyediakan barang dan jasa
bagi para konsumen.

Namun di era ini, banyak sekali generasi muda yang sukses di bidang ini. Kemudian
setelah itu, bisnis merupakan usaha yang dapat dikatakan sangat menguntungkan bagi para
pelaku bisnis. Dari capaian yang luar biasa ini, generasi muda kini berbondong-bondong
melakukan inovasi serta kreasi dalam meramaikan dunia perbisnisan Indonesia.

2.1.5 Prinsip Integritas Moral


Prinsip ini menyarankan dalam berbisnis selayaknya dijalankan dengan tetap menjaga
nama baiknya dan nama baik perusahaan.

Dari kelima prinsip yang tentulah dipaparkan di atas, menurut Adam Smith, prinsip
keadilanlah yang merupakan prinsip yang paling penting dalam berbisnis. Prinsip ini menjadi
dasardan jiwa dari semua aturan bisnis, walaupun prinsip lainnya juga tidak akan terabaikan.
Karena menurut Adam Smith, dalam prinsip keadilan khususnya keadilan komutatif
berupa no harm, bahwa sampai tingkat tertentu, prinsip ini telah mengandung semua prinsip
etika bisnis lainnya. Karena orang yang jujur tidak akan merugikan orang lain, orang yang
5
mau saling menguntungkan dengan pibak Iain, dan bertanggungjawab untuk tidak merugikan
orang lain tanpa alasan yang diterima dan masuk akal.

Sedangkan Velasques (2005) menyebutkan ada empat prinsip yang dipakai dalam
berbisnis, yaitu:

(1) Utilitarianisme

Prinsip ini menyatakan bahwa tindakan dan kebijakan perlu


dievaluasi berdasarkan keuntungan dan biaya yang dibebankan kepada
masyarakat. Sebuah prinsip moral yang mengklaim bahwa sesuatu dianggap benar
apabila mampu menekan biaya sosial dan memberikan keuntungan sosial yang
lebih besar.

(2) Hak

Hak merupakan sebuah sarana atau cara yang penting dan bertujuan agar
memungkinkan individu untuk memilih dengan bebas apapun kepentingan atau
aktivitas mereka dan melindungi pilihan-pilihan mereka. Hak kebebasan dan
kesejahteraan orang lain harus dihormati. Hak-hak moral semacam ini memiliki
tiga karakteristik penting yang memberikan fungsi pemungkinan dan
perlindungan, pertama: hak moral sangat erat kaitannya dengan kewajiban,
dimana kewajiban secara umum merupakan sisi lain dari hak moral; kedua: hak
moral memberikan otonomi dan kesetaraan bagi individu dalam mencari
kepentingan-kepentingan mereka; ketiga: hak moral memberikan dasar
untuk membenarkan tindakan yang dilakukan seseorang dan untuk
melindungi orang lain.

(3) Keadilan

Mengidentifikasi cara-cara yang adil dalam mendistribusikan keuntungan dan


beban pada para anggota masyarakat. Biasanya masalah keadilan dapat dibagi
menjadi tiga kategori, yaitu: keadilan distribute rberkaitan dengan distribusi yang
adil atas keuntungan dan beban dalam masyarakat) dan keadilan retributif
(pemberlakuan yang adil pada pihak-pihak yang melakukan kesalahan); keadilan
kompensatif (cara yang adil dalam memberikan kompensasi pada seseorang atas
kerugian yang mereka alami akibat perbuatan orang lain).

6
(4) Perhatian (Caring)

Pandangan ini menekankan bahwa kita mempunyai kewajiban


untuk memberikan perhatian terhadap kesejahteraan orang-orang yang ada di
sekitar kita, terutama yang mempunyai hubungan ketergantungan.

Selain itu Caux Round Table: Principles for Business (1992) menyebutkan bahwa
pengelola bisnis memiliki beberapa tanggung jawab sebagai penghormatan atas kepercayaan
mengelola bisnisnya, yaitu:

(1) Menerapkan manajemen yang professional dan tekun guna memperoleh


keuntungan yang wajar dan kompetitif atas modal yang telah ditanamkan.
(2) Memperlihatkan informasi yang relevan kepada investor mengenai masalah
tuntutan-tuntutan legal dan hambatan persaingan.
(3) Menghemat, melindungi, dan menumbuhkan aset-aset investor,

(4) Menghormati permintaan, saran, keluhan, dan solusi dari investor.

Prinsip-prinsip umum yang diterapkan dalam Caux Round Table'. Principles for
Business (1992) yaitu:

(1) Tanggung jawab bisnis: dari pemegang saham ke stakeholder. Nilai bisnis bagi
masyarakat adalah kesejahteraan dan lapangan pekerjaan yang menghasilkan
barang dan jasa yang dapat dipasarkan dengan harga yang sebanding dengan
kualitasnya. Perusahaan memainkan peran dalam memperbaiki kehidupan
pelanggan, karyawan, dan pemegang saham dengan berbagai kesejahteraan kepada
mereka. Pemasok dan pesaing juga mengharapkan agar perusahaan menghormati
kewajiban-kewajibannya dalam semangat kejujuran dan fairness.
(2) Dampak ekonomi dan sosial bisnis, inovasi, keadilan, dan
masyarakat dunia. Bisnis harus menghormati hak
asasi manusia, peningkatanpendidikan dan kesejahteraan, serta pemberdayaan n
egara dimana perusahaan beroperasi.bisnis harus berpartisipasi dalam
pengembangan ekonomi dan sosial tidak hanya untuk negara dimana mereka
beroperasi tetapi juga masyarakat dunia yang lebih luas, melalui penggunaan
sumberdaya yang efisien dan hati-hati, persaingan yang wajar dan bebas, dan
menekankan pada inovasi teknologi, metode produksi, pemasaran dan
komunikasi.

7
(3) Perilaku bisnis: dari letter of law ke semangat saling percaya. Disamping menerima
legitimasi rahasia-rahasia perdagangan, bisnis juga harus mengakui adanya
kesungguhan, keterusterangan, kejujuran, kesetiaan pada janji dan keterbukaan.
Hal itu penting bagi kredibilitas dan integritas mereka dan juga bagi kelancaran
dan efisiensi dalam transaksi bisnis terutama pada level internasional.
(4) Menghargai peraturan. Untuk menghindari friksi dan
mengembangkan perdagangan yang lebih bebas, menciptakan kondisi persaingan
dan perlakuan yang adil dan wajar bagi semua pelaku, perusahaan
harus menghormati ketentuan-ketentuan baik dari ketentuan domestik
dan internasional. Dari mereka harus menyadari adanya beberapa perilaku yang
legal tapi mungkin masih memiliki konsekuensi-konsekuensi yang merugikan.
(5) Mendukung perdagangan multilateral. Bisnis harus mendukung
system perdagangan multilateral seperti GATT/WTO dan persetujuan-persetujuan
internasional serupa.Mereka harus bekerjasama dalam usaha mengembangkan
liberalisasi perdagangan yang maju dan bijaksana dan mengurangi ketentuan
domestik yang tidak masuk akal yang menghalangi perdagangan global.
(6) Menghormati lingkungan pelaku bisnis harus melindungi dan
sejauh mungkin memperbaiki lingkungan, serta untuk mengembangkan
pembangunan berkelanjutan dan mencegah penggunaan sumber daya alam
secara boros.
(7) Menghindari praktik-praktik yang kotor. Seorang pelaku bisnis tidak boleh
berpartisipasi dalam atau membenarkan tindakan penyuapan, money
laundering atau praktik-praktik korupsi lainnya. Untuk itu perlu diadakan
kerjasama untuk menekan dan mengurangi tindakan tercela seperti itu. Pelaku
bisnis juga tidak boleh terlibat dalam perdagangan senjata atau perdagangan lain
yang berhubungan dengan terorisme, perdagangan obat terlarang atau kejahatan
terorganisir lainnya.

Dalam hukum Islam juga disebutkan bagaimana prinsip-prinsip dalam berbisnis. Etika
bisnis Islami merupakan tata cara pengelolaan bisnis berdasarkan Al-Qur'an, hadits, dan
hukum yang telah dibuat oleh para ahli fiqih. Terdapat enam prinsip etika bisnis Islami:

(1) Prinsip tauhid yang memadukan semua aspek kehidupan manusia. sehingga antara
etika dan bisnis terintegrasi, baik secara vertical (hablumminallah) maupun secara
horizontal (hablumminannas). Sebagai manifestasi dari prinsip ini, para pelaku

8
bisnis tidak akan melakukan diskriminasi di antara pekerja, dan akan menghindari
praktik-praktik bisnis haram atau yang melanggar ketentuan Syariah.
(2) Prinsip pertanggungjawaban. Manusia bertindak berdasarkan pemikiran dan
kesadarannya sendiri mengenai apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapatkan
penghasilan dengan cara memproses potensi sehingga menjadi produk yang
memenuhi kebutuhan masyarakat. Para pelaku bisnis harus bisa
mempertanggungjawabkan segala aktivitas bisnisnya, baik kepada Allah SWT
maupun kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk memenuhi tuntutan
keadilan.
(3) Prinsip keseimbangan atau keadilan. Keadilan adalah persyaratan mutlak dalam
berbisnis. Adil berarti bahwa seseorang harus diperlakukan sesuai haknya. Sistem
ekonomi dan bisnis harus sanggup menciptakan keadilan dalam kehidupan
bermasyarakat.
(4) Prinsip kebenaran. Dalam prinsip ini terkandung dua unsur penting, yaitu
kebajikan dan kejujuran. Kebajikan dalam bisnis ditunjukkan dengan sikap
kerelaan dan keramahan dalam bermuamalah, sedangkan kejujuran ditunjukkan
dengan sikap jujur dalam semua proses bisnis yang dilakukan tanpa adanya
penipuan sedikitpun.
(5) Persaudaraan dan persamaan. Tidak ada tempat bagi seorang pebisnis untuk
melakukan diskriminasi karena perbedaan ras ataupun suku. Persaingan dilakukan
secara sehat demi kesejahteraan seluruh umat.
(6) Ketulusan hati. Ketulusan biasanya dilandasi oleh komitmen yang mendorong
batin seseorang untuk mengerjakan atau tidak mengerjakan sesuatu. Pengaruh dari
sikap yang tulus dalam berbisnis dapat menghasilkan kegiatan yang lebih efisien
dan meningkatkan produktivitas.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Prinsip dalam berbisnis secara umum adalah implementasi dari prinsip etika yaitu
prinsip otonomi, prinsip kejujuran, prinsip keadilan, prinsip saling menguntungkan, dan
prinsip integritas moral. Dari kelima prinsip tersebut, prinsip keadilan yang merupakan
prinsip yang paling penting dalam berbisnis. Prinsip ini menjadi dasar dan jiwa dari semua
aturan bisnis, walaupun prinsip lainnya juga tidak akan terabaikan.

3.2 Saran
Perkembangan bisnis saat ini telah memasuki era globalisasi, di mana terjadi
pergerakan komoditas, modal dan juga manusia yang seolah tanpa batas menembus ke segala
penjuru dunia. Modal paling utama dalam bisnis adalah nama dan kepercayaan. Ukuran etika
dan sopan santun dalam dunia bisnis sangat keras. Sebaiknya, pengusaha tidak melanggar
etika karena mereka lebih banyak mendapat hukuman dari masyarakat di bandingkan dari
pemerintah. Karena pada dasarnya masyarakat bisnis punya jaringan tersendiri, yang sangat
luas dan efektif, sehingga setiap pengusaha yang berbuat tidak etis, maka namanya akan
segera tersiar. Hal itu tentunya akan merusak nama baiknya sendiri.

10
DAFTAR PUSTAKA
Ernawan, Erni R. 2016. Business Ethics (Etika Bisnis) Dalam Menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN. Bandung : Alfabeta

stiepasim.ac.id/prinsip-prinsip-etika-dalam-berbisnis/

11

Anda mungkin juga menyukai